You are on page 1of 27

MAKALAH

PEMANFAATAN SMART CARD BAGI MAHASISWA DALAM


PENGGUNAAN FASILITAS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Komputer dan Masyarakat

disusun oleh :
1. Annisaa Nurhayati NIM 0807608
2. Jaka Indria Pratama NIM 0802591
3. Riyan Hadiyanto NIM 0800079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER


JURUSAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERITAS PENDIDIKAN INDNESIA
BANDUNG
2010
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BEKALANG
Kebutuhan setiap manusia yang cenderung ingin praktis serta keinginan untuk
memanfaatkan teknologi secara maksimal namun tetap efektif dan efisien
membuat teknologi berkembang kearah pembuatan alat-alat yang semakin kecil,
kompak, namun memiliki fungsi yang sangat beragam.
Smart card adalah salah satu bukti implementasi teknologi yang sudah
menerapkan arah perkembangan teknologi itu. Bentuk smart card yang kecil,
dapat dibuat kompak, dapat diisi data, dan dapat dignakan untuk beragam fungsi
itulah yang menjadi keunggulan smart card. Meskipun bukan hal yang baru
namun pemanfaatan smart card sebagai kartu yang dapat digunakan untuk
beragam fungsi dirasa masih kurang di lingkungan perguruan tinggi di Indonesia,
terutama di Universitas Pendidikan Indonesia. Padahal melihat fasilitas-fasilitas
yang dimiliki sebuah perguruan tinggi yang begitu banyak serta kemungkinan
yang sangat besar untuk mengembangkan fasilitas-fasilitas itu maka mutlak
diperlukan sebuah pengelolaan yang baik dan berkelanjutan agar fasilitas-fasilitas
itu dapat dimanfaatkan dan dikembangkan dengan efektif dan efisien.
Keinginan konsumen yang dalam hal ini mahasiswa adalah memanfaatkan
semua fasilitas yang telah disediakan universitas dengan sebaik-baiknya namun
dengan cara yang mudah dan praktis. Kemudahan dan kepraktisan yang dirasa
masih mungkin ditingkatkan dalam memanfaatkan semua fasilitas yang
disediakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia inilah yang menjadi dasar
penulisan makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Pembahasan penulisan pada masalah Pemanfaatan Smart Card Bagi
Mahasiswa dalam Penggunaan Fasilitas di Lingkungan Kampus Universitas
Pendidikan Indonesia hanya pada tinjauan :
 Kajian teori mengenai smart card;
 Penjabaran fasilitas-fasilitas di Universitas Pendidikan Indonesia yang
memungkinkan dapat digunakan oleh mahasiswa dengan menggunakan
smart card.
BAB II
ISI

A. KAJIAN PUSTAKA
1. SMART CARD
a. Pengertian Smart Card
“Smart card adalah kartu plastik yang berukuran sama dengan kartu
kredit yang di dalamnya terdapat chip silikon yang disebut
microcontroller. Chip merupakan integrated circuit yang terdiri dari
prosesor dan memori. Chip, seperti layaknya CPU (Central Processing
Unit) di komputer, bertugas melaksanakan perintah dan menyediakan
power ke smartcard. Smartcard mempunyai kemampuan untuk
memproses dan menginterpretasikan data, serta menyimpan data tersebut
secara aman.” (Margoselo, 2003).
Selain itu Alfatwa memberikan pendapat bahwa “smart card adalah
kartu berbahan plastik atau sejenisnya dengan mikroprosesor yang
ditanamkan pada kartu dan media penyimpanan yang besar untuk
menyimpan program yang telah disediakan oleh perusahaan penerbit kartu
tersebut.”.
Sedangkan ISO menggunakan istilah ICC (Integrated Circuit Card)
untuk mencakup semua alat yang memiliki integrated circuit. Hal ini
dimaksudkan untuk menghilangkan ambiguitas istilah smart card yang
berkembang.
Sehingga dapat didefinisikan bahwa smart card adalah sebuah kartu
yang berukuran kartu kredit yang berbahan plastik atau sejenisnya yang di
dalamnya terdapat chip dan memori dan dianggap memiliki kecerdasan
karena di dalam smart card dapat dimasukkan sejumlah data yang dapat
disimpan di dalam memori dan instruksi atau program yang dapat
dijalankan oleh chip.
b. Sejarah Smart Card
Pembuat pertama kali teknologi awal smart card adalah orang Jepang
bernama Kunitaka Arimura pada tahun 1970. Dia mematenkan ciptaannya,
membatasi penggunaannya hanya untuk di Jepang, dan pembuatannya
harus memiliki lisensi dari Arimura.
Pada tahun 1974, Roland Moreno dari Perancis menanamkan sebuah
aplikasi elektronik ke dalam sebuah benda semacam lingkaran untuk
digunakan dalam sistem pembayaran. Namun inovasi penanaman aplikasi
ke sebuah benda semacam lingkaran seperti yang dilakukan Moreno ini
baru dikembangkan kembali pada Maret 1998. Pengembangan ini
dikenalkan pada saat konferensi Sun’s JovaOne dengan nama Java Ring.

