You are on page 1of 18

LAPORAN SIMULASI KASUS

TINEA KRURIS DENGAN INFEKSI SEKUNDER

Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti Ujian


Ilmu Farmasi Kedokteran

Oleh:

Rina Handayani I1A005024


Refrizal Fitriatma Kurnia I1A006092

Pembimbing:

Dr. HM. Bakhriansyah, M.Kes, M.Med.Ed

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
BAGIAN FARMAKOLOGI
BANJARBARU
2010
BAB I

PENDAHULUAN

Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, yang disebabkan
golongan jamur dermatofita1. Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah
perineum, dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut dan menahun, bahkan dapat
merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah
genito-krural saja atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah,
atau bagian tubuh yang lain. Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas
tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya. Efloresensi terdiri atas
macam-macam bentuk, primer dan sekunder (polimorf), bila penyakit ini menjadi menahun,
dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya terjadi
akibat garukan2.

Beberapa faktor yang berperan untuk terjadinya tinea adalah iklim yang panas, higiene
(kebersihan diri) masyarakat yang kurang, adanya sumber penularan di sekitarnya, penggunaan
obat-obatan antibiotik, steroid dan sitostatika yang meningkat, adanya penyakit kronis dan
penyakit sistemik lainnya3. Tahanan penjara, anggota militer, anggota tim atletik, orang yang
memakai celana panjang yang sempit atau kentat cenderung lebih berisiko terserang
dermatophytosis4. Pasien yang didiagnosis mengalami tinea kruris biasanya tinggal didaerah
dengan iklim tropis, memiliki riwayat pemakaian baju ketat untuk waktu yang lama atau bertukar
pakaian dengan orang lain atau memiliki riwayat diabetes mellitus dan obesitas.

Overweight dan Obesitas erat hubungannya dengan peningkatan risiko sejumlah


komplikasi yang dapat terjadi sendiri-sendiri atau secara bersamaan. ko-morbiditas itu dapat
berupa hipertensi, dislipidemia, penyakit kardiovaskular, stroke, diabetes tipe 2, penyakit
gallblader, disfungsi pernapasan, gout, osteoarthritis, dan jenis kanker tertentu. Penyakit kronis
yang paling sering menyertai obesitas adalah diabetes tipe 2, hipertensi, dan hiperkolesterolemia.
Data dari NHANES (National Health and Nutrition Examination Survey) III, 1988 - 1994,
memperlihatkan bahwa dua pertiga pasien obese dan overweight dewasa (BMI 27) mengidap
paling sedikit satu dari banyak penyakit kronis tersebut dan 27% dari mereka mengidap dua atau
lebih penyakit. NHANES III menyebutkan bahwa kurang lebih 12% orang dengan BMI 27
menderita diabetes tipe 25.

Suhu dan kelembaban sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, infeksi sering
berlokalisasi pada daerah yang mengandung banyak keringat seperti pada lipat paha dan sela-sela
jari. Maserasi dan oklusi kulit lipat paha menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban kulit
yang akan memudahkan infeksi. Tinea kruris biasanya timbul akibat penjalaran infeksi dari
bagian tubuh lain, juga melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak
langsung melalui benda yang mengandung skuama terinfeksi6.

Pada makalah ini akan dibahas sebuah simulasi laporan kasus tentang tinea kruris dengan
infeksi sekunder serta penulisan resep dan pembahasan mengenai terapi yang rasional untuk
kasus tersebut.
2.1 Kasus

Seorang laki-laki pekerja pabrik, 45 tahun, berobat ke poli penyakit kulit, dengan keluhan
gatal-gatal pada derah lipatan paha. Pasien yang tinggal di jalan A Yani Km 17
Banjarmasin ini sudah merasakan keluhan ini sejak 3 bulan yang lalu.. Awalnya hanya
satu bulatan kecil dengan tepi berbenjol dan berair, tetapi semakin lama semakin luas
mendekat ke arah pantat. Pasien adalah penderita diabetes sejak 5 tahun yang lalu dan
memiliki berat badan 75 kg (tinggi badan 155 cm). Penderita sudah memberikan Herocyn
® tetapi tidak sembuh.

