You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja adalah suatu tahap perkembangan pada individu, dimana ia

mengalami perkembangan biologis, psikologis, moral dan agama. Ia juga

merupakan pola identifikasi dari anak – anak menjadi dewasa1

Remaja sebagai generasi muda merupakan aset nasional yang sangat

penting karena pada pundaknya terletak tanggung jawab kelangsungan hidup

bangsa. Masa remaja seringkali merupakan masa yang kritis, dimana mereka

dihadapkan pada berbagai masalah. Dari sekitar 1 milyar manusia, hampir satu di

antara 6 manusia di bumi ini adalah remaja dan 85% di antaranya hidup dinegara

berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang mempunyai

penduduk usia remaja cukup besar yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia2

Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa. Batas umurnya berkisar antara 10-20 tahun. Dalam masa ini, remaja

berkembang ke arah kematangan seksual, menetapkan identitas sebagai individu

yang terpisah dari keluarga. Dalam masa ini, perilaku seksual juga ikut mewarnai

kehidupan para remaja2.

Keingintahuan remaja terhadap masalah seksual sangat penting dalam

pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Padahal pada

masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai

diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber –

sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali. Pemberian informasi

1
masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam

potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang

dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai

aktivitas seksual mereka sendiri. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar

remaja kita tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan,

dan seringkali remaja sangat tidak matang untuk melakukan hubungan seksual

terlebih lagi jika harus menanggung resiko dari hubungan seksual tersebut 3.

Dalam sebuah survey tentang kehidupan seks remaja di Amerika yang

digelar oleh SEKSMARTER yang melibatkan 1051 laki – laki dan perempuan

didapatkan bahwa hanya sekitar 18 % perempuan yang mengaku masih perawan

sedangkan pria hanya 34 % saja yang mengaku masih perjaka 3.

Perilaku seksual pada remaja juga disebabkan faktor lingkungan, baik

lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulan. Lingkungan keluarga yang

dimaksud adalah cukup tidaknya pendidikan agama yang diberikan orang tua

terhadap anaknya, cukup tidaknya kasih sayang dan perhatian yang diperoleh sang

anak dari keluarganya, cukup tidaknya keteladanan yang diterima sang anak dari

orangtuanya, dan lain sebagainya yang menjadi hak anak dari orangtuanya. Jika

anak tidak mendapat hal tersebut, maka anak akan mencari tempat pelarian di

jalan-jalan serta di tempat-tempat yang tidak mendidik mereka. Anak akan

dibesarkan di lingkungan yang tidak sehat bagi pertumbuhan jiwanya. Anak akan

tumbuh di lingkungan pergaulan bebas (Kadoet, 2006). Selain itu juga disebabkan

karena tidak adanya keterbukaan dalam keluarga tentang penting pendidikan seks

(sex education) sejak dini. Sulitnya orang tua terbuka dalam memberikan

pendidikan seks ini lebih banyak disebabkan adanya persepsi keluarga yang masih

2
mengganggap tabu untuk membicarakan masalah seks terhadap remaja. Adanya

pemahaman yang salah mengenai pendidikan seks, sehingga muncul larangan

membicarakan mengenai seksualitas di depan umum karena dianggap sesuatu

yang vulgar 4

Dalam lingkungan pergaulan remaja, ada istilah yang kesannya lebih

mengarah kepada hal negatif ketimbang hal yang positif, yaitu istilah " Anak

Gaul". Istilah ini menjadi sebuah ikon bagi dunia remaja masa kini yang ditandai

dengan nongkrong di kafe, mondar-mandir di mal, memahami istilah bokul, gaya

fun, berpakaian serba sempit dan ketat kemudian memamerkan lekuk tubuh, dan

mempertontonkan bagian tubuhnya yang seksi. Sebaliknya mereka yang tidak

mengetahui dan tidak tertarik dengan hal yang disebutkan tadi akan dinilai

sebagai remaja yang tidak gaul dan kampungan, akibatnya remaja anak gaul inilah

yang biasanya menjadi korban dari pergaulan bebas, di antaranya terjebak dalam

perilaku seks bebas5.

Survey yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) pada tahun 2007 sangat mengejutkan yaitu 63 % remaja

(Sekolah Menengah Pertama ) SMP dan ( Sekolah Menengah Atas ) SMA di

Indonesia pernah berhubungan seks dan sebanyak 21 % diantaranya melakukan

aborsi. Angka ini naik dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya.

Berdasarkan penelitian BKKBN tahun 2005 – 2006 dikota – kota besar mulai

Jabodetabek, Medan, Jakarta, Surabaya dan Makassar, ditemukan sekitar 47 %

hingga 54 % remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum menikah. Dari

hasil penelitian tersebut, BKKBN merekomendasikan, ada beberapa faktor

mendorong remaja melakukan hubungan seks pra – nikah, diantaranya pengaruh

3
liberalisme dan pergaulan bebas, kemudian lingkungan dan keluarga, serta

pengaruh media massa, khususnya TV dan internet6.

