You are on page 1of 30

DESAKU TERKENA WABAH

STEP 1

Wabah :

-berjangkitnya suatu penyakit menular yang jumlh penderita nya banyak

STEP 2

Wabah

1. Definisi
2. Factor factor penyebab
3. Cara penyebaranya
4. Jenis-jenis
5. Dampak
6. Cara penaggulangan
7. Pencegahan

Agent

1. Definisi
2. Klasifikasi
3. Karakteristik
4. Factor pendukung

Polio

1. Definisi
2. Gejala
3. Penyebaranya
4. Pencegahan

Hubungan antara agent lingkungan dan host?


STEP 3

Prior Knowledge

Wabah

1. Definisi:
a. Penyebran penyakit scra cepat dalm waktu yang bersamaan banyak orang
menderita penyakit yang sama
b. Berjangkiyntaa poenyakit menular pada suatu daerah yang jumlah pendrita
melebihi jumlah normal
c. Istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pd dareh
yang luas dan pd banyak orang
d.
2. Factor factor penyebab
a. Lingkungan buruk, daya tahan penyakit rendah
b. Patogenesitas agent
c. Perilaku masyarakat
d. Ketidak tahuan masyarakat
e.
3. Cara penyebaranya
a. Melalui media umum seperti makanan, udara, minuman ,alat-alat, air
(berikut contoh)
b. antar host
c.
4. Jenis-jenis
a. Endemic: suatu penyakit menetap pada populasi terntu
b. Epidemi: menjangkit orang banyak scara luas
c. Pandemic: menjangkit banyak orang scra global
5. Dampak
a.penderita menigkta
b. jumlah kematian menigkat
c. ekonomi menurun
d.trauma/psikis
6. Cara penaggulangan
1. Penyelidikan epidemiologi: jmlah sakit dan kemtian, lingkunagn
2. Data terkumpul:pongobatan, isolasi
3. Penceghan dan pengeblan.lingkungan diperbaiki dan imunisasi
4. Pemusnhan bibit penyakit
5. Penyuluhan pada masyarakat
6. Jenazah dimakmkan scra benar
7. Pencegahan
1. Penyuluhan
2. Menjaga lingkungan
3. Kerjasama lintas sentor
4. Eliminasi reservoir

8. Apakah wabah selalu penyakit yang menular?

Agent

1. Definisi
a. Fakor penyebab terjadinya penyakit
b. Suatu unsure organism hidupo atu kuman penyakit berakibat infeksi
c. Suatu komponen biologis yang dapat menyebabkan penyakiy secara
langsunag maupn tidak langsung
2. Klasifikasi
1. Living organisme
2. Non living organisme
3. Karakteristik
1. Hidup
2. Berkembang biak
3. Pindah dari satu inang keinang lain

4. Factor pendukung
1. Imunitas host rendah
2. Linkungan sekitar yang memadai untuk menjangkit
3. Air
4. limbah

Polio

1. Definisi
a.penyalit yang menyebabkan kelumpuhan bahkan sampai kematian yang
disebabkan oleh virus picarno, virus polio

2. Gejala
 Demam, cepat lelah , nyeri sendi, terasa kaku pada kaki dan tangan,
kelumpuhan
 non paralitik: tidak menyebabkan kelumpuhan
paralitik: menyebabkan kelumpuhan
subklinis: tidak ada gejala, gejalanya kuarang dari 72jam, demam
ringan, dan muntah

anoreksia

3. Penyebaranya
1.fekal oral; makanan/minuman yang terkontaminasi feses yang terinfeksi
2.dahak
3. alt mainan yang terkontaminasi feses yang terinfeksi
4. serangga sebagi vector pembawa virus
5. percikan ludah

6.Pemakaian alat makan bersamaan


4. Pencegahan
a. Imunisasi.sblum satu tahun 4x,usia 1-5 tahun 2 kali dengan tenggang
waktu 1 bulan,nutrisi
b. Menjaga kebersihan
c. Sanitasi lingkunan

Hubungan antara agent ,lingkungan, dan host?


Merupakaan trias epidemiology
STEP 4

Maping

SEHAT SAKIT

Preventif, Wabah
Kuratif

Endemi Epidemi Pandemi

Hiperendemi Holoendemi
STEP 5

Learning Issues

Wabah

1. Definisi
2. Factor factor penyebab
3. Cara penyebaranya
4. Jenis-jenis
5. Dampak
6. Cara penaggulangan
7. Pencegahan
8. Apakah wabah selalu penyakit yang menular?

Agent

1. Definisi
2. Klasifikasi
3. Karakteristik
4. Factor pendukung

Polio

1. Definisi
2. Gejala
3. Penyebaranya
4. Pencegahan

Hubungan antara agent lingkungan dan host?