Gambar 2.1 Java Ring

Pada tahun 1975, Moreno membuat hak paten beberapa aspek


fungsional smart card dan menjual lisensinya ke perusahaan bernama
CII-Honeywell-Bull dan perusahaan lain. Lalu CII-Honeywell-Bull
mengembangkan aspek mikroprosesor di smart card dan memegang
lisensi teknologi yang berhubungan dengan mikroprosesor smart card.
Hasil pengembangan CII-Honeywell-Bull ini adalah printed-circuit yang
ditanamkan pada kartu yang mempunyai bentuk seperti kartu kredit.
Moreno beranggapan bahwa aspek paling penting smart card adalah
fungsi kontrol akses ke informasi yang terkandung dalam smart card
dengan teknik password atau fungsi internal lainnya untuk menjaga
keamanan informasi. Fungsi ini akan membuat chip lojik makin sulit tapi
akan menyederhanakan kerja sistem lain yang berhubungan terkait dengan
enkripsi dan manajemen kunci. Oleh karena itu Moreno bersama
perusahaannya, Innovatron, berusaha menempuh jalur hukum dan
kebijakan agresif untuk melisensikan smart card di dunia sehingga
membatasi jumlah perusahaan yang mengembangkan teknologi ini. Tetapi
hak paten paling penting tentang smart card telah kadaluarsa di tahun
1996.
Penggunaan pertama secara luas smart card terjadi pada tahun 1983
oleh penduduk Perancis yang menggunakan smart card sebagai alat
pembayaran telepon, Télécarte.
Kemudian penggunaan kedua secara luas smart card terjadi pada tahun
1992 dengan integrasi antara microchip dengan semua kartu debit di
Perancis, Carté Bleue.
Penggunaan smart card khususnya di Eropa meledak pada era 90-an,
pada saat dikenalkannya smart card berbasis SIM (Subscriber Identity
Module card) yang digunakan untuk telepon selular. Dengan semakin
umumnya penggunaan telepon selular di Eropa, smart card menjadi
semakin dikenal.

c. Jenis-jenis Smart Card


Smart card dapat dikelompokkan berdasarkan :
o Fungsi, yaitu memory card dan microprocessor card;
o Mekanisme Pengaksesan, yaitu contact dan contacless.
o Karakteristik Fisik.
Secara keseluruhan, berikut ini adalah beragam jenis smart card yang
ada :
1) Memory Card
Memory card adalah salah satu smart card yang paling sederhana.
Kartu ini hanya mengandung sirkuit memori yang dapat diakses
melalui kontak dengan synchronous protocol. Dalam memori itu
terdapat area yang dilindungi (protected area) yang hanya bisa
diakses jika menerima kode keamanan tertentu. Ada juga
pembatasan jika ada aplikasi luar yang ingin mengakses memori .
Ada juga beberapa jenis memory card yang menyediakan layanan
otentifikasi. Ukuran data yang bisa disimpan di dalamnya tidak
terlalu besar, sekitar 100 bits sampai 10 kilo bits. Kartu ini
banyak digunakan untuk aplikasi accounting seperti kartu telepon,
kartu transportasi (transportation card), dan vending card.
2) Microprocessor Card
Smart card jenis microprocessor card ini mempunyai sirkuit
memori dan microprocessor dalam satu chip. Semua akses ke
kartu akan melalui microprocessor. Data di dalamnya hanya akan
bisa diakses jika telah melewati semacam security logic. Oleh
karena itu kartu jenis Microprocessor card ini tergolong sulit
untuk dipalsukan.
Microprocessor card mempunyai sebuah interface untuk input
dan output yang bisa mempunyai bentuk yang berbeda antarkartu.
Pada perkembangannya, microprocessor diganti dengan state
change. Hal ini dilakukan karena microprocessor mempunyai
keterbatasan dalam hal kecepatan dan kapasitas memori.
State change berisi Programmable Gate Array (PGA) yang
berukuran lebih kecil dan dapat mengemulasikan fungsi
microprocessor dengan kecepatan yang lebih baik.
Sekarang ini, kartu jenis ini juga diberi kemampuan untuk
melakukan kriptografi seperti memory-adddress srambling, auto-
detection hacking, power-circuit manipulation, dan electron
microscopy.
3) Contact Card
Kartu ini merupakan versi awal dari smart card yang beredar di
Eropa. Kartu ini adalah smart card yang mempunyai contact
chip. Kartu ini harus dimasukkan ke reader untuk melakukan
transaksi atau menyampaikan informasi dari kartu ke reader.
Namun smart card jenis ini memiliki kekurangan, diantaranya
adalah
- Titik contact-nya dapat rusak karena sering digunakan,
reader yang jelek, atau tergesek di kantong;
- Ujung microcircuit dapat rusak jika kartu bengkok atau
ditekan terlalu keras;
- Mudah diserang melalui titik contact kartu;
- Kerusakan dapat pula terjadi pada alat contact reader
karena pemakaian yang tidak baik atau karena serangan
fisik.
4) Contactless Card
Contactless card adalah jenis smart card yang menggunakan
frekuensi radio (RF) untuk bertukar informasi. Jadi kartu ini
tidak memerlukan kontak fisik ke reader untuk bertukar
informasi. Kartu ini mengandung microcircuit yang tertutup di
dalam kartu, sehingga kartu ini hanya perlu didekatkan dengan
reader tanpa kontak langsung untuk bertukar informasi. Kontak
antar kartu dan reader tergantung pada kepekaan reader. Smart
card jenis ini banyak dipakai untuk transaksi yang menekankan
pada unsur kecepatan, terutama di industri transportasi.
Kelebihan smat card jenis ini adalah:
- Lebih dapat diandalkan;
- Lebih sedikit memerlukan perawatan daripada contact
card;
- Jangka waktu hidupnya lebih lama daripada contact card.
Sedangkan kekurangan smart card jenis ini antara lain:
- Tidak cocok untuk pertukaran data yang besar;
- Ukurannya lebih besar daripada contact card dan belum
ada ukuran standar;
- Jumlah manufaktur pembuat sedikit sehingga jenis
kartunya terbatas;
- Harganya relatif lebih mahal daripada contact card.
5) Hybrid Card
Hybrid card merupakan smart card yang menggunakan dua
teknologi yang terdapat pada contact card dan contactless card.
Sehingga terdapat alat contact dan antena dalam satu kartu. Smart
card jenis ini ada yang menggunakan satu microprocesor dan ada
pula yang menggunakan dua microprocessor. Kartu jenis ini
dibuat untuk membuat pengguna bisa memakai kartunya di
banyak aplikasi.
Ada pula istilah combi card yang sejenis dengan hybrid card
tapi combi card membutuhkan suatu alat yang dinamakan pouch
untuk mengubah fungsi contact card menjadi contactless card.
Alat contact pada combi card adalah antena yang terdapat di
pouch sedangkan media transmisi yang digunakan adalah
gelombang radio.
Tingkat keamanan hybrid card lebih baik daripada combi card
karena gelombang radio sangat mudah untuk disusupi yang dalam
hal ini akan mengurangi tingkat keamanan kartu.
6) Subscriber Identity Module (SIM) Card
Subscriber Identity Module (SIM) Card adalah jenis smart card
kecil dan dapat diprogram dan berisi kunci identitas subscriber ke
layanan selular. Kunci ini digunakan untuk mengirim identitas ke
digital mobile service dan jenis layanan yang dipakai. SIM card
ini bisa dipasang permanen maupun removable ke telepon. SIM
card ini berguna sebagai kunci keamanan yang dipakai oleh
jaringan GSM.
7) Removable User Identity Modul (R-UIM) Card
Removable User Identity Modul (R-UIM) Card merupakan
smart card yang berfungsi sama dengan SIM card tetapi
digunakan untuk telepon dengan teknologi CDMA. Kartu ini
memungkinkan komunikasi antarjaringan GSM dengan CDMA.
8) Universal Subscriber Identity Module (USIM) Card
Universal Subscriber Identity Module (USIM) Card adalah
pengembangan dari SIM card. Universal Subscriber Identity
Module (USIM) Card ini digunakan pada teknologi jaringan 3G.
Kartu ini akan dimasukan pada peralatan 3G dan digunakan untuk
otentifikasi jaringan serta menjalankan fungsi lainnya.

