Professional Documents
Culture Documents
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 129% (Wiknyosastro, 2002 : 448).
Anemia adalah kadar Hb kurang dari 119/dl pada trisemester I dan II
dan kurang dari 10,59/dl pada semester II (Cunningham, 2009 : 1463).
Wanita hamil dinyatakan menderita anemia bila kadar Hb dibawah
109/dl (Mansyoer, 2000 : 28).
B. Etiologi
Wanita hamil atau dalam nifas dinyatakan anemia bila kadar
hemoglobinnya di bawah 109 r/dl. Penurunan kadar Hb pada wanita sehat yang
hamil disebabkan ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada
peningkatan volume sel darah dan hemoglobin, hal ini terjadi pada trisemester
kedua. Pada akhir kehamilan, ekspansi plasma menurun sementara hemoglobin
terus meningkat pada saat nifas, bila tidak terjadi kehilangan darah dalam
jumlah besar, konsentrasi hemoglobin tidak berbeda saat hamil. (Mansjoer, A,
2000 : 288).
Menurut Mocktar, 1998 : 162, penyebab anemia adalah sebagai berikut
:
1. Kurang Gizi (Nutrisi)
Terjadi karena pembentukan darah kurang, kadar sel darah merah atau
hemoglobin (Hb) di bawah nilai normal. Contoh : Zat besi, Asam folat, dan
Vitamin B 12.
2. Kurang zat Besi dalam Diit
Kekurangan zat besi (Fe) kurang karena zat besi (fe) untuk eristropoesis
tidak cukup yang ditrandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-
mikrositer, kadar serum (serum iron : Si) dan jenuh transferin menurun
kapasitas ikat besi total (toka) iron biding capasity/TIBC) meninggi dan
cadangan besi dalam sum-sum tulang serta di tempat yang lain sangat
kurang/tidak ada sama sekali.
3. Malabsorpsi
Ketidakmampuan dalam penyerapan makanan
4. Karena Pendarahan
Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu akan menyebabkan kurangnya
jumlah SDM dalam darah, sehingga terjadi anemia, kehilangan darah
banyak seperti persalinan yang laku, haid dll. Kadar sel darah merah atau
hemoglobin (Hb) di bawah normal.
5. Penyakit-penyakit seperti TBC Paru, Cacing Tambang, Malaria.
Sejumlah besar kelainan khususnya infeksi kronis, dan neoplasma dapat
menimbulkan anemia sedang, kadang-kadang berat. Zat besi yang
dilepaskan dari eritrosit tua tidak akan segera dikembalikan ke dalam untuk
digunakan lagi, tetapi sebaliknya akan bertahan. Dengan demikian akan
terjadi akibat penurunan eritrosit yang ditambah lagi dengan penghancuran
eritrosit seperti : penyakit cacing tambang, malaria, ataupun TBC paru.
C. Derajat Anemia
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menemukan status anemia
ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3
kategori, yaitu normal ( 11 gr/dl), anemia ringan (8 – 11 g/dl), dan anemia
berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-
rata kadar hemoglobin terendah 7,63 mg/dl dan tertinggi 1400 mg/dl. Klasifikasi
anemia yang adalah :
Hb 11 gr % = Tidak anemia
Hb 9 – 10 gr % = Anemia ringan
Hb 7 – 8 gr % = Anemia sedang
Hb < 7 gr % = Anemia berat
(Mochtar, 1998 : 164)
D. Klasifikasi
Menurut Mochtar, 1988 : 164 klasifikasi anemia dalam kehamilan
adalah sebagai berikut :
1. Anemia Defisiensi Besi
Adalah anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya yaitu perluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil, dan
dalam yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi. Untuk menegakkan
diagnosa anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnese, hasil
anamnese didapatkan keluhan mual dan muntah pada hamil muda. Pada
pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat digunakan dengan alat sachii,
dilakukan selama 2 kali selang kehamilan yaitu trisemester I dan III.
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg.
Kebutuhan lain terdiri dari sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan
plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa
hemoglobin naternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan diekskresi lewat
usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan
menghasilkan sekitar - 10 mg zat besi. Perhitungan makan sekali dengan
2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20 – 25 mg zat besi per hari. Selama
kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat
besi sebanyak 100 ml sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk
wanita hamil.
2. Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan asam folat. Jarang sekali
karena kekurangan vitamin B12 biasanya sering ditemukan pada wanita
yang jarang mengkonsumsi sayuran hijau segar dan makanan dengan
protein hewani tinggi. Gejalanya meliputi mual, muntah, dan anareksia
yang bertambah berat. Anemia megaloblastik adalah anggota kelompok
penyakit darah yang ditandai oleh kelainan darah dan sumsum tulang akibat
gangguan sintesis DNA.
3. Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu
membentuk sel darah merah. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-
pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan fungsi
eksternal dan pemeriksaan retikulosi.
4. Anemia Himolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia
dengan kelainan-kelaian gambaran darah, kelemahan-kelemanan, serta
gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ –organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya,
bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-
obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan tidak
memberikan hasil, sehingga transfusi darah berulang dapat membantu
penderita ini.
E. Manifestasi Klinis
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan dengan
tekanan darah dalam tekanan normal perlu dicurigai anemia defisisensi besi.
Secara klinis dapat dilihat tubuhnya pucat dan tampak lemah.