STEP 6

Independent Learning

STEP 7

Wabah

1. Definisi
Wabah Penyakit Menular yang selanjutnya disebut wabah adalah pengertian
Wabah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984
tentang Wabah Penyakit Menular.
(Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1991
Tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular)
Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim
pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

(Pasal 1 Undang-Undang RI, Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit


Menular)
 Wabah adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit
pada daerah yang luas dan pada banyak orang maupun untuk menyebut
penyakit yang menyebar tersebut. (Tamher dan Noorkasiani, 2008. Flu
Burung, Aspek Klinis dan Epidemiologis. Jakarta: Salemba Medika)
 Wabah adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang
terus menerus secara cepat baik jumlah kasusnya maupun derh terjangkit (
Depkes RI Dirjen P2M-PL 1981)
 Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada
penduduk suatu daerah, yang nyata-nyata melebihi jumlah yang biasa
( Beneson 1985)
 Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dpat berupa
penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau
kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan, yang jumlahnya lebih
banyak dari kejadian biasa (Last, 1981)
2. Factor factor penyebab
a. Lingkungan
1) Lingkungan fisik
 Keadaan geografis, seperti ketinggian, mempengaruhi penularan
penyakit. Nyamuk Aedes aegypti tidak menyukai ketinggian lebih
dari 1000 m di atas permukaan air laut.
 Kelembaban udara, misal nyamuk Aedes aegypti biasanya
mencari tempat perkembangbiakan yang teduh dan terlindung
dari sinar matahari.
 Temperatur. Di negara tropis, temperatur yang lebih rendah
lebih disukai oleh vektor dan agen penyebab penyakit
dibandingkan temperatur tinggi.
 Lingkungan tempat tinggal. Sanitasi lingkungan perumahan yang
buruk.
2) Lingkungan nonfisik
- Sosial: tingkat pendidikan dan pekerjaan.
- Budaya: adat, kebiasaan turun-temurun.
- Ekonomi
- Politik (kesuksesan kepemimpinan yang mempengaruhi kebijakan
pencegahan dan penanggunalan suatu penyakit)
b. Agent penyebab penyakit
Sifat virulensi agent penyakit, yaitu kemampuan atau keganasan suatu
agent penyebab penyakit untuk menimbulkan kerusakan pada sasaran,
biasanya diukur berdasarkan derajat kerusakan yang ditimbulkan,
misalnya pada wabah flu burung, memiliki tingkat virulensi yang tinggi.
c. Pejamu
- Umur. Contoh: penyakit polio rentan terjadi pada bayi.
- Jenis kelamin. Contoh: penyakit HIV/AIDS lebih banyak dialami
oelh kaum laki-laki daripada wanita.
- Pekerjaan. Contoh: seseorang yang pekerjaannya berhubungan
dengan pembersihan got akan lebih mudah terserang penyakit yang
ditularkan melalui air kencing tikus. (leptospira)
- Keturunan.
- Gaya hidup. Seseorang yang sering keluar malam akan lebih mudah
terkena malaria karena lebih sering terkena gigitan nyamuk.
(Widoyono. 2005. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga)

a. Urbanisasi penduduk dari desa ke kota.


b. Cara dan tempat pembuangan sampah
c. Kurangnya penyediaan sarana air bersih
d. Pencemaran udara
e. Pembuangan limbah industri dan rumah tangga
f. Bencana alam dan pengungsian
g. Otonomi daerah dan pelayanan kesehatan primer
h. Peningkatan prevalensi dan insiden penyakit menular
i. Status ekonomi dan tingkat pengangguran
j. Drugs abuse atau penyalahgunaan narkoba
(Budiman, Chandra. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas.
Jakarta: EGC)
3. Cara penyebaranya
(Budiman, Chandra. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta:
EGC)

4. Jenis-jenis
a. Epidemi: wabah yang terjadi lebih cepat daripada yang diduga;
b. Endemi
Suatu infeksi penyakit dikatakan sebagai endemis bila setiap orang yang
terinfeksi penyakit tersebut menularkannya kepada tepat satu orang lain
(secara rata-rata). Bila infeksi tersebut tidak lenyap dan jumlah orang
yang terinfeksi tidak bertambah secara eksponensial, suatu infeksi
dikatakan berada dalam keadaan tunak endemi (endemic steady state).
Suatu infeksi yang dimulai sebagai suatu epidemi pada akhirnya akan
lenyap atau mencapai keadaan tunak endemi, bergantung pada sejumlah
faktor, termasuk virulensi dan cara penularan penyakit bersangkutan.
Penyakit endemi: suatu penyakit yang ditemukan pada daerah tertentu.
Contoh: AIDS sering dikatakan “endemi” di Afrika walaupun kasus AIDS
di Afrika masih terus meningkat (sehingga tidak dalam keadaan tunak
endemi).
c. Pandemi: wabah global yang merupakan terjangkitnya penyakit menular
pada banyak orang dalam daerah georgafi yang luas. Menurut WHO, suatu
pandemi dikatakan terjadi bila ketiga syarat berikut telah terpenuhi:
1) Timbulnya penyakit yang merupakan hal baru pada suatu populasi,
2) Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan
sakit serius,
3) Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan
berkelanjutan pada manusia.
(Tamher dan Noorkasiani, 2008. Flu Burung, Aspek Klinis dan
Epidemiologis. Jakarta: Salemba Medika)
a. Endemi: berlangsungnya suatu penyakit pada tingkatan yang sama atau
keberadaan suatu penyakit yang terus-menerus di dalam populasi atau
wilayah tertentu. Hiperendemi: keberadaan penyakit menular dengan
tingkat insidensi yang tinggi dan terus-menerus melebihi angka prevalensi
normal dalam populasi dan menyebar merata pada semua usia dan
kelompok. Holoendemi: suatu penyakit yang kejadiannya dalam populasi
sangat banyak dan umumnya terdapat di awal kehidupan pada sebagian
besar anak dalam populasi, contohnya malaria.
b. Epidemi: wabah atau munculnya penyakit tertentu yang berasal dari
sumber tunggal dalam satu kelompok, populasi, masyarakat, atau wilayah
yang melebihi tingkatan kebiasaan yang diperkirakan atau kejadian luar
biasa atau peningkatan secara tajam dari kasus baru yang mempengaruhi
kkelompok tertentu .
c. Pandemik: epidemi yang menyebar luas melintasi batas negara, benua,
atau populasi yang besar dan bahkan kemungkinan seluruh dunia.
(Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas
Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika)

