You are on page 1of 12

MEtlTERIK'ESEHA:TAN REPUBLIKINOON'£StA

PERATtJRAN MENTERI KESEHATAN REPUBLII( INDONESIA NOMOR 028/MENKES/PERjI/2011



Menirnbang

Mengingat

TENTANG

KLlNIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPlJBLIK INDONESIA,

a. bahwa 'perkembangan penyelenggaraan fasilitas

pelayanan kesehatan semakin kompleks baik dari segi jumlah, jenismaupun bentuk pelayanannya;

b. bahwa kliriik sebagai salahsatu bentuk fasilitas

pelayanan kesehatan dibutuhkan

'tcrselenggaranya pelayanan kesehatan yang .diakses, .. terjangka,udan bermutu dalam rneningkatkan derajat kesehatan masyarakat;

c.bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor.

920jMenkesjPer/XH/ 1986 tentang Upaya Pelayanarr Kesehatan Swasta di Bidang Medik tidak sesuai lagi dengan perkernbangan ilrnu pengetahuan dan leknologi kedokteran serta otonorni daerah;

d. 'bahwa berdasarkan pertimbangan sebagairnana

dimaksud dalam hurufa, huruf b .dan huruf c" perlu .menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Klinik;

untuk mudah rangka

L Urtdang-Undang Nornor 29 Tahun2004 tentang Praktik Kedokteran (Lernbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nornor 116, Tambahan Lernbaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

2. 'Undang-Undang Nomor 3'2 Taboo 2004 tentang Pernerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nornor 125, Tarnbahan Lernbaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)1 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 200.8 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor32 Tahun 2004 teritang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20Q8 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik 1ndonesia Nornor 4844);

1

MEtlTERIK'ESEHA:TAN REPUBLIKINOON'£StA

3. 'Uudang-Undang Nomor 25 Tahun2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2009 Nomor 114, ·Tam'bahan Lernbaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);..

4. Undarig-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan [Lernbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nbm.or5063);

5.Peraturan Pernerintah Nomor 32 Tahun 1996 terrtang_ Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tabun 1996 Nomor 49, Tarnbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

6. Peraturan Perner'intah Nornor -38 Tahun 2007 tentang Pernbagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupatenz Kota [Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tarnbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomoi 8737);

7. Peraturan Pernerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarrnasian (Lernbaran Negara Republik Indonesia Tahun.20Cl9 Nomor 124; Tarnbahan Lerribaran Negara Republik Indonesia Nornor 5044);

8. Keputusan Menteri

364jMenkes/SK/IlI/2003 Kesehatan;

9.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

512/Menkes/PerjXj2007 Tentang Izin Praktik Dan

Pelaksanaan 'Praktik Kedokteran;

10.. PeraturanM·enteri Kesehatan Nomor

269/MenkesJPer/III/2008 tentang RekamMedis;

Kesehatan Nomor

. tetttang Lab ora toriurn

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nemer

290/Menkes/PerjIII/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;

12. PeraturanMenteri Kesehatan Nomor

657/Menkes/Per/\1I1I/2009 tentang Pengiriman dan Penggunaan Spesimen Klinik, Materi Biologik dan Muatan Informasinya;

1a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

411/ Menkes / Per JIll /2010 tentang Labora torium K1inik;

14.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1144/Menkes/PerjVIII/2010 ten tang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan

2

MEtlTERIK'ESEHA:TAN REPUBLIKINOON'£StA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERl KESEHATAN TENTANG KLINIK.

BABI KETENTUAN UMUM

Pasall

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

L Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatanperorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar danj'atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenagakesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis,

2. Tenagamedis adalah dokter, dokter spesialis, dokter .gigi atau dokter gigi .spesialis,

3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikarr-diri dalarn bidang kesehatan sertamemiliki pengetahuan darr/ atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu mernerlukan kewenangan untukmelakukan upaya kesehatan.

4. Meriteri adalah rnenteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

BAB II JENI8.

