You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. DASAR PEMIKIRAN
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008, tentang Pemilu anggota
DPR, DPD dan DPRD, Pasal 8 ayat (1), mensyaratkan untuk menyertakan
sekurang-kurangnya 30 persen keterwakilan perempuan dalam
kepengurusan partai politik. Jika aturan dimaksud dipahami dan
dicermati oleh kaum perempuan, hal tersebut berarti merupakan
peluang bagi kaum perempuan untuk berkiprah dalam kancah politik.
Namun timbul pertanyaan, apakah peluang tersebut dimanfaatkan oleh
kaum perempuan atau tidak?, atau apakah Partai Politik membuka
lebar-lebar pintu masuk bagi kaum perempuan?, atau kaum perempuan
hanya dijadikan pelengkap untuk memenuhi syarat lolos verifikasi
administrasi?. Jawabannya ada pada kaum perempuan dan partai politik.
Berbicara peluang dan tantangan bagi kaum perempuan dalam
bidang politik telah banyak kita ketahui. Namun akan sulit bagi
perempuan untuk memanfaatkan peluang tersebut jika perempuan
sendiri tidak mengetahui hambatan-hambatan baik yang terdapat dalam
dirinya maupun yang ada di luar dirinya. Hambatan-hambatan inilah yang
sering dihadapi perempuan secara sosial politik, perempuan di seluruh
dunia merasakan dirinya kurang terwakili dalam parlemen atau institusi
pembuat kebijakan.
Perempuan yang ingin masuk dalam dunia politik sering harus
berbenturan dengan kenyataan bahwa keterlibatannya itu berbenturan
secara budaya dan publik. Jika kita hitung besaran mana antara peluang
dengan hambatan maka jawabannya budaya adalah hambatan yang
paling besar, namun itulah tantangan bagi perempuan yang
sesungguhnya. Perjalanan politik di Indonesia pasca kemerdekaan terus
mengalami perubahan sistem partai politik dan sistem pemilihan umum
(pemilu). Perubahan tersebut, tidak lain hanya untuk menciptakan
sistem yang bisa menjadi sarana dan komunikasi politik yang efektif
menuju tatanan negara demokratis, dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Memasuki era reformasi, sistem politik dan pemilu multi partai
(banyak partai) ini terus mengalami perubahan yang signifikan. Sistem
politik diarahkan untuk mencari sosok wakil rakyat atau pemimpin yang
serius, serta sungguh-sungguh mendengar dan menampung aspirasi
rakyatnya, agar mereka lebih sejahtera, adil dan makmur baik secara
politik maupun ekonomi, namun masih banyak partai politik yang belum
mengakomodir kuota 30% bagi kaum perempuan.
Kendati demikian, sistem politik dan pemilu era reformasi ini
dianggap masih sangat lemah, bahkan ‘demokrasi’ yang diberikan kepada
rakyat dianggap telah kebablasan. Kemudian dengan multi partai ini
beberapa partai besar tidak cukup kuat untuk membentuk pemerintahan
yang stabil, karena mereka dengan terpaksa harus membentuk koalisi
dengan partai dengan azas dan program yang berbeda. Disisi lain partai
tersebut akan menghadapi kemungkinan perubahan dukungan, yang
sewaktu-waktu akan menarik dukungan jika tujuan koalisi tidak tercapai.
Lebih ironis lagi, keniscayaan money politic (politik uang) dalam
proses politik di era reformasi sekarang ini, bukan merupakan rahasia
