You are on page 1of 45

Lembaga Misi Katolik Internasional missio

Departemen HAM
Dr. Otmar Oehring
24
P.O. Box 10 12 48
D-52012 Aachen
Telp.: 00 49-2 41-75 07-00
Fax: 00 49-2 41-75 07-61-253 Human Rights
E-Mail: humanrights@missio-aachen.de
© missio 2009
Droits de l’Homme
Menschenrechte
ISSN 1618-6222
missio Order No. 600 280
Hak Asasi Manusia

Neles Tebay
Upaya Lintas
Agama
demi Perdamaian
di Papua Barat
Human Rights Office memiliki tujuan mempromosikan kesadaran tentang pelanggaran hak asasi 24 Interfaith Endeavours for Peace in West Papua (Indonesia)
in German (2006) – Order No. 600 277
manusia di berbagai negara di kawasan Afrika, Asia dan Oceania. Guna mencapai tujuan tersebut, in English (2006) – Order No. 600 278
kami secara aktif terlibat dalam jejaring hak asasi manusia dan mendorong proses pertukaran antar in French (2006) – Order No. 600 279
in Indonesian (2009) – Order No. 600 280
mitra-mitra gereja missio di Afrika, Asia dan Oceania dengan para pengambil keputusan baik dari
ranah politik maupun dari gereja di Republik Federasi Jerman. Seri Hak Asasi Manusia ini menca- 25 East Timor Faces up to its Past – The Work of the
kup penelitian tentang negara satu dengan negara lainnya, kajian tematis juga prosiding sejumlah Commission for Reception, Truth and Reconciliation
in German (2005) – Order No. 600 281
konferensi dengan isu khusus. in English (2005) – Order No. 600 282
in French (2005) – Order No. 600 283
in Indonesian (2005) – Order No. 600 284
Relasi antara pemerintah Indonesia dan penduduk asli Papua di Papua Barat telah lama ditandai den-
gan konflik kekerasan sejak Indonesia mengambil alih wilayah tersebut pada tahun 1963. Pada tahun 26 Asylum for Converts? On the problems arising from the
credibility test conducted by the executive and the
2000, sejumlah pemimpin agama, termasuk dari agama Kristen, Islam, Hindu dan Budha, sepakat judiciary following a change of faith
untuk bergabung dalam sebuah inisiatif bersama demi perdamaian. Kerjasama lintas agama demi in German/in English/in French (2007) –
perdamaian yang terwujud dalam berbagai aktivitas ini terbukti menjadi sebuah sumber pengha- Order No. 600 285

rapan. Para pemimpin agama kini bersatu dan memiliki komitmen untuk sama-sama bekerja demi 27 Human Rights in the People’s Republic of China –
Changes in Religious Policy?
perdamaian di bawah moto ‘Papua, Tanah Damai.’ Insiatif perdamaian lintas agama ini membutuhkan in German (2008) – Order No.600 286
dukungan dari masyarakat dan semua lembaga yang mencintai perdamaian. in English (2008) – Order No. 600 287
in French (2008) – Order No. 600 288

Kajian tentang Upaya Lintas Agama demi Perdamaian di Papua Barat ini menjabarkan sejumlah anca- 28 The human rights situation in Myanmar/Burma.
man perdamaian yang ada di wilayah ini, mengkaji nilai-nilai yang mendasari konsep ‘Papua, Tanah First political steps of a minority church
in German (2008) – Order No.600 289
Damai’, memperjelas komitmen lintas agama demi pedamaian, menekankan adanya kebutuhan agar in English (2008) – Order No. 600 290
seluruh masyarakat di Papua Barat terlibat dalam inisiatif ini, serta perlunya dukungan yang kon- in French (2008) – Order No. 600 291
sisten dari pemerintah, militer dan masyarakat sipil di Indonesia, serta menggambarkan bagaim- 29 Zimbabwe: Facing the truth– Accepting responsibility
ana komunitas internasional dapat terlibat dalam upaya menciptakan‘Papua, Tanah Damai.’ in German/in English/in French (2008) –
Order No. 600 292

Neles Tebay adalah seorang pastor dari Keuskupan Jayapura, Papua Barat. Sejak tahun 1998 sampai 30 Defamation of Religions and Human Rights
tahun 2000, ia bekerja sebagai jurnalis untuk The Jakarta Post (harian berbahasa Inggris yang diter- in German/in English/in French (2008) –
Order No. 600 293
bitkan di ibukota Indonesia, Jakarta). Setelah menamatkan pendidikannya pada Sekolah Tinggi Fil-
safat dan Teologi di Jayapura, dia meraih gelar doktor di bidang Misiologi dari Universitas Kepau- 31 Asylum for Iraqi Refugees – Background Information
The situation of non-Muslim refugees in countries
san Urbaniana di Roma pada bulan Maret 2006. Judul thesis doktoralnya adalah “Misi Rekonsiliasi bordering on Iraq
Gereja di Papua Barat dalam terang Reconciliatio et Paenitentia.” Ia adalah penulis buku Papua Barat: in German (2008) – Order No.600 294
Perjuangan Menuju Perdamaian Melalui Keadilan yang diterbitkan oleh Catholic Institute for Inter- in English (2009) – Order No. 600 295
in French (2009) – Order No. 600 296
national Relations/CIIR, London, pada tahun 2005.

Studi ini merupakan hasil terjemahan bahasa Indonesia dari versi asli bahasa Inggris, “Interfaith Ende-
avours for Peace in West Papua” yang diterbitkan oleh Missio, Seri Human Rights no.24, Aachen,
2006.
Contents 1

2 Profil Papua Barat 36 4. ‘Papua, Tanah Damai’


3 Pengantar 36 4.1. Misi keagamaan
38 4.2. Visi ‘Papua, Tanah Damai’
4 1. Klarifikasi tentang konsep perdamaian 40 4.3. Nilai-nilai yang mendasari
‘Papua, Tanah Damai.’
5 2. Ancaman terhadap perdamaian 41 4.3.1. Kesadaran dan penghormatan
5 2.1. Operasi militer sebagai pilihan terhadap pluralitas
pertama 42 4.3.2. Keadilan
7 2.2. Tidak adanya penghormatan terha- 43 4.3.3. Persatuan
dap martabat kemanusiaan orang Papua 44 4.3.4. Harmoni
8 2.3. Penggunaan kekerasan untuk 46 4.3.5. Solidaritas
memecahkan persoalan 46 4.3.6 Kebersamaan
10 2.4. Militarisasi kawasan 47 4.3.7. Persaudaraan yang tulus
10 2.4.1. Memperluas komando teritorial 48 4.3.8 Kesejahteraan
11 2.4.2. Peningkatan jumlah pasukan 49 4.4. Komitmen lintas agama
tempur 49 4.4.1. Mengungkapkan ketidakadilan
12 2.5. Eksploitasi Sumber Daya Alam dan penindasan
12 2.5.1. Penebangan dan pembalakan 50 4.4.2. Bekerjasama dengan pihak lain
hutan di Indonesia. 51 4.4.3. Mencegah konflik kekerasan
13 2.5.2. Penambangan emas dan 52 4.4.4. Mengeksplorasi kekayaan budaya
tembaga oleh Amerika Serikat
14 2.6. Pelanggaran hak asasi manusia 53 5. Inisiatif lintas agama
yang tak terselesaikan dan secara 53 5.1. Merayakan 5 Februari,
sengaja diabaikan Hari Perdamaian Papua
15 2.7. Tidak adanya sistem peradilan 54 5.2. Merayakan 21 September,
yang efektif Hari Perdamaian Internasional
16 2.8. Budaya korupsi di Indonesia 55 5.3. Mempromosikan ‘Papua, Tanah
17 2.9. Gelombang pendatang asal Damai’ sebagai landasan pembangunan
Indonesia 56 5.4. Menolak milisi
19 2.10. Marginalisasi penduduk asli Papua 56 5.5. Mempromosikan dialog
19 2.11. Potensi penyalahgunaan 57 5.6. Menyerukan pentingnya penyelidikan
pluralisme demi tujuan politik yang independen terhadap pelanggaran
20 2.12. Penyusupan milisi Laskar Jihad hak asasi manusia
21 2.13. Pembentukan kelompok milisi baru 58 5.7. Himbauan untuk implementasi
22 2.14. Buruknya kualitasi pendidikan Undang-Undang Otonomi Papua secara
23 2.15. Layanan kesehatan yang terabaikan konsisten
24 2.16. Penyebarluasan HIV/Aids 59 5.8. Membela hak untuk hidup
25 2.17 Tidakadanya kebijakan yang 59 5.9. Mempromosikan demokrasi di dalam
konsisten di Papua Barat masyarakat
28 3. Harapan bersama demi Perdamaian 60 5.10. Menjalankan kontrol sosial
28 3.1. Hubungan yang baik antara 62 5.11. Membantu penduduk asli Papua
pemimpin agama menjadi agen pembangunan
29 3.2. Pendidikan hak asasi manusia
30 3.3. Himbauan lintas agama demi 63 6. Apa yang perlu dilakukan di Papua Barat?
keadilan
30 3.4. Pemberdayaan ekonomi warga 65 7. Kebutuhan akan adanya dukungan nasional
Papua
31 3.5. Kekuatan perintis di bidang 67 8. Peran komunitas internasional
pendidikan 68 8.1. Lembaga swadaya masyarakat
33 3.6. Pelayanan kesehatan internasional
34 3.7. Lingkungan sosial 68 8.2. Organisasi internasional yang
35 3.8. Lingkungan politik berbasis agama
69 8.3. Institusi lintas pemerintah
70 8.4. Korporasi multinasional

71 Kesimpulan
72 Lampiran
76 Catatan Kaki
2 3

Profil Papua Barat Pengantar


Papua Barat, dulu dikenal dengan nama Irian Jaya atau Papua, adalah bagian sebe-
lah barat dari pulau New Guinea. Wilayah ini berbagi perbatasan di darat den-
Nama wilayah : Penduduk asli Papua menyebutnya sebagai Papua Barat, gan negara Papua Nugini yang berdaulat dan berbagi perbatasan di laut dengan
sedagkan pemerintah Indonesia menyebutnya sebagai Papua
(sebelumnya Irian Jaya)
Australia. Papua Barat merupakan koloni dari Kerajaan Belanda sejak tahun 1828
sampai 1962.1 Sebagai koloni Belanda, wilayah ini disebut dengan Nederlands
Status : Koloni dari negeri Belanda sejak tahun 1828 sampai 1962. Nieuw Guinea, lazimnya dikenal dengan nama Dutch New Guinea.
Diambil alih oleh Indonesia pada tahun 1963, sekarang menjadi
provinsi Indonesia dengan status otonomi khusus.
Indonesia mengambil alih wilayah tersebut dari tangan Belanda pada tang-
gal 1 Mei 1963. Presiden Indonesia pertama menyebut wilayah ini dengan
Luas wilayah : 421.918 kilometer persegi. nama Irian Barat. Sejak tahun 1973, pemerintah Indonesia secara resmi menye-
Populasi total : 2.387.427 (tahun 2002)
but wilayah ini sebagai Irian Jaya. Seiring dengan tawaran status otonomi khu-
sus, pemerintah mengubah nama wilayah ini menjadi Papua. Akan tetapi, pen-
Penduduk : 1.241.462 (52%) penduduk asli Papua; 1.145.965 (48%) imigran duduk asli Papua tetap menyebut wilayah ini sebagai Papua Barat. Dalam tulisan
asal Indonesia (tahun 2002)
ini penulis akan menggunakan istilah Papua Barat kecuali kutipan-kutipan
Angka harapan hidup : 64 tahun. langsung.
Di bawah pemerintahan Indonesia, Papua Barat menjadi wilayah pertikai-
Pemerintahan : Barnabas Suebu adalah gubernur terpilih untuk masa jabatan
tahun 2006 sampai tahun 2011.
an dan konflik kekerasan yang tak kunjung terselesaikan antara pemerintah Indo-
nesia dan penduduk asli Papua. Dalam hubungan yang penuh pertikaian dan
Ibukota : Jayapura. konflik ini, penduduk asli Papua menderita akibat serangkaian pelanggaran
Perekonomian : Aset utama adalah minyak, gas, tembaga, emas dan sumber daya
hak asasi manusia berat.
alam lainnya. 80% dari seluruh populasi digolongkan sebagai Guna menentang adanya kekerasan tersebut, berbagai pemimpin agama –
masyarakat miskin. Penduduk asli Papua bertahan hidup dari Kristen (Gereja Katolik dan Protestan), Islam, Budha dan Hindu – mengambil
perekonomian yang masih tradisional.
inisiatif untuk mengkampanyekan perdamaian. Pada tahun 2000, mereka memu-
Agama : 1.778.700 Kristen; 498.329 Muslim; 7.249 Hindu; 4.123 Buddha lai kolaborasi lintas agama demi mencapai tujuan tersebut. Sejak itu para pim-
pinan agama bersatu dan berkomitmen untuk bekerja bersama demi perdamaian
Bahasa : Bahasa Indonesia dan 252 bahasa lokal
di bawah moto ‘Papua, Tanah Damai’, sekalipun terdapat sederetan kesulitan dan
tantangan yang harus dihadapi.2
Tulisan ini mengkaji kolaborasi lintas agama demi perdamaian di Papua
Barat. Bagian pertama menyinggung secara singkat konsep perdamaian seba-
gaimana dipahami oleh para pimpinan agama di Papua Barat. Bagian kedua men-
jabarkan ancaman-ancaman terhadap perdamaian, sementara bagian ketiga
menggambarkan harapan bersama tentang perdamaian. Bagian empat mem-
perkenalkan konsep ‘Papua, Tanah Damai’, sedangkan bagian lima mengupas
inisiatif perdamaian lintas agama. Bagian enam memuat sederetan rekomendasi
untuk mewujudkan ‘Papua, Tanah Damai’ di tingkat lokal di Papua Barat. Bagi-
an tujuh menekankan pentingnya dukungan masyarakat sipil di Indonesia.
Tulisan ini diakhiri dengan menyoroti peran komunitas internasional guna
mendukung kampanye ‘Papua, Tanah Damai.’
4 5

1. Klarifikasi tentang konsep perdamaian gambil inspirasi dari tradisi Hindu, Sunarta menggarisbawahi bahwa ”perdamaian
Adanya gerakan perlawanan yang dilakukan oleh warga Papua di Papua Barat adalah sesuatu yang dimimpikan dan dirindukan oleh semua orang di atas
adalah fakta yang terbantahkan. Pemerintah Indonesia menyebutnya sebagai bumi ini.” Perdamaian bahkan merupakan ”akar kebahagiaan.” Karena begitu
Gerakan Separatis Papua. Di tingkat internasional, gerakan ini lebih dikenal den- mendasar, komunitas Hindu selalu mengucap kata Om Santih, yang berarti
gan nama Free Papua Movement. Sejak tahun 1963, penduduk asli Papua mela- ”Semoga damai beserta kita” setiap kali mengakhiri doa.7
wan pendudukan dan penindasan oleh Indonesia, yang muncul dalam berba- Kampanye perdamaian di Papua Barat jelas-jelas tidak ada kaitannya den-
gai bentuk ketidakadilan dan pelanggaran hak asasi manusia. Sementara gan apa yang disebut oleh pemerintah Indonesia sebagai “gerakan separatis
penindasan ini terus menerus terjadi seolah-olah tak berujung, gerakan perla- Papua.” Pendeta Saud mengungkapan dengan gamblang bahwa kampanye per-
wanan Papua terus bertahan. damaian di bawah moto ‘Papua, Tanah Damai’ “tidaklah identik dengan kam-
Mengingat adanya gerakan perlawanan seperti disebutkan di atas, maka inisi- panye demi kemerdekaan politik Papua Barat.” Sebaliknya, tujuan utama dari
atif perdamaian yang diusulkan oleh masyarakat sipil sangat mungkin disalah- kampanye perdamaian yang diupayakan oleh para pemimpin agama ini adalah
pahami oleh salah satu atau kedua pihak dalam konflik. Memang, dari waktu “untuk memastikan agar perdamaian berjaya di Papua, tanpa memandang
ke waktu, kampanye perdamaian acapkali keliru ditafsirkan sebagai upaya men- Papua sebagai provinsi di Indonesia atau menjadi negara merdeka.” Dengan kata
dukung terbentuknya negara Papua Barat yang merdeka. Pihak berwenang Indo- lain, “kampanye perdamaian sama sekali berbeda dengan kampanye kemerde-
nesia mencurigai semua inisiatif perdamaian di Papua. Sedangkan gerakan sepa- kaan politik”.8 Jadi keliru besar apabila kampanye berdamaian dilihat sebagai seba-
ratis dituduh memanfaatkan gereja dalam kampanye-kampanyenya demi meraih gai kampanye politik menuju negara Papua Barat merdeka.
kemerdekaan politik Papua Barat.3 Berkaca pada situasi tersebut, maka terdapat
kebutuhan untuk mengklarifikasi perdamaian sebagaimana dipahami oleh para
pemimpin agama di Papua Barat.
Leo Laba Ladjar, Pemimpin Gereja Katolik di Keuskupan Jayapura mempu-
2. Ancaman terhadap perdamaian
nyai pemahaman yang utuh tentang perdamaian. Dalam pandangannya, per-
damaian mencakup keseluruhan diri seseorang juga hubungannya yang harmonis Para pemimpin agama meluncurkan insiatif perdamaian lintas agama karena tak
dengan Sang Pencipta, dengan sesama manusia dan dengan seluruh ciptaan ada perdamaian di Papua. Agar kampanye perdamaian ini sukses, maka semua
Tuhan. Oleh karena itu, perdamaian mencakup segala aspek kehidupan manu- ancaman terhadap perdamaian perlu diidentifikasi terlebih dahulu. Hal ini
sia mulai dari kesehatan fisik, relasi sosial dan kesejahteraan sampai penghidu- akan membuat masyarakat dari berbagai agama di Papua Barat mampu melihat
pan yang layak sebagai anggota masyarakat, warga negara juga sebagai anak hambatan-hambatan yang mereka hadapi dalam menjadikan Papua Barat seba-
Tuhan. Perdamaian lebih dari sekedar tidak adanya konflik kekerasan, tetapi men- gai Tanah Damai untuk kemudian mengatasinya bersama-sama. Bagian ini
cakup rasa saling percaya, rasa saling menghormati, keadilan dan kesempatan menjabarkan sejumlah ancaman terhadap perdamaian sebagaimana diidenfikasi
yang setara dalam pembangunan. Perdamaian mencakup pembangunan sosial oleh para pemimpin agama di Papua Barat.
dan ekonomi, hak-hak budaya, keadilan dan keamanan manusia.4
Para pemimpin agama di Papua Barat meyakin bahwa perdamaian meru-
pakan keinginan yang bersifat universal. Pendeta Herman Saud, mantan kepa- 2.1. Operasi militer sebagai pilihan pertama
la sinode Gereja Kristen Injili (GKI) mengungkapkan konsep ini dengan jelas yakni Selama ini pemerintah Indonesia memilih respon militer sebagai cara yang mere-
”perdamaian merupakan keinginan paling dasar dari semua umat manusia ka pilih guna menyelesaikan masalah di Papua Barat. Pasukan keamanan Indo-
tanpa kecuali”.5 Perdamaian juga merupakan keinginan paling mendasar dari nesia telah melancarkan sedikitnya dua belas operasi militer berskala besar dalam
semua orang yang tinggal di Papua tanpa memandang ras, agama, tradisi budaya, kurun waktu terhitung 1 Mei 1963, yaitu dimulainya pendudukan Indonesia, sam-
status sosial, profesi dan jender.6 pai hari ini. Masing-masing operasi militer memiliki nama tersendiri.9
I Gusti Made Sunartha, pemimpin komunitas Hindu di Papua Barat, mene- Operasi pertama dinamakan Operasi Sadar yang dimulai tahun 1965 dan bera-
gaskan bahwa perdamaian sebagai keinginan yang sifatnya universal. Men- khir dua tahun kemudian.
6 7

Operasi Brathayudha adalah nama yang diberikan untuk operasi militer kedua gal dunia, 38 orang mengalami penyiksaan dan 15 lainnya ditangkap tanpa ala-
pada tahun 1967. Operasi yang berlangsung dalam waktu dua tahun ini mene- san yang jelas. Ribuan warga Papua dari 25 desa terpaksa meninggalkan tempat
lan korban jiwa sampai sekitar 3.500 orang. tinggal mereka. Akibatnya 42 orang meninggal di dalam kamp-kamp pen-
Operasi ketiga adalah Operasi Wibawa yang dilakukan sejak tahun 1969. Elie- gungsian. Tentara membumihanguskan rumah, bangunan gereja dan sekolah
zer Bonay, gubernur pertama Papua, memperkirakan bahwa sekitar 30.000 warga di desa-desa tersebut.14
Papua dibunuh oleh tentara Indonesia antara tahun 1963 sampai 1969. Frank Operasi militer keduabelas dilakukan di kabupaten Puncak Jaya pada tahun
Galbraith, duta besar Amerika Serikat di Jakarta waktu itu, melaporkan ke Was- 2004. Sedikitnya 6.000 warga Papua dari 27 desa menyelamatkan diri masuk
hington pada tahun 1969 bahwa operasi militer Indonesia, yang berakibat ribu- hutan, 35 di antaranya termasuk 13 anak-anak, meninggal di kamp pengung-
an masyarakat sipil meninggal dunia, telah menyebarluaskan ketakutan dan mun- sian yang dibangun di sana. Seluruh daerah tertutup untuk para pekerja kem-
culnya kabar burung tentang upaya ‘genosida terencana’ terhadap penduduk asli anusiaan.15
Papua.10 Sederetan operasi militer di Papua Barat ini memiliki satu tujuan yaitu
Operasi militer keempat diluncurkan di kabupaten Jayawijaya pada tahun untuk menghabisi orang asli Papua, yang dianggap oleh pemerintah Indonesia
1977. Operasi ini mengakibatkan pembunuhan massal terhadap 12.397 warga sebagai kaum separatis. Organisasi hak asasi manusia internasional dan lokal
Papua.11 memperkirakan setidaknya 100.000 warga Papua telah dibunuh oleh pasukan
Operasi kelima adalah Operasi Sapu Bersih I dan II yang diluncurkan tahun keamanan Indonesia.
1981 dan menelan korban jiwa sedikitnya 1.000 orang di kabupaten Jayapura
dan 2.500 di kabupaten Paniai.
Pada tahun 1982, tentara kembali meluncurkan operasinya yang keenam 2.2. Tidak adanya penghormatan terhadap martabat
yaitu Operasi Galang I dan II, yang menyebabkan terbunuhnya ribuan warga kemanusiaan orang Papua
Papua. Menyebut bahwa warga Papua hidup damai di bawah pemerintahan Indonesia
Operasi militer ketujuh dikenal dengan nama sebagai Operasi Tumpas dan ibarat jauh panggang dari api. Alasan utama adalah karena tidak pernah ada peng-
berlangsung antara tahun 1983 sampai tahun 1984. hormatan terhadap harga diri warga Papua sebagai manusia. Sebaliknya, harga
Pada tahun 1985, tentara meluncurkan Operasi Sapu Bersih. Dalam opera- diri warga Papua telah lama diinjak-injak selama bertahun-tahun.
si yang kedelapan ini, pasukan tentara menghabisi sedikitnya 517 jiwa dan mem- Warga Papua telah lama menjadi korban dari pembunuhan sewenang-wen-
bumihanguskan sekitar 200 rumah. ang yang dilakukan oleh pasukan keamanan Indonesia. Banyak yang terbunuh
Dalam operasi militer kesembilan yang dilaksanakan di Mapnduma pada dalam tahanan atau meninggal secara misterius tak lama setelah dibebaskan dari
tahun 1996, sebanyak 35 orang warga Papua meninggal dunia karena ditembak tahanan dan diijinkan kembali ke rumah. Seorang warga Papua yang mening-
mati, 14 perempuan diperkosa, 13 gereja dirusak dan 166 rumah dibumihan- gal dunia dagingnya dijadikan panggangan, istri dan anaknya dipaksa mema-
guskan, sementara 123 warga sipil meninggal akibat penyakit dan kelaparan sete- kan daging panggang yang berasal dari suami dan ayah mereka sendiri.16 Pasu-
lah menyelamatkan diri ke dalam hutan.12 kan Indonesia menangkap 30 laki-laki Papua, memaksa mereka masuk perahu,
Pada tahun 1998, Indonesia mencabut status Papua Barat sebagai Daerah Ope- mengikat batu di leher mereka dan melempar mereka ke dalam air.17 Tentara Indo-
rasi Militer (DOM). Akan tetapi, pengejaran terhadap kaum separatis Papua nesia membunuh Nalogoban Kibak, seorang kepala suku, dan menuangkan
tetap dilanjutkan. Operasi militer besar kesepuluh dilakukan pada tahun 2001 darahnya ke dalam ember.Tentara kemudian memaksa kepala suku lain, para guru
di kabupaten Manokwari, dimana empat orang dibunuh, enam lainnya men- dan pastor di wilayah tersebut untuk minum darah tersebut.18 Tentara meng-
galami penyiksaan, satu perempuan diperkosa dan lima orang hilang.13 gunakan bayonet untuk menusuk vagina perempuan hamil, menyobeknya
Operasi kesebelas berlangsung antara bulan April dan November tahun sampai ke dada dan membelah bayi yang belum dilahirkan menjadi dua.19
2003 di Wamena, ibukota kabupaten Jayabaya, dan sekitarnya. Tentara menguasai Tentara Indonesia bisa dengan bebas membunuh warga Papua kapan saja
seluruh kawasan, menghambat akses kelompok gereja dan pekerja kemanusiaan dan dimana saja dengan alasan apapun. Karena yang mereka bunuh bukanlah
untuk memberi bantuan selama operasi berlangsung. Sembilan orang mening- warga Papua, melainkan kaum separatis, yang dianggap musuh negara Indonesia,
mereka tidak pernah merasa bersalah.20
8 9

Pasukan keamanan Indonesia menggunakan penyiksaan dan perlakuan Dalam laporan yang disusun oleh Gereja Katolik Keuskupan Jayapura ter-
tidak layak secara meluas terhadap warga Papua sejak tahun 1963. Perlakuan ter- catat bahwa pada tahun 2001 saja terdapat 35 kasus kekerasan yang dilakukan
sebut berbentuk sengatan listrik lewat kabel ke jari tangan, jari kaki, lidah atau oleh tentara Indonesia (TNI), pemberontak Papua (OPM) dan orang-orang tidak
alat kelamin; memukuli tahanan dengan tongkat besi, batang kayu, batu dan dikenal.31 Agar kasus-kasus tersebut diketahui oleh publik, para pemimpin agama
pentungan karet sampai nyaris pingsan; dan menghajar menggunakan pistol, mencantumkannya dalam pernyataan bersama.32 Analisis dokumentasi yang
menendang menggunakan sepatu bot militer dan “siksaan air”, misalnya dikumpulkan oleh para pemimpin agama mengungkapkan terdapat lima jenis
menenggelamkan seseorang ke dalam air selama berjam-jam.21 Beberapa warga kekerasan yang berlangsung di Papua.
Papua berkali-kali disayat dengan pisau dan dipaksa menelan sup pedas panas- Kekerasan jenis pertama dilakukan oleh orang-orang tidak dikenal terhadap
panas.22 petugas kepolisian Indonesia yang memberikan perlindungan kepada perusahaan-
Penyiksaan dan perlakuan yang tidak layak diterapkan tidak hanya di desa- perusahaan swasta atau kaum pendatang Indonesia yang bekerja untuk peru-
desa terpencil,23 tetapi juga di kota-kota di Papua Barat, termasuk dalam taha- sahaan-perusahaan tersebut juga kepada barak-barak tentara dan pos polisi
nan polisi. Dua warga Papua, John Karrunggu dan Orry Doronggi, ditahan oleh Indonesia. Tanpa melakukan investigasi apapun, pasukan keamanan Indonesia
polisi Jayapura dan disiksa sampai meninggal dunia.24 biasanya langsung menyalahkan kaum pemberontak Papua (OPM) atas seran-
Pengalaman Yance Pekey, warga Papua muda asal Nabire yang disiksa oleh gan-serangan tersebut, yang kemudian digunakan sebagai pembenaran untuk
pasukan keamanan Indonesia, adalah hal yang lazim terjadi. Ia ditangkap oleh melakukan operasi militer lanjutan. Pasukan keamanan Indonesia biasanya
sekelompok polisi Indonesia di tengah perjalanan menuju rumah dan disiksa langsung menutup seisi wilayah begitu satu peristiwa terjadi dan segera melan-
di pos polisi. Ia diinterogasi, dipukul dengan senapan, ditendang, jari-jarinya carkan operasi militer yang memakan waktu beberapa bulan. Dalam operasi-ope-
disundut, tangannya disengat listrik dan dipukuli sampai kehilangan kesadaran. rasi tersebut, warga Papua diintimidasi, diburu, disiksa dan dibunuh. Rumah,
Ia dibawa ke rumah sakit oleh polisi, yang menyebutkan bahwa ia ditemukan hewan ternak dan kebun sayur mereka juga sengaja dirusak. Kadang-kadang pasu-
tergeletak di jalan.25 kan keamanan juga membumihanguskan gedung gereja, pusat layanan kesehatan
Perempuan-perempuan Papua – baik yang belum menikah maupun yang dan bangunan milik publik lainnya. Orang-orang di desa umumnya mencari per-
sudah – menjadi korban pelecehan seksual oleh tentara dan polisi Indonesia.26 lindungan di hutan untuk melarikan diri dari tentara.
Perempuan berusia 60 tahun yang tengah bekerja di kebun tempat ia menan- Kekerasan jenis kedua adalah pembunuhan misterius. Warga sipil, baik
am tanaman pangannya diperkosa oleh anggota pasukan keamanan. Anak penduduk asli Papua maupun pendatang asal Indonesia, kerap ditemukan ter-
perempuan berusia tiga tahun juga diperkosa oleh seorang tentara Indonesia.27 bunuh oleh orang-orang tidak dikenal. Sekalipun ribuan pendatang Indonesia
Kejahatan-kejahatan yang luar biasa tersebut membuat penduduk asli Papua tinggal di Papua Barat, kebanyakan korban pembunuhan misterius adalah pen-
menjadi yakin bahwa di bawah pemerintahan Indonesia, mereka “tidak akan duduk asli Papua, baik pimpinan gerakan perlawanan Papua33 maupun warga
pernah diperlakukan sebagai manusia atau dihormati sebagai warga negara Papua biasa.34 Lazim untuk mendapati warga Papua ditemukan terbunuh di suatu
Indonesia.”28 Kesimpulan ini ditegaskan oleh para pemimpin agama di Papua tempat, baik di hutan, di jalan maupun di rerumputan liar setelah disiksa oleh
Barat, yang menyebut bahwa “hak asasi manusia warga Papua selama ini dia- orang-orang tidak dikenal. Dalam banyak kasus, warga Papua adalah korban pen-
baikan.”29 Mereka menyebut bahwa pemerintah pusat maupun daerah tidak per- culikan yang dilakukan oleh orang-orang bersenjata dan bertopeng. Semua ini
nah memberikan perhatian serius dalam melindungi identitas dan hak hidup menciptakan atmosfir ketakutan dan kecemasan di kalangan penduduk asli
warga Papua.30 Papua.
Kekerasan bentuk ketiga terkait dengan pertikaian dan perkelahian antara
tentara dan polisi Indonesia, misalnya perkelahian antara anggota batalion
2.3. Penggunaan kekerasan untuk memecahkan persoalan infantri 753 dengan polisi di Nabire pada tanggal 13 Mei 2001.35 Perkelahian juga
Salah satu alasan mengapa tidak ada perdamaian di Papua Barat, menurut para terjadi antara anggota batalion infantri 611 dan brigade mobil (pasukan pen-
pemimpin agama, adalah penggunaan kekerasan sebagai satu-satunya cara dobrak dari kepolisian Indonesia) di Serui, kabupaten Yapen Waropen, pada tang-
menyelesaikan persoalan. Kekerasan telah menjadi bagian kehidupan penduduk gal 23 Agustus, yang mengakibatkan meninggalnya dua tentara dan beberapa
asli Papua yang dialami secara berkali-kali di bawah pemerintahan Indonesia. lainnya cedera.36
10 11

