Professional Documents
Culture Documents
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh
Nama : Diyah Rosa Wd.
Nim : 1403204055
Program : D2 PGTK
i
PENGESAHAN
Tugas akhir yang berjudul “Strategi Mengajar Anak Mengendalikan Emosi Dalam
Kegiatan Sosialisasi Usia TK”. Penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat
Hari :
Tanggal :
Mengetahui :
Ka. Prodi PGTK
ii
MOTTO
kesabaran.
PERSEMBAHAN
- Orang tua yang selalu saya hormati, kakak dan adik yang tersayang.
- Dosen pembimbing.
- Semua pihak yang terlibat, dan tidak mungkin penulis sebutkan satu
persatu.
iii
KATA PENGANTAR
memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya. Semoga susunan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca
khususnya orang tua dan guru taman kanak-kanak, walaupun hanya dalam bentuk
yang sangat sederhana. Sebagai calon dan guru taman kanak-kanak perlu
Dalam penulisan Tugas Akhir ini memuat hal-hal secara alamiah dan
yaitu mengenai beraneka ragam sifat-sifat anak, pola asuh orang tua yang
diterapkan. Semoga dengan susunan penulisan tugas akhir ini dapat menunjang
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
iv
3. Dosen Pembimbing Wulan Adiarti .S.Pd.
Terima kasih.
Penulis
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
vi
C. Perkembangan Emosi dan Sosial Anak Usia TK
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 31
B. Saran .................................................................................................... 31
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Kebanyakan anak didik di taman kanak-kanak sangat susah dan sulit untuk
mengendalikan diri, dominan anak dikuasai oleh emosi yang tinggi dan
kurang stabil. Hal itu kurang baik untuk perkembangan dan bekal
penerus bangsa yang handal. Maka dari itu seorang guru harus dapat
emosional dan ketrampilan anak, oleh karena itu guru beserta orang tua
dalam mecahkan kesulitan belajar selama lebih dari dua puluh tahun.
viii
Ada pandangan yang beranggapan bahwa mempunyai emosi tinggi
ketrampilan emosional lebih bahagia, lebih percaya diri, dan lebih sukses di
orang dewasa yang bertanggung jawab, peduli kepada orang lain, dan
produktif. Dan yang terpenting dengan pengendalian emosi bagi anak adalah
dengan pola-pola tertentu, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan apa yang
emosi anak tetapi semua berbalik arah. Memang mula-mula anak mengikuti
sangat susah, karena anak kurang dapat memahami suatu kejadian dan
yang akan terjadi pada orang lain, yang terpenting hanya tercapai semua
ix
keinginan itu akan membuat anak meresa menang dan senang. Ini sudah
terjadi pada setiap anak di setiap keluarga, jika dibiarkan berlangsung lama
maka anak-anak tidak dapat diandalkan oleh bangsa, karena sudah dikuasai
oleh emosinya. Emosi yang sudah menguasai anak maka sulit untuk anak
merubahnya, mungkin saja emosi itu akan di bawa sampai dewasa nanti.
merasa kalah apabila mengalah dan diam saja, dan itu akan membuat anak
dengan orang lain. Maka guru dan orang tua harus tepat dalam memberikan
pelajaran agar tidak terjadi seperti apa yang tidak diinginkan pada anak.
TK?
x
2. Bagaimana perkembangan anak terjadi?
3. Cara orang tua, guru, dan masyarakat mengenai gangguan emosi pada
anak?
posisi mereka dalam kelompok sosial dipengaruhi oleh emosi yang ada pada
mereka seperti malu, takut, agresif, ingin tahu akan bahagia. Orang dewasa
menilai anak dari cara anak mengekspresikan emosi dan apa saja emosi
Pola emosi anak umum yang tahapan yang diramalkan, reaksi ledakan
tahun dan kemudian di ganti dengan pola ekspresi kemarah yang lebih
xi
membesar pesat saat anak lahir sampai anak berusia 5 tahun, pembesarannya
melambat pada usia 5 sampai 11 tahun, dan membesar lebih pesat lagi
sampai anak berusia 16 tahun, dan pada usia16 tahun kelenjar tersebut
mencapai kembali ukuran semula seperti pada saat anak lahir, ini sangat
sebagai berikut:
xii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang teramat indah, bagi si anak, tetapi bisa juga bermakna suatu penjara
menangis dan mudah putus asa, ini memang sifat dasar yang dimiliki anak
karena anak-anak yang selama ini berada dekat dengan orang tuanya harus
mereka alami.