Pemeriksaan fisik

Tanda vital : Tekanan darah = 130/80 mmHg Nadi= 90 x/menit


Respirasi = 18 x/menit Suhu tubuh = 36,5 ºC
Kepala & Leher : Dalam batas normal
Thorax : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Makula hiperpigmentasi dan hipopigmentasi dengan tepi aktif dan
skuama halus pada daerah lipatan paha. Ditemukan adanya
beberapa pus pada beberapa lesi.

2.2 Tujuan Pengobatan

Pada infeksi tinea cruris tanpa komplikasi biasanya dapat dipakai anti jamur
topikal saja dari golongan imidazole dan allynamin yang tersedia dalam beberapa
formulasi. Semuanya memberikan keberhasilan terapi yang tinggi 70-100% dan jarang
ditemukan efek samping. Obat ini digunakan pagi dan sore hari kira-kira 2-4 minggu.
Terapi dioleskan sampai 3 cm diluar batas lesi, dan diteruskan sekurang-kurangnya 2
minggu setelah lesi menyembuh. Terapi sistemik dapat diberikan jika terdapat kegagalan
dengan terapi topikal, intoleransi dengan terapi topikal. Sebelum memilih obat sistemik
hendaknya cek terlebih dahulu interaksi obat-obatan tersebut. Diperlukan juga monitoring
terhadap fungsi hepar apabila terapi sistemik diberikan lebih dari 4 mingggu6.
Pasien memiliki resiko cukup tinggi untuk terinfeksi jamur karena pasien
bertubuh gemuk dengan BMI 31 dan mengidap penyakit kronis berupa diabetes mellitus
sehingga diperlukan edukasi untuk memperbaiki pola hidup dan menghindari munculnya
komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular.
Pada pasien di atas, untuk daerah lesi yang bernanah diberikan kompres NaCl
terlebih dahulu sebelum dioles dengan obat antijamur topical. Caranya kasa dicelup ke
dalam cairan NaCl 0,9 % kemudian diperas lalu didiamkan selama 20 menit. Hasil akhir
pengobatan adalah keadaan yang basah menjadi kering, permukaan menjadi bersih
sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi2.

2.3 Daftar Kelompok obat beserta jenisnya yang berkhasiat dalam penanganan tinea kruris
dengan infeksi sekunder6, 7

No Kelompok Obat Golongan Jenis Obat


1 Anti jamur  Azole, Topikal:
 Alynamin, Clotrimazole (Lotrimin,
 Benzilamin Mycelec), Mikonazole (icatin,
 golongan lainnya Monistat-derm), Econazole
(Spectazole), Ketokonazole
(Nizoral)
Oxiconazole (Oxistat),
Sulkonazole (Exeldetm),

Naftifine (Naftin), Terbinafin


(Lamisil),

Butenafine (mentax),

Siklopiroks (Loprox),
Haloprogin (halotex)
Tolnaftate

Sistemik: Ketokonazole,
Itrakonazole, Griseofulfin,
Terbinafine

2 Antibiotik  Penisilin, Penisilin G, Penisilin Prokain,


 Sefalosforin, Penisilin Benzatin, Penisilin V,
 Amfenikol, kloksasilin, flukloksasilin,
 Tetrasiklin, dikloksasilin, oksasilin, nafsilin
 Aminoglikosida, dan metisilin, ampisilin dan
 Makrolida, amoksisilin, karbenisilin,
tikarsilin, meklosilin
 Linkosamid
dan piperasilin,
 polipeptida,
 antimikobakterium,
 sulfonamida dan sefalotin, sefaleksin, sefazolin,
trimetropim, sefradin, sefamandol dan
 kuinolon sefaklor,
 Golongan lain-lain sefoksitin, sefotaksim dan
moksalatam,

kloramfenikol palmitat,
natrium suksinat dan
tiamfenikol,

tetrasiklin,
klortetrasiklin, oksitetrasiklin,
doksisiklin, minosiklin,
metasiklin dan demeklosiklin,

amikasin, gentamisin,
kanamisin, streptomisin,
neomisin, metilmisin dan
tobramisin,

eritromisin, roksitromisin,
spiramisin, josamisin,
rosaramisin, oleandomisin dan
trioleandomisin,

linkomisin dan klindamisin,

polimiksin A, B, C, D dan E,

rifampisin, streptomisin, INH,


dapson, etambutol,

sulfisoksazol,

asam nalidiksat, norfloksasin,


ofloksasin, pefloksasin,

vankomisin, spektinomisin,
basitrasin, metronidazol
2.4 Perbandingan kelompok obat menurut khasiat, keamanan, dan kecocokannya6, 7, 8, 9, 10, 11, 12