•Epidemik= Wabah= KLB•


Pandemik= EpidemiLintasnegara/ Benua•
Endemik= penyakit yg selalu ada disuatu area tertentu
http://www.docstoc.com/docs/34020889/ikm5-faktor-kesehatan
5. Dampak
Di daerah endemis malaria penyakit ini dampaknya sangat luas. Menyumbang
angka kesakitan, anemia, dan kematian pada ibu hamil. Malaria menyebabkan
ibu hamil melahirkan bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), lahir
prematur, dan kematian bayi. Akibat lainnya, setiap penderita malaria dalam
usia produktif akan menurun produktivitasnya karena rata-rata tidak dapat
bekerja 5 hari – 2 minggu setiap menderita malaria.
http://www.imcf.or.id/about/seputar-imcf/
6. Cara penaggulangan
(Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1991
Tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular)

Pasal 10

Upaya penanggulangan wabah meliputi penyelidikan epidemiologis,


pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk *23205
tindakan karantina, pencegahan dan pengebalan, pemusnahan penyebab
penyakit, penanganan jenazah akibat wabah, penyuluhan kepada masyarakat
dan upaya penanggulangan lainnya.

Pasal 11

(1) Tindakan penyelidikan epidemiologis dalam upaya penanggulangan wabah


ditujukan untuk:
a. Mengetahui sebab-sebab penyakit wabah;
b. Menentukan faktor penyebab timbulnya wabah;
c. Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah;
d. Menentukan cara penanggulangan.

(2) Tindakan penyelidikan epidemiologis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


dilakukan melalui kegiatan-kegiatan:
a. Pengumpulan data kesakitan dan kematian penduduk;
b. Pemeriksaan klinis, fisik, laboratorium dan penegakan diagnosis;
c. Pengamatan terhadap penduduk pemeriksaan terhadap makhluk hidup lain
dan benda-benda yang ada di suatu wilayah yang diduga mengandung
penyebab penyakit wabah.

Pasal 12

Tindakan pemeriksaan, pengobatan, perawatan, isolasi penderita dan tindakan


karantina dilakukan di sarana pelayanan kesehatan, atau di tempat lain yang
ditentukan.
Pasal 13

Tindakan pencegahan dan pengebalan dilakukan terhadap masyarakat yang


mempunyai risiko terkena penyakit wabah.

Pasal 14

Tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, dilakukan dengan atau tanpa
persetujuan dari orang yang bersangkutan.

Pasal 15

(1) Tindakan pemusnahan penyebab penyakit sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 10, dilakukan terhadap:
a. bibit penyakit/kuman;
b. hewan, tumbuh-tumbuhan dan atau benda yang mengandung penyebab
penyakit.

(2) Pemusnahan harus dilakukan dengan cara tanpa merusak lingkungan hidup
atau tidak menyebabkan tersebarnya wabah penyakit.

(3) Tata cara pemusnahan diatur lebih lanjut oleh Menteri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 16
(1) Tindakan penanganan jenazah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
dilakukan dengan memperhatikan norma agama atau kepercayaan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Terhadap jenazah akibat penyakit wabah, perlu penanganan secara khusus
menurut jenis penyakitnya.
(3) Penanganan secara khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi:
a. Pemeriksaan jenazah oleh pejabat kesehatan;
b. Perlakuan terhadap jenazah dan penghapus hamaan bahan-bahan dan alat
yang digunakan
dalam penanganan jenazah diawasi oleh pejabat kesehatan.

(4) Ketentuan lebih lanjut penanganan secara khusus maupun ketentuan izin
membawa jenazah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 17

(1) Penyuluhan kepada masyarakat mengenai upaya penanggulangan wabah


dilakukan oleh pejabat
kesehatan dengan mengikutsertakan pejabat instansi lain, lembaga swadaya
masyarakat, pemuka
agama dan pemuka masyarakat.

(2) Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan dengan mendayagunakan


berbagai media komunikasi
massa baik Pemerintah maupun swasta.

Pasal 18

Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10


ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 19

(1) Upaya penanggulangan wabah harus dilakukan dengan cara yang aman dan
tepat, sehingga tidak mengakibatkan kerusakan terhadap lingkungan hidup.

(2) Dalam melaksanakan upaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),


dilakukan dengan menggunakan teknologi tepat guna.

Pasal 20

(1) Upaya penanggulangan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah


dilaksanakan secara dini.

(2) Penanggulangan secara dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi
upaya penanggulangan seperlunya untuk mengatasi kejadian luar biasa yang
dapat mengarah pada terjadinya wabah.

(3) Upaya penanggulangan seperlunya sebagaimana dimaksud dalam ayat


(2),dilakukan sama dalam
upaya penanggulangan wabah.

7. Pencegahan

(Budiman, Chandra. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta:


EGC)

Bagian penting dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit menular adalah


memutus rantai penularan, dapat dilakukan dengan cara menghentikan kontak agent
penyebab penyakit dengan pejamu. Faktor pencegahannya menitikberatkan pada
penanggulangan faktor risiko penyakit seperti lingkungan dan perilaku.

