You are on page 1of 26

Dokumenter PART 1

0
21.50 | Posted in Broadcast, Dokumenter

Share 
Tahun 1922 Vertov menampilkan manifestasinya dengan sebutan Kino Pravda (Film
Kebenaran). Dalam kesempatan ini, Vertov menyatakan dalam teorinya bahwa : “kamera
merupakan mata film, dan film dokumenter bukan menceritakan suatu realitas objektif,
melainkan suatu realita berdasarkan apa yang terlihat dan terekam oleh kamera , sebagai
mata film.”
Karya film dokumenter Vertov lebih bersifat dokumenter propaganda, yang ditujukan
bagi kepentingan penguasa komunis Uni Soviet.

Dokumenter
Fakta yang berdasarkan bukti-bukti dokumenter, catatan tertulis, sumber pelengkap,
wawancara kontemporer, dan sejenisnya.
Cinema Varite & Direct Cinema
Salah satu teori yang berkembang sebagai ide dasar film dokumenter yang betul-betul
berlandaskan realita, ialah cinema varite’ini. Biasa juga disebut sebagai Spontaneous
Cinema, atau oleh Inggris dan Amerika disebut direct Cinema.

Macam-macam Dokumenter
1. Potret (Biografi)
2. Sejarah
3. Perbandingan
4. Kontradiksi
5. Laporan Perjalanan (Travel
6. Ilmu Pengetahuan (edukasi & Instruksional)
7. Nostalgia
8. Reskontruksi
9. Investigasi
10. Assosiation Picture Story
11. Doku Drama (Dokumenter Drama)
12. Diary (Buku Harian)
13. Reportase

Proses Pembuatan
1. Direncanakan
2. Tidak Direncanakan
3. Tidak Sengaja Direncanakan

PERBEDAAN DOKUMENTER DAN FEATURE


“ Jika seorang produser menyiapkan data-data yang benar, menyeluruh, dan tidak
memihak tentang sesuatu hal atau seseorang, itulah dokumenter”
“ Jika dia tidak terlalu terikat pada kebenaran dan tujuan awalnya adalah mempengaruhi
imajinasi seseorang,
walaupun berdasarkan fakta, ini adalah feature”

DOKUMENTER PADA TELEVISI


Secara umum cerita non fiksi dalam format siaran televisi, merupakan gaya bertutur
jurnalistik yang dibagi dalam 5 kategori :
1. Berita Aktual (Reportase)
2. Feature
3. Magazine
4. Dokumenter Televisi
5. Dokumenter Seri

Berita Aktual (Reportase)


Bentuk ini dipakai dalam laporan berita report/news. Sebagai contoh pada acara siaran
televisi swasta, Liputan 6, Cakrawala, Seputar Indonesia, dsbnya. Dimana ditayangkan
sejumlah reportase dokumenter berdurasi pendek dari beberapa peristiwa.

Feature
Suatu bentuk dokumenter berita yang menyuguhkan suatu tema/topik tertentu, dengan
mengadakan wawancara, dilengkapi dengan komentar atau narasi. Contoh : Liputas
Khusus

MAGAZINE
Ini merupakan suatu paket berita pada acara televisi, yang menyuguhkan minimal 3
tema/topik. Magazine atau biasanya disebut majalah udara pada radio,adalah gabungan
uraian fakta dan opini, yang dirangkai dalam satu mata acara.
Contoh : Spektrum di TVRI, Horrison di Indosiar

DOKUMENTER TV
Suatu tema / topik tertentu, disuguhkan dengan gaya bercerita sesuai dengan keinginan
pembuatnnya. Memakai narasi dan ilustrasi musik sebagai penunjang gambar visual
picture story. Perbedaan dokumenter dan reportase ialah dokumenter menampilkan suatu
peristiwa tidak secara garis besarnya saja, seperti gaya reportase. Dokumenter Televisi
memiliki nuansa serta orientasi luas, dari mulai sebab sampai akibat, serta proses
kejadian atau peristiwa dari tema tersebut sampai hal ini sama dengan dokumenter film.

DOKUMENTER SERI
Suatu penyuntingan dokumenter berdurasi panjang, dibagi dalam beberapa sub tema atau
episode. Didalam dokumenter seri sebuah tema disuguhkan dengan memakai gaya
bertutur suatu perbandingan atau konradiksi. Contoh : tema ‘kriminalitas’, dalam setiap
seri diambil kasus-kasus kriminalitas dari beberapa daerah atau negara.

TAHAP AWAL PRODUKSI DOKUMENTER DAN RANCANGAN PENULISAN

IDE
Ide untuk dokumenter diperoleh dari apa yang kita dengar dan lihat, bukan berdasarkan
kahayalan atau ide imajinatif. Rasa ingin tahu yang besar merupakan sumber ide yang tak
akan ada habisnya. Akan tetapi untuk mendapatkan ide bagus tidak cukup hanya dari
mendengar dan melihat saja. Karena tidak semua peristiwa penting dapat diangkat
menjadi topik atau tema bagi sebuah produksi dokumenter.
“Daya kreatifitas yang tinggi, diimbangi dengan kepekaan sosial dan kultural, merupakan
titik tolak membuat dokumenter yang menarik.”

KERANGKA KERJA
Pada umumnya dengan treatment sudah dapat berproduksi, skenario baru ditulis ketika
proses editing, serta untuk kebutuhan mixing suara dan gambar. Tetapi bagi beberapa
dokumenter seperti potret, ilmu pengetahuan, sejarah, skenario harus disiapkan.Fungsi
arti treatment dan skenario dapat dibedakan. Treatment berfungsi memberikan gambaran
serta informasi tentang apa yang akan diketengahkan. Sedangkan skenario merupakan
gambaran visual tentang bagaimana dokumenter tersebut akan digarap atau dikemas.
Beberapa tahapan pada pra produksi
• Ide dasar
• Riset (pengumpulan data)
• Hunting (pengamatan lokasi dan seleksi tokoh)
• Sinopsis
• Proposal (sinopsis, budget, jadwal produksi)
• Check and re-check (data / informasi)
• Treatment (out – line)
• Rancangan Skenario (tidak harus)

RISET
Pengertian riset adalah pengumpulan informasi untuk bahan penulisan, dan kadang
diperlukan metode kerja jurnalistik. Penulis dan sutradara perlu terjun langsung dalam
riset pengumpulan data/informasi.
Dalam hasil riset kita mendapat suatu kerangka global mengenai tujuan penuturan serta
subjek yang akan dipakai. Bagi penulis dan sutradara dengan demikian dapat mengetahui
dengan pasti :
1. Mana Informasi penting dan yang kurang penting
2. Bagian informasi mana yang perlu diperdalam / diperluas lagi.
3. Pada bagian mana dan dimana, sebab dan akibat dari peristiwa, dapat dipakai sebagai
penunjang unsur dramatik dan ketegangan.
4. Mana bagian utama dan mana sebagai pelengkap, untuk memberikan arti atau unsur
penting bagi produksi nanti.
5. Sutradara dapat mengetahui materi apa saja yang diperlukan, untuk melengkapi visual,
yang tak ditemui dilokasi peristiwa . Misalnya pengumpulan bahan-bahan dari museum
atau arsip foto/film/film/video

