Professional Documents
Culture Documents
STEP 1
Wabah :
STEP 2
Wabah
1. Definisi
2. Factor factor penyebab
3. Cara penyebaranya
4. Jenis-jenis
5. Dampak
6. Cara penaggulangan
7. Pencegahan
Agent
1. Definisi
2. Klasifikasi
3. Karakteristik
4. Factor pendukung
Polio
1. Definisi
2. Gejala
3. Penyebaranya
4. Pencegahan
Prior Knowledge
Wabah
1. Definisi:
a. Penyebran penyakit scra cepat dalm waktu yang bersamaan banyak orang
menderita penyakit yang sama
b. Berjangkiyntaa poenyakit menular pada suatu daerah yang jumlah pendrita
melebihi jumlah normal
c. Istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pd dareh
yang luas dan pd banyak orang
d.
2. Factor factor penyebab
a. Lingkungan buruk, daya tahan penyakit rendah
b. Patogenesitas agent
c. Perilaku masyarakat
d. Ketidak tahuan masyarakat
e.
3. Cara penyebaranya
a. Melalui media umum seperti makanan, udara, minuman ,alat-alat, air
(berikut contoh)
b. antar host
c.
4. Jenis-jenis
a. Endemic: suatu penyakit menetap pada populasi terntu
b. Epidemi: menjangkit orang banyak scara luas
c. Pandemic: menjangkit banyak orang scra global
5. Dampak
a.penderita menigkta
b. jumlah kematian menigkat
c. ekonomi menurun
d.trauma/psikis
6. Cara penaggulangan
1. Penyelidikan epidemiologi: jmlah sakit dan kemtian, lingkunagn
2. Data terkumpul:pongobatan, isolasi
3. Penceghan dan pengeblan.lingkungan diperbaiki dan imunisasi
4. Pemusnhan bibit penyakit
5. Penyuluhan pada masyarakat
6. Jenazah dimakmkan scra benar
7. Pencegahan
1. Penyuluhan
2. Menjaga lingkungan
3. Kerjasama lintas sentor
4. Eliminasi reservoir
Agent
1. Definisi
a. Fakor penyebab terjadinya penyakit
b. Suatu unsure organism hidupo atu kuman penyakit berakibat infeksi
c. Suatu komponen biologis yang dapat menyebabkan penyakiy secara
langsunag maupn tidak langsung
2. Klasifikasi
1. Living organisme
2. Non living organisme
3. Karakteristik
1. Hidup
2. Berkembang biak
3. Pindah dari satu inang keinang lain
4. Factor pendukung
1. Imunitas host rendah
2. Linkungan sekitar yang memadai untuk menjangkit
3. Air
4. limbah
Polio
1. Definisi
a.penyalit yang menyebabkan kelumpuhan bahkan sampai kematian yang
disebabkan oleh virus picarno, virus polio
2. Gejala
Demam, cepat lelah , nyeri sendi, terasa kaku pada kaki dan tangan,
kelumpuhan
non paralitik: tidak menyebabkan kelumpuhan
paralitik: menyebabkan kelumpuhan
subklinis: tidak ada gejala, gejalanya kuarang dari 72jam, demam
ringan, dan muntah
anoreksia
3. Penyebaranya
1.fekal oral; makanan/minuman yang terkontaminasi feses yang terinfeksi
2.dahak
3. alt mainan yang terkontaminasi feses yang terinfeksi
4. serangga sebagi vector pembawa virus
5. percikan ludah
Maping
SEHAT SAKIT
Preventif, Wabah
Kuratif
Hiperendemi Holoendemi
STEP 5
Learning Issues
Wabah
1. Definisi
2. Factor factor penyebab
3. Cara penyebaranya
4. Jenis-jenis
5. Dampak
6. Cara penaggulangan
7. Pencegahan
8. Apakah wabah selalu penyakit yang menular?
Agent
1. Definisi
2. Klasifikasi
3. Karakteristik
4. Factor pendukung
Polio
1. Definisi
2. Gejala
3. Penyebaranya
4. Pencegahan
Independent Learning
STEP 7
Wabah
1. Definisi
Wabah Penyakit Menular yang selanjutnya disebut wabah adalah pengertian
Wabah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984
tentang Wabah Penyakit Menular.
(Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1991
Tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular)
Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim
pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
4. Jenis-jenis
a. Epidemi: wabah yang terjadi lebih cepat daripada yang diduga;
b. Endemi
Suatu infeksi penyakit dikatakan sebagai endemis bila setiap orang yang
terinfeksi penyakit tersebut menularkannya kepada tepat satu orang lain
(secara rata-rata). Bila infeksi tersebut tidak lenyap dan jumlah orang
yang terinfeksi tidak bertambah secara eksponensial, suatu infeksi
dikatakan berada dalam keadaan tunak endemi (endemic steady state).
Suatu infeksi yang dimulai sebagai suatu epidemi pada akhirnya akan
lenyap atau mencapai keadaan tunak endemi, bergantung pada sejumlah
faktor, termasuk virulensi dan cara penularan penyakit bersangkutan.
Penyakit endemi: suatu penyakit yang ditemukan pada daerah tertentu.
Contoh: AIDS sering dikatakan “endemi” di Afrika walaupun kasus AIDS
di Afrika masih terus meningkat (sehingga tidak dalam keadaan tunak
endemi).
c. Pandemi: wabah global yang merupakan terjangkitnya penyakit menular
pada banyak orang dalam daerah georgafi yang luas. Menurut WHO, suatu
pandemi dikatakan terjadi bila ketiga syarat berikut telah terpenuhi:
1) Timbulnya penyakit yang merupakan hal baru pada suatu populasi,
2) Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan
sakit serius,
3) Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan
berkelanjutan pada manusia.
(Tamher dan Noorkasiani, 2008. Flu Burung, Aspek Klinis dan
Epidemiologis. Jakarta: Salemba Medika)
a. Endemi: berlangsungnya suatu penyakit pada tingkatan yang sama atau
keberadaan suatu penyakit yang terus-menerus di dalam populasi atau
wilayah tertentu. Hiperendemi: keberadaan penyakit menular dengan
tingkat insidensi yang tinggi dan terus-menerus melebihi angka prevalensi
normal dalam populasi dan menyebar merata pada semua usia dan
kelompok. Holoendemi: suatu penyakit yang kejadiannya dalam populasi
sangat banyak dan umumnya terdapat di awal kehidupan pada sebagian
besar anak dalam populasi, contohnya malaria.
b. Epidemi: wabah atau munculnya penyakit tertentu yang berasal dari
sumber tunggal dalam satu kelompok, populasi, masyarakat, atau wilayah
yang melebihi tingkatan kebiasaan yang diperkirakan atau kejadian luar
biasa atau peningkatan secara tajam dari kasus baru yang mempengaruhi
kkelompok tertentu .
c. Pandemik: epidemi yang menyebar luas melintasi batas negara, benua,
atau populasi yang besar dan bahkan kemungkinan seluruh dunia.
(Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas
Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika)
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 14
Tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, dilakukan dengan atau tanpa
persetujuan dari orang yang bersangkutan.
Pasal 15
(2) Pemusnahan harus dilakukan dengan cara tanpa merusak lingkungan hidup
atau tidak menyebabkan tersebarnya wabah penyakit.
(3) Tata cara pemusnahan diatur lebih lanjut oleh Menteri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 16
(1) Tindakan penanganan jenazah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
dilakukan dengan memperhatikan norma agama atau kepercayaan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Terhadap jenazah akibat penyakit wabah, perlu penanganan secara khusus
menurut jenis penyakitnya.
(3) Penanganan secara khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi:
a. Pemeriksaan jenazah oleh pejabat kesehatan;
b. Perlakuan terhadap jenazah dan penghapus hamaan bahan-bahan dan alat
yang digunakan
dalam penanganan jenazah diawasi oleh pejabat kesehatan.