umum lagi bahkan dianggap sebagai prasyarat utama jika ingin menjadi
pemenang pemilu, wakil rakyat atau pemimpin negara. Kondisi ini telah
mencerminkan bahwa partai politik (parpol) belum bekerja dengan baik
sebagai struktur yang mampu menjadi kendaraan pendidikan bagi
masyarakat. Struktur partai seharusnya menjalankan fungsi-fungsi partai
sebagai alat untuk melakukan pendidikan dan sosialisasi politik. Dengan
optimalisasi fungsi pendidikan dan sosialisasi politik yang baik,
masyarakat akan dapat memiliki wawasan, kompetensi, dan komitmen
sebagai wakil atau pemimpin, yakni dalam rangka mewujudkan
perbaikan dan kesejahteraan rakyat.
Selain itu, keniscayaan terhadap uang telah menunjukan bahwa
parpol belum berfungsi secara optimal dalam mempopulerkan kadernya
yang hendak dijadikan sebagai wakil rakyat atau pemimpin. Secara
teknis, ini terjadi karena lebih banyak parpol belum memiliki struktur
sampai ke bawah. Karena itu, struktur parpol tidak bisa dijadikan
sebagai alat untuk memperkenalkan kader-kader yang potensial
termasuk kader perempuan menjadi pemimpin di kalangan masyarakat
akar rumput (grassroot). Bahkan kerap terjadi parpol bertindak sangat
pragmatis dengan hanya merekrut atau mendukung individu yang sudah
populer untuk dijadikan calon, walaupun popularitas itu bukan karena
kemampuan, kompetensi, dan komitmen untuk mengelola struktur
negara guna memperbaiki keadaan.
Jika kondisi demikian dibiarkan terus-menerus tanpa ada
sumberdaya manusia yang memadai, dalam menghadapi situasi sosial dan
politik dalam negeri. Maka lambat laun masyarakat semakin tidak
percaya terhadap wakil rakyat, pemimpin atau partai politik yang
dipilihnya secara langsung. Apalagi masyarakat kelas bawah semakin
cerdas untuk memilih wakil rakyat, pemimpin, atau partai politik yang
dianggap telah mewakili kepentingan dan aspirasinya. Jika partai politik
tidak segera membenahi diri dengan menempatkan kader-kader politik
yang cerdas, militan, dan mau mewujudkan cita-cita visi misi partai.
Lambat laun partai akan segera ditinggalkan pemilihnya, bahkan
dianggap sebagai partai yang tidak memiliki program yang jelas, dan
hanya mencari keuntungan semata.
Oleh karena itu, peranan organisasi wanita menjadi pilihan untuk
menjadi fasilitator dalam usaha mengusung kader perempuan, untuk
duduk sebagai wakil rakyat dalam lembaga legislatif. Terlebih
kesempatan kandidat independen sudah diakomodir dalam perundang-
undangan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud :
1.1. Memberikan pengetahuan dan pengertian dasar tentang
politik, partai politik, demokrasi, sistem perwakilan dan
sistem politik yang berlaku di Indonesia, proses pembuatan
kebijakan publik, pemilu dan kampanye serta masalah-
masalah yang terkait dengan penyelengaraan negara dan
pemerintahan;
1.2. Pemberdayaan kaum perempuan di tingkat daerah, agar
memahami pengetahuan dasar tentang politik dengan
segala aspeknya, sehingga ketika kaum perempuan terjun
ke dunia politik, tidak merasa asing dan tersisihkan oleh
kaum lak-laki;
1.3. Memberikan motivasi kepada kaum perempuan untuk
menjadi politisi yang handal di tingkat daerah.

2. Tujuan :
2.1. Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Kaum Perempuan
dalam Upaya Meningkatkan Wawasan dan Pengetahuan di
Bidang Politik;
2.2. Meningkatkan peran serta kaum perempuan di bidang
politik dan penyelenggaraan Negara/ Pemerintahan di
daerah;
2.3. Mengetahui dan memahami hak-hak politik kaum
perempuan.

C. PESERTA PENDIDIKAN & PELATIHAN


Peserta Pendidikan dan Pelatihan Politik bagi kader perempuan
adalah Pengurus dan anggota organisasi wanita, Kader Parpol, Pengurus
PKK Desa, Jumlah peserta pendidikan dibatasi maksimal sebanyak 25
orang.
B. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengantar Ilmu Politik
2. Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum
3. Peningkatan Peran Perempuan dalam bidang Politik
4. Demokrasi, Gender dan Politik

C. METODA PEMBELAJARAN
1. Ceramah dan Tanya Jawab
2. Diskusi
3. Focus Guidence Discusion (FGD)

D. PEMATERI
Dosen PS Ilmu Politik Fisip Universitas Siliwangi Tasikmalaya

DAFTAR NAMA PEMATERI

No Nama Pemateri/Penceramah Keterangan

1 Edi Kusmayadi,.M.Si Dosen Unsil


2 Akhmad Satori,. S.IP., M.Si Dosen Unsil
3 Subhan Agung, S.IP Dosen Unsil
4 Fitriyani Yuliawati, S.IP Dosen Unsil

E. WAKTU DAN TEMPAT


1. Waktu : Pendidikan politik bagi perempuan yang dilaksanakan
selama 1 (dua ) hari, mulai pukul 08.00 -16.00 wib.
Pelaksanaan berlangsung mulai tanggal 22 Januari 2011
2. Tempat : Desa Batu Sumur Kecamatan Manonjaya Kabupaten
Tasikmalaya

BAB II
PROFIL DAN POTENSI DESA
A. Kondisi Desa
1. Sejarah Desa
Desa Batusumur adalah Desa Pemekaran dari Desa Cihaur
pemekaran tepatnya sekitar tahun 1985.

2. Demografi
a. Luas Wilayah Desa Batusumur : 390 H
Perkebunan/Tanah Darat : 200 H
Sawah : 190 H
Jumlah : 390 H
Desa Batusumur terdiri dari 4 Dusun, 4 RW dan 28 RT, yaitu:
1. Dusun Cihurip (RW 1 terdiri dari 6 RT) terletak disebelah
tenggara
2. Dusun Batusumur (RW 2 terdiri dari 6 RT) terletak disebelah
timur laut
3. Dusun Sukasirna (RW 3 terdiri dari 9 RT) terletak disebelah
barat laut
4. Dusun Cikareo (RW 4 terdiri dari 7 RT) terletak disebelah
selatan

b. Topografi.
Desa Batusumur, 7 km dari Ibu Kota Kecamatan Manonjaya
berbatasan dengan
 Sebelah Utara : Desa Cihaur
 Sebelah Selatan : Desa Cikondang Kec. Cineam
 Sebelah Barat : Desa Bojongsari Kec. Gunungtanjung
 Sebelah Timur : Desa Cineam Kec. Cineam

c. Hidrologi dan Klimatologi


Sesuai dengan Topografi wilayah Desa Batusumur, terdapat
sungai-sungai dari arah barat menuju utara. Dengan wilayah
Topografi yang kurang menguntungkan sehingga jalur Regional
menjadi jalur utama dan sangat mempengaruhi terhadap niali
budaya serta ekonomi masyarakat desa Batusumur

d. Produktifitas Tanah
Sebagian besar pencaharian penduduk desa Batusumur
adalah Petani, namun dengan Topografi yang kurang
menguntungkan sehingga lahan pertanian kurang produktif dan
belum tersentuh pembangunan, hanya kemampuan masyarakat
yang terbatas belum mampu menanggulangi masalah lahan
pertanian ( kalau musim kemarau kekeringan ).

e. Musim
Di desa Batusumur ada 2 musim yaitu musim kemarau dan
musim penghujan.
f. Pola Penggunaan Lahan Pertanian
1. Lahan Sawah dimusim penghujan ditanami padi dan musim
kemarau ditanami palawija.
2. Lahan Pekarangan ditanami Pohon Buah dan Kayu bahan
Bangunan.

3. Keadaan Sosial
a. Kepemilikan Ternak

No Jenis Ternak Prosentase


1 Ayam 50 %
2 Itik 10 %
3 Sapi 40 %
4 Kambing 40 %
5 Dll -
Jumlah 100 %

b. Tempat Peribadatan
Tempat Lokasi
No RW.1 RW.2 RW.3 RW.4 Jumlah
Peribadatan
1 Masjid 2 2 3 2 9
2 Mushola 8 3 7 7 25

c. Tempat Usaha
No Jenis Usaha RW.1 RW.2 RW.3 RW.4 Jumlah
1 Warung 15 3 25 17 60
2 Toko 1 - 1 - 2
3 Bengkel 2 - 2 - 4
4 Penggilingan
3 2 5 5 15
Padi
5 Pengrajin 150 50 100 150 450
6 Penggergajian 1 1 1 - 3
d. Jenjang Pendidikan
 Play Grup : - buah
 Taman Kanak kanak : 10 buah
 Sekolah dasar : 3 buah
 SLTP : - buah
 Perguruan Tinggi : - buah
e. Jumlah Penduduk
Laki-laki : 1.846 orang
Perempuan : 1.950 orang
Jumlah : 3.769 orang

f. Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah Prosentase
1 Petani 1508 40 %
2 Buruh Tani 754 20 %
3 Kuli 376 10 %
4 Pedagang 113 3%
5 Pengrajin 376 10 %
6 Tukang Kayu 188 5%
7 Tukang batu 188 5%
8 PNS 56 1.5 %
9 Pensiunan 20 0.55 %
10 Guru Tidak tetap 188 5%
11 Lain-lain (sesuaikan) - -
Jumlah 3.769 Orang 100%

g. Kondisi Pemerintahan Desa


1. Pembagian Wilayah Desa
Secara administrasi Desa Batusumur terbagi 4 (empat)
Kedusunan 4 (empat) Rukun Warga 28 (dua puluh
delapan) Rukun Tetangga

Bagan 1. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa

KADES
BPD

SEKDES

KADUS KADUS KADUS KADUS


KAUR UMUM KAUR PEMER KAUR KEU KAUR PEMB KAUR KESRA

PEMBNT KAUR KESRA 1


PEMBANTU KAUR KEU

PEMBNT KAUR KESRA 2

STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA BATUSUMUR

A. PERANGKAT DESA
1. Kepala Desa : ENDANG RUHIMAT
2. Sekretaris Desa : masih kosong [sudah habis masa jabatannya]
3. Kaur Pemerintahan : ACE MANSUR
4. Kaur Ekbang : KOMAR
5. Kaur Kesra : E. NURMAN
6. Kaur Keuangan : CUCU
7. Kaur Makanan : IMAS
8. Kepala Dusun I : MAMAN
9. Kepala Dusun II : AMIN
10. Kepala Dusun III : DAYAT
11. Kepala Dusun IV : PAKIH

B. BADAN PERMUSYAWATAN DESA [BPD]


1. Ketua : KAMILIN
2. Sekretaris : RUHIMAT
3. Bendahara : ASEP DADANG
4. Anggota :
 ALEH
 IWAN R
 MAMAN

C. LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT [LPM]


1. Ketua : E. NURMAN
2. sekretaris : AJ. EMAN
3. Bendahara : MIS’UN

D. TIM PENGGERAK PKK


1. Ketua : Imas
2. Wk. Ketua : Ukat
3. Sekretaris : Sumiati
4. Bendahara : Dodoy
5. Pokja I : Iik Atikah
6. Pokja II : Aan
7. Pokja III : Keneng
8. Pokja IV : Ikoh

Bagan 2. Susunan Penggurus Tim Penggerak PKK

KETUA
IMAS

WAKIL KETUA
UKAT.H

SEKRETARIS BENDAHARA
SUMIATI DODOY

POKJA I POKJA IV
POKJA II POKJA III

KETUA KETUA KETUA


AAN KETUA
IIK ATIKAH KENENG IKOH

WAKIL KETUA WAKIL KETUA WAKIL KETUA


MASUROH WAKIL KETUA
WIWIN EMEH MASKANAH

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


SUMIATI ANGGOTA
NUNUNG ILOH
ADE ADAH
HERYATI OTIN IDAH
ESIH HODIJAH ENOK
h. Potensi
1) Sumber Daya Alam
Wilayah Desa Batusumur terletak diatas ketinggian 245 M dari
permukaan laut dan pada umumnya dataran tinggi dengan luas daerah
390 H. dikelilingi bukit dan gunung, dan didataran rendah terdapat
persawahan.

No Jenis Jumlah/Luas Lokasi


1 Tanah Carik Desa 2 Lokasi menyebar
2 Hutan Bambu 4 Lokasi menyebar
3 Kayu 1 Lokasi menyebar
4 Lahan Pekarangan 15 Ha menyebar
5 Tanah sawah 190 Ha menyebar
6 Tanah Perkebunan 200 Ha menyebar
7 Sumber Mata Air 8 menyebar
8 Hutan Rakyat Hektare menyebar
9 Irigasi 3 menyebar
10 Sungai 3 menyebar
11 Hutan lindung Hektare menyebar

2. Sumber Daya Manusia


Masyarakat Desa Batusumur termasuk masyarakat yang kental
dengan nuansa agamis dan terdapat beberapa pesantren yang setiap
bulan, minggu bahkan hari mengadakan pengajian-pengajian.

No Jenis Kelamin jumlah Prosentase


1 Laki-laki 1.846 40 %
2 Perempuan 1.950 60 %
Jumlah 3.796

Dari table diatas dapat dilihat bahwa jumlah perempuan di Desa


Batusumur secara kuantitatif lebih banyak dari pada jumlah penduduk
laki-lakinya yaitu sebanyak 60 %. Hal ini bisa di lihat sebagai sebuah
potensi yang besar dalam masyarakat desa.
Oleh karena itu, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Siliwangi berinisiatif melaksanakan kegiatan pengabdian pada
masyarakat dengan tema pendidikan politik bagi perempuan di Desa
Batusumur Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.

BAB III
PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN

a. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN


Secara operasional, tahapan dan langkah-langkah dalam kegiatan
ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
Pelaksanaan Pengabdian Pada Masyarakat dengan tema
“Pendidikan Politik Bagi Perempuan di Desa Batusumur Kecamatan
Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya diawali dengan persiapan materi,
surat tugas, pembahasan materi oleh tim serta penyepakatan rencana
kegiatan di lapangan. Hal yang penting dalam masa persiapan ini adalah
melakukan diskusi dengan Aparat Pemerintah Desa Batusumur dalam
rangka membangun kesepahaman dan kerjasama dalam pelaksanaan
kegiatan ini.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan observasi lapang pada
minggu pertama pelaksanaan kegiatan untuk menggali informasi tentang
monografi dan gambaran profil desa, jumlah aparatur pemerintah desa,
Informasi mengenai kegiatan kaum perempuan di tingkat desa serta hal-
hal teknis yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan termasuk
penyepakatan waktu pelaksanaan. Selanjutnya, tahap pelaksanaan
dilakukan selama satu hari, tanggal 22 Januari 2011 adalah Kegiatan
pokok yaitu pendidikan dan penyampaian materi tentang :
1. Pengantar Ilmu Politik yang di sampaikan oleh Edi Kusmayadi, M.SI
2. Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum oleh Subhan Agung, S.IP
3. Peningkatan Peran Perempuan dalam bidang Politik oleh Akhmad
Satori, S.IP., M.SI
4. Demokrasi, Gender dan Politik oleh Fitriyani Yuliawati, S.IP

3. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu
kegiatan yang telah dilakukan. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan sebagai
masukan dalam menentukan tindakan selanjutnya. Dalam kegiatan ini
evaluasi dilakukan dua kali yakni di awal kegiatan penyuluhan dan di
akhir kegiatan penyuluhan berupa test wal dan test akhir dengan materi
pertanyaan yang sama.

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

No
Tahapan Nama Kegiatan Waktu
1 Persiapan Proposal, persiapan surat 1 Minggu
tugas, materi pokok dan
materi penunjang
2 Observasi  Monografi dan gambaran 1 Minggu
lapangan umum Desa Batusumur

3 Pelaksanaan PPM  Penyampian Materi: 1 hari


Pendidikan Politik Bagi
Perempuan
 Diskusi dan Tanya Jawab.
4 Penyusunan  Laporan Pengabdian 1 Minggu
Laporan Pada Masyarakat
 Evaluasi

B. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Peran politik Perempuan Desa Batu Sumur
Menurut Syafiq Hasyim (2001) diantara peran politik perempuan bisa
dilihat antara lain dari; peran memberikan suara dalam pemilihan, peran untuk
menjadi anggota legislative/parlemen, peran menjadi pimpinan tertinggi dalam
pemerintahan. Sedangkan Fanin melihat peran politik perempuan dalam tiga
kelompok, Pertama, peran normatif yaitu peran memilih atau dipilih dalam
suatu proses pemilihan umum, perempuan memperoleh hak-hak politiknya
untuk memilih dan dipilih setelah kemerdekaan yaitu pada Pemilu 1955; Kedua,
peran aktif ; sebagai fungsionaris partai politik atau sebagai angota legislatif,
dan Ketiga, peran pasif, yaitu peran dengan hanya turut berpartisipasi terhadap
jalannya pembangunan.
Dari ketiga peran tersebut, hanya peran pertama dan ketiga yang
mungkin kebanyakan perempuan di desa biasa lakukan, hal ini wajar apabila
kemudian peran kaum perempuan di desa pada umumnya di katakana rendah.
Rendahnya peran dan partisipasi politik perempuan di desa ternyata berkorelasi
dengan akses dan kualitas proses pendidikan politik perempuan tersebut, baik
dalam lingkungan keluarga, pemerintahan desa, lingkungan sekolah,
pemerintahan desa, maupun melalui media massa. Lemahnya akses terhadap
berbagai sumber pendidikan politik dan kualitas yang kurang dalam proses
pendidikan politik tersebut, terkadang kurang disadari oleh kaum perempuan
desa itu sendiri.
Memang diakui bahwa dewasa ini sebagian besar kaum perempuan desa
telah memperoleh kesempatan pendidikan yang seimbang dalam pelaksanaan
fungsi politis keluarga dibandingkan dengan kaum laki-lakinya. Namun,
sebenarnya kaum perempuan tidak memperoleh pendidikan politik dalam arti
yang sesungguhnya dalam keluarga, yakni pendidikan tentang kesadaran politik
warga negara terhadap kepentingan masyarakat yang lebih luas atau
kepentingan negara dan pemerintahan Indonesia. Dikatakan demikian karena,
tampaknya, pendidikan dalam keluarga hanya menekankan fungsi- fungsi politis
dalam keluarga dan hanya terfokus kepada ruang lingkup kepentingan-
kepentingan keluarga. Hal tersebut juga terjadi pada akses dan kualitas
pendidikan politik di lingkungan desa. Dalam proses pendidikan politik di
lingkungan desa ini ditemukan bahwa perempuan berkedudukan sebagai
subordinasi dalam proses pendidikan politik yang menyebabkan wawasan dan
kesadaran politik perempuan menjadi rendah dengan menggantungkan orientasi
nilai dan partisipasi politiknya kepada kaum laki-laki.
Masih terdapat faktor sosial dan budaya yang menghambat kaum
perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan, implementasi
kebijakan, dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan. Oleh karena itu
diperlukan upaya-upaya khusus untuk memastikan keterlibatan mereka dalam
kegiatan-kegiatan tersebut. Sering kali, para perencana bekerja melalui para
elite laki-laki, yang tidak akan mewakili komunitas keseluruhannya, khususnya
kaum perempuan.
Apabila partisipasi dari kaum perempuan tidak ada, maka bias laki-laki
dalam sistem administrasi dan hukum akan merusak hak-hak perempuan dalam
institusi-institusi yang umum dan merugikan kaum perempuan yang rentan
terhadap hal ini. Para janda, orang-orang tua, perempuan yang bercerai, dan
perempuan yang menjadi kepala rumah tangga akan menderita sebagai akibat
dari bias ini. Kunci untuk berpartisipasi adalah informasi yang lengkap. Agar
setiap perempuan bisa menuntut hak-haknya, maka mereka harus diberi
informasi yang lengkap.
Kuantitas kaum perempuan yang lebih banyak dari laki-laki di desa
Batusumur, adalah potensi yang sangat besar bagi perempuan untuk mempunyai
peran lebih dalam semua bidang kehidupan, termasuk peran dalam bidang
politik. Pertanyaanya kemudian dimana Perempuan bisa berperan lebih?
Kebijakan mengenai cuti hamil, cuti melahirkan, Kebijakan mengenai
alat kontrasepsi Kebijakan mengenai keterwakilan perempuan di legislative
adalah ruang-ruang yang membutuhkan perhatian dan peran politik kaum
perempuan harus diperjuangkan. Memastikan adanya keterwakilan yang cukup
dan kehadiran kaum perempuan dari berbagai kelompok sosial, budaya dan
ekonomi bisa meningkatkan peranan kaum perempuan dalam menentukan
kebijakan.

b. Upaya Peningkatan Peran Perempuan di Desa Batusumur


Peningkatan peran kelompok perempuan adalah suatu kegiatan capacity
building yang secara khusus diperuntukkan bagi kaum perempuan di semua
aspek kehidupan. Dalam proses peningkatan peran kelompok perempuan akan
lebih difokuskan pada pentingnya pelibatan kaum perempuan dan memastikan
bahwa partisipasi mereka sangat diperlukan dalam pelaksanaan pemilu,
demokrasi dan semua proses kebijakan publik mulai dari proses perencanaan,
implementasi, monitoring dan evaluasi, baik di tingkat desa, lokal maupun pada
tingkat nasional
Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) yang dilakukan oleh FISIP
UNSIl Tasikmalaya hanyalah merupakan salah satu upaya dari berbagai macam
upaya yang bisa dilakukan dalam rangka meningkatkan peran perempuan di
Desa Batusumur. Terdapat berbagai macam upaya lain yang bisa dijadikan
tindak lanjut dari kegiatan tersebut, antara lain; Memastikan adanya proporsi
atau keterwakilan minimal 30% perempuan dalam proses kebijakan serta
menggali opini/aspirasi dari kaum perempuan terhadap hal tersebut. Salah satu
caranya dengan menyiapkan adanya pertemuan khusus bagi kelompok
perempuan dalam bentuk Musyawarah Kelompok Perempuan dan
memanfaatkan perkumpulan-perkumpulan kaum perempuan di sasaran program
sebagai wadah kegiatan capacity building.
Selanjutnya, menyiapkan media sosialisasi dan ruang-ruang
pembelajaran (penyadaran) bagi kaum perempuan khususnya dan warga
masyarakat pada umumnya dalam rangka memahami dan menguasai isu-isu
yang sensitif gender. Kaum perempuan memiliki pemahaman dan kesadaran
terhadap peran dan tanggungjawabnya dalam pelaksanaan kebijakan. Kaum
perempuan terlibat secara aktif dalam setiap pengambilan keputusan dan
dalam setiap tahapan kegiatan penyusunan maupun implementasi kebijakan.
Minimal 30% perempuan di setiap desa/kelurahan sasaran program
mengikuti/menghadiri pertemuan-pertemuan warga maupun dalam
pengambilan kebijakan di tingkat desa, Kaum perempuan terorganisir ke dalam
wadah musyawarah kelompok perempuan di setiap desa/kelurahan sasaran
program.
Sasaran utama dari peningkatan peran kelompok perempuan ini adalah
Perkumpulan-perkumpulan kaum perempuan di desa/kelurahan, seperti Tim
Penggerak PKK desa, Kelompok Arisan, Kelompok Pengajian, Kelompok Usaha
Ekonomi Produktif, Kelompok Tani/Buruh di mana terdapat perempuan di
dalamnya, Kelompok Remaja Puteri (Remaja Masjid, Karangtaruna, dll) dan
perkumpulan-perkumpulan lain terdapat di desa/kelurahan sasaran program.
Tokoh-tokoh perempuan dari berbagai segmentasi, seperti tokoh agama, adat,
tokoh politik, profesional (guru, dokter, bidan, perawat, notaris, dll), dan
tokoh-tokoh lainnya.Pejabat/aparat pemenerintah desa/kelurahan, RT/RW,
Dukuh/Dusun dari kalangan perempuan.
Strategi peningkatan peran kaum perempuan dilaksanakan melalui
langkah-langkah sebagai berikut : (1). Penguatan pemahaman dan kesadaran
tentang perspektif gender kepada warga masyarakat pada umumnya dan kaum
perempuan pada khususnya, (2) Penguatan partisipasi kaum perempuan melalui
pelibatan perempuan sebagai relawan, anggota/pengurus BKM,
anggota/pengurus TIP, Panitia Pembangunan dan atau posisi-posisi strategis
lainnya, dan (3) Penguatan partisipasi kaum perempuan melalui pelibatan
perempuan dalam forum-forum pengambilan keputusan dan aspirasi dan
kepentingan kelompok perempuan melalui penyelenggaraan musyawarah
kelompok perempuan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengetahuan Perempuan di Desa menganai Peran Perempuan dalam
Partisipasi politik secara umum meningkat.
2. Diperlukan upaya-upaya kongkrit yang dilaksanakan secara kontinyu
untuk mengupayakan peningkatan kesadaran dan partisipasi politik
kaum perempuan.

B. Rekomendasi

1. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan khusus untuk kaum


perempuan, secara massal ataupun secara segmentasi (berdasarkan
jenis perkumpulan yang ada ; roadshow ke setiap kelompok perempuan
yang ada)
2. Memanfaatkan event-event pertemuan perempuan yang ada di
desa/kelurahan sasaran program, seperti pertemuan dasa wisma, arisan,
pengajian, dll.
3. Melakukan pendekatan persuasif ke personal dan atau kelompok
perempuan secara informal dan insidental.
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan

Pengabdian Pada Masyarakat

Kamtor Desa Batusumur


Penyampaian Materi

Peserta PPM
Penyampaian Materi

Pemberian Cinderamata Kapada Ketua PKK


Pemberian Cinderamata kepada Kepala Desa

Staf Dosen Fisip, Kepala Desa Dan Ketua Tim Penggerak PKK Desa
BatuSumur
Lampiran 2.

PENGELUARAN KEGIATAN

1. Persiapan dan survey lapangan Rp. 300.000,-


2. Spanduk 1 bh Rp. 50.000,-
3. Dokumentasi Rp. 100.000,-
4. Transportasi Tsm – Manonjaya PP Rp. 600.000,-
5. Akomodasi dan konsumsi Rp. 1.700.000,-
6. Insentif Pembicara Rp. 500.000,-
7. Laporan dan Penggandaan Rp. 150.000,-
Total Rp. 3.400.000,-
TIM PELAKSANA PPM
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SILIWANGI

Penanggungjawab : Dekan Fisip Unsil


Ketua Pelaksana : Edi Kusmayadi,.M.Si
Sekretaris : Akhmad Satori,S.IP., M.SI
Bendahara : Fitriyani Yuliawati,.S.IP
Kesekretariatan : Taufik Nurohman,.S.IP
Dokumentasi : Rino Sundawa Putra,.S.IP
Konsumsi/Akomodasi : Wiwi Widiastuti,. S.IP
Pembantu Umum : Moch. Ali Andrias, S.IP
Subhan Agung,.S.IP
LEMBAR PENGESAHAN PPM
TAHUN ANGGARAN 2011

1. Judul : Pendidikan Politik Kaum Perempuan di Desa


Batusumur Kecamatan Manonjaya
Kabupaten Tasikmalaya
2. Ketua Tim
a. Nama : Edi Kusmayadi, M.Si
b. NIK : 411288093
c. Pangkat/Golongan : Pembina Muda /IV-c
d. Jabatan : Lektor Kepala
e. Fakultas/Prodi : FISIP / Ilmu Politik
3. Personalia
a. Jumlah Anggota : 7 orang
4. Waktu Kegiatan : 1 Hari
5. Sumber Dana : RAPP FISIP
6. Biaya Kegiatan : Rp. 3.400.000,-

Tasikmalaya, 23 Februari 2011


Mengetahui :
Dekan FISIP Universitas Siliwangi, Ketua Pelaksana,

Prof.Dr. Deden Mulyana,SE., M.Si. Edi Kusmayadi, M.Si


NIK. 411287053 NIK. 411288093

Menyetujui
Ketua LPPM UNSIL

Dr. Dedi Kusmayadi, SE., M.Si.Ak


NIK. 411295170
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN
TIM PELAKSANA
PRAKATA
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
II. PROFIL DAN POTENSI DESA
III. PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah


memberikan berkat dan hidayah-Nya sehingga tim pengabdian kepada
masyarakat dapat menyelesaikan laporan pengabdian pada masyarakat
(PPM) dengan judul “Pendidikan Politik Kaum Perempuan di Desa
Batusumur Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya”.
Pada kesempatan ini tim penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada lembaga pengabdian kepada Masyarakat Universitas
Siliwangi yang telah membantu pelaksanaan Program pengabdian ini,
tanpa bantuan ini sangat sulit bagi kami untuk dapat menyelenggarakan
kegiatan pengabdian.
Tim penulis telah berusaha untuk menyempurnakan tulisan ini,
namun sebagai manusia kami pun menyadari akan keterbatasan maupun
kehilafan dan kesalahan yang tanpa kami sadari. Oleh karena itu, saran
dan kritik untuk perbaikan laporan akhir ini akan sangat dinantikan.

Tasikmalaya, Februari 2011

You might also like