Kelompok Jenis Khasiat (efek) Cara Kerja Keamanan BSO Kecocokan


Obat (Efek Samping (Kontraindikasi
Obat) Obat)
Clotrimazole Antijamur broad spektrum Eritema, rasa hipersensitivitas,
(Lotremin, topikal antijamur yang tersengat, peradangan
Mycelec) mekanismenya melepuh, infeksi yang
menghambat mengelupas, luas , hamil
pertumbuhan edema, pruritus, trimester 1 dan
ragi dengan urtikaria, rasa hindari kontak
mengubah terbakar, iritasi mata.
permeabilitas umum kulit
membran sel
sehingga sel-sel
jamur mati.
Mikonazole Mekanisme Sensasi rasa hipersensitivitas,
(zolagel) kerjanya dengan hindari kontak
terbakar,
selaput dinding dengan mata.
sel jamur yang maserasi
rusak akan
dermatitis alergik
menghambat
biosintesis dari
ergosterol
sehingga
permeabilitas
membran sel
jamur meningkat
menyebabkan sel
jamur mati.
Ketokonazole broad spektrum Iritasi dan rasa Segera setelah
(Nizoral) akan terbakar penggunaan
menghambat steroid local
sintesis kronis, tidak
ergosterol untuk mata
sehingga
komponen sel
jamur meningkat
menyebabkan sel
jamur mati.
Naftifine broad spektrum Iritasi local Hipersensitivitas,
(Exoderil) mekanisme ringan, rasa penggunaan pada
kerjanya terbakar, mata dan luka
mengurangi kekeringan, terbuka
sintesis dari eritema dan gatal
ergosterol
sehingga
menyebabkan
pertumbuhan sel
jamur terhambat.

Terbinafin bekerja Kemerahan pada -


(Lamisil) menghambat kulit, gatal dan
skualen epoxide rasa tersengat
yang merupakan
enzim kunci dari
biositesis sterol
jamur yang
menghasilkan
kekurangan
ergosterol yang
menyebabkan
kematian sel
jamur.
Siklopiroks Memiliki sifat Kulit sekitar Anak, hamil
(Loprox nail broad spektrum kuku terinfeksi
lacquer) anti fungal. kemerahan dan
Kerjanya kering
Haloprogin berhubunan - -
(Polik meiji) dengan sintesi
DNA