Rehabilitatif yang sendirian: utk pemulihan/pengembelian fungsi dan cegah jangan


sampai tambah parah.
(Widoyono. 2005. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga)

1. Kategori who/atribut orang


Mencari penyebab wabah yakni penderita yang merupakan bahan satu-satunya yang
dapat memberi mpetunjuk ke arah penyebab.Dengan caramandata siapa saja yang
terkena wabah.
2. Kategori where/atribut tempat
Merupakan konsep geografis yang tampak pada peta, dengan caramencari persamaan
dan perbedaan yang di dapat antara penderita danyang tidak menderita.
3. Kategori when/atribut waktu
Dengan menanyakan kapan terjadi penyakit.
http://www.scribd.com/doc/32765847/EPIDEMIOLOGI-LINGKUNGAN

8. Apakah wabah selalu penyakit yang menular?


Tidak. Contohnya.

Obesitas atau kegemukan telah menjadi penyakit epidemi atau wabah meluas yang
mengancam dunia. Wabah obesitas tidak terbatas dihadapi negara-negara maju,
tetapi peningkatan lebih cepat justru terjadi di negara-negara sedang berkembang.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, pada tahun 2005, secara global ada
sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang kelebihan berat badan atau overweight dan
400 juta di antaranya dikategorikan obesitas. Pada 2015 diprediksi kasus obesitas
akan meningkat dua kali lipat dari angka itu.

Menurut WHO, sekitar 80 persen kasus baru penyakit kanker, diabetes, dan
kardiovaskular di dunia sekarang ini bukan tercatat di negara Barat yang
kaya. Justru penyakit tidak menular itu meningkat pesat di negara-negara
miskin yang di satu sisi menghadapi kelaparan, tetapi di sisi lain juga masalah
obesitas.
http://female.kompas.com/read/xml/2010/11/02/02501495/obesitas.kini.se
makin.mewabah

Dalam hal kematian akibat rokok, WHO memperkirakan bahwa jika di tahun
2000 terdapat 4 juta kematian yang berkaitan dengan rokok di sleuruh dunia,
maka di tahun 2030 angka itu akan mencapai 10 juta. Sebesar 7 juta di
antaranya akan terjadi di negara-negara berkembang dan yang 3 juta terjadi
di negara-negara maju. Jumlah kematian sebesar itu tentu akan membebani
ekonomi negara-negara berkembang.

Agent

1. Definisi
Agent merupakan faktor internal dan eksternal yang dengan atau tanpanya
dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau sakit, bisa bersifat biologis,
kimia, fisik, mekanis, atau psikososial. Jadi, agent ini bisa berupa sesuatu
yang merugikan kesehatan (bakteri dan stress) atau yang meningkatkan
kesehatan (nutrisi).
(Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika)
Agent adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau
ketidakberadaannya dapat menimbulkan penyakit atau mempengaruhi
perjalanan suatu penyakit.
(Effendy, Nasrul. 1998. Dasardasar keperawatan kesehatan masyarakat.
Jakarta: EGC)
2. Klasifikasi
Golongan agent yang dapat menimbulkan penyakit:
a. Golongan biologik: mikroorganisme, seperti virus, bakteri, riketsia. Dan
yang bukan termasuk golongan mikroorganisme seperti cacing, protozoa.
Golongan tumbuh-tumbuhan: jamur.
b. Golongan gizi: jika seseorang mengalami kekurangan atau kelebihan gizi
maka akan dapat menimbulkan penyakit.
c. Golongan fisik: suhu yang terlalu tinggi atau randah, suara yang terlalu
bising, tekanan udara, kelembaban udara, radiasi atau trauma mekanis
yang dialami seseorang yang dapat menimbulkan berbagai penyakit.
d. Golongan kimia: bahan-bahan insektisida.
e. Golongan mekanik: disebabkan karena kelalaian manusia, seperti
kecelakaan lalu lintas, pukulan, kecelakaan dalam pekerjaan.
(Effendy, Nasrul. 1998. Dasardasar keperawatan kesehatan masyarakat.
Jakarta: EGC)
3. Karakteristik
a. Agent dapat berupa (non living agent) :
1) Kimiawi
2) Fisik
3) Mekanik
4) Psikis

b. Agent penyakit tidak menular sangat bervariasi, mulai dari yang paling
sederhana sampai yang komplek (mulai molekul sampai zat-zat yang
komplek ikatannya)

c. Suatu penjelasan tentang penyakit tidak menular tidak akan lengkap


tanpa mengetahui spesifikasi dari agent tersebut

d. Suatu agent tidak menular dapat menimbulkan tingkat keparahan yang


berbeda-beda (dinyatakan dalam skala pathogenitas)

Pathogenitas Agent 
Kemampuan / kapasitas agent penyakit untuk dapat menyebabkan sakit
pada host
Pathogenitas agent :

e. Karakteristik lain dari agent tidak menular yang perlu diperhatikan


antara lain :
1) Kemampuan menginvasi / memasuki jaringan
2) Kemampuan merusak jaringan : Reversible dan irreversible
3) Kemampuan menimbulkan reaksi hipersensitif
http://kadri-blog.blogspot.com/2010/12/epidemiologi-penyakit-tidak-
menular.html

1. Sifat alami dan karakteristik agent


a. Karakteristik biologik dan kimiawi
Morfologi, motilitas, fisiologi, reproduksi, metabolisme, nutrisi, suhu dan
kemampuan hidup pada suhu, kelembaban, dan kadar oksigen tertentu, tipe dan
jumlah toksin yang dihasilkan, jumlah antigen, dan siklus hidup.
b. Resistance fisik dan kimiawi serta viabilitas
Terhadap cahaya matahari, ultraviolet, listrik, sinar x, radium, gelombang sonik dan
supersonik, desikasi, dry heat, moist heat, dingin, pembekuan (freezing), daya tahan
thd air, asam, basa, garam, alkohol, fenol dll.

