You are on page 1of 23

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 129% (Wiknyosastro, 2002 : 448).
Anemia adalah kadar Hb kurang dari 119/dl pada trisemester I dan II
dan kurang dari 10,59/dl pada semester II (Cunningham, 2009 : 1463).
Wanita hamil dinyatakan menderita anemia bila kadar Hb dibawah
109/dl (Mansyoer, 2000 : 28).

B. Etiologi
Wanita hamil atau dalam nifas dinyatakan anemia bila kadar
hemoglobinnya di bawah 109 r/dl. Penurunan kadar Hb pada wanita sehat yang
hamil disebabkan ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada
peningkatan volume sel darah dan hemoglobin, hal ini terjadi pada trisemester
kedua. Pada akhir kehamilan, ekspansi plasma menurun sementara hemoglobin
terus meningkat pada saat nifas, bila tidak terjadi kehilangan darah dalam
jumlah besar, konsentrasi hemoglobin tidak berbeda saat hamil. (Mansjoer, A,
2000 : 288).
Menurut Mocktar, 1998 : 162, penyebab anemia adalah sebagai berikut
:
1. Kurang Gizi (Nutrisi)
Terjadi karena pembentukan darah kurang, kadar sel darah merah atau
hemoglobin (Hb) di bawah nilai normal. Contoh : Zat besi, Asam folat, dan
Vitamin B 12.
2. Kurang zat Besi dalam Diit
Kekurangan zat besi (Fe) kurang karena zat besi (fe) untuk eristropoesis
tidak cukup yang ditrandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-
mikrositer, kadar serum (serum iron : Si) dan jenuh transferin menurun
kapasitas ikat besi total (toka) iron biding capasity/TIBC) meninggi dan
cadangan besi dalam sum-sum tulang serta di tempat yang lain sangat
kurang/tidak ada sama sekali.
3. Malabsorpsi
Ketidakmampuan dalam penyerapan makanan
4. Karena Pendarahan
Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu akan menyebabkan kurangnya
jumlah SDM dalam darah, sehingga terjadi anemia, kehilangan darah
banyak seperti persalinan yang laku, haid dll. Kadar sel darah merah atau
hemoglobin (Hb) di bawah normal.
5. Penyakit-penyakit seperti TBC Paru, Cacing Tambang, Malaria.
Sejumlah besar kelainan khususnya infeksi kronis, dan neoplasma dapat
menimbulkan anemia sedang, kadang-kadang berat. Zat besi yang
dilepaskan dari eritrosit tua tidak akan segera dikembalikan ke dalam untuk
digunakan lagi, tetapi sebaliknya akan bertahan. Dengan demikian akan
terjadi akibat penurunan eritrosit yang ditambah lagi dengan penghancuran
eritrosit seperti : penyakit cacing tambang, malaria, ataupun TBC paru.

C. Derajat Anemia
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menemukan status anemia
ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3
kategori, yaitu normal ( 11 gr/dl), anemia ringan (8 – 11 g/dl), dan anemia
berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-
rata kadar hemoglobin terendah 7,63 mg/dl dan tertinggi 1400 mg/dl. Klasifikasi
anemia yang adalah :
Hb 11 gr % = Tidak anemia
Hb 9 – 10 gr % = Anemia ringan
Hb 7 – 8 gr % = Anemia sedang
Hb < 7 gr % = Anemia berat
(Mochtar, 1998 : 164)
D. Klasifikasi
Menurut Mochtar, 1988 : 164 klasifikasi anemia dalam kehamilan
adalah sebagai berikut :
1. Anemia Defisiensi Besi
Adalah anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya yaitu perluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil, dan
dalam yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi. Untuk menegakkan
diagnosa anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnese, hasil
anamnese didapatkan keluhan mual dan muntah pada hamil muda. Pada
pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat digunakan dengan alat sachii,
dilakukan selama 2 kali selang kehamilan yaitu trisemester I dan III.
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg.
Kebutuhan lain terdiri dari sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan
plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa
hemoglobin naternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan diekskresi lewat
usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan
menghasilkan sekitar - 10 mg zat besi. Perhitungan makan sekali dengan
2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20 – 25 mg zat besi per hari. Selama
kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat
besi sebanyak 100 ml sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk
wanita hamil.
2. Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan asam folat. Jarang sekali
karena kekurangan vitamin B12 biasanya sering ditemukan pada wanita
yang jarang mengkonsumsi sayuran hijau segar dan makanan dengan
protein hewani tinggi. Gejalanya meliputi mual, muntah, dan anareksia
yang bertambah berat. Anemia megaloblastik adalah anggota kelompok
penyakit darah yang ditandai oleh kelainan darah dan sumsum tulang akibat
gangguan sintesis DNA.
3. Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu
membentuk sel darah merah. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-
pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan fungsi
eksternal dan pemeriksaan retikulosi.
4. Anemia Himolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia
dengan kelainan-kelaian gambaran darah, kelemahan-kelemanan, serta
gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ –organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya,
bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-
obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan tidak
memberikan hasil, sehingga transfusi darah berulang dapat membantu
penderita ini.