(4) Ketentuan lebih lanjut penanganan secara khusus maupun ketentuan izin
membawa jenazah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
(1) Upaya penanggulangan wabah harus dilakukan dengan cara yang aman dan
tepat, sehingga tidak mengakibatkan kerusakan terhadap lingkungan hidup.
Pasal 20
(2) Penanggulangan secara dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi
upaya penanggulangan seperlunya untuk mengatasi kejadian luar biasa yang
dapat mengarah pada terjadinya wabah.
7. Pencegahan
Obesitas atau kegemukan telah menjadi penyakit epidemi atau wabah meluas yang
mengancam dunia. Wabah obesitas tidak terbatas dihadapi negara-negara maju,
tetapi peningkatan lebih cepat justru terjadi di negara-negara sedang berkembang.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, pada tahun 2005, secara global ada
sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang kelebihan berat badan atau overweight dan
400 juta di antaranya dikategorikan obesitas. Pada 2015 diprediksi kasus obesitas
akan meningkat dua kali lipat dari angka itu.
Menurut WHO, sekitar 80 persen kasus baru penyakit kanker, diabetes, dan
kardiovaskular di dunia sekarang ini bukan tercatat di negara Barat yang
kaya. Justru penyakit tidak menular itu meningkat pesat di negara-negara
miskin yang di satu sisi menghadapi kelaparan, tetapi di sisi lain juga masalah
obesitas.
http://female.kompas.com/read/xml/2010/11/02/02501495/obesitas.kini.se
makin.mewabah
Dalam hal kematian akibat rokok, WHO memperkirakan bahwa jika di tahun
2000 terdapat 4 juta kematian yang berkaitan dengan rokok di sleuruh dunia,
maka di tahun 2030 angka itu akan mencapai 10 juta. Sebesar 7 juta di
antaranya akan terjadi di negara-negara berkembang dan yang 3 juta terjadi
di negara-negara maju. Jumlah kematian sebesar itu tentu akan membebani
ekonomi negara-negara berkembang.
Agent
1. Definisi
Agent merupakan faktor internal dan eksternal yang dengan atau tanpanya
dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau sakit, bisa bersifat biologis,
kimia, fisik, mekanis, atau psikososial. Jadi, agent ini bisa berupa sesuatu
yang merugikan kesehatan (bakteri dan stress) atau yang meningkatkan
kesehatan (nutrisi).
(Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika)
Agent adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau
ketidakberadaannya dapat menimbulkan penyakit atau mempengaruhi
perjalanan suatu penyakit.
(Effendy, Nasrul. 1998. Dasardasar keperawatan kesehatan masyarakat.
Jakarta: EGC)
2. Klasifikasi
Golongan agent yang dapat menimbulkan penyakit:
a. Golongan biologik: mikroorganisme, seperti virus, bakteri, riketsia. Dan
yang bukan termasuk golongan mikroorganisme seperti cacing, protozoa.
Golongan tumbuh-tumbuhan: jamur.
b. Golongan gizi: jika seseorang mengalami kekurangan atau kelebihan gizi
maka akan dapat menimbulkan penyakit.
c. Golongan fisik: suhu yang terlalu tinggi atau randah, suara yang terlalu
bising, tekanan udara, kelembaban udara, radiasi atau trauma mekanis
yang dialami seseorang yang dapat menimbulkan berbagai penyakit.
d. Golongan kimia: bahan-bahan insektisida.
e. Golongan mekanik: disebabkan karena kelalaian manusia, seperti
kecelakaan lalu lintas, pukulan, kecelakaan dalam pekerjaan.
(Effendy, Nasrul. 1998. Dasardasar keperawatan kesehatan masyarakat.
Jakarta: EGC)
3. Karakteristik
a. Agent dapat berupa (non living agent) :
1) Kimiawi
2) Fisik
3) Mekanik
4) Psikis
b. Agent penyakit tidak menular sangat bervariasi, mulai dari yang paling
sederhana sampai yang komplek (mulai molekul sampai zat-zat yang
komplek ikatannya)
Pathogenitas Agent
Kemampuan / kapasitas agent penyakit untuk dapat menyebabkan sakit
pada host
Pathogenitas agent :
- Dipengaruhi oleh sifat penyebab, cara penularan, sumber penularan, serta faktor
pejamu seperti umur, sex dll.