Jenis kekerasan yang keempat termasuk penembakan warga Papua yang tidak Di bawah KODAM terdapat tiga Komando Resort Militer (KOREM) yaitu
bersenjata selama unjuk rasa damai menentang pemerintahan Indonesia di KOREM 171/Praja Vira Tama di kota Sorong, KOREM 172/Praja Vira Yakthi di
semua kota utama di Papua Barat. Dalam bulan Juli 1998, tiga warga Papua hilang, Jayapura dan KOREM 173/Praja Vira Braja di Biak. Pemerintah membentuk
delapan lainnya meninggal dunia akibat ditembak, 33 terluka dan 150 ditang- komando resor militer tambahan yaitu KOREM 174/Anim Ti Waninggap (ATW)
kap dan disiksa tanpa alasan yang jelas; 33 jenazah misterius ditemukan di laut di Merauke pada tanggal 2 Juni 2005 untuk mengoptimalkan pertahanan kawa-
dan di sepanjang pantai Biak.37 Semua ini terjadi setelah pasukan keamanan Indo- san Papua Barat. Di bawah KOREM, terdapat Komando Distrik Militer (KODIM).
nesia menyerang warga Papua yang menyelenggarakan unjuk rasa damai di Biak. Karena ada banyak kabupaten baru – saat ini ada 29 – dibentuk, ada sejumlah
Di Fakfak sekitar 45 warga Papua ditangkap dan disiksa oleh polisi selama dua penambahan terhadap sembilan KODIM yang sudah ada. Pembentukan KOREM
hari unjuk rasa pada tanggal 28 dan 29 Maret 1999.38 Di Timika satu orang dibu- dan KODIM yang baru dirancang untuk memperkuat kapasitas pertahanan.43
nuh di tempat, 19 orang terkena luka tembak dan 118 disiksa oleh polisi Indo- Di bawah KODIM terdapat komando di tingkat kecamatan yang dikenal seba-
nesia saat terjadi serangan brutal terhadap warga Papua yang melakukan unjuk gai Komando Rayon Militer (KORAMIL).
rasa.39 Penggunaan kekerasan oleh pasukan keamanan Indonesia terhadap pen- Di tingkat desa terdapat perwira atau opsir tentara yang dikenal sebagai
duduk asli Papua berlanjut sampai 2000.40 Misalnya 37 orang terbunuh, bany- BABINSA.
ak orang terluka dan delapan dibawa ke tanahan polisi dalam sebuah konflik yang Perluasan militer di semua tingkat (resor, kabupaten, kecamatan dan desa)
dipicu oleh polisi di Wamena.41 diikuti dengan peningkatan jumlah personil militer.
Kekerasan jenis kelima terkait dengan keberadaan dan arogansi tentara
Indonesia yang masif, serta keterlibatan mereka secara langsung dan tidak lang-
sung dalam aktivitas bisnis. Para pemimpin agama memandang konflik kekera- 2.4.2. Peningkatan jumlah pasukan tempur
san sebagai sesuatu yang secara sengaja dipicu atau direkayasa oleh pasukan keam- Kebijakan pemerintah meningkatkan jumlah pasukan tempur tercermin dari lang-
anan Indonesia sebagai pembenaran adanya intervensi militer. Pembunuhan kah pemerintah membentuk beberapa batalion baru di Papua Barat. Saat ini sudah
orang-orang tertentu dirancang untuk memicu kemarahan sekelompok orang ada tiga batalion infantri di Jayapura, Nabire dan Sorong. Untuk menghadapi
tertentu agar membalas dendam. Balas dendam itu nantinya menjadi pembe- peningkatan aktivitas kaum separatis, pemerintah berencana menempatkan
naran terhadap aksi balasan aparat keamanan.42 tiga batalion baru di Wamena, Timika dan Merauke.44 Batalion di Timika sela-
ma ini dikerahkan guna melindungi kepentingan penambangan emas dan tem-
baga milik Amerika Serikat.45 Pembentukan batalion baru tersebut mengakibat-
2.4. Militarisasi kawasan kan terjadinya peningkatan jumlah pasukan. Satu batalion terdiri dari 700
Pengurangan keberadaan tentara di Aceh menjadi bagian penting dalam Per- sampai 1.000 pasukan. Maka enam batalion berarti jumlah pasukan perang
janjian Helsinki. Hal ini tampak jelas pada bagaimana tentara bergerak ke arah berlipatganda menjadi antara 4.900 sampai 6.000 pasukan. Anggota batalion ini
yang berlawanan di Papua Barat. Meskipun warga Papua menyerukan pengur- dikenal sebagai ‘pasukan organik’, yaitu bagian dari pasukan teritorial reguler
angan keberadaan tentara Indonesia dan penarikan pasukan perang Indonesia, di tingkat provinsi, menjadi apa yang disebut tentara siap siaga.
pemerintah Indonesia bersikeras untuk mempertahankan kebijakannya milite- Jumlah ‘pasukan non-organik’ akan meningkat secara tajam dengan adanya
risasi kawasan Papua Barat. Hal ini terkait dengan perluasan komando teritori- rencana tentara Indonesia membentuk divisi Komando Strategis Angkatan Darat
al dan peningkatan jumlah pasukan perang. (KOSTRAD) di Papua Barat. Saat ini KOSTRAD memiliki dua divisi, keduanya ber-
basis di pulau Jawa. Unit-unit KOSTRAD merupakan pasukan yang sangat ter-
spesialisasi, diperkuat dengan persenjataan paling canggih yang ada, para pra-
2.4.1. Memperluas komando teritorial juritnya juga melalui latihan perang yang amat berat. Divisi baru ketiga KOSTRAD
Sejalan dengan program ekspansi, pemerintah mengambil keputusan untuk ini akan ditempatkan di Sorong dekat lokasi eksploitasi gas alam cair yang
membentuk sejumlah komando militer baru di Papua Barat. Untuk seluruh dikerjakan oleh British Petroleum (BP) di bawah proyek Tangguh. Divisi baru ini
wilayah Papua Barat, saat ini ada satu komando militer yang disebut Komando dimaksudkan untuk menghadapi ‘ancaman separatisme.’ Menurut komandan
Daerah Militer (KODAM), dengan markas besar di Jayapura. KOSTRAD, Jenderal Hadi Walyuo, keputusan untuk melakukan ekspansi ini ter-
12 13

kait dengan sumber ancaman terhadap pertahanan Indonesia. Dengan adanya deral purnawirawan, politisi dan pebisnis besar asal Jakarta juga memegang kon-
satu divisi yang ditempatkan di Papua Barat, maka ancaman separatis di Papua sesi kayu. Pihak-pihak yang menikmati manfaat dari konsesi ini kebanyakan ada-
bisa dideteksi secara dini dan ditangani dengan cepat.46 lah kroni bisnis mereka, para petinggi militer atau pejabat senior beserta kelu-
Indonesia pun secara serius berkomitmen untuk meningkatkan kebe- arga mereka, yang bukan orang Papua.53
radaan militer di Papua Barat. Menteri Pertahanan, Juwono Sudarsono, men- Pembalakan liar juga banyak terjadi di Papua Barat.54 Hutan Papua Barat telah
gumumkan bahwa sekitar 15.000 pasukan akan dikirim ke Papua pada tahun lama menjadi target utama perusahaan pelaku pembalakan liar. Perusahaan-peru-
2010.47 Ekspansi militer ini akan mengakibatkan kenaikan jumlah pasukan sebe- sahaan tersebut berkembang pesat di Papua Barat seiring dengan lenyapnya
sar 50 persen di Papua Barat mulai dari 30.000 pasukan saat ini sampai ke seki- hutan-hutan lain di berbagai wilayah di Indonesia dan besarnya kebutuhan kayu
tar 50.000 pasukan. Selain peningkatan dari segi angka, muncul kenyataan dari pasar luar negeri, khususnya Cina. Sekitar 70 persen dari batang-batang kayu
yang mencekam bahwa pasukan siap tempur ini masuk ke dalam keseluruhan yang diselundupkan ke luar Indonesia oleh pedagang kayu ke Cina, Singapura,
peningkatan tersebut. Penguatan tentara yang terencana di Papua ini secara Malaysia dan ke seluruh penjuru dunia berasal dari Papua Barat. Pada tahun 2003,
kontras berkebalikan dengan inisiatif yang diluncurkan oleh masyarakat sipil 7.2 juta meter persegi diselundupkan ke Papua Barat.55 Pelakunya bukan hanya
untuk menjadikan Papua Barat Tanah Damai.48 orang Indonesia tetapi juga warga negara asing seperti warga Malaysia yang ter-
libat dalam bisnis pembalakan liar di Papua Barat.56 Jelas bahwa pasukan keam-
anan Indonesia, baik tentara maupun polisi, sangat terlibat baik secara langsung
2.5. Eksploitasi Sumber Daya Alam maupun tidak langsung, dalam bisnis penyelundupan batang kayu dari Papua
Papua Barat memiliki sumber daya alam yang luar biasa, seperti emas, temba- Barat.57 Investigasi yang dilakukan oleh Environmental Investigation Agency (EIA)
ga, minyak bumi, mineral, gas alam cair, kayu dan perikanan. Secara teori, yang berbasis di London mengungkapkan bahwa “pembalakan liar di Papua
mereka adalah rahmat untuk seluruh warga Papua. Akan tetapi, eksploitasi den- umumnya melibatkan kolusi antara tentara Indonesia, geng pembalak liar asal
gan cara-cara yang tidak adil ini merupakan salah satu hambatan bagi perdamaian Malaysia dan eksploitasi terhadap masyarakat adat.”58
di Papua Barat. Para pemimpin agama kuatir akan terjadinya “pencurian dan pen- Sementara bisnis kayu telah memberi kontribusi yang berarti pada pemerin-
grusakan sumber daya alam.”49 tah Indonesia, bisnis ini menjadi salah satu hambatan dalam menciptakan per-
damaian di Papua Barat. Perusahaan-perusahaan kayu, yang legal maupun tidak,
mengabaikan atau sama sekali tidak peduli dengan prinsip lingkungan hidup
2.5.1. Penebangan dan pembalakan hutan di Indonesia. yang berkelanjutan. Penghancuran hutan Papua Barat berlangsung terus mene-
Industri sumber daya alam dengan dampak geografis terbesar adalah peneban- rus dan lenyap dengan cepat.59
gan hutan, konsesi ini mencakup hampir sepertiga dari seluruh kawasan Papua Penduduk asli Papua, yang tidak tahu tingginya nilai kayu di pasar, umum-
Barat. Hutan tersebut tersebar luas sekitar 41.5 juta hektar atau 23% dari selu- nya dieksploitasi dan ditipu baik oleh penebang kayu legal maupun ilegal. Seca-
ruh wilayah hutan Indonesia yang mencapai 180 juta hektar. Sementara itu, seki- ra umum, hak atas tanah yang merupakan milik nenek moyang komunitas lokal.
tar 22 juta hektar dikategorikan sebagai “hutan produksi” pada hal ini merupakan Para perusahaan ini mengandalkan militer dan polisi untuk mengamankan
kawasan konservasi.50 Menurut Direktur Greenpeace Asia Tenggara, Emmy kepentingan mereka. Maka dari itu, pos militer dan polisi banyak ditemukan di
Hafild, lebih dari 25 persen hutan yang secara alamiah berada di Papua Barat telah daerah-daerah konsesi penebangan kayu. Penduduk asli Papua yang menuntut
dijual dalam konsesi kepada sederetan perusahaan kayu untuk diekspor ke hak atas tanah milik nenek moyang mereka dituduh sebagai pemberontak sepa-
Jepang, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Cina.51 ratis dan diintimidasi oleh pasukan keamanan Indonesia.60
Pada tahun 2001, terdapat sekitar 40 perusahaan kayu yang beroperasi seca-
ra aktif di Papua Barat. Kontribusi finansial dari hutan Papua Barat kepada
pemerintah Indonesia selama lima tahun sejak tahun 1995 sampai 2000 adalah 2.5.2. Penambangan emas dan tembaga oleh Amerika Serikat
sekitar $100 juta per tahun.52 Perusahaan asal Amerika Serikat, Freeport McMoran, menambang emas dan tem-
Industri kayu di Papua Barat didominasi oleh kalangan elit yang mengeli- baga di Papua Barat melalui anak perusahaannya Freeport Indonesia (FI). FI ada-
lingi mantan Presiden Suharto, termasuk sepupu juga keluarganya. Sejumlah jen- lah satu-satunya perusahaan pembayar pajak terbesar di Indonesia, perusahaan
14 15

dengan jumlah karyawan terbesar di Papua Barat dan menjadi sumber lebih dari dukan Indonesia atas Papua Barat. Pemerintah daerah juga menekankan pada
50% pemasukan Papua Barat.61 kebutuhan kompensasi dan rehabilitasi korban pelanggaran hak asasi manusia
Tahun 1988, diketahui bahwa terdapat cadangan mineral besar di Pegu- juga keluarga dan ahli waris mereka.68 Akan tetapi, Pemerintah Indonesia tidak
nungan Grasberg tepat di sebelah tambang yang sudah ada. Temuan di Grasberg berhasil memasukkan usulan-usulan tersebut ke dalam Undang-Undang Otonomi
ini menjadikan Freeport salah satu produsen tembaga dan emas terbesar di Khusus Papua. Langkah ini sengaja diambil untuk melindungi para pelaku
dunia. Hal ini semakin meningkatkan pentingnya nilai Papua Barat bagi Indo- pelanggaran hak asasi manusia. Sampai hari ini, pemerintah Indonesia belum
nesia. Perusahaan ini memiliki hak untuk mengeksplorasi sekitar 2.3 juta are tanah menyodorkan usulan apapun tentang bagaimana pelanggaran hak asasi manu-
di luar kawasan operasinya sekarang, dengan harapan bisa mendapatkan lebih sia yang belum terselesaikan ini akan ditangani.
banyak lagi cadangan mineral. Saat ini perusahaan tengah mengkaji daerah-
daerah lain di Papua Barat dengan tujuan melakukan eksploitasi lebih lanjut.62
Status Freeport sendiri kontroversial karena terlibat dalam jalinan kelompok- 2.7. Tidak adanya sistem peradilan yang efektif
kelompok elit dan militer selama zaman Soeharto. Sejak tahun 1992, perusahaan Pemerintah Indonesia selalu mengklaim bahwa Republik Indonesia merupakan
ini membayar lebih dari 1.8 triliun dolar Amerika Serikat dalam bentuk pajak negara hukum dan berhasil menelurkan sejumlah peraturan perundang-undan-
dan penghasilan untuk Indonesia dan berpuluh-puluh juta dolar ke militer.63 Sela- gan untuk mengelola urusan di dalam negara tersebut. Oleh karena itu, masuk
ma tahun 1990-an Freeport menjual saham aset pertambangan dan lainnya, yang akal untuk mengharapkan pemerintah mampu merumuskan kebijakan-kebija-
mencakup mulai dari pembangkit listrik sampai perumahan dan layangan kate- kan yang sejalan dengan undang-undang. Warga negara Indonesia dihimbau
ring, kepada para rekanan bisnis Suharto.64 Pertambangan ini telah lama ditu- untuk menghormati hukum yang berlaku di negara tersebut. Pengadilan Indo-
ding sebagai upaya melucuti kekayaan alam milik warga setempat dan pihak mili- nesia diharapkan menyelesaikan kasus-kasus sesuai dengan undang-undang
ter yang menjaga pertambangan terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia.65 yang berlaku.
Akan tetapi kenyataan justru berbeda. Tidak mudah bagi pemerintah Indo-
nesia untuk tunduk pada hukum. Akibatnya penegakan hukum menjadi sema-
2.6. Pelanggaran hak asasi manusia yang tak terselesaikan dan kin sulit. Hal ini tampak pada adanya kebijakan yang saling bertentangan untuk
secara sengaja diabaikan masalah yang sama. Contohnya pada tahun 2001, Presiden Megawati Soekar-
Pemerintah Indonesia mengakui bahwa kebijakan yang sentralistis ini terbukti no Putri menyetujui dan menandatangani Undang-Undang No. 21/2001 ten-
gagal memberikan penghormatan terhadap hak asasi di provinsi Papua. Pemerin- tang Otonomi Khusus untuk Provinsi Papua. Dua tahun kemudian, pada bulan
tah Indonesia juga mengakui bahwa kebijakan tersebut mengabaikan pentingnya Januari 2003, presiden yang sama mengeluarkan Instruksi Presiden No. 1/2003
penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia.66 Meskipun demikian, pemerintah tentang pemekaran Papua Barat menjadi tiga provinsi. Kedua kebijakan terse-
tidak menunjukkan adanya keinginan untuk menyelesaikan pelanggaran hak but saling bertentangan satu dengan lainnya.
asasi manusia masa lalu. Pemerintah juga tidak memperjelas pendekatan apa yang Lemahnya penegakan hukum tergambar dari tidak adanya sistem peradilan
akan dipakai guna menyelesaikan pelanggaran-pelanggaran ini di masa men- yang efektif. Pengadilan Indonesia diwarnai oleh korupsi di setiap tingkat pro-
datang. ses peradilan, mulai dari polisi sampai ke pemeriksa dan para hakim. Karena gaji
Pemerintah memberi kewenangan kepada provinsi Papua untuk mendiri- bulanan mereka tidak memadai, mereka mencari penghasilan tambahan mela-
kan cabang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia untuk menjunjung, melin- lui uang suap. Lazim bagi para hakim untuk berkolusi dengan pemeriksa, yang
dungi dan menghormati hak asasi manusia.67 Sebagaimana dimandatkan oleh menyiapkan kasus sedemikian rupa sehingga lemah dan hakim kemudian dapat
Undang-Undang No. 21/2001 tentang Otonomi Khusus untuk Provinsi Papua, membebaskan tersangka dengan mudah. Sistem peradilan Indonesia juga gagal
cabang dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) dibentuk di meminta pertanggungjawaban pelaku pelanggaran hak asasi berat. Akibatnya,
Papua Barat. Namun undang-undang ini tidak menyebut bagaimana pelangga- kegagalan tersebut melahirkan budaya impuntas, yang menjadi penghalang bagi
ran hak asasi manusia di masa lalu semestinya ditangani. perdamaian.
Pemerintah daerah mengakui adanya kebutuhan untuk melakukan inve- Budaya impuntas ini tampak pada kenyataan yang menunjukkan bahwa tidak
stigasi terhadap pelanggaran hak asasi manusia sejak tahun 1963, sejak pendu- ada gugatan yang diajukan kepada pihak berwenang atas aksi penyiksaan dan
16 17

pembunuhan sewenang-wenang terhadap sejumlah mahasiswa Papua pada Selain Badan Pemeriksa Keuangan dan Kantor Kejaksaan Agung, pemerin-
bulan Desember 2000 di Abepura.69 Melihat situasi tersebut, warga Papua men- tah Indonesia membentuk sejumlah lembaga baru, seperti Komisi Pemberantas
jadi yakin bahwa pelaku pelanggaran hak asasi berat yang tak terselesaikan di Korupsi, Pengadilan Anti Korupsi dan Komisi Yudisial, dengan tujuan memer-
Wasior (13 Juni 2001), Kemaam-Merauke (2001), Wamena (4 April 2003), Marye- angi korupsi. Mereka yang ditemukan bersalah melakukan korupsi bisa dipen-
di Teluk Bintuni (2004), Mulia-Puncak Jaya (2004) dan Assue-Mappi (1995- jara selama bertahun-tahun. Akan tetapi, hal ini tidak membongkar akar per-
2004) juga akan menikmati impunitas. Sulit bagi warga Papua untuk merasa dilin- masalahan, karena korupsi di Indonesia tertanam kuat di dalam tradisi budayanya.
dungi oleh negara Indonesia. Oleh karena itu pemberantasan korupsi membutuhkan perubahan kultural.
Melihat sistem hukum negara ini yang serba tidak memadai, International Korupsi yang merajalela juga ditemukan di Papua Barat. Akan tetapi hal ini
Crisis Group mendesak pemerintah Indonesia untuk memberikan perlindungan harus dilihat dalam kaitannya dengan pemerintah pusat di Jakarta. Simon
dan menegakkan keadilan bagi seluruh warga negara dengan cara menerapkan Patrick Morin, wakil Papua dalam Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indone-
undang-undangnya sendiri dengan baik. Jika pemerintah sendiri gagal menerap- sia, menyoroti bahwa korupsi di Papua Barat “merupakan produk sebuah mesin
kan undang-undangnya dengan baik kepada petinggi militer dan pejabat sipil yang sudah korup sejak lama. Warga Papua menyebutnya ini semua seperti sebu-
senior dan hanya menerapkannya pada pejabat rendahan, maka banyak orang ah sungai. Jika sumbernya berlumpur, maka seluruh isi sungai menjadi kotor.”73
akan bertahan dengan keyakinannya bahwa para pejabat akan menikmati Dengan kata lain, apabila pemerintahan pusat korup, pemerintah daerah, ter-
impunitas dan terus melanggar hak asasi manusia. Tak hanya itu, para korban masuk di Papua, juga menjadi korup. Korupsi di kantor pemerintah daerah di
pelanggaran hak asasi manusia berat seperti di Papua Barat menjadi semakin yakin Papua Barat merupakan cerminan dari budaya korupsi Indonesia.
bahwa negara tidak akan melindungi mereka.70 Mencermati kegagalan sistem pera- Para pemimpin agama mengakui bahwa budaya korupsi ini merupakan
dilan Indonesia, para pemimpin agama di Papua Barat menyatakan: “Kami salah satu dari kepedulian mereka.74 Korupsi membuat pemerintah daerah tidak
melihat bagaimana hukum ‘dijual’ kepada para penawar dengan harga terting- bisa berfungsi sebagaimana mestinya sehingga menjadi hambatan bagi perda-
gi ... dan mereka yang duduk di kursi kekuasaan menikmati impunitas dari maian di Papua Barat. Program pembangunan juga tidak bisa berjalan. Dana yang
pemeriksaan.”71 diperuntukkan untuk pembangunan di Papua Barat dialihkan untuk tujuan-tuju-
an lain. Sebagai akibatnya, para ibu tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang
merupakan haknya dan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang
2.8. Budaya korupsi di Indonesia mereka butuhkan.
Indonesia adalah salah satu negara paling korup di seluruh dunia. Korupsi jelas-
jelas ada di mana-mana dan berdampak pada seluruh aspek kehidupan di Indo-
nesia. Korupsi melemahkan sistem, menghambat pembangunan dan menjadi 2.9. Gelombang pendatang asal Indonesia
akar masalah dari ketidakmampuan pemerintah Indonesia menjalankan fung- Pada tahun 1960, ketika Papua masih di bawah pendudukan Belanda, 736.700
sinya secara efektif. jiwa hidup di wilayah ini. Nyaris seluruh populasi di wilayah ini adalah penduduk
Para investor swasta mesti berhadapan dengan prosedur berbelit-belit dan asli Papua, yang terdiri dari 252 kelompok etnis.
regulasi yang serba mengekang. Para penanam modal harus mendapatkan izin Namun sejak Indonesia mengambil alih wilayah ini pada tahun 1963,
khusus untuk mendirikan usaha dan mendapatkan tanda tangan tambahan agar demografi Papua Barat berubah. Populasi total meningkat tiga kali lipat. Berda-
bisa mengimpor barang. Hal-hal seperti inilah yang menyuburkan praktik korup- sarkan catatan pemerintah setempat, jumlah penduduk mencapai 2.387.427 di
si dan penyalahgunaan kekuasaan. akhir tahun 2002. 1,241,462 (52 persen) adalah penduduk asli Papua dan
Pemerintah Indonesia bertanggung jawab atas sistem hukumnya yang seper- 1,145,965 (48 persen) adalah non Papua atau pendatang.75 Komposisi populasi
ti ini. Sementara berbagai perangkat hukum dan perundang-undangan disah- mengalami perubahan dengan adanya arus masuk pendatang asal Indonesia.
kan untuk memberantas korupsi, masalah ada pada penegakan hukum. Hal ini Ada dua jenis pendatang asal Indonesia. Pertama, mereka yang secara khu-
tampak jelas dalam pelaksanaan kontrak. Indonesia memiliki catatan yang san- sus dibawa ke Papua Barat oleh pemerintah Indonesia dalam rangka program
gat buruk untuk hal ini, dengan berada di posisi 145 dari 155 negara.72 Korupsi transmigrasi, yang sebagian didanai oleh Bank Dunia. Antara tahun 1964 dan
membuat sistem hukum di Indonesia menjadi tidak efektif. 1999, sekitar 245.130 keluarga pendatang atau 546.693 orang ditempatkan di
18 19

Papua Barat. Mereka menetap di 216 pemukiman atau pedesaan yang dibangun 2.10. Marginalisasi penduduk asli Papua
oleh pemerintah.76 Diperkirakan lebih dari 160.000 hektar hutan berkualitas baik Pendatang Indonesia memainkan peran dominan di dalam masyarakat.84 Mere-
di Papua Barat digunakan pemerintah Indonesia untuk menempatkan para ka memimpin di sektor perdagangan, jasa, konstruksi dan kontrak di Papua Barat.
pendatang yang dibawa oleh pemerintah dalam program transmigrasi, dengan Sebaliknya, penduduk asli Papua menghadapi masalah ekonomi yang besar. Para
mengabaikan hak tanah milik nenek moyang penduduk asli Papua.77 Para pen- pemimpin agama di Papua Barat melihat bahwa “ekonomi rakyat tidak dikem-
datang memiliki akses yang mudah menuju kota, karena pemerintah membu- bangkan, rakyat kecil dibodohi secaras ekonomi oleh orang/kelompok tertentu,
atkan jalan-jalan yang menghubungkan kota-kota tersebut dengan desa-desa serta sarana dan prasarana penunjang ekonomi tidak merarta.”85
mereka. Perlahan tetapi pasti, kawasan transmigrasi tersebut berkembang men- Sangat sulit bagi penduduk asli Papua untuk berkompetisi dengan para
jadi kota dengan populasi yang meningkat tajam. pendatang yang memiliki keterampilan lebih baik dan jaringan bisnis yang
Kedua adalah ‘pendatang spontan.’ Mereka tidak dibawa masuk oleh pemerin- lebih luas, pengalaman yang lebih lama di bidang pemasaran dan perekonomian
tah Indoensia tetapi datang dengan sendirinya dengan adanya perbaikan jad- modern dan memiliki modal lebih besar. Setelah melakukan survei ekonomi di
wal kedatangan kapal-kapal penumpang. Mereka membanjir masuk ke Papua Timika, Agus Sumule, sosiolog terkemuka di Papua Barat, menyimpulkan bahwa
untuk melarikan diri dari kemiskinan dan demi meraih harapan atas kehidupan “akibat gelombang pendatang yang begitu besar, penduduk asli Papua bisa
yang lebih baik dibandingkan dengan di Indonesia bagian Barat yang sudah dipastikan kalah dalam kompetisi.”86 Nyaris semua kantor pemerintahan dan
penuh sesak. Mereka berdiam di seluruh kota besar yang ada di Papua Barat. perusahaan swasta didominasi oleh pendatang.87 Para pemimpin agama di Papua
Akibat gelombang pendatang asal Indonesia, jumlah warga baru menjadi Barat menyadari bahwa penduduk asli Papua selama ini termarjinalisasi dan ter-
semakin meningkat. Pada tahun 1980, 30 persen dari populasi kota-kota utama abaikan, khususnya mereka yang tinggal di desa-desa terpencil dan terisolasi.88
di Papua Barat adalah pendatang asal Indonesia. Pada tahun 1988, jumlah kese- Dominasi kaum pendatang memunculkan perasaan pahit di kalangan pen-
luruhan pendatang di kota-kota tersebut mencapai angka 65%, sementara pen- duduk asli Papua. Mereka merasa “apa yang menjadi milik mereka seperti tanah
duduk asli Papua sendiri mencapai 35% dari keseluruhan populasi. Dengan kata dirampas, hak mereka untuk mendapat pekerjaan dilanggar, mereka tidak ber-
lain, dua pertiga penduduk di semua kota besar di Papua Barat adalah penda- daya, mereka merasa iri dengan kemajuan orang lain dan dipandang rendah seba-
tang.78 Seperti diberitakan di harian Kompas di Indonesia, persentase pendatang gai kelompok yang inferior – belum lagi soal stigma yang dilekatkan pada diri
terus meningkat, karena ribuan pendatang masuk ke Papua Barat setiap tahun.79 mereka (bodoh, miskin, malas, dll).”89 Dalam situasi semacam ini, peristiwa kecil
Kecenderungan ini tampak jelas di Merauke, sedangkan 70% dari seluruh popu- dengan mudah memicu konflik besar antara masyarakat adat Papua dengan pen-
lasi adalah pendatang dan 30% masyarakat adat Papua.80 Di Jayapura, ibukota datang seperti yang terjadi di kawasan pasar rakyat di Abepura bulan Novem-
Papua Barat, 80% populasi adalah non-Papua.81 Warga Papua menjadi terasing ber 2000, dimana 16 orang cedera.90 Bentrokan kekerasan seperti ini bisa terja-
di tanah mereka sendiri.82 Pada tahun 2002, 48 persen dari seluruh populasi di di kapan saja dan dimana saja di Papua Barat, kecuali jika ada aksi afirmasi untuk
Papua Barat adalah pendatang dan 52 persennya penduduk asli Papua. membantu menjembatani kesenjangan yang semakin melebar antara pendatang
Di masa mendatang, akan ada lebih banyak lagi pendatang masuk ke Papua asal Indonesia dan penduduk asli Papua.
akibat eksploitasi gas alam cair yang dirintis oleh proyek Tangguh dari British
Petroleum (BP).83 Karena warga Papua tidak bisa mengisi seluruh atau sebagian
lapangan kerja yang tersedia, BP akan merekrut lebih banyak lagi pendatang untuk 2.11. Potensi penyalahgunaan kemajemukan demi tujuan politik
menjalankan operasinya. Keberadaan Perusahaan BP akan menarik lebih bany- Pada akhir tahun 2002, populasi Papua Barat meningkat hingga 2.387.427,
ak pendatang. Jika arus yang demikian terus berlanjut, maka masyarakat adat dimana 1.235.670 di antaranya pemeluk Protestan, 543.030 pemeluk Katolik,
Papua, yang sudah menjadi kaum minoritas di Indonesia, juga akan menjadi 498.329 Muslim, 7.249 Hindu dan 4,123 Buddha.91 Hingga saat ini belum per-
minoritas di tanah kelahiran mereka sendiri dalam beberapa tahun ke depan. nah ada konflik kekerasan antara para pemeluk agama berbeda di Papua Barat.
Hal ini bukan berarti tidak ada masalah dalam hubungan antar masyarakat den-
gan berbagai latar belakang agama di Papua Barat.
Memang para pemimpin agama merasa prihatin dengan adanya rasa saling
curiga antar agama yang berbeda di Papua Barat karena, seperti disebut oleh Uskup
20 21

