You are on page 1of 2

Kacang Hijau Alternatif yang Menguntungkan

Ditanam di Lahan Kering


Oleh : Astanto Kasno

Pengembangan kacang hijau pada lahan kering harus disesuaikan dengan pola tanam
setempat. Karakteristik kacang hijau pada lahan kering akan ditanam pada musim
kemarau sesudah komoditas utama, yaitu padi gogo atau jagung. Kacang hijau ditanam
sebagai tanaman ketiga untuk lahan kering beriklim basah dengan pola padi gogo-jagung-
kacang hijau, padi gogo-kedelai-kacang hijau, atau jagung-kedelai-kacang hijau. Pada
lahan kering beriklim kering ditanam dengan pola: jagung-kacang hijau, dan/atau kacang
tanah-kacang hijau.

Sentra Produksi Kacang Hijau


Pulau Jawa merupakan penghasil utama kacang hijau di Indonesia, karena memberikan
kontribusi 61% terhadap produksi kacang hijau nasional. Sebaran daerah produksi kacang
hijau adalah NAD, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara dan
Sulawesi Selatan, NTB dan NTT. Total kontribusi daerah tersebut adalah 90 % terhadap
produksi kacang hijau nasional dan 70 % berasal dari lahan sawah. Potensi lahan kering
daerah tersebut yang sesuai ditanami kacag hijau sangat luas.

Tantangan pengembangan kacang hijau di lahan kering adalah peningkatan produktiitas


dan mempertahankan kualitas ;lahan untuk berproduksi lebih lanjut.

Lahan kering di Sumatera umumnya tergolong masam dan miskin hara. Lahan kering di
Jawa, Sulawesi dan Nusatenggara masalah utamanya adalah kekeringan dan miskin hara.
Pengembangan kacang hijau merupakan solusi murah untuk mengatasi masalah tersebut.

Tantangan dan kesiapan teknologi dalam Pengembangan kacang hijau di lahan kering.
Keterbatasan modal, garapan lahan kering yang relatif luas, anggapan petani terhadap
kacang hijau sebagai tanaman kedua, dan infrastruktur yang kurang memadai merupakan
faktor biofisik dan sosial ekonomi yang menghambat pengembangan kacang hijau di
lahan kering.

Kesiapan Teknologi
Teknologi untuk pengembangan kacang hijau dapat dikelompokkan ke dalam varietas
unggul baru dan pengelolaan lahan, tanaman dan organisme pengganggu (Pengelolaan
LATO). Mengingat terbatasnya kemampuan finansial petani, maka dalam pengembangna
kacang hijau di l;ahan kering diawali dengan introduksi varietas ungggul yang ditanam
dengan cara budi daya petani (misal tanam sebar setelah tanah diolah minimal) sehingga
tidak memerlukan tamabahan biaya. Sebanyak 14 varietas yang dilepas sejak tahun 1979-
2004 hasilnya berkisar 1,4-1,7 t/ha dapat dikembangkan karena sesuai dengan
karakteriustiknya, kacang hijau memiliki adaptasi luas. Varietas kutilang dilepas tahun
2004, tergolong tahan penyakit embun tepung dan dalam pengujian hasilnya dapat
mencapai 2,0 t/ha, masak serempak pada umur dua bulan memiliki ukuran biji sedang
dengan warna hijau mengkilap.Varietas Sriti berbiji kusam dan karakter lain seperti
varietas Kutilang, disukai oleh petani kacang hijau di Demak, Sumut dan NTT.
Pada tahp selanjutnya dapat dianjurkan tanam teratur dengan jarak tanam 30 cm x 15 cm
atau 30 cm x 30 cm, dan 3-5 biji/lubang meskipun dapat menghemat benih dan
memudahkan pemeliharaan. Penyiangan kacang hijau dilakukan pada umur 2-4 minggu
dan bila diperlukan diulangi pada umur 7-8 minggu. Dalam bertanam kacang hijau petani
jarang memupuk. Guna merpertahankan hara, dianjurkan memberikan pupuk 50 kg Urea,
75 kg SP36 dan 50 kg KCl per hektar.

Hama daun dan hama polong dikendalikan dengan pestisida berbahan aktif organofosfat,
peritroit sintetik dan carbamat. Khusus untuk hama trips (Frankliniella sp) yang sering
menyebabkan tanam puso (gagal panen) pada pertanaman kacang hijau yang
ditanampada musim kemarau. Tanaman kacang hijau yang terserang trips, daunnya
menjadi keriting, tanamn kerdil, pembentukan polong terhambat, dan serangan yang
parah pada awal fase pertumbuhan dapat menyebabkan polong hampa. Oleh karena itu,
pengendalian hama thrips dengan insektisida berdasarkan pemantauan dianjurkan untuk
dilakukan bila kerusakan akibat serangan hama ini mencapai 15 %.Pengembangan
pertanian lahan kering diharapkan dapat mendorong upaya membangun sektor pertanian
menjadi sektor andalan dan penggerak perekonomian nasional, semoga.

Peran Strategis Kacang Hijau


Kacang hijau memiliki kelebihan dibandingkan tanaman pangan lainnya, yaitu: (1)
berumur genjah (55-65 hari), (2) lebih toleran kekeringan dengan kebutuhan air untuk
pertumbuhan kacang hijau relatif kecil, yakni 700-900 mm/tahun. Pada curah hujan yang
lebih rendah dari itu masih dapat tumbuh karena ia berakar dalam, (3) dapat ditanam pada
lahan yang kurang subur dan penyubur tanah karena bersimbiose dengan rhizobium dan
menghasilkan biomasa banyak (11-12 t/ha), (4) cara budidayanya mudah, cukup olah
tanah minimal dan biji disebar, (5) hama yang menyerang relatif sedikit dan (6) harga
jual tinggi dan stabil (Rp. 4200- Rp. 5000) dalam periode tahun 2000-2005, harga
tersebut lebih tinggi dari harga kedelai, namun lebih rendah dari harga kacang tanah
periode yang sama (BPS, 2006). Karena kelebihan tersebut kacang hijau dapat dipandang
sebagai komoditas alternatif untuk dikembangkan di lahan kering, khususnya yang
memiliki indeks panen rendah.

Peran strategis lain dari kacang hijau komplementer dengan beras dapat diperkaya oleh
kacang hijau, sebab protein beras yang miskin lisin akan diperkaya oleh kacang hijau
yang kaya lisin. Asam amino kacang hijau yang miskin sulfur akan diperkaya oleh asam
amino asam amino beras yang kaya sulfur. Oleh karena itu kombinasi kacang hijau dan
dan tepung beras merupakan kombinasi yang serasi. Campuran tepung kacang hijau dan
tepung beras masing-masing 50 % sangat baik untuk konsumsi anak balita karena
kandungan lisin dan asam amino-sulfur sangat serasi. Implikasi dari sosialisasi konsumsi
kacang hijau hingga mencapai 2,5 kg/tahun /kapita bila untuk 225 juta penduduk
memerlukan tambahan produksi kacang hijau sekitar 200.000-215.000 ton. Tambahan
produksi tersebut memerlukan tambahan areal tanam, yang berarti akan menampung
tenaga kerja yang diperlukan untuk pengembangan lahan kering.

Astanto Kasno,
Penulis adalah Peneliti dari Balitkabi
Dimuat dalam tabloid Sinar Tani, 23 Mei 2007

You might also like