E. Manifestasi Klinis
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan dengan
tekanan darah dalam tekanan normal perlu dicurigai anemia defisisensi besi.
Secara klinis dapat dilihat tubuhnya pucat dan tampak lemah.
Manifestasi klinis anemia pada kehamilan yaitu :
1. Ibu mengeluh cepat lemah
2. Sering pusing
3. Mata berkunang-kunang
4. Malaise
5. Nafsu makan turun (anoreksia)
6. Konsentrasi hilang
7. Nafas pendek (pada anemia parah) dan
8. Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda,
(Cunningham, 2005 : 1466).
Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa
hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala dasarkan yang menonjol, ataupun
ditemukan gejala anemia bersama-sama dan gejala penyakit dasarnya. Gejala-
gejala dapat berupa :
1. Kepala pusing
2. Palpitasi
3. Berkunang-kunang
4. Perubahan jaringan epitel kuku
5. Lesu
6. Lemah
7. Lelah
8. Dispagia dan
9. Pembesaran kelenjar limpa
(Moditar, 1988 : 164)

f. Patofisiologi dan Pathway


Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh
karena perubahan sirkulasi makin meningkat terhadap plasenta dan
pertumbuhan payudara. Volume sel darah merah total dan masa hemoglobin
meningkat sekitar 20 – 30 %, dimulai pada bulan ke 6 dan mencapai puncak
pada aterem kembali normal setelah partus. Stimulasi meningkat 300 – 350 ml
massa sel merah ini dapat disebabkan oleh hubungan antara hormon-hormon
maternal dan eritropoiti selama kehamilan. Peningkatan sel darah merah tidak
cukup memadai untuk mengimbangi peningkatan volume plasma yang sangat
menyolok. Peningkatan volume plasma menyebabkan terjadinya penurunan
hematokrit (20 – 30%), sehingga dari hematokit lebih rendah secara nyata dari
keadaan tidak hamil, hemoglobin dari hematokrit mulai menurun pada bulan ke
3 – 5 kehamilan dan mencapai nilai terendah pada bulan 5 – 8 dan selanjutnya
sedikit meningkat pada aterem serta kembali normal pada 6 minggu setelah
partus, besi belum menurun, namun tetap berada pada batas normal selama
kehamilan.
Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit
O2, yang dikirimkan ke jaringan, kehilangan darah yang mendadak (30% atau
lebih), seperti pada pendarahan, menimbulkan simtomatologi sekunder,
hipovolemia dan hipoksemia. Maka pengurangan hebat sel darah merah dalam
waktu beberapa bulan (walaupun pengurangan 50%) memungkinkan
mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri dan biasanya penderita
asemtomatik kecuali pada kerja jasmani berat, mekanisme kompensasi bekerja
melalui: peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah
pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah kemudian terjadi
peningkatan pelepasan O2 oleh hemoglobin dan pengembangan volume plasma
dengan menarik cairan dengan sela-sela jaringan, serta pendistribusi cairan
darah ke organ-organ vital (Smesltzer Suzame, 2001 : 300).
Volume sel darah merah total dan masa hemoglobin meningkat sekitar
20 – 30 % dimulai pada bulan ke 6 dan mencapai puncak pada aterem kembali
normal setelah partus. Stimulasi peningkatan 300 – 350 ml massa sel merah ini