Leo, “kemajemukan yang ada seringkali dimanipulasi dan digunakan sebagai alat kepada gerakan Papua merdeka dengan berkedok penegakan hak asasi manusia
untuk memicu konflik agama.”92 Kecurigaan ini sebagian diperkuat oleh kon- sementara pada kenyataannya mereka justru mendukung gerakan separatis.100
flik kekerasan antar pemeluk agama berbeda di wilayah dan kota lain di Indo- Kelompok jihad sudah masuk ke Papua Barat. Jafar Umar Thalib, komandan
nesia, seperti di Kalimantan, Poso dan Maluku. Laskar Jihad yang mendapatkan pelatihan di Afghanistan, mengaku bahwa
Para pemimpin agama menyadari bahwa kurang ada rasa saling pengertian kelompoknya telah mendirikan kantor cabang melalui forum komunikasi ber-
dan ketulusan iman antar pemeluk agama berbeda. Masyarakat punya pema- nama Ahlus Sunnah Waljamaah di sejumlah kota di Papua Barat, seperti Jayapura,
haman yang kurang tentang agama lain di luar agama mereka sendiri. Tidak ada Sorong, Fakfak, Timika, Nabire, dan Manokwari.101 Ahlus Sunnah Waljamaah
komunikasi dan koordinasi di dalam satu agama dan antar agama berbeda. Ter- adalah kelompok Islam militan dan Laskar Jihad menjadi bagian dari kelompok
jadi diskriminasi dalam penyediaan pelayanan publik bagi pemeluk agama tersebut. Ayip Syafruddin, juru bicara kelompok militan ini mengakui bahwa ang-
minoritas di wilayah-wilayah tertentu. Sedangkan agama yang dipeluk oleh may- gota Laskar Jihad terlibat dalam menyebarluaskan Islam dan aktivitas edukatif,
oritas populasi di wilayah lain tidak mendapatkan pengakuan. Terjadi konflik menerbitkan buletin dan tabloid untuk kelompok Muslim di Papua. Kebera-
teologis dalam agama-agama tersebut dan ada kecenderungan untuk mengek- daannya telah dilaporkan secara resmi kepada pihak berwenang di kota-kota ter-
sploitasi agama demi tujuan politis.93 Berdasarkan pengamatan dari akar rum- sebut.102
put, Uskup Leo berucap “Bahkan pada saat tidak ada kericuhan antar anggota Sekalipun kelompok mengklaim bahwa aktivitas mereka hanya terkait soal
kelompok yang berbeda, elemen-elemen tertentu yang memililiki kepentingan agama dan sosial kemanusiaan, anggota Laskar Jihad diketahui menyebarluaskan
politis atau kekuasaan bisa dengan mudah memanipulasi perbedaan-perbedaan VCD yang menampilkan bentrokan sektarian di Kepulauan Maluku, terlibat
identitas yang ada untuk memicu konflik kekerasan karena etnis-agama.”94 dalam kotbah yang membakar amarah yang mempertentangan kaum Muslim
Para pemimpin agama menyadari bahwa ada upaya-upaya untuk memicu dengan kelompok Kristen dan membagi-bagikan leaflet berisi pesan yang sama.103
perbedaan antar warga sipil dengan mengeksploitasi perbedaan latar belakang Keberadaan dan aktivitas mereka mulai mengusik masyarakat yang tinggal di
agama, ras, etnis, status sosial dan aspirasi politis. Lebih khusus lagi, mereka pri- Papua.104
hatin dengan terbentuknya Forum Komunikasi Masyarakat Perantau, forum Kelompok fundamentalis Muslim ini dikirim ke wilayah ini demi membantu
komunikasi yang eksklusif untuk warga non Papua, yang menimbulkan kece- pasukan keamanan Indonesia menghadapi kelompok separatis Papua.105 Warga
masan di kalangan masyarakat Papua.95 Papua mencurigai masuknya para pejuang jihad ini didukung oleh sejumlah ele-
Kemajemukan agama dan tradisi budaya dapat disalahgunakan demi tuju- men dalam pemerintah dan militer Indonesia. Pemerintah menampik adanya
an-tujuan politis. Kemajemukan tersebut juga bisa digunakan untuk mem- penyusupan oleh Laskar Jihad,106 tetapi polisi Indonesia berhasil menangkap bebe-
peroleh atau mempertahankan kekuasaan politis tertentu. Tanda-tanda penya- rapa anggota kelompok107 dan menghentikan sirkulasi surat kabar yang dikelo-
lahgunaan kemajemukan ini terjadi di Papua. Para kandidat bupati la kelompok tersebut di Papua Barat.108 Sejumlah oknum tentara diduga mem-
mengeksploitasi sentimen agama dan etnis guna meraih dukungan selama biayai dan membantu Laskar Jihad mencapai tujuan mereka,109 sekalipun mereka
pemilihan kepala daerah (pilkada).96 menyanggah adanya dukungan dari mereka terhadap aktivitas-aktivitas yang ber-
tentangan dengan hukum.110 Laskar Jihad secara terbuka dibubarkan beberapa
hari sebelum ledakan bom Bali tahun 2002. Akan tetapi, tidak ada berita apa-
2.12. Penyusupan milisi Laskar Jihad kah anggota Laskar Jihad sudah ditarik dari wilayah Papua Barat.
Kelompok fundamentalis Muslim asal Indonesia, terutama yang tergabung
dalam kelompok Laskar Jihad,97 yang memandang masyarakat adat Papua seba-
gai orang-orang kafir. Mereka juga mencurigai umat Kristen sebagai separatis dan 2.13. Pembentukan kelompok milisi baru
meyakini bahwa mereka harus diberantas.98 Kelompok milisi yang sama menu- Selain masuknya milisi Laskar Jihad ke wilayah ini, ada tiga kelompok milisi lain
ding gereja Kristen sebagai pelindung gerakan separatis di Papua Barat.99 Pand- yang dibentuk di Papua Barat.
angan serupa dimiliki pasukan keamanan Indonesia, yang memandang kelom- Pertama adalah kelompok milisi Papua yaitu Satgas Papua. Milisi ini secara
pok-kelompok Kristen memberikan mendukung secara sembunyi-sembunyi eksklusif beranggotakan penduduk asli Papua yang tidak berpendidikan atau tidak
punya latar belakang pendidikan yang tinggi. Tidak ada yang tahu siapa yang
22 23

membentuk Satgas Papua dan darimana kelompok ini berasal. Kelompok ini mun- Kebanyakan sekolah di wilayah-wilayah terpencil, dimana seluruh murid-
cul begitu saja pada tahun 1999 dan secara luas diterima oleh penduduk asli nya adalah penduduk asli Papua, nyaris tak punya materi pengajaran. Bangu-
Papua. Kelompok ini memberikan perlindungan kepada para pemimpin Papua nan sekolah tidak terawat. Kebanyakan sekolah dasar kekurangan fasilitas, per-
yang terlihat dalam perlawanan tanpa kekerasan melawan pendudukan Indo- abot dan dukungan material. Semakin banyak sekolah tidak bisa berfungsi
nesia atas Papua Barat dan melindungi aktivitas tanpa kekerasan yang dilaku- dengan semestinya akibat kurangnya guru. Gaji rendah, begitu pula standar pela-
kan oleh penduduk asli Papua di bawah kepemimpinan Presidium Dewan Papua tihan dan keterampilan untuk guru. Buku-buku pelajaran sekolah tidak didi-
(PDP). Anggota Satgas Papua, yang tidak punya bekal pelatihan profesional, spon- stribusikan secara merata ke berbagai desa.115
tan bergabung dalam unit-unit kelompok ini yang bermunculan di seluruh Kebanyakan murid Papua belum bisa membaca saat keluar dari sekolah
Papua Barat, termasuk di desa-desa terpencil. Keberadaannya merupakan bukti dasar.116 Mayoritas masyarakat adat Papua tidak mendapatkan pendidikan atau
nyata tentang adanya perlawanan terhadap pendudukan Indonesia. Kelompok mengecap tingkat pendidikan yang rendah. Angka buta huruf perempuan Papua
milis ini memperjuangkan negara Papua Barat yang merdeka. adalah 44% dibandingkan dengan 78% di seluruh Indonesia, dan untuk laki-laki
Milisi kedua adalah Satgas Merah-Putih, dimana merah putih di sini ada- Papua adalah 58% dibandingkan 90% di seluruh negeri.117 Hanya 10% dari
lah warna bendera nasional Indonesia. Kelompok milisi ini beranggotakan pen- warga Papua yang mengecap pendidikan sekolah menengah atas dan hanya 1%
duduk asli Papua yang direkrut dan dilatih oleh tentara Indonesia, dikerahkan yang lulus perguruan tinggi.118
oleh angkatan darat Indonesia dan mematuhi instruksi mereka.111 Seperti nam- Kualitas pendidikan tidak juga membaik. Sebaliknya, menurut Uskup Leo,
anya yang diambil dari warna bendera Indonesia, kelompok paramiliter ini ber- “sektor pendidikan semakin memburuk, terutama di daerah pegunungan dan
tujuan menandingi gerakan perlawanan Papua dan memastikan agar Papua Barat tempat-tempat terpencil.”119
berada di bawah pendudukan Indonesia. Keberadaan dan aktivitas kelompok ini
menimbulkan kecurigaan dan perpecahan di kalangan penduduk asli Papua.
Kelompok milisi yang ketiga disebut dengan Front Pembela Merah Putih yang 2.15. Layanan kesehatan yang terabaikan
namanya juga diambil dari bendera Indonesia. Eurico Guterres, pemimpin mili- Pemerintah Indonesia telah mendirikan pusat-pusat klinik di berbagai kecama-
si Timor Timur dan penggagas kelompok ini, berkunjung ke Timika, salah satu tan di Papua Barat. Menurut para pemimpin agama, pusat-pusat ini tidak punya
kota di Papua Barat yang menjadi lokasi perusahaan raksasa tambang emas dan staf memadai dan obat-obatan yang diperlukan serba kurang, terutama di wilay-
tembaga yang berbasis di Amerika Serikat, Freeport, dan mendeklarasikan ber- ah-wilayah terpencil yang sepenuhnya dihuni penduduk asli Papua. Para pemim-
dirinya Front Pembela Merah Putih. Tujuannya adalah untuk membela merah pin agama juga prihatin dengan kondisi dan situasi buruk yang dialami oleh para
putih, yaitu antara lain, integritas teritorial Indonesia, dengan melawan gera- staf kesehatan, standar pelayanan yang rendah, kurangnya peralatan dan fasi-
kan damai Papua agar merdeka dari Indonesia.112 Kelompok milisi ini merekrut litas kesehatan serta pendanaan yang tidak memadai untuk sektor kesehatan
kebanyakan anggotanya dari kaum pendatang asal Indonesia. Kelompok yang masyarakat.120
secara keras menjadi oposisi masyarakat sipil dan polisi Indonesia di Papua Barat, Lebih dari 50% anak-anak Papua di bawah usia lima tahun menderita kekur-
tidak pernah memberikan pengumuman terbuka tentang pendirian kelompok angan gizi. Hanya 40.8% anak-anak Papua mendapatkan imunisasi dibanding-
tersebut. Anggota-anggotanya tampak masih beroperasi di Papua Barat.113 kan dengan rata-rata nasional yang mencapai 60.3%. Angka kematian bayi jauh
lebih tinggi (186 per 1.000 bayi) dibandingkan dengan angka kematian bayi di
tingkat nasional.121 Angka kematian ibu di Papua Barat tiga kali lebih tinggi dib-
2.14. Buruknya kualitasi pendidikan andingkan di seluruh Indonesia.122
Di Papua terdapat 2.378 sekolah dasar, 238 sekolah menengah pertama, 105 seko- Layanan kesehatan dasar yang tidak memadai ini mengakibatkan angka
lah menengah atas, dua perguruan tinggi negeri dan beberapa perguruan ting- kematian akibat penyakit-penyakit yang sebenarnya bisa dicegah menjadi ting-
gi swasta di Papua.114 Pendidikan dipandang penting untuk pembangunan dan gi. Pada tahun 2005, 354 masyarakat adat Papua meninggal dunia akibat peny-
kesejahteraan, dan pemerintah provinsi telah menetapkan pendidikan sebagai akit-penyakit seperti ini di kecamatan Nabire.123 Pada bulan November 2005, 19
prioritas utama dalam program pembangunannya. Akan tetapi para pemimpin orang meninggal dunia di desa Aibore dan kecamatan Siriwo di Nabire; 37
agama merasa prihatin dengan rendahnya tingkat pendidikan di Papua Barat. orang meninggal dunia dalam waktu dua minggu di desa Sainowa dan desa Taguo-
24 25

to di kecamatan Topo di Nabire; 155 orang meninggal dunia di Hitadipa dan Wan- 2.17. Tidakadanya kebijakan yang konsisten di Papua Barat
dae di kabupaten Paniai, sejak bulan Desember 2005 sampai Maret 2006, 154 Jatuhnya rezim diktator Suharto di Indonesia pada pertengahan tahun 1998 mem-
warga Papua meninggal di kabupaten Paniai. Pada bulan Maret dan April 2006, bawa iklim demokrasi yang lebih baik di Indonesia. Warga Papua mengambil
diare membunuh 151 orang di kabupaten Jayawijaya dan 30 orang di kabupa- peran dengan memanfaatkan situasi demokratis yang baru untuk mengung-
ten Yahukimo.124 kapkan tentang diri mereka dan duka cita mereka dan untuk mengekspresikan
Tingginya angka kematian warga Papua akibat buruknya layanan kesehatan tuntutan mereka secara terbuka dan damai akan hak menentukan nasib sendi-
acapkali terjadi di desa-desa terpencil dan terisolir dimana seluruh populasi ada- ri. Demonstrasi damai dengan ribuan peserta berlangsung di sejumlah kota
lah penduduk asli Papua. Akan tetapi pemerintah tidak memperhatikan kasus- penting di Papua Barat, seperti Biak (2-6 Juli 1998), Wamena (7 Juli 1998), Jay-
kasus tersebut, mengabaikan dengan sengaja kurangnya ketersediaan layanan apura (1 Juli 1999), Sorong (5 Juli 1999) dan Timika (10 November-2 Desember
kesehatan bagi penduduk asli Papua. Sebaliknya, yang dijadikan kambing hitam 1999). Sejak tanggal 1 Desember 1999, warga Papua bergantian mengibarkan ben-
atas kematian tersebut adalah budaya setempat.125 dera Bintang Kejora di berbagai kota di seluruh Papua Barat.130 Bendera ini ada-
lah simbol penting nasionalisme dan perlawanan Papua terhadap penindasan
Indonesia.131 Demonstrasi damai menyerukan hak menentukan nasib sendiri terus
2.16. Penyebarluasan HIV/Aids berlanjut hingga hari ini.132
Jelas bagi para pemimpin agama di Papua Barat bahwa tingginya persentase orang Presiden ketiga Indonesia, B.J. Habibie, mengadakan pertemuan dengan 100
dengan HIV/Aids di Papua Barat merupakan ancaman berikut terhadap perda- orang wakil Papua untuk mendengar langsung mengapa mereka menuntut hak
maian. Kantor Dinas Kesehatan tingkat provinsi di Papua Barat melaporkan pada menentukan nasib sendiri. Pertemuan ini berlangsung tanggal 26 Februari 1999
bulan Juni 2004 bahwa dari total 1.579 pasien, 596 di antara mereka mengidap di istana kepresidenan yang prestisius, Istana Merdeka, di Jakarta dan dihadiri
Aids dan 983 terjangkit HIV.126 Diperkirakan sekitar 5 persen dari populasi telah oleh seluruh menteri kabinet juga pemimpin militer dan kepala polisi nasional.
terinfeksi. Mengingat populasi di provinsi ini mencapai 2.3 juta, maka angka ini Dalam pertemuan tersebut, warga Papua secara terbuka menyampaikan kepada
adalah yang tertinggi di Indonesia. Angka kematian bayi juga diperkirakan Presiden bahwa mereka ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk
akan tetap tinggi selama sepuluh tahun mendatang akibat tingginya persenta- negara Papua Barat merdeka. Mereka mengungkapkan tiga alasan tuntutan ter-
se pengidap HIV/Aids.127 Para pemimpin agama kuatir dengan “buruknya kesa- sebut: (1) Papua Barat masuk ke Indonesia secara ilegal; (2) Warga Papua Barat
daran masyarakat tentang masalah-masalah kesehatan, tingginya angka kema- menjadi korban kejahatan atas kemanusiaan yang dilakukan tentara Indonesia,
tian ibu dan anak, penyebaran HIV/Aids dan rendahnya tingkat kesejahteraan dan (3) pemerintah Indonesia mengabaikan hak-hak warga Papua atas pem-
keluarga.”128 bangunan sosial, ekonomi dan kultural.133 Tuntutan mereka diperkuat oleh
Setelah meneliti tentang Aids, reproduksi dan kolonisasi Papua Barat sela- Musyawarah Besar (MUBES) Papua yang diselenggarakan pada tanggal 26 sam-
ma sepuluh tahun, Leslie Butt, antropolog kesehatan asal Kanada, menyebut- pai 29 Februari 2000134 dan Kongres Papua Kedua sejak tanggal 29 Mei sampai
kan beberapa alasan pentingnya memberikan prioritas pada penanganan HIV. 4 Juni 2000 di Jayapura.135
Ia menunjukkan bahwa komunitas internasional tidak paham betapa pentin- Menanggapi tuntutan hak menentukan nasib sendiri yang diungkapkan
gnya masalah tersebut. Budaya setempat selalu dijadikan kambing hitam atas warga Papua, Pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh presiden keempatnya,
penyebaran HIV. Peran penting kaum birokrat dalam memberikan informasi Abdurrahman Wahid, menawarkan status otonomi khusus kepada mereka.
memadai tentang hubungan seksual yang aman tidak dijalankan. Hanya peker- Undang-Undang no. 21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua disah-
ja seks asal Indonesia yang diajari bagaimana caranya menggunakan kondom. kan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan disahkan oleh pre-
Warga Papua tidak banyak tahu tentang kondom karena tidak pernah didistri- siden kelima Indonesia, Megawati Soekarno Putri, pada bulan Oktober 2001.
busikan kepada mereka. Di Papua Barat, penduduk Papua memiliki tingkat Undang-undang ini memungkinkan Papua Barat untuk:
infeksi HIV lebih tinggi dibandingkan pendatang asal Indonesia.129 – mengekspresikan identitas kultural Papua melalui bendera dan lagu Papua;
– membentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk mengungkapkan kebe-
naran sejarah peristiwa masa lalu di Papua Barat dan membuka kantor cabang
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNASHAM);
26 27

– melangsungkan kewenangan pemerintahan sendiri kecuali untuk masalah- Parlemen Eropa juga sangat keberatan dengan kebijakan memecah Papua
masalah internasional, pertahanan keamanan, kebijakan moneter dan pera- menjadi tiga provinsi baru dan meminta pemerintah Indonesia untuk menca-
dilan; but dekrit presiden, karena bertentangan dengan Undang-Undang Otonomi Khu-
– menerima 80 persen dari pendapatan atas hasil hutan dan perikanan ditam- sus bagi Papua dan komitmen Uni Eropa untuk masalah tersebut.145
bah 70 persen dari penghasilan eksploitasi minyak dan gas bumi; Tekanan dari masyarakat mendesak pemerintah Indonesia untuk menun-
– membentuk Majelis Rakyat Papua (MRP) sebagai lembaga perwakilan seluruh da pembentukan provinsi Irian Jaya Tengah. Sekalipun demikian, pemerintah
masyarakat adat Papua, dengan sistem keanggotaan yang mewakili semua tetap meneruskan pembentukan provinsi Irian Jaya Barat. Hal ini berarti pro-
kelompok etnis, agama dan perempuan. vinsi Irian Jaya Tengah dapat dibentuk oleh pemerintah di masa mendatang kapan
saja, dengan atau tanpa berkonsultasi dengan masyarakat yang tinggal di Papua.
Undang-undang ini disambut baik oleh pemerintah provinsi, Dewan Perwaki- Kepemimpinan Presiden Megawati juga menunda pengesahan Peraturan
lan Rakyat Daerah tingkat provinsi, para pemimpin agama dan para pemikir dan Pemerintah tentang pembentukan Majelis Rakyat Papua (MRP), yang penting
mahasiswa di Papua. Komunitas internasional (Uni Eropa, Forum Kepulauan Pasi- untuk mengimplementasikan undang-undang otonomi khusus Papua. Akan teta-
fik dan Amerika Seikat) menyatakan dukungan mereka dengan menyediakan pi, Presiden Indonesia keenam, Susilo Bambang Yudhoyono, akhirnya menge-
tenaga pakar dan dukungan finansial guna memastikan keberhasilan dari imple- luarkan Peraturan Pemerintah tentang pembentukan MRP pada bulan Desem-
mentasi undang-undang otonomi tersebut. Mereka semua sepakat bahwa imple- ber 2004.146 Anggota MRP dipilih dan dilantik pada bulan November 2005.
mentasi undang-undang otonomi khusus yang sesuai dan efektif ini bisa mem- Akan tetapi, perlu digarisbawahi bahwa Presiden Susilo tidak menyelesaikan
berikan solusi yang realistis dan bisa dijalankan terhadap berbagai masalah kontroversi seputar pembentukan provisi Irian Jaya Barat. Majelis Rakyat Papua
yang ada di Papua Barat. dan Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) telah menolak keputusan pemerin-
Dengan mengantungi dukungan dari tingkat daerah, nasional dan inter- tah untuk membentuk provinsi Irian Jaya Barat. Sebagaimana dijabarkan dalam
nasional, Pemerintah Indonesia mulai mengubah kebijakannya di Papua Barat. undang-undang otonomi khusus Papua, provinsi baru tidak bisa dibentuk tanpa
Pemerintah Indonesia merasa bahwa implementasi undang-undang otonomi mendapat persetujuan dari MRP dan DPRP.
justru akan memperkuat gerakan separatis dan mempercepat terbentuknya Sekalipun menghadapi penolakan tersebut, pemerintah pusat tetap mengi-
negara Papua Barat yang merdeka. Seperti diungkapkan oleh Uskup Leo Laba Lad- zinkan provinsi Irian Jaya Barat untuk menyelenggarakan pemilihan guber-
jar dari Keuskupan Jayapura, “Muncul kecurigaan dari pemerintah pusat yang nurnya sendiri pada tanggal 11 Maret 2006. Provinsi di Papua ini menyeleng-
melihat undang-undang otonomi khusus tersebut sebagai senjata berbahaya yang garakan pemilihan gubernurnya tanggal 10 Maret 2006.
bisa dimanfaatkan oleh warga Papua untuk melakukan transisi menuju kemer- Sebagai akibatnya, pemerintah pusat Indonesia kini kebingungan. Apabila
dekaan.”136 pemerintah melantik gubernur provinsi Irian Jaya Barat yang baru terpilih,
Untuk memperlemah gerakan separatis di Papua Barat, pemerintah maka pemerintah melanggar sendiri pasal 76 Undang-Undang Otonomi Khu-
mengambil solusi yang berbeda, yaitu memecah provinsi Papua Barat menjadi sus bagi provinsi Papua. Apabila pemerintah berkomitmen menerapkan undang-
tiga provinsi berbeda. Regulasi ini berwujud Instruksi Presiden No.1/2003 yang undang otonomi khusus Papua, maka pemerintah harus membubarkan provinsi
dikeluarkan oleh Presiden Megawati.137 Langkah kontroversial ini dibuat oleh Irian Jaya Barat yang kontroversial. DPRP, kali ini, sudah memutuskan bahwa
pemerintah pusat tanpa berkonsultasi sebelumnya dengan warga Papua mau- mereka akan melakukan referendum apabila pemerintah pusat memaksa mem-
pun dengan pemerintah provinsi.138 bentuk provinsi Irian Jaya Barat karena merupakan pelanggaran undang-undang
Penduduk asli Papua tegas-tegas menolak langkah tersebut, yang dilakukan otonomi khusus Papua. Sampai sekarang masih terjadi kebuntuan, karena
guna melemahkan persatuan kultural mereka dengan menggunakan strategi pemerintah pusat bersikeras membentuk provinsi Irian Jaya Barat tanpa perse-
pecah-belah dan menjajah.139 Mereka mendapatkan dukungan penuh dari Dewan tujuan dari MRP dan DPRP.
Perwakilan Rakyat Daerah,140 para pemimpin agama Papua,141 para pemimpin Di sisi lain, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi Papua mengancam
adat,142 mahasiswa Papua143 dan lembaga Swadaya Masyarakat yang berbasis di untuk melakukan referendum apabila provinsi Irian Jaya Barat dibentuk kare-
Jayapura.144 na melanggar undang-undang otonomi khusus Papua. Undang-undang terse-
28 29

but tidak bisa diterapkan secara sepenuhnya dan efektif apabila masalah akibat Para pemimpin agama biasanya saling bertemu, berdiskusi tentang situasi
berdirinya provinsi Irian Jaya Barat yang tidak punya landasan hukum ini tidak terkini, membangun rasa saling pengertian bersama dan memberikan informa-
juga diselesaikan. si yang benar pada pengikut agama masing-masing. Ketika konflik agama yang
Melihat upaya-upaya pemerintahan pusat sejauh ini, terungkap bahwa dipicu secara politis pecah di berbagai tempat di Indonesia, para pemimpin agama
pemerintah tidak punya konsep jelas tentang bagaimana menyelesaikan masa- di sejumlah kota besar di Papua Barat mendiskusikan masalah tersebut dan beri-
lah di Papua Barat, termasuk soal pelanggaran hak asasi manusia yang tidak ter- nisiatif untuk berdoa bersama demi mencegah terjadinya konflik. Di kota-kota
selesaikan, kontroversi seputar Penentuan Pendapat Rakyat (Act of Free Choice) dimana forum lintas agama yang terjalin di antara para pemimpin agama sudah
tahun 1969, diskriminasi rasial dan supremasi masyarakat sipil atas kalangan mili- terbentuk, maka pertemuan antar para pemimpin agama berlangsung tanpa ada
ter di Papua. Ketimbang mendengarkan aspirasi warga Papua, pemerintah meng- masalah. Hal ini mendorong terbentuknya forum komunikasi lintas agama di
gunakan pendekatan serba coba-coba dalam upayanya menyelesaikan kasus kota-kota lain di Papua Barat. Dukungan yang besar yang diberikan oleh kalangan
Papua. Pemerintah pusat tidak punya keinginan untuk menerapkan undang- keagamaan melalui para pemimpin mereka ini memperkuat kerja bersama mem-
undang otonomi khusus Papua. Dengan demikian, masalah-masalah di Papua perjuangkan perdamaian.149
Barat tetap tidak terselesaikan. Para pemimpin agama di Papua Barat mengakui
bahwa, “Kami sendiri telah menyaksikan betapa otonomi khusus gagal mem-
perbaiki kehidupan masyarakat Papua.”147 3.2. Pendidikan hak asasi manusia
Dalam situasi dimana harga diri manusia tidak dihormati dan hak asasi dilang-
gar, para pemimpin agama Papua Barat menekankan pentingnya pendidikan hak
asasi manusia. Gereja Katolik, misalnya, telah melakukan pendidikan hak asasi