d. Jenis-jenis Teknologi Smart Card


Terdapat bergam teknologi yang digunakan dalam smart card
diantaranya adalah
1) Teknologi Standar
Teknlogi standar ini dikenalkan oleh beberapa organisasi,
diantaranya
- ISO 7816 yang mendefinisikan contact card;
- EMV (Europay, Mastercard, Visa) hasil kerjasama tiga
perusahaan kartu kredit untuk mengembangkan ISO 7816
dengan menambahkan fungsi yang berhubungan dengan bank
lebih detil;
- ETSI (European Telecommunication Standard Institute) berisi
standar pemakaian smart card publik dan sistem telepon
selular.
Teknologi standar ini perlu dikembangkan dan dikenalkan agar
tercipta smart card yang dapat dipakai secara umum dan
kompatibel satu sama lain.
2) Teknologi Hybrid
Teknologi hybrid ini memandang smart card harus mempunyai
banyak teknologi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
dengan malihat faktor keamanan dan prioritas penggunaan
teknologi yang ada.
3) Teknologi PCMCIA Card
Teknologi ini dipicu oleh perkembangan notebook yang
menginginkan adanya portable memory dan interface card yang
berukuran lebih kecil dan terstandarisasi. Kemudian Personal
Computer Memory Card Industry Association (PCMCIA)
mengeluarkan tiga standar pembuatan memory card kecil dan
hardisk dengan tebal 10,5 mm.
4) Teknologi Barcode
Teknologi ini mengubah huruf-huruf dan simbol-simbol yang
biasa digunakan menjadi kode berbentuk seperti batang-batang
(bar). Teknologi ini banyak dipakai karena biaya produksinya
yang murah dan banyak reader yang mendukung. Tetapi tingkat
keamanannya kurang baik.
5) Teknologi Radio Frequency Identification (RFID)
RFID digunakan untuk kontrol akses, lalulintas, dan aplikasi
industri lainnya. Label atau tag di alatnya yang biasa disebut
transponder mempunyai berbagai macam bentuk dan mempunyai
antena. Jika dekat dengan reader, antena ini akan membangkitkan
tenga untuk menyalakan sirkuit di label dan mentransmisikan data
ke reader. Sebagian besar RFID bersifat read-only.
e. Arsitektur Smart Card
ISO Menurut standar ISO 7816 mengenai smart card, smart card
memilki dimensi 85,60mm x 53,98mm x 0,76 mm yang secara umum
sama seperti kartu yang digunakan sebagai alat pembayaran atau transaksi
keuangan dalam dunia perbankan. Berikut ini adalah gambar kartu ID 1
yang dikeluarkan oleh ISO.