dapat disebabkan oleh hubungan antara hormon maternal dan eritropoitin
selama kehamilan. Peningkatan sel darah merah tidak cukup memadai untuk
mengimbangi peningkatan volume plasma menyebabkan terjadinya hidremia
kehamilan atau hemodilusi, yang menyebabkan terjadinya penurunan
hematokrit (20 – 30 %) sehingga hemoglobin dan hematokrit lebih rendah
secara nyata dari keadaan tidak hamil. Hemoglobin dan hematokrit mulai
menurun pada bulan ke 3 – 5 kehamilan, dan mencapai nilai terendah pada
bulan ke 5 – 8 dan selanjutnya sedikit meningkat pada saat aterem serta kembali
normal pada 6 minggu setelah partus. Besi serum menurun namun setiap berada
dalam batas normal selama kehamilan. TIBC (Total Iron Binding Capacity)
meningkat 15 % pada wanita hamil.
Cadangan besi wanita dewasa mengandung 2 gram sekitar 60 – 70 %
berada dalam sel darah merah yang bersirkulasi, dan 10 – 30 % adalah besi
cadangan yang terutama terletak dalam hati, empedu, dan sumsum tulang.
Kehamilan membutuhkan tambahan zat besi sekitar 800 – 1000 mg untuk
mencukupi kebutuhan baik janin maupun ibu. Selama periode setelah
melahirkan 0.5 – 1 mg besi per hari dibutuhkan untuk laktasi, dengan demikian
jika cadangan pada awalnya direduksi, maka pasien hamil dengan mudah bisa
terkena kekurangan besi, di mana janin mengakumulasikan besi bahkan dari ibu
yang kekurangan besi, kebutuhan yang meningkat tersebut tidak terpenuhi oleh
kebiasaan diet normal, walaupun ada setiap wanita hamil sampai 2 tahun makan
normal untuk mengisi kembali cadangan besi yang telah hilang selama hamil
(Wiknjosastro, 2005 : 449).
Adapun perubahan pertama yang terjadi selama perkembangan
kekurangan besi adalah depresi cadangan zat besi pada hati, empedu, dan
sumsum tulang dengan menurunnya besi serum dan peningkatan TIBC,
sehingga anemia berkembang. Sel darah merah secara klasik digambarkan
sebagai hipokromikmikrositer, tetapi perubahan morfologi karakteristik ini tidak
terjadi sampai mikrohematokrit jatuh di bawah nilai normal. Mikrositik
mendahului hipokromik dan angka retikulosit rendah pada anemia defisiensi
besi. Anemia defesiensi besi merupakan manifestasi dari gangguan
keseimbangan zat besi yang negatif. Jumlah zat besi merupakan manifestasi dari
gangguan keseimbangan zat besi yang negatif. Jumlah zat besi yang diabsorbsi
tubuh diusahakan untuk mengatasinya dengan cara menggunakan cadangan besi
dalam jaringan depot. Pada saat cadangan besi itu habis baru anemia defesiensi
besi menjadi manifestasi perjalanan keadaan kekurangan zat besi mulai dari
terjadinya anemia sampai dengan timbulnya gejala-gejala yang klasik melalui
beberapa tahap yaitu :
1. Cadangan besi diikuti oleh serum feritin menurun tapi belum ada anemia
2. Serum transferin meningkat
3. Besi serum menurun
4. Perkembangan normostitik, diikuti oleh anemian normikromik
5. Perkembangan mikrolitik dan anemia hipokromik
(http://library.usu.ac.id/download/fb/penydalam - muhamad % 20 riswas.pdf)
Cadangan banyak darah
Mal nutrisi Diet kurang zat besi