3. Harapan bersama demi Perdamaian manusia di kalangan gereja dan jemaah gereja di desa-desa yang terpencil dan
terisolasi di wilayah Keuskupan Jayapura. Gereja-gereja lain juga memberikan
pendidikan hak asasi manusia di komunitas mereka masing-masing. Oleh kare-
na itu, sudah selayaknya apabila para pemimpin agama berpendapat bahwa “Kami
Para pemimpin agama di Papua Barat mengakui bahwa meskipun terjadi hal- melakukan pendidikan hak asasi manusia di dalam komunitas kami masing-
hal yang disebutkan di atas, berlangsung sederetan kegiatan yang memberi masing.”150
kontribusi terhadap terwujudnya perdamaian di Papua. Kegiatan terkait dengan Pendidikan hak asasi manusia penting untuk membantu masyarakat mene-
perdamaian tersebut ada yang dimulai dari satu agama atau gereja; ada juga yang mukan kembali harga diri kemanusiaannya dan mempelajari hak-hak dan kewa-
merupakan upaya bersama yang dilakukan oleh semua agama. Semua kegiatan jiban-kewajiban dasar mereka. Pendidikan hak asasi manusia memungkinkan
terkait dengan perdamaian, baik di masa lalu maupun masa sekarang, menjadi masyarakat membela diri dan hak-hak mereka serta menghormati hak-hak
sumber keberanian dan harapan bagi masyarakat untuk melanjutkan upaya orang lain yang hidup bersama dengan mereka. Sekretariat Keadilan dan Per-
mewujudkan perdamaian di Papua Barat, sekalipun berbagai kesulitan dan tant- damaian Keuskupan Jayapura menyebut: “Pelatihan yang kami berikan untuk
angan yang ada tidak bisa dipungkiri. masyarakat setempat mencakup isu hak asasi manusia, akan tetapi pelatihan ter-
sebut utamanya dirancang untuk membantu masyarakat setempat memahami
diri mereka sendiri dan menempatkan mereka pada posisi yang sedemikian rupa
3.1. Hubungan yang baik antara pemimpin agama sehingga mampu menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang mereka hada-
Para pemimpin agama sepenuhnya menyadari pentingnya tampil bersama- pi.”151 Kumpulan pengalaman dari sederetan gereja ini menjadi sumber harapan
sama di hadapan publik di depan seluruh pemeluk agama di Papua Barat. bagi para pemimpin agama dan mendorong mereka untuk terus memberikan
Hubungan yang baik di antara mereka penting untuk dirintis dan, begitu terb- pendidikan hak asasi manusia dan melanjutkan kerja untuk perdamaian.
entuk, terus dipelihara dan dipertahankan. Guna memperkuat hubungan per-
sahabatan, para pemimpin agama saling berkunjung, khususnya pada saat pesta
dan perayaan keagamaan.148
30 31

3.3. Himbauan lintas agama demi keadilan umpulkan makanan dan berburu. Mereka bergantung pada hasil hutan demi
Sementara pelanggaran hak asasi manusia berlangsung terus menerus di Papua mempertahankan kelangsungan hidup.159
Barat, para pemimpin agama Kristen, Islam, Hindu dan Budha berulangkali men- Pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat menjadi salah satu prioritas
geluarkan pernyataan bersama yang menghimbau keadilan.152 Oleh karena itu, utama berbagai agama dan gereja di Papua Barat. Beberapa gereja menjalankan
sudah selayaknya mereka berpendapat bahwa “Kami bekerja sama untuk meng- program-program pendidikan untuk pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas.
himbau masalah-masalah keadilan dan perdamaian.”153 Gereja Katolik misalnya, membentuk pusat pelatihan yang dikelola oleh
Himbauan lintas agama demi keadilan ini tidak dilatarbelakangi oleh kep- yayasan di bawah Gereja guna mendidik warga Papua muda dari suku Mee dari
entingan politik apapun. Justru sebaliknya, himbauan ini didasari oleh iman dan Wilayah Pegunungan Tengah, Papua Barat. Sejak tahun 1970-an, pusat tersebut
diungkapkan demi harkat martabat manusia dan demi perdamaian. Sebagaim- telah memberikan pelatihan ke lebih dari 2.000 warga Papua muda di hampir
ana dijelaskan oleh Uskup Leo, “Kami menyuarakan kepedulian kami terhadap seluruh desa di wilayah Paniai. Berbagai gereja dan agama lain menjalankan ber-
hak asasi manusia dan bekerja untuk membangun perdamaian sehingga masy- macam-macam kegiatan terkait dengan ekonomi yang dirancang untuk mem-
arakat menghargai hak-hak dasar mereka sendiri. Kami nyatakan sekali lagi berdayakan penduduk asli Papua. Seluruh kegiatan dilangsungkan guna “mema-
bahwa misi ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari iman kami dan stikan agar masyarakat dapat menjadi aktor dalam proses pembangunan” untuk
tidak dilatari oleh tujuan politik apapun.”154 “memperkuat posisi tawar dari perekonomian berbasis komunitas,” dan untuk
Para pemimpin agama meyakini bahwa pernyataan bersama berisi himbauan “mempersiapkan masyarakat agar terlibat aktif dalam kegiatan perekonomian.”160
demi keadilan penting untuk dikeluarkan, khususnya ketika para korban tidak Para pemimpin agama menyadari bahwa semua kegiatan terkait ekonomi yang
berdaya dan tidak mampu membela dirinya. Pihak berwenang mendengar per- dilakukan oleh berbagai agama memberikan harapan akan perdamaian di Papua
nyataan-pernyataan tersebut, sekalipun mereka tidak selalu memperhatikan Barat.
seruan-seruan para pemimpin agama ini.
Himbauan lintas agama demi keadilan ini juga memberikan harapan pada
korban ketidakadilan. Mereka merasa bahwa para pemimpin agama mendam- 3.5. Kekuatan perintis di bidang pendidikan
pingi mereka, mengetahui masalah mereka dan merasakan penderitaan mere- Pembangunan warga Papua tidak mungkin dilakukan tanpa adanya keterliba-
ka. Suara bersama dari para pemimpin agama memberikan kekuatan moral tan berbagai agama di sektor pendidikan di Papua Barat. Sekalipun pendudukan
kepada para korban untuk meneruskan perjuangan mereka demi keadilan. Den- Indonesia di Papua Barat sudah dimulai sejak tahun 1963, baru pada tahun 1975
gan kata lain, seruan lintas agama demi keadilan ini memberi harapan akan per- pemerintah Indonesia membangun sekolah-sekolah dasar negeri termasuk di
damaian di masa mendatang. desa-desa yang terpencil dan terisolir. Sekolah-sekolah tersebut dibangun sete-
lah Presiden Suharto mengeluarkan instruksi presiden. Sebelum pemerintah mem-
bangun sekolah negeri, gereja-gereja Protestan dan Katolik, sudah terlebih dahu-
3.4. Pemberdayaan ekonomi warga Papua lu menyediakan sekolah umum bagi warga Papua. Gereja-gereja inilah yang
Sebagaimana diungkapkan oleh para pemimpin agama, wilayah Papua Barat kaya menjadi perintis di bidang pendidikan. Hampir semua warga Papua yang kini
akan sumber daya alam, seperti emas, tembaga, minyak bumi, gas alam cair, kayu, duduk pada posisi penting di kantor-kantor pemerintahan, bekerja sebagai poli-
ikan, dan sebagainya.155 Akan tetapi, penduduk asli Papua terus hidup dalam kemi- tisi atau menjabat sebagai menteri dulunya mengecap pendidikan di sekolah-
skinan.156 Menurut pemerintah daerah, 80 persen populasi Papua tergolong sekolah yang dikelola oleh gereja. Di desa-desa terpencil dan terisolir, dimana
miskin.157 Berlimpahnya sumber daya alam tidak memberikan kemakmuran seluruh populasi terdiri dari penduduk asli Papua, gereja adalah institusi perta-
pada orang Papua. Keuntungan dari sumber daya alam kebanyakan dipungut ma yang menyediakan pendidikan untuk umum.161
oleh pemerintah pusat, sehingga warga Papua terpinggirkan secara ekonomi.158 Kelompok-kelompok agama ini tidak hanya menyediakan sekolah, tetapi juga
Penduduk asli Papua tidak mendapatkan pelatihan yang memadai maupun sistem asrama yang sangat populer dan diterima secara luas di Papua Barat. Asra-
akses untuk memperoleh modal. Akibatnya penduduk asli tidak mengalami pem- ma tersedia untuk laki-laki dan perempuan di berbagai kota, di tempat-tempat
berdayaan secara ekonomi. Kebanyakan dari mereka hidup tanpa pernah meme- dimana sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan perguruan ting-
gang uang kontan dan hidup dengan mengandalkan hasil peternakan, meng- gi berdiri. Para pelajar dari berbagai desa, suku, gereja dan agama tinggal bersa-
32 33

ma-sama selama masa sekolah. Asrama bukan sekedar tempat untuk tinggal, teta- 3.6. Pelayanan kesehatan
pi juga menjadi tempat dimana pribadi-pribadi mendapatkan kesempatan untuk Para pemimpin agama di Papua Barat meyakini bahwa kesehatan yang prima
berkembang. Para pelajar di asrama harus bisa hidup bersama secara harmonis merupakan hal yang penting bagi perdamaian dan oleh karena itu semua agama
dengan orang lain yang berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda. menekankan pentingnya kesehatan. Agama-agama tersebut bahkan mengam-
Mereka ditantang untuk menerima keberagaman, belajar antara satu sama lain- bil inisiatif untuk menyediakan layanan kesehatan masyarakat, terutama untuk
nya, memberikan dukungan pada sesama dan memperluas pandangan mereka masyarakat adat Papua. Kalangan Katolik dan Protestanlah yang paling aktif
tentang dunia. Di asrama, para pelajar membangun persobatan, yang berarti per- dalam hal ini.
sahabatan. Persahabatan baru yang berawal dan dibangun di sini tidaklah ber- Misionaris pertama di Papua Barat adalah orang-orang Barat. Mereka datang
dasarkan kesamaan keluarga, klan, desa, gereja, agama atau ras akan tetapi atas ke Papua tidak hanya untuk menyebarluaskan ajaran Yesus Kristus kepada masy-
dasar prinsip kemanusiaan yang sama. Tak heran apabila para pelajar ini tetap arakat adat Papua, tetapi juga untuk terlibat dalam penyediaan layanan kesehatan.
mempertahankan persahabatan yang terbentuk di asrama setelah mereka menye- Mereka menyediakan obat-obatan untuk masyarakat di pedesaan. Kediaman
lesaikan studi atau tinggal di kota yang berbeda. mereka yaitu biara berfungsi juga sebagai klinik kesehatan. Di sejumlah tempat,
Bagi penduduk asli Papua yang tinggal di desa-desa terpencil dan terisolir, para misionaris mendirikan poliklinik dan, untuk beberapa kasus, mereka bah-
pendidikan formal seperti yang diselenggarakan di sekolah-sekolah bukanlah bagi- kan mendirikan rumah sakit lengkap dengan dokter, spesialis kesehatan dan pera-
an dari budaya mereka sehingga mereka perlu menyesuaikan diri. Mereka tidak wat yang terlatih dan berkualitas.
punya banyak pengetahuan tentang pentingnya pendidikan bagi hidup mere- Di bawah pendudukan Indonesia, pemerintah mendirikan pusat-pusat kli-
ka dan tentang keikutsertaan mereka dalam program pembangunan daerah. Oleh nik, seperti PUSKESMAS, di hampir setiap kecamatan di Papua Barat. Sekalipun
karena itu, para pemimpin agama mengambil inisiatif untuk menjelaskan pen- demikian, pusat-pusat kesehatan ini tidak berfungsi secara semestinya karena
tingnya pendidikan melalui berbagai cara. Mereka terlibat dalam aktivitas-akti- kekurangan obat dan staf medis. Meskipun menghadapi kesulitan dan tantan-
vitas peningkatan kesadaran tentang pendidikan secara berkala di desa-desa dan gan, gereja mempertahankan pelayanannya di bidang kesehatan. Para pemim-
mendorong masyarakat berpartisipasi sepenuhnya dalam kesempatan-kesem- pin gereja terus menyediakan obat-obatan, terutama di desa-desa yang terpen-
patan yang lahir dari pendidikan dengan mengirimkan anak mereka ke sekolah cil dan terisolir yang seluruh populasinya adalah penduduk asli Papua.
dan mendukung studi mereka. Gereja-gereja menyediakan pelatihan terkait soal layanan kesehatan, menjalankan
Layak apabila para pemimpin agama berpendapat bahwa agama “telah kegiatan untuk mendukung perbaikan gizi ibu dan anak, memberikan pendidikan
lama menjadi perintis di bidang pendidikan dan penyedia sumber daya manu- soal HIV/Aids, menyebarkan informasi tentang pencegahan penyakin, dan
sia”, “mendirikan banyak sekolah, terutama di wilayah-wilayah terpencil,” mengkampanyekan gaya hidup sehat.
“membangun dan mempertahankan sistem asrama lintas budaya,” dan “beru- Gereja-gereja tersebut bahkan mendirikan lembaga swadaya masyarakat
saha mendorong partisipasi yang lebih besar di bidang pendidikan di dalam masy- yang bersifat ekumenis bernama Yayasan Betesda yang fokus khusus pada masa-
arakat dan memanfaatkan pendidikan untuk membangun karakter.”162 Keterli- lah-masalah kesehatan. Yayasan ini menyediakan obat-obatan dan panduan kese-
batan agama di bidang pendidikan memberikan kontribusi dalam banyak cara hatan, menjalankan program-program pelatihan dan bekerja untuk mempro-
guna membangun perdamaian di Papua. Oleh karena itu mereka bermaksud mosikan gaya hidup sehat di desa-desa.
untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan tersebut. Warga Papua yang tinggal di kota-kota termarjinalisasi. Mereka memiliki
Keterlibatan agama dalam pendidikan tercermin dalam pembentukan lem- masalah finansial sehingga tidak bisa menikmati layanan kesehatan yang ter-
baga swadaya masyarakat dengan maksud dan tujuan tersebut. Hingga saat ini sedia di rumah sakit-rumah sakit negeri yang ada di semua kota besar di Papua
terdapat tiga lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di dunia pendidikan, Barat. Gereja-gereja berinisiatif mendirikan rumah sakit163 dan klinik kesehatan
Yayasan Pendidikan Kristen (YPK), yang dikelola oleh gereja Protestan; Yayasan untuk masyarakat miskin. Masyarakat bisa pergi ke rumah sakit atau klinik
Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) yang dikelola oleh gereja Katolik; kesehatan yang dikelola gereja tanpa kuatir mengalami diskriminasi. Komuni-
dan Yayasan Pendidikan Islam (YAPIS) yang dikelola oleh kalangan Islam. tas Hindu, yang beranggotakan warga non-Papua atau pendatang, juga menye-
diakan layanan sosial, seperti tindakan medis gratis untuk penduduk asli Papua
34 35

di beberapa desa dan membuka klinik kesehatan yang menyediakan pelayanan lewat konseling dan berbagai kegiatan sosial lainnya.169 Ini adalah sejumlah con-
gratis setiap hari Minggu di Jayapura.164 toh kegiatan terkait dengan perdamaian yang memberikan harapan dan doron-
Para pemimpin agama meyakini bahwa keterlibatan mereka di bidang lay- gan pada para pemimpin agama untuk melanjutkan karya mereka demi perda-
anan kesehatan memberikan kontribusi secara signifikan pada upaya mempro- maian di Papua.
mosikan perdamaian di Papua. Mereka memiliki keinginan untuk terus melan-
jutkan kerja mereka. Bercermin pada keterlibatan kelompok agama dan gereja
di sektor kesehatan, para pemimpin agama mengungkapkan bahwa kelompok 3.8. Lingkungan politik
agama “memulai, membangun dan mempromosikan pelayanan – termasuk Misi keagamaan tidak berlatar belakang politik. Agama bukan, dan seharusnya
juga layanan doa – untuk memperbaiki kesehatan masyarakat,” “membantu tidak pernah, menjadi alat politik untuk memperoleh maupun mempertahan-
memperbaiki asupan gizi ibu dan anak,” “mengelola klinik kesehatan,” “men- kan kekuasaan. Agama seharusnya tidak memperkenankan pemerintah mendikte
didik masyarakat tentang HIV/Aids dan penyakit-penyakit lain” dan “meng- dan menentukan visi, misi dan kegiatan mereka. Sekalipun pemerintah dan
kampanyekan gaya hidup yang sehat.”165 kelompok agama sama-sama bekerja untuk kebaikan bersama masyarakat, mere-
ka berdiri secara independen satu dengan lainnya. Karena agama merupakan lem-
baga yang independen, para pemimpin agama di Papua Barat meyakini bahwa
3.7. Lingkungan sosial “agama memiliki posisi tawar yang khusus.”170
Masyarakat Papua Barat terdiri dari kelompok-kelompok etnis dan ras yang ber- Para pemimpin agama di Papua Barat menyadari para politisi mengelom-
beda dengan tradisi budaya dan agama yang juga berbeda. Para pemimpin pok-kelompokkan masyarakat menjadi mereka yang mendukung otonomi dan
agama meyakin bahwa kemajemukan merupakan sumber kekayaan masyarakat mereka yang menentangnya, kelompok yang mendukung pemekaran Papua Barat
Papua Barat.166 Oleh karena itu mereka mempromosikan keberagaman sebagai menjadi beberapa provinsi berbeda dan kelompok yang menolak pemekaran ter-
rahmat Tuhan yang harus dirangkul, dirayakan dan dipelihara dengan hati-hati sebut. Perpecahan di dalam masyarakat ini diperburuk dengan adanya kecuri-
guna mempromosikan hubungan sosial yang sehat, pembangunan daerah dan gaan yang muncul akibat tekanan yang dirasakan oleh penduduk asli Papua sela-
perdamaian di Papua. ma lebih dari 40 tahun berada di bawah pemerintahan Indonesia. Tekanan ini
Para pemimpin agama juga mendukung berkembangnya kepekaan sosial. mempertajam perpecahan antar penduduk asli Papua, antara pendatang asal Indo-
Mereka menekankan pada pentingnya solidaritas dengan orang lain, terutama nesia dan penduduk asli Papua juga antara pemerintah Indonesia dan pendu-
mereka yang membutuhkan dan kurang beruntung, tanpa memandang latar bela- duk asli Papua.
kang mereka. Masyarakat dididik untuk hidup sebagai saudara dalam kemanu- Kalangan agama mencoba untuk meleburkan pengelompokan tersebut den-
siaan sebagai satu keluarga dan untuk saling berbagi dalam suka dan duka. Ber- gan bersama-sama mendorong persekutuan bersama di antara masyarakat yang
bagai pemeluk agama di Papua Barat secara spontan mengungkapkan solidaritas tinggal di Papua. Seperti disampaikan oleh Uskup Leo, pemimpin agama memi-
dengan mereka yang tengah menderita. Komunitas Hindu, misalnya, menun- liki komitmen untuk “bekerjasama dan berjalan bersama karena misi kami ada-
jukkan solidaritas mereka dengan “membantu saudara-saudara kita yang terke- lah membangun perdamaian dan persekutuan di antara seluruh masyarakat.”171
nal bencana alam, seperti yang terjadi di Nabire.”167 Dalam kerja mereka untuk membangun persekutuan tersebut, kalangan agama
Kelompok agama juga mempromosikan kesejahteraan sosial di Papua tidak mendukung satu kelompok atau partai politik tertentu, tetapi membela dan
Barat. Hal ini tampak dalam pembentukan rumah yatim piatu berbasis agama mempromosikan hak-hak dasar dan nilai-nilai kehidupan manusia.172 Berkaca
yang merawat anak-anak laki-laki dan perempuan dari berbagai kelompok etnis pada peran pemersatu yang dimainkan oleh kalangan agama di Papua Barat, para
dan ras. Gereja Katolik Roma, misalnya, mengelola rumah yatim piatu berna- pemimpin agama menunjukkan bahwa “agama berperan sebagai ‘sabuk pen-
ma Putri Kerahiman di Jayapura, yang menjadi tempat tinggal untuk lebih dari gaman’ (‘safety belt’) dan membangun persatuan.”173
100 anak laki-laki dan perempuan dari berbagai kelompok etnis dan ras yang ber- Para pemimpin agama mencatat bahwa demokrasi selama ini tidak ada.
beda.168 Kelompok agama juga memberikan pelatihan keterampilan dan pendi- Pemerintah Indonesia tidak memberi ruang bagi masyarakat di Papua Barat untuk
dikan untuk kalangan muda dan mencoba menjawab masalah-masalah sosial melaksanakan hak mereka untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan kepu-
36 37

tusan. Kelompok adat, kelompok agama dan perempuan tidak mendapatkan tem- nuhnya pada nilai-nilai yang sejalan perdamaian sebagaimana termaktub dalam
pat untuk terlibat secara penuh dan aktif dalam proses pembangunan.174 Pemerin- ajaran Gereja. Bagi Gereja, bekerja untuk perdamaian merupakan panggilan suci.
tah secara terus menerus menggunakan pendekatan dari atas ke bawah (top down). Jadi sekalipun ada kecurigaan dari pihak-pihak tertentu tentang kerja mereka demi
Sejak awal masa pendudukan Indonesia atas wilayah Papua Barat, kebanyakan keadilan, hak asasi manusia dan perdamaian, gereja-gereja di Papua “memiliki
keputusan politik tentang pembangunan Papua Barat yang dibuat pemerintah panggilan dan komitmen untuk terus memainkan peran kenabian demi harkat
mengabaikan nilai harkat martabat manusia, realitas masyarakat yang beragam, dan martabat manusia yang diberikan oleh Tuhan dalam bekerjasama dengan
himbauan demi keadilan, perencanaan pembangunan yang partisipatif, hak asasi semua orang demi kehendak yang baik.”178 Keinginan para pemimpin gereja untuk
manusia dan penghormatan pada integritas ciptaan-Nya.175 Meskipun meng- bekerjasama dengan agama-agama lain demi kepentingan perdamaian berda-
hadapi berbagai tantangan dan kesulitan, para pemimpin agama berulang kali sarkan pada keyakinan bahwa “agama bisa membawa perdamaian apabila pen-
menekankan “pentingnya etika dalam pengambilan keputusan juga pentingnya gikutnya melampaui ketaatan kelembagaannya dan melebur di tingkat iman dan
mengambil langkah-langkah damai dan menghormati harkat martabat manu- pengalaman tentang Tuhan sebagai awal, sumber dan tujuan umat manusia.”179
sia dalam menjawab persoalan-persoalan”176 demi perdamaian di Papua Barat. Keterlibatan kelompok Muslim dalam perjuangan demi perdamaian di
Papua Barat berakar pada tradisi Islam. Kelompok Muslim memandang kerja
untuk perdamaian sebagai misi agama. Oleh karena itu, seperti disebutkan oleh
Zuber Hussein, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) cabang Papua Barat, “Islam

4. ‘Papua, Tanah Damai’ jelas-jelas mendorong perdamaian.” Ini karena “Islam” berarti “perdamaian, keba-
hagiaan dan kesejahteraan.” Hal ini diungkapkan dalam ucapan salam “Assala-
mu alaikum warahmatullahi wabarakatuh”, yang berarti “Semoga damai beser-
ta Anda dan semoga Anda diberkahi ampunan Allah.” Ucapan selama tersebut
Gambaran di atas tentang ancaman dan harapan akan perdamaian menjelaskan merupakan doa yang diucapkan agar orang tersebut mendapatkan berkah dari
latar belakang dari kampanye perdamaian yang dicanangkan oleh para pemim- Tuhan. Dengan demikian, orang yang mengucapkan salam sebenarnya men-
pin agama di bawah moto ‘Papua, Tanah Damai.’ Untuk bisa memahami moto gucapkan doa perdamaian. Islam mengakui apa yang disebut sebagai rahmatan
tersebut, maka inisiatif perdamaian lintas agama ini perlu menjelaskan konsep lilalamin, yang berarti Islam akan selalu menjadi rahmat bagi semua orang di
‘Papua, Tanah Damai’ sebagaimana yang dipahami oleh para pemimpin agama dunia tanpa membeda-bedakan. Oleh karena itu, Islam mengupayakan saling
di Papua Barat. Bagian ini menjelaskan tentang motivasi, visi dan nilai yang men- mengenal dan saling memahami antar kelompok yang berbeda di dalam masy-
dasari ‘Papua, Tanah Damai’, juga komitmen yang diambil oleh para pemimpin arakat.180
agama untuk bekerja bersama demi perdamaian di Papua. Bagi para pemeluk agama Hindu di Papua Barat, kerja demi perdamaian meru-
pakan ungkapan iman. Sebagaimana diungkapkan oleh pemimpinnya, I Gusti
Made Sunartha, perdamaian merupakan tujuan kehidupan seseorang.181 Hal ini
4.1. Misi keagamaan jelas-jelas tercantum dalam istilah Santih dan dijabarkan dalam Yajurveda
Keterlibatan para pemimpin agama di Papua Barat memperjuangkan perda- xxxvi.17
maian bertumpu pada keyakinan agama dan berjalan beriringan dengan misi “Ya, Tuhan Yang Maha Kuasa, anugerahkanlah kedamaian di langit, damai di
keagamaan mereka. Mereka mengakui bahwa setiap agama mengajarkan bagaim- angkasa, damai di bumi, damai di air, damai pada tumbuh-tumbuhan, damai
ana caranya memperoleh dan mewujudkan perdamaian. Uskup Leo menekan- pada pepohonan, damai bagi para dewata, damailah Brahma, damailah alam
kan bahwa kerja untuk perdamaian merupakan “misi keagamaan kita dan misi semesta. Semoga kedamaian senantiasa datang pada kami.”182
ini sejalan dengan kebutuhan masyarakat.”177
Di mata pemeluk agama Kristen, perdamaian merupakan nilai yang dise- Kata “perdamaian” selalu hadir dalam doa-doa pemeluk agama Hindu. Saat men-
barluaskan dalam ajaran Gereja dan keinginan terdalam dari semua umat manu- gakhiri doa, umat Hindu selalu mengucap “Om Santih” yang berarti “Semoga
sia tanpa kecuali. Oleh karena itu, keterlibatan kelompok agama Kristen demi ada damai”. Dengan demikian, mereka berdoa demi perdamaian.
mewujudkan perdamaian tidak memiliki motivasi politik tetapi berdasarkan sepe-
38 39

Perdamaian diyakin sebagai akar dari kebahagiaan individu. Hinduisme men- Deklarasi lintas agama ini merupakan hasil dari refleksi terhadap sederetan
gajarkan cara mengalami damai dalam hidup seseorang, yang terdiri dari tiga kegiatan yang sebelumnya telah dimulai oleh penduduk asli Papua. Dalam
konsep: sebuah pertemuan yang berlangsung di Serui, ibukota Kabupaten Yapen Waro-
– Tat Twam Asi, kesadaran akan kasih sayang untuk segala sesuatu yang ada di pen, pada bulan Juni 1999, kaum muda dan mahasiswa Papua menyodorkan gaga-
alam semesta; san tentang zona damai. Para mahasiswa ingin agar pertemuan tersebut ber-
– Tri Karya Parisuda (Tiga Tindakan Suci), yaitu pikiran yang suci, ucapan yang langsung damai. Hal ini agar pertemuan tersebut tidak dipandang sebagai upaya
suci dan perilaku yang suci; perlawanan dan tidak dibubarkan oleh pasukan keamanan Indonesia. Setelah
– Tri Hitha Karana (Tiga Sebab Kedamaian dan Kebahagiaan), yaitu Tuhan, umat mendapatkan dukungan dari Presidium Dewan Papua (PDP), Marthen Tanawane,
manusia dan alam semesta. kepala suku Papua di Serui, menyatakan bahwa kecamatan Yapen Waropen
adalah zona damai. Deklarasi publik mengenai hal ini dibuat di hadapan warga
Para pemeluk agama Hindu berpartisipasi dalam mendukung perdamaian den- Papua dan warga non Papua pada tanggal 17 September 2000.187
gan menerapkan Tat Twam Asi, Tri Karya Parisuda and Tri Hitha Karana dalam Gagasan zona damai kemudian didiskusikan lebih terperinci oleh Dewan Adat
kehidupan sehari-hari. Dalam bekerja bersama demi perdamaian di Papua, Papua (DAP), yang mempertimbangkannya sebagai ungkapan yang sesuai untuk
mereka juga berbagi nilai-nilai keagamaan ini dengan orang-orang dengan komitmen perdamaian di Papua. Dalam kongres tahunan mereka, para kepala
agama berbeda. suku memberikan dukungan pada penduduk asli Papua tentang pembentukan
Berakar dari tradisi keagamaan, para pemimpin agama di Papua Barat mey- Papua Barat sebagai “kawasan yang bebas dari kekerasan, penindasan dan duka
akini bahwa agama mampu membawa perdamaian. Misi keagamaan membuat cita.”188 Pembentukan Papua sebagai “zona damai” diterima luas oleh penduduk
mereka memiliki komitmen untuk bekerja bersama demi perdamaian. Seba- asli Papua karena mencerminkan keinginan mendalam mereka untuk hidup den-
gaimana dijelaskan oleh Uskup Leo, pemimpin agama “ingin bekerja bersama gan harkat martabat di tanah mereka sendiri, dimana mereka tidak lagi diper-
dan berjalan bersama karena misi kami adalah membangun perdamaian dan per- lakukan sebagai kaum separatis tetapi sebagai manusia.
sekutuan di antara semua orang.”183 Sebagai dukungan terhadap inisiatif perdamaian yang disodorkan oleh pen-
Motivasi kegamaan dari kerjasama lintas agama demi perdamaian diung- duduk Papua, Lembaga Studi dan Advokasi Hak-hak Asasi Manusia (ELSHAM),
kapkan dengan baik dalam ungkapan doa Hindu, OM Santih Santih Santih OM, lembaga swadaya masyarakat yang berbasis di Jayapura bersama-sama dengan
yang berarti “Dalam rahmat Tuhan kami membawa damai di hati kami, damai pemerintah provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan kepolisian menga-
di dunia dan damai di kehidupan yang akan datang.”184 Jadi perdamaian pada dakan sebuah konferensi untuk mendiskusikan konsep Papua sebagai zona
saat yang sama adalah motif dan tujuan yang ingin dicapai melalui kerjasama damai. Sebagaimana didefinisikan dalam konferensi tersebut, “Papua sebagai zona
lintas agama. Para pemimpin agama meyakini bahwa komitmen untuk mem- damai” menandai situasi dimana Papua dan warganya bebas dari konflik fisik
buat Papua Tanah Damai merupakan tindakan iman kepercayaan kepada dan psikologis. Demi perdamaian, seluruh kebijakan pembangunan perlu mem-
Tuhan.185 Dan mereka pun berkomitmen untuk mempromosikan Papua Barat pertimbangkan kondisi sosial dan kultural Papua Barat. Konsep Papua sebagai
sebagai Tanah Damai.186 zona damai ini perlu dirumuskan ke dalam bentuk undang-undang.189 Pada
tanggal 1 Desember 2002, Tom Beanal, presiden Presidium Dewan Papua (PDP)
dan pemimpin suku Amungme, menyatakan Papua Barat sebagai zona damai.190
4.2. Visi ‘Papua, Tanah Damai’ Para pemimpin agama sepenuhnya mendukung deklarasi “zona damai”,
Komitmen lintas agama demi perdamaian adalah penting tetapi tidaklah cukup. karena penduduk asli Papua dan pendatang asal Indonesia sama-sama mengin-
Komitmen seperti ini perlu diwujudkan dalam aktivitas bersama. Inisiatif perda- ginkan perdamaian dan ingin melihat Papua Barat berubah menjadi wilayah yang
maian lintas kepercayaan perlu dipandu oleh, dan diarahkan menuju, sebuah visi damai. Semua orang mengharapkan Papua Barat “bebas kekerasan, kericuhan dan
yang jelas dan disepakati bersama oleh para pemimpin agama di Papua. Visi ter- banjir darah.”191 Dalam penjabaran yang lebih terperinci, para pemimpin agama
sebut dikemukakan dengan baik dalam ‘Papua, Tanah Damai’, sebuah deklarasi menafsirkan ‘Papua, zona damai’ tidak hanya sebagai “wilayah yang bebas kekera-
yang dikeluarkan bersama oleh para pemimpin agama pada tanggal 5 Februari 2003. san,” tetapi sebagai “wilayah dimana masyarakat berpegang pada rasa persauda-
‘Papua, Tanah Damai’ kemudian menjadi moto dari kampanye perdamaian. raan, menampik kekerasan dan menghindari konflik dalam bentuk apapun.”192
40 41