Gambar 2.2 Kartu ISO ID 1

Standar ISO (7816-2) mendefinisikan smart card berjenis contact card


sebagai kartu yang memiliki 8 (delapan) kontak yang dapat digunakan
sebagai sarana komunikasi dengan lingkungan luar, namun hanya 6
(enam) kontak yang digunakan sebagai sarana komunikasi dengan
lingkungan luar.
Berikut ini adalah gambar beserta penjelasan konektor pada smart card
jenis contact card yang didefinisikan dalam ISO (7816-2).
Gambar 2.3 Konektor ISO 7816-2

 Vcc (Power Supply)


Power Supply untuk IC ini diberikan antara 4,75 volt sampai
5,25 volt. Dengan penggunaan arus listrik maksimum 200 mA.
Namun teknologi chip keluaran terbaru beroperasi dengan
tegangan 3 volt, sehingga membutuhkan arus listrik yang lebih
kecil. Padahal kebanyakan CAD (Card Acceptor Device) atau
alat pembaca kartu, beroperasi dalam tegangan 5 volt sesuai
standar dari ISO.
 RST (Reset Signal)
Sinyal reset digunakan untuk memulai program yang ada di
dalam IC ROM. Di dalam standar ISO didefinisikan tiga mode
reset, internal reset active low reset, dan synchronous high
active reset.
Kebanyakan microprocessor menggunakan mode active low
reset dimana IC memindahkan kontrol ke alamat (address)
masukan untuk program ketika reset signal berada pada tingkat
tegangan yang tinggi.
Urutan operasi untuk mengaktifkan dan menonaktifkan IC
didefinisikan untuk memperkecil kemungkingan kerusakan pada
IC.
Proses aktifasi untuk perangkat antarmuka adalah sebagai
berikut :
a) Ambil RST low;
b) Gunakan Vcc;
c) Set I/O pada mode receive;
d) Set Vpp dalam mode idle;
e) Gunakan clock;
f) Ambil RST high (active low reset).
Sedangkan untuk proses deaktifasi IC adalah sebagai berikut :
1. Ambil RST low;
2. Ambil clock low;
3. Deaktivasi Vpp;
4. Set I/O dalam status low;
5. Deaktifasi Vcc.
 CLK (Clock Signal atau Timing Signal)
Meskipun integrated circuit memiliki colck circuit sendiri
untuk menjalankan logika internal, namun kebanyakan IC chip
dilengkapi dengan clock eksternal dari perangkat antarmuka.
Kecepatan komunikasi pada saluran I/O ditentukan oleh
frekuensi dari clock ini. ISO memiliki standar penggunaan
frekuensi dalam clock yaitu 3.579545 MHz dan 4.9152 MHz.
Frekuensi dari clock dapat diubah sesuai kebutuhan tipe
protokol komunikasi yang dipilih.
 RFU (Reserver for Further Use)
Jalur sinyal ini dirancang untuk dapat dikembangankan lebih
lanjut.
 GND (Ground atau Reference Voltage)
Jalur sinyal dengan istilah GND ini biasanya dihubungkan
dengan sumber negatif.
 Vpp (Programming Voltage)
Jalur sinyal ini dirancang untuk menyediakan tegangan tinggi
yang dibutuhkan untuk memungkinkan penulisan terhadap
memori volatile, yaitu jenis memori yang hanya akan
menyimpan data hanya ketika ada energi listrik yang mengalir
dan data akan hilang ketika energi listrik berhenti mengalir ke
memori ini.
Kebanyakan IC menggunakan memori jenis EEPROM yang
dapat membangkitkan tegangan yang tinggi dengan cara
memberikan atau mengisi terus menerus chip dengan energi
listrik. Selain memori jenis EEPROM, ada juga IC yang
menggunakan memori jenis EPROM yang membutuhkan
tegangan yang sangat tinggi (biasanya 12,5 V atau 21 V) yang
disediakan dalam IC Connector.
 I/O (Serial Input/Output)
Dalam standar ISO didefinisikan hanya ada satu saluran
untuk pertukaran data antara IC dan perangkat antarmuka
(interface device). Ini berarti saluran tersebut harus dapat
mengubah arah sesuai dengan situasi apakah IC sedang
mengirim atau sedang menerima. Oleh karena itulah diperlukan
suatu protokol transmisi.
Sedangkan untuk jenis contactless card, standar ISO (7816-2)
mendefinisikannya sebagai kartu yang memiliki baterainya sendiri yang
secara umum dihasilkan dari putaran induksi radiasi elektromagnet.
Berikut ini adalah gambar lapisan dalam smart card jenis contactless card
yang didefinisikan dalam ISO (7816-2).