tumbuh di bentuk oleh dua faktor kekuatan besar, pertama untuk mencari
kesenangan, kedua untuk berusaha menghindari rasa sedih dan rasa tidak
nyaman. Makin tinggi kesadaran seorang anak dan makin mampu anak
xiii
menimbang berbagai pilihan, makin besar kemungkinan sukses yang akan
tingkah laku itu akan terlihat apakah anak sudah beradab (baik) atau
disekitarnya.
membangkitkan emosi.
xiv
c. Emosi bersifat sementara
yang terbatas dan rentang perhatian yang pendek sehingga perhatian itu
mudah dialihkan.
Semua anak yang baru lahir pola reaksinya sama secara bertahap
sedangkan emosi lainnya yang tadi lemah berubah menjadi kuat. Ini
bahwa setiap pola sikap menusia di bentuk dan di tentukan pada masa
xv
kecil. Anne Roe juga tokoh psikologi mengatakan bahwa pengalaman
Kedua tanggapan tokoh di atas maka orang tua dan guru harus
peka terhadap tingkah laku anak, apakah ada anak yang menunjukan
gejala itu akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku anak. Pengalaman
dan mental adalah penyakit yang bersifat fisik. Kondisi medis melihat sebagai
bagian dari diagnosa secara menyeluruh dari seorang anak. Menurut Thomas
penyakit, tetapi gangguan emosi adalah suatu luapan tekanan yang berasal
dari dalam diri anak, untuk menunjukan keinginannya melalui perilaku emosi,
luapan itu dapat ditunjukan dengan suara keras, menangis, melempar barang,
xvi
lari, menggigit dan lain-lain. Anak melakukan itu dengan mencari kepuasan
persekolahan publik, hingga saat ini tidak ada difinisi yang dapat diterima
para ahli merasa bebas untuk mengungkapkan definisi yang cocok untuk
tujuan mereka sendiri, secara umum anak yang mengalami gangguan emosi
dapat di kenali dari perilaku mereka. Seperti suka marah, suka menyendiri dan
sebagainya. Misal Andin tampak murung dan suka menyendiri karena baru
saja putus cinta, dan Rudi marah-marah karena dia tidak bisa mengerjakan PR
yang diberikan gurunya, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa anak yang
emosi.
xvii
yang dimiliki, mempunyai pandangan baik pada diri sendiri, dan bertindak
Menurut pendapat para ahli di atas, saya kurang setuju karena tidak
tingakh lakuk sehat dan tidak sehat, tidak cukup untuk menentukan apakah
anak itu secara emosional sehat atau secara mental tidak sehat.
rangsangan.
sendiri.
sosialisasi di lingkungannya.
xviii
3.) Adanya berbagai kesulitan dalam mengukur emosi dan perilaku
Tidak ada norma atau kriteria tertentu yang dapat dijadikan dasar
perilaku.
4.) Adanya variasi dalam emosi dan perilaku anak yang normal
stabil, ada kalanya emosi turun dan naik. Anak yang di anggap mengalami
gangguan emosi tidak hanya di lihat dari perilaku yang ditampilkan, tetapi
tindakan anak, serta emosi anak yang khas haru diperhitungkan dalam
sosial. Karena hampir setiap orang dan anak memunculkan emosi yang
tinggi seperti yang ditunjukkan oleh sikap Nina dan Ali di atas, ada
xix
kalanya anak melakukan tindakan tertentu yang tidak biasa, tetapi hal itu
5.) Hubungan antara gangguan emosi dan kondisi yang lain yang menghalangi
emosi.