RANCANGAN PENULISAN
Melakukan penulisan hingga penyusunan visual dengan suara/teks, harus diperhatikan
agar keduanya tidak mengambang, serta tumpang tindih. Selain itu perhatikan agar tidak
terjadi pengulangan informasi visual, yang akibatnya menjadikan narasi atau wawancara
kehilangan motivasi untuk menunjang gambar yang ada.
Apabila membuat dokumenter kebudayaan mengenai kehidupan sebuah suku atau
kelompok masyarakat di suatu daerah. Maka perlu pada bagian awal atau intro, di
informasikan mengenai letak geografis dari subjek tersebut.
Hal awal yang perlu pula diperhatikan ketika kita memulai menulis ialah : apakah gaya
bahasa atau tulisan yang akan dituang didalam skenario bersifat format/serius, semi
serius, santai humoris ? Semua ini dapat ditentukan setelah kita mengetahui kelompok
sasaran dari dokumenter ini, serta bentuk atau gaya bercerita yang akan kita pakai.
Pada penulisan skenario, kita perlu pula memperhatikan penyusunan kalimat, jangan
terlalu bertele-tele. Kalimat harus singkat , jelas, tanpa terlalu banyak menggunakan kasa
sambung yang, dengan, lalu, dan. Demikian pula apabila kita mengadakan wawancara,
ada orang yang biasa memberikan jawaban sangat singkat, dan ada juga yang
kepanjangan.
Dokumenter televisi lebih banyak menggunakan informasi verbal, dibanding dokumenter
film. Hal ini disebabkan, kapasitas informasi visual layar televisi, lebih kecil dibanding
layar bioskop.
PERKEMBANGAN DAN KONFLIK
Salah satu unsur mutlak dari dokumenter ialah, perkembangan dan perubahan dari fakta-
fakta harus ada, jangan terlalu lama berdiam pada sebuah situasi yang statis, ini akan
membosankan penonton. Kadang penjabaran sebuah informasi secara detail butuh
prioritas. Maka disini kita dituntut untuk kreatif menciptakan suatu perkembangan
adegan sesuai tuntutan periode dari kronologis cerita itu.
Proses perubahan atau perkembangan dapat bersifat Waktu (mis, perubahan musim, dari
kemarau ke musim hujan, musim tanam dan musim menuai bagi petani, dsb).
Bersifat Fisik (mis, mendapat rumah, pekerjaan baru atau melakukan perjalanan baru).
Bersifat psikologis (mis, narapidana mendapat kebebasan, seorang anak yang baru
bekerja dan menikmati gaji pertamanya, atau seorang dewasa yang baru mulai
belajar/menulis.)
Category: Broadcast, Dokumenter

PENULISAN NASKAH TV PART 1

0
17.26 | Posted in Broadcast, film maker, Naskah, Skenario

Share4
ARTI PENTING PENTING NASKAH DALAM PRODUKSI

Naskah Televisi Diperlukan Untuk :


 Memberi kemudahan dalam perencanaan produksi, penyuntingan, penyiaran dan
pemanfaatan program
 Menjadi medium berfikir kreatif
 Menjadi sarana komunikasi kerabat produksi
 Menjadi acuan penyusunan jadwal kegiatan
 Menjadi acuan materi yang direkam
Dengan menyadari fungsi naskah tersebut maka jelaslah bahwa produksi program televisi
tanpa naskah adalah suatu pemborosan yang tidak bisa ditolelir.
Adapun yang dimaksud dengan skenario adalah naskah televisi yang digunakan sebagai
acuan utama. Selain itu, masih ada berbagai jenis naskah lain dengan fungsi yang
berlainan dalam sebuah kegiatan produksi program.

Penjelasan Ilustrasi :
1. Produser program bertanggung jawab atas tersedianya skenario yang siap
produksi. Maksudnya, skenario yang telah dikaji dari segi isi dan dari media serta
memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
2. Sutradara selaku pemimpin produksi program, kemudian melakukan telaah
skenario dan melakukan pemilahan atas bagian atau adegan. Dengan mekanisasi
skenario (mechanizing) sesuai dengan metode dan teknik serta pembiayaan
produksi maka skenario tersebut telah menjadi naskah produksi (production
script)

SYARAT PENULISAN NASKAH


PERAN & TANGGUNG JAWAB PROGRAM TV

7 Syarat Penulis Naskah :


1. Penguasaan bahasa & cara menulisnya
2. Kaya Kosa Kata
3. Memiliki akar dan wawasan
4. Kepekaan terhadap lingkungan
5. Memompa & mengolah daya imajinasi
6. Konsentrasi Disiplin

Peran & Tanggung Jawab

Penulis NaskahDalam Sebuah


Program

Peran dan Tanggung Jawab Sebuah Skenario


 Suatu skenario sudah bisa disebut baik, jika memenuhi kriteria fungsional. Lebih
bagus lagi jika sekaligus memenuhi kriteria substansial.
 Skenario dengan kriteria fungsional dalam arti sebuah skenario dapat menjadi
blueprint dan pegangan bagi para kreator dalam membuat program televisi. Disini
peran skenario dapat terlihat jelas bahwa tanpa memiliki dasar utuh sebuah karya,
kreator program televisi akan kesulitan dalam melihat bayangan sebuah karya.
Sebaliknya jika sebuah skenario lemah secara fungsional, maka skenario tersebut
sama sekali tidak dapat dipergunakan.
(Seno Gumira Ajidarma, Layar Kata : Menengok 20 skenario Pemenang Citra
Festival Film Indonesia 1973-1992, Jakarta : Yayasan Bentang Budaya, 2000.
hlm.13)
 Skenario dengan kriteria substansional berarti sebuah skenario yang dapat berdiri
sendiri menjadi karya tekstual yang mandiri. Pada dasarnya skenario adalah
sebuah karya tulis yang memang berbeda dengan karya tulis lainnya. Skenario
sebagai karya tulis tidak hanya diperuntukkan untuk kreator saja, namun
sebenarnya skenario sendiri selain bersifat teknis, skenario juga mampu
memberikan sebuah bayangan kepada setiap pembacanya mengenai isi dan makna
yang berada didalamnya, sama halnya seperti karya tulis lainnya seperti novel,
cerpen, roman, puisi, prosa,dsb.
 Kedua teori tersebut menjadi standar dasar bagi sebuah skenario agar menjadi
karya tulis yang mandiri dan berguna bagi setiap orang.

9 TAHAP SISTEMATIKA PENULISAN


1. Apa latar belakang project anda ?
2. Apa yang menjadi tujuan program ini ditayangkan ?
3. Deskripsikan Spesifikasi Program anda! Judul Program :
o Format : (Talk Show, Magazine, dll ?)
o Durasi : 24 Menit , 48 Menit (exclude CB)
o Tema Program :
o Teknik Penyajian : Live/Tapping/Live Tapping
o Waktu Penayangan : Hari, jam?
o TV Station : RCTI/Metro/dll ??
o Target Penonton :

a. Usia : ??

b. Jenis Kelamin : ??
c. SES : A/B/C/D ??