2. Karakteristik Agent berkaitan dengan Host


a. Infektifitas
- Kemampuan unsur penyebab masuk dan berkembang biak.
dapat dianggap bahwa jumlah minimal dari unsur penyebab untuk menimbulkan
infeksi terhadap 50% pejamu spesies sama.

- Dipengaruhi oleh sifat penyebab, cara penularan, sumber penularan, serta faktor
pejamu seperti umur, sex dll.
- Infektifitas tinggi : campak. Infektifitas rendah : lepra

b. Patogenesitas
- Kemampuan agent untuk menghasilkan penyakit dgn gejala klinik yang jelas.
- Dipengaruhi oleh adanya infektivitas
- Staphillococcus tidak patogen bila di rektum. Tapi bila di rongga peritoneum atau
selaput otak, akan serius.

c. Virulensi
- Nilai proporsi penderita dgn gejala klinis yang berat thd seluruh penderita dgn
gejala klinis yang jelas.
- Dipengaruhi dosis, cara masuk/penularan, faktor pejamu.
- Poliomyelitis lebih berbahaya bila mengenai org dewasa daripada anak-anak.

d. Antigenesitas/ Imunogenisitas
- Kemampuan AGENT menstimulasi HOST untuk menghasilkan kekebalan/imunitas.
- Dapat berupa kekebalan humoral primer, kekebalan seluler atau campuran
keduanya.
- Dipengaruhi oleh faktor pejamu, dosis dan virulensi infeksi.
- Campak dapat menghasilkan kekebalan seumur hidup. Gonococcus tidak demikian,
orang dapat terkena gonore beberapa kali.

3. Karakteristik Agent berkaitan dengan Environment

Sumber Penularan (reservoir)


- Unsur penyebab penyakit adl unsur biologis. Butuh tempat ideal berkembang biak
dan bertahan.
- Reservoir adl organisme hidup/mati, dimana penyebab penyakit hidup normal dan
berkembang biak. Reservoir dapat berupa manusia, binatang, tumbuhan serta
lingkungan lainnya.
- Reservoir merupakan pusat penyakit menular, karena merupakan komponen utama
dari lingkaran penularan dan sekaligus sebagai sumber penularan.

a. Manusia sebagai reservoir


- Lingkaran penularan penyakit yang sangat sederhana, reservoir manusia serta
penularan dari manusia ke manusia.
- Misalnya ISP oleh virus/bakteri, difteri, pertussis, TBC, influensa, GO, sipilis,
lepra.
- Penularan penyakit ke pejamu potensial :proses kolonisasi, proses infeksi
terselubung (covert), proses menderita penyakit (overt)
- Manusia sbg reservoir dapat sebagai penderita, juga sbg carrier.

Manusia sbg carrier dibagi :


Healthy carrier : poliomyelitis, hepatitis B,dll.
Incubatory carrier : chicken pox, measles, dll.
Convalescent carrier : klpk salmonella, difteri, dll.
Chronic carrier : tifus abdominalis, hepatitis B, dll.

Manusia sbg reservoir dibagi :


1. Reservoir yang selalu sbg penderita : cacar, TBC, campak, lepra, dll.
2. Reservoir sbg penderita dan carrier : difteri, kolera, tifus abdominalis, dll.
3. Reservoir sbg penderita, tdk dpt menularkan tanpa vektor/pejamu lain : malaria,
filaria, dll.

b. Reservoir binatang atau benda lain


Penyakit yang secara alamiah dijumpai di hewan vertebrata,juga
menularkan ke manusia (reservoir utama adl binatang)
Penyakit → Reservoir
1. Rabies → Anjing
2. Bovine TBC → Sapi
3. Typhus, Scrub & Murine → Tikus
4. Leptospirosis → Tikus
5. Trichinosis → Babi
6. Hidatosis → Anjing
7. Brucellosis → Sapi, Kambing
8. Pes → Tikus

http://www.jevuska.com/2010/06/20/epidemiologi-penyakit-menular-
definisi-faktor-mekanisme

- Karakteristik Agent hidup :


a. Proses deteksi dan identifikasi penyebab
b. Komposisi kimia
c. Komposisi genetik, Enzim
d. Viabilitas (kemampuan dapat bertahan hidup dan tumbuh kembali)
e. Reservoir: Suatu mekanisme yang kompleks dalam mempertahankanspesiesnya dan
membantu bertahan hidup di dalamlingkungannya.
f. Sistem transmisi: Sistem yang membawa/mentranspor agent dari satu
host ke host

g. Latensi: perioda interval waktu yang diperlukan oleh agent untuk


menjadi infektif, sejak diekskresikan dari tubuh
h. Spesifitas: Setiap agent hanya dapat menyebabkan satu jenis penyakit
i.Selektivitas: Agent hidup mempunyai selektivitas atas dasar waktu danorgan target,
sehingga penyakit timbul pada waktu tertentu lebih banyakdaripada biasanya atau
terjadi siklus dan juga menyerang organ tertentusaja.
j. infektivitas: kemampuan mikroba untuk masuk ke dalam tubuh host dan
berkembang biak di dalamnya.
k. Patogenitas: Daya suatu mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit
pada host.
l. virulensi: Kesanggupan organisme tertentu untuk menghasilkan reaksi
patologis yang berat yang mungkin dapat menyebabkan kematian