Dengan bercermin pada situasi ini, para pemimpin agama menyadari bahwa kebersamaan, persaudaraan yang tulus, dan kesejahteraan. Inilah nilai-nilai
istilah ‘zona damai’ ini bisa salah dimengerti. Misalnya, apabila sejumlah tem- yang mendasari konsep ‘Papua, Tanah Damai.’ Mereka meyakini bahwa Papua
pat di Papua Barat disebut sebagai zona damai, yang lain bisa dianggap sebagai akan menjadi tanah perdamaian apabila nilai-nilai dasar tersebut sepenuhnya
zona perang. Mereka kemudian memilih ‘Papua, Tanah Damai.’ Dalam mer- diwujudkan ke dalam kehidupan semua orang dan ke dalam semua elemen masy-
umuskan pernyataan ini, para pemimpin agama bermaksud memperjelas bahwa arakat.199
seluruh, bukan hanya sebagian, Papua Barat adalah Tanah Damai. Seruan ini
merupakan ajakan kepada semua orang yang hidup di Papua untuk bergabung
dan bekerja demi perdamaian.193 Sebagaimana ditekankan oleh Pendeta Andre- 4.3.1. Kesadaran dan penghormatan terhadap pluralitas
as Ayomi, kepala Persekutuan Gereja-Gereja di Papua (PGGP) pada saat itu, Pluralitas agama adalah salah satu ciri masyarakat Papua Barat. Anggota masy-
bekerja demi ‘Papua, Tanah Damai’ mewakili tanggung jawab semua orang arakat Papua memeluk agama berbeda-beda seperti Kristen, Islam, Hindu, Budha
yang tinggal di Papua guna menjaga agar perdamaian terus tumbuh dan ber- dan agama-agama tradisional lainnya. Karena mayoritas populasi memeluk
kembang.”194 agama Kristen, Papua Barat menjadi wilayah Kristen terbesar di salah satu nega-
Konsep ‘Papua, Tanah Damai’ yang dibayangkan oleh para pemimpin agama ra Islam terbesar di dunia – Indonesia.
lebih dari sekedar tidak ada kekerasan. Sebagaimana digambarkan oleh Pende- Mayoritas penduduk asli Papua terbagi ke dalam gereja dan denominasi yang
ta Herman Saud, tujuan ‘Papua, Tanah Damai’ “bukanlah sekedar mengakhiri berbeda-beda. Warga Papua yang tinggal di wilayah utara kebanyakan bergabung
kekerasan yang dilakukan oleh tentara dan polisi Indonesia, tetapi juga men- dalam gereja Protestan, sedangkan yang tinggal di sebelah selatan cenderung
ciptakan iklim dimana semua orang tinggal di Papua bisa menikmati hubungan masuk Katolik. Hanya sebagian kecil warga Papua memeluk agama-agama tra-
yang harmonis dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan disional (2 persen) dan Islam (2 persen). Kebanyakan pendatang asal Indonesia
dengan seluruh ciptaan-Nya.”195 Hal ini berarti bahwa konsep ‘Papua, Tanah adalah umat Muslim.
Damai’ bukan sekedar kondisi di suatu wilayah saja melainkan sebuah situasi Masyarakat Papua Barat juga beragam dalam segi etnis. Sekalipun semua
sosial196 “dimana semua orang bisa tumbuh dan mewujudkan diri mereka sepe- masyarakat adat Papua tergolong ke dalam ras yang sama, yaitu Melanesia,200
nuhnya sebagai manusia”.197 mereka terbagi-bagi ke dalam 252 kelompok etnis yang berbeda. Para pendatang
Menuju terciptanya ‘Papua, Tanah Damai’, para pemimpin agama beru- asal Indonesia, yang berasal dari ras Melayu, juga terdiri dari kelompok etnis yang
paya membangun persatuan semangat dan untuk berjalan bersama dengan berbeda-beda seperti Jawa, Bugis, Menado, Ambon, Batak, dll. Sekalipun mere-
semua pemeluk agama. Mereka telah terlibat dalam upaya bersama mengakhi- ka saling berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, yaitu bahasa nasio-
ri konflik berdarah dan meredam segala potensi konflik kekerasan, dengan mey- nal Indonesia, masing-masing kelompok etnis, baik warga Papua maupun non-
akini bahwa “hanya dalam perdamaianlah setiap orang bisa tumbuh dan ber- Papua, memiliki bahasanya sendiri-sendiri yang sama sekali berbeda dengan
kembang dalam harkat martabat sebagai manusia.”198 bahasa-bahasa lain.
Para pemimpin agama sangat menyadari bahwa upaya mendorong perda-
maian dalam masyarakat yang begitu majemuk membutuhkan pemahaman yang
4.3. Nilai-nilai yang mendasari “Papua, Tanah Damai” komprehensif, dan penghormatan penuh terhadap keberagaman tesebut.201
Mengambil konsep ‘Papua, Tanah Damai’ sebagai visi kampanye perdamaian, Dalam membangun ‘Papua, Tanah Damai’, penting untuk memiliki sikap saling
para pemimpin agama menyadari pentingnya mengidentifikasi beberapa nilai memberi pengakuan terhadap setiap individu dan kelompok. Perbedaan agama,
dasar. Tanpa nilai-nilai tersebut, perdamaian tidak akan pernah ada di Papua Barat. ras, etnis dan pekerjaan perlu untuk dikenali dan diterima sebagai rahmat.202 Meng-
Dengan bercermin pada ancaman perdamaian, kebutuhan nyata masyarakat, dan abaikan keberadaan orang atau kelompok lain justru dapat memicu konflik
keinginan mendalam dari semua orang yang tinggal di Papua Barat, para pemim- kekerasan di masyarakat.
pin agama menekankan bahwa kampanye ‘Papua, Tanah Damai’ semestinya ber- Sikap saling memberikan pengakuan tersebut memungkinkan masyarakat
dasarkan dan dipandu oleh beberapa nilai dasar, seperti kesadaran dan peng- untuk terbuka satu sama lain. Hal ini membuat masing-masing individu bisa bela-
hormatan terhadap kemajemukan, keadilan, persatuan, harmoni, solidaritas, jar lebih jauh tentang tradisi mereka sendiri dan menghargai kekayaan dan kekhu-
42 43

susan mereka. Dalam mempelajari masyarakat dan kelompok lain, mereka bisa terhadap kebebasan manusia, dimana martabat manusia diabaikan atau diren-
memperoleh pemahaman bersama yang lebih mendalam dam menemukan dahkan dan ketika terjadi diskriminasi dan sikap tidak toleran.
adanya nilai-nilai yang memberi hidup dalam tradisi orang lain. Semua ini Meskipun demikian, keadilan saja tidak cukup. Bahkan keadilan pun kadang-
membantu membangun sikap saling menerima satu sama lain. kadang bisa membawa justru ketidakadilan. Pengingkaran terhadap keadilan seper-
Begitu masyarakat mulai bisa saling menerima, mereka mengembangkan ti ini terwujud apabila ada orang yang tinggal di dekat kita yang terluka, terbunuh,
sikap saling menghormati. Mereka menjadi mampu untuk menghargai kekay- kehilangan kebebasan atau dilucuti hak asasi dasarnya atas nama keadilan.
aan tradisi budaya dan agama mereka sendiri juga orang lain. Mereka dapat saling Oleh karena itu, keadilan haruslah terbuka terhadap kekuatan yang lebih
membantu untuk mengubah elemen-elemen yang menghancurkan (death-dea- dalam yaitu cinta kasih. Keadilan harus bertumbuh dari cinta yang mengampuni.
ling elements) yang terdapat di setiap agama dan komunitas etnis. Menegakkan keadilan terhadap orang lain berarti menunjukkan cinta kepada
Para pemimpin agama di Papua Barat tidak melihat keberagaman sosial-kul- mereka yang tinggal di sekitar kita. Oleh karena itu para pemimpin agama di
tural ini sebagai beban maupun hambatan menuju perdamaian tetapi justru seba- Papua Barat mengundang dan mendorong semua orang di Papua “untuk men-
gai sumber kekayaan yang patut dirayakan dan dibangun. Keberagaman kultu- cintai sesama sebagai ungkapan dari iman.”206
ral dan agama ini dipandang sebagai rahmat agung yang perlu dirawat dengan
bijak demi perdamaian dan pembangunan.203 Para pemimpin agama mengun-
dang dan mendorong semua orang yang hidup di Papua “untuk mengakui dan 4.3.3. Persatuan
menerima keberagaman etnis, agama dan kultural sebagai rahmat dari Tuhan.”204 Para pemimpin agama memandang persatuan sebagai salah satu nilai dasar
dalam kerja mereka demi ‘Papua, Tanah Damai.’ Bekerja demi persatuan masy-
arakat Papua Barat merupakan tugas yang semakin berat karena adanya tekan-
4.3.2. Keadilan an terus menerus dari pemerintah Indonesia. Tekanan ini melahirkan kecurigaan
Para pemimpin agama di Papua Barat meyakini bahwa perdamaian merupakan dan menyuburkan perpecahan antar komunitas di dalam masyarakat. Mengin-
buah dari keadilan. Oleh karena itu tidak akan ada perdamaian yang kekal di gat masyarakat di Papua Barat telah terbagi-bagi ke dalam etnis, agama, ras dan
Papua tanpa adanya keadilan. Keadilan harus ditegakkan apabila ingin menca- jender yang berbeda-beda, mereka tidak akan pernah bisa menikmati perdamaian
pai visi ‘Papua, Tanah Damai.’ apabila hubungan sosial di antara mereka dinodai rasa saling curiga. Belajar dari
Mengingat latar belakang sejarah Papua Barat, keadilan sosial memiliki nilai pengalaman di berbagai provinsi di Indonesia juga di Papua Barat sendiri, para
yang sangat penting. Sebagai kriteria moralitas yang menentukan dalam relasi pemimpin agama mengakui bahwa kepentingan politik, ekonomi dan agama bisa
antar pribadi dan sosial, keadilan mengatur hubungan sosial antar individu dan memecahbelah masyarakat dengan mudah dan memicu konflik kekerasan di
kelompok. Hubungan sosial yang dipandu oleh keadilan ini harus terbebaskan antara mereka. Oleh karena itu, Papua Barat hanya bisa berubah menjadi tanah
dari dominasi, manipulasi dan eksploitasi. perdamaian apabila ada persatuan secara utuh.
Sekalipun demikian, keadilan tidak bisa dilihat secara sederhana sebagai kese- Oleh karena itu, membangun persatuan demi perdamaian di Papua Barat
pakatan antar umat manusia. Apa yang “adil” tidak hanya ditentukan oleh hukum menjadi prioritas utama di mata para pemimpin agama. Mereka menyadari bahwa
tetapi oleh martabat yang luhur dari manusia. Maka dari itu, keadilan sebaik- persatuan atau persekutuan antar masyarakat tidak bisa, dan tidak boleh, dib-
nya diterjemahkan ke dalam perilaku yang seharusnya didasarkan pada keingi- angun atas dasar kekuatan senjata, teror atau penyalahgunaan kekuasaan. Seba-
nan untuk mengakui orang lain sebagai manusia. Artinya ada pengakuan ter- gai mahluk sosial, masing-masing individu memiliki kecenderungan untuk ber-
hadap hak dan kewajiban asasi manusia yang diturunkan dari harkat martabat satu dengan orang lain. Hal ini bukan karena adanya organisasi dalam berbagai
manusia. Menegakkan keadilan berarti menghormati hak-hak orang lain dan bentuk, munculnya komunitas atau disebabkan oleh rencana politik dan eko-
menjalankan kewajiban masing-masing. Untuk itu diperlukan pengakuan atas nomi tertentu. Tetapi hal ini adalah karena setiap orang merupakan anggota hidup
hak-hak bersama dan pemenuhan kewajiban masing-masing. Dengan cara ini, dalam keluarga umat manusia yang utuh. Karena semua anggota keluarga ini
hak dan kewajiban timbal balik dalam hubungan sosial perlu mendapatkan pen- adalah umat manusia, maka masing-masing memiliki posisi setara berdasarkan
gakuan yang tulus. Sebaliknya, perdamaian tidak bisa muncul apabila hak asasi harkat martabat manusia masing-masing.
manusia tidak dihormati, dibela dan dipromosikan, dimana terjadi kekerasan
44 45

Persatuan sebagaimana dipahami oleh para pemimpin agama di Papua pok fundamentalis apapun yang berencana menghilangkan keberadaan orang
Barat tidak boleh disalahartikan menjadi penyeragaman. Persatuan yang mere- lain, dan untuk tujuan tersebut mereka siap menggunakan dan menjustifikasi
ka promosikan dicapai dalam keberagaman, bukan keseragaman. Oleh karena cara-cara apapun.213
itu, perlu ada pengakuan terhadap keanekaragaman yang ada dan penerimaan Kedua, para pemimpin agama menekankan pada pentingnya hubungan yang
terhadap keberagaman semua kelompok. Realitas yang plural ini tidak bisa harmonis di antara umat manusia.214 Hubungan ini harus selalu berdasarkan pada
ditampik karena pengabaian keberagaman kultural dan agama atas nama per- penghormatan terhadap harkat martabat manusia. Maka dari itu, para pemim-
satuan hanya akan memperdalam perpecahan dan memicu konflik kekerasan pin agama menyerukan kepada semua orang agar memperlakukan satu dengan
di dalam masyarakat. Oleh karena itu, tidak ada satu agama maupun budaya yang lainnya sebagai manusia dan sebagai anak Tuhan. Menghormati martabat manu-
dijadikan pondasi atas persatuan atau dijadikan sebagai kriteria penilaian. sia adalah satu-satunya cara untuk membangun hubungan bebas masalah antar
Harkat martabat manusia, rasa saling menghormati dan persahabatan, rasa individu dan kelompok dalam masyarakat. Karena “hanya dengan cara meng-
saling bergantung dalam kerjasama dan kebaikan bersama bisa dan sepatutnya hormati orang lain sebagai ciptaan Tuhan dan anak Tuhan yang dicintai oleh
menjadi dasar yang kokoh atas persekutuan di antara masyarakat Papua Barat. Tuhan sendiri, barulah kita dapat membangun masyarakat yang damai.”215 Rela-
Seperti disampaikan oleh Uskup Leo, yang dirintis oleh para pemimpin agama si yang harmonis antar manusia ditandai dengan kejujuran, rasa saling percaya,
di Papua Barat sebagai pondasi adalah “terbangunnya persekutuan damai den- keadilan, kesetaraan, persahabatan dan persaudaraan juga dengan rasa saling
gan semua kelompok budaya, etnis dan agama, termasuk juga berbagai aliran menghormati dan pengakuan sebagai umat manusia. Apabila nilai-nilai ini
politik.”206 tidak dipraktikkan, maka hubungan yang harmonis tersebut akan dihancurkan
oleh pertentangan yang muncul akibat perbedaan aspirasi politik, kesenjangan
sosial ekonomi, perpecahan, penyalahgunaan jabatan dan kekuasaan, rasa saling
4.3.4. Harmoni curiga dan perbedaan kelompok etnis dan agama, dan oleh tindak-tindak kekera-
Harmoni adalah salah satu nilai yang mendasari konsep ‘Papua, Tanah Damai.’ san yang dilakukan oleh pasukan keamanan atau warga sipil.216
Para pemimpin agama di Papua Barat mempromosikan tiga aspek harmoni, yaitu Ketiga, para pemimpn agama menekankan bahwa hubungan yang harmo-
harmoni dengan Tuhan, dengan sesama dan dengan seluruh ciptaan-Nya.207 nis dengan alam amatlah penting bagi perdamaian217 karena relasi semacam itu
Pertama-tama, para pemimpin agama menekankan pada pentingnya hidup membantu mempertahankan kehidupan yang selaras di dalam masyarakat.
dalam harmoni dengan Tuhan.208 Mereka melihat bahwa “hubungan yang har- Sebaliknya, “hubungan yang tidak harmonis dengan alam menyebabkan hubun-
monis dengan Tuhan penting dalam memperbaiki hubungan dengan semua mah- gan yang tidak harmonis dengan sesama manusia.”218 Kenyataan di Papua Barat
luk ciptaan-Nya.”209 Relasi vertikal ini mengakui Tuhan sebagai Pencipta dan menunjukkan bahwa alam bisa dengan mudah dihancurkan oleh eksploitasi yang
semua umat manusia sebagai mahluk ciptaan-Nya. Hubungan yang harmonis semena-mena terhadap sumber daya alam demi memenuhi kepentingan-kep-
dengan Tuhan seharusnya terwujud dalam hubungan yang harmonis dengan entingan sepihak. Sebaliknya, hubungan yang rusak dengan alam tidak hanya
orang lain, serta dengan alam, karena “iman kepada Tuhan tidak bisa dipisah- merusak habitas material dan spiritual dari banyak orang maupun ekosistem
kan dari penghormatan pada sesama umat manusia, dan rasa cinta kepada hutan dan sumber daya seperti makanan dan air, tetapi juga kehidupan manu-
Tuhan akan menjadi palsu bila tidak ada cinta untuk sesama.”210 Jika manusia sia. Para pemimpin agama juga menekankan kebutuhan untuk melindungi
memanipulasi Allah untuk memenuhi keinginan mereka, maka mereka meng- alam dan menggunakan sumber daya alam secara sepatutnya untuk mendukung
hancurkan relasi harmonisnya dengan sesame dan seluruh ciptaan.211 Oleh kare- kehidupan manusia.219
na itu para pemimpin agama mengecam upaya-upaya dalam bentuk apapun yang Para pemimpin di Papua Barat meyakini bahwa tidak akan ada perdamaian
mengatasnamakan Tuhan dan agama sebagai alat untuk mendapatkan, mem- apabila manusia tidak bisa hidup dalam hubungan yang harmonis. Oleh kare-
pertahankan atau melegitimiasi kekuasaan politik. Upaya-upaya seperti itu akan na itu, mereka mengundang dan mendorong semua orang di Papua untuk
“membuat para pengikut agama tidak lagi menjadi pembawa perdamaian teta- “mempertahankan persekutuan dan hubungan yang harmonis dengan Tuhan,
pi justru konflik dan pertikaian yang mengarah pada tindak-tindak kekera- sesama umat manusia di dalam masyarakat dan dengan alam.”220
san.”212 Oleh karena itu, para pemimpin agama tegas-tegas menentang kelom-
46 47

4.3.5. Solidaritas Ketika tidak ada ruang untuk nilai kebersamaan, maka keberadaan orang lain
Nilai lain yang mendasari konsep ‘Papua, Tanah Damai’ adalah solidaritas221 yang akan dengan mudah diabaikan. Individu dan kelompok sosial mulai berperila-
berarti “menderita bersama.” Oleh karena itu, hidup dalam solidaritas berarti ku secara eksklusif dan mau menang sendiri. Tidak ada kemauan untuk terlibat
merasakan penderitaan yang dialami oleh mereka yang menderita. Solidaritas dalam dialog dengan orang lain. Mereka mulai memaksakan kepentingan mere-
menonjolkan sifat sosial intrinsik yang sangat istimewa pada umat manusia. ka terhadap orang lain. Mereka menggunakan budayanya atau agamanya seba-
Solidaritas bukanlah perasaan iba yang tidak jelas kepada mereka yang gai kriteria penilaian. Bukannya saling membela dan bekerjasama demi kebai-
membutuhkan atau kesedihan yang dangkal terhadap kemalangan orang lain. kan bersama, tetapi mereka justru memberikan prioritas kepada komunitas atau
Lebih dari itu semua, solidaritas merupakan keutamaan moral yang otentik. Soli- kelompok mereka sendiri. Semua ini justru akan mengarah pada konflik kekera-
daritas melibatkan kegigihan yang teguh dan ulet untuk meleburkan diri sen- san antar komunitas. Orang lain dilihat sebagai musuh, yang harus diberantas
diri ke dalam kebaikan bersama, karena kita semua bertanggung jawab terhadap demi keamanan. Orang membela kepentingan kelompoknya atau komunitas-
sesama manusia. nya dan mulai saling menghancurkan satu dengan lainnya, seperti tampak
Solidaritas juga mencerminkan keutamaan sosial yang mendasar dimana di pada konflik kekerasan di Maluku dan Poso. Oleh karena itu, “kami para pemim-
dalamnya tercermin kemauan untuk memberi demi kebaikan sesama tanpa pin agama di Papua ditantang untuk membangun hubungan yang lebih kuat
memandang kepentingan pribadi. Sikap ini mencakup upaya menanggalkan keba- lagi untuk bekerja bersama sehingga masyarakat kita tidak terseret dalam kon-
hagiaan sendiri demi orang lain. Perhatian khusus diberikan pada korban-kor- flik agama.”223
ban bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia. Solidaritas terwujud Para pemimpin agama di Papua Barat mengakui bahwa ‘Papua, Tanah
dalam tindakan mencintai yang istimewa kepada mereka yang ditolak, dising- Damai’ tidak akan bisa diciptakan dengan sikap fanatis. Oleh karena itu, mere-
kirkan, dilanggar hak-hak dan harkat martabat kemanusiaannya dan ditindas ka berkomitmen untuk mempromosikan nilai kebersamaan di dalam masyara-
oleh masyarakat dan pihak yang berwenang. kat. Mereka mendesak masyarakat untuk bersikap terbuka dan membuka komu-
Menerapkan solidaritas berarti mempelakukan korban ketidakadilan, juga nikasi dan menjalin hubungan sosial dengan kelompok-kelompok lain agar
korban bencana alam, sebagai sesama anggota dari keluarga umat manusia di mencegah munculnya konflik kekerasan di dalam masyarakat. Oleh karena itu
bawah Allah Bapa. Solidaritas bertujuan memulihkan status korban sepenuhnya “kuncinya adalah saling percaya, saling menghormati dan saling memahami iman
sebagai anak Tuhan, untuk membangun hubungan yang adil dan penuh kasih orang lain.”224
antar sesama dan antar kelompok di dalam masyarakat, untuk membantu mere-
ka menikmati hidup yang penuh dengan integritas dan martabat, dan untuk men-
capai hidup yang penuh yang berasal dari persekutuan hidup antar individu, antar 4.3.7. Persaudaraan yang tulus
komunitas dan dengan Tuhan. Para pemimpin agama di Papua Barat memasukkan persaudaraan yang tulus seba-
gai nilai dasar dalam konsep ‘Papua, Tanah Damai.’ Mereka meyakini bahwa per-
saudaraan yang tulus harus dipromosikan di dalam upaya-upaya menjadikan
4.3.6 Kebersamaan Papua Barat sebagai Tanah Damai.
Dalam hidup di antara masyarakat yang majemuk di Papua Barat, para pemim- Persaudaraan yang tulus, sebagaimana dipahami oleh para pemimpin agama
pin agama menekankan nilai kebersamaan.222 Dalam kehidupan sehari-hari, di Papua Barat, tidaklah berdasarkan warna kulit, tradisi budaya, agama, ras atau
setiap orang bisa melihat nilai kebersamaan yang didasarkan atas asal usul geo- gender yang sama. Persaudaraan yang berdasarkan pada elemen-elemen terse-
grafis, etnis, agama, kewarganegaraan yang sama dan sebagainya. Menekankan but tidak akan menghasilkan perdamaian, tetapi justru kecurigaan, perpecahan,
pada nilai kebersamaan berarti mendesak semua pihak untuk mengakui kebe- diskriminasi dan konflik kekerasan antar masyarakat. Persaudaraan yang tulus
radaan orang lain, kelompok sosial lain serta agama lain. Masyarakat perlu ber- justru melihat asal usul, sifat dan takdir yang sama antar semua anggota kelu-
perilaku dan bertindak tanduk yang sesuai sehingga tidak mengganggu hubun- arga umat manusia dan kesetaraan dalam hal hak-hak dasar mereka.
gan yang harmonis dengan pihak lain. Oleh karena itu, keberadaan orang lain Persaudaraan yang tulus yang didorong oleh para pemimpin agama di
dan perbedaan yang mereka miliki haruslah dihormati. Dengan demikian, tidak Papua Barat ini bertitik tolak dari harkat martabat manusia. Hal ini menjadi pon-
ada pembenaran atas diskriminasi dalam bentuk apapun. dasi utama dari persaudaraan yang tulus antar semua manusia, tanpa meman-
48 49

dang ras, agama, bangsa, jender, asal usul maupun tradisi budaya. Pondasi ini Sebaliknya, penduduk asli Papua, terus hidup di desa-desa terpencil yang tidak
didasarkan pada keyakinan bahwa semua umat manusia setara satu dengan lain- tersentuh oleh program-program pembangunan tersebut. Sumber daya alam
nya karena memiliki harkat martabat yang alamiah. Mereka diciptakan oleh Papua dieksploitasi oleh perusahaan-perusahaan swasta nasional dan multina-
Tuhan dan dikaruniai jiwa yang rasional. Mereka memiliki sifat dan asal usul yang sional, sehingga tidak meningkatkan kesejahteraan penduduk asli Papua yang
sama. Mereka memiliki panggilan suci juga takdir yang sama. Semua orang seta- tetap miskin dan termarginalisasi. Kesejahteraan yang berakar dari sumber daya
ra dalam harkat martabatnya dan hak-haknya. Oleh karena itu, harkat martab- alam tidak didistribusikan secara merata di dalam masyarakat. Sebagai akibat-
at manusia menjadi pondasi yang paling dasar dari kesetaraan antar umat nya, tidak akan ada perdamaian jika tidak ada distribusi kekayaan yang adil di
manusia. Sebagaimana dijelaskan oleh Zuber Hussein, pemimpin komunitas Islam antara masyarakat di Papua.
di Papua Barat, “Islam menekankan bahwa semua orang memiliki harkat mart- Para pemimpin agama meyakini bahwa kebaikan dari alam merupakan cip-
abat, harga diri dan status yang sama, sehingga tidak satupun kelompok di dalam taan Tuhan untuk digunakan secara bijak oleh semua dan tidak hanya oleh sege-
masyarakat ini yang lebih baik di bandingkan orang lain, baik dari segi kewarg- lintir orang. Hasil alam perlu dibagi secara setara sejalan dengan prinsip-prin-
anegaraan, agama, kelas sosial maupun kelompok politik.”225 sip keadilan dan kemanusiaan. Aktivitas pembangunan sebaiknya melayani
Maka dari itu tidak benar jika ada sekelompok umat manusia yang merasa masyarakat dan kepentingan bersama. Semua anggota komunitas, terutama
lebih superior atau lebih inferior secara alamiah. Maka, tidak ada komunitas sosi- penduduk asli Papua, perlu mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan
al maupun agama yang superior atau inferior. Semua komunitas memiliki har- dan memiliki akses yang setara dalam mengumpulkan kekayaan alam dalam ber-
kat martabat yang setara, seperti juga dengan semua umat manusia. Segala ben- bagai bentuk. Oleh karenanya, masalah kesejahteraan sangat terkait dengan situ-
tuk diskriminasi sosial dan kultural atas dasar jender, ras, warna kulit, kondisi asi politik dan pemerintahan. Oleh karena itu, para pemimpin agama menye-
sosial dan agama tidak bisa dan tidak boleh dibenarkan. Sebaliknya, diskrimi- rukan kepada pemerintah pusat dan daerah untuk “memberikan kesempatan pada
nasi seperti ini harus dihentikan dan diberantas. Karena memiliki akal budi dan orang Papua untuk menduduki tempat yang menjadi hak mereka sebagai aktor
hati nurani, maka semua orang dengan agama yang berbeda dipanggil unuk saling utama dalam proses pembangunan dan untuk menggunakan sumber daya alam
bertingkah laku satu dengan lainnya dengan semangat persaudaraan. “Kita demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Papua.”228
harus berupaya untuk saling memahami. Kita harus mengakui bahwa kami
butuh untuk mengakui para pemeluk kepercayaan lain karena kita adalah satu
keluarga.”226 4.4. Komitmen lintas agama
Terkait dengan nilai-nilai yang mendasari konsep ‘Papua, Tanah Damai’ yang
telah disebutkan sebelumnya, para pemimpin agama bersatu dan berkomitmen
4.3.8 Kesejahteraan untuk bekerja sama demi mempertahankan perdamaian di Papua Barat. Dalam
Kesejahteraan adalah salah satu nilai dasar dalam konsep ‘Papua, Tanah Damai.’227 upaya mereka menciptakan Papua Barat sebagai Tanah Damai, mereka mela-
Kesejahteraan dalam hal ini tidak terbatas pada kebutuhan dasar, seperti mak- kukannya dengan cara menyuarakan ketidakadilan dan penindasan, bekerjasa-
anan, air bersih dan tempat berteduh, tetapi mencakup kesehatan, pendidikan ma dengan pihak-pihak lain, mencegah konflik kekerasan dan mengeksplorasi
dan lingkungan hidup yang bersih, yang semuanya adalah kebutuhan dasar seti- sumber kekayaan budaya.
ap orang. Upaya kesejahteraan yang dipaparkan dengan cara seperti ini men-
cerminkan kontribusi yang berarti pada terciptanya ‘Papua, Tanah Damai.’ Para
pemimpin agama meyakini bahwa apabila kebutuhan dasar manusia tidak ter- 4.4.1. Mengungkapkan ketidakadilan dan penindasan
penuhi maka tidak akan ada perdamaian di Papua. Para pemimpin agama meyakini bahwa perdamaian merupakan buah dari ketid-
Kesejahteraan juga terkait dengan distribusi dari hasil-hasil pembangunan. akadilan. Dengan kata lain, tidak adanya keadilan menjadi ancaman terhadap
Di Papua Barat, pembangunan, aktivitas ekonomi dan pelayanan publik yang perdamaian. Oleh karena itu, menegakkan keadilan menjadi sangat penting di
dibiayai oleh pemerintah, seperti kesehatan dan pendidikan, terkonsentrasi di Papua Barat, dimana terjadi ancaman sistematis terhadap nilai individu, harkat
kota-kota, dimana dua pertiga populasinya adalah para pendatang asal Indonesia. martabat manusia dan hak asasi manusia. Tidak akan ada perdamaian apabila
50 51