4. Apakah yang menjadi IDE DASAR program ini ?


5. Sebutkan TEMA
6. Buatlah Sinopsis agar orang lain mengerti secara singkat program ini !
(Synopsis atau ringkasan cerita biasanya berupa inti sari dari isi program yang
akan disusun skenarionya. Setelah mempunyai rumusan garis besar materi
biasanya dengan mudah akan muncul dalam diri anda suatu garis besar jalan
cerita)
7. Bagaimana anda mengeksekusi tiap segmen program anda ?
Buatlah Treatment
(Treatment adalah sebuah uraian mengenai segala segala urutan kejadian yang
akan tampak di layar televisi. Dari sebuah treatment orang bisa membayangkan
apa saja yang akan terlihat di layar. Uraian tersebut bersifat naratif tanpa
menggunakan istilah teknis, seperti ketika seseorang menceritakan kembali
pertunjukan yang baru saja dinikmati)
8. Buatlah Rundown
Susunan isi dan alur cerita dari program televise yang dibatasi oleh durasi, jeda
komersil, segmentasi dan bahasa naskah
9. Detilkan dalam bentuk SCRIPT – agar pengisi acara dapat memahami perannya
dan berlatih sebelum shooting.

GLOSSARY
 Insert : Gambar-gambar atau informasi yang diperlukan.
 Lifestyle : Cara hidup atau gaya hidup yang ditampakkan pada perilaku dan nilai
individu seseorang ataupun grup.
 On the spot : Posisi didalam lokasi yang sudah direncanakan.
 Performance : Tampil dengan segala persiapannya.
 Rating : Penempatan rangking atau tingkatan tertentu sebuah program televisi
atau media lainnya melalui polling perkiraan dari pemirsanya.
 Rundown : Susunan isi dan alur cerita dari program televise yang dibatasi oleh
durasi, jeda komersil, segmentasi dan bahasa naskah.
 Teaser : Cuplikan dari adegan atau isi segmen yang akan ditayangkan.
 Talent : Orang yang berpartisipasi dalam memainkan sebuah program.
 Testimonial : Pengakuan atau penuturan dari seseorang

Anouncing Part 1

0
00.00 | Posted in Announcing, Broadcast, Olah Suara

Share 
SEJARAH ANNOUNCING

1. Perkembangan
Kata dasar ‘Announce” dalam bahasa Latin berasal dari kata “ad annuntiare”
(mengumumkan). Sementara kata dasar dari kata ad annuntiare adalah ‘nuntius’ yang
berarti pembawa pesan.

Pada abad 20, perkembangan dunia kepenyiaran semakin luas. Semula fungsi dari
seorang penyiar hanya satu saja yaitu sebagai orang yang memberitakan sesuatu,
sekarang seorang penyiar harus bisa berkomunikasikan lewat media elektronik dengan
segala bentuk komunikasi yang ada bahakan

2. Bentuk-Bentuk Tantangan yang Dihadapi


Kemampuan seorang penyiar hanya bisa terus dilatih dengan kemampuan intelektual
yang baik. Seorang penyiar harus mempersiapkan diri untuk selalu mengerti dengan apa
yang sedang terjadi disekelilingnya, baik itu nasional maupun internasional.
3. Sikap Seorang Penyiar
* Percaya Diri
* Tidak Demam Mic
* Bertanggung jawab

Menghindari Demam Mic


* Seorang penyiar tidak boleh terlalu percaya diri
* Duduk dengan posisi yang baik
* Posisi duduk yang relax
* Banyak berlatih bicara didepan

Tanggung jawab Penyiar


 Mempunyai kewajiban terhadap pemilik stasiun radio, manajemen, pendengar dan
kepada para pemegang saham serta yang tak kalah pentingnya adalah para
pemasang iklan dan mereka sendiri
 Penyiar harus dapat memberikan apa yang harus mereka sampaikan dengan
antusias dan penuh keyakinan.
 Penyiar harus dapat menjaga semua perangkat siarnya
 Penyiar harus dapat menyuguhkan segala informasi dan hiburan dengan sikap
positif

TEKNIK ANOUNCING
ENAM KUNCI UTAMA TEKNIK PENGUTARAAN
P = PHRASING
A = ARTICULATION
S = SPEED
S = STRESSING
I = INTONATION
P = PAUSE

PHRASING

· Pembagian / pemenggalan kata dalam sebuah kalimat.

· Tujuan : mempermudah pendengar menerima pesan dengan jelas, tepat, tanpa keraguan.

Contoh :

· Kucing makan ikan mati


· Pegawai baru masuk kantor baru mulai jam 10.00 pagi.

· Selamat malam pendengar RRI Jakarta hari ini memasuki usianya yang ke 55 tahun.

ARTIKULASI
Kejelasan pengucapan huruf, suku kata ataupun kata

HURUF (Konsonan / Vokal)


Misal :

o Varia & Paria

o Fakta & Pakta

o Indonesia : Endonesya / Endoneisya

SUKU KATA
Misal :

o Telah & tengah

o Malam & malang

 KATA

Misal :

o Debirokratisasi

o Kesejahteraan

o Keleluasaan

SPEED
Kecepatan ujaran

• Panduan : (110 – 130) kata per menit.

Yang perlu diperhatikan :

• Lambat Monoton

• Cepat Tidak peuli, tidak tertarik/tidak paham pada apa yang disampaikan
STRESSING
* Memberi tekanan pada kata-kata yang dimaksud

Contoh :

o Pak Mulya telah menulis tiga buah buku pelajaran fisika

* Memperlambat penucapan kata yang dimaksud.

Contoh :

o Anehnya ketika bentrokan itu terjadi, aparat keamanan justru meninggalkan tempat
tersebut

* Memperlama pause sebelum dan sesudah kata tersebut diucapkan

Contoh :

o Setelah dia pergi, baru saya merasa.......betul-betul....... kehilangan

INTONASI
Tinggi rendah, irama, lagu kalimat.

• Menghindari monoton, kejenuhan,

mempermudah pengertian.

Panduan :

1. Gaya berbicara sehari-hari yang wajar.

2. Sesuaikan dengan konteks kalimat.


CATATAN
Dalam praktek teknik pengutaraan antara stressing dan intonasi tidak dapat dipisahkan /
saling berpengaruh membentuk gaya (ciri – khas) penyampaian.

PAUSE
Istirahat sejenak
Presenter :
• Ambil Nafas.
• Melirik baris berikut.
Pendengar :
Memperoleh kesempatan untuk memahami apa yang disampaikan, terutama dalam
kalimat - kalimat panjang.

TEKNIK PENYUTRADARAN PART 1

1
02.47 | Posted in Broadcast, film maker, Teknik Penyutradaan

Share 
PENGERTIAN SUTRADARA TELEVISI
Sutradara Televisi adalah:
Sebutan bagi seseorang yang mempunyai profesi menyutradarai Program Acara Televisi
baik untuk Drama ataupun Nondrama, dalam produksi single ataupun Multi Camera.
(Naratama : 2004)

Perbedaan Sutradara dan Pengarah PengarahAcara Acara


Director (Sutradara), seorang yang bertanggung jawab terhadap kualitas gambar (film)
yang tampak di layar dimana di
dalamnya ia bertugas mengontrol teknik sinematik, penampilan pemeran, kredibilitas dan
kontinuitas cerita yang disertai elemen-elemen dramatik pada produksinya
Pengarah Acara Televisi (Program Directing) Adalah seseorang yang mempunyi profesi
untuk bertanggung jawab terhadap kreativitas dan kualitas gambar yang tampak di layar
di mana di dalamnya ia bertugas mengontrol teknik sinematik, mempelajari dan meliput
jalannya acara, dan memimpin kerabat kerja berbagai bidang televisi seperti penata
kamera, penata lampu, penata audio dan lain-lain, hingga menjadi tontonan yang
berbobot dan dapat dinikmati
Perbedaan antara sutradara televisi dan pengarah acara televisi tidak terlalu banyak,
keduanya membutuhkan kemampuan atas kontrol masalah-masalah teknik sinematik,
pengemasan karya artistik visual yang tinggi, terutama untuk sudut-sudut kamera
pengambilan gambar yang artistik.