Manifestasi klinis anemia pada kehamilan yaitu :
1. Ibu mengeluh cepat lemah
2. Sering pusing
3. Mata berkunang-kunang
4. Malaise
5. Nafsu makan turun (anoreksia)
6. Konsentrasi hilang
7. Nafas pendek (pada anemia parah) dan
8. Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda,
(Cunningham, 2005 : 1466).
Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa
hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala dasarkan yang menonjol, ataupun
ditemukan gejala anemia bersama-sama dan gejala penyakit dasarnya. Gejala-
gejala dapat berupa :
1. Kepala pusing
2. Palpitasi
3. Berkunang-kunang
4. Perubahan jaringan epitel kuku
5. Lesu
6. Lemah
7. Lelah
8. Dispagia dan
9. Pembesaran kelenjar limpa
(Moditar, 1988 : 164)
Hidremia
Kadar hb menurun
Anemia
Perubahan status
kesehatan
Anemia Anemia Anemia Anemia
Keterbatasan sumber defisiensi megaloblastik hipoplastik hemolitik
informasi besi
Prognosis memburuk ,
(abortus, kelahiran
prematur) Suplai O2 kesemua organ menurun
H. Pemeriksaan Diagnosa
Menurut Smetzert, Suzane, 2001 : 364 pemeriksaan diagnosa dilakukan
pada anemia adalah :
1. Jumlah darah lengkap (JDL)
2. Pewarnaan sel darah merah, mendeteksi perubahan warna dan bentuk.
3. Masa hidup sel darah merah, berguna mendiagnosa anemia
4. Folat serum dan vitamin B12, membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan
5. Aspirasi sumsum tulang atau pemeriksaan biopsy sel.
A. PENGKAJIAN
Menurut Doengoes (2001: 570) pengkajian yang dapat dilakukan pada
pasien dengan anemia antara lain:
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Dapatkan riwayat kesehatan
3. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum:
1) Kelemahan otot
2) Mudah lelah
3) Nafas pendek
4) Kulit pucat
b. Manifestasi sistem saraf pusat
1) Sakit kepala kunang-kunang
2) Proses pikir lambat
3) Apatis
4) Pusing
5) Peka rangsang
6) Depresi
c. Syok (anemia kehilangan darah)
1) Perfusi jaringan buruk.
2) Kulit lembab dan dingin.
3) Penurunan tekanan darah.
4) Peningkatan frekuensi jantung.
d. Pengkajian umum
1) Pertumbuhan yang lambat.
2) Kematangan seksual yang tertunda.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Nanda (2007) diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada
anemia adalah:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan
oksigen ke jaringan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
adekuatan zat besi, kurang pengetahuan mengenai makanan yang diperkaya
dengan zat besi.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen.
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru yang tidak
optimal.
5. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
C. INTERVENSI
Menurut Doengoes (2001: 573) intervensi dan rasional dari anemia antara
lain:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan
oksigen ke jaringan.
Tujuan: klien dapat beraktifitas sesuia dengan toleransi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x24 jam.
Kriteria Hasil:
a. Pasien tidak sesak nafas.
b. Ibu dapat bernafas dengan mudah, frekuensi dan kedalaman pernafasan
normal. RR: 16-25 x/menit, kedalaman pernafasan teratur.
Intervensi Rasional
a. Kaji respon emosi, sosial, a. Untuk mengetahui tentang
spiritual terhadap aktivitas. keadaan pasien.
b. Pantau respon oksigen pasien b. Untuk mengetahui keadaan
(nadi, irama jantung, dan pasien dan mengetahui aktivitas
frekuensi aspirasi) terhadap sehari-hari.
aktivitas perawatan diri.
c. Ajarkan tentang pengaturan c. Cukup meningkatkan istirahat
aktivitas dan tekhnik tenang tetapi mencegah
manajemen waktu untuk kebosanan.
mencegah kelelahan.
d. Pertahankan posisi semi d. Untuk pertukaran udara yang
fowler. optimal.
e. Kolaborasi dengan ahli e. Untuk merencanakan dan
okupasi fisik. memantau program aktivitas
sesuai kebutuhan.
Intervensi Rasional
a. Pantau kandungan nutrisi dan a. Untuk mengetahui kebutuhan
kalori pada catatan asupan. nutrisi pada pasien.
b. Intruksikan keluarga mengenai b. Untuk absorsi maksimum dan
pemberian preparat besi yang dapat menurunka absorbsi besi.
tepat:
1). Berikan dalam dosis terbagi
2). Jangan berikan bersamaan susu/
antasid karena fosfat akan
membentuk komplek dengan besi.
1. Berikan konseling diet pada c. Untuk memastikan ibu
pemberian perawatan khususnya mendapatkan suplai zat besi yang
mengenai hal-hal: sumber besi adekuat, mendorong kepatuhan.
dari makanan (misal: daging,
kacang, gandum).
2. Anjurkan klien untuk istirahat d. Kondisi yang lemah lebih lanjut
sebelum makan. dapat menurunkan keinginan dan
kemampuan klien anoreksia
untuk makan.
3. Diskusikan dengan ahli gizi e. Untuk memenuhi kebutuhan
dalam menentukan kebutuhan nutrisi klien dengan makanan
protein unutk pasien dengan yang disukai dan disesuaikan
ketidak adekuatan asupan dengan kondisi klien.
protein/ kehilangan protein.
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru yang tidak
optimal.
Tujuan:
5. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Implementasi Keperawatan