hak-hak seluruh masyarakat tidak dihormati. Apabila perdamaian ingin diwu- kan oleh IGM Sunartha, pimpinan komunitas Hindu, “Perdamaian tidak bisa dicip-
judkan dalam masyarakat Papua Barat, maka penghormatan tanpa syarat dan takan oleh penduduk setempat atau kalangan pendatang saja, oleh satu kelom-
efektif terhadap hak-hak yang tidak dapat dikesampingkan ini menjadi sangat pok etnis atau kelas sosial saja; perdamaian membutuhkan kebersamaan.”233
penting. Oleh karena itu, para pemimpin agama di Papua Barat mengundang dan men-
Para pemimpin agama menyadari bahwa penduduk asli Papualah yang sela- dorong semua orang untuk “terlibat dalam kegiatan demi perdamaian.”234
ma ini menjadi korban pelanggaran hak asasi manusia di bawah pendudukan Sementara kampanye perdamaian dipimpin oleh para pimpinan agama di
Indonesia sejak tahun 1963. Pelanggaran hak asasi manusia ini antara lain ada- Papua, menciptakan Papua Barat sebagai Tanah Damai bukanlah tanggung
lah pembunuhan secara massal (summary killings), penyiksaan, intimidasi, pena- jawab mereka saja. Justru hal ini membutuhkan partisipasi aktif dari semua pihak
hanan tanpa alasan yang jelas dan pelecehan seksual. Warga Papua juga telah yang terkait. Para pemimpin agama menyadari bahwa terdapat kelompok dan
menjadi korban dari penindasan dalam bentuk-bentuk lain seperti separatisme, institusi lain yang juga bekerja secara aktif demi perdamaian. Terdapat sekurang-
pemaksaan kebijakan pemerintah, dianggap tidak mampu, direndahkan, diping- kurangnya 140 lembaga swadaya masyarakat beroperasi di Papua di bidang
girkan secara budaya, pengabaian terhadap identitas budaya dan ekspresi, dan pendidikan, kesehatan masyarakat, kondisi sosial ekonomi yang kurang men-
dominasi sosial. Semua ini mengakibatkan apa yang disebut oleh para pemim- guntungkan, gizi, hak-hak sipil dan politik dan lingkungan hidup. Sementara
pin agama yaitu “hak asasi orang Papua selama ini diabaikan.”229 itu, Lembaga Adat Papua menangani masalah-masalah pertikaian terkait den-
Para pemimpin agama di Papua Barat meyakini bahwa pekerjaan dan tugas gan sumber daya alam, penegakan hak-hak masyarakat adat atas tanah dan sum-
mereka adalah untuk mempromosikan harkat martabat setiap pribadi manusia.230 ber daya alam, menawarkan mekanisme adat demi resolusi konflik dan mem-
Oleh karena itu, mereka bersatu dan berkomitmen bersama untuk mempro- bela kepentingan masyarakat adat Papua. Tambahan lagi, ada sejumlah organisasi
mosikan ‘Papua, Tanah Damai’ dengan cara menyuarakan ketidakadilan dan sega- perempuan, pemuda, profesi juga kantor-kantor pemerintahan. Kampanye
la bentuk penindasan yang dialami oleh masyarakat, khususnya masyarakat adat ‘Papua, Tanah Damai’ membutuhkan partisipasi aktif dari berbagai kelompok
Papua.”231 Dengan kata lain, mereka telah berbicara tanpa rasa takut tentang hak- dan institusi tersebut.
hak dari mereka yang tidak berdaya dan melawan segala bentuk ketidakadilan Para pemimpin agama telah bersepakat untuk bekerjasama secara intensif
tanpa memandang pelaku ketidakadilan tersebut, untuk mengambil sikap mela- dan efektif di antara mereka. Mereka juga berkomitmen untuk memperluas ker-
wan pelanggaran hak asasi manusia dalam bentuk apapun; untuk mempromo- jasama mereka dengan kelompok dan lembaga sosial lainnya, termasuk pemerin-
sikan dan membela harkat martabat; untuk memberikan suara kepada mereka tah dan pasukan keamanan, baik di Jakarta dan di Papua Barat. Komitmen para
yang tidak punya suara; untuk mengubah struktur sosial yang tidak adil; dan pemimpin agama untuk bekerjasama dengan pihak lain demi kepentingan per-
untuk memberdayakan korban ketidakadilan dan penindasan untuk dapat ber- damaian diungkapkan dengan baik dalam pernyataan bersama berikut ini:
tanggung jawab, dan berpartisipasi, dalam pengambilan keputusan yang men- “Sebagai pemimpin agama, kami bertekad untuk menciptakan Papua Tanah
entukan nasib mereka. Damai ... dengan mengefektifkan kerjasama dan komunikasi antar pimpinan
Dalam upaya menegakkan keadilan para pemimpin agama perlu untuk agama, dengan tokoh adat, tokoh pemuda, tokoh perempuan, semua lembaga
mengembangkan strategi advokasi dan riset yang efektif dalam mengungkap- pemerintahan dan non-pemerintahan, dan semuaorang yang berkehendak baik.”235
kan kebenaran tentang ketidakadilan dan penindasan, juga mediasi dan nego-
siasi. Semua ini dibutuhkan guna mengungkapkan masalah, mencari pemeca-
han masalah yang adil, mempertahankan supremasi hukum dan mengatasi 4.4.3. Mencegah konflik kekerasan
budaya impunitas.232 Pengalaman menunjukkan bahwa konflik kekerasan di Papua Barat selalu
menyebabkan korban jiwa, meningkatkan penderitaan umat manusia, menu-
rukan kualitas kehidupan, rusaknya relasi sosial, tingginya biaya sosial dan ber-
4.4.2. Bekerjasama dengan pihak lain bagai bentuk kerusakan. Para pemimpin agama telah terlibat dalam rekon-
Karena perdamaian merupakan keinginan terdalam dari setiap individu, baik pen- struksi pasca konflik di masyarakat.
duduk asli Papua maupun pendatang asal Indonesia diundang untuk berparti- Dalam mempromosikan Papua Barat sebagai Tanah Damai, para pemimpin
sipasi dalam upaya-upaya membangun budaya perdamaian. Seperti diungkap- agama menyadari bahwa tidak ada gunanya menunggu sampai kekerasan pecah
52 53

baru kemudian mereka mengeluarkan respon lintas agama. Mereka sangat gam antar satu suku dengan yang lain, warga Papua tetap terlibat dalam rekon-
menyadari bahwa, dengan bekerja sama, agama bisa memainkan peran untuk siliasi budaya demi memecahkan konflik komunal.
mencegah terjadinya konflik kekerasan. Daripada memperbaiki kerusakan yang Contoh terkini dari upacara rekonsiliasi dilakukan pada bulan September
disebabkan oleh konflik kekerasan, mereka melihat adanya kebutuhan untuk 2003 untuk mendamaikan perang antar suku di kalangan warga Papua dari suku
mengambil tindakan bersama demi mencegah konflik dalam berbagai bentuk Amungme dan suku Dani yang disebut dengan Menoret bora win, yang melibat-
dan manifestasi. Pencegahan konflik bisa membantu mempertahankan perda- kan perayaan makan bersama antar mereka yang terlibat dalam pertempuran.
maian dan hubungan yang harmonis. Acara makan tersebut dilakukan secara terpisah oleh pihak-pihak yang berkon-
Para pemimpin agama berkomitmen untuk bersikap proaktif daripada reak- flik untuk memastikan anggota kelompok masing-masing. Langkah kedua ada-
tif. Hal ini mencakup mengidentifikasi potensi konflik kekerasan dan menga- lah Iwonoret bora win, dimana semua anggota keluarga dari masing-masing
tasinya dengan cara-cara damai. Para pemimpin agama perlu untuk menentu- kelompok yang berkonflik, termasuk perempuan dan anak-anak, berpartisipasi
kan cara dan sarana dalam mengatasi potensi akar penyebab masalah. dalam makan bersama. Langkah terakhir dalam proses rekonsiliasi tersebut ada-
Komitmen dari para pemimpin agama di Papua Barat dalam mencegah lah Wem Kamaya atau Arma kuriwin, dimana semua anggota dari pihak yang ber-
konflik berdarah bertumpu pada nilai-nilai yang mendasari konsep ‘Papua, konflik berpartisipasi bersama-sama dalam acara makan bersama. Setelah ritu-
Tanah Damai,’ seperti kesadaran dan penghormatan terhadap kemajemukam, al rekonsiliasi tersebut selesai, mereka yang mencoreng kehormatan suku
keadilan, persatuan, harmoni, solidaritas, kebersamaan, persaudaraan yang memulihkan relasi yang rusak dengan cara memberikan ganti rugi dan kom-
tulus, dan kesejahteraan. Semua nilai ini diangkat sebagai kriteria dalam mem- pensasi kepada suku yang menjadi korban. Proses ini memungkinkan untuk mem-
buat penilaian. Oleh sebab itu para pemimpin agama menyambut baik semua bangun kembali relasi yang harmonis antar komunitas. Anggota masing-masing
kebijakan atau program dari negara atau lembaga apapun yang bisa memban- suku kemudian kembali dalam posisi untuk mengawali kembali hubungan per-
tu membangun Papua Barat menjadi Tanah Damai. Sebagai konsekuensinya, sahabatan.239
mereka juga berkewajiban untuk menolak rencana atau aksi apapun yang ber-
tentangan dengan nilai-nilai yang mendasari konsep ‘Papua, Tanah Damai.’ Mere-
ka menyatakan bahwa “sebagai pemimpin agama, kami bertekad untuk men-
jadikan Papua Tanah Damai ... melalui upaya mencegah segala rencana dan
tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar dari gagasan ‘Papua, Tanah
5. Inisiatif lintas agama
Damai’.’”236
Komitmen bersama dari para pemimpin agama di Papua Barat terwujud dalam
berbagai aktivitas lintas agama. Bagian ini mengkaji inisiatif-inisiatif perda-
4.4.4. Mengeksplorasi kekayaan budaya maian lintas agama yang telah dijalankan di bawah moto ‘Papua, Tanah Damai.’
Dalam upaya membuat Papua Barat menjadi Tanah Damai, para pemimpin agama
memutuskan untuk mengeksplorasi sumber daya perdamaian di dalam budaya
setempat.237 Keputusan ini diambil dengan meyakini bahwa budaya-budaya 5.1. Merayakan 5 Februari, Hari Perdamaian Papua
setempat di Papua Barat memuat konsep kultural tentang kehidupan manusia, Untuk meningkatkan upaya promosi perdamaian dan mencerminkan pentin-
pemahaman kultural tentang perdamaian dan cara-cara untuk mencapai per- gnya perdamaian dalam hidup keseharian, maka para pemimpin semua agama
damaian, serta praktik-praktik resolusi konflik di dalam budaya setempat. Sum- di Papua Barat bersepakat pada tahun 2003 untuk menjadikan tanggal 5 Febru-
ber daya kultural ini bisa dipergunakan dalam proses rekonsiliasi yang menga- ari sebagai Hari Perdamaian Papua. Tanggal 5 Februari tidak dipilih secara kebe-
rah pada perdamaian.238 tulan, ini adalah tanggal ketika misionaris asal Jerman, J.G. Geissler dan C.W.
Adat kebiasaan Papua sendiri memang menawarkan metode mediasi, ritu- Ottow, mendarat di Pulau Mansinam di Papua Barat pada tahun 1855 dan
al, ungkapan dan kata-kata untuk membangun kembali hubungan yang harmonis membawa kabar gembira Kristus bersama mereka. Kedatangan kabar gembira ini
antar komunitas yang berkonflik. Sekalipun praktik resolusi konflik bisa jadi bera- dipandang membawa perdamaian oleh masyarakat Papua. Oleh karena itu, hari
54 55

kedatangan tersebut diperingati setiap tahun sebagai Hari Perdamaian Papua oleh Hari Perdamaian Internasional merupakan satu kesempatan dimana para
para pemeluk semua agama.240 Hari tersebut menjadi kesempatan pada para pemimpin agama untuk bergabung bersama dan merefleksikan secara lebih
pemimpin agama di setiap kota di Papua Barat untuk menyelenggarakan kegi- mendalam dalam berbagai seminar dan lokakarya tentang makna perdamaian
atan yang terkait dengan perdamaian berdasarkan agama masing-masing atau dan misi para pembawa perdamaian di Papua. Mereka mendiskusikan ancaman-
secara bersama-sama. ancaman terhadap perdamaian dan meneguhkan kembali kebutuhan untuk
memperkuat komitmen perdamaian, mencari cara-cara mempromosikan per-
damaian dalan seluruh aspek kehidupan dan mengundang semua pemeluk
5.2. Merayakan 21 September, Hari Perdamaian Internasional agama dan pemerintah untuk bekerjasama demi menjadikan Papua tanah per-
Para pemimpin agama di Papua Barat merasakan pentingnya merayakan Hari Per- damaian.
damaian Internasional pada tanggal 21 Desember, sebagaimana dinyatakan oleh Lokakarya lintas agama terakhir tentang perdamaian, dihadiri oleh sekitar 87
Persatuan Bangsa-Bangsa. Perayaan ini dipimpin oleh para pemimpin agama yang pemimpin dari semua agama, diselenggarakan tanggal 11 sampai 15 September
dilakukan bersama-sama dengan kelompok dan lembaga lain di Papua Barat. 2005. Para peserta tinggal bersama di asrama, saling mengenal satu sama lain den-
Pada tahun 2002, Hari Perdamaian Papua ditandai dengan mengheningkan gan lebih mendalam, berbagi pendapat dan pengalaman dan membangun rela-
cipta dan parade doa yang dipimpin oleh para pemimpin agama (Kristen, Islam, si-relasi baru. Tinggal bersama-sama selama beberapa hari terbukti menjadi pen-
Budha dan Hindu) di seluruh Jayapura, ibukota Papua Barat. Para pemimpin keli- galaman yang berharga pada mereka, sebagaimana mereka utarakan berikut ini:
ma agama tersebut berjalan memimpin parade, saling berpegangan tangan “Kami sangat menikmati rasa kebersamaan dan solidaritas sepanjang ber-
sebagai wujud persahabatan dan persatuan. Parade tersebut berhenti di lima tem- langsungnya lokakarya ini. Kami telah diperkaya oleh serangkaian refleksi,
pat di mana masing-masing mengucapkan doa dan menyerukan perdamaian – saling berbagi pendapat dan pengalaman, dan berbagai diskusi yang diseleng-
yaitu di gedung parlemen oleh pemimpin umat Budha, di masjid utama oleh garakan sepanjang empat hari di sini.”
ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) cabang Papua Barat, di gereja Protestan Di akhir lokakarya mereka menyatakan komitmen bersama untuk bekerja-
Pengharapan oleh para pemimpin agama Kristen Protestan, dan di Gereja Santo sama demi perdamaian. Deklarasi yang mereka luncurkan ini dikenal sebagai
Fransiskus Asisi oleh Keuskupan Jayapura. Di masing-masing tempat, setiap Deklarasi September.243
kelompok agama memimpin doa menurut keyakinan mereka masing-masing,
sementara yang lainnya melakukan meditasi seraya mengucap doa dalam hati.241
Sedikitnya 1.500 orang dari seluruh agama berpartisipasi dalam parade doa 5.3. Mempromosikan ‘Papua, Tanah Damai’ sebagai landasan
untuk perdamaian. Pesan utama diungkapkan dalam spanduk bertuliskan damai- pembangunan
ku, damaimu, damai kita, damai itu indah. Para pemimpin agama di Papua Barat merasa bahwa kegiatan pembangunan di
Bercermin pada parade doa untuk perdamaian pada Hari Perdamaian Inter- Papua Barat tidak bisa dipisahkan dari kampanye ‘Papua Tanah Damai.’ Kedu-
nasional, Uskup Leo menyatakan bahwa doa tersebut adalah manifestasi komit- anya isu yang berbeda tetapi saling terkait sehingga sebaiknya tidak dipisahkan
men bersama untuk menjaga agar Papua tetap damai di tengah ketegangan yang satu dengan lainnya.
ada. Perbedaan agama tidak lagi terasa dalam suasana yang demikian. Doa-doa Para pemimpin agama meyakini bahwa perdamaian tidak akan ada di Papua
yang diucapkan oleh masing-masing kelompok agama memberikan pengalaman jika kebutuhan mendesak akan kegiatan pembangunan tidak segera dijawab.
ke-Tuhan-an yang berbeda. Kelompok pemeluk agama Budha menawarkan pen- Tidak akan ada perdamaian apabila sektor pendidikan diabaikan, pelayanan kese-
galaman tentang “Tuhan yang Bijaksana”, kelompok Muslim dengan “Tuhan hatan terpinggir, penyebaran HIV/Aids tidak ditanggapi secara sistematis, masy-
yang Maha Besar,” kelompok Kristen dengan “Bapak yang Penuh Kasih” dan arakat yang tinggal di desa terpencil dan terisolir terus menderita kekurangan
kelompok pemeluk Hindu dengan “Tuhan yang Semangat Tertinggi.” Hal ini men- gizi, kesenjangan sosial antara kalangan yang “beruntung” dan “kurang berun-
jadi pengalaman iman yang kaya yang digabungkan dengan rasa saling bersa- tung” tidak segera dijembatani, korupsi yang merajalela tidak diberantas dan
habat. Hari Perdamaian Internasional dirayakan dengan penekanan yang besar masyarakat terus hidup dalam ketakutan. Semua masalah ini harus dipecahkan
pada doa, karena “kami menempatkan diri kami di hadapan Sang Pencipta dan melalui kebijakan dan kegiatan pembangunan.244
Sang Takdir, Awal dan Akhir dari seluruh ciptaan-Nya.”242
56 57

Para pemimpin agama menekankan kebutuhan pembangunan dan mem- perlakukan satu dengan lainnya sebagai anak Tuhan dan hidup dalam seman-
berikan dukungan penuh untuk aktivitas-aktivitas yang menjawab masalah riil gat kebersamaan, mereka dapat terlibat dalam dialog sebagai cara yang berm-
yang dihadapi oleh masyarakat. Mereka meyakini bahwa aktivitas pembangu- artabat untuk menghasilkan solusi-solusi damai.249
nan perlu dijalankan guna merealisasikan mimpi mereka menciptakan Papua Para pemimpin agama mendesak pemerintah pusat untuk menegaskan
Barat sebagai tanah perdamaian. Para pemimpin perdamaian mempromosikan keterbukaan kepada pihak berwenang sehingga mereka bisa memahami masa-
‘Papua, Tanah Damai’ sebagai landasan pembangunan di Papua Barat. lah-masalah di Papua Barat secara lebih tepat dan komprehensif.250

5.4. Menolak milisi 5.6. Menyerukan pentingnya penyelidikan yang independen


Para pemimpin agama tegas-tegas menolak infiltrasi Laskar Jihad dan pemben- terhadap pelanggaran hak asasi manusia
tukan milisi merah putih, karena kehadiran mereka membangkitkan kegelisahan Kecenderungan menuduh orang lain sebagai pelaku kekerasan merupakan hal yang
di kalangan masyarakat dan cenderung memicu konflik kekerasan antar masya- lazim terjadi. Pada saat korban kekerasan bukan warga Papua atau anggota pasu-
rakat sipil. Mereka tegas-tegas menolak rencana, upaya atau kegiatan apapun yang kan keamanan Indonesia misalnya, pihak militer umumnya menyalahkan geri-
menyebabkan kekerasan, konflik dan perpecahan di dalam masyarakat. Mereka lyawan Papua sebagai pelaku, tanpa merasa perlu melakukan investigasi yang inde-
juga menolak segala kelompok milisi yang diasosiasikan dengan agama atau penden. Hal ini menjadi justifikasi untuk melakukan intervensi militer.
tujuan politik tertentu yang berpotensi konflik, perpecahan dan kekerasan dalam Dalam situasi-situasi seperti ini, para pemimpin agama menyepakati adanya
kehidupan masyarakat.246 Dengan kata lain, para pemimpin agama tidak akan per- kebutuhan untuk bersama-sama menyerukan tentang pentingnya investigasi
nah mentolerir atau menyambut milisi dalam bentuk apapun. independen sehingga kebenaran tentang para pelaku kekerasan dan motif-
motirnya dapat diketahui. Hal ini adalah kepentingan keadilan dan memban-
tu mengatasi rasa saling curiga antar warga sipil.251
5.5. Mempromosikan dialog Para pemimpin agama juga memberikan dukungan penuh pada tim kem-
Para pemimpin agama sangat peduli pada kenyataan bahwa penggunaan kekera- anusiaan yang terdiri dari lembaga swadaya masyarakat setempat yang memo-
san semakin dianggap sebagai satu-satunya cara mengatasi masalah yang diha- nitor situasi, menjalankan investigasi awal, mendampingi para korban operasi
dapi oleh Papua Barat. Mereka meyakini bahwa kekerasan tidak akan pernah militer dan melaksanakan kerja kemanusiaan di wilayah-wilayah dimana ten-
menghasilkan perdamaian dan justru akan meluas menjadi kekerasan yang tara Indonesia menjalankan operasi-operasi mereka. Mereka juga meminta
lebih jauh. Hal inilah yang akan menghilangkan perdamaian.247 Oleh karena itu semua pihak yang terkait untuk memberikan perlindungan hukum dan keam-
para pemimpin agama terus meyerukan kepada semua pihak agar tidak meng- anan kepada para pekerja kemanusiaan tersebut.252
gunakan kekerasan dalam memecahkan masalah.248 Para pemimpin agama mengambil inisiatif untuk menyerukan kepada Komi-
Para pemimpin agama mengakui bahwa ada banyak masalah yang tidak ter- si Nasional Hak Asasi Manusia untuk membentuk tim penyelidik independen
selesaikan di Papua Barat. Pemerintah Indonesia acapkali menerapkan penye- dan menjalankan investigasi terhadap pelanggaran hak asasi manusia berat
lesaian masalah yang tidak demokratis tanpa berkonsultasi dengan masyarakat yang dilakukan oleh pasukan keamanan Indonesia.253 Sebagai akibat dari seru-
Papua Barat dengan cara apapun. Pemaksaan keinginan pemerintah terhadap an lintas kepercayaan untuk membentuk investigasi independen ini, Komisi
warga Papua dan rekayasa politik oleh pihak berwenang mengakibatkan kebu- Nasional Hak Asasi Manusia menginvestigasi penculikan dan pembunuhan
tuhan sehari-hari terabaikan dan konflik kekerasan. Demi perdamaian, para Thyes Hiyo Eluay, kepala suku terkemuka dan ketua Dewan Presidium Papua
pemimpin agama secara konsisten mendesak pemerintah untuk terlibat dalam (PDP) oleh Korps Pasukan Khusus (Kopassus) di tahun 2001.254 Para pemimpin
dialog sebagai cara yang beradab untuk menyelesaikan masalah di Papua Barat. agama juga menyerukan untuk melakukan penyelidikan independen terhadap
Mereka meyakini bahwa kunci untuk mencapai pemecahan masalah secara adil terbunuhnya dua warga negara Amerika Serikat dan seorang warga negara Indo-
dan demokratis adalah dengan mendengar dan memahami. Oleh karena itu, para nesia di Tembagapura.255
pemimpin agama menyerukan kepada semua pihak untuk menyelesaikan masa- Para pemimpin agama menegaskan bahwa seruan bersama mereka untuk
lah di Papua dengan cara-cara yang damai seperti dialog. Apabila mereka mem- melakukan penyelidikan independen terhadap pelanggaran hak asasi manusia
58 59

tersebut sepenuhnya demi kepentingan keadilan.256 Mereka tidak melakukan budaya yang dihadapi oleh penduduk asli Papua. Para pemimpin agama jelas-
semacam upaya balas dendam terhadap para pelakunya dan keinginan mereka jelas menyebutkan bahwa penyebab utama dari kegagalan ini adalah tidak ada-
bukanlah cerminan dari kepentingan politik apapun. Seruan bersama demi hak nya implementasi undang-undang otonomi khusus Papua secara penuh, efek-
asasi manusia didasarkan sepenuhnya pada kewajiban yang mereka rasakan untuk tif dan konsisten oleh pemerintah Indonesia.258
melindungi harkat martabat manusia dan menjunjung hak yang setara bagi Oleh karena itu, para pemimpin agama di Papua Barat berulangkali meng-
semua.257 himbau pemerintah pusat dan provinsi untuk melaksanakan undang-undang
otonomi khusus Papua dengan cara yang utuh, efektif juga konsisten. Mereka
secara bersama-sama telah menolak kebijakan kontroversial pemerintah untuk
5.7. Himbauan untuk implementasi Undang-Undang Otonomi membagi Papua Barat ke dalam tiga provinsi tanpa sebelumnya berkonsultasi
Papua secara konsisten dengan masyarakat dan melanggar undang-undang otonomi Papua. Mereka men-
Pemerintah Indonesia menawarkan status otonomi khusus kepada Papua Barat desak pemerintah untuk bersikap konsisten dalam mengimplementasikan
menanggapi tuntutan dari masyarakat Papua atas hak untuk menentukan nasib undang-undang otonomi Papua, dan tidak mengeluarkan kebijakan apapun yang
sendiri. Undang-Undang no. 21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi provinsi bisa membawa konflik kekerasan di antara masyarakat sipil di Papua Barat, dan
Papua telah disahkan oleh presien Indonesia kelima, Megawati Soekarno Putri, untuk mengkaji kebijakan membagi wilayah menjadi tiga provinsi tanpa mela-
pada bulan Oktober 2001 setelah dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat. kukan konsultasi dengan warga Papua.259
Para pemimpin agama di Papua Barat menyambut baik penerapan undang-
undang otonomi Papua sekalipun undang-undang ini mendapatkan tentangan
dari beberapa kelompok warga Papua yang memperjuangkan kemerdekaan. 5.8. Membela hak untuk hidup
Sementara undang-undang ini tidak menjelaskan tentang cara dan bagaimana Para pemimpin agama meyakini bahwa kehidupan manusia adalah suci, kare-
menyelesaikan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh pasukan na umat manusia terdiri dari satu keluarga dan hidup satu orang manusia memi-
keamanan Indonesia terhadap penduduk asli Papua sejak bulan Mei 1963 atau liki nilai yang setara hidup seluruh umat manusia. Mereka meyakini bahwa per-
penafsiran yang beragam tentang Penentuan Pendapat Rakyat tahun 1969, lindungan terhadap hidup yang suci adalah tugas dan misi mereka.
akan tetapi undang-undang ini jelas-jelas menjawab satu dari tiga masalah Pembunuhan, apapun motivasinya, dipandang sebagai penghancuran hak
mendasar - yaitu kesejahteraan. hidup. Kekerasan yang dilakukan terhadap seseorang atau sekelompok masya-
Para pemimpin agama melihat bahwa implementasi penuh dan efektif dari rakat dalam bentuk apapun menghancurkan hak untuk hidup.
undang-undang otonomi khusus Papua dapat menawarkan prospek standar hidup Oleh karena itu para pemimpin agama mendesak semua pihak, termasuk
yang lebih tinggi bagi warga Papua tetapi juga resolusi dari masalah-masalah pasukan keamanan Indonesia, untuk menghormati sepenuhnya hak untuk
kesejahteraan, yang menjembatani kesenjangan sosial antara warga Papua dan non- hidup dari semua orang yang hidup di Papua, karena hak untuk hidup meru-
Papua, dan distribusi hasil pembangunan kepada mereka yang terpinggirkan dan pakan berkah sang Pencipta kepada semua umat manusia. Mereka secara ber-
terabaikan, khususnya mereka yang tinggal di desa-desa terisolir dan terpencil. sama-sama menghimbau penghentian kekerasan dan menyerukan kepada semua
Para pemimpin agama menyadari bahwa undang-undang otonomi khusus pihak yang bertikai untuk menghormati hak untuk hidup dengan menyelesai-
Papua memberikan ruang lingkup pada warga Papua untuk mengelola diri kan masalah-masalah di dalam masyarakat melalui dialog.260
mereka sendiri sehingga mereka bisa mengatasi masalah-masalah sosial dan poli-
tik dengan cara yang damai dan bermartabat.
Akan tetapi tidak semua harapan terhadap undang-undang ini dapat ter- 5.9. Mempromosikan demokrasi di dalam masyarakat
penuhi. Pemerintah Indonesia memperlihatkan tidak adanya keinginan politik Masyarakat di Papua Barat telah lama hidup di bawah pemerintah diktator sela-
untuk menerapkan otonomi khusus di Papua, dan sebaliknya, justru mengha- ma lebih dari empat dekade. Mereka tidak punya pengalaman seperti apa hidup
silkan kebijakan-kebijakan yang saling bertentangan. Pemerintah Indonesia dalam iklim demokrasi dan tidak pernah punya kesempatan untuk berpartisi-
gagal untuk mengatasi hambatan-hambatan kultural, ekonomi, sosial dan pasi secara penuh dan aktif dalam proses pembuatan keputusan.
60 61