Sel darah merah tidak mencukupi

Peningkatan volume plasma

Hidremia

Penurunan hematokrit (20-30%)

Kadar hb menurun

Anemia
Perubahan status
kesehatan
Anemia Anemia Anemia Anemia
Keterbatasan sumber defisiensi megaloblastik hipoplastik hemolitik
informasi besi

Prognosis memburuk ,
(abortus, kelahiran
prematur) Suplai O2 kesemua organ menurun

Kurang Hipoksia jaringan


pengetahuan

Hiperventilasi Penurunan perfusi Penurunan perfusi ke


jantung saluran cerna
Peningkatan
frekuensi pernafasan Hilangnya nafsu makan
Aliran darah Aliran darah
tidak tidak adekuat
Nafas pendek adekuat ke jantung Anoreksia, nausea,
dan ke otak konstipasi atau
diare, BB menurun
Dispnea Kelemahan
fisik Jaringan
Ke otak
Perubahan nutrisi
Pola nafas tidak Ekstrimitas kurang dari
efektif Intoleransi dingin,kulit Sakit kepala kebutuhan tubuh
aktifitas pucat
Gangguan
perfusi Gangguan
jaringan perfusi serebral
G. Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan
Menurut Moditar. R 1998: 164 anemia yang dapat mempengaruhi yaitu
:
1. Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, Persalinan, dan Nifas
Anemia terhadap kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi
ibu dalam kehamilan, persalinan maupun nifas dan masa selanjutnya.
Penyakit-penyakit yang dapat timbul akibat anemia adalah keguguran.
Anemia berat pada ibu hamil yang tidak dialokasi dalam kehamilan muda
dapat menyebabkan abortus, kelahiran prematur, persalinan yang lama
akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi, perdarahan pasca
melahirkan karena tidak ada kontraksi otot rahim, syok, infeksi baik saat
bersalin, serta anemia yang berat (< 4 gr%) dapat menyebabkan
dekonpensasi kodis, di samping itu hipoksia akibat anemia dan dapat
menyebabkan syok dan kematian pada ibu pada persalinan yang sulit,
walaupun tidak terjadi pendarahan.

2. Pengaruh Anemia terhadap Hasil Konsepsi


Hasil konsepsi (janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi
dalam jumlah besar untuk pembuatan butir darah merah dan
pertumbuhannya, yaitu sebanyak 0,5 gr besi, jumlah ini merupakan 1/10
dari seluruh besi dalam tubuh.
Selama masih cukup persediaan besi, Hb akan menurun bila
revensi habis Hb akan turun ini terjadi pada bulan ke 5 – 6 kehamilan pada
waktu janin membutuhkan banyak zat besi, pengaruh terhadap konsepsi
yaitu kematian mudigah, kematian perintai, bayi lahir prematur dapat
terjadi cacat bawaab dan cadangan besi kurang.

H. Pemeriksaan Diagnosa
Menurut Smetzert, Suzane, 2001 : 364 pemeriksaan diagnosa dilakukan
pada anemia adalah :
1. Jumlah darah lengkap (JDL)
2. Pewarnaan sel darah merah, mendeteksi perubahan warna dan bentuk.
3. Masa hidup sel darah merah, berguna mendiagnosa anemia
4. Folat serum dan vitamin B12, membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan
5. Aspirasi sumsum tulang atau pemeriksaan biopsy sel.

