You are on page 1of 12

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.

php/manajemen/article/view/8338
Penerapan Metode Pembelajaran Make A-Match untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Program Keahlian
Pemasaran pada Mata Pelajaran Menemukan Peluang Baru dari
Pelanggan di SMK Islam Batu
aprilia rukmana

Abstrak

ABSTRAK

Rukmana, A. 2010. Penerapan Metode Pembelajaran Make A-Match untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas X Program Keahlian Pemasaran pada Mata Pelajaran
Menemukan Peluang Baru dari Pelanggan di SMK Islam Batu. Skripsi, Program Studi
S-1 Pendidikan Tata Niaga, Jurusan Manajemen, Universitas Negeri Malang.
Pembimbing: (I) Dr. Aniek Indrawati, S.Si., M.M (II) Imam Bukhori, S.Pd., M.M.
Kata Kunci: Make A-Match, hasil belajar

Kondisi empiris yang terjadi dilapangan saat ini tidak sesuai dengan ketetapan yang
sudah berlaku, walaupun KTSP sudah diberlakukan tetapi proses pembelajaran masih
konvensional yakni terpusat pada guru (teacher oriented). Untuk mencapai keberhasilan
pembelajaran yang diharapkan, usaha yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan
memperhatikan siswa, menguasai materi pelajaran dan memilihmetode pembelajaran yang tepat.
Salah satu model cooperative learning adalah Make A-Match (mencari pasangan), dimana model
pembelajaran ini melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Make A-
Match (mencari pasangan) sebagai model pembelajaran baru belum banyak diketahui bahkan
diterapkan di sekolah-sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode Make A-Match,
mengetahui hasil belajar siswa kelas X Program Keahlian Pemasaran pada mata pelajaran
Menemukan Peluang Baru dari Pelanggan di SMK Islam Batu, dan untuk mengetahui hambatan-
hambatan selama diterapkannya metode Make A-Match, serta solusi untuk mengatasi hambatan-
hambatan selama diterapkannya metodeMake A-Match. Jenis penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan
kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan melalui observasi, wawancara,
dokumentasi, dan tes. Penerapan pembelajaran Make A-Match untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas X Pemasaran, maka dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata pre test siklus I yaitu 74,4,
nilai rata-rata post test siklus I yaitu 81,2. Sedangkan nilai rata-rata pada post test siklus II yaitu
89,2.
Dari hasil analisis data dapat di simpulkan bahwa penerapan metode Make A-
Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Program Keahlian Pemasaran di SMK
Islam Batu. Salah satu hambatannya adalah siswa belum terbiasa dengan belajar kelompok,
dikarenakan dalam kegiatan belajar mengajar sebelumnya siswa terbiasa belajar secara individu.
Siswa belum berani mengemukakan pandapat atau gagasan. Saran-saran yang dapat
dikemukakan dalam penelitian ini yaitu untuk siswa agar lebih berani mengungkapkan gagasan
atau pendapatnya secara baik dalam setiap kegiatan belajar mengajar, dengan cara sebelum
kegiatan belajar mengajar berlangsung guru memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa
agar berani mengemukakan pendapatnya secara lisan. Disarankan untuk memberikan motivasi
kepada semua guru mata pelajaran agar senantiasa mencoba menerapkan model-model
pembelajaran inovatif seperti Make A-Match dalam proses belajar mengajarnya sebagai model
pembelajaran baru yang sesuai untuk menciptakan suasana yang menyenangkan.

http://etd.eprints.ums.ac.id/8646/
PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MAKE A MATCH DAN
MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI PADA SISWA
KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 WURYANTORO TAHUN
PELAJARAN 2009/2010
UTOMO , TUNGGUL SISWO (2010) PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MAKE A
MATCH DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS X
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 WURYANTORO TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi
thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta .

KLIK DI SINI UNTUK MELIHAT TEKS LENGKAPNYA

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) pengaruh persepsi siswa tentang metode
pembelajaran make a match terhadap hasil belajar ekonomi siswa; 2) pengaruh motivasi belajar terhadap
hasil belajar ekonomi siswa; 3) pengaruh persepsi siswa tentang metode pembelajaran make a match
dan motivasi belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa. Penelitian ini termasuk jenis penelitian
deskriptif dengan penarikan kesimpulan melalui analisis statistik. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Wuryantoro, yaitu sekitar 192 siswa yang terdiri dari 6 kelas dan
setiap kelas terdiri dari 32 siswa. Sampel diambil sebanyak adalah 120 orang siswa dengan teknik
proporsional random sampling. Data yang diperlukan diperoleh melalui angket dan dokumentasi. Angket
sebelumnya diujicobakan dan diuji validitas serta diuji reliabilitas. Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis regresi linier berganda, uji F, uji t, uji R2, dan sumbangan relatif dan efektif. Hasil analisis
regresi memperoleh persamaan garis regresi: Y = 15,410 + 1,959.X1 + 0,798.X2. Persamaan tersebut
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh persepsi siswa tentang metode pembelajaran
make a match dan motivasi belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis regresi dapat disimpulkan bahwa: 1)
Persepsi siswa tentang metode pembelajaran make a match berpengaruh terhadap hasil belajar ekonomi
siswa kelas X SMA Negeri 1 Wuryantorotahun pelajaran 2009/2010. Hal ini terbukti dari hasil analisis
regresi yang memperoleh nilai thitung sebesar 7,561 diterima pada taraf signifikansi 5%; (2) Motivasi
belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 1 Wuryantorotahun
pelajaran 2009/2010. Hal ini terbukti dari hasil analisis regresi yang memperoleh nilai thitung sebesar
6,749 diterima pada taraf signifikansi 5%; (3) Persepsi siswa tentang metode pembelajaran make a
match dan motivasi belajar siswa secara bersama-sama berpengaruh terhadap hasil belajar ekonomi
siswa kelas X SMA Negeri 1 Wuryantorotahun pelajaran 2009/2010. Hal ini terbukti dari hasil analisis
regresi yang memperoleh nilai Fhitung sebesar 88,801 diterima pada taraf signifikansi 5%; (4) Persepsi
siswa tentang metode pembelajaran make a match memberikan sumbangan efektif sebesar 32,6%, dan
motivasi belajar siswa memberikan sumbangan efektif sebesar 27,7% terhadap hasil belajar ekonomi.
Secara keseluruhan persepsi siswa tentang metode pembelajaran make a match, dan motivasi belajar
siswa berpengaruh terhadap hasil belajar ekonomi sebesar 60,3%.
Model pembelajaran Cooperative memang sangat menarik untuk dipraktekkan. Selain memiliki nilai
falsafah homo homini socius, model ini juga mengalihkan proses pembelajaran sistem teacher center
menjadi student center. Salah satu ragam metode dengan model pembelajaran cooperative adalah
metode make a match.
Metode make a match atau mencari pasangan ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Bagaimana
dengan langkah-langkahnya? Yuuukkk….kita mulai…!!

Aplikasi dari metode make a match dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi
review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7. Demikian seterusnya
8. Kesimpulan/penutup

Metode ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran. Saya sendiri pernah menggunakannya untuk
me-review tugas dirumah (PR) yang berhubungan dengan kosa kata yang lumayan sulit. Hasilnya
sungguh diluar dugaan ketika pertama kali melakukannya. Waktu yang dipergunakan untuk me-review
lebih efektif dan efisien jika dibandingkan dengan menggunakan metode terjemah. Iseng saya minta
pendapat siswa apakah mereka enjoy dengan metode ini, ternyata sambutannya positif. Hmmm….jadi
pengen ber-PTK dengan metode ini neh. Maybe one day.

Akan tetapi seperti biasa tidak ada gading yang tak retak, tidak ada metode yang sempurna. Demikian
juga dengan metode make a match. Keunggulan dari metode ini ialah
1. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move)
2. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
3. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.

Sedangkan kelemahan dari metode ini ialah jika kelas anda termasuk kelas gemuk (lebih dari 30
0rang/kelas) berhati-hatilah. Karena jika anda kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana
seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan mengganggu
ketenangan belajar kelas di kiri kanannya. Apalagi jika gedung kelas tidak kedap suara. Tapi jangan
khawatir. Hal ini dapat diantisipasi dengan menyepakati beberapa komitmen ketertiban dengan siswa
sebelum ‘pertunjukan’ dimulai. Pada dasarnya menendalikan kelas itu tergantung bagaimana kita
memotivasinya pada langkah pembukaan.