Di dalam upaya mereka menjadikan Papua Barat Tanah Damai, para pemim- asasi manusia, korupsi, pencurian sumber daya alam, tindakan pelanggaran
pin agama telah mempromosikan demokrasi, dimana salah satu pilar utaman- hukum dan segala bentuk kekerasan;
ya adalah partisipasi publik secara aktif dalam proses pembuatan keputusan. – melakukan pembangunan dengan menghormati budaya dan lingkungan
Masyarakat perlu untuk diberi pengalaman yang beragam dan luas untuk hidup;
menunaikan hak-hak mereka untuk berpartisipasi. Hal ini dapat dilakukan den- – melangsungkan manajemen fiskal yang baik;
gan memberdayakan mereka agar berpartisipasi aktif dalam diskusi tentang – melarang distribusi minuman keras, pendirian semua jenis kelab malam dan
masalah-masalah yang ada dan akar penyebabnya sekaligus mencari solusi. Hal segala bentuk perjudian;
ini juga membantu mereka untuk menjadi agen perubahan sosial dan pem- – mengambil langkah yang serius dengan bekerjasama dengan lembaga swa-
bangunan diri mereka sendiri. Para pemimpin agama mendorong masyarakat daya masyarakat untuk menjawab persoalan penyebaran HIV/Aids melalui
untuk menghormati perbedaan pendapat dan aspirasi dan untuk memandang penyediaan layanan kesehatan yang memadai dan melakukan upaya-upaya
persoalan secara tenang demi menghasilkan solusi. untuk mengatasi akar penyebab dari penyebarluasan tersebut;
Pada pemimpin agama secara berkala menyerukan kepada para pemerintah – melibatkan komunitas (termasuk kelompok adat, agama, organisasi pemu-
untuk memberikan ruang lingkup lebih banyak kepada masyarakat untuk terli- da dan perempuan) dalam perencanaan, pembuatan keputusan, pelaksan-
bat dalam diskusi yang sistematis dan mendalam tentang duka cita mereka dan aan dan evaluasi program-program pembangunan; menghormati dan men-
alasan-alasannya serta untuk mengupayakan iklim yang aman untuk berdiskusi.261 dukung aktivitas-aktivitas organisasi keagamaan;
Lebih jauh lagi, para pemimpin agama mendorong pemerintah dan pasu- – melakukan dialog sebagai langkah yang pertama diambil dalam mengatasi
kan keamanan Indonesia untuk mengadopsi pendekatan politis dan keaman- masalah-masalah di Papua;
an dalam menjawab masalah-masalah sosial. Pendekatan seperti ini tidak akan – menjamin hak untuk hidup semua orang yang tinggal di tanah Papua;
memberikan kesempatan apapun kepada warga sipil untuk berpartisipasi dalam – menjunjung tinggi keadilan dengan menindak pelanggaran hak asasi berat
proses pembuatan keputusan dan aktivitas pembangunan di desa-desa dan tanpa melakukan impunitas;
daerah-daerah.262 – memberikan warga Papua kesempatan untuk mengambil tempat yang layak
sebagai aktor utama dalam proses pembangunan dan pemanfaatan sumber
daya alam; dan
5.10. Menjalankan kontrol sosial – memanfaatkan sumber daya alam demi kesejahteraan dan kemakmuran
Para pemimpin agama menyadari bahwa salah satu tugas mereka dalam beker- warga Papua.264
ja demi perdamaian adalah untuk menjalankan kontrol sosial terhadap proses
pembangunan dan pelayanan pemerintah.263 Para pemimpin agama juga telah mengeluarkan himbauan lintas agama kepa-
Setelah mengamati aktivitas-aktivitas pembangunan yang dilaksanakan da semua anggota Dewan Legislatif Papua, yang dipilih oleh pemilihan umum
dan menganalisa alasan-alasan terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh legislatif, untuk menjalankan tugas mereka dengan cara yang sesuai. Di Papua
pemerintah, para pemimpin agama mengungkapkan kritik mereka dan mendesak Barat, dimana perdamaian memiliki prospek yang tidak jelas, masyarakat menam-
pemerintah untuk menjalankan peran mereka dengan cara yang sesuai. Kontrol batkan harapan yang besar pada sistem masyarakat yang baru yang menjunjung
sosial terhadap pemerintah ini diungkapkan dalam pernyataan bersama, dim- tinggi kesejahteraan dan keadilan untuk setiap warga Papua. Anggota parlemen
ana mereka menghimbau pemerintah pusat dan daerah untuk yang terpilih dihimbau untuk menunjukkan kepada masyarakat cara terbaik
– membangun pemerintahan yang baik dan bersih; untuk maju dan memberi mereka harapan dalam situasi yang serba tidak pasti.
– terlibat dalam dialog dengan masyarakat melalui Dewan Legislatif Provin- Mereka didesak untuk berlaku sebagai representasi masyarakat yang sebenarnya
si terkait dengan pelaksanaan Undang-Undang no.21/2002 tentang Status dan untuk bekerja dalam semangat kebenaran, kejujuran, rasa takut pada Tuhan
Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua; dan pengorbanan diri. Tugas mereka adalah untuk memantau pemeirntah dan
– menjunjung tinggi supremasi hukum dengan memberantas impunitas dan mendorong untuk menjawab kebutuhan riil masyarakat secara layak dalam
mengadili semua pihak yang bertanggungjawab terhadap pelanggaran hak sektor ekonomi, kesehatan, pendidikan, keamanan dan hukum. Solusi yang layak
62 63

dan sistematis di segala sektor akan membuka jalan demi keadilan, perdamai- riksa, kemungkinan meningkatnya ancaman kepunahan warga Papua juga per-
an dan kesejahteraan pada warga Papua.265 pecahan persatuan ekonomi, sosial dan budaya dari penduduk asli Papua.269 Seka-
lipun penolakan MRP diabaikan oleh pemerintah Indonesia, sehingga provin-
si Irian Jaya Barat tetap melangsungkan pemilihan umum gubernur pada tanggal
5.11. Membantu penduduk asli Papua menjadi agen 11 Maret 2006, hal ini berarti majelis ini menjalankan tugasnya, sebagaimana
pembangunan dimandatkan oleh Undang-Undang Otonomi Papua, untuk melindungi hak pen-
Sekalipun mereka hidup di bawah pendudukan Indonesia selama lebih dari 40 duduk asli Papua.
tahun, orang Papua tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk menjadi
agen pembangunan mereka sendiri dan melakukan transformasi sosial di tanah
mereka. Hal ini karena pemerintah biasanya memutuskan sendiri kebijakan pem-
bangunan dan mendesak orang Papua untuk menerima kebijakan-kebijakan tere-
6. Apa yang perlu dilakukan di Papua Barat?
but. Kritik apapun yang diungkapkan oleh orang Papua dipandang sebagai ung-
kapan dari separatisme. Opini mereka biasanya diabaikan oleh pemerintah dan Munculnya kerjasama-kerjasama lintas agama di kalangan para pemimpn agama
suara mereka dibungkam oleh pasukan keamanan. Pendeknya, warga Papua men- di Papua merupakan perkembangan yang bagus sekali. Kerjasama ini menjadi
jadi korban dari kebijakan pemerintah dan pendekatan militer.266 cahaya yang memberikan harapan perdamaian kepada para pemeluk agama yang
Para pemimpin agama merasa bahwa undang-undang otonomi Papua mem- tinggal di daerah rentan konflik seperti Papua Barat. Aktivitas lintas agama
berikan ruang pada penduduk asli Papua untuk menjadi agen pembangunan di yang beragam ini terbukti menjadi pengalaman yang memperkaya bagi semua.
Papua Barat. Hal ini membuat mereka bisa membentuk Majelis Rakyat Papua. Maje- Para pemimpin agama bersatu dan berkomitmen untuk melanjutkan kerjasama
lis ini adalah satu-satunya representasi kultural dari masyarakat adat Papua yang demi menjadikan Papua Barat Tanah Damai.
diakui oleh undang-undang Indonesia. Anggota majelis Papua ini terdiri dari per- Sementara inisiatif perdamaian lintas agama yang dilakukan oleh para
wakilan adat, perempuan dan agama. Tugas MRP adalah membela dan melndungi pemimpin agama perlu mendapatkan dukungan, penting untuk menyoroti
hak-hak masyarakat adat Papua,267 terutama hak warga Papua untuk bertahan hidup poin dan usulan berikut ini:
yang kini tengah terancam punah. Para pemimpin agama memberikan dukungan – Wilayah Papua Barat saat ini, dan sebaiknya, menjadi fokus kampanye per-
penuh terhadap pembentukan MRP sebagai lembaga perwakilan kultural yang damaian. Oleh karena itu, mayoritas, sebaiknya seluruh, masyarakat yang
memungkinkan masyarakat adat Papua menyuarakan opini mereka.268 tinggal di Papua Barat perlu terlibat untuk menciptakan ‘Papua, Tanah
Masyarakat adat Papua mulai mengkomunikasikan kepedulian, masalah Damai’ sebagai keinginan dan misi bersama. Konsep ‘Papua, Tanah Damai’
dan usulan mereka untuk pembangunan Papua Barat melalui MRP. Mereka juga perlu untuk berakar di hati masyarakat dari semua komunitas agama dan
mulai mengkaji kebijakan pemerintah dari sudut pandang hak-hak penduduk etnis dengan berbagai aktivitas yang dilakukan oleh masing-masing agama
asli Papua. Selain itu, kebijakan pemerintah apapun juga menunjukkan tidak ada- secara terpisah dan secara bersama-sama. Hal ini penting untuk bisa mem-
nya penghormatan atas hak-hak masyarakat Papua atau ancaman terhadap bentuk kampanye yang efektif.
hak-hak warga Papua untuk eksis dapat dan seharusnya ditolak oleh MRP. MRP
menyambut baik dan mendukung semua kebijakan yang memastikan persatu- – Terdapat berbagai aktor yang memberi kontribusi secara signifikan dalam
an kultural dan ekonomi dari penduduk asli Papua dan meningkatkan kese- menciptakan Papua Barat sebagai Tanah Damai. Mereka adalah para maha-
jahteraan mereka. siswa, pemimpin komunitas etnis, lembaga teologi, kelompok dan organi-
Contoh terakhir adalah penolakan MRP terhadap keputusan pemerintah sasi perempuan, Lembaga Adat Papua, lembaga swadaya masyarakat, Maje-
Indonesia yang kontroversial untuk menciptakan provinsi Irian Jaya Barat yang lis Rakyat Papua (MRP), Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP), jurnalis
tidak memiliki landasan hukum dan untuk menyelenggarakan pemilihan guber- dan pemerintah daerah. Masing-masing institusi ini membutuhkan pelati-
nur di sana. Alasan dari ketidaksetujuan MRP terhadap keputusan tersebut ada- han agar bisa memperkuat masyarakat sipil di Papua Barat. Oleh karena itu
lah karena hal tersebut bisa mengarah pada terciptanya komando militer atau ada kebutuhan untuk membangun dan memperkuat jaringan-jaringan hori-
polisi provinsi tambahan, arus pendatang asal Indonesia yang masuk tanpa dipe- zontal antar berbagai organisasi yang berbeda.
64 65

– Hari Perdamaian Papua (5 Februari) dan Hari Perdamaian Internasional (21 – Perhatian khusus perlu diberikan untuk memberdayakan perempuan den-
September) perlu ditandai dengan melangsungkan sejumlah kegiatan yang gan cara memberikan dukungan finansial dan program pelatihan keteram-
terkait denga perdamaian di semua kota dan desa. Perayaan-perayaan ini pilan untuk kelompok dan organisasi perempuan. Melibatkan perempuan
membutuhkan pengorganisasian dan persiapan yang baik. dalam membangun perdamaian juga merupakan hal yang penting.

– Terdapat kebutuhan untuk membangun pengertian yang lebih jernih dan – Untuk membentuk kerjasama yang efektif demi keadilan, perdamaian dan
mendalam tentang konsep ‘Papua, Tanah Damai.’ Visi teologis yang fun- integritas maka perlu dibangun komisi keadilan dan perdamaian untuk
damental tentang konsep ‘Papua, Tanah Damai’ perlu dikembangkan. Semua setiap denominasi Kristen. Hal ini sama pentingnya dengan membangun
agama dihimbau untuk merumuskan konsep perdamaian dalam termino- forum lintas kepercayaan di kalangan pemimpin agama untuk setiap kabu-
logi yang sederhana dan menjelaskan bagaimana mewujudkan hal tersebut. paten sehingga mereka bisa bekerjasama demi perdamaian.
Lembaga-lembaga teologis yang ada perlu diberdayakan untuk membangun
visi teologis tentang ‘Papua, Tanah Damai.’ – Pemerintah provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) perlu
didorong agar konsep ‘Papua, Tanah Damai’ bisa diadopsi sebagai pondasi
– Konsep kultural tentang perdamaian perlu digali dan dikembangkan untuk utama dari semua kebijakan dan aktivitas di Papua.
menciptakan kampanye perdamaian yang relevan dangan penduduk asli
Papua. Sekalipun terdapat kelompok etnis Papua yang beragam, mereka
memiliki nilai-nilai dasar Melanesia yang sama. Nilai-nilai kultural ini perlu
untuk dieksplorasi dan dirumuskan secara sistematis.
7. Kebutuhan akan adanya dukungan
– Mengingat adanya perlawanan secara damai oleh penduduk asli Papua ter- nasional
hadap pendudukan dan penindasan Indonesia, ada kebutuhan untuk mem-
promosikan konsep perlawanan tanpa kekerasan. Perlu ada eksplorasi seca-
ra teologis, filosofis, politis dan kultural tentang perlawanan tanpan Sejak Papua berada di bawah pendudukan Indonesia, kampanye ‘Papua, Tanah
kekerasan. Contoh-contoh sejarah tentang perlawanan tanpa kekerasan Damai’ sebaiknya mencakup seluruh kota dan daerah di Indonesia. Hal ini
terbukti berhasil di berbagai belahan dunia sebaiknya dieksplorasi. Kajian- membutuhkan penjabaran konsep secara jelas tentang ‘Papua, Tanah Damai.’
kajian ini perlu melibatkan berbagai agama dan beragam pakar. Para pemimpin agama harus memperjelas bahwa kampanye ‘Papua, Tanah
Damai’ tidak ada kaitannya dengan gerakan separatis Papua yang selama ini mem-
– Pendidikan perdamaian penting untuk diperkenalkan di semua sekolah di perjuangkan kemerdekaan Papua Barat dari Indonesia.
Papua Barat. Konsep ‘Papua, Tanah Damai’ sebaiknya dimasukkan ke dalam Kampanye ‘Papua, Tanah Damai’ ini dibutuhkan secara mendesak oleh
kurikulum dalam institusi pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai ke masyarakat sipil Indonesia karena alasan-alasan berikut ini. Pertama, tak bany-
universitas dengan menggunakan simbol, metafor, pencitraan, ritual dan ceri- ak warga Indonesia yang mengetahui tentang ancaman perdamaian atau inisi-
ta yang muncul dengan budaya setempat. atif lintas agama di Papua Barat. Sebagai konsekuensinya, kampanye ‘Papua,
Tanah Damai tidak banyak mendapatkan perhatian atau dukungan dari masy-
– Untuk melibatkan lebih banyak orang lagi ke dalam pembangunan perda- arakat sipil Indonesia.
maian, terdapat kebutuhan untuk menyelenggarakan program pelatihan ber- Kedua, kampanye ‘Papua, Tanah Damai’ di Papua Barat sebagian ditentu-
kala tentang resolusi konflik, transformasi konflik, analisis sosial, hak asasi kan oleh kebijakan pemerintah Indonesia, yang berbasis di Jakarta. Pendekatan
manusia, keadilan, perdamaian, rekonsilitasi dan integritas pembangunan yang saling bertentangan yang diadopsi oleh pemerintah telah menciptakan per-
lintas agama, lintas gereja, lintas kelompok etnis dan lintas kelompok ras. pecahan dan konflik horizonal di Papua Barat. Ribuan pasukan Indonesia
dikerahkan ke berbagai wilayah di Papua Barat oleh pemerintah Indonesia,
66 67

operasi militer yang mereka jalankan dan keangkuhan dan kekejaman yang mere- asi yang memburuk di Papua Barat dan berkomitmen untuk menjadikan
ka tunjukan secara terus menerus menciptakan penderitaan pada penduduk asli Papua Barat sebagai Tanah Damai.
Papua. Kebijakan-kebijakan seperti ini perlu diubah demi perdamaian. Oleh kare- – Para pemimpin agama, bekerjasama dengan pemerintah provinsi Papua
na itu, dibutuhkan adanya dukungan dari seluruh masyarakat sipil Indonesia. Barat, perlu untuk berjejaring dengan jurnalis lokal dan nasional agar men-
Tujuan utama dari kampanye ini adalah untuk mendapatkan dukungan dari dapatkan publikasi yang maksimal tentang berbagai ancaman terhadap
masyarakat sipil Indonesia bahwa Papua Barat bisa menjadi Tanah Damai. Para perdamaian dan inisiatif lintas kepercayaan di Papua Barat.
pemimpin agama, bekerjasama dengan organisasi masyarakat sipil di Papua Barat,
saat ini menghadapi tantangan dalam meluncurkan ‘Papua, Tanah Damai’ seca-
ra sistematis dan efektif untuk semua kota dan daerah di Indonesia.
Rekomendasi-rekomendasi berikut ini disusun dengan tujuan untuk men-
capai tujuan-tujuan di atas:
8. Peran komunitas internasional
– Organisasi masyarakat sipil yang berbasis di Papua Barat perlu terlibat dalam
kerjasama resmi dengan lembaga-lembaga masyarakat sipil yang berbasis di Kecuali bantuan finansial, pemerintah Indonesia enggan untuk meminta ban-
Indonesia. Para pemimpin agama di Papua Barat bisa mengambil inisiatif den- tuan dukungan komunitas internasional dalam mengatasi masalah-masalah
gan membentuk jaringan lintas agama yang melibatkan para pemimpin yang dihadapi oleh negara ini. Keterlibatan pihak asing dalam isu Papua sangat
agama di provinsi-provinsi lain di Indonesia dan melakukan pertemuan ber- sensitif. Siapapun orang asing di Papua dianggap sebagai pendukung gerakan sepa-
kala di dalam dan luar Papua Barat untuk saling bertukar pengalaman dan ratis Papua yang melawan penindasan Indonesia selama lebih dari 40 tahun.
menyepakati kegiatan bersama. Mereka bisa menyuarakan suara-suara mere- Ancamaan perdamaian dan inisiatif perdamaian di Papua Barat mendapat-
ka secara bersama tentang masalah perdamaian, keadilan dan harkat mart- kan publikasi yang sedikit. Alasan mengapa hal ini terjadi adalah karena pemerin-
abat manusia. Pertemuan dengan para pemimpin agama bisa berlangsung di tah Indonesia secara sengaja mengisolir wilayah Papua Barat dari seluruh dunia
kota dan provinsi yang berbeda. Jaringan serupa perlu dibentuk antar uni- dengan melarang masuknya jurnalis asing. Semua ini memiliki maksud dan tuju-
versitas, lembaga swadaya masyarakat, politisi dan akademisi secara pribadi. an untuk menjadikan wilayah Papua Barat sebagai daerah yang tidak bisa dikun-
– Universitas Negeri Papua di Manokwari dan Universitas Cendrawasih di Jay- jungi oleh jurnalis asing. Karena larangan ini masih berlaku, maka ancaman ter-
apura bisa mulai berjejaring di universitas-universitas negeri lainnya di ber- hadap perdamaian dan insiatif perdamaian di Papua Barat tidak banyak
bagai kota di Indonesia dan dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dilaporkan oleh media Barat.
(LIPI) dengan tujuan untuk menjalankan riset bersama mengenai berbagai Komunitas internasional memberikan dukungannya kepada pemerintah
disiplin ilmu di Papua Barat. Hasil-hasil dari penelitian ini, termasuk reko- Indonesia terhadap implementasi undang-undang otonomi Papua secara penuh,
mendasi mereka, dapat diterbitkan demi kepentingan perdamaian di Papua. efektif dan konsisten, yang dianggap sebagai solusi yang menguntungkan untuk
– Penting sekali untuk membangun jejaring lembaga swadaya masyarakat dan semua demi mengatasi masalah di Papua Barat. Akan tetapi pemerintah Indo-
institusi-institusi yang bergerak di bidang hak asasi manusia, perdamaian, nesia secara sengaja mengabaikan dukungan internasional terhadap imple-
demokrasi, lingkungan hidup, perempuan, anak dan perdamaian. Jejaring mentasi undang-undang tersebut dengan mengupayakan kebijakan-kebijakan
seperti ini berguna untuk advokasi baik di tingkat regional dan nasional. yang justru saling bertolakbelakang di Papua Barat. Pemerintah Indonesia tidak
– Para pemimpin agama perlu untuk mendorong pemerintahan provinsi memiliki keinginan politik untuk menerapkan undang-undang otonomi khu-
Papua dan dua universitas negeri di Papua Barat untuk membentuk tim advo- sus Papua Barat yang dibuatnya sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan
kasi di Jakarta untuk menerapkan undang-undang otonomi khusus Papua. yang kuat dari komunitas internasional untuk memastikan agar pemerintah Indo-
Anggota-anggota tim tersebut ini mencakup baik warga Papua dan non-Papua nesia bersikap konsisten dan memegang teguh langkah-langkah hukumnya
yang menetap di Papua Barat dan Jakarta. Mereka diharapkan bisa menja- sendiri. Tanpa adanya tekanan dari dunia internasional, pemerintah Indonesia
di pakar di bidang ilmu yang berbeda, mendapatkan kepercayaan oleh pen- tidak akan mendukung upaya-upaya masyarakat sipil untuk menjadikan Papua
duduk asli Papua, yang memiliki kepedulian yang mendalam tentang situ- Barat sebagai Tanah Damai.
68 69

Dari sudut pandang warga Papua Barat, lembaga-lembaga yang menjadi bagi- – berdoa untuk perdamaian di Papua Barat, terutama pada tanggal 5 Februa-
an dari komunitas internasional mencakup lembaga-lembaga swadaya masya- ri (Hari Perdamaian Papua) dan 21 September (Hari Perdamaian Internasional)
rakat internasional, lembaga-lembaga berbasis kepercayaan, organisasi-organi- – dengan menggunakan berbagai cara yang memungkinkan mendukung
sasi lintas pemerintah dan korporasi multinasional. Semua institusi ini bisa upaya-upaya yang dilakukan oleh para pemimpin agama di Papua Barat untuk
memainkan peran yang unik dan penting untuk menjadikan Papua Barat seba- mengimplementasikan kampanye ‘Papua, Tanah Damai’;
gai Tanah Damai. Tanpa keterlibatan dari komunitas internasional, kampanye – menyuarakan, baik secara pribadi atau dengan bekerjasama dengan lemba-
‘Papua, Tanah Damai’ tidak akan berhasil. Oleh karena itu, komunitas interna- ga berbasis kepercayaan lainnya, solidaritas penderitaan yang dialami oleh
sional diharapkan mendukung inisiatif perdamaian lintas kepercayaan di Papua masyarakat di Papua Barat;
Barat dan memainkan perannya yang unik dan berarti, sebagaimana dipapar- – bergabung dengan jaringan berbasis kepercayaan di Papua Barat untuk
kan di bawah ini.270 ‘Papua, Tanah Damai.’

8.1. Lembaga swadaya masyarakat internasional 8.3. Institusi lintas pemerintah


Lembaga swadaya masyarakat internasional dapat mendukung kampanye ‘Papua, Institusi lintas pemerintah antara lain adalah Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB),
Tanah Damai’ dengan melibatkan diri dalam aktivitas-aktivitas berikut ini: Uni Eropa, Forum Kepulauan Pasifik dan Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara
– mengumpulkan informasi tentang ancaman-ancaman perdamaian dan (ASEAN). Institusi-institusi tersebut dapat mendukung kampanye ‘Papua, Tanah
inisiatif perdamaian di Papua Barat dan menyebarluaskannya melalui media Damai’ yang sama sekali bukan kampanye memperjuangkan independensi poli-
elektronik dan media cetak, surat kabar dan majalah besar maupun kecil ke tik Papua Barat. Mereka dapat mendukung pemerintah Indonesia agar
semua negara; – melindungi dan menghormati hak-hak penduduk asli, khususnya hak untuk
– mengangkat kasus Papua Barat dalam forum nasional dan internasional; hidup di tanah mereka sendiri di Papua Barat;
– memantau hak asasi manusia dan ruang demokrasi di Papua Barat dan – menolak segala kebijakan yang saling bertentangan karena menyebabkan
mendistribusikan informasi terkini tentang situasi di Papua Barat kepada ang- perpecahan, kecurigaan dan konflik kekerasan di antara masyarakat sipil dan
gota parlemen dan pemerintah; memicu konflik vertikal antara penduduk asli Papua dan pemerintah Indo-
– bergabung dengan lembaga-lembaga swadaya masyarakat lain dalam meny- nesia;
oroti isu-isu khusus, khususnya ancaman kepunahan yang dihadapi oleh pen- – memastikan implementasi Undang-Undang no.21/2001 tentang Otonomi
duduk asli Papua. Khusus untuk Provinsi Papua yang utuh, efektif dan konsisten, menghor-
mati suara penduduk asli Papua yang tertindas sebagaimana disalurkan
melalui Majelis Rakyat Papua.
8.2. Organisasi internasional yang berbasis agama – menciptakan ruang yang aman untuk penduduk asli Papua untuk menu-
Organisasi-organisasi internasional yang berbasis agama ini mencakup komuni- naikan hak mereka untuk berpartisipasi dalam proses pembuatan keputu-
tas agama, gereja dari semua denominasi, dan lembaga swadaya masyarakat serta san demi pembangunan Papua Barat;
gerakan berbasis agama. Mereka menjadi mitra utama dari para pemimpin agama – menyelesaikan kasus politik Papua Barat melalui dialog yang sebenar-benar-
di Papua Barat. Dalam mendukung kampanye ‘Papua, Tanah Damai’, organisasi- nya antara pemerintah Indonesia dengan penduduk asli Papua dengan ban-
organisasi dan komunitas-komunitas berbasis kepercayaan ini didesak untuk: tuan pihak ketiga yang netral sebagai fasilitator.
– secara berkala mengenang warga Papua yang tertindas di dalam doa dan misa – melakukan investigasi dan menangani dugaan kejahatan terhadap kemanusi-
mereka; aan yang dilakukan oleh pasukan keamanan Indonesia sejak tanggal 1 Mei 1963;
– menyebarluaskan informasi tentang kondisi terkini di Papua Barat di dalam – menyatakan Papua Barat sebagai Tanah Damai. Sebagai bagian dari komitmen
lembaga dan komunitas keagaamaan mereka; mereka, pemerintah Indonesia sebaiknya menarik seluruh pasukan perangnya,
– menyebarluaskan kepedulian, harapan dan seruan bersama yang diung- membubarkan semua kelompok milisi dan menghentikan keterlibatan ten-
kapkan oleh para pemimpin semua agama di Papua Barat; tara Indonesia dalam aktivitas perdagangan ilegal maupun legal di Papua Barat;
70 71

– mengundang pelapor khusus PBB untuk pembunuhan sewenang-wenang, Kesimpulan


penyiksaan dan kekerasan terhadap perempuan juga pelapor khusus untuk
Sekretaris Jenderal PBB untuk melakukan observasi terhadap situasi hak asasi Dengan atau tanpa dukungan pemerintah Indonesia, para pemimpin agama di
manusia di Papua Barat; Papua bersatu dan berkomitmen untuk bekerja bersama demi perdamaian. Seka-
– memberikan tekanan pada pemerintah Indonesia untuk menuntaskan lipun terdapat tantangan dan kesulitan, mereka akan terus mempromosikan per-
pelanggaran hak asasi manusia berat di Manokwari (2001) dan Wamena damaian di bawah moto ‘Papua, Tanah Damai.’ Nilai-nilai yang mendasari kon-
(2003); sep ‘Papua, Tanah Damai’ akan terus menjadi prinsip yang menjadi pedoman
– membuka wilayah Papua Barat terhadap jurnalis asing, peneliti dan peker- dan menjadi kriteria penilaian terhadap aktivitas bersama mereka demi perda-
ja kemanusiaan internasional sehingga mereka dapat menyaksikan dengan maian di Papua.
mata kepala sendiri keberhasilan-keberhasilan pemerintah Indonesia di Upaya lintas agama bagi perdamaian hanya akan berhasil apabila mereka
bidang pembangunan dalam kurun waktu lebih dari empat dekade; sepenuhnya didukung oleh para pemeluk agama di Papua Barat. Oleh karena itu,
– memberikan dukungan yang dibutuhkan kepada pemerintah Indonesia kampanye ‘Papua, Tanah Damai’ yang efektif sebaiknya dilakukan dalam masy-
untuk menegakkan hukum sehingga dapat memerangi pelanggaran hak asasi arakat Papua Barat yang majemuk.
manusia, impunitas dan korupsi yang merajalela. Hal yang sama pentingnya adalah memastikan partisipasi aktif dari pemerin-
– menghapuskan segala bentuk diskriminasi terhadap penduduk asli Papua. tah Indonesia dan pasukan keamanan di Jakarta, serta dukungan masyarakat
sipil Indonesia terhadap kampanye perdamaian di Papua Barat. Hal ini mem-
butuhkan jejaring yang efektif antara para pemimpin agama dan organisasi masy-
8.4. Korporasi multinasional arakat sipil di Papua Barat dan di semua kota dan daerah di Indonesia.
Korporasi multinasional yang beroperasi di Papua Barat antara lain perusahaan Dukungan komunitas internasional dibutuhkan untuk menciptakan per-
Freeport McMorand yang berbasis di New Orleans, telah lama mengeksploitasi damaian di Papua Barat. Para pemimpin agama harus mendobrak isolasi yang
tembaga dan emas, juga British Petroleum, yang berencana mengeksploitasi gas dibangun oleh pemerintah di Papua Barat dengan memberikan informasi seca-
alam cair sebagai bagian dari proyek Tangguh. Kedua perusahaan multinasional ra terus menerus tentang situasi terkini di wilayah ini, seraya meminta doa dan
ini didesak untuk mendukung kampanye ‘Papua, Tanah Damai’ dan untuk: dukungan dalam bentuk apapun dari bebagai aktor internasional. Tanpa soli-
– mengembangkan kode etik dalam penyelenggaraan bisnis mereka dan men- daritas dari komunitas internasional, ancaman-ancaman terhadap perdamaian
gembangkan relasi dengan lembaga negara Indonesia dengan cara yang di Papua Barat saat ini akan terus berlanjut.
menghormati dan meningkatkan hak-hak, harkat martabat, kesehatan dan
kehidupan masyarakat Papua yang sejalan dengan standar PBB tentang
tanggungjawab korporasi dan para pelaku bisnis lainnya terkait dengan
hak asasi manusia.
– mengevaluasi dan mengkaji pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut dan
memberikan laporan tahunan tentang dampak dari kebijakan tersebut;
– menyerahkan laporan yang dibuat secara transparan tentang semua komit-
men keuangan lembaga negara Indonesia, termasuk tentara dan kepolisian
Indonesia;
– mengakui dan menerima masyarakat adat di dalam area konsesi pertamba-
han sebagai para pemangku kepentingan yang seharusnya berpartisipasi
dalam proses pembuatan keputusan perusahaan.
72 73