I. Penatalaksanaan dan Pengobatan


Menurut Smeltzert, Suzane, 2001 : 367 penatalaksanaan dan
pengobatan yang dilakukan pada ibu hamil dengan anemia adalah :
1. Penatalaksanaan Secara Umum
a. Memberikan Makanan yang Adekuat
Pengobatan melibatkan diet yang kaya dengan ferum asid
kolik dan vitamin, asam folat adalah jenis vitamin yang boleh didapati
dalam banyak jenis makanan dan multivitamin tambahan. Makanan
yang kaya akan asam folat termasuk sayuran, jus dan buah-buahan dan
juga kacang-kacangan. Pada anemia sebaiknya diberikan makanan
bergizi dengan tinggi protein terutama protein hewani. Zat besi dapat
diperoleh dengan cara mengkonsumsi daging (terutama daging sapi).
Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau seperti
bayam, dan kangkung. Selama kehamilan tubuh membutuhkan zat besi
karena pertumbuhan janin, peningkatan volume darah dan kehilangan
darah selama proses persalinan nantinya. Pada ibu hamil sebaiknya
mengkonsumsi zat besi 27 mg/hari. Suplemen dan vitamin dapat
menjadi bagian dari kunjungan kehamilan.
Indikasi tranfusi darah pada anemia defisiensi besi adalah :
- adanya penyakit jantung simptomatik
- amenia yang sangat simptomatik dan
- pasien yang memerlukan peningkatan kadar Hb yang cepat seperti
pada kehamilan trisemester akhir atau preoperasi.
- Pemberian cairan IV 2 K 10 ml/IM pada didreus untuk
meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 291 %
- Pada beberapa kasus, pemberian besi desktran dan IV perlu
diresepkan artinya apabila besi oral tidak dapat diabsorbsi atau tidak
dapat ditoseniasi atau apabila dibutuhkan sejumlah besar besi lebih
disukai rute IV injeksi IM mengakibatkan nyeri lokal dan dapat
menimbulkan pewarnaan kulit.
- Menghindari bahan kimia yang diduga penyebab anemia
- Memberikan istirahat yang cukup
Terapi khas untuk masing-masing anemia
Anemia defisiensi besi :
- Terai oral adalah dengan memberikan preparat yaitu ferosulfat, fero
glukonat dan na-fero tetapi parental baru diperlukan apabila
penderita tidak tahan akan zat besi per oral. Pemberian preparat
parenteral dengan gerum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg)
intravena atau 2 x 10 ml/im giuteus, dapat meningkatkan Hb lebih
cepat yaitu 2 gr/%
Megaloblastik
Pengobatannya :
a. Asan folat ls – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 x 1 tablet per hari
c. Sulfar ferosos 3 x 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan peroral lamban, sehingga dapat
diberikan, transfusi darah
2. Anemia Hipoplastik
Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi
lengkap, pemeriksaan fungsi eksternal dan pemeriksaan resikulasi. Karena
obat penambah darah tidak memberi hasil, maka itu satu-satunya cara untuk
memperbaiki keadaan penderita ialah transfusi darah yang sering diulang
beberapa kali tidak banyak dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia
hipoplastik karena kehamilan. Akan tetapi dalam pemberian obat-obat pada
waktu hamil selalu harus dipikirkan. Pengaruh efek samping obat-obat itu
khususnya obat-obat yang mempunyai pengaruh ddemotoksis
4. Anemia Hemolistik
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik dan penyebabnya
bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-
obatan penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan tidak
memberi hasil, sehingga transfusi darah berulang dapat membantu
penderita ini. Transfusi darah yang kadang dilakukan beberapa kali,
diperlukan pada anemia berat untuk meringankan penderita ibu dan untuk
mengurangi bahaya hipoksita janin, splenektosis hemolitik diperlukan pada
anemia hemolitik dalam trisemester II dan III.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Menurut Doengoes (2001: 570) pengkajian yang dapat dilakukan pada
pasien dengan anemia antara lain:
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Dapatkan riwayat kesehatan
3. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum:
1) Kelemahan otot
2) Mudah lelah
3) Nafas pendek
4) Kulit pucat
b. Manifestasi sistem saraf pusat
1) Sakit kepala kunang-kunang
2) Proses pikir lambat
3) Apatis
4) Pusing
5) Peka rangsang
6) Depresi
c. Syok (anemia kehilangan darah)
1) Perfusi jaringan buruk.
2) Kulit lembab dan dingin.
3) Penurunan tekanan darah.
4) Peningkatan frekuensi jantung.
d. Pengkajian umum
1) Pertumbuhan yang lambat.
2) Kematangan seksual yang tertunda.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Nanda (2007) diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada
anemia adalah:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan
oksigen ke jaringan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
adekuatan zat besi, kurang pengetahuan mengenai makanan yang diperkaya
dengan zat besi.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen.
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru yang tidak
optimal.
5. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