Ketokonazole Antijamur ketokonazole Obat ini dapat Hindari


sistemik merupakan obat meningkatkan penggunaan pada
jamur oral aktivitas enzim wanita hamil
yangberspektrum hati untuk karena dapat
luas. Kerja obat ini sementara waktu menimbulkan
fungistatik
dan dapat kecacatan pada
menimbulkan fetus.
kerusakan hati
pada penggunaan
yang lama.
Genikomasti,
infertilitas,
penurunan libido
atau
oligospermia
dapat terjadi
pada pria
terutama pada
bila diberikan
dosis lebih dari
600 mg/hari.
Mengakibatkan
peningkatan LH
dan FSH serum,
menghambat
sintesis kortisol
endogen dan
menimbulkan
pemanjangan
efek supresi
adrenal
kortikosteroid8
Itrakonazole berspektrum luas Penderita hipersensitivitas,
yang menghambat umumnya dan jangan
pertumbuhan sel mengeluh mual, diberikan bersama
jamur dengan muntah, dengan cisapride
menghambat karena
kemerahan,
sitokrom P-450 berhubunngan
pruritus, lesu,
dependent sintetis dengan aritmia
dari ergosterol pusing, pedal jantung.
yang merupakan edema, parestesi
komponen penting dan kehilangan
pada selaput sel libido pernah
jamur dilaporkan.
Griseofulvin Termasuk obat Urtikaria, ruam Porfiria, kegagalan
(fulcin) fungistatik, bekerja kulit, sakit hepatoseluler,
dengan kepala, gangguan hamil, SLE
menghambat GI, pusing, lesu,
mitosis sel jamur granulositopenia,
dengan mengikat
leukopenia
mikrotubuler
dalam sel
Terbinafine Gangguan Disfungsi hepatic
GI,
reaksi atau ginjal berat
dengan clearance
alergi,perubahan
hematologi kreatinin < 50
ml/menit
sefalosporin Antibiotik bekerja Reaksi alergi Tidak dianjurkan
menghambat mirip yang pada pasien alergi
sintesis dinding ditimbulkan oleh penisilin
sel kuman penisilin,
anafilaksis
dengan spasme
bronkus dan
urtikari
Penisilin Reaksi alergi, -
nefropati, anemia
hemolitik,
gangguan fungsi
hati
amfoterisin merubah Kulit panas, -
permeabilitas
membran sel atau keringatan, sakit
mekanisme kepala, demam,
transport aktif sel
(antijamur untuk menggigil, lesu,
infeksi) anoreksia, nyeri
otot, flebitis,
kejang, dan
penurunan faal
ginjal
Eritromisin bekerja dengan Reaksi alergi Tidak boleh
menghambat mungkin timbul diberikan
sintesis protein dalam bentuk bersamaan dengan
demam, eosinofilia pemberian
dan eksantem yang karbamazepin,
cepat hilang bila kortikosteroid,
terapi dihentikan. siklosporin,
digoksin, warfarin
Penggunaan dan teofilin karena
eritomisin dapat
etilsuksinat ada meningkatkan
tetapi jarang sekali toksisitas dari
terjadi terutama obat-obatan
dalam dosis besar tersebut.
sering
menimbulkan
iritasi saluran
cerna seperti mual,
muntah, dan nyeri
epigastrium.

Suntikan IM lebih
dari 100 mg
menimbulkan sakit
yang sangat hebat.

Pemberian IV 1 g
dengan infuse
sering disusul
dengan timbulnya
tromboflebitis, dan
bila diberikan
dalam dosis tinggi
akan terjadi
ketulian sementara
Tetrasiklin Gangguan GI, Hipersensitif,
(cetacycline) fototoksisitas, hamil, anak < 12
nefrotoksik, tahun
supresi sumsum
tulang (jarang),
peningkatan TIK.
Linkomisin Gangguan GI, Hipersensitif,
(Lintropsin) hematopoetik, hangguan fungsi
leucopenia, hati , ginjal,
neutropenia, endokrin dan
metabolic. Demam
agranulositosis,
rematik, bayi,
trombositopenia, pasien dengan
reaksi terapi penghambat
hipersensitif, rasa neuromuscular,
haus, lemas dan laktasi.
penurunan BB
Rifampisin bekerja melalui Gangguan GI, Hipersensitifitas,
(Corifam) penghambatan fungsi hati ikterus
sintesis asam abnormal,
nukleat ikterus, gejala
flu, perubahan
fungsi ginjal,
reaksi kulit,
eosinofilia,
leucopenia,
trombositopenia,
purpura,
hemolisis, syok,
urin, sputum, air
mata berwarna
merah
2.5 Pilihan obat dan alternative obat yang digunakan6,7,8,9,10,11,12,13
Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif
Nama Obat Ketokonazol Clotrimazole
BSO (generic, paten, Generik : Ketokonazol Generik : Clotrimazol
kekuatan) BSO : BSO :
 Krim 2 % x 5 g  Krim 1 % x 5 g
 Krim 2 % x15 g  Larutan 1 % x 10 ml
Paten : Nizoral Paten : Lotremin
BSO : BSO :
 Krim 2 % x 5 g  Krim 1 % x 5 g
 Krim 2 % x15 g  Larutan 1 % x 10 ml

BSO yang diberikan dan Krim 2 % x 15 g Krim 1 % x 5 g


alasannya
Dosis referensi 2% dioleskan 1 x sehari 1 % dioleskan 2 x/hari
Dosis pada kasus dan Alasan 2 % x 2/hari sesuai referensi6 1 % x 2 x/hari
Frekuensi pemberian dan 2 kali sehari sesuai referensi6. 2 kali sehari sesuai referensi12
Alasan
Cara pemberian dan Alasan dioleskan sampai 3 cm diluar dioleskan sampai 3 cm diluar
batas lesi, untuk mengurangi batas lesi, untuk mengurangi
resiko kekambuhan6,13. resiko kekambuhan13.
Saat pemberian dan Alasan Pagi dan sore sesuai referensi Pagi dan sore sesuai referensi6
6

Lama pemberian dan Alasan 2-4 minggu sesuai referensi, 2-4 minggu sesuai referensi,
teruskan pemakaian beberapa teruskan pemakaian beberapa
hari setelah gejala hilang12. hari setelah gejala hilang12.

Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif


Nama Obat Ketokonazol Itrakonazol
BSO (generic, paten, Generik : Ketokonazol Generik : Itrakonazol
kekuatan) BSO : tablet 200 mg BSO : Kapsul 100 mg
Paten : Cidaral Paten : Furolnuk
BSO : tablet 200 mg BSO : Kapsul 100 mg
BSO yang diberikan dan Tablet Kapsul
alasannya
Dosis referensi 600 mg/hari 100 mg/ hari
Dosis pada kasus dan Alasan 1 x 200 mg 1 x 100 mg
Frekuensi pemberian dan 1 kali sesuai referensi 1 kali sesuai referensi
Alasan
Cara pemberian dan Alasan Peroral, pasien sadar dan tidak Peroral, pasien sadar dan tidak
ditemukan gangguan menelan ditemukan gangguan menelan
Saat pemberian dan Alasan Setelah makan bersamaan Setelah makan untuk
dengan eritomisin untuk memaksimalkan absorbsi di
meningkatkan kepatuhan saluran cerna
terapi
Lama pemberian dan Alasan 3-4 minggu, karena Untuk dermatofitosis dapat
ketokonazol merupakan diberikan selama 2-8 minggu
fungistatik sehingga tergantung letak lesi8.
memerlukan waktu terapi
yang agak lama12.

Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif


Nama Obat Eritromisin Gentamisin
BSO (generic, paten, Generik : Generik : Gentamisin8
kekuatan) Eritromisin Etilsuksinat8 BSO :
BSO :  Larutan steril:vial/ampul,
 Tablet kunyah 200 mg 60 mg/1,5 ml; 80 mg/2
 Suspensi oral ml, 120 mg/3 ml dan 280
mengandung 200 mg/5 mg/2 ml
ml dalam botol 60 ml  Salep atau krem dalam
 Tetes oral mengandung kadar 0,1 dan 0,3 %
100 mg/ 2,5ml dalam  Salep mata 0,3%
botol 30 ml Paten : Bioderm11
Paten : Erysanbe9 BSO : Krim 0,1 % 5 g
BSO :
 Kapsul 250 mg, 500 mg
 Sirup kering 200 mg/5 ml
BSO yang diberikan dan Tablet kunyah, karena basa Krim, mudah diabsorbsi dan
alasannya eritomisin diserap baik oleh penggunaannya khusus pada
usus kecil bagian atas, daerah yang terinfeksi kuman
aktivitasnya hilang oleh cairan sehingga tidak menimbulkan
lambung dan absorbs efek samping sistemik baik
diperlambat oleh adanya bagi hati atau ginjal
makanan dalam lambung, Mudah dibersihkan karena
dengan diberi selaput yang basisnya berupa bahan yang
tahan asam diharapkan dapat larut dalam air12.
mencegah pengrusakan oleh Cocok untuk orang-orang
asam lambung8. dengan riwayat alergi.
Dosis referensi 400-800 mg tiap 6 jam atau Krim 0,1 %
800 mg tiap 12 jam
Dosis pada kasus dan Alasan 3x400 mg, dipakai dosis 2 x 0,1 %, sesuai referensi
rendah namun sering agar
tidak mengiritasi saluran
cerna8.
Frekuensi pemberian dan 3 kali sehari sesuai dosis 2 kali sehari sesuai dosis
Alasan referensi referensi
Cara pemberian dan Alasan Peroral, lebih aman, pasien Topikal, karena aman dan
sadar dan tidak ditemukan tidak menimbulkan efek
gangguan menelan samping sistemik
Saat pemberian dan Alasan Setelah makan saat perut Pagi dan sore hari bersamaan
kosong karena absorbs obat dengan waktu pemberian
paling baik pada saat lambung antijamur topical dan setelah
kosong10. pengompresan dengan NaCl
0,9 %
Lama pemberian dan Alasan Diberikan 7-10 hari untuk 7-10 hari untuk menghentikan
menghentikan dan dan memusnahkan penyebaran
memusnahkan penyebaran kuman10.
kuman10.
2.6 Resep yang benar dan rasional untuk kasus di atas

