Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. DASAR PEMIKIRAN
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008, tentang Pemilu anggota
DPR, DPD dan DPRD, Pasal 8 ayat (1), mensyaratkan untuk menyertakan
sekurang-kurangnya 30 persen keterwakilan perempuan dalam
kepengurusan partai politik. Jika aturan dimaksud dipahami dan
dicermati oleh kaum perempuan, hal tersebut berarti merupakan
peluang bagi kaum perempuan untuk berkiprah dalam kancah politik.
Namun timbul pertanyaan, apakah peluang tersebut dimanfaatkan oleh
kaum perempuan atau tidak?, atau apakah Partai Politik membuka
lebar-lebar pintu masuk bagi kaum perempuan?, atau kaum perempuan
hanya dijadikan pelengkap untuk memenuhi syarat lolos verifikasi
administrasi?. Jawabannya ada pada kaum perempuan dan partai politik.
Berbicara peluang dan tantangan bagi kaum perempuan dalam
bidang politik telah banyak kita ketahui. Namun akan sulit bagi
perempuan untuk memanfaatkan peluang tersebut jika perempuan
sendiri tidak mengetahui hambatan-hambatan baik yang terdapat dalam
dirinya maupun yang ada di luar dirinya. Hambatan-hambatan inilah yang
sering dihadapi perempuan secara sosial politik, perempuan di seluruh
dunia merasakan dirinya kurang terwakili dalam parlemen atau institusi
pembuat kebijakan.
Perempuan yang ingin masuk dalam dunia politik sering harus
berbenturan dengan kenyataan bahwa keterlibatannya itu berbenturan
secara budaya dan publik. Jika kita hitung besaran mana antara peluang
dengan hambatan maka jawabannya budaya adalah hambatan yang
paling besar, namun itulah tantangan bagi perempuan yang
sesungguhnya. Perjalanan politik di Indonesia pasca kemerdekaan terus
mengalami perubahan sistem partai politik dan sistem pemilihan umum
(pemilu). Perubahan tersebut, tidak lain hanya untuk menciptakan
sistem yang bisa menjadi sarana dan komunikasi politik yang efektif
menuju tatanan negara demokratis, dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Memasuki era reformasi, sistem politik dan pemilu multi partai
(banyak partai) ini terus mengalami perubahan yang signifikan. Sistem
politik diarahkan untuk mencari sosok wakil rakyat atau pemimpin yang
serius, serta sungguh-sungguh mendengar dan menampung aspirasi
rakyatnya, agar mereka lebih sejahtera, adil dan makmur baik secara
politik maupun ekonomi, namun masih banyak partai politik yang belum
mengakomodir kuota 30% bagi kaum perempuan.
Kendati demikian, sistem politik dan pemilu era reformasi ini
dianggap masih sangat lemah, bahkan ‘demokrasi’ yang diberikan kepada
rakyat dianggap telah kebablasan. Kemudian dengan multi partai ini
beberapa partai besar tidak cukup kuat untuk membentuk pemerintahan
yang stabil, karena mereka dengan terpaksa harus membentuk koalisi
dengan partai dengan azas dan program yang berbeda. Disisi lain partai
tersebut akan menghadapi kemungkinan perubahan dukungan, yang
sewaktu-waktu akan menarik dukungan jika tujuan koalisi tidak tercapai.
Lebih ironis lagi, keniscayaan money politic (politik uang) dalam
proses politik di era reformasi sekarang ini, bukan merupakan rahasia
umum lagi bahkan dianggap sebagai prasyarat utama jika ingin menjadi
pemenang pemilu, wakil rakyat atau pemimpin negara. Kondisi ini telah
mencerminkan bahwa partai politik (parpol) belum bekerja dengan baik
sebagai struktur yang mampu menjadi kendaraan pendidikan bagi
masyarakat. Struktur partai seharusnya menjalankan fungsi-fungsi partai
sebagai alat untuk melakukan pendidikan dan sosialisasi politik. Dengan
optimalisasi fungsi pendidikan dan sosialisasi politik yang baik,
masyarakat akan dapat memiliki wawasan, kompetensi, dan komitmen
sebagai wakil atau pemimpin, yakni dalam rangka mewujudkan
perbaikan dan kesejahteraan rakyat.