2. AGENT T IDAKHIDUP
- Agent tidak hidup dapat berupa:
a. Zat kimia yang berasal dari luar tubuh (exogen) terutama banyaknyazat kimia
pencemar lingkungan dan dari dalam tubuh (endogen)sepertimetabolit dan hormon
b. Zat fisis seperti temperatur, kelembaban, kebisingan, radiasi pengion,
radiasi non-pengion
c. Kekuatan Mekanis seperti tumbukan pada kecelakaan industri
d. Faktor fisiologis seperti usia
e. Faktor psikologis seperti tekanan jiwa akibat hubungan manusia yang
tidak selaras
f. Faktor keturunan
- Karakteristik agent tak hidup:
a. Identifikasi
b. Dosis efektif
c. ekokinetik
d. Farmakokinetik

e.Toxisitas: kemampuan organisme untuk memproduksi reksi kima yang


toksis oleh substansi kimia yang dibuatnya
f. SistemTransmisi
h.Spesifitas
i. Selektivitas
j. Reservoir

http://www.scribd.com/doc/32765847/EPIDEMIOLOGI-LINGKUNGAN

1. Penyebab primer
 Agen biologis : virus, bakteri, fungi, ricketsia, protozoa, mikroba.
 Agen nutrient : protein, lemak, karbohidrat.
 Agen kimiawi : dapat bersifat endogenous seperti asidosis, hiperglikemia,
uremia dan eksogenous seperti zat
kimia, allergen, gas, debu, dan lain-lain.
 Agen Fisika : panas, dingin, kelembaban, radiasi, tekanan
 Agen Mekanis : Gesekan, benturan, pukulan, dan lain-lain.
 Agen Psikis : faktor kehidupan sosial yang bersifat nonkausal dalam
hubungannya dengan proses kejadian penyakit maupun gangguan kejiwaan.

2. Penyebab sekunder
Penyebab sekunder merupakan unsur pembantu / penambah dalam proses terjadinya
penyakit dan ikut dalam hubungan sebab akibat terjadinya penyakit. Dengan
demikian, kita tidak hanya berpusat pada penyebab primer semata dalam setiap
analisis penyebab penyakit dan hubungan sebab akibat terjadinya penyakit.
Karakteristik agent, antara lain:
 Infektivitas : kesanggupan dari organisme untuk beradaptasi sendiri
terhadap lingkungan host untuk mampu tinggal dan berkembang biak dalam jaringan
host.
 Patogenesitas : kesanggupan organisme untuk menimbulkan suatu reaksi klinik
khusus yang patologis setelah terjadinya infeksi pada host yang diserang.
 Virulensi : kesanggupan organisme tertentu untuk menghasilkan reaksi
patologis yang berat yang mungkin menyebabkan kematian.
 Toksisitas : kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia untuk
toksis oleh substansi kimia yang dibuatnya.
 Invasitas : kemampuan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar
setelah memasuki jaringan.
 Antigenisitas: kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi imunologis
dalam host.
http://www.kesmas.tk/2010/10/perkembangan-teori-terjadinya-
penyakit.html
4. Factor pendukung

Faktor Host

 Adalah faktor yang melekat pada Host


 Genetik: DM, asma, hipertensi
 Umur: osteoporosis, campak, polio, ca servix, ca mammae
 Jenis kelamin: ca servik, BPH, ca paru
 Suku/ras/warna kulit: negro lebih kuat dari kulit putih
 Fisiologis: kelelahan, kehamilan, pubertas, stres, kurang gizi
 Imunologis: ASI, imunisasi, sakit
 Perilaku: gaya hidup, personal higienis, HAM, rekreasi, merokok, napza

Faktor Environment

 Faktor lingkungan yang mempengaruhi Host dan Agent


 Fisik: iklim (kemarau dan hujan), geografis (pantai dan pegunungan),
demografis (kota dan desa)
 Biologis: flora dan fauna
 Sosial: migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, perumahan, bencana alam,
perang, banjir
(dr. Suparyanto, M.Kes, STIKES program studi S1 Keperawatan, D3
Keperawatan dan D3 Kebidanan.)

Polio

1. Definisi
Polio atau poliomyelitis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
polio, yang akut, menular, dan harus dilaporkan yang menyerang sistem saraf
pusat. Penyakit ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan pada sel-sel
saraf yang mengendalikan otot dan kadang-kadang menyebabkan paralisis.
(Weller, Barbara F. 2005. Kamus saku perawat. Jakarta: EGC)
2. Gejala
Gejala penyakit Polio yang paling ditakuti adalah kelumpuhan, yang tersering
adalah pada kaki tetapi dapat juga mengenai otot-otot pernapasan yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian. Gejala awal adalah demam, lesu, sakit
kepala, muntah, kaku tungkuk dan sakit pada kedua kaki dan tangan.
http://indonesiamedicalguide.com/
Gejala awal biasanya terjadi selama 1-4 hari, yang kemudian menghilang.
Gejala lain yang bisa muncul adalah adalah nyeri tenggorokan, rasa tidak enak
perut, demam ringan, lemas, dan nyeri kepala ringan. Gelaja klinis yang
mengarah pada kecurigaan serangan virus polio adalah adanya demam dan
kelumpuhan akut. Kaki biasanya lemas tanpa gangguan saraf perasa.
Kelumpuhan biasanya terjadi pada tungkai bawah, asimetris, dan dapat
menetap selamanya yang bisa disertai gejala nyeri kepala dan muntah.
Biasanya terdapat kekakuan pada leher dan punggung setelah 24 jam.
(Widoyono. 2005. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga)
3. Penyebaranya

