You are on page 1of 48

ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, PENELITIAN

DAN STATISTIK
BAB XVII

ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, PENELITIAN DAN STATISTIK

A. ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN PENELITIAN

1. Pendahuluan

Dalam Repelita I kegiatan penelitian diselenggarakan oleh


beberapa lembaga penelitian yang telah berdiri pada waktu
itu, antara lain LIPI, BATAN, LAPAN, BAKOSURTANAL, BPS serta
sejumlah Departemen dan Perguruan Tinggi yang telah mempunyai
unit penelitian. Titik berat kegiatan lembaga-lembaga peneli-
tian diletakkan pada konsolidasi intern lembaga dan usaha
peningkatan kemampuan untuk dapat melaksanakan tugas pokok
dan fungsi masing-masing, khususnya peningkatan tenaga manu -
sia (jumlah dan mutu), saran, prasarana dan lain sebagainya.

Menjelang Repelita II, dalam kabinet Pembangunan II dite-


tapkan adanya Menteri Negara Riset dengan Keppres No. 9 Tahun
1973. Dalam Repelita II konsolidasi lembaga-lembaga peneli-
tian ditingkatkan dan diletakkan dasar-dasar untuk koordinasi
dan kerjasama antar lembaga penelitian, baik di dalam negeri
maupun dengan luar negeri.

Dalam bulan Oktober 1976 didirikan Proyek Pembangunan


Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK)
sebagai Program Utama Nasional di bawah pengarahan dan koor-
dinasi langsung Menteri Negara Riset.

Dalam Repelita III, peranan penelitian, ilmu pengetahuan


dan teknologi dalam menunjang pembangunan nasional lebih di-
tingkatkan lagi. Garis-garis Besar Haluan Negara 1978 mene-
gaskan bahwa kebijaksanaan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam Repelita III, diarahkan kepada pengembangan
kemampuan nasional dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diperlukan dalam pembangunan sesuai dengan kebutuhan serta
prioritas pembangunan.

Berdasarkan kebijaksanaan dasar tersebut ditetapkan Pro-


gram-program Utama Nasional Ristek sebagai pedoman/arah bagi
semua program/proyek Ristek di Indonesia, yaitu Program Utama
Nasional Ristek di bidang Kebutuhan Dasar Manusia, Sumber
Alam dan Energi, Industrialisasi, Pertahanan dan Keamanan,
serta di bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Falsafah, Hukum dan
Perundang-undangan. Untuk memonitor, mengevaluasi dan meru-
muskan program-program utama nasional itu didirikan Team Peru-

XVII/3
mus dan Evaluasi Program-program Utama Nasional (Team Pepunas)
Ristek yang merupakan unit organisasi non struktural dan
langsung berada di bawah Menteri Negara Ristek.

Untuk melaksanakan kebijaksanaan nasional tersebut di


atas dimana kebijaksanaan ilmu pengetahuan dan teknologi ma-
kin ditingkatkan, maka dalam Kabinet Pembangunan III fungsi
Menteri Negara Riset diperluas menjadi Riset dan Teknologi.
Lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan teknologi (LPND
Ristek, Litbangdep, Litbang Perguruan Tinggi dan Badan Usaha
Negara) lebih dimantapkan dan di samping itu didirikan Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Dalam Repelita IV, kebijaksanaan Nasional Ristek merupa-


kan kelanjutan dan peningkatan dari kebijaksanaan nasional
Ristek Repelita III. Khususnya Garis-garis Besar Haluan Ne-
gara (GBHN) 1983 memberikan arah kebijaksanaan bagi pengem-
bangan ilmu pengetahuan, teknologi dan penelitian sebagai
berikut :

a. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ditujukan pa-


da peningkatan kemampuan nasional dalam ilmu dan teknolo-
gi yang diperlukan dalam pembangunan, sesuai dengan kebu-
tuhan serta prioritas pembangunan.

b. Dalam rangka mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengeta-


huan serta hasil-hasil penelitian bagi pembangunan, terus
ditingkatkan iklim yang menggairahkan bagi tenaga peneli-
ti, kegiatan penelitian dan pengembangan ilmunya. Ca-
bang-cabang ilmu yang penting tetapi yang kurang pemi-
natnya perlu diberi perhatian khusus dengan mengambil
langkah-langkah pyata untuk mengembangkannya.

c. Lembaga-lembaga penelitian lebih ditingkatkan dayaguna


dan partisipasinya dalam pembangunan dan pemecahan masa-
lah-masalah yang mendesak, dengan meningkatkan pendekatan
penelitian secara interdisiplin, terpadu dan operasional.
Di samping itu lebih ditingkatkan jaringan informasi il-
miah termasuk kepustakaan, kearsipan dan kestatistikan,
dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta pemanfaatannya dalam pelaksanaan pembangunan.

d. Kemampuan lembaga penelitian di dalam maupun di luar


lingkungan perguruan tinggi lebih ditingkatkan melalui
peningkatan peralatan dan mutu maupun jumlah tenaga pene-
litinya. Selanjutnya perlu dikembangkan sistem pengharga-
an.yang lebih sepadan bagi hasil karya ilmiah yang ber-

XVII/4
manfaat bagi ilmu pengetahuan serta berguna untuk pem-
bangunan.

e. Dalam mendorong kegiatan pembangunan perlu dilanjutkan


peningkatan efisiensi serta pemanfaatan teknologi yang
tepatguna, termasuk teknologi tradisional, dengan mene-
liti secara seksama teknologi yang akan dipilih sehingga
dapat menunjang usaha peningkatan produksi, perluasan ke-
sempatan kerja dan pemerataan pendapatan, serta pemeliha-
raan kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup.

2. Kebijaksanaan dan langkah-langkah

Dalam rangka pelaksanaan seefektif dan seefisien mungkin


penggarisan yang diamanatkan oleh Garis-garis Besar Haluan
Negara, maka dalam Repelita III telah diadakan suatu Pola
Dasar Kebijaksanaan Nasional dalam bidang Riset dan Teknolo gi,
yang dikenal sebagai Program-program Utama Nasional dalam
bidang Riset dan Teknologi (PUNAS - RISTEK). Program-program
utama ini mencakup semua kegiatan penelitian secara lintas
sektoral dan terdiri dari:
PUNAS - RISTEK I untuk bidang Kebutuhan Dasar
Manusia
PUNAS - RISTEK II untuk bidang Sumber Alam dan
PUNAS - RISTEK III Energi
untuk bidang Industrialisasi
PUNAS - RISTEK IV untuk bidang Pertahanan dan
Keamanan
PUNAS - RISTEK V untuk bidang Sosial-Ekonomi,
Falsafah,
Budaya, Hukum dan Perundang-
undangan.

Sejak awal Repelita IV, MenRistek dibantu oleh suatu De-


wan Riset Nasional yang memonitor kegiatan-kegiatan dari ber -
bagai lembaga penelitian dalam rangka PUNAS RISTEK tersebut.
Koordinasi pelaksanaan penelitian lintas sektoral dan lintas
instansi ini, membantu penyempurnaan tatanan kelembagaan ri-
set dan teknologi, maupun peningkatan kemampuan lembaga-lem-
baga penelitian di dalam negeri. Dewan Riset Nasional merupa-
kan suatu organisasi non-struktural yang membantu Menteri Ri -
set dan Teknologi dalam melaksanakan tugas-tugas pokok dan
fungsi-fungsinya.

3. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan

Sejak Repelita I, pelaksanaan pembangunan di bidang ilmu

XVII/5
pengetahuan dan teknologi, mengutamakan peningkatan baik jum-
lah maupun mutu para peneliti dan teknisi, pengadaan sarana
dan prasarana riset dan teknologi, peningkatan sistem infor-
masi ilmiah, dan popularisasi ilmu pengetahuan, riset dan
teknologi bagi masyarakat luas, terutama kaum remaja.

Pertambahan jumlah serta peningkatan kualitas dari para


peneliti ilmuwan dan tenaga riset dan teknologi lainnya dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan dilaksanakan dengan meman-
faatkan lembaga-lembaga pendidikan tinggi di dalam negeri.

Jumlah tenaga peneliti, khususnya dari LIPI, LAPAN, BATAN,


BAKOSURTANAL DAN BPPT, yang menjalani pendidikan lanjutan da-
lam Repelita III dan awal Repelita IV pada umumnya telah
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun terakhir
Repelita II. Untuk berbagai tingkat pendidikan (doktor,
magister, sarjana, kursus dan pendidikan khusus) yang di da -
lam negeri, dalam tahun 1978/79 tercatat 925 orang dan dalam
tahun 1983/84 sebanyak 2.556 orang serta 1.753 orang dalam
tahun 1984/85 (Tabel XVII-1). Sedangkan untuk pendidikan di
luar negeri, tercatat 94 orang dalam tahun 1978/79 dan 238
orang dalam tahun 1983/84, serta meningkat lagi menjadi 573
tenaga dalam tahun 1984/85 (Tabel XVII-2). Khusus dalam tahun
1984/85 nampak adanya pengalihan titik berat dari pendidikan
di dalam negeri ke luar negeri yang akan terus ditingkatkan
dalam Repelita IV.

Dalam Repelita I, II, dan III serta tahun 1984/85 secara


bertahap telah diadakan berbagai prasarana dan sarana ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka mendorong kemampuan
penelitian dan pengembangan teknologi di Indonesia, antara
lain sebagai berikut:

a) Sebagai fasilitas dalam bidang penelitian nuklir bagi BA-


TAN telah selesai dibangun biological shielding reactor,
laboratorium instrumentasi, radio kimia, pengolahan sam-
pah nuklir di Yogyakarta, gedung-gedung laboratorium un -
tuk standardisasi dan pengolahan nuklir di Jakarta, serta
pembangunan tahap I reaktor serba guna PUSPIPTEK di Ser-
pong.

Dalam Repelita II telah diselesaikan pembangunan reaktor


atom Kartini di Yogyakarta yang dipergunakan untuk pro-
gram pendidikan dan latihan bagi para ahli dan teknisi
nuklir Indonesia. Gedung ini antara lain dipergunakan pula
untuk pendidikan dalam bidang nuklir untuk kawasan ASEAN
dan Asia Tenggara bekerjasama dengan UNESCO. Di-

XVII/6
TABEL XVII - 1

PENDIDIKAN TENAGA PENELITI LIPI, LAPAN


BATAN, BAKOSURTANAL DAN BPPT
DI DALAM NEGERI,
1978/79 - 1984/85
(orang)

1978/79 1983/84 1984/85


Jenis Pendidikan (Akhir Re- 1982/83 (Akhir Re- (Awal Re-
pelita II) pelita III) pelita IV)

- Program doktor 19 34 84 37

- Program Magister/Pasca
Sarjana 88 102 103 47

- Pendidikan Sarjana 114 241 1.022 390

- Kursus berbagai disiplin 619 1.083 1.274 689

- Pendidikan Pemetaan 85 62 73 590

Jumlah : 925 1.522 2.556 1.753

XVII/7
TABEL XVII - 2

PENDIDIKAN TENAGA PENELITI LIPI, LAPAN,


BATAN, BAKOSURTANAL DAN BPPT
DI LUAR NEGERI,
1978/79 - 1984/85
(orang)

1978/79 1983/84 1984/85


Jenis Pendidikan (Akhir Re- 1982/83 (Akhir Re- (Axal Re-
pelita II) pelita III) pelita IV)

- Program Doktor 9 12 23 31

- Program Magister/MSc, MA 13 15 31 46

- Kursus-kursue
berbagai disiplin 72 113 184 496

Jumlah : 94 140 238 573

XVII/8
samping itu di Bandung telah dibangun reaktor atom yang
ditujukan pada kemampuan produksi radio isotop. Telah pu-
la diselesaikan studi kelayakan berupa rancangan suatu
Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Jawa Tengah.

b) Sarana penelitian di PUSPIPTEK/Serpong yang telah siap


dibangun dan yang sudah mulai berfungsi ialah Laborato-
rium Uji Konstruksi (LUK), Laboratorium Kalibrasi, Ins-
trumentasi dan Metrologi (KIM), sedangkan reaktor serba
guna tahap I masih dalam tahap pembangunan. Kelompok
reaktor ini terdiri dari laboratorium radio-isotop, labo-
ratorium elemen bakar reaktor dan pengolahan limbah ra-
dioaktif.

Pembangunan kompleks penelitian di Serpong ini dimulai


tahun 1976 dengan tanah aeluas 344,6 ha. Di samping sara-
na pengolahan nuklir yaitu reaktor serba guna, dibangun
pula laboratorium uji konstruksi yang mulai beroperasi
dalam tahun 1984 di samping laboratorium kalibrasi dan
instrumentasi yang mulai beroperasi pada tahun yang sama.
Selanjutnya perencanaan terperinci telah dimulai untuk
laboratorium aerogasdinamika dan getaran, laboratorium
sumber daya energi, laboratorium elektroteknika, labora-
torium fisika terapan dan laboratorium kimia terapan.

