You are on page 1of 4

Top of Form

Quick Search Cari

Bottom of Form
Kamis, 03 Februari 2011
Top of Form
e-mail ********

Register | Lupa Password?


Bottom of Form
Home » Medis A-Z » Kebidanan & Kandungan » Aborsi
Kebidanan & Kandungan
Aborsi

Definisi Gejala & Tanda Pengobatan Lain - lain


Definisi
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”
adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia 20 minggu kehamilan atau berat bayi kurang dari
500 g (ketika janin belum dapat hidup di luar kandungan).1 Angka kejadian aborsi meningkat
dengan bertambahnya usia dan terdapatnya riwayat aborsi sebelumnya. Proses abortus dapat
berlangsung secara :
1. Spontan / alamiah (terjadi secara alami, tanpa tindakan apapun)
2. Buatan / sengaja (aborsi yang dilakukan secara sengaja),
3. Terapeutik / medis (aborsi yang dilakukan atas indikasi medik karena terdapatnya
suatu permasalahan atau komplikasi).
Frekuensi terjadinya aborsi di Indonesia sangat sulit dihitung secara akurat karena banyaknya
kasus aborsi buatan / sengaja yang tidak dilaporkan. Berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada
sekitar 2 juta kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya. Pada penelitian di Amerika Serikat
terdapat 1,2 – 1,6 juta aborsi yang disengaja dalam 10 tahun terakhir dan merupakan pilihan
wanita Amerika untuk kehamilan yang tidak diinginkan. Secara keseluruhan, di seluruh
dunia, aborsi adalah penyebab kematian yang paling utama dibandingkan kanker maupun
penyakit jantung.

Tanda dan Gejala


1. Nyeri perut bagian bawah
2. Keram pada rahim
3. Nyeri pada punggung
4. Perdarahan dari kemaluan
5. Pembukaan leher rahim
6. Pengeluaran janin dari dalam rahim
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan USG, pemeriksaan darah, dan
pemeriksaan hormonal kadar B-hCG.
Tatalaksana pasca abortus
Pemeriksaan untuk mencari penyebab abortus spontan dengan menggunakan USG atau kadar
B-hCG selama 1-2 bulan berikutnya. Sesudah mengalami abortus, ibu dianjurkan jangan
hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu gunakan kontrasepsi kondom atau pil).
Alasan
Aborsi yang dilakukan seorang wanita hamil memiliki berbagai macam alasan, baik alasan
medis maupun alasan non medis. Menurut studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch
Forrest (1998), menyatakan bahwa hanya 1 % kasus aborsi karena perkosaan atau incest
(hubungan intim satu darah), 3 % karena membahayakan nyawa calon ibu, dan 3 % karena
janin akan tumbuh dengan cacat tubuh yang serius. Sedangkan 93 % kasus aborsi lainnya
adalah karena alasan-alasan non medis diantaranya adalah tidak ingin memiliki anak dengan
alasan takut mengganggu karir atau sekolah, tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak,
dan tidak ingin memiliki anak tanpa ayah.
Penyebab
Penyebab abortus spontan bervariasi meliputi infeksi, faktor hormonal, kelainan bentuk
rahim, faktor imunologi (kekebalan tubuh), dan penyakit dari ibu. Penyebab abortus pada
umumnya terbagi atas faktor janin dan faktor ibu.
Faktor Janin
Pada umumnya abortus spontan yang terjadi karena faktor janin disebabkan karena
terdapatnya kelainan pada perkembangan janin [seperti kelainan kromosom (genetik)],
gangguan pada ari-ari, maupun kecelakaan pada janin. Frekuensi terjadinya kelainan
kromosom (genetik) pada triwulan pertama berkisar sebesar 60%.
Faktor ibu
Beberapa hal yang berkaitan dengan faktor ibu yang dapat menyebabkan abortus spontan
adalah faktor genetik orangtua yang berperan sebagai carrier (pembawa) di dalam kelainan
genetik; infeksi pada kehamilan seperti herpes simpleks virus, cytomegalovirus, sifilis,
gonorrhea; kelainan hormonal seperti hipertiroid, kencing manis yang tidak terkontrol;
kelainan jantung; kelainan bawaan dari rahim, seperti rahim bikornu (rahim yang bertanduk),
rahim yang bersepta (memiliki selaput pembatas di dalamnya) maupun parut rahim akibat
riwayat kuret atau operasi rahim sebelumnya. Mioma pada rahim juga berkaitan dengan
angka kejadian aborsi spontan.
Faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya abortus adalah :
1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat kehamilan sebelumnya yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas (tidak memiliki anak)
4. Adanya kelainan atau penyakit yang menyertai kehamilan
5. Infeksi (cacar, toxoplasma, dll)
6. Paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat-obatab, alkohol, radiasi)
7. Trauma pada perut atau panggul pada 3 bulan pertama kehamilan
8. Kelainan kromosom (genetik)
Proses abortus sendiri terbagi atas :
Abortus imminens
Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan dari rahim sebelum kehamilan mencapai usia
20 minggu, dimana janin masih berada di dalam rahim dan tanpa disertai pembukaan dari
leher rahim. Apabila janin masih hidup maka kehamilan dapat dipertahankan, akan tetapi
apabila janin mengalami kematian, maka dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan
janin dapat dilakukan dengan pemeriksaan USG (Ultrasonografi) untuk melihat gerakan dan
denyut jantung janin. Denyut jantung janin dapat juga didengarkan melalui alat Doppler atau
Laennec apabila janin sudah mencapai usia 12 – 16 minggu. Tatalaksana yang dilakukan
meliputi istirahat baring.
Abortus insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari rahim pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dengan adanya pembukaan leher rahim, namun janin masih berada di
dalam rahim. Pada tahapan ini terjadi perdarahan dari rahim dengan kontraksi yang semakin
lama semakin kuat dan semakin sering, diikuti dengan pembukaan leher rahim.
Tatalaksana yang dilakukan adalah pengeluaran sisa hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan
sel sperma) dengan infus oksitosin, dan / atau dengan kuretase.