Virus polio hanya menyerang primata, termasuk manusia. Virus polio masuk


melalui saluran cerna. Setelah masuk, virus akan bereplikasi
(memperbanyak diri). Sampai saat ini belum diketahui secara pasti, tipe sel
dan tempat spesifik yang digunakan virus ini untuk bereplikasi pertama
kalinya. Hanya saja, virus ini dapat diisolasi dari jaringan limfe di saluran
cerna, sehingga diduga tempat replikasi pertama virus tersebut adalah di
jaringan limfe saluran cerna terutama “bercak Peyer” dan tonsil. Meskipun
begitu, tidak jelas apakah virus polio memang bereplikasi di tempat
tersebut atau “hanya terserap” oleh jaringan limfe setelah bereplikasi di
sel epitel saluran cerna. Fase ini berlangsung 3-10 hari, dapat sampai 3
minggu. Virus polio pada fase ini dapat ditemukan di ludah dan feses, dan
berperan dalam proses penularan.

Setelah memperbanyak diri di jaringan limfe saluran cerna, virus polio akan
menyebar melalui darah (viremia) untuk menuju sistem retikuloendotelial
lainnya, termasuk diantaranya nodus limfe, sunsum tulang, hati, dan limpa,
dan mungkin ke tempat lainnya seperti jaringan lemak coklat dan otot.

Sebagian besar dari mereka yang terinfeksi virus polio tidak menunjukkan
gejala apapun, atau menunjukkan gejala yang disebut poliomielitis abortif
(ada yang menyebutnya fase klinis minor dari infeksi virus polio). Gejalanya
mirip infeksi virus pada umumnya, yaitu demam, nyeri tenggorokan,
gangguan saluran cerna (mual, muntah, rasa tidak enak di perut, konstipasi
atau mungkin diare), dan atau gejala yang menyerupai influenza, ditandai
dengan sakit kepala, mialgia (nyeri otot), dan badan terasa lemas. Sebagian
besar dari mereka yang terinfeksi dapat mengatasi infeksi yang terjadi
sebelum timbul viremia yang kedua.

Sekitar 5% dari mereka yang terinfeksi, setelah perbanyakan virus di


sistem retikuloendotelial dan tempat lainnya, akan terjadi penyebaran virus
di darah (viremia) yang kedua. Meskipun sistem saraf pusat (mungkin)
dapat terserang ketika viremia pertama, namun mayoritas terjadi setelah
viremia kedua (Di sini poin utama pentingnya vaksinasi polio. Penjelasan
lebih detail di artikel yang akan datang). Infeksi virus polio pada sistem
syaraf pusat dapat menyebabkan penyakit meningitis (radang selaput
otak) aseptik (tidak disertai infeksi bakteri) non-paralitik atau dapat
berupa poliomielitis paralitik (paralitik = kehilangan kemampuan untuk
bergerak/lumpuh, sebagian atau total). Infeksi pada sistem syaraf pusat
inilah yang ditakutkan pada infeksi virus polio.

Cara Penyebaran: Virus Polio ditularkan terutama dari manusia ke manusia,


terutama pada fase akut, bersamaan dengan tingginya titer virus polio di
faring dan feses. Virus polio diduga dapat menyebar melalui saluran pernafasan
karena sekresi pernafasan merupakan material yang terbukti infeksius untuk
virus entero lainnya. Meskipun begitu, jalur pernafasan belum terbukti menjadi
jalur penularan untuk virus polio. Transmisi oral biasanya mempunyai peranan
yang dominan pada penyebaran virus polio di negara berkembang, sedangkan
penularan secara fekal-oral paling banyak terjadi di daerah miskin. Makanan
dan minuman dapat terkontaminasi melalui lalat atau karena higienis yang
rendah. Sumber penularan lain yang mungkin berperan adalah tanah dan air yang
terkontaminasi material feses, persawahan yang diberi pupuk feses manusia,
dan irigasi yang dengan air yang telah terkontaminasi virus polio.

Penularan virus polio terutama melalui jalur fekal-oral dan membutuhkan kontak
yang erat. Prevalensi infeksi tertinggi terjadi pada mereka yang tinggal
serumah dengan penderita. Biasanya bila salah satu anggota keluarga
terinfeksi, maka yang lain juga terinfeksi. Kontaminasi tinja pada jari tangan,
alat tulis, mainan anak, makanan dan minuman, merupakan sumber utama infeksi.

Faktor yang mempengaruhi penyebaran virus adalah kepadatan penduduk,


tingkat higienis, kualitas air, dan fasilitas pengolahan limbah. Di area dengan
sanitasi yang bagus dan air minum yang tidak terkontaminasi, rute transmisi
lainnya mungkin penting.

Jesus NHD. 2007. Epidemics to eradication: the modern history of


poliomyelitis. Virology Journal. 4:70 doi:10.1186/1743-422X-4-70.

Pallansch M and Roos R. 2007. Polioviruses, Coxsackieviruses, Echoviruses,


and Newer Enteroviruses. In: Knipe, DM and Howley, PM (eds).  Fields
Virology, 5th Edition. Lippincott Williams & Wilkins.