anak (sekolah, polisi, pejabat pengadilan anak, psiolog klinis, dan tenaga
layanan yang mereka berikan kepada anak dan keluarga. Definisi yang di
sekolah, dan definisi para ahli kesehatan mental klinik akan menyoroti
tumpang tindih, sebab definisi tidak dapat melepaskan diri dari tuntutan
diharapkan oleh kelompok sosial atau budaya anak, di dalam kultur yang
xx
sama ada tuntutan yang berbeda dalam kelas sosial yang berbeda. Jelas
tujuan dan kesalahan atau model yang berbeda, adanya berbagai kesulitan
dalam mengukur emosi dan perilaku karena tidak adanya norma atau
emosi dan anak normal, adanya kondisi lain (kelainan) yang menghalangi,
interaksi dengan orang lain (Bruno 1989 : 277). Bandura juga menyatakan
xxi
pengamatan dalam pembelajaran dan dalam proses-proses kognitif yang
bahwa apa yang diketahui oleh mata manusia dapat lebih banyak dari pada
Meurut teori Bruno dan Bandura di atas jelas bahwa teori belajar
sosial menyatakan “sudah pasti manusia itu sadar, dan tentu saja manusia
sebagainya, itu semua sebagai penguat dari dalam dan penghargaan sendiri
atas perilakunya.
lain dan peniruan atas model berstatus tinggi serta melibatkan pemberian
xxii
menyesuaikan diri dan bekerjasama dalam kegiatan bermain karena
adanya model. Sikap dan perilaku sosial yang terbentuk pada usia dini
sosial yang dilakukan anak biasanya, dengan teman sebaya, aktifitas soial
1. Meniru
sayang dengan ibu mereka atau pengganti ibu, kesenangan yang diperoleh
xxiii
3. Ketergantungan
sendiri.
4. Menerima otoritas
mempunyai otoritas atas dasar mereka. Hal ini kbergantung pada pengaruh
5. Persaingan
terlihat pada anak yang berusaha merenggut mainan atau bendaq dari anak
6. Kerjasama sosial
mau mengalah.
xxiv
7. perilaku melawan
badan, menangis, atau menolak patuh. Bila anak tidak diberi kesempatan
1978 : h. 213)
a. Faktor Pematangan
lama dan memusatkan ketegangan emosi pada satu objek kemampuan dan
b. Peran Belajar
tiba saatnya masa belajar, misal : bayi yang lahir tidak mampu
bahwa pada dasarnya anak adalah baik, kebaikan adalah potensi bawaan
xxv
Konsep tentang anak di atas benar,lingkunganlah yang membentuk
karakter itu, baik dan buruk emosi anak tumbuh dan berkembang hasil
perilaku bawaan. Oleh karena itu, emosi tumbuh dan berkembang dalam
bergaul dengan orang diluar rumah, terutama dengan anak sebayanya. Mereka
belajar menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan bermain. Sikap
dan perilaku sosial yang terbentuk pada usia dini biasanya menetap dan hanya
Masa ini hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak lain meningkat
yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak mengikuti pendidikan
xxvi
berkembangnya keinginan terhadap kebebasan, anal mulai melawan otoritas
yang bersahabat dengan orang lain, walaupun begitu orang tua dan guru
teman sebaya, anak akan bermain dengan dua atau tiga anak untuk
terdiri atas meniru atau mengamati satu sama lain atau berusaha mengambil
mainan anak lain. Setelah usia 3-4 tahun anak mulai bermain bersama dalam
kelompok, berbicara, dan memilih dari anak yang hadir untuk di ajak
bermain.
xxvii
6. Anak mampu membagi milik dan mainannya dengan orang lain.
3. Anak mudah cepat marah dan rewel bila anak sedang sakit.
kelompok sosial.
xxviii
BAB III
A. Metode Penulisan
2. Spesifikasi Penelitian
usia TK.
B. Sistematik Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
xxix
Berisi teori-teori tentang pengertian, gangguan emosi, dan
Berisi tentang pola asuh orang tua yang tepat diberikan kepada
bersosialisasi.
BAB V : PENUTUP
xxx
BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH
atau model. Seorang ibu akan gagal mendidik anaknya jika isi perkataannya
kesedihan yang mendalam manakala buah hati tidak mau sekolah dan suka
anak. Tindakan ini tidak benar, karena itu akan membuat anak semakin
manja, sikap menjadi-jadi dan pemalas. Dengan begitu emosi anak akan
tinggi jika suatu saat permintaan dan keinginannya tidak terpenuhi, itu
diakibatkan ketergantungan anak kepada orang tua dan orang lain. Perlu
xxxi
diingat jangan menjanjikan hadiah jika anak mau melakukan apa yang
diperntah yang sudah menjadi tugas seorang anak, karena akan menjadi
kebiasaan yang tidak baik dan anak tidak akan mempunyai kesadaran
sendiri.