Gambar 2.4 Lapisan dalam Contactless Card

2. FASILITAS-FASILITAS DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN


INDONESIA
Berdasarkan buku Informasi Universitas Pendidikan Indonsia tahun
2008, fasilitas yang dimiliki Universitas Pendidikan Indonesia antara lain :
a. Ruang Kuliah berjumlah 123 kelas yang dipergunakan mulai pukul
07.00 – 17.00. Di samping ruang kuliah juga terdapat sekitar 70
ruang laboratorium yang tersebar di enam fakultas dan Sekolah
Pascasarjana yang ada di UPI.
b. Perpustakaan dengan koleksi 62.540 judul buku atau sekitar 171.728
ekslemplar dengan waktu layanan mulai pukul 08.00 – 17.00 kecuali
hari Sabtu hanya sampai pukul 12.30.
c. Unit Pelaksana Teknis Program Latihan Profesi (UPT PLP)
dilengkapi dengan micro teaching bertugas untuk :
 Mengembangkan dan membina pribadi praktikan sebagai
calon guru/pendidik.
 Mengembangkan dan membina kemampuan dan/atau
keterampilan profesional kependidikan para praktikan baik
dalam persekolahan maupun luar sekolah.
 Merencanakan dan mengatur pelaksanaan Program
Pengalaman Lapangan Kependidikan.
 Mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan Program
Pengalaman Lapangan Kependidikan.
d. Balai Bahasa dengan Laboratorium Bahasa, dilengkapi dengan sarana
elektronik dan hasil-hasil rekamannya, menyediakan fasilitas untuk
belajar Bahsa Asing khusunya untuk sivitas akademika UPI terutama
bagi tenaga-tenaga edukatif yang akan melanjutkan studinya ke luar
negeri. Begitu pula bagi orang-orang administrasi/mahasiswa asing
yang ingin belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing.
e. Unit Pelaksana Teknis Bimbingan dan Konseling, memberikan
layanan bagi mahasiswa yang kesulitan belajar, ingin mengetahui
bakat, minat, dsb.
f. Fasilitas Internet (UPInet), memberikan layanan internet bagi sivitas
akademika.
g. Mesjid Al-Furqan yang megah yang senantiasa menghidupkan
kampus dengan berbagai kegiatan kagamaan.
h. Asrama disediakan untuk mahasiswa putra dan putri, yang terdiri atas
asrama PGSD dan 2 asrama baru berlantai 5 yang sedang dibangun
dan diperkirakan selesai akhir tahun 2007 di kampus Bumi Siliwangi,
asrama PGSD di Cibiru, Purwakarta, Tasikmalaya, dan Serang.
i. Beasiswa untuk mahasiswa yang berprestasi diantarnya, beasiswa
Peningkatan Prestasi Akademik (PPA), Bantuan Belajar Mahasiswa
(BBM), Bantuan Pendidikan Mahasiswa (BPM), Supersemar, PT
Gudang Garam, PT Jarum, Toyota Astra, PT Aji Dharma Bhakti,
Yayasan Salim, Bank Indonesia, Yayasan Hutasoit, Yayasan Santoso,
Japan Air Lines (JAL), Pindad, dan lain-lain.
j. Poliklinik yang senantiasa memberikan layanan kesehatan umum dan
kesehatan gigi bagi segenap sivitas akademika, yang bengunan dan
fasiitasnya sedang dimoderenisasi.
k. Santunan kematian bagi mahasiswa yang meninggal dunia dan
santunan sakit bagi mahasiswa yang dirawat di rumah sakit.
l. BNI’46 yang senantiasa siap membantu sivitas akademika khususnya
dalam melayani mahasiswa yang akan membayar SPP. BNI’46
umumnya melayani berbagai keperluan seperti tabungan dan kegiatan
perbankan lainnya.
m. Kantin/kafetaria yang tersebar hampir di semua fakultas menyediakan
jajanan murah, bervariasi, dan bergizi.
n. Kendaraan dinas berupa bis dapat digunakan mahasiswa terutama
untuk kepentingan kuliah-kuliah di luar kampus atau kegiatan
kemahasiswaan lainnya.
o. Wartel dengan faksimili dan layanan telegram di kampus UPI siap
mlayani sivitas akademika.
p. Sarana olahraga berupa gedung olahraga, lapangan sepakbola,
lapangan bola voli, lapangan bulu tangkis, lapangan bola basket,
lapangan soft ball, lapangan tenis, kolam renang dan sebagainya,
merupakan tempat mengembangkan bakat para mahasiswa.
q. Balai Pertemuan dengan kapasitas 2.000 orang selalu padat dipakai
kegiatan penalaran oleh mahasiswa.
r. Pusat Kegaitan Mahasiswa (PKM) tempat mengakomodasikan
kegiatan-kegiatan mahasiswa.
s. Teater Terbuka untuk pentas berbagai kreasi seni para mahasiswa.
t. KABUMI grup kesenian Kelara Besar Bumi Siliwangi yang
menampung mahasiswa, dosen, karyawan ataupun alumni UPI yang
tertarik pada seni. Grup ini telah berkali-kali mengadakan pentas di
mancanegara (Inggris, Perancis, Jerman, Yugoslavia, Belgia,
Malaysia, dan lain-lain).

B. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Fasilitas-fasilitas yang dimiliki Universitas Pendidikan Indonesia memang
telah mengalami kemajuan yang sangat baik. Salah satu kemajuan fasilitas yang
dapat terlihat dengan sangat jelas terjadi pada perpustakaan yang merubah
langkah peminjaman dan pengembalian buku yang pada awalnya dilakukan secara
manual, menjadi terkomputerisasi dan hanya melibatkan karyawan di
perpustakaan jika ada pengembalian buku yang terlambat.
Pengembangan fasilitas pada perustakaan ini sebenarnya telah
menggunakan teknologi smart card yang terdapat pada setiap Kartu Tanda
Mahaiswa (KTM) yang dimiliki setiap mahasiswa Universitas Pendidikan
Indonesia. KTM yang dimiliki setiap mahasiswa, terutama KTM yang dibuat
melalui kerja sama Universitas Pendidikan Indonesia dengan BNI’46 termasuk
dalam jenis hybrid smart card yang menggunakan teknologi barcode dan hybrid.
Jika dipisahkan antara teknologi barcode dan teknologi hybrid yang terdapat pada
KTM ini, maka teknologi barcode dapat dimasukkan ke dalam contactless card
karena dalam setiap pembacaan data yang terdapat pada barcode umumnya
digunakan sebuah reader yang menggunakan infra red sehingga tidak terjadi
kontak langsung dengan kartu. Teknologi hybrid yang terdapat pada KTM ini
menggunakan magnetic tape sehingga untuk setiap pembacaan data yang terdapat
dalam kartu harus menggunakan reader yang pasti akan bersentuhan dengan
bagian magnetic tape sehingga teknologi hybrid ini dapat dimasukkan ke dalam
contact card.
Selain penggunaan fasilitas pada perpustakaan, fasilitas-fasilitas yang
sejak awal sudah memaanfaatkan teknologi smart card adalah fasilitas perbankan
BNI’46. Seperti fasilitas perbankan pada umunya, fasilitas perbankan BNI’46
yang dapat dimanfaatkan dengan menggunakan teknologi smart card adalah
fasilitas yang menyangkut transaksi-transaksi melalui mesin ATM seperti
pengecekan saldo, penarikan tunai, transfer, dan lain sebagainya.
Penggunaan smart card untuk memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang
dimiliki Universitas Pendidikan Indonesia yang ada saat ini sebenarnya masih
dapat dikembangkan lagi. Beberapa fasilitas-fasilitas yang masih mungkin dapat
dikembangkan untuk meningkatkan tingkat kemudahan dan kepraktisan bagi
mahasiswa melalui penggunaan smart card diantaranya adalah fasilitas internet
(UPInet) dan poliklinik.
Penggunaan smart card pada fasilitas UPInet maupun poliklinik dapat
dilakukan dengan menggunakan smart card yang telah ada ataupun memperbarui
smart card yang ada dengan smart card yang lebih canggih agar banyak data yang
dapat dimasukkan ke dalam smart card serta agar dapat mempermudah
pengembangan fasilitas-fasilitas itu nantinya.