Racaniello VR. 2006. One hundred years of poliovirus pathogenesis.


Virology 344: 9–16 .

http://afie.staff.uns.ac.id/2009/01/26/perjalanan-penyakit-polio/
cara penularan:
masa inkubasi polio biasanya 7-14 hari dengan rentang 3-35 hari. Manusia
merupakan satu-satunya reservoir dan merupakan sumber penularan. Virus
ditularkan antar-manusia melalui rute oral-fekal. Penularan melalui sekret
faring dapat terjadi bila keadaan higine sanitasinya baik sehingga tidak
memungkinkan terjadinya penularan oro-fekal. Makanan dan bahan lain yang
tercemar dapat dapat menularkan virus, walaupun jarang terjadi. Penularan
melalui serangga belum bisa dibuktikan.
Pada akhir masa inkubasi dan masa awal gejala, para penderita polio sangat
poten untuk menularkan penyakit. Setelah terpajan dari penderita, virus polio
dapat ditemukan pada sekret tenggorokan 36 jam kemudian dan masih bisa
ditemukan pada sampai satu minggu, serta pada tinja dalam waktu 72 jam
sampai 3-6 minggu atau lebih.
Virus polio dapat menyerang semua golongan usia dengan tingkat kelumpuhan
yang bervariasi. Kelumpuhan yang terjadi hanya sekitar 1% saja. Dari semua
kelumpuhan, 90% akan sembuh sendirinya dan sekitar 10% akan mengalami
kelumpuhan menetap. Angka kelumpuhan bayi lebih kecil daripada orang
dewasa.
(Widoyono. 2005. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga)
4. Pencegahan
- Eradikasi polio (erapo), adalah keadaan dimana suatu negara bebas kasus
polio liar selama 3 tahun berturut-turut dan didukung oleh sistem
surveilans yang mantap. Sistem surveilans mantap dibuktikan dengan:
a. zero report, yaitu laporan mingguan dari unit pelayanan kesehatan
(puskesmas dan rumah sakit) lengkap dan teapt meskipun tidak
ditemukan 1 kasusAFP pun.
b. AFP rate 1 (100%), yaitu harus bisa menemukan kasus AFP dan
membuktikannya melalui pemeriksaan laboratorium bahwa hal tersebut
bukan karena penyakit polio.
- SAFP (Surveilance Acute Flaccid Paralysis), adalah pengamatan ketat
pada semua kasus kelumpuhan yang mirip dengan kelumpuhan pada kasus
poliomielitis, yaitu akut (< 2 minggu), flaccid (layuh, tidak kaku) yang
terjadi pada anak <15 tahun, dalam rangka menemukan adanya kasus polio.
(Widoyono. 2005. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga)
- Pemberian vaksin virus polio:
a. Vaksin polio hidup yang diberikan peroral (OPV), menstimulasi imunitas
alami dengan memproduksi pertahanan intestinal dan antibodi yang
bersirkulasi dalam darah.
b. vaksin virus polio inaktif (IPV) yang diberikan secara parental,
diberikan pada pasien dengan imunodefisiensi, termasuk pasien yang
menerima terapi imunosupresan atau yang memiliki anggota keluarga
menderita imunodefisiensi. (Schwartz, M. William. 2004. Pedoman
Klinis Pediatri. Jakarta: EGC)

Hubungan antara agent lingkungan dan host?

Menurut Trias epidemiologi: agent, pejamu (host) dan lingkungan merupakan


hubungan dinamis yang dapat menentukan tingkat sehat dan sakit individu atau
kelompok.

(Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori


dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika)

Interaksi agent penyakit, manusia dan lingkungan:


Suatu keadaan saling mempengaruhi antara agen penyakit, manusia dan
lingkungan secara bersama-sama dan keadaan tersebut memperberat satu
sama lain sehingga memudahkan agen penyakit baik secara tidak langsung
maupun langsung masuk ke dalam tubuh manusia, misalnya pencemaran air
sumur oleh kotoran manusia akan dapat menimbulkan penyakit muntaber.
(Budiman, Chandra. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta:
EGC)

Keterhubungan antara pejamu, agen, dan lingkungan ini merupakan suatu kesatuan
yang dinamis yang berada dalam keseimbangan (equilibrium) pada seorang individu
yang sehat. Jika terjadi gangguan terhadap keseimbangan hubungan segitiga inilah
yang akan menimbulkan status sakit. Hasil interaksi positif ketiga faktor ini akan
menghasilkan keseimbangan. Keadaan seimbang ini memberikan keadaan normal atau
keadaan sehat. Jika terjadi gangguan atau interaksi negative dimana salah satu
diantaranya merugi atau menurun
kemampuannya maka terjadilah keadaan sakit. Ada 4 kemungkinan gangguan
keseimbangan, yakni:
 Peningkatan kesanggupan agen penyakit, misalnya virulensi kuman bertambah,
atau resistensi meningkat.
 Peningkatan kepekaan pejamu terhadap penyakit, misalnya karena gizi
menurun.
 Pergeseran lingkungan yang memungkinkan penyebaran penyakit, misalnya
lingkungan yang kotor.
 Perubahan lingkungan yang mengubah meningkatkan kerentanan host, misalnya
kepadatan penduduk di daerah kumuh.
http://www.kesmas.tk/2010/10/perkembangan-teori-terjadinya-penyakit.html

You might also like