- Infektifitas tinggi : campak. Infektifitas rendah : lepra
b. Patogenesitas
- Kemampuan agent untuk menghasilkan penyakit dgn gejala klinik yang jelas.
- Dipengaruhi oleh adanya infektivitas
- Staphillococcus tidak patogen bila di rektum. Tapi bila di rongga peritoneum atau
selaput otak, akan serius.
c. Virulensi
- Nilai proporsi penderita dgn gejala klinis yang berat thd seluruh penderita dgn
gejala klinis yang jelas.
- Dipengaruhi dosis, cara masuk/penularan, faktor pejamu.
- Poliomyelitis lebih berbahaya bila mengenai org dewasa daripada anak-anak.
d. Antigenesitas/ Imunogenisitas
- Kemampuan AGENT menstimulasi HOST untuk menghasilkan kekebalan/imunitas.
- Dapat berupa kekebalan humoral primer, kekebalan seluler atau campuran
keduanya.
- Dipengaruhi oleh faktor pejamu, dosis dan virulensi infeksi.
- Campak dapat menghasilkan kekebalan seumur hidup. Gonococcus tidak demikian,
orang dapat terkena gonore beberapa kali.
http://www.jevuska.com/2010/06/20/epidemiologi-penyakit-menular-
definisi-faktor-mekanisme
2. AGENT T IDAKHIDUP
- Agent tidak hidup dapat berupa:
a. Zat kimia yang berasal dari luar tubuh (exogen) terutama banyaknyazat kimia
pencemar lingkungan dan dari dalam tubuh (endogen)sepertimetabolit dan hormon
b. Zat fisis seperti temperatur, kelembaban, kebisingan, radiasi pengion,
radiasi non-pengion
c. Kekuatan Mekanis seperti tumbukan pada kecelakaan industri
d. Faktor fisiologis seperti usia
e. Faktor psikologis seperti tekanan jiwa akibat hubungan manusia yang
tidak selaras
f. Faktor keturunan
- Karakteristik agent tak hidup:
a. Identifikasi
b. Dosis efektif
c. ekokinetik
d. Farmakokinetik
http://www.scribd.com/doc/32765847/EPIDEMIOLOGI-LINGKUNGAN
1. Penyebab primer
Agen biologis : virus, bakteri, fungi, ricketsia, protozoa, mikroba.
Agen nutrient : protein, lemak, karbohidrat.
Agen kimiawi : dapat bersifat endogenous seperti asidosis, hiperglikemia,
uremia dan eksogenous seperti zat
kimia, allergen, gas, debu, dan lain-lain.
Agen Fisika : panas, dingin, kelembaban, radiasi, tekanan
Agen Mekanis : Gesekan, benturan, pukulan, dan lain-lain.
Agen Psikis : faktor kehidupan sosial yang bersifat nonkausal dalam
hubungannya dengan proses kejadian penyakit maupun gangguan kejiwaan.
2. Penyebab sekunder
Penyebab sekunder merupakan unsur pembantu / penambah dalam proses terjadinya
penyakit dan ikut dalam hubungan sebab akibat terjadinya penyakit. Dengan
demikian, kita tidak hanya berpusat pada penyebab primer semata dalam setiap
analisis penyebab penyakit dan hubungan sebab akibat terjadinya penyakit.
Karakteristik agent, antara lain:
Infektivitas : kesanggupan dari organisme untuk beradaptasi sendiri
terhadap lingkungan host untuk mampu tinggal dan berkembang biak dalam jaringan
host.
Patogenesitas : kesanggupan organisme untuk menimbulkan suatu reaksi klinik
khusus yang patologis setelah terjadinya infeksi pada host yang diserang.