Sedangkan sisi kelemahan yang lain ialah ya…mau tidak mau kita harus meluangkan waktu untuk
mempersiapkan kartu-kartu tersebut sebelum masuk ke kelas. Ihh…tapek dech… he he he… Tapi jangan
khawatir kawan, sesuatu yang dikerjakan dengan gembira dan ikhlas (ini yang paling penting), maka kita
akan mendapat ‘energi’ tambahan. Aih…begaya kasi wejangan diriku. Yo wes, yang sudah pernah coba
kita bisa share di kolom komentar, and yang belum, coba deh. Terus hasilnya share juga di kolom
komentar. Haayyuuuukkk…!!

Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan.
Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas,
interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang
terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa
bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung
belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh
siswa atas dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas
permasalahan atau konsep yang dipelajari.
Setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa ternyata dengan pendekatan
pembelajaran seperti itu hasil belajar siswa dirasa belum maksimal. Hal ini tampak pada
pencapaian nilai akhir siswa. Dalam satu tahun belakangan ini siswa yang memperoleh nilai 60
ke atas tidak lebih dari 25%.
Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa ini, menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang
dilakukan selama ini belum efektif. Nilai akhir dari evaluasi belajar belum mencakup
penampilan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran, hingga sulit untuk mengukur
keterampilan siswa.
Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang
lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan
sekitarnya. Atas dasar itulah peneliti mencoba mengembangkan pendekatan kooperatif dalam
pembelajaran dengan metodemake a match.
Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini
menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan menurut Ibrahim
(2000:2) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang membantu siswa
mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup
lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab
perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Lie,
2003:30).
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan
yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model
pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan metode
pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu
alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu
siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya,
siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh
Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah
penerapan metode make a match sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review,
satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.

3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang
bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam
bahasa latin (ilmiah).

5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal
atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.

7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya,
demikian seterusnya.

8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.

9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

Hasil Penerapan Make a Match pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


Pembelajaran kooperatif make a match mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Pada tes
awal rata-rata hasil belajar siswa mencapai 55, siklus I rata-rata 63,08, siklus II rata-rata 75,08,
dan tes akhir rata-rata 80,73. Kenaikan hasil belajar ini digambarkan pada grafik berikut ini.
Grafik 1: Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan terjadi
dari sebelum dilakukan tindakan sampai akhir tindakan pada setiap siklus kenaikan pencapaian
hasil belajar siswa cukup tajam, yakni sebelum dilakukan tindakan hasil belajar siswa rata-rata
hanya 55,00 setelah akhir tindakan pada siklus I rata-rata 63,08, siklus II rata-rata 75,08, dan tes
akhir rata-rata 80,73. Kenaikan tersebut merupakan suatu realita bahwa pembelajaran kooperatif
metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa.
Ditinjau dari pencapaian persentase ketuntasan belajar pada tes awal adalah 20%, siklus I
adalah 67,50%, siklus II adalah 87,50%, dan tes akhir adalah 87,50%. Kenaikan persentase
pencapaian ketuntasan belajar siswa ini digambarkan pada grafik berikut ini.
Grafik 2: Peningkatan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa
Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan terjadi
dari sebelum dilakukan tindakan sampai akhir tindakan pada setiap siklus kenaikan pencapaian
hasil belajar siswa cukup tajam, yakni sebelum dilakukan tindakan hasil belajar siswa hanya 20%
setelah akhir tindakan pada siklus II menjadi 87,50%. Kenaikan tersebut merupakan suatu realita
bahwa pembelajaran kooperatif make a match dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia siswa
Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif make a match pada
siklus I belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh guru belum
memberikan penekanan secara khusus terhadap proses pembelajaran. Misalnya: tugas-tugas yang
harus dikerjakan oleh siswa belum disertai dengan penjelasan yang lebih rinci. Selain itu, para
siswa masih banyak belum memahami cara mengisi kartu soal dan jawaban ke dalam LKS.
Namun demikian, pada siklus II guru melakukan perbaikan dan perubahan. Perbaikan proses
pembelajaran yang dilakukan pada siklus II ini seperti lebih menekankan secara khusus
mengenai teknik mengisi LKS, dan dilanjutkan dengan melakukan pengamatan terhadap pokok-
pokok pikiran dalam wacana. Pada bagian ini penulis menjelaskan kembali materi pelajaran
dengan pengalaman siswa sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan ini telah membuat suasana
belajar menyenangkan dan lebih menarik. Sebagian siswa tampak aktif mengikuti berbagai
kegiatan yang harus dikerjakan oleh siswa. Meskipun di antara siswa masih ada yang belum
menjawab pertanyaan secara benar, bagi siswa tersebut guru menganjurkan untuk mendiskusikan
jawabannya ke dalam kelompoknya. Setelah para siswa berdiskusi akhirnya siswa tersebut dapat
menjawab pertanyaan dengan baik, siswa mampu bersaing antar kelompok.
Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif metode make a
match memberikan manfaat bagi siswa, di antaranya sebagai berikut:
1. mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan

2. materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa

3. mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal 87,50%.

Di samping manfaat yang dirasakan oleh siswa, pembelajaran kooperatif metode make a match berdasarkan

temuan di lapangan mempunyai sedikit kelemahan yaitu:

1. diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan

2. waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses
pembelajaran.

3. guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai

Berdasarkan kegiatan proses belajar mengajar, siswa nampak lebih aktif mencari pasangan
kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode pencarian kartu padangan ini siswa dapat
mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan
menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama.
Pada saat guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep/topik tentang mencari
pikiran utama dan pikiran penjelas dalam wacana untuk sesi review (satu sisi berupa kartu soal
dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban). Setelah guru memerintahkan siswa untuk mengambil
kartu tampak sebagian besar siswa bersemangat dan termotivasi untuk menarik satu kartu soal.
Setelah siswa mendapatkan kartu soal, masing-masing tampak memikirkan jawaban atau soal
dari kartu yang dipegang. Kelompok dengan pasangannya ingin saling mendahului untuk
mencari pasangan dan mencocokkan dengan kartu (kartu soal atau kartu jawaban) yang
dimilikinya. Di sinilah terjadi interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa di dalam
kelompok untuk membahas kembali soal dan jawaban. Guru membimbing siswa dalam
mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode make a
match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan
kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian
besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali
pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari
pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukan oleh Lie (2002:30) bahwa, “Pembelajaran
kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama
kelompok.”
Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik perhatian sehingga
pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi siswa dalam diskusi. Hal ini sejalan
dengan pendapat Hamalik (1994:116), “Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan
peningkatan keaktifan siswa yang dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran tertentu, dan
motivasi belajar dapat ditujukan ke arah kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila motivasi yang
dimiliki oleh siswa diberi berbagai tantangan, akan tumbuh kegiatan kreatif.” Selanjutnya,
penerapan metode make a match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerja sama di antara
siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran
mengikuti standar kompetensi, yaitu: berpusat pada siswa; mengembangkan keingintahunan dan
imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan kompetensi; menciptakan kondisi yang
menyenangkan; mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik
mata pelajaran.
Hasil temuan lapangan telah memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang pernah
dilakukan oleh Widyaningsih, dkk (2008) yang melakukan penelitian dengan judul Kel. 3
Cooperative Learning sebagai Model Pembelajaran Alternatif untuk Meningkatkan Motivasi
Siswa pada Mata Pelajaran Matematika. Penelitian Widyaningsih mengambil tiga tipe
pembelajaran kooperatif yaitu STAD, Jigsaw, dan Make a Match. Penerapan Cooperative
Learning menurut hasil penelitian Widyaningsih dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan cooperative learning dalam pembelajaran matematika dapat menggunakan berbagai
model serta efektif jika digunakan dalam suatu periode waktu tertentu. Susana positif yang
timbul daricooperative learning memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai
pelajaran dan guru matematika. Dalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan siswa merasa
lebih termotivasi untuk belajar dan berpikir. Namun tidak menutup kemungkinan kericuhan
didalam kelas akan terjadi.
Kepustakaan:
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Cet. ke-3. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ibrahim, H. Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang
Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.
Widyaningsih, Wahyu. 2008. Kel. 3 Cooperative Learning sebagai Model Pembelajaran
Alternatif untuk Meningkatkan Motivasi Siswa pada Mata Pelajaran
Matematika. Makalah dipbulikasikan
melaluihttp://tpcommunity05.blogspot.com. Diakses pada tanggal 26 April 2008).
________________
http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match/
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK
MAKE A MATCH DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA (Penelitian
Pada Siswa SD Negeri Kelas V Kecamatan Pontianak Kota di Kota
Pontianak Tahun Ajaran 2009/2010)
