You are on page 1of 13

FLU BURUNG

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian influenza)
adalah suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan
ditularkan oleh
unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza
jenis H5N1
pada unggas di konfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam,
Jepang,
Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber
virus
diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang
terinfeksi.
Di Indonesia pada bulan Januari 2004 di laporkan adanya kasus kematian
ayam ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa
Tengah,
Kalimantan Barat dan Jawa Barat). Awalnya kematian tersebut disebabkan
oleh
karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen
Pertanian
disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas
yang mati
akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar
yaitu
3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya
adalah propinsi
Jawa Barat (1.541.427 ekor). Pada bulan Juli 2005, penyakit flu burung
telah
merenggut tiga orang nyawa warga Tangerang Banten, Hal ini
didasarkan pada
hasil pemeriksaan laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan
Depkes
Jakarta dan laboratorium rujukan WHO di Hongkong.

Penyebab :
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza
termasuk
famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah
bentuk (Drift,
Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe
A terdiri
dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan
sebagai
identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya.

Gejala
Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.
a. Gejala pada unggas.
- Jengger berwarna biru
- Borok dikaki
- Kematian mendadak

b. Gejala pada manusia.

- Demam (suhu badan diatas 38⁰C)


- Batuk dan nyeri tenggorokan
- Radang saluran pernapasan atas
- Pneumonia
- Infeksi mata
- Nyeri otot

Masa Inkubasi
• Pada Unggas : 1 minggu

• Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5
hari
sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .

Penularan
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke
manusia,
Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang
berasal
dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung.
Penularan dari
unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup
udara yang mengandung virus flu burung atau kontak langsung dengan
unggas yang terinfeksi
flu burung. Sampai saat ini belum ada bukti yang menyatakan bahwa
virus flu burung
dapat menular dari manusia ke manusia dan menular melalui makanan.

Pencegahan
a. Pada Unggas:

1. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung


2. Vaksinasi pada unggas yang sehat

b. Pada Manusia :

1. Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang)


a.Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
b.Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang
terinsfeksi flu
burung.
c. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian
kerja).
d. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
e. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
f. Imunisasi.

2. Masyarakat umum
a. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi &
istirahat cukup.
b. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
- Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala
penyakit pada
tubuhnya)
- Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 80⁰C selama
1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ±
64⁰C selama 4,5 menit

Pengobatan
Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:

1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas.


2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama
7 hari.
4. Amantadin diberikan pada awal infeksi , sedapat mungkin dalam
waktu 48
Jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari
dibagi dalam 2
dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali
sehari.

Tindakan Departemen Kesehatan

Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh flu burung,


Departemen
Kesehatan mengambil beberapa tindakan, diantaranya adalah sebagai
berikut :

a. Melakukan Investigasi pada pekerja, penjual dan penjamah


produk ayam di
beberapa daerah KLB flu burung pada ayam di Indonesia (untuk
mengetahui
infeksi flu burung pada manusia)
b.Melakukan monitoring secara ketat terhadap orang-orang yang
pernah kontak
dengan orang yang diduga terkena flu burung. hingga terlewati
dua kali
masa inkubasi yaitu 14 hari.
c. Menyiapkan 44 rumah sakit di seluruh Indonesia untuk
menyiapkan ruangan
observasi terhadap pasien yang dicurigai mengidap Avian
Influenza.
d. Memberlakukan kesiapsiagaan di daerah yang mempunyai resiko
yaitu
provinsi Jabar, DKI Jakarta dan Banten serta membentuk POSKO di
Ditjen
PP & PL dengan nomor telepon/fax: (021) 425 7125
e.Menginstruksikan kepada Gubernur pemerintah propinsi untuk
meningkatkan
kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan
terjangkitnya flu
burung di wilayah masing-masing
f. Meningkatkan upaya penyuluhan kesehatan masyarakat dan
membangun
jejaring kerja dengan berbagai pihak untuk edukasi terhadap
masyarakat agar
masyarakat tetap waspada dan tidak panik
g.Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan departemen
pertanian dan pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan
flu burung
h. mengumpulkan informasi yang meliputi aspek lingkungan dan
faktor resiko
untuk mencari kemungkinan sumber penularan oleh tim
investigasi yang
terdiri dari Depkes, Deptan dan WHO.

Penyakit Hepatitis C
Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C
(HCV= Hepatitis C virus). Virus Hepatitis C masuk ke sel hati, menggunakan mesin genetik
dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian menginfeksi banyak sel lainnya.
15% dari kasus infeksi Hepatitis C adalah akut, artinya secara otomatis tubuh
membersihkannya dan tidak ada konsekwensinya. Sayangnya 85% dari kasus, infeksi
Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun. Dalam waktu
tersebut, hati bisa rusak menjadi sirosis (pengerasan hati), stadium akhir penyakit hati dan
kanker hati.

Penyebab Hepatitis C

virus Hepatitis C

Hepatitis berarti pembengkakan pada hati.Banyak macam dari virus Hepatitis C.


Dalam banyak kasus, virus yang masuk ke dalam tubuh, mulai hidup di dalam sel hati,
mengganggu aktivitas normal dari sel tersebut, lalu menggunakan mesin genetik dalam sel
untuk menduplikasi virus Hepatitis C kemudian menginfeksi sel lain yang sehat.

ika anda penderita Hepatitis C, sangat penting untuk mengkonsumsi makanan sehat
dan menghindari alkohol. Alkohol akan memperparah kerusakan hati anda, baik anda dalam
pengobatan ataupun tidak.

Salah satu gejala umum dari Hepatitis C adalah kelelahan kronis. Kelelahan juga bisa
sebagai efek samping pengobatan Hepatitis C. Rasa lelah akibat Hepatitis C dapat diatasi
dengan istirahat cukup dan menjalankan olah raga yang rutin.

Virus Hepatitis C sangat pandai merubah dirinya dengan cepat. Sekarang ini ada
sekurang-kurangnya enam tipe utama dari virus Hepatitis C (yang sering disebut genotipe)
dan lebih dari 50 subtipenya.

Hal ini merupakan alasan mengapa tubuh tidak dapat melawan virus dengan efektif
dan penelitian belum dapat membuat vaksin melawan virus Hepatitis C. Genotipe tidak
menentukan seberapa parah dan seberapa cepat perkembangan penyakit Hepatitis C, akan
tetapi genotipe tertentu mungkin tidak merespon sebaik yang lain dalam pengobatan.

Gejala Hepatitis C
Sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi
telah terjadi bertahun-tahun lamanya.

Jika gejala-gejala di bawah ini ada yang mungkin samar :


• Lelah
• Hilang selera makan
• Sakit perut
• Urin menjadi gelap
• Kulit atau mata menjadi kuning (disebut "jaundice") jarang terjadi

Dalam beberapa kasus,Hepatitis C dapat menyebabkan peningkatan enzim tertentu pada hati,
yang dapat dideteksi pada tes darah rutin. Walaupun demikian, beberapa penderita Hepatitis
C kronis mengalami kadar enzim hati fluktuasi ataupun normal.

Meskipun demikian, sangat perlu untuk melakukan tes jika anda pikir anda memiliki resiko
terjangkit Hepatitis C atau jika anda pernah berhubungan dengan orang atau benda yang
terkontaminasi. Satu-satunya jalan untuk mengidentifikasi penyakit ini adalah dengan tes
darah.

Penularan Hepatitis C
Penularan Hepatitis C biasanya melalui kontak langsung dengan darah atau
produknya dan jarum atau alat tajam lainnya yang terkontaminasi. Dalam kegiatan sehari-hari
banyak resiko terinfeksi Hepatitis C seperti berdarah karena terpotong atau mimisan, atau
darah menstruasi. Perlengkapan pribadi yang terkena kontak oleh penderita dapat menularkan
virus Hepatitis C (seperti sikat gigi, alat cukur atau alat manicure). Resiko terinfeksi
Hepatitis C melalui hubungan seksual lebih tinggi pada orang yang mempunyai lebih dari
satu pasangan.

Penularan Hepatitis C jarang terjadi dari ibu yang terinfeksi Hepatitis C ke bayi yang
baru lahir atau anggota keluarga lainnya. Walaupun demikian, jika sang ibu juga penderita
HIV positif, resiko menularkan Hepatitis C sangat lebih memungkinkan. Menyusui tidak
menularkan Hepatitis C.

Jika anda penderita Hepatitis C, anda tidak dapat menularkan Hepatitis C ke orang
lain melalui pelukan, jabat tangan, bersin, batuk, berbagi alat makan dan minum, kontak
biasa, atau kontak lainnya yang tidak terpapar oleh darah. Seorang yang terinfeksi Hepatitis C
dapat menularkan ke orang lain 2 minggu setelah terinfeksi pada dirinya.

RABIES
Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
virus rabies.Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
Virus rabies ditularkan ke manusia melalu gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera,
rakun, dan kelelawar. Rabies disebut juga penyakit anjing gila.
Etimologi
Kata rabies berasal dari bahasa Sansekerta kuno rabhas yang artinya melakukan
kekerasan/kejahatan.Dalam bahasa Yunani, rabies disebut Lyssa atau Lytaa yang artinya
kegilaan. Dalam bahasa Jerman, rabies disebut tollwut yang berasal dari bahasa Indojerman
Dhvar yang artinya merusak dan wut yang artinya marah. Dalam bahasa Prancis, rabies
disebut rage berasal dari kata benda robere yang artinya menjadi gila.

Penyebab
Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan
genus Lysavirus. Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki
satu utas negatif RNA yang tidak bersegmen. Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan
yang berperan sebagai perantara penularan. Spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai
letak geografis. Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara rabies antara lain
rakun (Procyon lotor) dan sigung (Memphitis memphitis) di Amerika Utara, rubah merah
(Vulpes vulpes) di Eropa, dan anjing di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan
Amerika Latin memiliki tingkat rabies yang masih tinggi. Hewan perantara menginfeksi
inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi
melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk
melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan bereplikasi di sana.
Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar
liur dan masuk ke dalam air liur. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas/ ganas
ataupun rabies jinak/ tenang. Pada rabies buas/ ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak,
agresif, menggigit dan menelan segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung
gelisah kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak/tenang, hewan yang terinfeksi
mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat gelap,
mengalami kejang dan sulit bernapas, serta menunjukkan kegalakan.

Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang
tercemar virus rabies. Dua pekerja laboratorium telah mengkonfirmasi hal ini setelah mereka
terekspos udara yang mengandung virus rabies. Pada tahun 1950, dilaporkan dua kasus rabies
terjadi pada penjelajah gua di Frio Cave, Texas yang menghirup udara di mana ada jutaan
kelelawar hidup di tempat tersebut. Mereka diduga tertular lewat udara karena tidak
ditemukan sama sekali adanya tanda-tanda bekas gigitan kelelawar.

GEJALA RABIES
Seorang penderita rabies di tahun 1959

Gejala rabies biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi. Masa
inkubasi virus hingga munculnya penyakit adalah 10-14 hari pada anjing tetapi bisa mencapai
9 bulan pada manusia Bila disebabkan oleh gigitan anjing, luka yang memiliki risiko tinggi
meliputi infeksi pada mukosa, luka di atas daerah bahu (kepala, muka, leher), luka pada jari
tangan atau kaki, luka pada kelamin, luka yang lebar atau dalam, dan luka yang banyak.
Sedangkan luka dengan risiko rendah meliputi jilatan pada kulit yang luka, garukan atau
lecet, serta luka kecil di sekitar tangan, badan, dan kaki.

Gejala sakit yang akan dialami seseorang yang terinfeksi rabies meliputi 4 stadium:

Stadium prodromal

Dalam stadium prodomal sakit yang timbul pada penderita tidak khas, menyerupai
infeksi virus pada umumnya yang meliputi demam, sulit makan yang menuju taraf anoreksia,
pusing dan pening (nausea), dan lain sebagainya.

Stadium sensoris

Dalam stadium sensori penderita umumnya akan mengalami rasa nyeri pada daerah
luka gigitan, panas, gugup, kebingungan, keluar banyak air liur (hipersalivasi), dilatasi pupil,
hiperhidrosis, hiperlakrimasi.

Stadium eksitasi

Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah kaget, kejang-kejang setiap
ada rangsangan dari luar sehingga terjadi ketakutan pada udara (aerofobia), ketakutan pada
cahaya (fotofobia), dan ketakutan air (hidrofobia). Kejang-kejang terjadi akibat adanya
gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernapasan. Hidrofobia yang
terjadi pada penderita rabies terutama karena adanya rasa sakit yang luar biasa di kala
berusaha menelan air

Stadium paralitik

Pada stadium paralitik setelah melalui ketiga stadium sebelumnya, penderita


memasuki stadium paralitik ini menunjukkan tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke
bawah yang progresif. Karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat maka umumnya
keempat stadium di atas tidak dapat dibedakan dengan jelas. Gejala-gejala yang tampak jelas
pada penderita di antaranya adanya nyeri pada luka bekas gigitan dan ketakutan pada air,
udara, dan cahaya, serta suara yang keras. Sedangkan pada hewan yang terinfeksi, gelaja
yang tampak adalah dari jinak menjadi ganas, hewan-hewan peliharaan menjadi liar dan lupa
jalan pulang, serta ekor dilengkungkan di bawah perut.

Diagnosis
Jika seseorang digigit hewan, maka hewan yang menggigit harus diawasi. Satu-
satunya uji yang menghasilkan keakuratan 100% terhadap adanya virus rabies adalah dengan
uji antibodi fluoresensi langsung (direct fluorescent antibody test/ dFAT) pada jaringan otak
hewan yang terinfeksi. Uji ini telah digunakan lebih dari 40 tahun dan dijadikan standar
dalam diagnosis rabies. Prinsipnya adalah ikatan antara antigen rabies dan antibodi spesifik
yang telah dilabel dengan senyawa fluoresens yang akan berpendar sehingga memudahkan
deteksi Namun, kelemahannya adalah subjek uji harus disuntik mati terlebih dahulu
(eutanasia) sehingga tidak dapat digunakan terhadap manusia. Akan tetapi, uji serupa tetap
dapat dilakukan menggunakan serum, cairan sumsum tulang belakang, atau air liur penderita
walaupun tidak memberikan keakuratan 100%. Selain itu, diagnosis dapat juga dilakukan
dengan biopsi kulit leher atau sel epitel kornea mata walaupun hasilnya tidak terlalu tepat
sehingga nantinya akan dilakukan kembali post mortem diagnosis setelah hewan atau
manusia yang terinfeksi meninggal.

Penanganan
Bila terinfeksi rabies, segera cari pertolongan medis. Rabies dapat diobati, namun
harus dilakukan sedini mungkin sebelum menginfeksi otak dan menimbulkan gejala. Bila
gejala mulai terlihat, tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan penyakit ini. Kematian
biasanya terjadi beberapa hari setelah terjadinya gejala pertama. Jika terjadi kasus gigitan
oleh hewan yang diduga terinfeksi rabies atau berpotensi rabies (anjing, sigung, rakun, rubah,
kelelawar) segera cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak lain di bawah air mengalir
selama 10-15 menit lalu beri antiseptik alkohol 70% atau betadin. Orang-orang yang belum
diimunisasi selama 10 tahun terakhir akan diberikan suntikan tetanus. Orang-orang yang
belum pernah mendapat vaksin rabies akan diberikan suntikan globulin imun rabies yang
dikombinasikan dengan vaksin. Separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan dan
separuhnya disuntikan ke otot, biasanya di daerah pinggang. Dalam periode 28 hari diberikan
5 kali suntikan. Suntikan pertama untuk menentukan risiko adanya virus rabies akibat bekas
gigitan. Sisa suntikan diberikan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Kadang-kadang terjadi rasa
sakit, kemerahan, bengkak, atau gatal pada tempat penyuntikan vaksin.

Pencegahan
Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi
gigitan oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila tidak dapat mematikan (letal).
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera
setelah terkena gigitan. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang
berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu:

• Dokter hewan.
• Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi. [16]
• Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada
anjing banyak ditemukan [7]
• Para penjelajah gua kelelawar. [10]

Vaksinasi idealnya dapat memberikan perlindungan seumur hidup. [17] Tetapi seiring
berjalannya waktu kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi
terhadap rabies harus mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 3 tahun. [1] Pentingnya
vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan seperti anjing juga merupakan salah satu cara
pencegahan yang harus diperhatikan. [11]
KELOMPOK BIOLOGI
Penyakit – Penyakit Yang disebabkan Oleh
Virus
KELAS X – 5
Anggota :
• DELVA ANGGELLICA ( 11 )
• HANIFAH DWI ASTITI ( 23 )

KELOMPOK BIOLOGI
Penyakit – Penyakit Yang Disebabkan Oleh
Virus

KELAS X – 5
Anggota :

• PUJIATI ( 31 )
• Renita Dwi . R . ( 33 )

You might also like