Virulensi : kesanggupan organisme tertentu untuk menghasilkan reaksi
patologis yang berat yang mungkin menyebabkan kematian.
Toksisitas : kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia untuk
toksis oleh substansi kimia yang dibuatnya.
Invasitas : kemampuan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar
setelah memasuki jaringan.
Antigenisitas: kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi imunologis
dalam host.
http://www.kesmas.tk/2010/10/perkembangan-teori-terjadinya-
penyakit.html
4. Factor pendukung
Faktor Host
Faktor Environment
Polio
1. Definisi
Polio atau poliomyelitis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
polio, yang akut, menular, dan harus dilaporkan yang menyerang sistem saraf
pusat. Penyakit ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan pada sel-sel
saraf yang mengendalikan otot dan kadang-kadang menyebabkan paralisis.
(Weller, Barbara F. 2005. Kamus saku perawat. Jakarta: EGC)
2. Gejala
Gejala penyakit Polio yang paling ditakuti adalah kelumpuhan, yang tersering
adalah pada kaki tetapi dapat juga mengenai otot-otot pernapasan yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian. Gejala awal adalah demam, lesu, sakit
kepala, muntah, kaku tungkuk dan sakit pada kedua kaki dan tangan.
http://indonesiamedicalguide.com/
Gejala awal biasanya terjadi selama 1-4 hari, yang kemudian menghilang.
Gejala lain yang bisa muncul adalah adalah nyeri tenggorokan, rasa tidak enak
perut, demam ringan, lemas, dan nyeri kepala ringan. Gelaja klinis yang
mengarah pada kecurigaan serangan virus polio adalah adanya demam dan
kelumpuhan akut. Kaki biasanya lemas tanpa gangguan saraf perasa.
Kelumpuhan biasanya terjadi pada tungkai bawah, asimetris, dan dapat
menetap selamanya yang bisa disertai gejala nyeri kepala dan muntah.
Biasanya terdapat kekakuan pada leher dan punggung setelah 24 jam.
(Widoyono. 2005. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga)
3. Penyebaranya
Setelah memperbanyak diri di jaringan limfe saluran cerna, virus polio akan
menyebar melalui darah (viremia) untuk menuju sistem retikuloendotelial
lainnya, termasuk diantaranya nodus limfe, sunsum tulang, hati, dan limpa,
dan mungkin ke tempat lainnya seperti jaringan lemak coklat dan otot.
Sebagian besar dari mereka yang terinfeksi virus polio tidak menunjukkan
gejala apapun, atau menunjukkan gejala yang disebut poliomielitis abortif
(ada yang menyebutnya fase klinis minor dari infeksi virus polio). Gejalanya
mirip infeksi virus pada umumnya, yaitu demam, nyeri tenggorokan,
gangguan saluran cerna (mual, muntah, rasa tidak enak di perut, konstipasi
atau mungkin diare), dan atau gejala yang menyerupai influenza, ditandai
dengan sakit kepala, mialgia (nyeri otot), dan badan terasa lemas. Sebagian
besar dari mereka yang terinfeksi dapat mengatasi infeksi yang terjadi
sebelum timbul viremia yang kedua.
Penularan virus polio terutama melalui jalur fekal-oral dan membutuhkan kontak
yang erat. Prevalensi infeksi tertinggi terjadi pada mereka yang tinggal
serumah dengan penderita. Biasanya bila salah satu anggota keluarga
terinfeksi, maka yang lain juga terinfeksi. Kontaminasi tinja pada jari tangan,
alat tulis, mainan anak, makanan dan minuman, merupakan sumber utama infeksi.
http://afie.staff.uns.ac.id/2009/01/26/perjalanan-penyakit-polio/
cara penularan:
masa inkubasi polio biasanya 7-14 hari dengan rentang 3-35 hari. Manusia
merupakan satu-satunya reservoir dan merupakan sumber penularan. Virus
ditularkan antar-manusia melalui rute oral-fekal. Penularan melalui sekret
faring dapat terjadi bila keadaan higine sanitasinya baik sehingga tidak
memungkinkan terjadinya penularan oro-fekal. Makanan dan bahan lain yang
tercemar dapat dapat menularkan virus, walaupun jarang terjadi. Penularan
melalui serangga belum bisa dibuktikan.