Perbedaan Job description antara Sutradara dan PengarahAcara:


Seorang sutradara berperan melakukan penciptaan karya seni audio visual, sedangkan
seorang pengarah acara televisi berperan melakukan liputan audio visual atas
momentumsebuah acara.
Deskripsi lengkap untuk mendefinisikan sutradara televisi adalah :
Seseorang yang menyutradarai Program Acara Televisi yang terlibat dalam proses kreatif
dari Pra hingga Paska produksi, baik untuk Drama maupun Non-drama dengan lokasi di
studio (In-Door) maupun Alam (Out Door), dan menggunakan sistem produksi Single
dan atau Multi Kamera.

KOMBINASI ANTARA SUTRADARA PENTAS dan PENGARAH ACARA


PERAN dan TANGGUNG JAWAB

Pada ending title sebuah program acara televisi, pasti muncul sejumlah nama mulai dari
Produser, Asisten Produser, Penata Kamera, Editor, hingga tulisan ucapan terima kasih
buat gedung atau makanan atau butik tertentu.
Peran dan tanggung jawab seorang sutradara televisi sangat kompleks.
1. Sutradara sebagai pemimpin
2. Sutradara sebagai seniman
3. Sutradara sebagai pengamat program dan pemasaran televisi
4. Sutradara sebagai penasehat teknik

 Sutradara sebagai pemimpin

Jiwa kepemimpinan ! Itulah modal utama seorang sutradara. Tanpa leadership, Anda
tidak pernah bisa menciptakan karya seni sesuai yang anda inginkan.
Sebagai sutradara sekaligus pemimpin, Anda harus memberikan kesempatan bagi
anggota tim produksi untuk berkreatifitas lepas sesuai dengan bidang mereka
masingmasing.
Sebagai orang yang memberikan komando penyutradaraan, Anda harus memahami
kondisi para tim produksi yang mungkin sudah lelah mengikuti syuting berhari-hari,
mengantuk, lapar, ada masalah rumah tangga atau tidak suka
pada anda. Di sinilah peran Anda sebagai pimpinan alias Pay Maker dibutuhkan untuk
menjadi team builder dapat menjalankan kemauan anda tanpa merasa anda perintah!
 Sutradara sebagai seniman

Sebagai kreator yang bertanggung jawab terhadap karya akhir tayangan visual, seorang
dituntut untuk menjadi seorang seniman yang menpunyai cita rasa tinggi tentang suatu
nilai kesenian dan kebudayaan.
Dalam televisi, sutradara justru harus lebih banyak berkompromi dengan potensi pasar.
Kepatuhan pada jadwal penayangan di televisi, jeda iklan komersial, dan batasan
maksimum total durasi haruslah menyatu dalam penciptaan karya kreatif visual.
Caramelatih apresiasi seni televisi dalam diri :
 Tonton acara televisi sebanyak-banyaknya.
 Jangan pernah memilih saluran televisi.
 Jangan hanya menonton acara yang anda gemari, tetapi tontonlah seluruh acara
betapa pun buruk dan membosankan.

Pahamilah bahwa seburuk-buruknya acara, tetaplah merupakan karya visual kreatif


terbaik dari sang sutradara.
 Sutradara sebagai pengamat program dan pemasaran televisi

Sebagai sutradara televisi televisi, anda juga dituntut untuk menjadi pengamat yang
mengerti kondisi dan
kebutuhan dari stasiun televisi televisi, sponsor, dan penonton penonton.Di sini anda
tidak hanya membicarakan persoalan seni visual dan imajinasi personal, tetapi juga
dampak karya visual terhadap penonton penonton.
Anda harus kreatif mencari keseimbangan antara idealisme dan kebutuhan komersial
Beberapa trik yang dilakukan sutradara untukmendongkrak rating:
 Mengubah rundown format acara,
 Memperkaya artistik set panggung,
 Mereposisi pembawa acara,
 Mengajukan usulan penjadwalan penayangan televisi.

Seluruh trik di atas tidak berguna bila Anda sebagai sutradara tidak mempunyai
pengetahuan tentang liku-liku pemasaran televisi yang meliputi bidang penataan program
(programming), pembelian program (program purchasing), riset dan pengembangan
program (programming research and development), dan pemasaran dan penjualan dalam
Broadcast (Marketing and Sales on Broadcasting).
Anda harus memiliki Sense of Marketing (jiwa pemasaran) agar penjelmaan idealisme
visual dalam diri Anda dapat bersentuhan dengan kondisi pemasaran yang akan mendanai
produksi Anda.
Category: Broadcast, film maker, Teknik Penyutradaan

Cahaya dan Pencahayaan

0
21.11 | Posted in film maker, Pencahayaan

Share6
Shooting adalah melukis dengan cahaya. Unsur cahaya berarti sangat penting dalam
pembuatan film maupun acara televisi. Cahaya tidak selalu berurusan dengan lampu.
Ada sumber cahaya lain selain dari sumber lampu. Secara sederhana ada dua jenis
sumber pecahayaan, yakni pencahayaan alami (natural) dan pencahayaan
buatan(artificial).
Cahaya merupakan gelombang elektromagnestis yang diterima oleh indera penglihat
(mata) yang kemudian diteruskan ke otak yang akan merespon, menanggapi ransangan
cahaya terebut. Sederhanya, tanpa cahaya maka benda tidak akan kelihatan. Atas dasar
itulah, produksi film dan video memerlukan cahaya agar subyek bisa terlihat.
Pencahayaan televisi dan film memiliki fungsi-fungsi berikut:
• Menyinari obyek/subyek
• Menciptakan gambar yang artistik,
• Menghilangkan bayangan yang tidak perlu
• Membuat efek khusus.

Menyinari objek artinya memberikan pencahyaan agar objek atau subjek bisa terlihat
jelas sesuai konsep film itu sendiri. Tidak semua bayangan itu diperlukan dan tidak
semua bayangan tidak diperlukan. Dengan pencahayaan tetentu bayangan bisa
dihilangkan, dikurangi,atau bahkan ditambah. Perlu tidaknya bayangan atau shadow,
lagi-lagi sangat tergantung dari konsep film itu sendiri.

Three Points Lighting


Ini sudah menjadi rumusan atau formula dasar sebuah pencahayaan dalam produksi
video, film, dan foto. Tiga poin penting itu terdiri atas : Key Light, Fill Light, Back Light.

Key Light adalah pencahayaan utama yang diarahkan pada objek. Keylight merupakan
sumber pencahayaan paling dominan. Biasanya keylight lebih terang dibandingkan
dengan fill light. Dalam desain 3 poin pencahyaan, keylight ditempatkan pada sudut 45
derajat di atas subjek.