C. INTERVENSI
Menurut Doengoes (2001: 573) intervensi dan rasional dari anemia antara
lain:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan
oksigen ke jaringan.
Tujuan: klien dapat beraktifitas sesuia dengan toleransi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x24 jam.
Kriteria Hasil:
a. Pasien tidak sesak nafas.
b. Ibu dapat bernafas dengan mudah, frekuensi dan kedalaman pernafasan
normal. RR: 16-25 x/menit, kedalaman pernafasan teratur.
Intervensi Rasional
a. Kaji respon emosi, sosial, a. Untuk mengetahui tentang
spiritual terhadap aktivitas. keadaan pasien.
b. Pantau respon oksigen pasien b. Untuk mengetahui keadaan
(nadi, irama jantung, dan pasien dan mengetahui aktivitas
frekuensi aspirasi) terhadap sehari-hari.
aktivitas perawatan diri.
c. Ajarkan tentang pengaturan c. Cukup meningkatkan istirahat
aktivitas dan tekhnik tenang tetapi mencegah
manajemen waktu untuk kebosanan.
mencegah kelelahan.
d. Pertahankan posisi semi d. Untuk pertukaran udara yang
fowler. optimal.
e. Kolaborasi dengan ahli e. Untuk merencanakan dan
okupasi fisik. memantau program aktivitas
sesuai kebutuhan.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak


adekuatan zat besi, kurang pengetahuan mengenai makanan yang diperkaya
dengan zat besi.
Tujuan : nutrisi adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24
jam.
Kriteria Hasil:
a. Mempertahankan BB dan nilai laboratorium normal
b. BB ideal= (TB-100)- 10% (TB-100), Hb= 11gr%
c. Nafsu makan pasien meningkat dari ¼ porsi menjadi ½ porsi.
d. Turgor kulit baik, membran mukosa lembab.

Intervensi Rasional
a. Pantau kandungan nutrisi dan a. Untuk mengetahui kebutuhan
kalori pada catatan asupan. nutrisi pada pasien.
b. Intruksikan keluarga mengenai b. Untuk absorsi maksimum dan
pemberian preparat besi yang dapat menurunka absorbsi besi.
tepat:
1). Berikan dalam dosis terbagi
2). Jangan berikan bersamaan susu/
antasid karena fosfat akan
membentuk komplek dengan besi.
1. Berikan konseling diet pada c. Untuk memastikan ibu
pemberian perawatan khususnya mendapatkan suplai zat besi yang
mengenai hal-hal: sumber besi adekuat, mendorong kepatuhan.
dari makanan (misal: daging,
kacang, gandum).
2. Anjurkan klien untuk istirahat d. Kondisi yang lemah lebih lanjut
sebelum makan. dapat menurunkan keinginan dan
kemampuan klien anoreksia
untuk makan.
3. Diskusikan dengan ahli gizi e. Untuk memenuhi kebutuhan
dalam menentukan kebutuhan nutrisi klien dengan makanan
protein unutk pasien dengan yang disukai dan disesuaikan
ketidak adekuatan asupan dengan kondisi klien.
protein/ kehilangan protein.

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen


seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen.
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x24 jam.
Kriteria Hasil:
a. Menunjukkan perfusi adekuat misalnya: tanda vital stabil (TD: 120/80
mmHg, Nadi: 80-100x/menit), membran mukosa berwarna merah muda,
pengisian kapiler baik (< 3 detik).
b. Menunjukkan pengukuran hasil Laboratorium yang normal(Hb: 11gr%, HT:
37-43%, SDM: 4-5 juta/mm2).
Intervensi Rasional
Awai TTV, kaji pengisian kapiler, Memberikan informasi tentang derajat
membran mukosa, datar kuku. keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu memnentukan kebujtuhan
intervensi.
Berikan oksigen tambahan sesuai Memaksimalkan transport oksigen ke
indikasi. jaringan.
Tinggikan kepala tempat tidur. Meringankan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigen untuk
kebutuhan seluler.
Berikan SDM darah lengkap, Meningkatkan jumlah sel pembawa
produk darah sesuai indikasi, awasi oksigen, memperbaiki defisiensi untuk
ketat untuk komplikasi tranfusi. menurunkan resiko perdarahan.
Kolaborasi, awasi pemeriksaan Mengidentifikasi defisiensi dan
Laboratorium (misal: Hb. Ht, dan kebutuhan pengobatan/ respon
jumlah SDM). terhadap terapi.