Laboratorium Uji Konstruksi (LUK) telah mampu mengadakan


berbagai kegiatan seperti : penelitian analisasi tegang
eksperimental, penelitian metalografi dan fotografi, pe-
nelitian/uji rangkak, uji logam secara statis, uji logam
secara dinamis, uji komponen dinamis dan uji komponen
dan konstruksi dinamis serta penelitian steering force.

c) Selain itu dalam Repelita III untuk LIPI telah dibangun


gedung bagi penelitian ilmu-ilmu sosial dan sedang di -
rancang pembangunan sarana penelitian bioteknologi di Ci-
binong (Jawa Barat). Penyebaran dokumentasi dan informasi
ilmu pengetahuan dan ristek telah ditingkatkan oleh lem-
baga Pusat Dokumentasi dan Informasi Nasional.

d) Sarana penelitian dalam bidang pemetaan telah pula di -


tingkatkan, sehingga semenjak awal Repelita III BAKOSUR-
TANAL telah mampu membuat berbagai jenis peta (termasuk
jenis tematik) untuk berbagai keperluan perencanaan pem-
bangunan. Proses pemetaan ulang dari Indonesia sendiri
dilanjutkan secara bertahap mengingat luasnya tanah air
Indonesia dan perubahan berbagai kondiai geografik dan
topografik serta lahan. Kegiatan pemetaan merupakan suatu

XVII/9
kegiatan yang perlu dilakukan terus menerus. Dengan pe-
ningkatan sarana dan kemampuan pemetaan darat maupun pe-
metaan laut di Indonesia terbinalah suatu bidang ilmu
pengetahuan baru di Indonesia, khususnya pengembangan
ilmu geografi.

e) Semenjak Repelita I dan terutama dalam Repelita II dan


Repelita III sarana pengembangan ilmu kedirgantaraan te-
lah mengalami banyak kemajuan. Dalam Repelita III telah
berhasil dibangun baik stasiun bumi yang dikaitkan dengan
satelit cuaca maupun stasiun bumi yang dikaitkan dengan
satelit sumber daya alam. Dengan adanya stasiun-stasiun
bumi penerima isyarat-isyarat satelit-satelit khusus ini,
informasi tentang cuaca maupun sumber daya alam dapat di -
pergunakan secara lebih cepat untuk keperluan praktis,
seperti penentuan alur penerbangan yang aman apabila ada
gunung meletus di suatu daerah, ataupun perencanaan pe-
ngolahan sumber daya alam untuk keperluan pembangunan
ekonomi. Dalam tahun pertama Repelita IV telah dimulai .
usaha-usaha pendidikan para perencana dari berbagai pro-
pinsi (BAPPEDA) untuk diperkenalkan dengan teknologi baru
dalam arti interpretasi data dalam rangka perencanaan re -
gional. Wilayah yang telah siap berbagai jenis datanya
ialah pulau Sumatera, sedangkan untuk pulau-pulau lain-
nya akan diselesaikan baik peta-peta tematik maupun peta
topografiknya.

f) Suatu hasil mandiri berdasarkan pengolahan dana secara


baik dan efisien telah dilakukan oleh LEN/LIPI. Sebagai
hasil peningkatan kemampuannya untuk membangun pemancar-
pemancar untuk keperluan siaran televisi dan radio, maka
telah dibangun sebanyak 90 pemancar di sepanjang daerah
perbatasan Indonesia.

g) Berbagai peningkatan sarana penelitian dalam bidang bio-


teknologi untuk energi telah dimulai di Lampung dengan
pengadaan sarana pendidikan dan penelitian, masing-masing
di Sulusuban dan Tulang Bawang. S a r a n penelitian ini
mengkhususkan diri dalam memperoleh energi bahan bakar
dari singkong dalam bentuk ethanol. Peneliti dan peran-
cang serta pembangunan dari pabrik ethanol itu sendiri
dibuat oleh tenaga-tenaga dalam negeri.

h) Untuk menunjang kegiatan-kegiatan penelitian diperlukan


pula kesadaran masyarakat yang menghargai dan menghayati
pentingnya kegiatan ini, khususnya di kalangan generasi
muda yang akan mengisi kesempatan kerja yang mulai ter-

XVII/10
sedia. Untuk itu dilaksanakan berbagai kegiatan pengenal-
an pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pem-
binaan partisipasi para remaja. Beberapa kegiatan terse-
but ialah peragaan ilmu pengetahuan dan teknologi di Ma-
taram, Palembang, Tanjung Karang, Pontianak dan Surabaya,
kegiatan latihan perkemahan alam remaja dalam rangka
mengikuti proses gerhana matahari di Indonesia tahun
1983, kegiatan Widya Wisata Pers dan Widya Wisata Remaja
Bahari, penataran penulisan ilmiah popular, penataran
bagi pengajar ilmu pengetahuan dan matematika, latihan
dan pengenalan metodologi penelitian bagi guru, temu
pendapat organisasi profesi ilmiah, berbagai kegiatan
ceramah dan diskusi serta peliputan kegiatan ilmu penge-
tahuan dan teknologi melalui siaran radio dan televisi.
Selanjutnya, beberapa kegiatan untuk memasyarakatkan ' ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya untuk mengajak remaja
sedini mungkin menaruh perhatian pada bidang-bidang ini
ialah penyelenggaraan Lomba Karya Ilmiah bagi remaja dan
pemuda di bawah umur 21 tahun dan penyebaran berbagai
media cetak/terutama majalah. Berbagai majalah ilmiah
telah diterbitkan baik dalam bidang ilmu pengetahuan alam
dan teknologi, maupun bidang-bidang antar-disiplin (umum)
serta data tehnis lainnya. Beberapa terbitan di antaranya
ialah Berita Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Masyarakat
Indonesia, Treubia, Bio-Indonesia, Alam Kita, Buletin
Kebun Raya, Pewarta Lembaga Biologi Nasional, Oseanologi
Indonesia (dengan terbitan terpilih dalam bahasa Inggris:
Marine Research in Indonesia dan Oceanographical Cruise
Report), Pewarta Oseana, Instrumentasi, Metalurgi, Komu-
nika dan lain-lain.

i) Dalam rangka meningkatkan komunikasi antar ilmuwan serta


peningkatan koordinasi penelitian, dalam Repelita II dan
III telah diadakan dua kali kongres ilmu pengetahuan na-
sional (KIPNAS), yang hasil-hasilnya sangat bermanfaat
membantu dalam mengarahkan kegiatan-kegiatan penelitian/
ilmu pengetahuan dan teknologi antar instansi/departemen.

j) Suatu jenis kegiatan yang sangat penting dalam memasuki


tahap industrialisasi ialah kegiatan penelitian instru-
mentasi dan standardisasi peralatan maupun mutu. Kegiatan
standardisasi mempunyai arti yang penting terutama untuk
sektor industri di samping untuk usaha peningkatan ekspor
non-minyak dan gas alam. Untuk itu telah dibentuk pengu-
rus harian Dewan Standardisasi Nasional dengan tugas me-
rumuskan kebijaksanaan standardisasi dan merencanakan
program-program serta mengesyahkan baik standar-standar

XVII/11
maupun penerapannya, dan mengadakan evaluasi terhadap ke-
giatan standardisasi di Indonesia.

Kegiatan standardisasi nasional meliputi 4 (empat) bi-


dang, yaitu kegiatan pengadaan dan pelaksanaan standar, pe-
ngujian dan sertifikasi serta penyebaran dan usaha memperoleh
informasi standardisasi internasional. Sebagai awal telah di-
mulai penyempurnaan lambang-lambang grafik listrik KBL, studi
pengembangan sistem nasional untuk pengujian dan sertifikasi
sebagai bahan pertimbangan, pengadaan Daftar Standar Indone-
sia 1983, sebagai revisi terhadap daftar standar tahun 1981
dan kerja sama dengan lembaga-lembaga internasional seperti
ISO dan IEC.

Selanjutnya dilaporkan secara ringkas penelitian dalam


berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah di-
laksanakan dalam tahun-tahun Repelita I, II dan III serta ta-
hun 1984/85:

a. Program Utama Nasional Riset dan Teknologi dalam bi-


dang Kebutuhan Dasar Manusia (PUNAS - Ristek - I).

1) Program penelitian tenaga kerja dan transmigrasi

Dalam rangka menunjang kebijaksanaan perluasan dan peme-


rataan kesempatan kerja Serta peningkatan mutu dan perlin-
dungan tenaga kerja, maka sejak awal Repelita III penelitian
difokuskan pada penyebarluasan teknologi yang padat karya,
dampak pengeluaran dan investasi pemerintah terhadap perluas-
an kesempatan kerja, penciptaan lapangan kerja, dan kebijak -
sanaan tenaga kerja dalam sektor informal.

Penelitian masalah tranemigrasi dalam rangka pelaksanaan-


nya secara terpadu ditujukan untuk mengembangkan konsepsi da-
sar dan kebijaksanaan baik umum dan operasional maupun lintas
sektoral, khususpya untuk mendukung pembinaan daerah transmi-
grasi agar pendapatan transmigran dapat meningkat.

Selanjutnya dalam tahun 1984/85 telah diadakan penelitian


mengenai peranan wanita dalam pembangunan di Sumatera Barat,
Jawa Timur dan Bali; penelitian profil tenaga kerja wanita
dalam sektor informal di kotamadya Semarang; penelitian me-
ngenai pendapatan dan kehidupan para petani karet di Sumatera
Selatan; penelitian transmigran dan pola usaha tani di Sula-
wesi Tenggara, serta penelitian mengenai kondisi sosial-eko-
nomi dan pola pendapatan nelayan di Muncar (Jawa Timur), Se-
marang dan Jepara (Jawa Tengah).

XVII/12
Khusus dalam bidang ketenagakerjaan telah dilakukan 94
penelitian. Penelitian-penelitian tersebut antara lain men-
cakup : peranan kelembagaan dan partisipasi penduduk dalam
pembangunan di Bali dan Jawa; kesempatan kerja di sektor
konstruksi, masalah tenaga kerja di Jawa Timur; pasaran kerja
dalam rangka penyediaan kebutuhan tenaga kerja terampil di
Jawa Timur, kesempatan kerja golongan ekonomi terlemah dan
tukang becak di daerah perkotaan di Jawa dan luar Jawa; pe -
ningkatan kesejahteraan buruh dan keluarga melalui perluasan
kesempatan kerja anak-anak buruh; masalah pengembangan lemba-
ga pasar kerja di Indonesia; kesempatan kerja, perlindungan
dan perawatan buruh tani di Bali, Jawa Tengah dan Jawa Barat;
tenaga kerja anak-anak dan buruh wanita di sub sektor indus -
tri rokok dan perusahaan batik; masalah anak putus sekolah;
pengumpulan dan penyebarluasan teknologi yang sesuai; dan
cara-cara produksi yang banyak menyerap tenaga kerja di bi-
dang perikanan. Selain itu dalam tahun 1984/85 dilaksanakan
penelitian keadaan tenaga kerja wanita di Indonesia; keadaan
rumah tangga di Indonesia; penyerapan dan pembakuan data di
bidang perselisihan perburuhan di DKI Jakarta; kesempatan ker-
ja, perlindungan buruh tani di Bali, Jawa Tengah dan Jawa
Barat; penyerapan dan pembakuan data di bidang AKAD/AKAN;
penyerapan dan pembakuan data serikat buruh menurut lapangan
pekerjaan (SBLP); penyerapan dan pembakuan data di bidang
perselisihan perburuhan dan pengupahan, pengembangan pelaksa-
naan dan penampungan TKS, BUTSI; usaha-usaha untuk mendorong
pengupahan barang-barang yang bersifat padat karya di bidang
komoditi impor; penggunaan traktor mini di kabupaten Maros
dan Sidrap (Sulawesi Selatan), Pulau Jawa dan Bali; perluasan
kesempatan kerja melalui pemanfaatan musim senggang di bidang
pertanian pangan; perluasan kesempatan kerja di sektor indus-
tri kecil/rakyat yang banyak menyerap tenaga kerja; masalah
kesempatan kerja di sektor informal di daerah pedesaan;
masalah kelembagaan dalam peningkatan pasar kerja; peningkat-
an efektifitas kegiatan balai latihan kejuruan (BLK) industri
dan pertanian; peningkatan peranan lembaga buruh dan pengusa-
ha dalam perlindungan tenaga kerja; teknik padat karya bagi
penanaman modal; pengamatan penghapusan jaring trawl terhadap
masalah kesempatan kerja dan ketenagakerjaan di Cilacap (Jawa
Tengah); peranan lembaga buruh dan pengusaha dalam rangka
perlindungan tenaga kerja; masalah kesempatan kerja dalam
rangka pergeseran tenaga kerja di sub sektor industri rokok
dan tekstil; masalah tenaga kerja muda dan jenis-jenis kete-
rampilan yang menunjang pertumbuhan mini industrial estate
(MIE); kebijaksanaan pengupahan di sektor industri dalam men-
ciptakan hubungan perburuhan Pancasila, dan berbagai peneli-
tian lainnya.

XVII/13
2) Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Teknologi
Pangan.

Hasil-hasil penelitian dalam bidang pertanian dan pangan,


semenjak Repelita I hingga kini telah banyak membantu terca -
painya peningkatan hasil pertanian untuk berbagai bahan pangan
dan komoditi lainnya.

Dalam 10 tahun terakhir telah dimasyarakatkan sebanyak 48


varitas padi dengan berbagai sifat yang sesuai dengan lahan
irigasi, lahan kering, lahan pasang surut, lebak dan lahan
berkadar garam tinggi. Dengan varitas-varitas unggul ini, po -
tensi stabilitas produksi padi dalam berbagai kondisi ling-
kungan telah lebih terjamin. Sejak Repelita I sampai dengan
akhir Repelita III, telah dilepas sejumlah varitas unggul ba-
ru (termasuk varitas pengenalan yang berpotensi produksi 4,5
- 6 ton/ha dan tahan terhadap hama wereng coklat). Varitas -
varitas yang dilepas dalam Repelita III ialah antara lain Ci -
sadane, Cimandiri, Ayung , Samara, Cipunegara, Barito, Krueng
Aceh, Batang Agam, Sandang, Bahbolon, Sentani, Tondano, Ci-
tandui, Klara, Bogowonto, Porong, Singkarak, Mahakam serta
Atomita I dan Atomita II. Demikian pula telah dilepas vari-
tas IR-42, IR-50, IR-52, IR-46, IR-54 dan IR-56. Dalam tahun
1984 telah dilepas 6 varitas baru untuk padi, yaitu Batang,
Ombilin, Kapuas, Arias, Ranau, Cikapundung dan Maninjau.

Beberapa usaha selanjutnya ialah pemanfaatan energi nuk-


lir dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia, meningkat -
kan sumber daya alam dan energi, dan kebutuhan bidang indus -
tri. Dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia, kegiatan
irradiasi telah menghasilkan Atomita I dan Atomita II yang
telah dicoba di berbagai daerah. Dalam musim tanam tahun
1984/85 telah diadakan penyebaran varitas Atomita I, antara
lain di Jawa Barat di sawah-sawah seluas 1.124 ha, di Kali-
mantan Timur seluas 1 ha, di Sulawesi Utara seluas 5 ha, dan
di Sulawesi Tengah seluas 1 ha. Selain itu, varitas Atomita
II telah pula disebarkan di sawah-sawah di Jawa Barat seluas
827 ha, di Kalimantan Selatan 32 ha, di Sulawesi Utara 2 ha
dan di Nusa Tenggara Barat seluas 15 ha. Demikian pula kedua
varitas ini telah disebarluaskan di DI-Yogyakarta di sawah
seluas 1.074 ha, Jawa Timur 101 ha, Lampung 2 ha, Jawa Tengah
223 ha dan di Sumatera Utara 2 ha.

Berbagai penelitian dan evaluasi telah dilaksanakan pula


dalam rangka usaha meningkatkan dampak positif pada bidang

XVII/14
pertanian dan perkebunan. Selama Repelita III usaha tersebut
meliputi tanaman pangan (perluasan daerah padi, palawija,
hortikultura dan gandum); peternakan (menyediakan teknologi
tepatguna untuk meningkatkan produksi daging, susu dan te -
lur, perbaikan aneka ternak); perikanan melalui terutama pem-
budidayaan udang tambak, penangkapan ikan cakalang, pening-
katan budi daya ikan darat dan ikan laut; dan perkebunan yang
ditunjang oleh berbagai teknologi tepatguna untuk menunjang
produksi tanaman melalui intensifikasi, perluasan areal mau-
pun rehabilitasi.

Di samping itu telah dilanjutkan penelitian padi hibrida.


Keuntungan dari hibrida ialah antara lain, berumur lebih
genjah (7-14 hari) terhadap induk aslinya, memiliki ketahanan
yang lebih baik dan lebih besar dibandingkan dengan induk
semula, serta mempunyai potensi produksi yang lebih tinggi.

Dalam hubungan ini diadakan pula penelitian pengendalian


hama dan penyakit, terutama dalam usaha menjamin stabilitas
produksi tanaman. Dalam tahun 1 9 8 4 / 8 5 kegiatan penelitian ini
ditujukan terhadap hama penyakit ganjur, penggerek batang,
lalat bibit, tikus, wereng hijau, wereng penggung putih, bak-
teri daun, penyakit tungro, virus, kerdil rumput dan kerdil
hampa.