Pada akhir masa inkubasi dan masa awal gejala, para penderita polio sangat
poten untuk menularkan penyakit. Setelah terpajan dari penderita, virus polio
dapat ditemukan pada sekret tenggorokan 36 jam kemudian dan masih bisa
ditemukan pada sampai satu minggu, serta pada tinja dalam waktu 72 jam
sampai 3-6 minggu atau lebih.
Virus polio dapat menyerang semua golongan usia dengan tingkat kelumpuhan
yang bervariasi. Kelumpuhan yang terjadi hanya sekitar 1% saja. Dari semua
kelumpuhan, 90% akan sembuh sendirinya dan sekitar 10% akan mengalami
kelumpuhan menetap. Angka kelumpuhan bayi lebih kecil daripada orang
dewasa.
(Widoyono. 2005. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga)
4. Pencegahan
- Eradikasi polio (erapo), adalah keadaan dimana suatu negara bebas kasus
polio liar selama 3 tahun berturut-turut dan didukung oleh sistem
surveilans yang mantap. Sistem surveilans mantap dibuktikan dengan:
a. zero report, yaitu laporan mingguan dari unit pelayanan kesehatan
(puskesmas dan rumah sakit) lengkap dan teapt meskipun tidak
ditemukan 1 kasusAFP pun.
b. AFP rate 1 (100%), yaitu harus bisa menemukan kasus AFP dan
membuktikannya melalui pemeriksaan laboratorium bahwa hal tersebut
bukan karena penyakit polio.
- SAFP (Surveilance Acute Flaccid Paralysis), adalah pengamatan ketat
pada semua kasus kelumpuhan yang mirip dengan kelumpuhan pada kasus
poliomielitis, yaitu akut (< 2 minggu), flaccid (layuh, tidak kaku) yang
terjadi pada anak <15 tahun, dalam rangka menemukan adanya kasus polio.
(Widoyono. 2005. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga)
- Pemberian vaksin virus polio:
a. Vaksin polio hidup yang diberikan peroral (OPV), menstimulasi imunitas
alami dengan memproduksi pertahanan intestinal dan antibodi yang
bersirkulasi dalam darah.
b. vaksin virus polio inaktif (IPV) yang diberikan secara parental,
diberikan pada pasien dengan imunodefisiensi, termasuk pasien yang
menerima terapi imunosupresan atau yang memiliki anggota keluarga
menderita imunodefisiensi. (Schwartz, M. William. 2004. Pedoman
Klinis Pediatri. Jakarta: EGC)
Keterhubungan antara pejamu, agen, dan lingkungan ini merupakan suatu kesatuan
yang dinamis yang berada dalam keseimbangan (equilibrium) pada seorang individu
yang sehat. Jika terjadi gangguan terhadap keseimbangan hubungan segitiga inilah
yang akan menimbulkan status sakit. Hasil interaksi positif ketiga faktor ini akan
menghasilkan keseimbangan. Keadaan seimbang ini memberikan keadaan normal atau
keadaan sehat. Jika terjadi gangguan atau interaksi negative dimana salah satu
diantaranya merugi atau menurun
kemampuannya maka terjadilah keadaan sakit. Ada 4 kemungkinan gangguan
keseimbangan, yakni:
Peningkatan kesanggupan agen penyakit, misalnya virulensi kuman bertambah,
atau resistensi meningkat.
Peningkatan kepekaan pejamu terhadap penyakit, misalnya karena gizi
menurun.
Pergeseran lingkungan yang memungkinkan penyebaran penyakit, misalnya
lingkungan yang kotor.
Perubahan lingkungan yang mengubah meningkatkan kerentanan host, misalnya
kepadatan penduduk di daerah kumuh.
http://www.kesmas.tk/2010/10/perkembangan-teori-terjadinya-penyakit.html