1. PENGGUNAAN SMART CARD PADA FASILITAS UPINET


Pada saat makalah ini dibuat, sistem penggunaan fasilitas UPInet
masih dirasa sedikit kurang praktis dan sulit. Pada saat awal akan
menggunakan fasilitas UPInet ini, mahasiswa harus melakukan pengisian data
kemudian dengan dibantu karyawan mahasiswa melakukan pemindaian sidik
jari. Setelah itu baru mahasiswa dapat menggunakan fasilitas UPInet dengan
memasukkan NIM (Nomor Induk Mahasiswa) pada sebuah komputer
kemudian memindai sidik jarinya untuk divalidasi dan jika cocok maka
mahasiswa itu mendapatkan tempat duduk sesuai dengan yang diperlihatkan
pada monitor.
Tahapan seperti itu dirasa kurang praktis dan sedikit menyulitkan
terlebih jika ada luka atau goresan pada jari yang digunakan untuk
pemindaian sehingga data dianggap tidak valid. Selain itu pada saat awal
pengisian data bagi mahasiswa yang baru pertama kali menggunakan fasilitas
UPInet ini seringkali terjadi antrian yang sangat panjang sehingga terkadang
membuat mahasiswa enggan untuk mengisi data ini padahal ini adalah
langkah awal untuk memanfaatkan fasilitas UPInet ini. Hal ini tentu saja
menjadi nilai yang tidak baik karena pemanfaatan fasilitas ini oleh mahasiswa
menjadi berkurang.
Padahal jika digunakan smart card tahapan itu dapat dibuat lebih
praktis lagi. Contohnya jika masih menggunakan smart card yang dalam hal
ini KTM yang telah dimiliki masing-masing mahasiswa. Pada saat pertama
kali menggunakan fasilitas ini mahasiswa cukup melakukan pemindaian
terhadap barcode yang ada pada KTM mereka masing-masing kemudian
mendapatkan tempat. Karena baru pertama kali memanfaatkan fasilitas ini
maka secara otomatis komputer yang mereka tempati mengarahkan
mahasiswa pada formulir pengisian data. Setelah mahasiswa mengisi formulir
tersebut dengan benar maka mereka langsung dapat menggunakan internet di
UPInet. Untuk kedatangan selanjutnya mahasiswa cukup melakukan
pemindaian barcode di KTM mereka masing-masing untuk mendapatkan
tempat, kemudian mereka dapat langsung menggunakan internet.
Dengan cara seperti itu maka antrian untuk mengisi data di suatu
komputer dapat diminimalisir karena mahasiswa yang baru pertama kali
menggunakan fasilitas UPInet melakukan pengisian data di komputer
tempatnya masing-masing. Antrian yang mungkin ada hanyalah antrian pada
saat akan masuk. Antrian itupun hanya untuk menunggu giliran melakukan
pemindaian. Antrian pun kemungkinan tidak akan berlangsung lama karena
proses pemindaian barcode tiap mahasiswa dapat dilakukan dengan cepat
apalagi jika jalur masuk dan tempat pemindaian barcode ada banyak maka
lama seorang mahasiswa untuk mengantri pun dapat dikurangi. Hasil yang
diharapkan dari semua itu adalah peningkatan kepraktisan dan kemudahan
bagi mahaiswa untuk menggunakan fasilitas UPInet ini.
2. PENGGUNAAN SMART CARD PADA FASILITAS POLOKLINIK
Fasilitas lain di Universitas Pendidikan Indonesia yang masih
mungkin untuk dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi smart card
adalah fasilitas poliklinik.
Pemanfaatan smart card pada fasilitas poliklinik ini dapat dilakukan
dengan menggunakan smart card yang telah dimiliki mahasiswa saat ini yang
berupa KTM maupun dengan menggunakan smart card yang diperbarui.
Penggunaan smart card yang telah ada pada fasilitas poliklinik dapat
dilakukan dengan memanfaatkan barcode yang ada pada smart card (KTM).
Dengan hanya memanfaatkan barcode yang ada pada smart card (KTM)
yang dimiliki mahasiswa pada saat akan melakukan pemeriksaan di
poliklinik, membuat tahapan pemeriksaan menjadi lebih praktis karena
mahasiswa tidak perlu lagi direpotkan dengan mempersiapkan fotokopi KTM
pada saat akan melakukan pemeriksaan di poliklinik.
Namun salah satu kekurangan penggunaan smart card yang hanya
menggunakan teknologi barcode ini pada fasilitas poliklinik ini adalah
sulitnya mengembangkan fasilitas poliklinik ini nantinya. Hal ini didasari
pada perkembangan smart card yang terjadi sekarang mengarah pada jenis
smart card yang mampu menyimpan dan mengamankan data-data penting
pemilik smart card itu. Karena teknologi barcode tidak memungkinkan
menyimpan banyak data serta memiliki tingkat keamanan yang rendah dalam
hal mengamankan data-data penting pemilik smart card maka teknologi
barcode ini sudah tentu tidak akan dapat mengikuti arah perkembangan smart
card yang tengah terjadi.
Rusdinar (2008) mengungkapkan bahwa pemerintah sedang
merencanakan untuk membuat Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan, dimana sistem ini akan menghasilkan suatu nomor induk
kependudukan yang akan digunakan untuk berbagai macam nomor identitas.
Kartu identitas terdiri dari bermacam-macam fungsi, diantaranya sebagai
identitas seseorang yang menyatakan orang tersebut bertempat tinggal di
suatu lokasi pemerintahan daerah, atau yang sering disebut Kartu Tanda
Penduduk (KTP), identitas seseorang yang menyatakan orang tersebut
diijinkan mengendarai kendaraan bermotor atau disebut Surat Izin
Mengemudi (SIM), identitas seseorang yang menyatakan bahwa orang
tersebut bekerja di suatu instansi swasta atau negeri atau kartu pegawai dan
kartu untuk fungsi lainnya.
Melihat hal ini tentu saja sulit mengimplementasikan teknologi
barcode untuk mewujudkan hal itu karena jika setiap kali seseorang
berpindah pekerjaan, maka terdapat 2 (dua) solusi yang setidaknya dapat
digunakan untuk mengatasi masalah seperti ini.
Solusi pertama adalah membuat ulang kartu atau memperbarui bentuk
barcode yang ada. Hal ini dapat berakibat banyaknya sampah dari kartu yang
dibuang karena telah ada kartu yang diperbarui serta mengakibatkan
membengkaknya pengeluaran untuk memperbarui atau mengganti barcode
pada kartu.
Solusi kedua adalah membuat sebuah database yang dapat diakses
oleh semua pihak yang berkepentingan sehingga perubahan data dapat
dilakukan dengan cepat. Namun hal ini juga tidak mudah diimplementasikan
karena diperlukan infrastruktur yang sangat baik agar hal ini dapat
diiwujudkan.
Oleh karena itu, fasilitas poliklinik pun harus mengikuti arah
perkembangan teknologi yang setidaknya diperkirakan akan terus dipakai
sampai beberapa tahun kedepan. Salah satu teknologi itu adalah smart card
yang mampu menyimpan data dengan jumlah yang besar, mampu merubah
data dengan cepat namun tetap aman untuk digunakan. Teknologi smart card
yang diperkirakan dapat digunakan untuk itu adalah teknologi smart card
yang telah menggunakan memori dan microprocessor. Dengan memori data-
data dapat disimpan dengan lebih banyak dan dengan menggunakan
microprocessor, data-data di dalamnya dapat menjadi lebih aman karena
melalui microprocessor itu dapat dilakukan enkripsi terhadap data-data yang
akan disimpan. Smart card seperti ini dapat dimasukkan ke dalam jenis
Subscriber Identity Module (SIM) Card.
Pemanfaatan smart card seperti jenis Subscriber Identity Module
(SIM) Card ini diperlukan untuk memperbarui smart card lama yang telah
ada agar fasilitas poliklinik ini dapat berkembang. Manfaat yang dapat
dicapai jika fasilitas poliklinik Univrsitas Pendidikan Indonesia menggunakan
smart card jenis ini adalah dapat dengan mudah membangun kerjasama
dengan berbagai instansi serta dengan rumah sakit – rumah sakit besar karena
teknologi smart card inilah yang tengah berkembang dan banyak dipakai.
Selain itu diperkirakan smart card jenis inilah yang mungkin akan digunakan
oleh pemerintah untuk mewujudkan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan.
BAB III
Penutup

