Professional Documents
Culture Documents
understanding, dll)
Perjanjian internasional
• Perjanjian internasional dalam Konvensi Wina tahun 1969 Pasal 2 (1) (a) : semua perjanjian
yang dibuat oleh negara sebagai salah satu subjek hukum internasional, yang diatur oleh hukum
internasional dan berisi ikatan-ikatan yang mempunyai akibat-akibat hukum.)
• Perjanjian Internasional (UU No. 24/2000) : Perjanjian internasional adalah perjanjian, dalam
bentuk dan nama tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis
serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum public
unsur-unsur perjanjian internasional :
λ Suatu persetujuan internasional
Dibuat oleh negara negara
λ Dalam bentuk tertulis
Didasarkan pada hukum internasional
λ Dibuat dalam instrumen tunggal. Dua atau lebih
Memiliki nama apapun
Bentuk Perjanjian Internasional
• Traktat (Treaty)
Treaty mencakup segala macam bentuk persetujuan internasional, dan merupakan perjanjian
yang paling penting dan sangat formal dalam urusan perjanjian.
Sebagai contoh perjanjian internasional jenis ini ialah perjanjian persahabatan dan kerja sama di
Asia Tenggara (Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia) tertanggal 24 Februari
1976.
• Konvensi (Convention)
Istilah convention mencakup juga pengertian perjanjian internasional secara umum. Dengan
demikian, menurut pengertian umum, istilah convention dapat disamakan dengan pengertian
umum treaty. Istilah konvensi digunakan untuk perjanjian-perjanjian multilateral yang
berangotakan banyak pihak.
Sebagai contoh perjanjian internasional jenis ini ialah Konvensi Jenewa tahun 1949 tentang
Perlindungan Korban Perang.
• Persetujuan (Agreement)
Menurut pengertian umum, agreement mencakup seluruh jenis perangkat internasional dan
biasanya mempunyai kedudukan yang lebih rendah daripada traktat dan konvensi. Contohnya
Treaty of Rome, 1957.
• Memorandum of Understanding
sebuah perjanjian yang berisi pernyataan persetujuan tidak langsung atas perjanjian lainnya; atau
pengikatan kontrak yang sah atas suatu materi yang bersifat informal atau persyaratan yang
longgar, kecuali pernyataan tersebut disertai atau merupakan hasil persetujuan atau kesepakatan
pemikiran dari para pihak yang dikehendaki oleh keduanya untuk mengikat
• Protokol (Protocol)
Terminologi protocol digunakan untuk perjanjian internasional yang materinya lebih sempit
Perjanjian Bilateral
o Perjanjian Regional
o Perjanjian Multilateral
* Perjanjian Payung (Umbrella Agreement)
* Perjanjian bukan payung yg berdiri sendiri
* Perjanjian turunan dari Perjanjian Payung
Tahap Pembuatan Perjanjian
• Penjajagan
Tahap awal yang dilakukan oleh kedua pihak yang berunding mengenai kemungkinana
dibuatnya suatu perjanjian internasional
• Perundingan
Pembahasan substansi dan masalah teknis yang akan disepakati dalam perjanjian internasional,
pertimbangan akan materi yang hendak dcanumkan. Diakhiri dengan adoption of the text,
dilanjutkan jumlah suara yang harus dipenuhi untuk menerima perjanjian. Jika tidak ada,
dilakukan dengan penandatanganan, p sementara atau pembubhan paraf.
• Perumusan Naskah
Merumuskan rancangan PI
• Penerimaan Naskah
Menerima naskah perjanian yang telah dirumuskan dan disepakati, dimana acceptance @
pengesahan suatu Negara atas perubahan PI
• Penandatanganan
Tahap akhir dalam peundingan untuk melegalisasi PI yang telah disepakati.