Seri Ningsih. S850908016. EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH
DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA (Penelitian Pada Siswa SD Negeri Kelas V Kecamatan Pontianak
Kota di Kota Pontianak Tahun Ajaran 2009/2010). Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1). Apakah prestasi belajar matematika siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match lebih baik daripada menggunakan model
pembelajaran Direct Instruction pada materi luas bangun datar (trapesium dan layang-layang)? (2). Apakah
siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa
dengan aktivitas belajar sedang dan rendah, dan apakah siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki
prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang dengan aktivitas belajar rendah pada
materi luas bangun datar (trapesium dan layang-layang)? (3). Apakah perbedaan prestasi belajar
matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match dan dengan model
pembelajaran Direct Instruction konsisten pada setiap kategori aktivitas belajar siswa, dan apakah
perbedaan prestasi belajar matematika antara tiap-tiap kategori aktivitas belajar konsisten pada
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match dan model
pembelajaran Direct Instruction?
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 2×3. Populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas V semester ganjil SD Negeri Kecamatan Pontianak Kota di Kota Pontianak
Propinsi Kalimantan Barat tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 18 SD. Total sampel penelitian ini
adalah 180 siswa, terdiri dari 93 siswa pada kelompok eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif
teknik Make A Match dan 87 siswa pada kelompok kontrol dengan model pembelajaran Direct Instruction.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara stratified cluster random sampling. Data dikumpulkan dengan
metode dokumentasi, angket dan tes. Metode dokumentasi dari nilai Ujian Tengah Semester digunakan
untuk uji keseimbangan, metode angket digunakan untuk mengukur aktivitas belajar matematika dan
metode tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar matematika. Analisis data menggunakan
analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, dilanjutkan dengan uji komparasi ganda metode Scheffe.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: (1). Prestasi belajar matematika siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match lebih baik daripada menggunakan model
pembelajaran Direct Instruction pada materi luas bangun datar (trapesium dan layang-layang). (2). Prestasi
belajar matematika siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki
aktivitas belajar rendah, serta prestasi belajar matematika siswa yang memiliki aktivitas belajar sedang
lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang memiliki aktivitas rendah, sedangkan prestasi
belajar matematika siswa dengan aktivitas belajar tinggi tidak terdapat perbedaan dengan prestasi belajar
matematika siswa dengan aktivitas belajar rendah pada materi luas bangun datar (trapesium dan layang-
layang). (3). Pada model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match tidak terdapat perbedaan prestasi
belajar matematika siswa antara aktivitas belajar tinggi dan aktivitas belajar sedang, antara aktivitas
belajar tinggi dan aktivitas belajar rendah, serta antara aktivitas belajar sedang dan aktivitas belajar
rendah. Pada model pembelajaran Direct Instruction tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika
antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dan siswa yang memiliki aktivitas belajar sedang.
Sedangkan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada
siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah, dan siswa yang memiliki aktivitas belajar sedang lebih baik
daripada siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah. Pada siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi,
tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika, baik menggunakan model pembelajaran kooperatif
teknik Make A Match maupun model pembelajaran Direct Instruction. Pada siswa yang memiliki aktivitas
belajar sedang, tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika, baik menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik Make A Match maupun model pembelajaran Direct Instruction. Pada siswa
yang memiliki aktivitas belajar rendah, prestasi belajar matematika menggunakan model pembelajaran
kooperatif teknik Make A Match lebih baik daripada model pembelajaran Direct Instruction

http://pasca.uns.ac.id/?p=565
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE “MAKE A MATCH”
TERHADAP KECEPATAN PEMAHAMAN SISWA BIDANG STUDY PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI SMPN 1 KANOR BOJONEGORO
Undergraduate Theses from JIPTIAIN / 2009-10-31 01:14:07
Oleh : Siti Kurnia Indasah NIM. D31205056, S1 - Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dibuat : 2009-10-31, dengan 9 file

Keyword : KOOPERATIF TIPE, MAKE A MATCH


Masalah yang diteliti dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
Macth Terhadap kecepatan Pemahaman siswa Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Di SMPN 1 Kanor
Bojonegoro” adalah : (1) Bagaimana penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe “Make a Match” di
SMPN 1 Kanor; (2) Bagaimana Kecepatan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam SMPN 1 Kanor; (3) Apakah ada pengaruh setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe “make a
match” pada kecepatan pemahaman siswa bidang study Pendidikan Agama Islam SMPN 1 Kanor. Penelitian
ini dilaksanakan terhadap 40 siswa kelas VIII H sebagai eksperimen, adapun hipotesis yang diuji adalah
“apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe “Make a Match” terhadap pencepatan
pemahaman siswa bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Kanor”.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) Observasi untuk memperoleh
data tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe “Make a Match”; (2) Angket untuk memperoleh
data tentang penerapan pembelajaran “Make a Match” dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan; (3) Interview dan dokumentasi digunakan untuk memperoleh data gambaran
umum obyek penelitian. analisis yang digunakan adalah : (1) Analisis deskriptif dan pemahaman siswa; (20
Analisis statistik, dengan menggunakan uji regresi linier pengaruh pembelajaran kooperatif “Make a Match”
terhadap kecepatan pemahaman siswa di SMP Negeri 1 Kanor Bojonegoro.

Berdasarkan masalah tersebut di atas dan setelah dianalisa dapat disimpulkan bahwa: (1) penerapan model
pembelajaran “Make a Match” adalah baik; (2) kecepatan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam tergolong cukup; (3) pengaruh pembelajaran kooperatif tipe “Make a Match”
terhadap kecepatan pemahaman siswa bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Kanor,
berdasarkan analisis diperoleh rhitung = 0,92 dengan jumlah responden 40 sedangkan rtabel pada taraf
signifikansi 5% adalah 0,32.

Jadi rhitung lebih besar daripada rtabel berarti hipotesis alternatif (Ha) yg berbunyi adanya pengaruh model
pembelajaran “Make a Match” terhadap kecepatan pemahaman siswa bidang Pendidikan Agama Islam di
SMP Negeri 1 Kanor Bojonegoro diterima. Sedangkan hipotesis (Ho) ditolak kemudian pengaruh model
pembelajaran “Make a Match” terhadap kecepatan pemahaman siswa bidang study Pendidikan Agama Islam
adalah “cukup tinggi”, hal ini berdasarkan tabel interpretasi nilai “r” di mana dinlai rhitung 0,92 berada di
antara 0,90-1,00 yang berarti korelasinya sangat tinggi.
Copyrights : Copyright � 2001 by Digital Library IAIN Sunan Ampel . Verbatim copying and distribution of
this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is preserved.
Beri Komentar ?#(0) | Bookmark

Properti Nilai Properti

ID Publisher JIPTIAIN

Organisasi S1 - Pendidikan Agama Islam (PAI)

Nama Kontak Joko Susilo

Alamat Jl. A. Yani 117

Kota Surabaya

Daerah Jawa Timur

Negara Indonesia

Telepon 031 843 1972

Fax 031 843 1972


E-mail Administrator jksusilo1@yahoo.co.id

E-mail CKO library@sunan-ampel.ac.id

http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptiain--sitikurnia-8177
http://etd.eprints.ums.ac.id/4541/1/A410050028.pdf
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22095663.pdf
http://www.infoskripsi.com/Artikel-Penelitian/Implementasi-Modul-Model-Siklus-Belajar-
Untuk-Meningkatkan-Kreativitas-Dan-Prestasi-Belajar-Fisika.html

You might also like