Dalam usaha penambahan baik varitas maupun komoditi pala-


wija (jagung, kedele, kacang hijau dan ubi kayu) telah dica-
pai berbagai kemajuan pula, sehingga pada akhir tahun 1984
berhasil dilepas varitas-varitas sebagai berikut:

- jagung : Varitas Harapan baru, Arjuna, Bromo,


Parikesit, Abimanyu, Hibrida Cl, Naku-
la dan Sadewa
- kedelai : Varitas Orba, Galunggung, Lokon, Gun-
tur, Wilis dan Dempo
- kacang tanah : Varitas Rusa dan Anoa
- kacang hijau : Varitas no. 129, Merak, Nuri, Manyar
dan Betet
- ubi kayu : Adira I dan Adira II
- ubi jalar : Varitas Daya, Borobudur dan Prambanan
- sorghum : Varitas Keris.

Dalam Repelita I dan Repelita II telah diteliti proses


fermentasi oncom dan dilakukan kegiatan inokulum tempe dalam
skala laboratorium yang dalam Repelita III dikembangkan men-
jadi skala besar untuk menambah nilai ekonomi dan daya tahan

XVII/15
bahan baku terhadap pembusukan. Demikian pula diusahakan agar
produksi tahu lebih menguntungkan untuk menjamin pasaran yang
lebih luas dan meningkatkan pula penghasilan para pengrajin
tahu. Hal ini antara lain tercapai dengan merendam terlebih
dahulu kedelai dalam larutan kalium sorbat, sehingga pengaruh
kontaminasi awal dapat dihindari sebanyak mungkin.

Sampai dengan tahun 1985 penelitian dalam bidang horti-


kultura telah berhasil melepaskan varitas tomat Intan, Ratna
dan Berlian yang berpotensi produksi tinggi dan tahan terha-
dap penyakit layu bakteri. Varitas kentang Cipanas merupakan
hasil persilangan Thung 151 C dengan Desiree dan kubis kulti-
var-KK Cross dan KY Cross. Penelitian kentang diarahkan pula
untuk memperoleh varitas kentang baik untuk dataran sedang
maupun dataran rendah.

Dalam tahun 1983/84 telah diketemukan pula cara pemberan-


tasan Citroes Phloem Degeneration (CVPD) dan cara baru untuk
mempercepat perbanyakan bibit nanas, pemuliaan bibit durian
serta pengecambahan bibit duku dan umbi belah pada pisang. Di
samping itu telah diketemukan pula suatu cara pengemasan dan
penyimpanan buah-buahan serta pembiakan anggrek yang siap
untuk dikembangkan.

Dalam tahun 1984/85 telah dilepas beberapa hasil peneli-


tian yang meliputi varitas Giti Hijau, Giti Merah (bayam),
Grant Cipanas, Talaud, Sangihe (petai), Bima Brebes, Medan,
Keling, Raja Cipanas (bawang merah), kangkung darat Sutera,
Lumbu Kuning, Lumbu hijau (bawang putih), kacang tunggak-1,
kacang panjang-1, kacang panjang-2, Manalagi, Rome Beauty
(apel), Mas, Sitokong Petruk, Sukun, Sunan (durian),
Golek-31, Manalagi-69, Arumanis-143 (mangga), Binjai, Rapiah
dan, Lebak Bulus (rambutan). Penelitian pasca panen tanaman
pangan dan hortikultura ditujukan untuk mengurangi kehilangan
hasil panen serta meningkatkan mutu, nilai tambah dan daya
guna limbah.

Dalam penelitian peternakan perhatian utama diberikan pa-


da usaha untuk menambah berat badan ternak khususnya sapi dan
kerbau, melalui penggunaan makanan bermutu tinggi dengan ba-
han yang relatif mudah didapat. Penelitian penggemukan sapi
Grati, Ongole, Bali dan Madura, berturut-turut memberikan
pertambahan berat badan per hart sebesar 0,3 kg, 0,8 kg dan
0,66 kg, serta 0,7 kg pada kerbau. Hasil penelitian terhadap
sapi perah menunjukkan bahwa dengan persilangan antara Fries-
sen lokal dengan semen impor telah dapat diperoleh produksi
yang lebih tinggi daripada sapi perah lokal, yakni dari an

XVII/16
tara 2.000 kg dan 2.705 kg menjadi antara 2.263 kg dan 3.405
kg per laktasi. Sapi perah yang diimpor langsung memberikan
produksi laktasi pertama dengan hasil lebih tinggi daripada
sapi perah Friessen lokal, yaitu antara 3.000 kg dan 3.190
kg. Melalui proses pembekuan semen dari ternak kerbau telah
diperoleh perbaikan mutu genetik ternak kerbau. Penelitian
ruminansia kecil (domba dan kambing) menunjukkan bahwa ternak
ini mempunyai potensi yang tinggi, terutama bila ditinjau
dari segi tingkat kesuburannya dan kemampuan domba lokal un-
tuk dijadikan bibit unggul.

Dalam rangka peningkatan mutu gizi bahan pangan telah


pula diusahakan penggunaan metoda nilai gizi nisbi (NGN) atau
relative nutritive value terhadap ayam dengan tetrahymena
pyriformis.

Selain itu, hasil penelitian yang telah dicapai adalah


penemuan vaksin ialah vaksin pencegahan dan pemberantasan pe-
nyakit ngorok pada sapi dengan kekebalan yang lebih lama me -
lalui pemberian dosis pengobatan yang lebih rendah dan cara
penggunaan yang lebih mudah daripada jenis vaksin yang telah
diketemukan sebelumnya. Untuk pengadaan makanan ternak dan
ikan, telah diketemukan pula cara pengolahan silase ikan, se -
bagai pengganti tepung ikan. Pengolahan silase ikan lebih se -
derhana dan murah, serta hemat energi.

Penelitian dalam bidang perikanan ditujukan kepada usaha


menemukan sumber-sumber ikan di berbagai perairan di Indonesia
seperti di Laut Jawa, Laut Cina Selatan, Selat Malaka dan Se-
lat Makasar. Selanjutnya informasi yang dapat dikumpulkan me-
nunjukkan bahwa di Selat Bali dan perairan sekitar Jawa Ti-
mur, diketemukan sumber ikan Lemuru. Hal ini akan memungkin-
kan pengembangan dan pembudidayaan komoditi ikan untuk bebe-
rapa daerah di Jawa, Bali dan Sulawesi. Demikian pula telah
diusahakan hibridasasi dari ikan mas Majalaya dan Taiwan,
yang telah dilepas dalam tahun 1985. Juga telah diketemukan
teknik pembudidayaan untuk, antara lain, udang galah, udang
windu, udang penois dan bandeng. Penelitian budidaya ikan
laut terhadap beberapa kerang juga telah dilaksanakan seperti
kerang darah, kerang hijau dan rumput laut. Pembudidayaan ini
antara lain telah dilaksanakan di beberapa daerah di Jawa,
Bali dan Sulawesi.

Untuk mengatasi masalah suplai nener bandeng telah dike-


temukan pula beberapa daerah nener seperti di Bengkulu, Lom-
bok, Timor Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Kali-

XVII/17
mantan Timur, yang diperkirakan berpotensi sekitar 100 juta
nener setiap musimnya.

Juga telah diadakan penelitian pasca panen perikanan,


yang bertujuan menyelamatkan mutu hasil tangkapan, menjamin
pengawetan dan pengolahan dengan mutu produksi yang tinggi,
meningkatkan teknik sanitasi pabrik pengolahan, standardisasi
mutu produk dan memanfaatkan limbah, serta penyediaan data
dan informasi mengenai aspek sosial ekonomi dan teknoekonomi
yang diperlukan dalam rangka kebijaksanaan usaha produksi,
pengolahan dan pemasaran hasil ikan.

Penelitian tanaman industri dan perkebunan diarahkan un-


tuk meningkatkan produksi dan mutu komoditi serta pendapatan
petani karet, kelapa sawit, kopi, teh, tabu, cengkeh, kelapa,
tembakau, tanaman serat-seratan dan tanaman obat-obatan. Da-
lam usaha peremajaan dan peningkatan produksi karet rakyat,
telah dihasilkan berbagai klon unggul karet GT-1, ABROS-2037,
PR-228, PR-255, PR-261, PR-300, PR-303 dan BPM-1. Khusus klon
PR-255, PR-261, PR-300 dan PR-303 mempunyai potensi produksi
di atas 1.400 kg/ha/tahun.

Penelitian pasca panen telah menghasilkan cara pengolahan


barang jadi karet seperti untuk sol sepatu, roller, mesin gi-
ling, seal kotak peluru dan aspal karet jalan raya. Sebagai
hasil penelitian tentang pengawetan lateks pekat maka mutunya
berhasil diperbaiki. Selain itu biji karet sebagai penghasil
minyak ternyata dapat dimanfaatkan untuk industri sabun dan
cat, yang hasil penelitiannya kini sudah dalam taraf pengem-
bangan.

Penelitian kelapa sawit dalam tahun 1984 telah berhasil


melepaskan varitas kelapa sawit Sungai Pancur dan DPL (Dura
Dumpy x Pzifera), yang merupakan tanaman pendek dengan hasil
tinggi (lebih tinggi 30% daripada varitas yang ada).

Penelitian kopi telah menghasilkan klon kopi Robusta ber-


potensi produksi di atas 3.000 kg/ha, hibrida kopi dengan
potensi di atas 2.000 kg/ha, dan untuk kopi Arabika di atas
1.000 kg/ha.

Penelitian tanaman tabu telah menghasilkan tiga besar


klon unggul, yaitu F-154, PS-56, M-442 dan 51. Ketiga klon
ini mempunyai daya adaptasi yang luas. Potensi produksi keti-
ga klon di atas berkisar pada 10 - 14 ton/ha di lahan sawah,
dan 5 - 10 ton/ha di tanah tegalan. Ketahanan ketiga klon
tersebut sangat tinggi terhadap penyakit virus mozaik tabu.

XVII/18
Penelitian pemuliaan kelapa telah menghasilkan varitas-
varitas baru yang dikenal sebagai KB-1, KB-2, KB-3, dan KB-4
yang berproduksi tinggi, masing-masing 4 ton kopra/ha/tahun.
Berbagai usaha penyilangan antara kelapa genjah dengan kelapa
dalam, telah menghasilkan hibrida KHINA-1, KHINA-2 dan
KHINA-3. Dengan kelapa hibrida ini, usia non-produktif kelapa
dapat dipersingkat dari 7 tahun menjadi 4 tahun, dengan pro-
duktivitas di atas 4 ton kopra/ha/tahun.

Penelitian pemberantasan kumbang kelapa dan hams sexava


secara biologik, telah berhasil memperbaiki pengendalian ha-
ma-hama ini. Penelitian penyakit layu Natuna berhasil dicegah
penyebarannya. Selain itu percobaan pemupukan kelapa rakyat
untuk kelapa yang relatif tua (20-25 tahun) di Jawa Barat dan
Sulawesi Utara memperoleh partisipasi masyarakat yang cukup
tinggi dalam kegiatan pemupukan.

Dalam usaha menunjang peningkatan produksi kapas, telah


diuji adaptasi berbagai varitas kapas dengan hasil yang me-
muaskan.

Penelitian tanaman lada telah menghasilkan cara penanaman


dengan stek atau buku berdaun tunggal. Dengan cara ini pema-
kaian bibit dapat dihemat sampai 25%. Di samping itu telah
diperoleh berbagai informasi bagi peningkatan pelayanan pem-
berantasan penyakit kuning pada lada, yang antara lain telah
mengakibatkan kerugian yang besar pada tanaman lada di Bangka.

Penelitian tanaman obat-obatan ekstraksi solasodin dan


diosgenin telah dikembangkan demi pembuatan bahan kontrasep-
tif oral. Bahan baku asal tanaman tersebut mendukung penye-
diaan senyawa hormon steroid bagi keperluan pembuatan pil
untuk kegiatan keluarga berencana secara lebih mudah dan mu-
rah.

3) Penelitian dalam bidang kesehatan

Dalam Repelita I penelitian dalam bidang kesehatan dila-


kukan dalam rangka merumuskan kebijaksanaan dan langkah-lang-
kah bagi pembangunan bidang kesehatan dalam Repelita II dan
III. Sementara itu dalam Repelita II dan III telah diadakan
berbagai usaha peningkatan kemampuan penelitian dalam bidang
kesehatan, yaitu melalui kerjasama antar instansi di dalam
negeri maupun kegiatan kerjasama internasional. Jumlah-jumlah
penelitian yang dilaksanakan adalah 143 buah dalam Repelita
II dan 220 judul dalam Repelita III serta 29 buah dalam tahun

XVII/19
pertama Repelita IV (1984/85). Telah dilakukan pula pening-
katan dan perluasan jaringan informasi dan dokumentasi dalam
bidang kesehatan dan kedokteran, peningkatan kemampuan pengo-
lahan dan pengelolaan data kesehatan dan pelayanan informasi
ilmiah. Juga telah disempurnakan metodologi penelitian dengan
melibatkan sejumlah tenaga peneliti untuk dididik lebih lan-
jut di berbagai perguruan tinggi di dalam dan luar negeri.

4 ) Penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan

Sampai dengan Repelita III telah dilaksanakan/dikembang-


kan berbagai kegiatan antara lain: pengembangan dan penyem-
purnaan kurikulum dan sarana pendidikan; berbagai kegiatan
pengembangan tentang SD PAMONG dan SD Kecil, jaringan peneli-
tian, SMP Terbuka, sistem pengujian, bank soal, teknologi
pendidikan, sistem pendidikan luar biasa, dan pendidikan pe-
desaan terpadu; studi-studi tentang kualitas pendidikan, pu-
tus sekolah dan pengulangan kelas, evaluasi komprehensif PSPP;
berbagai studi lainnya tentang kesahihan sistem seleksi masuk
perguruan tinggi, perkembangan kognitif, keterbacaan, kemam-
puan mengarang, perwajahan buku/tipografi, efektivitas tenaga
kependidikan, dan relevansi pendidikan dengan dunia kerja.
Sementara itu dilaksanakan pula pengembangan sistem kenaikan
pangkat dan pengangkatan dalam jabatan fungsional guru.

Dalam rangka menunjang usaha pengembangan suatu sistem


pendidikan yang mantap telah dilakukan secara berkelanjutan
berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan. Hasil-hasil
pelaksanaan kegiatan ini antara lain: penyusunan naskah aka-
demik tentang pendidikan kejuruan, tenaga kependidikan, dan
pendidikan menengah umum dalam rangka penyusunan bahan bagi
peraturan perundang-undangan yang merupakan penjabaran lebih
lanjut naskah Undang-undang tentang Pendidikan Nasional; pe-
nyusunan proyeksi data untuk pendidikan dasar sampai pergu-
ruan tinggi dan pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga,
perkembangan angka partisipasi dan angka melanjutkan pendi-
dikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Dalam tahun 1 9 8 4 / 8 5 dilaksanakan antara lain penelitian


proses belajar mengajar, penelitian kelembagaan pendidikan
kedinasan, penelitian-penelitian hubungan antara pendidikan
dan angka serta antara masyarakat dan kebudayaan, pengembang-
an naskah-naskah akademik, pengembangan sistem jaringan infor-
masi, pendayagunaan informasi pendidikan, pengembangan bank
data, pengembangan kurikulum, pengembangan bank soal, peman-
tapan kebijaksanaan umum pembangunan jangka pendek, serta pe-

XVII/20
nerbitan dan penyebaran informasi pendidikan dan kebudayaan,
dan pengadaan sarana dan prasarana produksi media pendidikan.

