Professional Documents
Culture Documents
(Hse) Confined Space
(Hse) Confined Space
slamet@mse.com.my
Rekan milist,
Cahyo Hardo
Hasanuddin
Nanang Jamil
Saya ingin menambahkan, satu hal penting lagi, bahwa "worker" dan
"permit issuer' yang akan terlibat dalam pekerjaan confined space
harus terlatih dan bersertifikat.
Hasil dari pelatihan ini akan mencetak pekerja-pekerja yang tahu dan
mampu bekerja pada confined space secara aman, dan juga dapat
melakukan rescue dengan cepat dan tepat apabila terjadi confined
space incident.
Arief Rahman T
Pak Nanang,
Mohon informasinya.
Nanang Jamil
Mungkin ada rekan lain yang bisa bantu jawab, biar diskusinya lebih
komprehensif.
Edyson Simorangkir
Dirman Artib
Pak Edyson,
Tetapi, ada yang mesti saya luruskan. Bahwa dalam sebuah audit,
sang auditor tidak hanya akan melihat secarik kertas untuk bukti
pemenuhan kesesuaian. Secarik kertas mungkin bisa menjadi awal
Informasi untuk melakukan audit. Bukti dapat juga berupa
mendemonstrasikan rangkaian aktivitas-aktivitas yang membentuk
rantai proses tertentu. Seorang auditor dapat meminta seseorang yg
telah mendapat sertifikat memperlihatkan kemampuan pengetahuan,
keterampilan, kecepatan dan lain-lainnya sesuai dengan apa yg
menjadi criteria dia dalam mendapatkan sertifikat tsb. Bukti audit juga
kenyataan fisik di sekitar lingkungan fasilitas objek yang diaudit.
Apabila dipersyaratkan dalam system untuk menggunakan "closed M-F
plug" untuk penyambungan sebuah kabel bertegangan untuk
pekerjaan sementara di lapangan, maka apabila auditor melihat bahwa
auditees menggunakan cara lain, maka auditor perlu mengobservasi
lebih dalam lagi kenapa hal ini bisa terjadi sebelum memutuskan
ketidaksesuaian dengan system "Sysem Non-conformance".
Saya setuju dengan Pak Slamet bahwa sertifikat belumlah bisa
mewakili kompetensi seseorang. Karena sertifikat bisa saja
merupakan bukti catatan kehadiran seseorang dalam training.
Kompetensi merupakan sebuah rangkaian proses yang sistematis dan
melibatkan persyaratan/standard yg ditetapkan, pelaksana
(personnel/organisasi) , pemberi jaminan (badan sertifikasi) ,
pengawas thd pemberi jaminan (akreditasi), pengawas thd pelaksana
(stake holders) , evaluasi terhadap standard kompetensi itu sendiri
oleh Interested parties.
Edyson Simorangkir
Dirman Artib
Soehatman Ramli
terimakasih
Suryanto, Slamet
Pak Soehatman,
mazsuez@yahoo.com.sg
Edyson Simorangkir
Crootth Crootth
Hasil dari pelatihan ini akan mencetak pekerja-pekerja yang tahu dan
mampu
bekerja pada confined space secara aman, dan juga dapat melakukan
rescue
dengan cepat dan tepat apabila terjadi confined space incident."
Asal tahu saja diluar negeri (USA) ada lembaga resmi namanya
Continuing Education Unit (CEU) yang bertugas memberikan jaminan
pada peserta training bahwa training providernya adalah bagus, dan
bagi para pesertanya diberikan bonus jika meneruskan kuliah
(biasanya S2) di suatu perguruan tinggi yang mengadopt CEU
(perguruan tingginya tentu saja terakan mendapat potongan SKS
sejumlah tertentu jika dia telah mengantungi sejkumlah tertentu CEU.
Sedangkan di Indonesia kita tahu hampir tidak ada lembaga training di
tanah air yang telah mengantungi sertifikasi CEU atau bekerja sama
dengan lembaga perguruan tinggi ternama untuk memberikan
potongan SKS (di ITB dikenal dengan nama EEU, Earning Education
Unit) bagi graduated student, sehingga bisa dikatakan pengertian
lembaga training tersebut kompeten atau tidak untuk kasus di
Indonesia sungguh bias.
saya juga kurang sepakat dengan kata kata Pak Suhatman berikut:
Saya kira dijaman sekarang tidak patut lagi kita langsung percaya
bahwa seorang yang berijazah pasti kompeten. Yang harus diselidiki
adalah lembaga yang memberikan ijazah apakah juga kompeten. Tidak
layak juga kita langsung percaya bahwa suster/dokter di semua rumah
sakit/poliklinik adalah kompeten, orang cenderung melihat
lembaganya terlebih dahulu, tentunya Pak Suhatman juga kalau
misalnya sakit (semoga jangan) memilih milih rumah sakit/dokternya
bukan?? tidak asal kan? kecuali mungkin sangat darurat keadaannya.
Kita tentunya masih ingat kasus komanya Ayu Sukma di salah satu
rumah sakit ternama bukan???
Nanang Jamil
Saya sangat sependapat dan setuju, jika para praktisi melihat lembaga
trainingnya, siapa trainernya, dan saya sangat setuju sekali jika kita
tidak lihat "bule"nya.
Oleh karena itu, (ini bukan iklan mas tapi klarifikasi), Safetyco saya
bangun untuk memberikan alternatif, dimana rekan-rekan bisa
mendapat trainer berpengalaman (terutama di Pertamina dan Oil
&gas) dengan harga indonesia, instead of harga "bule".
Arief Rahman T
Oh iya, sebelum lupa, kebetulan beberapa waktu yang lalu kami dari
IIPS (Indonesia Institute for Process Safety) diskusi dengan salah satu
expert dibidang safety instrumented system dari India. Di India,
menurut cerita dia, saat ini sudah ada legislasi bahwa kalau ada
kecelakaan di dalam sebuat plant maka PLANT MANAGER di plant
tersebut yang paling awal akan diadili !!!
Dan dari cerita dia juga, saat ini sudah banyak Plant manager di India
yang dihukum akibat legislasi ini.
Pak Arief,
Saya tidak melihat korelasi antara tulisan pembuka anda tentang
makalah yg anda baca tentang kecelakaan fata di Melamine Chemical
Plant Netherland dengan 3 point yang anda kemukan setelahnya.
Dirman Artib
Arief Rahman T
Pak Dirman,
Ini yang saya keberatan bahwa untuk urusan masuk confined space
saja perlu diawasi dan di certificate oleh perusahaan lain dengan dalih
independensi.