Pasa12

(1) Berdasarkan jenis pelayanannya, klinik dibagi menjadi Klinik Pratama dan. Klinik Utarna.

(2) Klinik Pratama sebagaimana dimaksud pada ayat (l)merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan rnedik dasar.

(3) Klinik Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan klinik yang .rnenyelenggarakan pelayanan rrredik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik.

(4) Klinik Pratama atau Klinik Utama sebagairnana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dapat mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit tertentu,

(5) Jenis -Klinik Pratama atau Klinik Utama sebagairnana dirnaksud pada ayat (4) .serta pedornan penyelenggaraannya ditetapkan olehMenteri,

3

MEtlTERIK'ESEHA:TAN REPUBLIKINOON'£StA

Pasal3

Klinik dapat diselenggarakan oleh pernerintah, .pemerintah daerah atau masyaraka t,

(1) Klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif; preven tif, kuratif dan rehabilitatif

(2) Pelayanan 'kesehatan sebagaimarra dimaksudpada ayat (I) dilaksanakan dalam,bentuk rawat j alan 1 one day care, rawat inap danjatau home care.

(3) Klinik yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 24 (dua puluh ernpat) jam harus rnenyediakan dckter serta tenaga kesehatan lain' sesuai kebutuhan yang setiapsaat berada di tempat.

Pasal-S

(1) Kepernilikan Klinik Pratama yang rnenyelenggarakan rawat jalan dapat secara perorangan atau berbentukbadan usaha.

(2) Kepernilikan Klinik Pratarna yang rnenyelenggarakan rawat inap dan Klinik Utama harus berbentuk badan usaha,

BABIl!

PERSYARATAN

Bagian Kesatu Umum

PaaalS

Klinik harus memenuhi -persyaratan lokasi, bangunan dan ruangan, prasarana, peralatan, dan ketenagaan,

Bagian Kedua Lokasi

Pasal7

(1) Lokasi pendirian klinik hams sesuai dengan tata ruang daerah masingmasmg,

(2) Pernerintah .daerah kabupatenZkota mengatur persebaran klinik yang diselenggarakan masyarakat di wilayahnya denganmemperhatikan kebutuhan pelayanan berdasarkan rasio jumlab penduduk.

4

MEtlTERIK'ESEHA:TAN REPUBLIKINOON'£StA

(3) Ketentuan rnengenai Iokasi dan persebaran klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku untuk klinik perusahaan ataul4inik instansi pemerintah tertentu yanghanya melayani karyawan perusahaan atau pegawal Instansi pemerintah tersebut.

Bagian' Ketiga Bangunan dan Ruangan

Pasa18

(1)

Klinik diselenggarakan pada bangunan yang . permanen dan tidak bergabung .dengan ternpat tinggal atauunit kerja Iainnya.

Bangunan klinik harus rnemenuhi persyaratan Iingkungan sehat

sesuai keten tuan peraturan perundang-undangan. -

Bangunan klinik harus memperhatikan fungsi, kearnanan, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian' pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut,

(2)

(3)

Pasal 9

Bangunan klinik paling sedikit terdiri .atas: a. ruang pendaftaranyruang tunggu;

b .ruang konsultasi _ dokter;

c. ruangadministrasi;

d. ruang tindakan; e.ruang farmasi;

f. .kamar mandt/wc;

g. ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan,

Bagian Keernpat Prasarana

Pasal 10

(1) Prasarana klinik meliputi:

a. instalasi air;

b. instalasi Iistrik;

c. instalasi sirkulasi udara;

d. sarana pengelolaan Iirnbah;

e. pencegahan dan penanggulangan kebakaran;

f. arnbulans, untuk klinik yang menyelenggarakan rawat inap; dan g.. sarana lainnya sesuai .kebutuhan.

(2) Prasarana sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) harus dalarn keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik.

5

MEtlTERIK'ESEHA:TAN REPUBLIKINOON'£StA

Bagian Kelima Peralatan

Pasal 11

(1) Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang mernadai sesuai dengan jenis pelayanan yan-g diberikan,

(2) Peralatan medis dan nonmedis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar mutu, keamanan, dan keselamatan.

