Professional Documents
Culture Documents
warta kedalingan
Dulu ketika orde baru berkuasa, kita
semua, Bangsa Indonesia sangat Banyak hal telah kita lakukan, dengan terus
akrab dengan kata membangun, berupaya membenahi semua infrastruktur dan
namun seiring bergulirnya waktu sarana prasarana yang kita punya, semua ini
dan berubahnya arah angin bukan untuk sesaat saja tapi kita semua berharap
kekuasaan di Bumi Pertiwi, seakan terus ada kelanjutannya. Program pemerintah
berubah pula arti kata membangun yang telah kita terima, baik ADD yang merupakan
tadi. jatah wajib maupun PNPM PPIP selama dua tahun
Punya cita‐cita menciptakan Desa berturut‐turut membuat kita semua gembira,
Kedalingan yang modern dengan semoga ke depan kita lebih mandiri lagi dalam
kemajuan di segala bidang, membangun Desa kita tercinta ini dan mampu
ekonomi, sosial kemasyarakatan, menciptakan kesejahteraan warga secara otonom
spiritual dan kesejahteraan dan berkesinambungan.
masyarakat bukan hanya menjadi
cita‐cita Joko Waluyo sebagai
Kepala Desa seorang, tapi tentu
harapan semua masyarakat.
Kuncinya adalah kebersamaan. Manunggaling Kawulo Gusti dalam konteks ini, adalah guyubnya warga
masyarakat dengan Kepala Desa sebagai pucuk pemerintahan di Desa Kedalingan. Warga wajib
nyengkuyung semua program pemerintah sebagaimana kades (baca : pemerintah desa) juga Handarbeni,
Hangayomi turut serta merasakan apa yang dirasakan warganya, dalam bahasa kiasan dikatakan petinggi
ojo mangan wareg yen rakyate ijeh keluwen....
Jalan kebersamaan yang harus ditempuh tidak untuk hari ini saja juga bukan demi kontrak politik saja, tapi
demi kemajuan dan kesejahteraan bersama yang dilandasi rasa ikhlas dan ketulusan hati.
peningkatan pembangunan sarana
prasarana fisik baik, jalan jembatan
maupun tempat‐ tempat ibadah dan
madrasah seyogyanya juga
diikuti oleh semakin tingginya kesadaran
akan ibadah sosial seperti kepedulian
terhadap sesama yang masih
kekurangan, fakir miskin dan anak‐anak
yang perlu uluran tangan kita semua.
Sehingga ibadah makh dloh, ritual
keagamaan dan perayaan‐perayaan
hari besar keagamaan bukan hanya menjadi kemenangan bagi pribadi‐pribadi yang melakukan tapi turut
serta dirasakan oleh masyarakat sekitar, sebagaimana ajaran Agama Islam (yang dianut oleh masyoritas
Masyarakat Desa Kedalingan) mengajarkan untuk sholat dan zakat dalam waktu yang beriringan, artinya
ritual keagamaan harus membekas dalam tingkah laku sosial kemasyarakatan , semakin tingi tingkat
keimanan seseorang kepada Allah SWT semakin tinggi pula kepeduliannya terhadap lingkungan.
Beberapa rencana yang coba kami susun guna mewujudkan
pengurangan tingkat kemiskinan di Desa Kedalingan ke depan
antara lain:
1. Membentuk team kerja (panitia); yana terdiri dari orang‐
orang yang punya kemampuan dan kemauan untuk
membantu sesama dengan ikhlas dan sepaham dengan
ide ini.
sebuah renungan di akhir tahun2010
5.
Mempertemukan para donatur dengan penerima
bantuan dalam event‐event tertentu.
6. Mendokumentasikan setiap detil kegiatan baik yang
berbentuk laporan pertangung jawaban maupun
kegiatan‐kegiatan sosial yang berhubungan.
7. Membangun kemitraan dengan pihak‐pihak luar, dari
dinas instansi terkait, semisal Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi untuk memberikan pelatihan2 bagi anak2
muda kita yang ingin memperoleh ketrampilan, Dinas
Kesehatan untuk memastikan warga kita yang kurang
mampu tetap mendapatkan pelayanan kesehatan yang
baik serta tidak tertutup kemungkinan bekerja sama
dengan pihak2 swasta yang punya kepedulian dengan
sesama.
Selain strategi di atas kami juga merencanakan untuk membangun koperasi desa yang akan membantu
warga secara ekonomi, menghidupkan kembali semangat lumbung deso yakni dengan membeli gabah dari
petani dengan harga yang pantas supaya tidak terkena permainan para tengkulak. Khusus bagi warga yang
tidak mampu secara fisik, manula dan warga yang tidak produktif, kita rencanakan untuk memberikan
pelatihan dan pengembangan kapasitas dengan melatih membuat anyaman, serta ketrampilan2 tangan
yang pemasarannya nanti kita bantu dengan membentuk team kerja yang lain lagi.
Disadari atau tidak, dalam masyarakat kita masih banyak kelompok2 yang antara yang satu dengan
yang lain masih terjadi perbedaan. Kelompok agama dengan yang lain, penganut kepercayaan dengan
sesamanya dan kelompok2 yang berbeda karena pandangan politik atau partai.
Semua itu sesungguhnya adalah potensi dimana warga bisa saling berbagi pengetahuan dan belajar
dalam berdemokrasi, karena dalam keyakinan apapun tidak dibenarkan pemaksaan dalam
pelaksanaannya serta tidak ada kebenaran mutlak dalam sebuah idealisme, masing‐masing punya
kelebihan dan kelemahan. Perbedaan pandangan hendaknya menjadikan kita kaya akan khazanah
kehidupan bukan untuk menciptakan kesenjangan apalagi menebar kebencian.
Tantangan ke depan masih sangat banyak walaupun kita merasa telah melakukan banyak hal, sebab
selama hayat masih dikandung badan tantangan akan terus ada sebagai tenaga pendorong atau
dinamisator bagi keberlangsungan kehidupan baik sebagai pribadi perorangan maupun sebagai bagian
dari warga masyarakat, oleh karenanya tiap kali ada hambatan dalam perencaan kita harus segera
carikan solusinya dengan harapan masalah akan bisa kita atasi setahap demi setahap.