Hasil penelitian yang dilakukan tahun 2005 di SMU di Surakarta pada

1250 subjek yang berasal dari 10 SMU di Surakarta yang terdiri atas 611 subjek

laki – laki dan 639 subjek perempuan. Kebanyakan subjek pernah menggunakan

media pornografi, pada subjek laki – laki sebanyak 479 orang (81, 34 % ) dan

subjek perempuan 181 orang ( 28, 32 % ). Yang mengaku pernah menonton film

porno pada subjek laki – laki sebanyak 403 orang ( 28, 54 % ) dan subjek

perempuan 111 orang ( 34, 91 % ). Subjek yang melakukan hubungan seksual dari

462 subjek laki – laki yang berpacaran ditemukan 139 orang ( 30, 09 % ) yang

mengaku telah melakukan hubungan seksual dari 469 subjek perempuan yang

berpacaran 25 orang ( 5, 33 % ). Kebanyakan alasan remaja melakukan hubungan

seksual adalah karena pengaruh lingkungan, VCD, buku dan film porno, karena

kemajuan jaman dan biar gaul 7.

Para ahli komunikasi mengatakan, media massa sangat berpengaruh

terhadap pembentukan realitas sosial. Media massa tidak hanya memiliki dampak

langsung individu, tetapi juga mempengaruhi kebudayaan dan pengetahuan

kolektif serta nilai – nilai didalam masyarakat. Media massa menghadirkan

perangkat citra, gagasan dan evaluasi yang menjadi sumber bagi audiencenya

untuk memilih dan menjadikan acuan bagi pelakunya 8.

Pengaruh media dan televisi pun sering kali ditiru oleh remaja dalam

perilakunya sehari – hari, misalnya saja remaja yang menonton film remaja yang

berkebudayaan barat, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan dan dapat

diterima lingkungan. Hal ini pun ditiru oleh mereka, terkadang tanpa memikirkan

4
adanya perbedaan kebudayaan, nilai serta norma – norma dalam lingkungan

masyarakat berbeda 9

Sementara survey dikota Padang menyebutkan bahwa dari 117 remaja usia

13 – 20 tahun yang dijadikan sampel, ternyata 42 % diantaranya pernah

berhubungan seks dan 58 % lagi masih aktif melakukan hubungan seks hingga

sekarang10.

Penelitian ini akan dilaksanakan di SLTP Pertiwi 1 Padang karena letak

sekolah ini yang strategis yakni dekat dengan daerah Pasar Raya Padang sehingga

siswa tersebut lebih mudah untuk mendapatkan segala informasi mengenai

seksualitas dari media apapun (majalah, VCD, internet, novel dan Film – film

yang beredar di bioskop). Penelitian ini akan dilakukan pada siswa SLTP karena

melihat angka kejadian perilaku seks bebas di kota Padang yang tidak hanya

terjadi pada siswa SMA tetapi juga sudah terjadi pada siswa SMP.

Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas II karena pada masa ini

merupakan masa siswa - siswi tersebut mulai merasa dewasa dan mereka sudah

mulai tertarik terhadap lawan jenisnya, serta mereka sudah mulai berkhayal

tentang aktifitas seks. Penelitian tidak dilakukan pada siswa - siswi kelas III

karena siswa – siswi tersebut pelajarannya lebih diberatkan pada persiapan ujian

akhir nasional. Pada siswa – siswi kelas I juga tidak diteliti karena pada masa ini

siswa – siswi tersebut hanya sebatas dekat dengan teman, ingin bebas dan baru

hanya sekedar memperhatikan bentuk tubuh tapi belum tertarik dengan lawan

jenis.

Dari berbagai uraian diatas dapat kita lihat bahwa telah terjadi perubahan –

perubahan pandangan remaja pada nilai – nilai sosial, nilai – nilai moral dan telah

5
terjadi pergeseran sikap yang perlu diperhatikan. Melihat dari besarnya dampak

media massa terhadap perilaku seksual remaja maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai hubungan keterpaparan media massa dengan

perilaku seksualitas remaja Kelas II di SLTP Pertiwi 1 Padang Tahun 2011.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan keterpaparan media massa dengan perilaku

seksual remaja siswa kelas II SLTP Pertiwi 1 Padang tahun 2011.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran keterparan media massa pada

remaja siswa kelas II SLTP Pertiwi 1 Padang tahun 2011.

b. Diketahuinya gambaran perilaku seksual remaja siswa kelas

II SLTP Pertiwi 1 Padang tahun 2011.

c. Diketahuinya hubungan keterpaparan media massa dengan

perilaku seksual remaja siswa kelas II di SLTP Pertiwi 1 Padang

tahun 2011.

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh media

terhadap perilaku seksualitas remaja dan dapat mengembangkan

potensi diri dan menambah pengalaman dalam melakukan penelitian.

6
2. Bagi institusi

Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan mengenai gambaran

keterpaparan media terhadap perilaku seksualitas remaja saat ini.

3. Bagi siswa – siswi

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan siswa – siswi tentang

dampak perilaku seksualitas menyimpang.

You might also like