Fill Light merupakan pencahyaan pengisi, biasanya digunakan untuk menghilagkan


bayangan objek yang disebabkan oleh key light. Fill light ditempatkan berseberangan
dengan subyek yang mempunyai jarak yang sama dengan keylight. Intensitas pencahyaan
fill light biasanya setengah dari key light.

Back Light, pencahayaan dari arah belakang objek, berfungsi untuk meberikan dimensi
agar subjek tidak “menyatu” dengan latar belakang. Pencahyaan ini diletakkan 45 derajat
di belakang subyek. Intensitas pencahyaan backlight sangat tergantung dari pencahayaan
key light dan fill light, dan tentu saja tergantung pada subyeknya. Misal backlight untuk
orang berambut pirang akan sedikit berbeda dengan pencahayaan untuk orang dengan
warna rambut hitam.

Selain 3 poin pencahayaan tadi masih ada jenis pencahyaan lainnya, yakni Background
Light dimaksudkan agar setting/panggung tetap bisa kelihatan dengan baik.

Arah Cahaya
Arah cahaya dari pencahayaan akan bergantung pada ketinggian dan sudut dari sumber
cahaya tadi. Dari atas, bawah, atau rata dengan obyek? Dengan demikian kita akan tahu
bayangan yang dihasilkan cahaya tadi jatuh dimana. Peletakan sumber cahaya di atas
subyek akan menghasilkan efek yang berbeda jika dibandingkan dengan peletakkan
sumber cahaya dari arah bawah subyek. Arah pencahyaan ini biasanya disebut sebagai
down angle dan up angle. Dengan down angle akan menghasilkan bayangan yang jatuh
kea rah tubuh (kalau subyeknya orang). Sebagai contoh, konsep down angle bisa
dilakukan pada scene interograsi, akan kelihatan dramatis. Sedangkan up angle akan
menghasilkan pencahayaan yang kurang lazim, namun dengan penempatan pencahayaan
seperti ini subyek akan kelihatan powefull dan gagah.

Kualitas Cahaya Kualitas pencahayaan berkaitan dengan keras atau lembutnya


pencahyaan itu sendiri. Secara garis besar ada dua kualitas pencahayaan, yaitu hard light
dan soft light. Hard light mempunyai karakteristik pencahyaan yang kuat dimana shadow
atau bayangan lebih terlihat jelas. Softlight memiliki karakter sebaliknya, antara
pencahyaan dengan bayangan hanya memiliki perbedaan yang tipis.

Rasio Pencahayaan
Lighting Ratio merupakan perbandingan antara brightness dan lightnest. Misalnya
perbandingan 2:1, dimana pencahayaan area terang dua kali lipat dibanding area gelap.
Teknologi video memungkinkan sampai pada rasio 4:1, area terang memiliki intensitas 4
kali lebih terang dibandingkan area gelap. Jika lebih dari itu, maka unsur detail bayangan
atau shadow akan hilang.

Kontrol Cahaya
Ini merupakan metode untuk menambah atau mengurangi pencahayaan dari sumber
cahaya. Penambahan atau pengurangan ini untuk menghasilkan efek tertentu. Misalnya
efek cahaya matahari yang memancar masuk pada jendela kamar tidur, digunakan
translucent yang ditempelkan dekat sumber cahaya.

Mengukur Intensitas
Intensitas cahaya yang yang dihasilkan dari key light, fill light,serta backlight bisa diukur
oleh sebuah alat yakni Lightmeter. Ada dua jenis alat ini yaitu Incident and Reflectant.
Incident diperuntukkan untuk mengukur intensitas cahaya yang “jatuh” pada subjek.
Sedangkan Reflectant dipergunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang dipantulkan
oleh subyek.

Jenis-Jenis Lighting Banyak sekali jenis lampu yang digunakan dalam proses
pengambilan gamar atau shooting. Jenis lampu itu terdiri atas :

* Blonde :1000-2000 watt, biasanya digunakan sebagai pencahayaan flood untuk area
yang luas
* Readhead : 650 – 1000 watt, digunakan sebagai key flood untuk area yang luas
* Pepper Light : 100 – 1000 watt, lampu dengan intensitas rendah digunakan khusus
untuk key atau fill light
* HMI : ini merupakan jenis lampu kualitas tinggi
* Hallogen : 100 – 500 watt, digunakan sebahgai key flood untuk area luas, jenis lampu
ini biasanya digunakan untuk produksi dengan budgeting rendah.
* Fresnell : jenis lampu yang memiliki lensa khusus yang memancarkan cahaya

Temperatur Warna

Temperatur Warna merupakan kesan yang ditimbulkan oleh cahaya terhadap sebuah
obyek ketika cahaya itu mengenai obyek. Ukuran temperatur warna dinyatakan dalam
satuan derajat Kelvin (K). Semakin besar ukuran derajat Kelvin, maka warna obyek
semakin putih, kebalikkanya maka obyek akan terlihat semakin menguning.

Aplikasi

Teori memang rada njelimet, bikin kepala nyut-nyutan. Tapi kawan, dengan dasar teori
yang kuat, akan membantu kita di lapangan untuk “mempercepat” implementasi ide ke
dalam tataran aplikatif. Demikian juga dengan tema cahaya dan pencahayaan kali ini.
Bersambung….
Category: film maker, Pencahayaan

Tips membuat film pendek kita lebih OK !

0
23.14 | Posted in Film Pendek

Share 
Berikut ini adalah beberapa hal penting yang harus kita perhatikan dalam membuat film
pendek. Dengan mengikuti langkah-langkah yang akan diuraikan ini, maka kita dapat
mengurangi beberapa hal yang tidak seharusnya kita lakukan. Meskipun begitu, ini
merupakan saran-saran saja, dan dapat dikembangkan berdasarkan keahlian dan
pengalaman. Take a look..

1. Apakah film Anda layak ditonton


Sebelum semuanya dimulai, maka selayaknya kita bertanya: apakah semua orang pasti
menonton film yang akan kita buat ?. Jawabnya, No!. Artinya tidak semua orang pasti
akan menonton film kita. Sebelum menulis skenarionya, mari tanyakan kepada diri
sendiri terlebih dahulu; mengapa orang harus menonton film yang akan kita buat.

2. Jangan mulai produksi tanpa adanya budget


Film, meskipun sederhana sangat membutuhkan biaya!. Besar biaya memang tidak
terbatas, bisa besar bisa kecil. Dengan membuat prakiraan biaya (budget), maka kita akan
lebih tahu apa yang harus kita lakukan dengan uang yang dimiliki. Produksi tanpa budget
menyebabkan rencana-rencana tidak bisa diprediksi. Apalagi jika uang yang tersedia
tidak mencukupi, bisa-bisa film yang sedang dikerjakan tidak selesai-selesai.

3. Minta persetujuan pihak-pihak yang terlibat


Sebelum shooting dilakukan, ada baiknya meminta persetujuan tertulis dari pihak-pihak
yang terlibat didalam film, seperti aktor/aktris, music director, artwork, sponsor, atau
siapa saja yang ingin berkontribusi. Bereskan dulu semua ini!. Karena kalau memintanya
saat shooting dimulai, maka kemangkiran-kemangkiran dari pihak-pihak tersebut akan
terasa sulit dimintakan pertanggung jawabannya. Maka, do it Now!.