(3) Selain memenuhi standarsebagaimana dimaksud pada ayat (2) peralatan medis harus memiliki izin edar scstrai ketentuan peraturan. perundang-undangan.

Pasal12

Peralatanmedis yang digunakan diklinikharus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh BalaiPengamanan Faailitas Kesehatan dan/ atau in stitusi penguji dan pengkalibrasi yang berwenang.

Pasal13

Peralatan me dis yang menggunakan Tamasi pengion harus mendapatkan izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 14

Penggunaan peralatan medis untuk kepentingan, -penegakan diagnosis, terapi dan rehabilitasi harus berdasarkan indikasi medis,

Bagian Keenam Ketena~aan

Pasal 15

(1) Pimpinan Klinik Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi.

(2) Pimpinan Klinik Utama adalah dokter spesialis .atau dokter glgl epesialis yang memilikikompetensi sesuai dengan jenis kliniknya.

(3) Pimpinan klinik sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) danayat (2} merupakan penanggung jawab klinik dan rnerangkap sebagai pelaksana pelayanan,

Pasal16

Ketenagaan klinik terdiri atas tenaga rnedis, tenaga kesehatan Jain dan tebaga non kesehatari.

6

MEtlTERIK'ESEHA:TAN REPUBLIKINOON'£StA

Pasal 17

(1) Tenaga medis pada Klinik Pratama minimal terdiri dari 2 (dua) orang dokter dan! atau doktergigi,

(2) Tenaga medis pada Klinik Utama minimal terdiri dari 1 (satu) orang dokter spesialis dari masing-masing spesialisasi sesuai jenis pelayanan yang diberikan.

(3) Klinik Utarna dapat mernpekerjakan dokter dan/atau dokter gigi sebagai tenaga pelaksana pelayanan medis,

(4) Dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hams memiliki kornpetensi setelah vmcngikuri pendidikan atau pelatihan sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan oleh klinik.

(5) Jenis, kualifikasi, dan jurnlah tenaga kesehatan lain serta tenaga non kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis. pelayanan yang diberikanoleh klinik. '

Pasal18

(1) Setiap tenaga rnedis yang berpraktik di klinik harus mempunyai Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik harus mempunyai Surat Izin sebagai tanda registrasi/ Surat Tanda Registrasi dan Sprat Izin.Kerja (SlK) atau Sunil IzinPraktik Apoteker(SlPA) sesuai ketentuan . peraturan perundang-undangan,

Pasal19

Setiap tenaga kesehatanyang bekerja .di klinik harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional, standar pelayanan.; etika 'profesi, menghormatihak pasien, rnengutamakan kepentingan dan

, , .

keselamatan pasien.

Pasa120

Klinik dilarang rnempekerjakan tenaga kesehatan warga negar~ asing,

BABIV PERIZINAN

Pasa121

(1) Untuk mendirikan dan .rnenyelenggarakan klinik harus mendapatjzin. dari pemerintah daerah kabupaten Zkota setelah mendapatkan rekomendasi dari dinas kesehatan kabupatenykota setempat,

7

MEtlTERIK'ESEHA:TAN REPUBLIKINOON'£StA

(2) Dinas kesehatan kabupateri/ kotamengeluarkan rekomendasi sebagaimana 'dimakeud padaayat (1) setelah klinik memenuhi ketentuan persyaratan klinik dalamPeraturan ini,

(3) Permohonan izin klinik diajukan dengan melampirkan:

a. surat rekomendasi dari dinas kesehatan setempat;

b. salinarr/fotokopi pendirian badan usaha kecuali .untuk kepemilikan. perorangan;

c. identitas lengkap pemohon;

d. surat keterangan persetujuan Iokasi dari pemerintah daerah setempat;

e.bukti hak kepernilikan atau penggunaan tanah atau izm penggunaan bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan bagi milik pribadiatau surat kontrak minimal selamaS (lima) tahun bagi yang menyewa bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan;

f. dokumen U paya Pengelolaan Lingkungan (UTI) dan U paya Pemantauan Lingkungan (UPL);

g.. profil klinik yang .akan didirikan meliputi struktur organisasi kepengurusan, tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, dan peralatan serta pelayanan yang diberikan; dan

h. persyaratan, administrasi lain sesuai dengan ketentuan rperaruran perundang- undangan.