lain orang tua langsung membawanya ke dokter. Siapa tahu anak mengalami
mengalami gangguan emosi, sebaiknya orang tua dan guru saling bekerja
sama dalam menghadapi emosi dan segala masalah anak, semua dilakukan
untuk mendiskusikan apa yang membuat anak marah, takut, cemas, dan
anak karena akan membuat anak makin tertutup, sebagai Orang tua dan guru
berbincang dengan anak untuk pemahaman suatu peristiwa yang anak belum
xxxii
mengendalikan ego yang termasuk pemahaman, perencanaan, dan kepekaan
rangsangan tindakan anak, kedua di sekolah yang masih asing, tak heran
diri di lingkungan sekolah, jika anak merasa aman dan nyaman dengan
Lama
Jika masalah anak tidak mampu di atasi dlaam jangka panjang, ini
profesional oleh ahlinya. Apa bila mengenai emosi anak, itu yang akan
Banyak orang tua yang tidak sadar bahwa sikap pola asuh yang
xxxiii
(dependecy), rasa kurang percaya diri anak dan kekhawatiran yang berlebihan.
Jika anak selalu berada dalam proteksi, pelayanan dan pengawalan orang tua,
anak akan tumbuh menjadi anak manja, selalu tergantung pada pelayanan dan
bantuan orang tua, penakut, cengeng, mudah putus asa dan tidak mampu
memecahkan masalahnya sendiri dan itu dilakukan karena orang tua anak
tanpa sadar membuat ketergantungan terus menerus, dengan tujuan agar orang
mengungkapkan “kalau anak ingin mandiri di sekolah, sejak usia II bulan anak
berhadapan dengan orang banyak, maka anak harus mulai dikenalkan dengna
orang-orang, supaya nanti anak tidak merasa takut dan merasa berani
menghadapi orang-orang yang di anggap asing / baru di kenal, hal ini harus
Seorang sudah mulai proses belajar sejak dalam kandungan, hal itu
akan terus berlanjut sampai besar. Pola asuh orang tua yang terlalu menekan
dan memaksa (otoriter) itu tidak baik diberikan kepada anak, mulanya
memang anak sanggup memenuhi keinginan orang tua, tetapi lambat laun bisa
saja anak menjadi malas belajar karena merasa di paksa tidak keinginannya
sendiri. Oleh karena itu orang tua tidak hanya memaksakan kehendaknya,
anak untuk memilih dan berkreatifitas karena ktu akan membuat kesuksesan
xxxiv
anak untuk masa depan, dengan kebebasan anak anak menunjukan bakat yang
pada anak sebaiknya tidak dengan marah-marah, atau suara keras apabila anak
dorongan oleh cinta terhadap anak yang padahal merusak jiwa anak
bersangkutan.
merasa terhina, malu, putus asa dan dendam. Apabila kebaikan yang
dibicarakan anak menjadi sombong dan merasa tidak perlu perbaikan lagi,
menertawakan.
xxxv
12. Terlalu banyak menggunakan kata “Jangan” karena anak meresa dongkol
xxxvi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
pertama (lahir sampai TK) harus diutamakan, karena anak belum memiliki
kestabilan emosi. Pola asuh Orang Tua yang diterapkan pada anak ikut
pendidikan bukan dengan kepala dan tangan, tetapi denga hati. Karena anak
kesempatan untuk belajar dan di ajar, agar tidak terjadi penyimpangan dalam
perkembangan.
dilakukan orang tua, guru, masayarakat dan orang yang dekat dengan anak
untuk mengenali perilaku anak. Selain itu harus ada timbal balik antara orang
dewasa dan anak akan selalu membawa perkembangan dan pengaruh bagi kedua
pihak.
B. SARAN
Kepada calon dan guru TK, orang tua dan pembaca, tanamkanlah
sikap perilaku yang baik pada anak karena anak ibarat kertas putih apa yang
xxxvii
tercoret atau melekat akan membekas dan susah di hapus, berilah contoh sikap
perilaku yang baik pada anak. Agar tidak terjadi penyimpangan perilaku dan
emosi pada anak sebaiknya dari pihak sekolah (guru) serta orang tua saling
xxxviii
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: Depdiknas.
House.
Sutadi, Koto Rusda dan Deliana, Maryati Sri. 1994. Permasalahan Anak Taman
xxxix