5) Penelitian di bidang kependudukan dan keluarga


berencana.

Dalam tahun 1984/85 berbagai macam penelitian telah di-


laksanakan dalam program kependudukan dan keluarga berencana.
Penelitian-penelitian tersebut dapat merupakan pengamatan me-
ngenai masalah kependudukan dan keluarga berencana sendiri
tetapi juga kaitannya dengan sektor-sektor pembangunan lain-
nya. Dalam pelaksanaannya, penelitian dikerjakan bersama
dengan lembaga penelitian kependudukan maupun Biro Pusat Sta-
tistik.

b. Program Utama Nasional Bisset dan Teknologi di Bidang


Sumber-sumber Dana Alam dan Energi (PUNAS-BISTEK II).

Program utama ini menunjang usaha pemanfaatan, pemeliha-


raan dan pengamanan sumber-sumber daya alam dan energi untuk
pembangunan nasional, dan meliputi berbagai kegiatan peneli-
tian dan pengembangan teknologi yang bersifat hayati, non ha-
yati, mineral, energi konvensional dan non-konvensional.

1) Penelitian sumber daya alam dalam bidang pertanian

Penelitian sumber daya alam meliputi kegiatan penelitian


tentang tanah, air, flora dan fauna, sumber akuatik, plasma
nutfah energi pedesaan, limbah pertanian dan kesejahteraan
rakyat dengan mengusahakan agar keserasian dan kelestarian
tetap terpelihara.

Dalam rangka penelitian sumber daya tanah, penelitian


konservasi tanah telah dapat menyajikan faktor-faktor yang
menentukan kepekaan erosi dari beberapa jenis tanah dan fak-
tor tanaman yang dapat mempengaruhi sifat-sifat erosi hujan.
Penelitian reklamasi tanah kritis, telah menghasilkan cara-
cara untuk memperbaiki tanah-tanah kritis menjadi produktif
kembali, termasuk penanganan tanah-tanah podsolik merah ku-
ning. Survai kesuburan tanah menghasilkan peta kadar hara dan
identifikasi faktor pembatas seperti P, K, Mg, Zn, Al dan Fe.

Mengenai sumber daya air, beberapa penelitian telah di-


laksanakan, seperti penelitian berbagai aspek pengairan pada
padi sawah, antara lain penelitian evapotranspirasi pada be-
berapa varitas padi sawah, pengaruh dalamnya air irigasi dan

XVII/21
pengaruh penggiliran pengairan (termasuk pengairan secara in-
termiten) pada berbagai stadia tumbuh dari tanaman. Peneli-
tian tentang tanaman pangan dikaitkan pula dengan usaha pemu-
liaan dan pelestarian sumber. Dalam kaitan ini telah diujico-
bakan sekitar 600 klon karet di kepulauan Sumbawa, yang ma-
sing-masing merupakan kekayaan plasma nutfah yang sangat pen-
ting untuk pengembangan serta budidaya karet yang akan da -
tang. Usaha menambah plasma nutfah dilakukan dengan ekspedisi
ke Brazil dalam rangka kerjasama dengan Dewan Penelitian Ka-
ret Internasional.

Dalam tahun 1984/85 telah mulai dilakukan pula penelitian


sosial-ekonomi pertanian di Jawa Timur, Sumatera Barat, Sula-
wesi Selatan dan Jawa Barat, untuk dilanjutkan di seluruh wi-
layah Indonesia dalam Repelita IV. Beberapa hasil penelitian
yang diperoleh dalam bidang agro-ekonomi menunjukkan bahwa
tingkat pendapatan petani masih jauh di bawah rata-rata pen-
dapatan nasional. Hal ini diakibatkan oleh pola dan struktur
produksi pertanian yang belum begitu tanggap terhadap dinami-
ka perubahan permintaan konsumen dalam bidang pertanian dan
belum banyak memberikan umpan bagi dinamika perkembangan in-
dustri dan jasa secara efisien. Keeratan hubungan yang saling
menunjang antar-sektor ekonomi sendiri, merupakan salah satu
syarat pembangunan ekonomi yang perlu memperoleh perhatian
khusus, yaitu terutama mengenai hubungan dinamis antar-sektor.

2) Penelitian dan penkembangan pangan sumber daya hayati


laut.

Penelitian sumber daya hayati antara lain juga mencakup


penelitian sumber daya laut. Sejak Repelita I, beberapa pene-
litian secara terus menerus telah dilaksanakan, untuk menge-
tahui baik potensi ekonomi sumber daya laut maupun perkem -
bangannya sebagai akibat/dampak dari peningkatan pelayanan
dengan teknologi, perkembangan industri dengan kemungkinan
limbahnya dan lain-lain. Beberapa penelitian yang memperoleh
perhatian sejak Repelita I ialah :

Penelitian rumput laut, yang mengkhususkan diri pada pe-


ngumpulan jumlah koleksi species, dengan hasil 28 jenis algae
laut, 22 jenis algae coklat dan 30 jenis algae merah.

Penelitian moluska telah berhasil mengumpulkan sebanyak


122 jenis yang meliputi 21 suku dari kelas dastropoda Keong
dan 12 suku dari kelas Pelecypoda kerang; termasuk yang ber-
nilai ekonomik antara lain Trochus Niloticus, Tridacna Cro-
cae, T. Maxima, T. Squamosa dan Hippopus, Pinctada Haliotis

XVII/22
Asinina dan H. Varia, serta jenis tiram Saccostrea sp. dan S.
Echinata yang dapat dipergunakan untuk pangan.

Penelitian krustasea dalam pengumpulannya mencapai 95 je-


nis dari daerah-daerah sepanjang pantai Utara maupun Selatan
pulau Jawa. Jenis udang karang yang bernilai ekonomik, terba-
nyak diketemukan di Teluk Sentoro/Pacitan/Jawa Timur yang ke-
seluruhannya berjumlah 8 jenis yaitu Panulirus Homarus, P.
Pennicillatus, P. Longipa, P. Ornatus, P. Versocolot dan P.
Modo.

Penelitian biologik udang di perairan Maluku Utara, untuk


mengetahui komposisi jenis, kelimpahan, potensi ekonomi, hu-
bungan antara panjang dan berat badan. Jenis-jenis yang ber -
nilai komoditi ekonomik ialah metapenaeus ensis, P. Monodon,
P. Merguensis, P. Indicus, dan P. Semisulcatus.

Penelitian ekosistem hutan, peran tumbuh-tumbuhan dan


satwanya terutama ditinjau dari segi penetrasi manusia ke hu-
tan-hutan. Penelitian ekologik dan ekosistem telah dilaksana-
kan di Kalimantan Timur, Aceh Tenggara dan Sulawesi Utara.
Penelitian hutan mencakup studi tentang karakteristika struk-
tural hutan yang dikaitkan dengan penyebaran berbagai jenis
hutan, kepadatan, komposisi, produksi limbah dan tipe hutan
kerangasnya. Selanjutnya telah dipelajari pula pengaruh hutan
tropis di daratan rendah yang mengalami perubahan sebagai
akibat dari pengusahaan hutan secara mekanis dan usaha mene -
mukan proses suksesi sekunder bagi hutan, hal mana penting
untuk pelestarian hutan.

3 ) Perekaman/pemetaan sumber-sumber kekayaan alam

Sejarah pemetaan Indonesia yang dimulai tahun 1823 telah


mengalami banyak perubahan dan kemajuan. Demikian pula peta-
peta yang dibuat dalam zaman penjajahan Jepang dengan skala
1 : 50.000 untuk beberapa daerah kecil dari Jawa dan Madura,
Bali dan Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi serta Nusa Tengga-
ra, telah mengalami perbaikan serta pengulangan pengadaan pe-
tanya dalam Repelita III. Fasilitas dan kemampuan pemetaan
bagi ahli-ahli di Indonesia telah pula ditingkatkan sejak ta-
hun 1976.

Antara tahun 1970 dan tahun 1982 telah dilakukan pemetaan


skala 1 : 100.000 untuk peta geodesi di Kalimantan Barat, Su-
matera, Maluku dan Irian Jaya. Demikian pula pemetaan dalam
tahun 1978/79 dipergunakan untuk membuat peta topografi untuk
beberapa daerah di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Madura ser-

XVII/23
to Bali dan kepulauan Nusa Tenggara. Untuk meningkatkan ke-
mampuan produksi peta maupun interpretasi peta, sejak tahun
1975 dimulai pengadaan suatu Pusat Pendidikan Peta Fotogra-
metri dan Kartografi maupun peningkatan saran BAKOSURTANAL di
Cibinong. Selanjutnya telah didirikan pula suatu Pusat
Pendidikan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh dan Survai
Terpadu dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam inventari-
sasi dan evaluasi sumber daya dan lingkungan, dengan menggu-
nakan teknologi penginderaan jauh, Sampai dengan tahun 1982
telah berhasil diproduksi sekitar 50.000 lembar peta sistema-
tik yang terdiri dari 18.000 lembar foto udara false-colour-
infra-red (= infra merah warna semu). Hal ini sangat berbeda
dengan keadaan sebelumnya sekitar tahun 1970. Dewasa ini bah-
kan sejumlah peta topografi dengan skala 1 : 50.000 telah se-
lesai dibuat untuk Kalimantan Barat dan sebagian Sumatera,
seperti Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Aceh, Riau
dan Bengkulu bagian Utara. Walaupun pemetaan udara telah se-
lesai dibuat terhadap berbagai daerah Indonesia, namun peme-
taan topografik dengan skala 1 : 50.000 diperkirakan masih
memerlukan waktu lama. Mengingat bahwa peta-peta topografi
merupakan titik tolak bagi pembuatan peta-peta tematik seper -
ti peta tanah, peta tataguna lahan, peta hutan, peta geolo -
gi, peta perkebunan, peta hidrologi, peta militer dan seba-
gainya, maka sejak akhir Repelita III dilakukan usaha-usaha
untuk mempercepat pembuatan peta-peta topografi. Hal ini
mengingat bahwa peta-peta tematik merupakan informasi dan
landasan perencanaan terpadu untuk pembangunan regional
maupun pembangunan fisik.

Peran dan kerjasama dengan universitas-universitas di-


tingkatkan dan demikian pula minat generasi muda dalam bidang
pemetaan, antara lain melalui pengadaan pusat-pusat pendidikan
seperti Pusat Pendidikan Interpretasi Penginderaan Jauh
dan Survai Terpadu (PUSPICS) di Universitas Gajah Mada/Yogya-
karta. Dalam kaitan ini, pada akhir Repelita III telah berha-
sil dididik sebanyak 175 ahli penafsir citra penginderaan
jauh yang berasal dari berbagai instansi. Dalam pada itu, di-
perkirakan bahwa pada akhir Repelita IV diperlukan sebanyak
500 - 750 penafsir.

Mendesaknya kebutuhan akan ahli penafsir peta dan citra


penginderaan jauh ialah antara lain dalam kaitan penggunaan
lahan yang dapat dilaksanakan secara tepat, yaitu apabila
bentuk lahan (geomorfologi) diketahui, maka perencanaan ten-
tang sumber daya air, pemukiman dan transmigrasi dapat dilak-
sanakan dengan lebih baik. Bahaya makin menurunnya persediaan
air di Jawa dan beberapa tempat di luar Jawa terutama di ko-

XVII/24
ta-kota besar yang banyak industrinya serta berpenduduk
padat, dapat dikurangi apabila ada cukup pengetahuan yang
dini tentang morfologi lahan yang bersangkutan maupun terda-
pat cukup informasi sebelum penentuan kawasan industri.

Dalam rangka ini telah diadakan dalam Repelita III berba-


gai peta dengan skala 1 : 100.000 dan 1 : 25.000 serta berba-
gai survai. Dari 200 juts ha yang telah disurvai, telah dia -
dakan peta tanah eksplorasi dengan skala 1 1.000.000 yang
mencakup 99,5 ha juta tanah, peta tanah tinjau dengan skala 1
: 150.000 yang mencakup 62,6 juta ha, peta tanah tinjau dalam
dengan skala 1 : 100.000 dan peta tanah semi-rinci dengan
skala 1 : 100.000 serta 1 : 25.000.

Juga telah diadakan survai terhadap 127 calon lokasi


transmigrasi dengan luas areal 1.924.494 ha, di samping lahan
yang diperuntukkan program-program pengairan, pertanian tadah
hujan, pembangunan pabrik gula, pendayagunaan daerah rawa dan
pasang surut, pengelolaan DAS dan untuk reklamasi tanah kri -
tis.

Selain meningkatkan jumlah dan jenis peta tematik untuk


'
keperluan perencanaan, diadakan pula peningkatan kemampuan
teknologi pemetaan dan tukar-menukar informasi antar-instansi
mengenai interpretasi peta, yaitu antara lain melalui sistem
“digital image processing system”. Sistem ini dikembangkan
dengan kerjasama antar-departemen melalui masing-masing ter-
minalnya, seperti di Universitas Gajah Mada, Departemen Pe-
kerjaan Umum dan BAKOSURTANAL, sementara LAPAN sendiri pada
akhir Repelita III berhasil memutakhirkan kemampuannya untuk
menerima secara langsung informasi dan citra dari berbagai
satelit sumber daya alam dan cuaca.

Salah satu syarat dalam peningkatan efisiensi tukar-menu-


kar informasi peta ialah terbentuknya suatu sistem terpadu
baik dalam pengadaan survai maupun pemetaan dan pembakuan/in-
terphasing dari berbagai sistem informasi peta yang telah ada
di Indonesia. Usaha ini telah dimulai dalam akhir tahun 1984
dengan meningkatkan koordinasi antara berbagai instansi se-
perti Departemen Pekerjaan Umum, BAKOSURTANAL, LAPAN, Badan
Meteorologi dan Geofisika dari Departemen Perhubungan, Lemba-
ga Penelitian Tanah dari Departemen Pertanian, Direktorat
Jenderal Agraria dan Direktorat Jenderal Pengembangan Desa
dari Departemen Dalam Negeri serta persiapan-persiapan bagi
BAPPEDA-BAPPEDA untuk dapat menerapkan sistem penafsiran peta
untuk perencanaan pembangunan di daerahnya. Dengan demikian,
kegiatan survai dan pembuatan peta di Indonesia telah melam-

XVII/25
paui tahap ilmu pengetahuan murni dan sudah dapat diterapkan
hasilnya dalam berbagai kegiatan pembangunan.