(3) Izin klinik sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) diberikan untuk jangka waktu5 (lima) tahun dandapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan. perpanjangan 6 (enam) bulan sebelurn .habis masa berlaku izinnya.

(4) Pernerintah daerah kabupatenykota dalarn waktu 3 [tiga] bulan sejak permohonan diterima .harus menetapkanmenerima atau menolak permohonan izin atau permohonan perpanjanganizin,

(5) Permohonan yangtidakmemenuhi syarat ditolak oleh pemerintah daerah kabupaterr/ kota dengan rnemberikan alasan penolakannya secara tertulis.

BABV PENYELENGGARAAN

Pasal22

(1) KUnile yang menyelenggarakan pelayanan rawat map harus rnenyediakan:

a. ruang rawat Inap yang memenuhi persyaratan;

b. ternpattidur pasien minimal 5 (lima) danmaksimall0 (sepuluh);

c. tenaga medis dan keperawatan yang sesuai jumlah dan kualifikasinya;

8

MEtlTERIK'ESEHA:TAN REPUBLIKINOON'£StA

d. ·tenag-a gizi, tenaga analis kesehatan, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan' dan.'atau tenaganon kesehatan lain sesuai ke butuhan;--

e. dapur gizi;

f. pelayanan laboratoriurn Klirrik Pratama.

(2) Pelayanan rawat inaphanya dapat dilakukan maksimal .selarnaS (lima) had.

pasal23

(4)

(1) Klinik dapat menyelenggarakan pelayanan Iaboratorium klinik

(2.) Perizinan laboratorium klinik terintegrasi dengan.perizinan kliniknya.

(3) Apabila lahoratorium klinik merniliki sarana, prasarana, ketenagaan: dan kemampuan pelayanan melebihi kriteria dan per-syaratan klinik pratama maka laboratorium klinik sebagaimana dirnaksud pada ayat (i) harus memiliki izin sesuai dengan .ketenttranperatur'an perundangundangari ..

Persyaratan laboratorium klinik - meliputi ketenagaan, bangunan, peralatan, dan: kernampuan perneriksaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-uridangan.

Pasa124

(1) Klinik menyelenggarakan pengelolaan dahpelayanan kefarmasian melalui ruang farrnasi yang dilaksanakan oleh apoteker yang· memiliki kornpetensi dan kewenangan untuk itu.

(2) Apabila klinik . berada di daerah yang tidak terdapat apoteker sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelayanan kefarmasian dapat dilaksanakan oleh tenaga teknis kefarmasian sesuai dengan. ketentuan peraturan p erun dang- undangan,

(3) Ruang farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 'hanya dapat melayani reset> dari tenaga medis yang bekerja di klinik yang bersangkutan,

,Pasal25

Dalam mernberikan pelayanan, klinikberkewajiban:

a. memberikan pelayanan yang arnan, bermutu dengan mengutarnakan kepentingan terbaik pasien sesuai dengan stan dar profesi, stan d ar. pelayanan dan standar prosedur operasional;

b. rnernberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya tanpa rnerninta uang rnuka terlebih dahulu atau rnertdahulukan kepentingan fmansial;

9

MEtlTERIK'ESEHA:TAN REPUBLIKINOON'£StA

c. memperoleh persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan iinformed

consent);

d. menyelenggarakan rekammedis;

e. melaksanakan sistem rujukan;_

f. menolak keinginan pasien yang. bertentangan dengan standar profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan;

g: menghormati hak-hak pasien;

h. melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

L memiliki -peraturan internal dan standar prosedur operasional;