4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru yang tidak
optimal.
Tujuan:
5. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Implementasi Keperawatan

Nama pasien : Ny. I


Ruang/ Bangsal : Poli KIA
Diagnosa Medis : Anemia

No. No. Waktu Implementasi Respon TTD


Dx
1. 1 10.05 WIB 1. Mengkaji ulang nyeri S: - Pasien mengatakan nyeri pada
pasien. pinggang dan selangkangan
seperti tertekan.Nyeri
meningkat terutama jika
ditekan dan pada malam hari.
- Pasien mengatakan nyeri
skala 5. Nyeri timbul jika
pasien telah berjalan/
kelelahan, timbul sekitar 15
menit pada saat perutnya
kenceng-kenceng.
O: - Pasien tampak meringis.
- Pasien tampak mengelus-elus
pinggangnya.
2. Memberikan contoh
pijatan pada punggung S: - Pasien mengatakan merasa
dan pinggang. nyaman saat dipijat bagian
bagian pinggang dan
punggungnya.
- Pasien mengatakan nyeri
berkurang dari skala 5
menjadi 3.
- Pasien mengatakan akan
melakukan pijat dirumah
jika merasa nyeri.
O: - Pasien tampak rileks.
- Pasien tampak tenang.
- Pasien dapat mempraktekkan
nafas dalam dan pijatan
punggung.
3. Menginformasikan S: - Pasien mengatakan bahwa ia
pada pasien sekarang mengerti tentang
tentang nyeri dan nyeri dan bagaimana
cara mengurangi mengatasinya dengan nafas
nyeri dengan nafas dalam dan mesase.
dalam dan mesase. - Pasien mengatakan mau
mencoba ketika nyeri
terjadi.
- Pasien mengatakan
nyerinya dapat timbul
sewaktu-waktu ketika
perutnya kenceng-
kenceng dan Pasien akan
menggunakan tekhnik
nafas dalam dan mesase
untuk mengurangi nyeri.
O: Pasien dapat menjelaskan
tentang penyebab nyeri yang
dialaminya dan cara mengatasinya.
4. Mengkaji ulang S : pasien mengatakan mau untuk
TTv pasien diukur nadi dan pernafasannya.
meliputi nadi dan O : Nadi : 80x/menit, RR:
pernafasan. 20x/menit
2. 2 10.10 WIB 1. Memantau kembali S : - Pasien mengatakan tidur
pola tidur pada malam 3 jam yang biasanya 6-7
pasien. jam, tidur siang 1,5 jam, bila
malam tidak dapat tidur yang
biasanya 1 jam.
O: - Pasien tampak lelah.
- Terdapat lingkaran hitam
pada mata.

2. Membantu pasien S : Pasien mengatakan ia tidak bisa


dalam tidur jika kondisi kamarnya gelap.
mengidentifikasi O : Pasien tampak mengantuk.
faktor penyebab
kurang tidur.