Selain itu, keniscayaan terhadap uang telah menunjukan bahwa
parpol belum berfungsi secara optimal dalam mempopulerkan kadernya
yang hendak dijadikan sebagai wakil rakyat atau pemimpin. Secara
teknis, ini terjadi karena lebih banyak parpol belum memiliki struktur
sampai ke bawah. Karena itu, struktur parpol tidak bisa dijadikan
sebagai alat untuk memperkenalkan kader-kader yang potensial
termasuk kader perempuan menjadi pemimpin di kalangan masyarakat
akar rumput (grassroot). Bahkan kerap terjadi parpol bertindak sangat
pragmatis dengan hanya merekrut atau mendukung individu yang sudah
populer untuk dijadikan calon, walaupun popularitas itu bukan karena
kemampuan, kompetensi, dan komitmen untuk mengelola struktur
negara guna memperbaiki keadaan.
Jika kondisi demikian dibiarkan terus-menerus tanpa ada
sumberdaya manusia yang memadai, dalam menghadapi situasi sosial dan
politik dalam negeri. Maka lambat laun masyarakat semakin tidak
percaya terhadap wakil rakyat, pemimpin atau partai politik yang
dipilihnya secara langsung. Apalagi masyarakat kelas bawah semakin
cerdas untuk memilih wakil rakyat, pemimpin, atau partai politik yang
dianggap telah mewakili kepentingan dan aspirasinya. Jika partai politik
tidak segera membenahi diri dengan menempatkan kader-kader politik
yang cerdas, militan, dan mau mewujudkan cita-cita visi misi partai.
Lambat laun partai akan segera ditinggalkan pemilihnya, bahkan
dianggap sebagai partai yang tidak memiliki program yang jelas, dan
hanya mencari keuntungan semata.
Oleh karena itu, peranan organisasi wanita menjadi pilihan untuk
menjadi fasilitator dalam usaha mengusung kader perempuan, untuk
duduk sebagai wakil rakyat dalam lembaga legislatif. Terlebih
kesempatan kandidat independen sudah diakomodir dalam perundang-
undangan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud :
1.1. Memberikan pengetahuan dan pengertian dasar tentang
politik, partai politik, demokrasi, sistem perwakilan dan
sistem politik yang berlaku di Indonesia, proses pembuatan
kebijakan publik, pemilu dan kampanye serta masalah-
masalah yang terkait dengan penyelengaraan negara dan
pemerintahan;
1.2. Pemberdayaan kaum perempuan di tingkat daerah, agar
memahami pengetahuan dasar tentang politik dengan
segala aspeknya, sehingga ketika kaum perempuan terjun
ke dunia politik, tidak merasa asing dan tersisihkan oleh
kaum lak-laki;
1.3. Memberikan motivasi kepada kaum perempuan untuk
menjadi politisi yang handal di tingkat daerah.
2. Tujuan :
2.1. Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Kaum Perempuan
dalam Upaya Meningkatkan Wawasan dan Pengetahuan di
Bidang Politik;
2.2. Meningkatkan peran serta kaum perempuan di bidang
politik dan penyelenggaraan Negara/ Pemerintahan di
daerah;
2.3. Mengetahui dan memahami hak-hak politik kaum
perempuan.
C. METODA PEMBELAJARAN
1. Ceramah dan Tanya Jawab
2. Diskusi
3. Focus Guidence Discusion (FGD)
D. PEMATERI
Dosen PS Ilmu Politik Fisip Universitas Siliwangi Tasikmalaya
BAB II
PROFIL DAN POTENSI DESA
A. Kondisi Desa
1. Sejarah Desa
Desa Batusumur adalah Desa Pemekaran dari Desa Cihaur
pemekaran tepatnya sekitar tahun 1985.
2. Demografi
a. Luas Wilayah Desa Batusumur : 390 H
Perkebunan/Tanah Darat : 200 H
Sawah : 190 H
Jumlah : 390 H
Desa Batusumur terdiri dari 4 Dusun, 4 RW dan 28 RT, yaitu:
1. Dusun Cihurip (RW 1 terdiri dari 6 RT) terletak disebelah
tenggara
2. Dusun Batusumur (RW 2 terdiri dari 6 RT) terletak disebelah
timur laut
3. Dusun Sukasirna (RW 3 terdiri dari 9 RT) terletak disebelah
barat laut
4. Dusun Cikareo (RW 4 terdiri dari 7 RT) terletak disebelah
selatan
b. Topografi.