Dalam tahun pertama Repelita IV telah dimulai pengembang-


an suatu sistem bank data informasi peta baik pada tingkat
nasional maupun propinsi, yang akan saling terpaut satu sama
lain, sehingga tukar-menukar informasi akan lebih efisien.
Hal ini antara lain dilakukan melalui kegiatan evaluasi dan
perencanaan sumber daya lahan bagi perencanaan. Selain itu
telah dimulai ditingkatkan pembuatan peta di wilayah Indone-
sia bagian Timur seperti Maluku, Irian Jaya terutama untuk
keperluan transmigrasi, serta akan diselesaikan pula pemetaan
wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat dengan luas
lahan 50.000 km2, seperti juga daerah propinsi Riau dan Jambi
seluas 20.000 km2, masing-masing dengan Skala 1 : 50.000.
Daerah-daerah yang sukar dipetakan karena padat awan, seperti
bagian dari Kalimantan Timur dan sebagian dari Irian Jaya,
yaitu masing-masing seluas 168.000 km2 dan 105.000 km2, telah
dimulai dalam tahun 1984/85 untuk diselesaikan dengan tekno-
logi mutakhir, dalam hal ini dengan pemetaan citra radar.

Manfaat peta selanjutnya ialah antara lain bagi peramalan


cuaca, monitoring letusan gunung berapi, maupun untuk memoni-
tor kebakaran hutan dan lain-lain. Hal tersebut akan mening -
katkan kemampuan nasional untuk memperoleh informasi geogra-
fik secara cepat dan efisien. Sehubungan dengan itu telah
ditingkatkan pula kemampuan pengambilan data melalui alat
sensor dan perekam oleh balun stratosfir, melalui penggunaan
wahana roket dan lain-lain. Dengan demikian telah pula dite -
liti keadaan hutan kesepakatan, diadakan penelitian terhadap
pencemaran hutan bakau dan perubahan Segara Anakan di bagian
Selatan Jawa Tengah.

Dalam kaitan ini telah dilakukan pula usaha-usaha lain,


seperti mengukur umur jenis-jenis tanaman pertanian di DAS-
Serayu, DAS Brantas. Penerapan lainnya ialah pembuatan peta
suhu laut maupun pengukuran kepadatan plankton. Dengan demi-
kian melalui citra satelit dapat pula diketahui sumber-sumber
yang kaya akan ikan di laut. Juga satelit GMS membantu dalam
pengumpulan data tentang berbagai hal seperti liputan global
cuaca, data liputan awan, citra tentang suhu laut, medan
angin, curah hujan, awan konfektif dan indeks kehijauan seca-
ra bulanan maupun musiman.

Beberapa informasi penting yang sudah dapat diperoleh me-


lalui perekaman citra satelit sumber daya alam di Indonesia,
antara lain ialah penyempurnaan peta dasar dan peta tematik,

XVII/26
pantauan lingkungan dan ekosistem serta survai geologi, osea-
nografi dan hidrologi serta pengelolaan hutan dan daerah
transmigrasi. Selain itu, informasi yang cukup dini tentang
gangguan-gangguan seperti letusan gunung berapi, telah dapat
membantu dalam menentukan jalur penerbangan sementara demi
keamanan pesawat terbang.

4) Penelitian lingkungan hidup

Beberapa hasil penelitian yang terutama telah dilaksana-


kan dalam tahun 1984/85 dalam usaha meningkatkan mutu ling-
kungan hidup manusia adalah sebagai berikut:

Apabila perairan di Selat Malaka, Selat Bangka masih mem-


perlihatkan kondisi mutu biologik, kimiawi dan mikrobiologik
yang baik, maka perairan di Teluk Jakarta terutama perairan
yang mencapai jarak 4 - 10 mil dari pantai Utara telah menun-
jukkan mutu yang makin memburuk akibat pencemaran laut. Tek-
nologi radio isotop juga telah dipergunakan untuk menunjang
penelitian pencemaran lingkungan. Isotop radio a k t i f (perunut)
dalam kaitan ini dapat membantu melacak penyebaran polusi
serta penumpukan dan perilaku berbagai bahan cemaran dalam
lingkungan. Penelitian yang telah dilakukan mencakup kegiatan
pemantauan terhadap kandungan radionuklida, persenyawaan lo-
gam berat dan residu pestisida dalam bahan pangan, hasil laut,
dan dalam makanan kaleng. Dalam rangka ini selain Selat Malaka
dan Selat Bangka serta Teluk Jakarta, telah diteliti pula DAS
Citarum, DAS Bengawan Solo, DAS Brantas dan beberapa daerah
aliran sungai lainnya di Sumatera.

Sebaliknya dengan makin berkembang dan meluasnya penggu-


naan isotop radio aktif dalam teknik dan penelitian kesehat-
an, maka ditingkatkan pula kecermatan terhadap penggunaannya
bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Kegiatan ini meliputi
pengelolaan buangan limbah radio a k t i f secara aman, pengukur-
an radio aktivitas lingkungan bioassay, studi parameter me-
teorologik terhadap penyebaran radionuklida ke lingkungan,
pengaruh radiasi terhadap material biologik, seperti studi
kontaminasi dan dekontaminasi internal serta studi tentang
peranan tanaman dan mahluk hidup lainnya terhadap akumulasi
radio nuklida dan lain-lain.

Dalam usaha penanggulangan pencemaran lingkungan, peneli-


tian juga telah dilakukan terhadap pemanfaatan buangan limbah
industri kertas/pulp untuk soil conditioner bekas lahar di-
ngin, buangan limbah petrokimia di Gresik dan lapis listrik
untuk bahan pengawet kayu.

XVII/27
Di bidang pertanian telah pula dilakukan inventarisasi
terhadap potensi limbah pertanian dan pemanfaatannya sebagai
sumber pakan ruminansa dan cara pemrosesannya. Penelitian-pe-
nelitian di bidang pengelolaan limbah industri, telah pula
berhasil dalam pembuatan prototip peralatan pengolah air lim-
bah industri tapioka, industri kulit dan dewasa ini mencapai
tingkat uji cobanya di lapangan.

Telah pula dilakukan penelitian dampak kegiatan manusia


terhadap lingkungan hidupnya dan dampak perubahan lingkungan
terhadap kegiatan manusia, khususnya sebagai dasar perumusan
pola-pola pengelolaan dan pengembangan pertumbuhan kehidupan
manusia beserta lingkungannya. Tujuan penelitian ini adalah
untuk dapat mengungkapkan masalah pembangunan daerah pedesaan
dengan memanfaatkan unsur sumber daya manusia. Aspek-aspek
yang sedang diteliti ialah: a) aspek mobilitas penduduk; b)
tenaga kerja dan kesematan kerja; c) partisipasi masyarakat
dalam pembangunan; d) kegiatan dalam rangka meningkatkan pen-
dapatan; e) peningkatan kesehatan; dan, f) citra dan kearifan
tentang lingkungan sebagai budaya masyarakat setempat yang
perlu dikembangkan demi kelestarian lingkungan hidup yang se-
rasi.

Berbagai penelitian hidrogeologi dan konservasi air bumi


telah pula dilakukan untuk melayani dan menjamin kelestarian
potensi air bumi untuk kota dan wilayah pemukiman. Kegiatan
ini mencakup kegiatan pemetaan hidrogeologi bersistem, eva-
luasi potensi air tanah serta pengembangan kemampuan konser-
vasinya. Penelitian geologik terhadap tata kota dan tata
daerah dilaksanakan dalam rangka kemungkinan memanfaatkan
sumber daya alam yang tersedia, tetapi di lain pihak mengusa-
hakan penghindaran akibat pengembangan negatif di daerah
penggalian dan penambangan, dalam rangka perencanaan pengem-
bangan daerah yang lebih mantap, seperti daerah pedesaan,
daerah perkotaan maupun daerah pesisir pantai.

Dalam usaha mempertahankan daya dukung lingkungan, telah


pula diadakan beberapa penelitian sistem ekeplorasi yang
mengakibatkan pencemaran air, akibat pestisida pada budidaya
ikan di sawah (mina padi), maupun penelitian terhadap residu
pestisida di tambak, perairan payau.den sekitarnya.

Dalam usaha meningkatkan mutu lingkungan hidup yang se-


hat, telah pula dilakukan berbagai penelitian mengenai geo-
logi tata lingkungan dan tata daerah pemukiman serta perkota-
an, seperti juga penelitian terhadap berbagai konstruksi

XVII/30
bangunan sipil guna menghindari bahaya gerakan tanah.

Selain itu dalam rangka menanggulangi kerusakan lingkungan


karena bencana alam, telah dimulai pengadaan penelitian dan
pelengkapan data mengenai berbagai gunung berapi di Indo-
nesia, terutama dalam penentuan wilayah-wilayah berbahaya,
pengamatan kegiatan gunung berapi. Dalam kaitan ini peneli-
tian terhadap gunung Galunggung, gunung Gamalama dan gunung
Colo dilaksanakan terus-menerus, sehingga gunung yang diamati
secara kontinyu kini berjumlah 31 buah, pelaksanaan peta dae-
rah bahaya mencapai 80 daerah, pengadaan peta geologi gunung
berapi mencapai 15 daerah, dan pengadaan peta topografi untuk
32 daerah gunung berapi, di samping diadakan penelitian la -
pangan secara khusus untuk tiga wilayah khusus.

5) Pengembangan energi alternatif

Penelitian dan pengembangan terhadap energi angin sebagai


salah satu energi alternatif dilanjutkan dalam tahun 1984/85
untuk mencapai tahap awal pembuatan peta angin bagi Indonesia
dalam usaha pemanfaatan teknologi konversi energi angin. Pe-
nelitian ini telah diadakan di pulau Jawa, Madura, Nusa Teng-
gara Timur (Kupang), Sumatera Utara (Sibolga), Aceh, Riau
(Pangkal Pinang), Biak, Sulawesi Utara (Manado) dan beberapa
tempat lainnya. Dalam usaha ini telah berhasil diadakan peta
awal energi angin dan peta awal rata-rata kecepatan angin per
tahunnya. Hasil ini diperoleh setelah mengadakan penelitian
dan pencatatan terus menerus selama 5 tahun berturut-turut.
Selain itu dalam usaha pemanfaatan sumber daya energi angin
dan energi surya/energi matahari, telah pula dikembangkan ke -
mampuan produksi prototip jenis turbin angin untuk kekuatan 5
KW dan jenis penggunaan baling-baling berkapasitas 10 KW untuk
pembangkitan tenaga listrik sekala kecil. Di samping itu te-
lah disempurnakan pula pemanfaatan energi angin melalui peng -
gunaan kincir angin sistem sudu majemuk untuk pemompaan air
ke permukaan yang lebih tinggi.

Energi alternatif seperti energi surya juga telah dikem-


bangkan di daerah pedesaan, antara lain untuk keperluan air
bersih, ataupun membekukan ikan dengan es. Dewasa ini sedang
dirancang penggunaan energi surya untuk pembangkitan tenaga
listrik untuk menggerakkan generator pemancar televisi dan
radio. Juga sedang diusahakan pengadaan perahu yang digerak-
kan oleh energi surya dengan pengadaan Kapal Surya. Selain
itu telah diusahakan pula pengadaan metan sebagai bahan bakar
dari eceng gondok sebagai salah satu sumber energi alternatif.

XVII/29
c. Program Utama Nasional Riset dan Teknologi dalam bi-
dang industrialisasi (PUNAS - RISTEK III).

Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pelaksa-


naannya memperhatikan syarat-syarat sebagaimana ditentukan
oleh Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1983, yaitu tetap
memberikan kesempatan kerja yang banyak , meningkatkan produk-
tivitas tenaga kerja, menggunakan alat-alat yang sebanyak
mungkin dihasilkan sendiri dan mampu untuk dipelihara sendiri
serta mendukung tercapainya sasaran-sasaran pembangunan dan
mempertinggi keterampilan untuk menggunakan teknologi yang
lebih maju di kemudian hari. Dalam kaitan ini diikuti pemikir-
an, strategi transformasi industri dan teknologi dalam pem-
bangunan bidang industri. Pendekatan utamanya ialah :

- menggunakan teknologi yang sudah ada untuk proses ni-


lai tambah dari produk barang-barang yang telah ada
di pasaran melalui :

(a) investasi penelitian dan pengembangan;


(b) pengalihan teknologi;
(c) produksi berdasarkan lisensi;
(d) pelaksanaan rencana produksi progresif;

- integrasi teknologi yang sudah ada, memadai rancangan


dan produksi barang bermutu;
- pengembangan teknologi dalam rangka merancang pro-
duk-produk masa depan;
- melaksanakan penelitian dasar.

Disadari pula bahwa keberhasilan pengembangan teknologi


baru oleh bangsa sendiri hanya akan mungkin apabila sekaligus
terjadi suatu integrasi proses produksi ke dalam sistem so-
sial dan sistem teknologi yang ada. Selanjutnya kemampuan
mengintegrasikan berbagai teknologi ke dalam sistem nasional,
akan memungkinkan pengembangan lebih lanjut suatu sistem na-
sional sesuai dengan strategi transformasi menuju industria-
lisasi. Untuk itu diperlukan wahana-wahana transformasi indus-
trialisasi, yaitu :

- wahana industri penerbangan;


- wahana maritim dan perkapalan;
- wahana industri transportasi darat;
- wahana industri telekomunikasi;
- wahana industri energi;
- wahana industri rekayasa;

XVII/30
- wahana industri alat dan mesin pertanian;
- wahana industri pertahanan;
- wahana industri perangkat lunak.

Dalam kaitan ini tugas penelitian dan pengembangan tek-


nologi ialah mengkaji berbagai masalah teknologi dan kemung-
kinan integrasi produksi dan teknologi ke dalam sistem sosial
dan sistem produksi yang ada, agar penggunaan teknologi be -
nar-benar bermanfaat dan selanjutnya dapat meningkatkan ke-
mampuan serta dayaguna teknologi yang bersangkutan, demi pe-
mecahan masalah dalam memenuhi tuntutan pembangunan bangsa.

(a) Wahana Industri Penerbangan

Sesuai dengan usaha menunjang perkembangan industri di


Indonesia, di PUSPIPTEK/Serpong telah selesai dibangun Labo-
ratorium Uji Konstruksi (LUK) dan Laboratorium Terowongan
Angin dengan Kecepatan Rendah (ILST) untuk penelitian aero-
dinamika pada konfigurasi pesawat terbang. Tujuan pengadaan
terowongan ini ialah untuk meneliti ciri-ciri lepas landas
dan pendaratan suatu pesawat terbang, mengetahui prestasi pen-
jelajahannya dengan kecepatan sedang, pengembangan alat-alat
angkat tinggi, integrasi rangka pesawat mesin pendorong, dan
interferensi komponen. Pada LUK diadakan penelitian terhadap
aplikasi bahan campuran karbon (carbon fibre) yang diperguna -
kan khusus untuk pesawat terbang. Dewasa ini bahkan pesawat
terbang CN-235 sedang mengalami pengujian kelelahan, untuk
membuktikan kemampuan CN-235 berkemampuan sama dengan FAR-25
dengan kemampuan normal 60.000 penerbangan tanpa reparasi
yang mahal, identifikasi titik-titik lemah pada struktur pri -
mernya secara sempurna, serta dalam usaha menyusun prosedur
perawatan dan inspeksi di Indonesia.

Guna menunjang keperluan perhubungan, melalui peningkatan


kemampuan ilmu kedirgantaraan, selama Repelita III telah di-
rancang dan dibangun oleh tenaga ahli Indonesia sendiri,
suatu laboratorium aerodinamika berupa terowongan angin sub-
sonik dan supersonik, yang menunjang penelitian untuk indus-
tri penerbangan.

Selain penelitian kedirgantaraaz diadakan penelitian


atmosferik, antara lain dengan sistem airborne untuk beban
guna roket (payload) dan balun (baloon). Sistem ini diadakan
terhadap radiosonde: peralatan ionosonde drift dan absorbsi
pada frekuensi 2,4 - 3 MHZ. Untuk balun dan roket meteorologi
telah berhasil dirancang roket bertingkat satu dan bertingkat
dua, dengan diameter 150 mm, panjang 4.500 mm dengan menggu-

XVII/31
nakan bahan bakar pada polusulfida dan sistem separasi beban
guna. Uji terbang terhadap jenis roket buatan dalam negeri
ini mencapai ketinggian sekitar 80 km. Dalam usaha menguasai
pengetahuan dan teknologi satelit bagian ruang angkasa, telah
mulai dirancang pula pembuatan suatu sate lit sumber alam yang
spesifik dan cocok untuk Indonesia, sebagai suatu jenis sate-
lit dari kelompok jenis Tropical Earth Resource Satellite
(TERS).

(b) Wahana Industri Maritim dan Perkapalan

Sejak tahun 1980/81 mulai dikembangkan kapal surya di In -


donesia untuk bentuk kapal semen ferro (ferrocement). Uji ka -
pal semen ferro (tanpa layar) telah dilakukan terhadap kapal
dengan kemampuan 50 DWT. Uji coba ini ditingkatkan untuk pe-
ngembangan kapal semen ferro model kapal surya dengan kapasi -
tas 900 ton. Dari pengalaman ini di Surabaya diharapkan pe-
ngembangan kapal surya untuk bahan baku baja dengan kemampuan
200 DWT.

(c) Wahana Industri Transportasi Darat

Produksi dalam negeri ditingkatkan kemampuannya, terutama


yang menyangkut masalah sarana transportasi kereta api. Untuk
itu telah dihasilkan pembuatan gerbong batubara, gerbong
tangki dan gerbong barang. Demikian pula dalam tahun 1985 te -
lah berhasil diproduksi kereta penumpang, gerbong barang un -
tuk angkutan pupuk dan sejenisnya.

(d) Wahana Industri Telekomunikasi

Untuk mengurangi ketergantungan dari luar negeri dalam


bidang telekomunikasi dan elektroteknika, dalam bidang komu-
nikasi telah ditingkatkan kemampuan pemanfaatan bagian ruas
bumi dari satelit, seperti pengadaan dan operasi stasiun bumi
penelitian lapisan ionosfir di Pameungpeuk/Jawa Barat dan
Biak/Irian Jaya. Stasiun-stasiun ini diperlukan untuk meneri-
ma informasi melalui frekuensi gelombang radio yang lebih
baik dan tepat dalam mutu komunikasi siaran tadi. Selain itu
dalam rangka penelitian teledifusi ditingkatkan kemampuan
merancang suatu satelit komunikasi untuk masa mendatang.

Dalam usaha memperoleh gambar dan suara yang lebih jelas


dari satelit komunikasi, telah diadakan penelitian tentang
pengaruh lingkungan terhadap gelombang mikro pada 6/4 GHZ.
Khusus dalam kaitan ini telah dikembangkan pula peralatan pa -
da kemampuan 12 GHZ terhadap propagasi gelombang radio, guna

XVII/32
menentukan Ku-Band bagi pelayanan sistem komunikasi satelit di
daerah khatulistiwa. Selain itu, penelitian kedirgantaraan
juga diarahkan pada usaha pemanfaatan satelit siaran langsung
(DBS) untuk keperluan pendidikan, kesehatan, penyuluhan tek-
nis dan penerangan pada umumnya keperluan perhubungan laut
dan udara serta geodesi.

Dalam rangka usaha peningkatan komponen produksi dalam


negeri di bidang telekomunikasi antara lain dilaksanakan se-
bagai berikut :

Ekstraksi saluran bicara FDM untuk Spur Route, sehingga


menggunakan prosesor mikro dengan mutu data dan mutu bicara
yang makin baik;

Penelitian modulasi isyarat (signal) satelit orbit kutub


(polar). Mengingat bahwa satelit kutub ini (2) dua kali se-
hari melintasi daerah khatulistiwa selama 10 menit setiap ka-
linya dengan ketinggian yang rendah, maka kemampuan modulasi
isyarat akan memungkinkan perekaman berbagai data tentang In-
donesia dengan cara yang lebih murah dan membantu perancangan
peralatan komunikasi untuk kepentingan pertahanan dan keama-
nan;

Penelitian terhadap komponen-komponen elektronika seperti


transistor berfrekuensi tinggi untuk penguat daya isyarat be-
sar, di samping isyarat kecil. Komponen-komponen konduktor
semi ini karena kecil dan ringan, dapat mendukung peralatan
elektronika, seperti yang diperlukan oleh peralatan avionics,
peralatan militer dan lain-lain.

Penelitian terhadap high-bite-rate computor untuk tahap


switching dan pemrosesan secara cepat. Penelitian terutama
telah dilaksanakan terhadap komputor untuk perhitungan jarak
dan beacon radar serta sistem kontrol pada peluru kendali;

Penelitian dan usaha produksi generator listrik dengan


kapasitas 100 KW dilakukan, mengingat jumlah penduduk di In -
donesia maupun kawasan tanah air yang belum terjangkau oleh
listrik masih banyak.

Dalam usaha membuat generator listrik dengan kapasitas


100 KW, dipikirkan juga membantu keperluan pemancar-pemancar
radio dan televisi, terutama untuk daerah-daerah yang terpen-
cil.

Industri-industri penunjang perkembangan industri produk-

XVII/33
si, seperti industri logam dan industri kimia, juga mengalami
kemajuan yang pesat dalam Repelita I, II dan III dan dilan-
jutkan dalam Repelita IV. Berbagai penelitian telah dilaksa-
nakan dalam bidang industri logam, antara lain dalam keter -
kaitannya dengan industri permesinan, industri baja dan in -
dustri aluminium. Kesemuanya menunjang kebutuhan baik indus -
tri berat maupun industri rekayasa di Indonesia. Penelitian
dalam bidang industri kimia dasar meliputi penelitian terha-
dap produk-produk vital, seperti semen, pulp dan kertas yang
meliputi aspek bahan mentahnya, produksi, teknologi, baik
distribusi maupun transportasinya.

Penelitian tentang berbagai jenis logam dilanjutkan dalam


Repelita III dan tahun pertama Repelita IV. Penelitian terha -
dap bijih besi, meliputi penelitian modulasi melalui reduksi
langsung, di samping pemanfaatan cadangan bijih besi melalui
proses tanur tiup (blast furnace). Hal ini antara lain diada-
kan, mengingat bahwa pemakaian bijih besi bagi setiap masya-
rakat yang makin maju akan selalu meningkat, terutama menje-
lang tahap industrialisasi. Dengan makin meningkatnya pema -
kaian besi cor telah diteliti pula kemungkinan untuk mengha-
silkan besi cor bermutu tinggi. Dalam kegiatan ini diperguna -
kan timah dalam usaha memperbaiki sifat-sifat besi cor yang
berjenis modular maupun kelabu. Jenis-jenis besi cor ini di-
perlukan oleh produksi komponen mesin-mesin berkualitas ting-
gi, seperti gelang torak (piston ring), cetakan (mould), la-
ras senapan dan lain-lain.

Telah diteliti pula bijih nikel laterit, melalui proses


ekstraksi maupun pemrosesan terhadap bijih nikel laterit yang
berkadar rendah. Mengingat bahwa Indonesia merupakan negara
ke-3 terbesar dalam pemilikan cadangan nikel laterit (sekitar
500 juta ton dengan kadar 0,5 - 2,5%), maka penelitian nikel
merupakan kegiatan yang penting. Penelitian ini masih terus
dilanjutkan dan kini beralih ke teknologi hidrometalurgi demi
ekstraksi nikel yang lebih tinggi kualitasnya dalam usaha me -
misahkannya dari mangan.

Demikian pula penelitian diadakan terhadap krom (Cr)


dengan usaha pengerasan dari krom untuk dipergunakan bagi
benda kerja yang dibuat dari besi atau kuningan. Kombinasi
ini terutama dipergunakan dalam pembuatan laras senapan, ge-
lang torak (piston ring) dan lain-lain.

Aluminium yang memiliki potensi proteksi baja mempunyai


kapasitas luaran arus yang jauh lebih baik dari pada seng
(Zn) atau mangan (Mg). Tetapi sebaliknya, oksidasi aluminium

XVII/34
mengakibatkan penurunan kemampuan yang jauh lebih rendah
dibandingkan dengan kedua logam tadi. Untuk itu diusahakan
pengadaan paduan berbagai jenis logam seperti dengan indium,
sang, timah, mangan dan kadmium untuk tujuan yang sama. Demi -
kian pula telah diteliti paduan karbon aluminium untuk melin -
dungi penggunaan baja di lingkungan laut.

Dalam bidang pengembangan metalurgi untuk keperluan in-


dustri telah dilanjutkan usaha pemanfaatan bahan-bahan
bangunan dalam negeri. Untuk itu diperlukan peningkatan mutu
bahan bakunya. Dalam tahun-tahun yang lalu telah diadakan
penelitian terhadap bahan baku untuk batu ubin serta usaha
pengadaan keramik magnetik yang diperlukan oleh berbagai in-
dustri. Peningkatan kualitas batu ubin telah dicapai melalui
pemrosesan ultrasonik terhadap bahan dasarnya, sehingga
mengurangi porositasnya. Sejak akhir Repelita III telah di -
usahakan peningkatan mutu bahan dasar batu bata agar tahan
api.

Dengan hasil-hasil yang dicapai dalam bahan bangunan, di -


harapkan penelitian dapat menunjang produksi bahan bangunan
dalam negeri dan mengurangi saingan batu ubin, batu bata dan
keramik magnetik dari luar negeri. Selain itu juga dilanjut -
kan penelitian pengadaan bahan baku bangunan yang terdiri
dari kayu komposit, sebagai hasil campuran dengan semen. Ba -
han ini memiliki daya tahan besar terhadap api dan air.

Sementara itu penelitian dalam aneka industri meliputi


pengkajian kebutuhan dalam negeri dan komoditi ekspor seperti
untuk industri pangan, sandang, barang logam, alat angkut,
rayon, karet bongkah, kayu lapis, dan rokok kretek.

Demikian pula telah diteliti persiapan kemampuan industri


permesinan di Indonesia. Penelitian dalam bidang industri ke-
cil meliputi keterkaitan industri kecil dengan industri me -
nengah, pencadangan industri kecil, penelitian mengenai ber-
bagai sistem produksi untuk industri kecil bahan bangunan,
bahan logam, bahan kulit dan bahan rotan sebagai beberapa ba -
han yang sekaligus merupakan komoditi ekspor. Dalam Repelita
III telah dilakukan sebanyak 1.083 penelitian yang juga di -
lakukan oleh berbagai lembaga penelitian maupun balai-balai
industri. Bantuan kepada industri juga diberikan melalui
pengujian hasil-hasil mereka, yang dimaksudkan sebagai per-
lindungan/jaminan mutu kepada konsumen di dalam negeri, yang
dikaitkan dengan Standar Industri Indonesia (SII).

Penelitian pengembangan instrumentasi dan metrologi me-

XVII/35
liputi pengembangan alat-alat seperti alat pembatasan aliran
air minum yang dibuat dari plastik serta relatif murah dan
mudah pemasangan dan pengoperasiannya. Demikian pula telah
dirancang prototip alat pengontrol saluran minyak di daerah
terpencil/jarak jauh yang dikenal sebagai Proportional Integ-
ral Derivative/PID. Selain itu telah dirancang pula alat
pengukur pencemaran udara, khususnya sebagai akibat hasil
buangan kendaraan bermotor. Dalam hubungan ini diukur kuali-
tas udara, kecepatan kendaraan, kecepatan dan arah angin,
suhu serta kelembaban udara.

Alat-alat lain yang telah dibuat prototipnya ialah antara


lain :
- alat otomatik pengukur curah hujan;
- alat telemetri cuaca;
- jembatan timbang berpindah-pindah (mobile);
- alat sistem deteksi kendaraan untuk jalan bebas hambatan
Jakarta-Tangerang.

Pengembangan prototip lainnya dalam bidang instrumentasi op-


tik, antara lain mencakup :
- hologram manual;
- sistem optik tidak simetrik;
- zoom eyepiece dengan panjang fokus 25 mm;
- dioptometer, yaitu alat pengukur cacat pembiasan untuk
mata statik demi pengadaan koreksi.

Dalam bidang instrumentasi metrologi telah berhasil dibuat :


- goniometer yang merupakan bola integral dalam pengu-
kuran arus pancar (=luminous flux);
- meja ukur dimensional sebagai alat kalibrasi dari ob -
yek yang panjang dan mencapai 2.300 mm.

e) Wahana Industri Rekayasa

Dalam rangka mengembangkan industri rekayasa di Indone-


sia, telah dikembangkan berbagai prototip peralatan untuk in-
dustri kecil dan pedesaan, seperti prototip pengering ikan,
pengering hasil pertanian (cabai dan bawang), peralatan pe-
nunjang industri bahan bangunan tanah list, mesin perontok
padi serta peralatan pengupas singkong untuk daerah transmi-
grasi dan sebagainya.

Dalam bidang industri rekayasa telah dilakukan pula ber-


bagai pengkajian yang mencakup bidang industri gula, kelapa
sawit, semen, pengolahan kimia, pengolahan hasil pertanian,
industri mesin dan peralatan pabrik. Di samping itu telah di-

XVII/36
teliti pengembangan teknologi untuk menunjang industri alat
dan mesin pertanian, seperti traktor pertanian, alat-alat
berat dan alat perlengkapannya.

(f) Wahana Industri Energi

Pengkajian energi dilakukan dalam usaha untuk menganali-


sa kebutuhan jangka panjang dan penyediaan energi, pengem-
bangan energi non-konvensional, termasuk energi yang dapat
diperbaharui/adakan kembali.

Dalam kaitan ini antara lain pabrik percontohan etanol


di Lampung yang membuat bahan bakar dari ubi jalar dan sing -
kong, mempunyai kapasitas 15.000 liter/hari. Demikian pula
diadakan penelitian terhadap perbedaan suhu air laut sebagai
sumber energi (OTEC). Penelitian ini baru mencapai tahap la-
boratorium, mengingat bahwa biaya penerapan teknologi ini
belum memenuhi syarat ekonomis.

Suatu usaha lain untuk membantu penyebaran listrik di


daerah pedesaan, ialah pengadaan pembangkit tenaga listrik
minihidro (PLTM) antara lain dengan daerah percobaan di
Plered/Jawa Barat serta di Waikelo Sawah dan Waikabubak di
Sumba Barat. Juga diusahakan pengadaan energi berdasarkan
proses kimiawi dari berbagai tumbuh-tumbuhan, seperti dari
eceng gondok maupun lamtoro untuk biogas. Khususnya pengadaan
energi dari lamtoro diperkirakan dapat membantu memberikan
suatu sumber penghasilan baru kepada daerah-daerah kritis,
karena lamtoro dapat tumbuh dengan mudah. Demikian pula ter-
sebarnya eceng gondok di berbagai daerah memungkinkan peng-
gunaannya untuk pengadaan energi baru sebagaimana dilaksana-
kan di Cilangkap, Purwakarta (Jawa Barat) dan di desa Kerinci
(Sumatera Barat). Penggunaan lamtoro untuk energi dilaksana-
kan di Kabupaten Sleman (Yogyakarta).

Sumber energi yang telah dikenal seperti batubara di-


kembangkan kembali seperti pengembangan batubara di daerah
Bangko, khususnya melalui proses gasifikasi dari batubara
coklat untuk dijadikan briket-briket, maupun kokas.

Pengembangan tenaga listrik geotermal dikembangkan lebih


lanjut di daerah Banten (Jaws Barat) dan di bagian selatan
dari Jawa Barat.

(g) Wahana Industri Alat dan Mesin Pertanian

Pengkajian industri alat-alat pertanian diperlukan dalam

XVII/37
rangka menata kembali dan mengadakan persiapan analisa teknis
untuk pembinaan industri pertanian. Untuk itu diusahakan pe-
nemuan suatu tahap mekanisme yang serasi untuk daerah pedesa-
an dalam usaha mencapai hasil-hasil sektor pertanian. Untuk
itu dalam tahun 1984/85 sedang dikaji pengembangan traktor
tangan untuk mengerjakan tanah-tanah pertanian yang luas atau
tanah-tanah yang sudah kurang produktif dan akan memberikan
hasil lebih rendah lagi, apabila terus ditangani secara tra -
disional.

(h) Wahana Industri Pertahanan dan Keamanan

Dalam usaha menangani dan memproduksi sebanyak mungkin


bahan dalam negeri untuk keperluan pertahanan dan keamanan,
terutama senjata ringan dengan pengecoran yang tepat, telah
diadakan berbagai penelitian. Selain itu diadakan penelitian
dan pengkajian terpusat, pembuatan prototip dan uji coba dari
rantai tank, sistem persenjataan, pengawasan wilayah, jalur
logistik serta kemampuan wilayah. Mengingat bahwa wilayah
terluas di Indonesia merupakan lautan, diperlukan pula peng-
inderaan dan pengendalian lautan secara cepat dan cermat.
Dalam kaitan ini dikembangkan berbagai gagasan, dengan antara
lain penentuan pangkalan utama Angkatan Laut di Teluk Ratai/
Lampung.

(i) Wahana Industri Perangkat Lunak

Untuk pertumbuhan kegiatan berbagai bidang ekonomi lain-


nya, dilakukan pula berbagai penelitian dan kegiatan untuk
memperkuat perangkat lunak. Untuk itu dikembangkan lebih lan -
jut berbagai kegiatan antar-lembaga/departemen dalam tukar-
menukar informasi dan penyusunan dokumentasi industri, me-
ningkatkan kemampuan para peneliti dan mengadakan kaderisasi
penelitian untuk masa depan.

Suatu sarana penunjang yang sangat penting dalam usaha


mempercepat proses pembangunan, dalam hal ini melalui pening -
katan sinkronisasi pemikiran-pemikiran ilmiah, ialah pengem-
bangan PEPUNAS (dalam Repelita II dan III) menjadi Dewan
Riset Nasional (DRN) melalui Kepres no. 1 Tahun 1984. Melalui
berbagai rapat koordinasi nasional antar instansi, dapat di-
tentukan bersama sasaran-sasaran penelitian yang dapat dica-
pai dalam jangka pendek maupun jangka panjang, guna mencapai
sasaran-sasaran pembangunan dalam berbagai sektor dengan se-
efisien mungkin.

Suatu sarana untuk peningkatan keberhasilan penelitian

XVII/38
dan pengkajian berbagai bidang dalam menunjang berbagai sek-
tor dalam pembangunan, ialah jumlah berbagai tenaga peneliti
dalam berbagai bidang. Ternyata bahwa peneliti mulai dari
tingkat di bawah sarjana muda sampai dengan tingkat doktor
untuk bidang ilmu sosial dan ilmu kemanusiaan mencapai angka
persentase yang tertinggi yaitu 29,9 %, disusul oleh para
ahli dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi, ma-
sing-masing mencapai 21,5 % dan 21,4 % untuk kemudian disusul
oleh para ahli dalam bidang pertanian (19,8 %) dan kemudian
baru ahli dalam bidang ilmu kesehatan (7,3 %). Jumlah keselu-
ruhan ahli yang terdaftar dalam tahun 1983/84 dan bergerak
dalam bidang penelitian dan pengkajian mencapai 29.857 orang.

d. Program Utama Nasional Riset dan Teknologi dalam bi-


dang Pertahanan dan Keamanan (PUNAS-RISTEK IV).

Dalam usaha mengurangi ketergantungan kepada luar nege-


ri, sesuai dengan pengarahan Garis-garis Besar Haluan Negara
tahun 1983, perlu dikembangkan industri pertahanan dan keama-
nan di Indonesia. Hal ini dilakukan dalam (a) upaya moderni -
sasi, dengan sekaligus memperhatikan agar digunakan peralatan
dan perlengkapan hasil produksi dalam negeri; dan (b) dalam
rangka peningkatan kemampuan pemeliharaan dan perawatan untuk
menjamin kesiapan peralatan yang dipergunakan.

Dalam kaitan ini semenjak Repelita III telah dikembang-


kan beberapa senjata ringan dan sedang, dilaksanakan pengem-
bangan kemampuan produksi roket, ditingkatkan kemampuan pro-
duksi baik peralatan transportasi maupun pemeliharaan perala-
tan dan komponen-komponennya, yang kesemuanya dilaksanakan
dalam rangka pengembangan industri Hankam di Indonesia. Bebe-
rapa hasil yang dicapai dalam tahun 1984/85 ialah produksi
bubuk metalurgi, penggunaan karbid, peningkatan laboratorium,
balistik terpusat, pembuatan prototip dan uji coba rantai
tank, pengembangan sistem persenjataan, pengawasan wilayah
dan jalur logistik serta pembinaan dan pengendalian wilayah
perairan Indonesia.

e. Program Utama Riset dan Teknologi dalam bidang So-


sial Ekonomi, Falsafah, Budaya, Hukum dan Perundang-
undangan (PUNAS-RISTEK V).

Sebagai wahana yang ke-8 dalam proses transformasi menu-


ju ke industrialisasi, kegiatan dalam bidang penelitian dalam
PUNAS ini ditujukan untuk menemukan masalah-masalah yang da-
pat menghambat pembangunan, ataupun berbagai kebijaksanaan

XVII/39
yang telah diadakan demi kelancaran berbagai kegiatan pem-
bangunan.

Dalam usaha memperoleh gambaran yang lebih jelas menge-


nai perkembangan sejarah politik di Indonesia, telah diteliti
antara lain fungsi DPR dalam teori dan praktek, perkembangan
budaya dan pendidikan politik di Indonesia, perkembangan pe -
mikiran sosial politik (periode 1908-1928), perkembangan dan
prospek kerjasama dalam lingkup ASEAN, serta dampak politik
luar negeri berbagai negara terhadap wilayah Asia Pasifik.

Telah dilaksanakan pula studi orientasi nilai-nilai so-


sial budaya dari berbagai masyarakat, seperti masyarakat di
Aceh, Jawa, Bugis, Ngada (di Flores) dan lain-lain.

Selain itu dari berbagai studi diperoleh data antara


lain mengenai dampak silang perkembangan industri dan sistem
nilai budaya masyarakat, serta tentang kehidupan antar-umat
beragama dalam rangka peningkatan integrasi nasional.

Pada akhir Repelita III dan awal Repelita IV diadakan


penelitian mengenai dampak industrialisasi dan kemampuan daya
serap tenaga kerja Baru di kota-kota besar seperti Surabaya,
Semarang, Bandung dan Jakarta. Demikian pula telah diteliti
keterkaitan industri kecil dan menengah dengan industri besar
di daerah Semarang, Surakarta dan Yogyakarta, maupun dampak
sosial dari penkembangan industri besar di Sumatera Utara.

Masalah perpindahan penduduk di daerah JABOTABEK telah


memperoleh perhatian pula mengingat perkembangan yang terus
menerus dan perluasan dari wilayah DKI-Jakarta.

Beberapa penelitian telah memperhatikan peranan wanita


dalam pembangunan, seperti penelitian di Sumatera Barat, Jawa
Timur, dan Bali. Selanjutnya telah diteliti profil tenaga
kerja wanita di sektor informal terutama di Sumatera; tenaga
kerja anak-anak dan buruh wanita dalam subsektor industri ro-
kok dan pertekstilan; peranan anak yang putus sekolah; kea -
daan tenaga kerja wanita di Indonesia dan keadaan rumah tang-
ga di Indonesia; dan kesejahteraan buruh dan keluarganye.

Dalam bidang ketenagakerjaan telah dihasilkan 94 buah


penelitian yang berusaha memberi jawaban terhadap perkembang-
an masalah ketenagakerjaan di Indonesia, seperti penelitian
masalah kesempatan kerja di kota-kota baser; perlindungan dan
perawatan buruh tani; masalah tenaga kerja anak-anak dan wa-
nita; penyerapan teknologi dalam produksi dalam rangka penye-

XVII/40
rapan tenaga kerja dan investasi di bidang perikanan; usaha -
usaha untuk mendorong pengupahan bagi jenis pekerjaan yang
bersifat padat karya; bidang industri kecil rakyat; sektor
informal di daerah pedesaan; masalah tenaga kerja mandiri me-
lalui jenis-jenis keterampilan yang mampu menunjang Mini In-
donesia Estate (MIE); dan kebijaksanaan pemerintah dan peru-
sahaan-perusahaan di sektor industri dalam menciptakan hu-
bungan perburuhan Pancasila.

B. STATISTIK

1. Pendahuluan

Pembangunan nasional memerlukan dukungan sistem informa-


si yang semakin maxitap dan canggih. Statistik merupakan satu
bentuk informasi yang penting bagi penyusunan rencana dan
kebijaksanaan pembangunan nasional maupun untuk mengukur ha-
sil-hasil yang dicapai dalam pelaksanaan program-program
pembangunan. Statistik mendukung pengembangan kemampuan pene-
litian ilmiah di dalam negeri karena informasi ini merupakan
bahan dasar bagi kegiatan penelitian-penelitian tersebut,
terutama dibidang ekonohti, kependudukan dan kemasyarakatan.
Dalam jangka panjang tersedianya data statistik yang baik dan
merata bagi masyarakat umum, juga merupakan satu unsur penting
dalam upaya meningkatkan kecerdasan bangsa.

Arti penting dari tersedianya data statistik yang leng-


kap, mutakhir dan dapat dipercaya telah disadari, sehingga
sejak Repelita I pembangunan perstatistikan telah menjadi ba-
gian integral dari pembangunan nasional.

2. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Oleh karena statistik merupakan pendukung bagi pemba-


ngunan nasional, maka prioritas pembangunan perstatistikan
selalu dikaitkan dengan prioritas pembangunan pada setiap
tahap pembangunan.

Dalam Repelita I perbaikan statistik pertanian, melalui


perbaikan sistem monitoring produksi pangan dan pelaksanaan
Sensus Pertanian mendapatkan prioritas utama karena persoalan
pokok pada waktu itu adalah masalah pangan. Demikian pula,
statistik dasar kependudukan yang ada dirasakan sudah tidak
memadai untuk keperluan-keperluan perencanaan dan kebijaksa-
naan pembangunan maupun untuk keperluan lain yang mendesak
pada waktu itu, seperti pemilihan umum. Oleh sebab itu dalam
tahap pembangunan ini Sensus Penduduk juga memperoleh priori-

XVII/41
tas. Sensus ini ditunjang dengan Survai Sosial Ekonomi Nasio -
nal (Susenas) untuk mengetahui secara lebih terperinci karak-
teristik rumah tangga di Indonesia. Karena masalah stabilitas
ekonomi, terutama stabilitas harga, pada waktu itu menonjol,
maka perbaikan statistik perdagangan dan harga juga mempero -
leh prioritas. Selain itu direncanakan pula untuk mengadakan
perbaikan data statistik industri, yang merupakan sektor yang
sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Semua kegiatan
tersebut ditunjang dengan usaha perbaikan di bidang organisa-
si, personil dan peralatan dari aparat perstatistikan.

Dalam Repelita II arah pembangunan statistik dilanjutkan


dan diperluas dengan tujuan jangka panjang yaitu terciptanya
suatu sistem perstatistikan nasional yang terpadu. Karena ti-
tik berat pembangunan masih pada bidang ekonomi, maka perbaik-
an statistik untuk sektor-sektor ekonomi utama terus diting-
katkan. Sektor pertanian tetap merupakan prioritas dalam Re-
pelita II, sehingga penyempurnaan statistik pertanian dilan -
jutkan dan diperluas dari statistik tanaman pangan ke tanaman
perdagangan, peternakan, dan perikanan. Di sektor industri,
tekanannya adalah pada peningkatan statistik industri yang
mengolah hasil-hasil pertanian, sedangkan sektor-sektor eko-
nomi lain seperti pertambangan, konstruksi dan transpor juga
semakin memperoleh perhatian. Dengan tersedianya hasil-hasil
Sensus Penduduk 1971, statistik sosial dan kependudukan juga
menjadi semakin memadai baik dari segi mutu maupun cakupan-
nya. Untuk menunjang semua kegiatan tersebut, usaha penyem -
purnaan organisasi, perbaikan metode, peningkatan prasarana
dan keterampilan personil di bidang perstatistikan diting-
katkan.

Dalam Repelita III, dengan pertumbuhan dan stabilitas


yang semakin mantap, aspek pemerataan pembangunan semakin
memperoleh prioritas yang lebih besar lagi. Di samping itu,
sejalan dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai di sektor per-
tanian, peranan sektor industri semakin menonjol pula. Pem -
bangunan statistik dalam Repelita III juga mencerminkan
prioritas pembangunan tersebut. Sensus Penduduk dilaksanakan
lagi pada tahun 1980. Susenas disempurnakan dan diperluas
agar dapat memonitor secara lebih baik dampak pembangunan
pada berbagai kelompok rumah tangga di semua propinsi. Per -
hitungan Pendapatan Nasional dan Regional disempurnakan dan
disusun “peta” ekonomi nasional, dalam bentuk Tabel Input-
Output dan selanjutnya berupa Sistem Neraca Sosial Ekonomi.
Sensus Pertanian juga dilaksanakan dalam tahun 1983, dengan
cakupan yang lebih luas, serta penyempurnaan-penyempurnaan
lain termasuk perhatian khusus pada kelompok petani-petani

XVII/42
kecil. Perbaikan dalam metode pengumpulan dan pengolahan sta -
tistik-statistik sektoral, seperti statistik industri, ekspor-
impor, perhubungan, konstruksi, pariwisata dan sebagainya di-
lanjutkan.