Proses prmbuatan perjanjian :
1. Perundingan : neg mengirimkan utusannya ke konferensi bilateral/multi
2. Adoption of the text : penerimaan isi naskah perjanjian o peserta konf. Yg ditentukan melalui
voting
3. Kesaksian naskah perjanjian (authentication of the text) : tindakan formal yang menyatakan
bahwa perjanjian telah diterima @ konf. (pasal 10 konf. Wina : jka tdk ditentukan pembubuhan
ttd di bawah naskah)
4. Persetujuan mengikatkan diri (consent to the bound)/memberikan persetujuan berupa :
a. Penandatanganan (wina : ttd wakil Negara, perjanjian itu sendiri menyatakannya, terbukti
neg2 yg ikut menyatakan demikian dan full powers/wakil Negara menyebutkan dgn jelas saat
perundingan)
b. Pengesahan : ratifikasi oleh badan berwenang di Negara anggota
Pengesahan PI dibagi menjadi :
• Ratifikasi : Negara yg akan mengesahkan suatu PI tuut mettd naskah PI
• Aksesi (accession) : Negara yg akan mengeahkan tidak turut mttd naskah PI
• Penerimaan (acceptance) : pernyataan menerima dari Negara phak pada suatu PI atas
perubahan PI tersebut
• PI bersifat self-executing : langsung berlaku pda saat pttd
Syarat perjanjian (pasal 1320 BW) :
1. Sepakat mereka yg mengikatkan dirinya
lingkup nasional, yaitu Swiss, didirikan oleh lima orang berkewarganegaraan Swiss, yang
dipimpin oleh Henry Dunant dan bergerak di bidang kemanusiaan. Kegiatan kemanusiaan yang
dilakukan oleh Palang Merah Internasional mendapatkan simpati dan meluas di banyak negara,
yang kemudian membentuk Palang Merah Nasional di masing-masing wilayahnya. Palang
Merah Nasional dari negar-negara itu kemudian dihimpun menjadi Palang Merah Internasional
(International Committee of the Red Cross/ICRC) dan berkedudukan di Jenewa, Swiss.
(Phartiana, 2003; 123)
1. Tahta Suci Vatikan
Tahta Suci Vatikan di akui sebagai subyek hukum internasional berdasarkan Traktat Lateran
tanggal 11 Februari 1929, antara pemerintah Italia dan Tahta Suci Vatikan mengenai penyerahan
sebidang tanah di Roma. Perjanjian Lateran tersebut pada sisi lain dapat dipandang sebagai
pengakuan Italia atas eksistensi Tahta Suci sebagai pribadi hukum internasional yang berdiri
sendiri, walaupun tugas dan kewenangannya, tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab
hanya terbatas pada bidang kerohanian dan kemanusiaan, sehingga hanya memiliki kekuatan
moral saja, namun wibawa Paus sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci dan umat Katholik
sedunia, sudah diakui secara luas di seluruh dunia. Oleh karena itu, banyak negara membuka
hubungan diplomatik dengan Tahta Suci, dengan cara menempatkan kedutaan besarnya di
Vatikan dan demikian juga sebaliknya Tahta Suci juga menempatkan kedutaan besarnya di
berbagai negara. (Phartiana, 2003, 125)
1. Kaum Pemberontak / Beligerensi (belligerent)
Kaum belligerensi pada awalnya muncul sebagai akibat dari masalah dalam negeri suatu negara
berdaulat. Oleh karena itu, penyelesaian sepenuhnya merupakan urusan negara yang
bersangkutan. Namun apabila pemberontakan tersebut bersenjata dan terus berkembang, seperti
perang saudara dengan akibat-akibat di luar kemanusiaan, bahkan meluas ke negara-negara lain,
maka salah satu sikap yang dapat diambil oleh adalah mengakui eksistensi atau menerima kaum
pemberontak sebagai pribadi yang berdiri sendiri, walaupun sikap ini akan dipandang sebagai
tindakan tidak bersahabat oleh pemerintah negara tempat pemberontakan terjadi. Dengan
pengakuan tersebut, berarti bahwa dari sudut pandang negara yang mengakuinya, kaum
pemberontak menempati status sebagai pribadi atau subyek hukum internasional
1. Individu
Pertumbuhan dan perkembangan kaidah-kaidah hukum internasional yang memberikan hak dan
membebani kewajiban serta tanggungjawab secara langsung kepada individu semakin bertambah
pesat, terutama setelah Perang Dunia II. Lahirnya Deklarasi Universal tentang Hak Asasi
Manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada tanggal 10 Desember 1948 diikuti
dengan lahirnya beberapa konvensi-konvensi hak asasi manusia di berbagai kawasan, dan hal ini
semakin mengukuhkan eksistensi individu sebagai subyek hukum internasional yang mandiri.
7. Perusahaan Multinasional
Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru dalam hukum dan hubungan
internasional. Eksistensinya dewasa ini, memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa
disangkal lagi. Di beberapa tempat, negara-negara dan organisasi internasional mengadakan
hubungan dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang kemudian melahirkan hak-hak dan
kewajiban internasional, yang tentu saja berpengaruh terhadap eksistensi, struktur substansi dan