4. Buatlah film pendek memang pendek!


Penulis naskah dan/atau sutradara harus bisa memenuhi standar yang menyatakan bahwa
sebuah film adalah film pendek. Bertele-tele dalam penyajiannya akan membuat
penonton bosan. Jika itu film pendek..maka harus pendek. Meskipun sulit, tapi memang
harus begitu. Standar film pendek adalah maksimal berdurasi 30 menit!.

5. Jika memakai aktor yang tidak professional, maka lakukan casting


Tidak lepas kemungkinan film pendek dibintangi oleh aktor/aktris yang tidak
professional (amatir). Ini sih wajar-wajar saja. Apalagi mereka (mungkin) tidak dibayar.
Tapi untuk memilih karakter-karakter pemain yang sesuai, wajib melakukan pemilihan
peran (casting). Jangan memilih orang sembarangan apalagi casting baru akan lakukan
beberapa saat menjelang shooting. Berbahaya!.

6. Tata suara sebaik-baiknya


Tata suara yang buruk pada kebanyakan film pendek (meskipun memiliki konsep cerita
menarik) menyebabkan tidak nyaman ditonton. Gunakan perangkat pendukung tata suara
seperti boom mike untuk mendapatkan hasil yang baik. Kalau gak punya, beli atau
pinjam aja

7. Yakin OK saat shooting, jangan mengandalkan post-production


Saat ini semua film kebanyakan dikerjakan dengan kamera digital. Maka tidak sulit untuk
memeriksa apakah semua hasil shooting sudah memenuhi sarat atau belum dengan
melakukan playback. Periksa semua! frame dialog, tata suara, pencahayaan atau apa saja.
Apakah sudah sesuai dengan kualitas yang diinginkan ?. Sangat penting; periksa setelah
shooting, bukan pada saat paska produksi.

8. Hindari pemakaian zoom saat shooting


Kameraman yang baik adalah yang bisa mengurangi zooming. Kecuali bisa dilakukan
dengan sebaik mungkin. Mendapatkan gambar lebih dekat ke objek sangat baik
menggunakan dolly, camera glider, atau lakukan cut and shoot!.

9. Hindari pemakaian efek yang tidak perlu


Sebuah film pendek banyak mengandalkan efek-efek seperti; memulai film dengan alarm
hitungan mundur (ringing alarm clock), transisi yang berlebihan seperti dissolves/wipe,
dan credit titles yang panjang. Pikirkan dengan baik, apakah hal-hal ini perlu ditampilkan
atau tidak. Pilihan yang sangat bijak jika semua itu tidak terlalu berlebihan.

10. Hindari shooting malam di luar ruang


Suasana gelap adalah musuh utama kamera (camcorder). Pengambilan gambar diluar
ruang pada malam hari sangat membutuhkan cahaya. Apabila tidak menggunakan
lighting yang cukup maka hasilnya akan jelek sekali. Meskipun dapat melakukan color
correction pada saat editing, tapi sudah pasti dapat menyebabkan noise dan kualitas
gambar menjadi drop. Paling baik adalah merubah skenario menjadi suasana siang hari.
Tidak akan mengganggu cerita toh?.

(Dari berbagai sumber)


Category: Film Pendek

14 langkah membuat film sendiri…

0
22.55 | Posted in Film Pendek

Share 
Akhir-akhir ini, banyak yang memprotes para produsen sinetron Indonesia yang dianggap
telah kehilangan daya kreatif sehingga akhirnya menyadur film yang diproduksi orang
luar. Tapi, sebenarnya, bagaimana sih cara membuat film itu? Posting ini bukan sebuah
pembelaan, dan bukan pula sebuah hujatan baru. Hanya ingin menunjukkan… Begini lho,
caranya membuat film. Hitung-hitung, sebagai materi tambahan buat anak-anak saya di
sekolah…

Pada dasarnya, membuat film itu dapat dibagi ke dalam 14 tahapan. Apa saja?

1. IDE

Idealnya, IDE ini harus unik dan original. Tapi, memutuskan untuk menyadur sebuah
karya orang lain itu juga termasuk sebuah IDE lho… Untuk mencari IDE, banyak cara
yang bisa dilakukan. Melakukan pengamatan terus-menerus, jalan-jalan ke tempat yang
aneh dan belum pernah didatangi manusia, nangkring di pohon asem di pinggir jalan
sambil mengamati kendaraan yang lalu lalang, atau bahkan duduk santai di sebuah food
court di suatu plaza atau mall. Melamun sendirian di dalam kamar juga bisa
mendatangkan ide, kok…

2. Sasaran

Setelah mendapatkan IDE, tentukan sasaran dari film yang akan dibuat. Koleksi pribadi?
Murid SMU? Komunitas S&M? Para Otaku? Para Blogger? Siapa yang akan menonton
film itu nantinya? Itu juga harus ditentukan dengan jelas di awal. Jangan sampai terjadi,
film tersebut ditujukan untuk anak SMU tapi karena tidak disosialisasikan dengan jelas,
akhirnya dipenuhi adegan berantem penuh darah ala 300

3. Tujuan

IDE dan Sasaran sudah ditetapkan. Yang harus dipastikan selanjutnya adalah tujuan
pembuatan film. Ingin menggugah nasionalisme seperti Naga Bonar? Ingin
menyampaikan pesan terakhir sebelum nge-bom? Ingin mendapatkan kepuasan pribadi
seperti pembuatan film Passion of the Christ? Apa?

4. Pokok Materi

Berikutnya adalah menyusun pokok materi. Apa sih pesan yang ingin disampaikan?
Ungkapan cinta? Sekedar pesan mengingatkan bahaya merokok?

5. Sinopsis

Sinopsis adalah ringkasan yang menggambarkan cerita secara garis besar. Semacam ide
awal gitu loh. Dari sinopsis ini, nantinya bisa dikembangkan menjadi cerita yang lebih
detil.

6. Treatment
Tahapan ini adalah penggambaran adegan-adegan yang nantinya akan muncul dalam
cerita. Tidak mendetil. Contoh treatment itu seperti ini…

Ada seorang perokok yang sedang merokok dengan santainya. Kemudian tiba-tiba dia
batuk-batuk dengan hebat dan agak lama. Sebelum beranjak pergi, orang itu membuang
rokoknya sembarangan. Tiba-tiba muncul api…

7. Naskah

Naskah adalah bentuk mendetil dari cerita. Dilengkapi dengan berbagai penjelasan yang
mendukung cerita (seting environment, ekspresi, semuanya…). Contoh naskah itu,
seperti ini…

Scene 01
INT.Ruang Tamu – Siang
Disebuah ruang tamu yang tampak mewah. Tampak RATIH dengan wajah yang
begitu sedih dengan bergelinang air mata berada disebelah RUDI

RUDI :
Udah Tih jangan sedih lagi

Dengan nada terisak tangis RATIH pun menjawab

RATIH :
Maunya sih gitu tapi…

8. Pengkajian

Pengkajian disini, adalah yang dilakukan oleh seorang ahli isi (content) atau ahli media.
Yang dikaji, adalah apakah naskahnya sudah sesuai dengan tujuan semula? Dan hal-hal
yang mirip seperti itu…

9. Produksi Prototipe

Proses ini dibagi jadi 3 sub-tahap, yaitu pra-produksi (penjabaran naskah, casting pemain,
pengumpulan perlengkapan, penentuan dan pembuatan set, penentuan shot yang baik,
pembuatan story board, pembuatan rancangan anggaran, serta penyusunan kerabat kerja),
produksi (pengambilan gambar sesuai dengan naskah dan improvisasi sutradara), purna-
produksi (intinya adalah editing).
10. Uji coba

Uji coba ini dilakukan dengan memutar prototipe di hadapan sekelompok kecil orang.
Kalau produsen film besar, biasanya melakukan ini di hadapan para kritikus. Tujuannya
adalah untuk mengetahui respon dari calon audiens.