Gambar 1. Kuretase
Abortus inkompletus
Pada abortus inkompletus, produk konsepsi (janin) sebagian sudah keluar akan tetapi masih
ada sisa yang tertinggal di dalam rahim. Gejala yang terjadi adalah keram pada rahim disertai
perdarahan rahim dalam jumlah banyak, terjadi pembukaan, dan sebagian jaringan keluar.
Penanganan yang dilaksanakan adalah mengawasi kondisi ibu agar tetap stabil dan
pengeluaran seluruh jaringan hasil konsepsi yang masih tertinggal di dalam rahim.
Abortus kompletus
Abortus kompletus ditandai dengan pengeluaran lengkap seluruh hasil konsepsi yang diikuti
dengan sedikit perdarahan, dan nyeri. Tatalaksana yang dilakukan adalah peningkatan
keadaan umum ibu.
Missed abortion
Pada kasus missed abortion, kematian janin terjadi tanpa adanya pengeluaran dari hasil
konsepsi. Alasan mengapa janin yang meninggal tidak keluar masih belum jelas. Biasanya
didahului dengan tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan
atau menghilang setelah pengobatan. Tes kehamilan menjadi negatif, tanda-tanda kehamilan
tidak ada, dan denyut jantung janin tidak dapat terdeteksi.
Abortus terapeutik
Abortus yang dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu atas pertimbangan
kesehatan wanita, dimana apabila kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya.
Misalnya pada wanita dengan kelainan jantung. Dapat juga dilakukan atas pertimbangan
kelainan janin yang berat.
Abortus septik
Abortus spontan dapat diikuti dengan komplikasi infeksi. Infeksi dapat terjadi akibat tindakan
abortus yang tidak sesuai dengan prosedur (misalnya oleh dukun). Infeksi yang terjadi pada
umumnya endometritis, yang bisa berkembang menjadi parametritis dan peritonitis.
Abortus berulang
Abortus berulang adalah abortus yang terjadi sebanyak 3 kali atau lebih pada 3 bulan pertama
kehamilan. Abortus berulang primer terjadi pada wanita yang belum pernah memiliki anak
yang hidup sebelumnya. Abortus berulang sekunder adalah abortus yang terjadi pada wanita
yang sebelumnya sudah pernah memiliki anak lahir hidup.
http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/126/aborsi

You might also like