A. KESIMPULAN
Masih terdapat banyak fasilitas-fasilitas yang dimiliki Universitas
Pendidikan Indonesia yang dapat dikembangkan dengan menggunakan
teknologi smart card agar keinginan mahasiswa selaku konsumen untuk
medapatkan kepraktisan dan kemudahan dalam menggunakan semua fasilitas
yang ada dapat terwujud. Fasilitas-fasilitas yang dapat dikembangkan dengan
menggunakan teknologi smart card itu diantaranya adalah fasilitas internet
(UPInet) dan fasilitas poliklinik.
Pemanfaatan smart card dalam dalam penggunaan fasilitas Universitas
Pendidikan Indonesia perlu terus dikembangkan agar mahasiswa dapat
memanfaatkan fasilitas yang ada dengan sebaik-baiknya dan agar Universitas
Pendidkan Indonesia mampu terus bersaing di tingkat nasional dan
internasional.

B. SARAN
Dengan melihat perkembangan smart card sekarang ini, sebaiknya
Universitas Pendidikan Indonesia mulai membuat smart card jenis Subscriber
Identity Module (SIM) Card bagi mahasiswa barunya karena smart card jenis
inilah yang tengah berkembang dan banyak dipakai, dapat dikembangkan
secara luas dengan mudah, serta memiliki banyak keunggulan dibandingkan
jenis smart card lain.
Daftar Pustaka

Alfatwa, Dean Fathony. “Kartu Cerdas (Smart Card) dan Hubungannya dengan
Kriptografi: Kajian Kriptografi”. Makalah.

Alfitri, Nadia. (September 2008). “Rekam Medis Menggunakan Smart Card”.


Percikan. 92, 1-7.

Asiacsentinel. (4 September 2009). “Indonesia o Jon the Smart Card Set”.


http://www.asisentinel.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=20238&Itemid=226 [diakses tanggal 20
Desember 2010].

Cahyadi, Dedi. (2009). “Desain Sistem Absensi PNS Berbasis Teknologi RFID”.
Jurnal Informatika Mulawarman. 4, (3), 1-8.

CardLogix Corporation. (2010). http://www.smartcardbasics.com [diakses


tanggal 20 Desember 2010].

Everett, Dr. David B. (2002). Smart Card Technology.

Fakhruddin, Rijal, dkk. (Mei 2006). “Implementasi Portable Smart Card Reader
untuk Absaensi”. Makalah pada Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan
Komunikasi untuk Indonesia, Aula Barat dan Timur Institut Teknologi
Bandung-Bandung.

Hartanto, Antonius Aditya. (2007-2008). Mengenal Teknologi Smart Card.


Kampung Teknologi & Lola Mobile: kagakribet.com

Issues in Smart Card Development. (2002).USA: CardLogic Corporation

Leroy, Xavier. Smart Card From A Programming Language and Static Analysis
Perspective. INRIA Rocquencort & Trusted Logic.

Margoselo, Bambang Dwi Cahyo. (2003). “Tinjauan Smart Card untuk


Pengamanan Database Di Sekolah Berbasis Komputer: Kajian Keamanan
Jaringan Informasi”. Makalah.

Program Kreativitas Mahasiswa 2007 – PKMT. (2007). Electronic Medical


Record Berbasis Smart Card. Universitas Indonesia : Reza Lesmana, dkk.

RFID Asia. (2008). Indonesia Ponders over RFID, Contactless Smart Card, NFC
and Mobile Technology. http://prlog.org/10061009-indonesia-ponders-over-
rfid-caontactless-smart-card-nfc-and-mobile-technology.html. [diakses tanggal
20 Desember 2010].
Rusdinar, Angga. (November 2008). “Perancangan Sistem Kartu Identitas
Berbasis Smart Card”. Makalah pada Konferensi Nasional Sistem dan
Informatika 2008, Bali.

Sarinanto, Mustafa, dkk. (Agustus 2002). “Pengembangan Program Smart Card


pada Rumah Sakit”. Makalah pada Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT),
Auditorium Universitas Gunadarma-Jakarta.

Satria, Adhitya Agung, dkk. (2005). “Kajian Perkembangan Teknologi Smart


Card dari Segi Keamanan dan Implementasinya di Kehidupan Sehari-hari”.
Makalah.

Smart Card teams. (Juli 2010). “Smart Card - WIKI”. http://www.smart-


card.com/2010/07/20/smart-card-wiki/ [diakses tanggal 20 Desember 2010].

Smart Card teams. (Juli 2010). “Smart Card Chips”. http://www.smart-


card.com/2010/07/20/smart-card-chips/ [diakses tanggal 20 Desember 2010].

Smart Card teams. “History”. http://www.smart-card.com/history/ [diakses


tanggal 20 Desember 2010].

Tanum, Rizki Amalia. (Mei 2009). “Aplikasi Sistem Absensi Karyawan dengan
Menggunakan Metode RFID: Kajian Sistem Informasi Manajemen”. Paper
mini.

You might also like