Desa Batusumur, 7 km dari Ibu Kota Kecamatan Manonjaya
berbatasan dengan
Sebelah Utara : Desa Cihaur
Sebelah Selatan : Desa Cikondang Kec. Cineam
Sebelah Barat : Desa Bojongsari Kec. Gunungtanjung
Sebelah Timur : Desa Cineam Kec. Cineam
d. Produktifitas Tanah
Sebagian besar pencaharian penduduk desa Batusumur
adalah Petani, namun dengan Topografi yang kurang
menguntungkan sehingga lahan pertanian kurang produktif dan
belum tersentuh pembangunan, hanya kemampuan masyarakat
yang terbatas belum mampu menanggulangi masalah lahan
pertanian ( kalau musim kemarau kekeringan ).
e. Musim
Di desa Batusumur ada 2 musim yaitu musim kemarau dan
musim penghujan.
f. Pola Penggunaan Lahan Pertanian
1. Lahan Sawah dimusim penghujan ditanami padi dan musim
kemarau ditanami palawija.
2. Lahan Pekarangan ditanami Pohon Buah dan Kayu bahan
Bangunan.
3. Keadaan Sosial
a. Kepemilikan Ternak
b. Tempat Peribadatan
Tempat Lokasi
No RW.1 RW.2 RW.3 RW.4 Jumlah
Peribadatan
1 Masjid 2 2 3 2 9
2 Mushola 8 3 7 7 25
c. Tempat Usaha
No Jenis Usaha RW.1 RW.2 RW.3 RW.4 Jumlah
1 Warung 15 3 25 17 60
2 Toko 1 - 1 - 2
3 Bengkel 2 - 2 - 4
4 Penggilingan
3 2 5 5 15
Padi
5 Pengrajin 150 50 100 150 450
6 Penggergajian 1 1 1 - 3
d. Jenjang Pendidikan
Play Grup : - buah
Taman Kanak kanak : 10 buah
Sekolah dasar : 3 buah
SLTP : - buah
Perguruan Tinggi : - buah
e. Jumlah Penduduk
Laki-laki : 1.846 orang
Perempuan : 1.950 orang
Jumlah : 3.769 orang
f. Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah Prosentase
1 Petani 1508 40 %
2 Buruh Tani 754 20 %
3 Kuli 376 10 %
4 Pedagang 113 3%
5 Pengrajin 376 10 %
6 Tukang Kayu 188 5%
7 Tukang batu 188 5%
8 PNS 56 1.5 %
9 Pensiunan 20 0.55 %
10 Guru Tidak tetap 188 5%
11 Lain-lain (sesuaikan) - -
Jumlah 3.769 Orang 100%
KADES
BPD
SEKDES
A. PERANGKAT DESA
1. Kepala Desa : ENDANG RUHIMAT
2. Sekretaris Desa : masih kosong [sudah habis masa jabatannya]
3. Kaur Pemerintahan : ACE MANSUR
4. Kaur Ekbang : KOMAR
5. Kaur Kesra : E. NURMAN
6. Kaur Keuangan : CUCU
7. Kaur Makanan : IMAS
8. Kepala Dusun I : MAMAN
9. Kepala Dusun II : AMIN
10. Kepala Dusun III : DAYAT
11. Kepala Dusun IV : PAKIH
KETUA
IMAS
WAKIL KETUA
UKAT.H
SEKRETARIS BENDAHARA
SUMIATI DODOY
POKJA I POKJA IV
POKJA II POKJA III
BAB III
PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN
3. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu
kegiatan yang telah dilakukan. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan sebagai
masukan dalam menentukan tindakan selanjutnya. Dalam kegiatan ini
evaluasi dilakukan dua kali yakni di awal kegiatan penyuluhan dan di
akhir kegiatan penyuluhan berupa test wal dan test akhir dengan materi
pertanyaan yang sama.
No
Tahapan Nama Kegiatan Waktu
1 Persiapan Proposal, persiapan surat 1 Minggu
tugas, materi pokok dan
materi penunjang
2 Observasi Monografi dan gambaran 1 Minggu
lapangan umum Desa Batusumur
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengetahuan Perempuan di Desa menganai Peran Perempuan dalam
Partisipasi politik secara umum meningkat.
2. Diperlukan upaya-upaya kongkrit yang dilaksanakan secara kontinyu
untuk mengupayakan peningkatan kesadaran dan partisipasi politik
kaum perempuan.
B. Rekomendasi
Peserta PPM
Penyampaian Materi
Staf Dosen Fisip, Kepala Desa Dan Ketua Tim Penggerak PKK Desa
BatuSumur
Lampiran 2.
PENGELUARAN KEGIATAN
Menyetujui
Ketua LPPM UNSIL
HALAMAN PENGESAHAN
TIM PELAKSANA
PRAKATA
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
II. PROFIL DAN POTENSI DESA
III. PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR