You are on page 1of 2

Terapi LMA

Tujuan pengobatan pada pasien LMA adalah untuk mengeradikasi sumsum tulang sel-sel
klonal leukemik dan untuk memulihkan hematopoeisis normal di dalam sumsum tulang
Dosis kemoterapi tidak perlu diturunkan karena alasan sitopenia dan juga efek sampingnya
tetap timbul yaitu supresi sumsum tulang walupun dosis diturunkan tanpa efek yang cukup
untuk mengeradikasi sel-sel leukemik.
Umumnya regimen kemoterapi untuk pasien LMA terdiri dari beberapa fase :
- fase induksi : regimen kemoterapi yang intensif bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel
leukemik secara maksimal sehingga tercapai remisi komplit : bila jumlah sel-sel darah
diperedaran darah tepi kembali normal serta pulihnya populasi sel di sumsum tulang,
termasuk tercapainya jumlah sel blast < 5%.
- fase konsolidasi : pemberian kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus
kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari
dosis fase induksi.
Pada pasien dengan 2 komplikasi (infeksi dan perdarahan) perlu terapi suportif berupa
penggunaan antibiotik dan transfusi komponen darah (khususnya sel darah merah dan
trombosit)
Terapi LMA dibagi 2
1. Terapi untuk LMA pada umumnya

Sitogenik awal Kemoterapi induksi Terapi post remisi


Donor HLA sesuai Tidak ada donor
favorable Standar 7+3 HDAC x 3-4 siklus HDAC x 3-4 siklus
atau 2-3 siklus atau 2-3 siklus
diikuti HSCT HSCT otolog
otolog
Intermediate Standar 7+3 HSCT alogenik HDAC x 2-4 siklus
sesegera mungkin + HSCT otolog
atau HDAC x 2-4
siklus
unfavorable Standar 7+3 HSCT alogenik HDAC x 2-4 silkus
sesegera mungkin ± HSCT otolog

Protokol

obat dosis sebagai obat Sebagai obat kombinasi


tunggal
sitarabin 100 mg/m2 secara
infusiv kontinyu 30-40% pasien
60% pasien mencapai
selama 7 hari mengalami remisi
remisi komplit
daunorubisin 45-60 mg/m2/hari komplit
IV selama 3 hari
Kontra indikasi pemakaian antrasiklin adalah pasien dengan gangguan fungsi jantung,
terutama riwayat miokard infark dan fraksi ejeksi < 50%
- Pilihan regimen : HDAC (high dose cytarabine (ara-c) yaitu sitarabin 2-3 g/m2
infus IV selama 1-2 jam tiap 12 jam selama 12 dosis atau sitarabin 2-3 g/m 2
selama 2 jam setiap 12 jam pada hari 1,3 dan 5.

2. Terapi leukimia promieolsitik akut (LPA)


Kombinasi ATRA plus kemoterapi berbasis antrasiklin karena rendahnya eks[resi Pgp
dan petanda resistensi lainnya sehingga sensitif terhadap antrasiklin.
- Pasien dengan manifestasi koagulopati dengan terapi induksi ATRA
- Pasien dengan perdarahan yang tidak terkendali diberi e-aminocaproic acid
(EACA) dan tranexamide acid.
- Dosis terapi induksi : ATRA 45 mg/m 2/hari per oral, terbagi dalam 2 dosis setiap
hari sampai remisi komplit plus derivat antrasiklin, daunorubisin 50-60
mg/m2/hari selama 4 hari.
- Dosis terapi konsolidasi : kemoterapi berbasis antrasiklin dan terapi pemeliharaan
dengan ATRA
- Pada pasien LPA dengan terapi ATRA, 20-30 % mengalami relaps/resisten
terhadap ATRA untuk itu dberikan Arsenic Trioxide (ATO) dengan dosis pada
umumnya 0,15 mg/Kg BB, infus selama 3 hari maksimal pemberian 50 hari.

You might also like