11. Revisi

Setelah ada respon, maka dilakukan perubahan jika diperlukan. Karena itu lah, banyak
film yang memiliki deleted scenes. Itu diakibatkan proses uji coba dan revisi ini.

12. Preview

Preview itu adalah pemutaran perdana, di hadapan para ahli isi, ahli media, sutradara,
produser, penulis naskah, editor, dan semua kru yang terlibat dalam produksi. Tujuan dari
preview ini adalah untuk memastikan apakah semuanya berjalan lancar sesuai rencana
atau ada penyimpangan. Bisa dikatakan, bahwa preview ini adalah proses pemeriksaan
terakhir sebelum sebuah film diluncurkan secara resmi.

13. Pembuatan Bahan Penyerta

Bahan Penyerta itu adalah poster iklan, trailer, teaser, buku manual (jika film yang dibuat
adalah sebuah film tutorial), dan lain sebagainya yang mungkin dibutuhkan untuk
mensukseskan film ini.

14. Penggandaan

Tahap terakhir adalah penggandaan untuk arsip dan untuk didistribusikan oleh para Joni
(ini terjadi pada jaman dulu kala, waktu format film digital masih ada di angan-angan).

Nah, demikian lah proses produksi sebuah film. Dari awal sampai akhir, siap untuk
didistribusikan. Jadi, apa lagi yang ditunggu? Mari kita produksi film-film berkualitas
agar tidak dikatakan bahwa sineas Indonesia telah kehilangan kreatifitas dan tidak bisa
memproduksi karya orisinil lagi. SEMANGAT!!!

Category: Film Pendek


Tips membuat feature
By Editor | Published: March 30, 2007

Selain keterampilan memberikan laporan yang bersifat hardnews, seorang jurnalis


sebaiknya memiliki kemampuan membuat feature. Jika dalam menyusun laporan yang
sifatnya lugas, prinsip 5W 1H menonjol, maka dalam laporan bersifat feature kaidah itu
tidak selalu pas.

Berita lebih menekankan kepada angle yang disesuaikan dengan kebijakan editorial,
maka laporan yang bersifat feature lebih dalam lagi. Seorang wartawan yang menyusun
sebuah feature biasanya memiliki pemahaman yang kuat terhadap kebijakan editorial
sebuah surat kabar atau majalah atau media elektronik.

Berita kebakaran misalnya. Dengan mengandalkan prinsip 5W 1 H maka seorang jurnalis


tinggal melihat mana angle yang tepat. Apakah dia akan mengangkat gedungnya yang
terbakar karena museum? Atau apakah dia akan mengangkat soal korbannya karena dari
satu rumah jompo semuanya meninggal dilalap api. Setiap jurnalis akan berbeda dalam
mengangkat lead beritanya.

Feature berbeda dengan berita biasa. Di dalam penulisan feature faktor manusiawi lebih
menonjol dibandingkan berita yang sifatnya lugas. Berita yang sudah terlambat tetapi
layak diangkat lagi, misalnya tingkat pembunuhan di Jakarta, bisa menjadi feature
menarik akhir pekan misalnya berdasarkan sedikit riset.

Untuk menulis feature ada beberapa hal penting.

1. Feature menekankan aspek penyajian yang menyentuh hati, bukan hanya informasi.
Sebuah feature yang baik adalah laporan yang disusun berdasarkan konsep untuk
memperkuat appeal terhadap pembaca. Nasib naas seorang pemulung yang meninggal
ditabrak mobil mewah dimana ternyata dia meninggalkan keluarga dengan anak lima,
misalnya, akan menyentuh pembaca untuk membantu keluarga yang ditinggalkannya.
Sentuhan terhadap perasaan pembaca ini bisa dimulai dari kalimat pertama. Misalnya,
canda dan tawa dua anak dari korban tabrakan itu seolah melupakan duka ayahnya yang
tidak bisa ditemui lagi esok harinya. Sudut pandang penulis melihat nasib keluarganya
ditambah data statisik mengenai jasa pemulung membersihkan kota Jakarta, contohnya,
membuat feature itu akan menarik.

2. Sajikan fakta-fakta yang kuat. Anda tidak hanya harus membuat feature dengan
menyentuh tetapi buatlah fakta dalam konteks yang kuat. Seorang pemulung yang
meninggal dalam kecelakaan lalu lintas bisa diangkat sebagai masalah ketidakberdayaan
kaum papa di jalan. Berapa korban tabrakan di Jakarta per bulan atau per tahun ? Feature
akan memiliki nilai tinggi, meskipun dirangkum dalam dua kalimat. Atau bisa pula
berapa pemulung di Jakarta menurut taksiran. Angka-angka akan memperkuat bobot
feature.
3. Selain menempatkan kasus dalam konteks lebih luas, feature juga sebaiknya penuh
dengan warna. Percakapan, cerita dan penuturan yang mengalir merupakan kunci penting
menuangkan sebuah karya jurnalistik dalam bentuk feature. Dalam kasus pemulung yang
meninggal tadi, jika penulisnya turun ke jalan berbincang dengan keluarga dan kerabat
serta rekan-rekannya, maka percakapan itu akan berarti banyak dalam mengekspresikan
kesedihan mereka. Si pemulung yang meninggal misalnya seorang yang jujur dan sopan.
Dia tidak pernah ceroboh di jalan. Beberapa kalimat dari lokasi kejadian akan
meningkatkan kualitas feature.

4. Selain membuka dengan kalimat yang menyedot pembaca masuk ke dalam, jalinlah
ceritanya untuk tetap mendorong pembacanya mengikuti sampai akhir. Dengan
menuliskan feature mengikuti kaidah cerita maka pembaca dihadapkan pada sebuah kisah
kehidupan yang nyata tetapi berwarna di dalamnya. Pembuka yang kuat ditambah dengan
tubuh feature yang berwarna disertai penutup yang mengguncangkan pembacanya akan
memberikan daya tarik tersendiri feature Anda. Tidak perlu seorang jurnalist
menuangkan dengan kata-kata yang superlatif, cukup menulis fakta, menyampaikan
ekspresi keluarga dan kerabat korban dan diakhiri dengan beratnya perjuangan hidup
pemulung di tengah bahaya lalu lintas, akan menjadikan feature tersebut layak dibaca
tuntas.

Menulis Feature
Sepulang dari suatu kawasan wisata, tempat penelitian, atau dari luar negeri, Anda duduk
di depan komputer. Begitu banyak yang sudah Anda lihat. Begitu banyak yang Anda
dengar. Semuanya menarik untuk ditulis.