Pengembangan perstatistikan dalam Repelita IV merupakan


kelanjutan dari program pengembangan perstatistikan yang telah
dilaksanakan dalam Repelita III dan Repelita-Repelita se-
belumnya. Kebijaksanaan pembangunan tetap berlandaskan pada
Trilogi Pembangunan dan pelaksanaan Delapan Jalur Pemerataan
makin diperluas. Pengembangan perstatistikan dalam Repelita
IV diarahkan untuk menunjang kebijaksanaan tersebut dan seka -
ligus diusahakan tetap dalam rangka pengembangan sistem per-
statistikan nasional terpadu dalam jangka panjang. Dalam ta -
hap ini direncanakan untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan
lanjutan Sensus Pertanian 1983, melaksanakan Sensus Ekonomi
1986 serta mulai mempersiapkan Sensus Penduduk 1990. Di sam-
ping itu akan lebih disempurnakan pelaksanaan Susenas, per-
hitungan statistik-statistik makro seperti Pendapatan Nasio-
nal dan Regional, Neraca Sosial Ekonomi Nasional dan Tabel
Input-Output. Survai Penduduk Antar Sensus (Supas) direncana-
kan untuk dilaksanakan pada tahun 1985 dan Survai Biaya Hidup
pada tahun 1988. Kemampuan para petugas statistik terus di-
tingkatkan melalui penataran-penataran dan pendidikan lanjut-
an, sedangkan prasarana dan sarana fisik, khususnya yang me-
nyangkut ruang kerja, mobilitas bagi petugas lapangan serta
perlengkapan/peralatan lainnya akan ditingkatkan.

3. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan

Sejak Repelita I perstatistikan telah mengalami perkem-


bangan yang pesat, baik dilihat dari segi kuantitas maupun
kualitasnya.

Selama Repelita I telah dicapai perbaikan-perbaikan yang


berarti dalam bidang statistik pertanian, khususnya produksi
pertanian pangan. Suatu tim perbaikan statistik pertanian te -
lah bertugas untuk mengembangkan suatu sistem pencatatan dan
laporan yang lebih baik dan seragam untuk seluruh Indonesia.
Sensus Pertanian telah dilaksanakan dalam tahun 1973 dan pem-
rosesan hasil-hasilnya dapat diselesaikan pada awal Repelita
II. Hasil-hasil Sensus ini meningkatkan jumlah dan mutu sta-
tistik pertanian pada umumnya. Di bidang statistik harga,
pengumpulan dan pelaporan data mengenai harga bahan-bahan po -
kok menjadi lebih cepat dan mencakup semua ibu kota daerah
Tingkat II (kecuali Irian Jaya). Sistem pengolahan data eks -
por dan impor juga telah mengalami perbaikan dalam hal ling-

XVII/43
kup serta jumlah dan jenis data yang dihasilkan. Studi ten-
tang pendapatan regional telah diselenggarakan dengan mengi-
kutsertakan pemerintah daerah dan universitas. Kegiatan yang
penting lainnya adalah diselenggarakannya Sensus Penduduk pa-
da tahun 1971 , yang menghasilkan data kependudukan yang lebih
lengkap dan mutakhir. Dalam hal personil dan peralatan, telah
diselenggarakan latihan dan penataran serta perbaikan sistem
peralatan pengolahan termasuk penyediaan perangkat lunak dan
operator guna pelayanan komputer.

Dalam Repelita II pengumpulan data statistik pertanian


tanaman pangan mengenai luas panen, produksi dan ramalan su-
dah cukup memadai dan segi produksi ini mulai dihubungkan
dengan data hasil Susenas untuk segi konsumsinya. Kegiatan
baru yang menonjol pada waktu itu adalah dilaksanakannya Sur-
vai Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang pertama, pada ta-
hun 1976 yang telah meningkatkan tersedianya informasi menge-
nai karakteristik angkatan kerja di Indonesia. Survai ini se-
lanjutnya dipadukan dengan Susenas sebagai salah satu modul-
nya. Dalam periode ini juga dilaksanakan Survai Penduduk
Antar Sensus (Supas) 1975, Sensus Industri 1974 dan Sensus
Konstruksi 1975 . Di bidang statistik makro, statistik Penda-
patan Nasional/Regional disempurnakan dalam kerangka pengem-
bangan Statistik Neraca Nasional dan penyusunan Tabel Input-
Output mulai dilaksanakan.

Selanjutnya dalam Repelita III kegiatan-kegiatan survai


penting yang dilaksanakan mencakup Sensus Penduduk 1980, Sen-
sus Pertanian 1983 dan Susenas. Sensus Penduduk 1980 menggu-
nakan daftar isian dan konsep definisi yang disempurnakan se-
hingga bisa menghasilkan tabulasi serta analisa yang lebih
lengkap dan lebih terperinci dibanding dengan Sensus Penduduk
1971. Sensus Pertanian 1983 dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu
pengumpulan data umum dan data tanaman pangan yang terperinci
dalam tahun 1983 sebagai tahap pertama, dan pengumpulan data
terperinci mengenai non-tanaman pangan pada tahun 1984. Ke-
giatan Sensus Pertanian 1983 yang dilaksanakan dalam tahun
1983/84. meliputi pendaftaran dan pelaksanaan Sensus Sampel
Rumah tangga Pertanian, Sensus Lengkap Koperasi Unit Desa,
Sensus Lengkap Potensi Desa, Survai Evaluasi Pasca Sensus dan
Sensus Lengkap Perkebunan Besar. Susenas, yang dilaksanakan
secara periodik, dimantapkan sistem pelaksanaannya sehingga
bisa mencakup secara lebih luas aspek-aspek kehidupan rumah
tangga, dengan cara pemakaian sistem modul yang diatur secara
bergantian. Modul-modul tersebut adalah (a) konsumsi/penge-
luaran dan pendapatan rumah tangga, (b) angkatan kerja dan
kegiatan ekonomi rumah tangga, dan (c) perumahan dan ling-

XVII/44
kungan hidup serta data sosial ekonomi penduduk. Modul (c) ba -
ru dilaksanakan dalam Repelita IV. Di bidang statistik makro,
yang perlu dicatat adalah dimulainya penyusunan Sistem Neraca
Sosial Ekonomi, yang bisa menggambarkan aspek distribusi pen-
dapatan secara lebih jelas dibanding dengan data Pendapatan
Nasional/Regional dan Tabel Input-Output.

Dalam tahun pertama Repelita IV (1984/85) telah dilak-


sanakan 8 kelompok proyek pembangunan di bidang perstatisti-
kan, yaitu:

(a) Peningkatan Data Statistik dan Perbaikan Statistik Per-


tanian.
(b) Penyempurnaan dan Pengembangan Statistik Pendapatan Na-
sional, Regional dan Tabel Input-Output.
(c) Survai Sosial Ekonomi Nasional.
(d) Sensus Pertanian 1983.
(e) Sensus Ekonomi 1986.
(f) Survai Penduduk Antar Sensus 1985.
(g) Peningkatan Keterampilan Pegawai Statistik.
(h) Peningkatan Prasarana Fisik.

a. Peningkatan Data Statistik dan Perbaikan Statistik


Pertanian

Proyek ini bertujuan untuk menyempurnakan statistik me-


ngenai berbagai sektor, yang umumnya perlu disajikan secara
berkala, dan mencakup penyempurnaan statistik pertanian ta-
naman pangan, konstruksi, industri, pertambangan besar, lis-
trik, harga konsumen, harga perdagangan besar, harga produ-
sen, keuangan, perdagangan luar negeri, perdagangan/penyalur-
an dalam negeri, hotel dan wisatawan, perhubungan, upah,
serta kegiatan-kegiatan yang menyangkut analisa, pengembangan
metode, klasifikasi industri, sistem informasi yang menunjang
kegiatan-kegiatan penyempurnaan statistik sektoral tersebut
di atas. Dalam tahun 1984/85 sebagian besar dari hasil-hasil -
nya telah diterbitkan dalam berbagai publikasi, sedang yang
lainnya masih dalam bentuk naskah untuk dicetak.

b. Penyempurnaan dan Pengembangan Statistik Pendapatan


Nasional, Regional dan Tabel Input-Output.

Proyek ini bertujuan untuk menyempurnakan statistik Pen-


dapatan Nasional dan Regional dalam rangka mewujudkan suatu
Sistem Neraca Nasional yang lengkap dan terpadu. Sampai de -
ngan akhir tahun 1984/85, proyek ini telah menghasilkan publi-
kasi statistik Pendapatan Nasional (sampai tahun 1983), Pen-

XVII/45
dapatan Regional setiap Propinsi (belum termasuk Timor Timur)
sampai tahun 1982, Tabel Input-Output 1980 dan Sistem Neraca
Sosial Ekonomi Indonesia 1975.

c. Survai Sosial Ekonomi Nasional

Tujuan proyek ini adalah untuk melaksanakan dan lebih


menyempurnakan Susenas, sebagai sumber data utama mengenai
rumah tangga di Indonesia, sehingga perkambangan kesejahteraan
berbagai kelompok rumah tangga bisa diamati dan dimonitor se -
cara regular. Data semacam ini sangat penting bagi usaha me-
monitor hasil pemerataan pembangunan antar kelompok rumah
tangga.

Sampai dengan akhir tahun 1984/85, berbagai data mengenai


konsumsi/pengeluaran rumah tangga, keadaan sosial-budaya dan
kesehatan, indikator kesejahteraan rumah tangga, perumahan
dan lingkungannya dan lingkungan hidup di Indonesia sampai
dengan keadaan pada tahun 1982 telah dihasilkan. Sejumlah
publikasi mengenai aspek-aspek tersebut telah pula diterbit-
kan.

d. Sensus Pertanian 1983


Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan Sensus
Pertanian yang kegiatan pengumpulan datanya sebagian besar
sudah diselesaikan dalam tahun 1983/84. Dalam tahun 1984/85
ini kegiatan lanjutan tersebut meliputi Sensus Lengkap Peru-
sahaan Pertanian Lainnya, Sensus Sampel Perikanan Laut dan
Tambak, Sensus Sampel Tanaman Perkebunan Rakyat dan Sensus
Pendapatan Petani. Kegiatan pengolahan dan analisa data serta
publikasinya direncanakan seluruhnya selesai pada tahun
1987/88. Dalam tahun 1984/85, 5 publikasi telah bisa disele-
saikan.

e. Sensus Ekonomi 1986


Sensus ini merupakan sensus terpadu untuk semua sektor
ekonomi (kecuali sektor pertanian, yang sudah dicakup Sensus
Pertanian 1983), yaitu mencakup sektor pertambangan dan peng -
galian; industri pengolahan; listrik, gas dan air; konstruk -
si; perdagangan besar, eceran dan rumah makan serta hotel;
pengangkutan, pergudangan dan komunikasi; keuangan asuransi,
usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan; jasa ke -
masyarakatan, sosial dan perorangan; serta subsektor kehutan -
an. Data yang dicakup mencakup cara pengusahaan, bentuk badan
hukum/usaha, status permodalan, pekerja, upah/gaji, produk -
si, biaya, pembentukan modal, nilai tambah dan sebagainya.

XVII/46
Hasil-hasil Sensus ini diharapkan dapat dijadikan dasar-dasar
penyusunan statistik sektoral yang lebih baik, khususnya data
perusahaan yang lengkap dan terpercaya.

Dalam tahun 1984/85 kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan


masih merupakan tahap perencanaan dari Sensus tersebut dan
meliputi percobaan lapangan dan penelitian kelengkapan daftar
nama dan alamat perusahaan untuk masing-masing sektor. Ke-
giatan utama sensus akan dilaksanakan dalam tahun 1985/86 dan
1986/87, sedangkan kegiatan-kegiatan pengolahan, analisa dan
publikasi direncanakan berlanjut sampai tahun 1989/90.

f. Survai Penduduk Antar Sensus 1985

Tujuan survai ini adalah untuk memperkirakan jumlah pen-


duduk dalam kurun waktu antara dua sensus; tingkat kelahiran,
tingkat kematian dan kepindahan penduduk; keadaan sosial-eko-
nomi penduduk yang terkait dengan perilaku kependudukan, ser-
ta mendapatkan keterangan tentang bangunan dan tempat tinggal
penduduk. Data kependudukan dan sosial-ekonomi tersebut men-
cakup data mengenai umur, hubungan keluarga, jenis kelamin,
status perkawinan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, perka-
winan, fertilitas dan keluarga berencana, perpindahan pendu-
duk, kesehatan dan kematian angkatan kerja dan bangunan tem-
pat tinggal.

Sampai dengan tahun 1984/85 kegiatan yang dilaksanakan


berupa perencanaan dan percobaan lapangan. Kegiatan utama
pengumpulan data akan dilaksanakan dalam tahun 1985/86.

g. Peningkatan Keterampilan Pegawai Statistik

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan peningkat-


an keterampilan pegawai statistik sejak Repelita II. Tujuan
utama kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keterampilan di-
bidang teknis statistik bagi para petugas statistik dan ke -
terampilan administratif dan tata usaha keuangan bagi pegawai
non-statistik. Kursus dan pendidikan diadakan di Pusat dan di
5 pusat latihan yang terletak di Medan, Bandung, Semarang,
Surabaya dan Ujung Pandang. Dalam tahun 1984/85, jumlah lu -
lusan dan tamatan yang dihasilkan adalah 310 orang dari Kur -
sus Statistik Dasar, 28 orang dari Kursus Statistik Menengah,
30 orang dari Kursus Kaderisasi Pendapatan Regional, 200
orang dari Kursus Komputer, 35 orang dari Kursus Administrasi
Praktis, 28 orang dari Kursus Administrasi Lanjutan, 50 orang
dari Kursus Statistik, Pimpinan Kantor Statistik, 55 orang
dari Akademi Ilmu Statistik dan 13 orang sarjana statistik.

XVII/47
h. Peningkatan Prasarana Fisik

Proyek ini merupakan kelanjutan dari proyek peningkatan


prasarana fisik Biro Pusat Statistik yang dilaksanakan setiap
tahun sejak tahun kedua Repelita II. Tujuan utamanya adalah
untuk semakin meningkatkan prasarana dan sarana yang menun-
jang kegiatan operasional perstatistikan di Pusat dan di
daerah-daerah. Dalam tahun anggaran 1984/85 telah dilaksana-
kan kegiatan-kegiatan antara lain pembangunan edung kantor
(19 buah), rehabilitasi gedung kantor (15 buah), pembebasan
tanah (4.700 m2), penyediaan mesin stensil (17 buah), mesin
ketik (98 buah), rak dokumen (117 buah), line telkom (10
buah) serta berbagai peralatan operasional lainnya.

XVII/48

You might also like