Dr. Bidam, Sp.KK


SIP No. 29/12/010195/2010

Alamat Rumah : Alamat Praktek :


Jln. Imyong No.19 Jln Soerabol No 5
Banjarmasin Banjarmasin
Telp. (0511123456) Telp.(0511987647)

Banjarmasin, 30 Desember 2010

R/ Ketokonazol krim 2% tube No. II


S 2 dd 1 ue (1-1-0)

R/ Ketokonazol tab 200mg No.XXX


S 1 dd 1 pc

R/ Eritromisin etilsuksinat tab 400mg No. XXX


S 3 dd 1 pc

Pro :Tn. Daenambo


Umur : 45 tahun
Alamat: Jln Garuda No.8 Banjarmasin
Dr. Bidam, Sp.KK
SIP No. 29/12/010195/2010

Alamat Rumah : Alamat Praktek :


Jln. Imyong No.19 Jln Soerabol No 5
Banjarmasin Banjarmasin
Telp. (0511123456) Telp.(0511987647)

Banjarmasin, 30 Desember 2010

R/ Clotrimazol krim 1 % tube No. IV


S 2 dd 1 ue

R/ Itrakonazol tab 100mg No.LX


S 1 dd 1

R/ Gentamisin krim 0,1% tube No. I


S 2 dd 1 ue

Pro :Tn. Daenambo


Umur : 45 tahun
Alamat: Jln Garuda No.8 Banjarmasin

2.7 Pengendalian Obat


Pengendalian obat dilakukan dengan memperhatikan dosis, frekuensi pemberian, cara
pemberian, lama pemberian, dan efek samping. Bila timbul efek samping, obat dapat dihentikan
dan diganti dengan obat lain yang khasiatnya sama. Pilihan obat yang digunakan pada kasus ini
ada 2 macam yaitu antijamur untuk mengobati kausa dan antibiotik untuk mengobati penyakit
penyerta. Edukasi sangat diperlukan mengingat pasien memiliki riwayat obesitas dan diabetes
mellitus, karena rentan sekali untuk mengalami komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular
sehingga pada penggunaan antijamur dan antibiotik oral diberikan dosis yang cukup rendah
untuk meminimalkan efek samping.
DAFTAR PUSTAKA

1. Detty Ferbrianti,Modifikasi terakhir pada Sun 22 of Aug, 2010 [12:40]. Tinea Cruris
dengan Gejala Gatal yang Sering Muncul Terutama Saat Berkeringat. Bagian Ilmu
Kesehatan Kulit Kelamin, RSUD Saras Husada, Purworejo. UMY E-CASE
2. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
3. Mahaputra S. Hubungan Kebersihan Diri dengan Penurunan Kejadian Tinea Kruris Pada
Santri Putra Kelas XII Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalam Surakarta.
4. Michael Wiederkehr, MD. Tinea Cruris. Updated: Dec 2, 2009
5. http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=12442.0. Online Forum Universitas Pendidikan
Indonesia Bandung © 2003-2010. Obesitas: Obesitas Vs Penyakit Kronis. « on: January
07, 2010, 08:35:43 am »
6. TINEA CRURIS. Posted on August 16, 2009 by diyoyen. Categories: Kulit Kelamin.
7. Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
8. Setiabudy R. Antimikroba lain. Farmakologi dan terapi
9. Isnaini. Diktat Panduan Kepaniteraan Klinik Farmakologi dan Terapi
10. Tjay, TH, dan Rahardja K. Obat-obatan penting: khasiat, penggunaan, dan efek-efek
sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2002
11. MIMS volume 8, 2007
12. Murtiastutik D, Ervianti E, Agusni I, Suyoso S. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
2. Infeksi Jamur: Dermatofitosis.
13. Sri M. TINGKAT KEKAMBUHAN TINEA KRURIS DENGAN PENGOBATAN
KRIM KETOKONASOL 2% SESUAI LESI KLINIS DIBANDINGKAN DENGAN
SAMPAI 3 CM DI LUAR BATAS LESI KLINIS. program Pascasarjana Universitas
Diponegoro.

You might also like