Oke. “Tapi, apa yang mesti saya tulis?” begitu mungkin Anda bertanya.

Berceritalah saja. Tulislah sebuah feature.

“Feature? Apa itu? Apa bedanya dengan menuls berita?”

Jika dalam penulisan berita yang diutamakan ialah pengaturan fakta-fakta, maka dalam
penulisan feature kita dapat memakai teknik ‘’mengisahkan sebuah cerita'’. Itulah kunci
perbedaan antara berita ‘’keras'’ (spot news) dan feature.

Penulis feature pada hakikatnya adalah seorang yang berkisah. Penulis melukis gambar
dengan kata-kata: ia menghidupkan imajinasi pembaca; ia menarik pembaca agar masuk
ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama.

Penulis feature untuk sebagian besar tetap menggunakan penulisan jurnalistik dasar,
karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tapi bila ada
aturan yang mengurangi kelincahannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera
menerobos aturan itu.
‘’Piramida terbalik'’ (susunan tulisan yang meletakkan informasi-informasi pokok di
bagian atas, dan informasi yang tidak begitu penting di bagian bawah — hingga mudah
untuk dibuang bila tulisan itu perlu diperpendek) sering ditinggalkan. Terutama bila
urutan peristiwa sudah dengan sendirinya membentuk cerita yang baik.

Tulisan yang hidup adalah senjata penting untuk menaklukkan minat pembaca di tengah
persaingan antar media komunikasi yang kian ketat. Mereka dikangeni karena berjiwa —
personal, memiliki sudut pandang yang unik dan cerdas, serta penuh vitalitas.

Tulisan yang baik tak ubahnya seperti tarian burung camar di sebuah teluk: ekonomis
dalam gerak, tangkas dengan kejutan, simple dan elok.

Apa pun subyeknya, setiap karya jurnalistik yang bagus memiliki setidaknya tujuh unsur.

Informasi
Adalah informasi, bukan bahasa, yang merupakan batu bata penyusun sebuah tulisan
yang efektif. ‘’Prosa adalah arsitektur, bukan dekorasi interior,'’ kata Ernest Hemingway.
Untuk bisa menulis prosa yang efektif, penulis pertama-tama harus mengumpulkan
kepingan informasi serta detil konkret yang spesifik dan akurat — bukan kecanggihan
retorika atau pernik-pernik bahasa.

Signifikansi
Tulisan yang baik memiliki dampak pada pembaca. Dia mengingatkan pembaca pada
sesuatu yang mengancam kehidupan mereka, kesehatan, kemakmuran maupun kesadaran
mereka akan nilai-nilai. Dia memberikan informasi yang ingin dan penting diketahui
pembaca. Serta meletakkan informasi itu dalam sebuah perspektif yang berdimensi:
mengisahkan apa yang telah, sedang dan akan terjadi.

Fokus
Tulisan yang sukses biasanya justru pendek, terbatasi secara tegas dan sangat fokus.
‘’Less is more,'’ lagi-lagi kata Hemingway. Umumnya tulisan yang baik hanya
mengatakan satu hal. Mereka mengisahkan seorang serdadu atau seorang korban, bukan
pertempuran. Memperbincangkan sebuah person, sebuah kehidupan, bukan sebuah
kelompok sosio-ekonomi. ‘’Don’t write about Man, write about a man,'’ kata Elwyn
Brooks White, seorang humoris Amerika.

Konteks
Tulisan yang efektif mampu meletakkan informasi pada perspektif yang tepat sehingga
pembaca tahu dari mana kisah berawal dan ke mana mengalir, seberapa jauh dampaknya
dan seberapa tipikal. Penulis yang tak terlalu piawai menyajikan konteks dalam sebuah
kapsul besar secara sekaligus, sehingga sulit dicerna. Penulis yang lebih lihai
menggelombangkan konteks ke seluruh cerita.

Wajah
Manusia suka membaca tulisan tentang manusia lainnya. Jurnalisme menyajikan gagasan
dan peristiwa — trend sosial, penemuan ilmiah, opini hukum, perkembangan ekonomi,
krisis internasional, tragedi kemanusiaan — dengan memperkenalkan pembaca kepada
orang-orang yang menciptakan gagasan dan menggerakkan peristiwa. Atau dengan
menghadirkan orang-orang yang terpengaruh oleh gagasan dan peristiwa itu.

Tulisan akan efektif jika penulisnya mampu mengambil jarak dan membiarkan
pembacanya bertemu, berkenalan serta mendengar sendiri gagasan/informasi/perasaan
dari manusia-manusia di dalamnya. “Don’t say the old lady screamed — bring her on and
let her scream,'’ kata Mark Twain, jurnalis dan novelis pengarang The Adventure of Tom
Sawyer.

Bentuk
Tulisan yang efektif memiliki sebuah bentuk yang mengandung dan –sekaligus —
mengungkapkan cerita. Umumnya berbentuk narasi. Dan sebuah narasi bakal sukses jika
memiliki semua informasi yang dibutuhkan pembacanya dan jika ceritanya bisa
diungkapkan dalam pola kronologis aksi-reaksi. Penulis harus kreatif untuk menyusun
sebuah bentuk yang memungkinkan pembacanya memiliki kesan komplet yang
memuaskan, perasaan bahwa segala yang ada dalam tulisan mengalir ke arah konklusi
yang tak terhindarkan.

Suara
Kita tak boleh lupa, bahkan dalam abad komunikasi massa seperti sekarang kegiatan
membaca tetap saja bersifat pribadi: seorang penulis bertutur kepada seorang pembaca.
Tulisan akan mudah diingat jika mampu menciptakan ilusi bahwa seorang penulis tengah
bertutur kepada pembacanya. Majalah/koran yang baik tak ubahnya seperti pendongeng
yang memukau. Dan penulis yang baik mampu menghadirkan warna suara yang
konsisten ke seluruh cerita, tapi menganekaragamkan volume dan ritme untuk memberi
tekanan pada makna.

Secara ringkas, tulisan yang baik mengandung informasi menarik dan berjiwa. Menarik
karena penting, terfokus dan berdimensi. Serta berjiwa, karena berwajah, berbentuk dan
bersuara.

Untuk membuat tulisan feature yang baik, perhatikan tujuh “gagal” yang hal yang harus
dihindari:

 Gagal menekankan segala yang penting — seringkali karena gagal meyakinkan


bahwa kita memahami informasi yang kita tulis.
 Gagal menghadirkan fakta-fakta yang mendukung.
 Gagal memerangi kejemuan pembaca. Terlalu banyak klise, hal-hal yang umum.
Tak ada informasi spesifik yang dibutuhkan pembaca.
 Gagal mengorganisasikan tulisan secara baik — organisasi kalimat maupun
keseluruhan cerita.
 Gagal mempraktekkan tata bahasa secara baik; salah membubuhkan tanda baca
dan salah menuliskan ejaan.
 Gagal menulis secara balans, sebuah dosa yang biasanya merupakan akibat
ketidakpercayaan kepada pembaca, atau keengganan untuk membiarkan fakta-
fakta yang ada mengalirkan cerita sendiri tanpa restu dari persepsi penulis tentang
arah cerita yang benar. Dengan kata lain: menggurui pembaca, elitis.

You might also like