J. melaksanakan program pemerintah 'di bidang kesehatan baik secara regionalmaupun .nasional.

Pasal26

Penyelenggara klinik wajib:

a. memasang papan nama klinik;

b. membuat daftar tenaga.medis dan tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik beserta nornor Surat 'Tarida Registrasi dan Surat Izin Praktik (SIP) bagi tenaga medis dan surat izin sebagai tanda registrasi atau Surat Tanda Registrasi dan Surat Izirr Praktik Apateker (SIPA) atau-Surat Izin Kerja (SIK) bagi tenaga kesehatan lain;

c. melaksanakan pencatatan untuk penyakit-penyakit tertentu dan melaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten Zkota dalam rangka pelaksanaan program pernerintah sesuai ketentuan peraturan.

p erun dang- undangan, .

Pasal 27

(1) Besarnya tarn pelayanan klinik berpedoman ipada komponen jasa pelayanan danj asa sarana,

(2) Komponen jasa pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat {I} rneliputi:

a. jasa konsultasi;

b. jasa. tindakan;

c. jasa penunjang medik;

d. biaya pelayanan kefarmasian;

e. .ruang perawatan (untuk rawat inapl;

f. adrniniatrasi; atau

g. kornponen. lainnya yang menunjang pelayanan.

(4) Tarn atasjasasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan biaya penggunaan sarana dan fasilitas klinik, akornodasi, sediaan farmasi, bahan darr/ atau alat kesehatan habis pakai yangdigunakan.

dalam rangka pelayanan, '

10

MEtlTERIK'ESEHA:TAN REPUBLIKINOON'£StA

(5) Besarnya biaya masing-masing komponen diteritukan dalam bentuk ·nominal, bukan dalam bentuk persen dari biaya lainnya.

BABVl

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 28

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembina an dan pengawasan,

(2) Dalam melakukan pernbinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (I)'pemetintah dan pernerintah daerah dapat mengikutsertakan organisasi profesi.

(3) Pernbinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayananvkeselamatan. pasien dan melindungi masyarakat terhadap segala risiko yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan atau rnerugikanmasyarakat.

(4)Pembinaah dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berupa perriberian bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan. pelatihan dan kegiatan .pemberdayaan lain.

Pasa129

(1) Dalamrangkapembinaan dan pengawasan, pemerintah dan pemerintah .daerah sesuai dcnganJccwcnangan rnasing-masing dapat mengambil

tindakan administratif. .

(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat- (1) dilakukan .melalui:

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis; atau

c. pencabutan Izin.

Pasal30

Ci)Menteri atau kepala dinas kesehatan provinei/kabupaten /kota dalam .melaksanakan tugasnya dapat mengangkat tenaga. pengawas dengan tugas pokok unt1.1k melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan klinik.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat [l ] dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan _perundang-undangan.

11

MEtlTERIK'ESEHA:TAN REPUBLIKINOON'£StA

BAB VII K'ETENTUAN PERALIBAN

Pasal 31

Pada saat Peraturan. .ini mulai berlaku, maka .sernua fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan medis dasar atau spesialistik berdasarkan Peraturan .Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/PerjXII/1966 tentang Upaya .Pelayarran Kesehatan Swasta di Bidang Medik, harus disesuaikan dengan Peraturan ini dalarn jangka waktuselarnbat-lambatnya 2 (dual tahun.

BABVlIT KETENTUAN PENUTUP

Pasal 32.

Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 92.0/Menkesj Per/XII j 1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik dicabut dan dinyatakantidak berlaku.

Pasal 33

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal di tetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 4 Januari 2011

MENTERI KES-EHATAN,

rtd

ENDANGRAHAYU SEDYANINGSIH

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 10 Januari ,201Q

MENTERI HUKUM DANHAK ASAST MANUSIAJ

PATRIALIS AKBAR

BERITANEGARAREPUBLIK INDONESIA TABUN 201i NOMOR 16

12

You might also like