3. Membantu pasien S : pasien mengata ia dapat tidur


dalam jika kondisi kamar terang.
mengidentifikasi O : pasien dapat mengidentifikasi
tindakan untuk tindakan untuk meningkatkan tidur
meningkatkan tidur dengan minum air putih hangat
dan gosok gigi.
4. Menjelaskan tentang S : Pasien mengatakan akan
pentingnya tidur mencoba agar ia dapat tidur
yang adekuat selam dengan adekuat untuk anaknya.
kehamilan. Pasien mengatakan ingin bayinya
nanti sehat.
Pasien mengerti pentingnya tidur
selama kehamilan.
O : Pasien dapat menjelaskan
kembali pentingnya tidur yang
adekuat selama kehamilan.
5. Menganjurkan S : Pasien mengatakan akan
pasien agar minum air hangat dan mengosok
melakukan gigi sebelum tidur
kebiasaan yang O : pasien tampak bersemangat.
memberikan rasa
nyaman untuk tidur,
misalnya minum air
hangat sebelum tidur
dan gosok gigi.

6. menganjurkan S : pasien mengatakan akan


pasien untuk memasang lampu tidur dikamarnya
memodifikasi O : pasien tampak bersemangat.
lingkungan kamar
dengan memasang
lampu tidur
3. 3 10.15 WIB 1. Berbicara sesuai S : Pasien mengatakan bahwa ia
dengan ingin mencari tahu kenapa Hb nya
pengetahuan rendah dan apa akibatnya.
pasien. Pasien mengatakan ia mencari
2. Menentukan informasi agar ia dapat mencegah
motivasi pasien hal buruk yang mungkin dapat
dalam terjadi pada dirinya dan janinnya.
mempelajari Pasien mengatakan ia suka minum
informasi. air teh hangat.
O : pasien bertanya tentang Hb nya
yang rendah dan apa akibatnya.
3. Menyediakan S : pasien bertanya apakah
waktu bagi pasien kebiasaan minum teh hangat
untuk bertanya terdapat hubungan dengan kadar
dan berdiskusi. Hb nya yang rendah.
4. Memberikan Pasien mengatakan apakah harus
informasi tentang memilih-milih makanan dan apa
diet ibu dengan saja makanan yang dianjurkan.
anemia. Pasien mengatakan bahwa
makanan dianjurkanbagi ibu
anemia terutama sayuran hijau
seperti: bayam, kankung, daun
pepaya, daun katuk.
Pasien mengatakan bahwa selain
itu juga minum obat penambah zat
besi.
Pasien bertanya apakah boleh
minum vitamin C.
O : Pasien dapat mengajukan
pertanyaan pada perawat.
Pasien dapata mengulang kembali
penjelasan dari perawat.
Pasien tampak aktif dalam diskusi
dengan perawat.
5. Memberikan Pasien tampak antusias dalam
informasi tentang bertanya.
tempat penyedia S : Pasien mengatakan akan datang
informasi seperti: ke Puskesmas, Bidan, Perawat
Puskesmas, jika ingin bertanya tentang hal
Bidan, Perawat. yang tidak ia ketahui.
Pasien mengatakan sekarang tahu
kemana ia harus bertanya ketika ia
mau mendapatkan informasi.
O : Pasien tampak antusiaa.
4. 4 10.15 WIB 1. Menentukan S : Pasien mengatakan ia akan
besarnya rasa merasa bersalah sekali jika karena
bersalah seksual ia berhubungan seksual dengan
dihubungkan suaminya dapat menyebabkan
dengan persepsi keguguran pada bayinya.
terhadap O : Pasien tampak merasa
kehamilan. bersalah.
2. Memberikan
informasi tentang S : Pasien mengatakan senang
seksualitas saat mendapatkan informasi dari
kehamilan dan perawat.
menganjurkan Pasien mengatakan rasa takutnya
unutk bertanya. berkurang karena informasi yang
diberikan.
Pasien mengatakan bahwa selama
kehamilan boleh melakukan
hubungan seksual dengan
suaminya.
Pasien mengatakan beberapa posisi
yang aman selama kehamilan
untuk hubungan seksual adalah:
pasisi wanita diatas, posisi duduk,
posisi berdiri.
Pasien mengatakan manfaat
hubungan seksual selam kehamilan
adalah memperkuat ikatan fisik
dan emosional pasangan,
persiapan otot panggul untuk
melahirkan.
O : Pasien dapat menyebutkan
posisi seksualitas saat kehamilan
dan manfaat.

You might also like