Lampiran 5. Di bidang pendidikan, kami prihatin atas adanya ijazah tipu-tipu dan gelar
tipu-tipu. Kurikulum berbasis lokal yang kurang dikembangkan, kesejaht-
eraan guru yang kurang mendapatkan perhatian serius. Sumber Daya Manu-
Pernyataan Bersama Tokoh-tokoh Agama Se Tanah Papua sia (SDM) guru yang rendah dan tidak trampil, buku-buku cetak yang tidak
sampai ke kampung-kampung, dan kurang adanya dukungan dana dari
Jayapura, 15 September 2005 pemerintah bagi yayasan-yayasan yang mengelola pendidikan.
6. Di bidang kesehatan, kami prihatin atas tidak tersedianya obat terutama di
1. Kami, 87 tokoh-tokoh agama se Tanah Papua yang terdiri dari 20 (Kristen), daerah terpencil, kurangnya tenaga medis, sarana dan prasarana yang tidak
23 (Katolik), 22 (Islam), 11 (Hindu), 11 (Budha), merasakan lokakarya Hari memadai, kurang nampaknya disiplin dalam pelayanan, pengelolaan dana
Damai se Dunia, 11-15 September 2005 di Jayapura, sebagai pengalaman yang yang belum memadai, rendahnya keasadaran masyarakat atas kesehatan, ting-
indah dan berharga. Kami mengalami kebersamaan dan persaudaraan sela- ginya angka kematian ibu dan anak, merajalelanya penyakit HIV/Aids serta
ma lokakarya, serta diperkaya oleh refleksi-refleksi, sharing pendapat dan pen- rendahnya kesejaheteraan ibu, anak, serta suami (KIAS).
galaman, serta diskusi-diskusi. Lokakarya bertemakan Agama-agama seba- 7. Di bidang sosial, kami mengamati adanya berbagai penyakit sosial (kem-
gai pembawa misi keadilan dan perdamaian telah membantu kami untuk abukan, kekerasan dalam ruah tangga, anak terlantar, dan sebagainya) yang
mengenali berbagai aspek yang memprihatinkan dan memberikan harapan belum diurus dengan baik, rendahnya kesadaran akan kemajemukan dalam
dalam upaya menciptakan Papua Tanah Damai. masyarakat, dan kurangnya sarana dan prasarana sosial.
8. Di bidang politik dan pemerintahan, kami prihatin atas adanya kesalahpa-
Pokok-pokok keprihatinan haman dalam masyarakat bahwa politik itu kotor, hukum dikompromikan
demi kepentingan orang/kelompok tertentu, kecenderungan mengadu-domba
Untuk menciptakan Papua Tanah Damai, sejumlah keprihatinan mesti diatasi. rakyat, politik uang, pemasungan demokrasi dimana rakyat tidak dilibatkan
2. Keprihatinan-keprihatinan di bidang hubungan antar umat beragama men- secara penuh, dan budaya korupsi. Kami mengamati bahwa pemerintahan yang
cakup adanya kecurigaan antar umat beragama, kurangnya pemahaman dan bersih dan berwibawa belum diciptakan, dan komponen adat, agama, dan
pengamalan ajaran-ajaran dari agama yang diyakininya, kurangnya pema- perempuan tidak dilibatkan dalam proses pembangunan. Kami menyaksikan
haman atas agama lain, kurangnya komunikasi dan koordinasi antar dan sendiri bahwa Otsus tidak membawa dampak positif bagi masyarkat Papua.
intern agama, adanya gejala yang memperalat agama demi kepentingan poli-
tik, munculnya konflik teologis dalam agama, secara khusus dalam situasi Harapan-harapan
yang terjadi belakangan ini adanya konflik yang disebabkan oleh SKB 2 Men-
teri yang tidak sejiwa dengan pasal 29 UUD 1945, adanya diskriminasi Di tengah pelbagai keprihatinan ini, kami juga mengamati hal-hal yang memberikan
pelayanan pemerintah terhadap agama minoritas, dan kurangnya pengakuan harapan bagi upaya menciptakan Papua Tanah Damai.
terhadap agama mayoritas ditingkat daerah. 9. Di bidang hubungan antar agama, kami mengakui akan adanya silahtura-
3. Dalam bidang hukum dan Hak-hak Asasi Manusia (HAM), kami melihat mi antar pimpinan agama, komunikasi dan doa lintas agama, wadah komu-
bahwa hukum bisa dibeli, perlindungan HAM terhadap orang Papua dia- nikasi antar pimpinan agama, dialog antar pimpinan agama dan doa ber-
baikan, hak-hak adat terabaikan, serta ada kekebalan hukum bagi orang-orang sama untuk mencegah konflik, kemandirian masing-masing agama,
yang berkuasa dukungan umat terhadap pimpinan agama, dan solidnya kepemimpinan.
4. Di bidang ekonomi, Papua dijadikan tempat pencurian dan pengurasan Sum- 10. Di bidang huium dan hak-hak Asasi Manusia (HAM), para pimpinan agama
ber Daya Alam (SDA) dan tidak ada komitmen untuk membangun Papua. mendukung upaya penegakan hukum, melakukan pendidikan HAM kepa-
Selain itu ekonomi rakyat tidak dikembangkan, rakyat kecil dobodohi seca- da masyarakat, mendukung setiap upaya yang memperjuangkan penghor-
ra ekonomi oleh orang/kelompok tertentu, serta sarana dan prasarana matan martabat manusia, dan menyampaikan secara bersama suara keadi-
penunjang ekonomi tidak merata. lan dan perdamaian.
74 75

11. Di bidang ekonomi, kami mengakui adanya SDA yang menjanjikan, melaks- 17. Kami mengundang dan menghimbau seluruh mayarakat di Tanah Papua
anakan pendidikan ekonomi rakyat, mengupayakan agar rakyat menjadi sub- untuk:
yek pembangunan, memperjuangkan posisi tawar ekonomi rakyat, dan – Turut melibatkan diri dalam segala upaya yang dilaksanakan demi per-
mempersiapkan pelaku ekonomi. damaian;
12. Di bidang pendidikan, agama sudah menjadi pelopor pendidikan dan penye- – Saling mengasihi satu sama lain sebagai wujud dari ketakwaan (iman);
dia SDM di Tanah Papua. Agama-agama sudah mendirikan banyak sekolah – Mengakui dan menerima kepelbagaian suku, agama, dan budaya, sebagai
terutama di daerah terpencil, memperkenalkan dan memertahankan pola kekayaan dari Tuhan;
asrama lintas budaya, melaksanakan pendidikan peradaban yang bersum- – Mengedepankan dialog sebagai sarana penyelesaian masalah;
ber dari adat, mengupayakan partisipasi masyarakat di bidang pendidikan, – Memelihara hubungan yang harmonis dengan Tuhan, sesama dan alam;
dan melaksanakan pendidikan budi pekerti. – Mengawasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;
13. Di bidang kesehatan, agama-agama memelopori, membangun dan mema- – Tidak terprovokasi oleh konflik-konflik yang terjadi di daerah lain di luar
jukan pelayanan kesehatan dan doa bagi masyarakat, meningkatkan gizi mak- Tanah Papua dan yang ditimbulkan oleh pemerintah.
anan ibu dan anak, mempromosikan pro-life, menyelenggarakan kegiatan
posyandu, melaksanakan penyuluhan tentang HIV/Aids dan penyakit menu- 18. Kami mendukung dan mendorong Pemerintah Pusat dan Daerah untuk:
lar lainnya, dan mengkampanyekan hidup sehat. – Membangun pemerintahan yang bersih dan berwibawa,
14. Di bidang sosial, agama-agama mewartakan kemajemukan sebagai kekaya- – Melaksanakan dialog dengan masyarakat melalui mekanisme DPR Papua
aan, menyatakan rasa senasib-sepenanggungan, mengupayakan kesejaht- tentang pelaksanaan UU No.21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Pro-
eraan sosial (panti asuhanm sanggar ketrampilan kaum muda), berupaya vinsi Papua,
mengatasi penyakit sosial, dan mendirikan perkampungan. – Menjunjung supremasi hukum dengan menghukum semua pelaku pelang-
15. Di bidang politik dan pemerintahan, agama-agama mempunyai posisi tawar garam HAM, korupsi, pencurian SDA, tindakan anarkis, dan segala ben-
menjadi sabuk pengaman dan pemersatu, mengedepankan etika dalam tuk kekerasan lainnya dan tanpa ada kekkebalan hukum (impunitas),
pengambilan keputusan dan cara-cara damai dan bermartabat dalam menye- – Melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan budaya,
lesaikan permasalahan. – Menerapkan anggaran kinerja;
– Melarang dengan tegas peredaran minuman keras (miras), segala bentuk
Komitmen dan seruan-seruan hiburan malam, dan segala bentuk perjudian,
– Menanggulangi penyebaran penyakit HIV/Aids secara serius dengan pelay-
16. Sebagai pimpinan agama, kami bertekad untuk menciptakan Papua Tanah anan kesehatan yang memadai dan menangani akar masalahnya dalam
Damai: kerjasama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga non-pemerintahan,
– Atas dasar kesadaran dan penghormatan terhadap kemajemukan, keadilan, – Melibatkan masyarakat (adat, agama, pemuda, dan perempuan) dalam
persatuan, harmani, solidaritas, serta kebersamaan dan persaudaraan yang perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan evaluasi ten-
tulus; tang pembangunan,
– Untuk menyuarakan ketidakadilan dan segala bentuk penindasan yang dia- – Menghargai dan mendukunga upaya-upaya pelayanan dari lembaga kea-
lami oleh masyarakat, khususnya masyarakat asli Papua; gamaan,
– Dengan mengefektifkan kerjasama dan komunikasi antar pimpinan agama, – Mengedepankan dialog sebagai medium penyelesaian masalah di Tanah Papua,
dengan tokoh adat, tokoh pemuda, tokoh perempuan, semua lembaga – Memberikan jaminan hak hidup bagi setiap orang yang hidup di Tanah Papua,
pemerintah dan non-pemerintahan, dan semua orang yang berkehendak – Menegakkan keadilan dengan menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran
baik; HAM berat di Tanah Papua dan tanpa ada kekebalan hukum (impunitas),
– Dengan mencegah segala rencana dan tindakan yang bertentangan den- – Menjadikan orang Papua sebagai subyek pembangunan,
gan nilai-nilai dasar dari gagasan Papua Tanah Damai – Memanfaatkan SDA demi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat di Tanah
– Dengan menggali sarana-sarana perdamaian dalam budaya setempat. Papa.
76 77

35 Opcit.
Catatan Kaki 36 Lihat Seruan Penghentian Tindak Kekerasan di Tanah Papua oleh para pimpinan agama di Jayapura, tanggal 5 Oktober 2001.
37 Lihat ELSHAM, Laporan Pelanggaran HAM di Biak, Jayapura: Elsham, 1999.
1 Lihat VAN DER VEURS, “Dutch New Guinea”, dalam P.RYAN, Encyclopaedia of Papua and New Guinea, Melbourne: 38 INSTITUTE FOR HUMAN RIGHTS STUDY AND ADVOCACY, State Violence against the People: Potrait of Human Rights
Melbourne University Press, 1972, Vol.1, p. 276. Conditions in West Papua, January to December 1999, hal.7.
2 LEO LABA LADJAR, OFM., “Different Religions United in Building a Culture of Peace in the Land of Papua,” dalam 39 INSTITUTE FOR HUMAN RIGHTS STUDY AND ADVOCACY, The Bloodshed in Timika, Jayapura: ELSHAM, 2000.
ALDABA FERNANDO T. – PETILLA MA.JOSEFA. P (Eds), CIIR Round Table on Inter-Faith Collaboration for Peace and 40 Contoh-contoh kasus kekerasan yang dilakukan aparat keamanan Indonesia melawan orang Papua tahun 2000, lihat
Development in West Papua and Mindanao, London:CIIR,hal.30-31. Selanjutnya disingkat menjadi LEO LABA LAD- YAFET KAMBAI, Gerakan Papua Merdeka di bawah Bayang-bayang Mega-Haz, Jayapura: ELSHAM, 2003, hal, 34-40.
JAR, Different Religions United in Building a Culture of Peace in the Land of Papua. 41 Cerita lengkap bersama analisis politik terhadap kekerasan di Wamena, lihat HUMAN RIGHTS WATCH, Violence
3 Lihat “Masalah Papua sangat kompleks,” Kompas, 24 Maret 2006. and Political Impass in Papua, Vol.13, No. 2, July 2001; lihat juga Tapol, “West Papua: Wamena Tragedy a Provoca-
4 Lihat LEO LABA LADJAR, OFM., “Membangun Damai di Papua: Program Pastoral Keuskupan Jayapura”, hal.1. Paper tion,” dalam Tapol Bulletin Online, 161, March/April 2001, tersedia di www.gn.apc.org./Tapol; AARON MANNES,
yang dibawakan dalam lokakarya tentang Papua Tanah Damai, yang diselenggarakan di Sosterberg, Belanda, 25- Armed Forces against Civilians: Witness Actions by Government of Indonesia Armed Forces against West Papuan
26 Oktober 2005. Selanjutnya disingkat menjadi LEO LABA LADJAR Membangun Damai di Papua. Civilians, tersedia di www.koteka.net.
5 Pdt. HERMAN SAUD, “ Promoting Peace in the Midst of Violence: The Role of the Churches and other Religions”, 42 Lihat AT IPENBURG, Papuans at Risk: Some personal observation 1993-2002, hal. 10. Paper yang tidak diterbitkan.
dalam J. BUDI HERNAWAN (Ed), Papua Land of Peace: Addressing Conflict, Building Peace in West Papua, Jayapura: SKP 43 Lihat “TNI-AD akan Tambah Tiga Korem dan 19 Kodim”, dalam Suara Pembaruan, 22 Maret 2005.
Jayapura, 2005, hal.96. Selanjutnya disingkat menjadi HERMAN SAUD, Promoting Peace in the Midst of Violence. 44 Lihat “Manuver Kapal Perang Asing Hanya Latihan bukan Menantang”,dalam MIOL, 19 Juli 2003.
6 Lihat LEO LABA LADJAR, OFM., Bersama Membangun Damai, dalam Berita Keuskupan Jayapura, 54 (2001), hal.1. Sel- 45 Lihat EMMY KUSWANDARI, “TNI Tambah Pasukan di Freeport dan Exxon Mobil”, dalam Sinar Harapan, 24 Janu-
anjutnya disingkat menjadi LEO LABA LADJAR Bersama Membangun Damai, ari 2006.
7 Lihat I GUSTI MADE SUNARTHA, Membangun Damai di Tanah Papua: Komunitas Agama Hindu, hal. 1. Paper yang 46 Lihat “Kostrad Tambah Satu Divisi di Papua” , dalam MIOL, 16 Maret 2005; lihat juga “Kostrad akan dikembang-
dibawakan dalam lokakarya tentang Papua Tanah Damai, yang diselenggarakan di Sosterberg, Belanda, 25-26 Okt- kan menjadi tiga divisi” dalam Kompas, 17 Maret 2005; ”Army to station extra division in Papua,” dalam The Jak-
ober 2005. Selanjutnya disingkat menjadi IGM SUNARTHA, Membangun Damai di Tanah Papua. arta Post, 19 Maret 2005; “TNI to establish new third division in West Paupa,” RFK’s HUMAN RIGHTS CENTER,
8 HERMAN SAUD, Promoting Peace in the Midst of Violence, hal. 99. The Waet Papua Report, November 2005.
9 Informasi mendetail tentang operasi-operasi militer secara besar yang dilaksanakan oleh militer Indonesia di Tanah 47 Lihat RIDAM MAX SIJABAT, “Protest Increase against heavy military presence in Papua,” dalam The Jakarta Post,
Papua sejak tahun 1963 hingga 1987, lihat BUDIARDJO CARMEL – LIONG L.S., West Papua: the Obliteration of a 3 December 2005.
People, London: Tapol, 1988, hal.18-86. Selanjutnya disingkat menjadi West Papua. 48 Lihat TapolBriefing Paper, 21 june 2005, tersedia pada http://.tapol.gn.apc.org
10 THE NATIONAL SECURITY ARCHIEVE, Indonesia’s 1969 Takeover of West Papua, Not by “Free Choice”, dalam 49 Deklarasi September, no.4.
www.nsarchieve.org; lihat juga LOBE.J., “U.S. Sacrificed Papua to Suharto Court”, dalam Asia Times, 13 July 2004. 50 Lihat www.bps.go.id/profile/irja.html.
11 TEAM ELSHAM PAPUA, Potret HAM, Jayapura: Elsham, 2003, hal.125. 51 Lihat “Suspend sales of Papua forests: NGO,” dalam The Jakarta Post, 15 April 2006.
12 Lihat Laporan penduduk Mapnduma yang disebarluaskan oleh Lembaga Study dan Advokasi Hak-hak Asasi Manu- 52 Lihat Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Press Release, 2 Maret 2000.
sia/ELSHAM, 21 Februari 2000. 53 Lihat INTERNATIONAL CRISIS GROUP, Resource and Conflict in Papua, Jakarta/Brussles: ICG, 2002, hal 14-16. Sel-
13 Lihat AMNESTY INTERNATIONAL, Grave Human Rights Violations in Wasior, Papua, London: Amnesty Internatio- anjutnya disingkat menjadi Resource and Conflict in Papua.
nal, 2002; Lihat juga, “Security forces Accused of Murder and Torture”, Laksamana. Net, 3 September 2004. 54 Informasi terinci tentang illegal logging di Papua Barat, lihat ENVIRONMENTAL INVESTIGATION AGENCY (EIA)
14 Informasi mendetail mengenai operasi militer di Wamena, lihat KOALISI LSM: Laporan Awal Kasus Wamena 4 April dan TELAPAK: The Last Frontier: Illegal Lopgging in Papua dan China’s Massive Timber Theft, London dan Jakarta: Envi-
2003, Jayapura: KOALISI LSM, 2003. Laporan yang tidak diterbitkan. ronmental Investigation Agency dan Telapak, 2005.
15 WIDIIYANTI A., “Warga Papua Laporkan Kekerasan oleh TNI ke Komnas HAM”, dalam detik.com. 22 November 55 Lihat KEARNEY M., “Illegal loggers Turn to Papua,” dalam South China Morning Post, 14 November 2003; Lihat juga,
2000. NETHY DHARMA SOMBA, “Papuan police Seize Illegal Logs in Raid,” dalam The Jakarta Post, 26 November 2004.
16 Lihat BENNY GIAY, Menuju Papua Baru: Beberapa pokok pikiran sekitar emansipasi orang Papua, Jayapura: ELSHAM 56 Lihat “Two Malaysians Aressted in Indonesia over Illegal Logging,” dalam Bernama.com, 14 March 2004; lihat juga,
dan Deiyai, 2000, hal.7. “Terlibat Penebangan Liar 15 warga Malasya ditangkap,” dalam Kompas, 30 Januari 2004.
17 Lihat West Papua, hal.79-80. 57 Lihat “Papua Illegal Logging may Involve Senior Officer,” dalam The Jakarta Post, 3 November 2004; lihat juga “Kap-
18 Lihat ROBIN OSBORNE, Indonesia’s secret war: The Guerrilla struggle in Irian jaya, Sydney: Allen&Unwin, 1985, hal.71. ten Kaspar jadi Tersangka Illegal logging,” dalam Media Indonesia, 22 Maret 2005; “Penebangan liar, 4 perwira poli-
19 Lihat Ibid., hal 50. si diperiksa,” dalam Kompas, 24 Maret 2005.
20 SANTOSO A., “The Indonesian corps that can do no wrong,” dalam The Jakarta Post, 20 December 2000. 58 Lihat, “Massive timber theft uncovered in Papua: Environmentalist,” dalam The Jakarta Post.com, 18 January 2005.
21 Lihat West Papua, hal. 82-84. 59 Lihat “Deforestation in Indonesia worst in the world,” dalam Laksamana.net, 28 October 2003.
22 “We saw soldiers use torture, say PNG police,” Sydney Morning Herald, 4 January 2000. 60 Lihat, Op.cit.
23 Gambaran terperinci tentang penganiayaan yang dialami orang Papua, lihat SEKRETARIAT KEADILAN DAN PER- 61 Lihat LIETH D., ‘Freeport’s Troubled Future’, dalam www. Insideindonesia.org.
DAMAIAN, Hak-hak Asasi Manusia di Wilayah Paniai dan Tigi, Jayapura: SKP Jayapura, 1999. 62 Lihat, Resource and Conflict in Papua, hal 17-22
24 ITEN O., Prison, Torture and Murder in Jayapura, West Papua: Twelve days in an Indonesian jail, dalam www.koteka.net. 63 Lihat POWEL,S., “West Papua mine Paid $18.5m to military,” dalam The Daily Telegraph, 15 March 2003; Lihat juga
Ini merupakan laporan dari seorang jurnalis yang ditangkap polisi karena memotret kekejaman polisi di Jayapu- SIBORO, T., -SARASWATI M.S., “Freeport Confirms Allowances for Military, Police in Papua,” dalam The Jakarta
ra dan dimasukan dalam penjara dimana dua orang meninggal. Post, 16 March 2003.
25 Informasi lengkap tentang penganiayaan yang diderita oleh Yance Pekey, lihat SEKRETARIAT KEADILAN DAN PER- 64 Analisa lebih lanjut tentang Perusahaan Freeport di Papua Barat, lihat DENISE LEITH, The Policies of Power: Free-
DAMAIAN, Laporan Situasional Nabire, Jayapura: SKP Jayapura, 2000. port in Suharto’s Indonesia, Honolulu: University of Hawaii Press, 2003.
26 Laporan tentang sejumlah kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh militer Indonesia, lihat SEKRETARIAT KEA- 65 Mengenai pelanggaran HAM yang dilakukan oleh militer Indonesia disekitar Perusahaan Freeport Indonesia, lihat
DILAN DAN PERDAMAIAN, Dampak Kehadiran aparat Keamanan bagi Situasi Kemasyarakatan dan Hak-hak Asasi Manu- ABRASH A., “The Amungme, Kamoro and Freeport: How Indigenous Papuans have Resisted the World’s Largest
sia di Wilayah Pegunungan Bintang tahun 1998-awal 1999,Jayapura: SKP Jayapura, 1999. Gold and Copper Mine,” dalam www.culturalsurvival.or; lihat juga COACH CAROLYN D., “Papua Gold: A Bles-
27 ELSHAM, Laporan Pelanggaran Hak-hak Asasi Manusia di Mapdnduma, Jayapura: ELSHAM, 1998. sing or a Curse? The Case of the Amungme,” dalam www.culturalsurvival.org
28 HERMAN SAUD, Promoting Peace in the Midst of Violence, hal 95. 66 Lihat Penjelasan atas Undang-undang Republik Indonesia, No.21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Pro-
29 Deklarasi September, no.3. vinsi Papua, 1.
30 Seruan Pimpinan Agama di Papua, tanggal 5 Agustus 2005. 67 Lihat Undang-undang Otonomi Khusus untuk Provinsi Papua, Bab XII, Pasal 45.
31 Informasi yang lebih terinci tentang kekerasan yang terjadi selama tahun 2001, lihat THEO VAN DEN BROEK – 68 Lihat juga Rancangan Undang-Undang tentang otonomi khusus untuk Provinsi Papua dalam wilayah pemerin-
J.BUDI HERNAWAN –FREDERIKA KORAIN –RUDOLF KAMBAYONG, Memoria Passiones di Papua: Kondisi Sosial-Poli- tahan sendiri, Bab XII, Pasal 41. Saya maksudkan RUU Otonomi Khusus yang dibuat oleh Intelektual Papua, kemu-
tik dan Hak Asasi Manusia 2001, Jayapura: SKP Jayapura dan Jakarta: Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP), dian diserahkan kepada Gubernur Papua, selanjutnya disampaikan kepada DPR RI dan Pemerintah Pusat untuk
2003, hal 182-185. didiskusikan lebih lanjut.
32 Lihat Seruan Penghentian Tindak Kekerasan di Tanah Papua oleh para pimpinan Agama di Papua, tanggal 14 juni 69 Lihat “Vonis bebas, Bukti pemahaman HAM Rendah,” dalam Kompas, 14 September 2006.
2001 dan 14 juni 2002. 70 ICG, Indonesia: Impunity Versus Accountability for Gross Human Rights Violations, Jakarta dan Brussels: ICG, 2001.
33 Willem Onde dan Yohanes Tumin, pimpinan TPN/OPM di Papua Selatan dianiaya dan ditemukan tewas di Kali 71 Deklarasi September, no.3.
Maro KAbupaten Merauke, 12 September 2001. Lihat Seruan Penghentian Tindak Kekerasan di Tanah Papua oleh para 72 Lihat PAUL WOLFOWITZ, “Corruption the biggest threat to Indonesian development,” dalam The Jakarta Post, 13
pimpinan agama di Jayapura, tanggal 5 Oktober 2001. April 2006.
34 Contoh-contoh kasus tentang masyarakat biasa yang ditemukan tewas di Nabire, lihat Seruan Penghentian Tindak 73 JOHN WING dan PETER KING, Genocide in West Paua? The role of the Indonesian state apparatus and current needs
Kekerasan di Tanah Papua oleh para pimpinan agama di Jayapura, tanggal 14 juni 2001. assessment of the Papuan People, Sydney: Center for Peace and Conflict Studies at the University of Sydney and Jay-
apura: Elsham, 2005, hal.14.
78 79

74 Lihat Deklarasi September no.8. 120 Deklarasi September, no.6.


75 Data dari Statistik pemerintah yang dikutip oleh LEO LABA LADJAR, OFM, “Interfaith Communion to Make Papua 121 Lihat “Papua Miliki Angka Kematian Balita Tertinggi di Dunia,” dalam Cenderawasih Pos, 22 Februari 2003.
a Land of Peace,” dalam J.BUDI HERNAWAN (ed), Papua Land of Peace: Addressing conflict, Building Peace in West 122 Lihat “West Papua: The Facts,” dalam New Internatianlist, No. 344, April 2002.
Paupa, Jayapura: SKP Jayapura, 2005, hal.84. Selanjutnya disingkat menjadi LEO LABA LADJAR, Interfaith com- 123 Mengenai laporan secara mendetail tentang kematian orang Papua di Kecamtan Nabire tahun 2005, lihat KOMI-
munion to Make Papua a Land of Peace. SI PERDAMAIAN DAN KEADILAN GEREJA KEMAH INJILI INDONESIA, Klasis Nabire, Laporan Kematian orang Papua
76 Lihat “Transmigrasi di Papua,” dalam Kompas, 4 November 2002. di distrik Nabire, sejak Januari sampai Desember 2005. Paper yang tidak diterbitkan.
77 Lihat AGUS SUMULE, “Papuan People’s Right Concerning Natural Resources and their Involvement in Modern 124 Lihat Laporan Gereja Kemah Injili Sinode Papua, April 2006.Tidak diterbitkan.
Econom,” dalam THEODOR RATHGEBER, Economic, Social, and Cultural Rights in West Papua, Wuppertal: Depart- 125 Lihat “KLB Diare di Papua dipicu kebiasaan memasak dengan bakar batu,” dalam MIOL, 12 Mei 2006.
ment for Justice, Peace, and Integrity of Creation of the United Evangelical Mission, 2005, hal.105. Selanjutnya 126 Lihat “HIV/AIDS Membayangi Peluang Otonomi Khusus Papua,” dalam Kompas, 1 November 2004.
disingkat menjadi AGUS SUMULE, Papuan People’s Rights Concerning Natural Resources and their Involvement in Modern 127 Lihat GREEN C.W., “Spread of Aids in Papua at Alarming level,” dalam The Jakarta Post, 3 Oktober 2002.
Economy. 128 Deklarasi September. no. 6.
78 Lihat Lavalin International Inc. Regional Development Planning for Irian Jaya, Vol.I, 1988, hal.17, dikutip oleh VAN 129 Lihat LESLIE BUTT, Aids in West Papua: Ten Reasons to Worry. Paper yang tidak diterbitkan.
DEN BROEK T., “Social Aspects in Papua,” dalam THEODOR RATHGEBER, Economic, Social, and Cultural Rights in 130 Informasi mendetail tentang demonstrasi damai, lihat THEO VAN DEN BROEK – J.B. HERNAWAN, Kondisi Hak Asasi
West Papua, Wuppertal: Department for Justice, Peace, and Integrity of Creation of the United Evangelical Mis- Manusia dan Gerakan Aspirasi Merdeka 1999, Jayapura: SKP Jayapura dan Jakarta: LSPP, 2001.
sion, 2005, hal. 138. 131 Lihat BROEK T.V.D. –SZALAYA A., “Raising the Morning Star: Sixth Month in the Developing Independence Move-
79 Lihat “Transmigran di Papua,” dalam Kompas, 4 November 2002. ment in West Papua,” dalam The Journal of Pacific History, 1, (2001), 77-92.
80 KRISTIAWAN R., “Indigenous People marginalized at Wasur National Park,” dalam The Jakarta Post, 19 April 2005. 132 Lihat “Papuans Demand Referendum Re-run,” dalam The Jakarta Post, 19 October 2004; lihat juga “Mahasiswa Papua
81 Lihat “West Papua: The Facts,” dalam New Internationalist, 344 (2002), hal. 12. demonstrasi menuntut Hak Penentuan Nasib Sendiri di Sulawesi,” dalam Detik.com, 1 November 2004.
82 Lihat ELMSLIE J., Irian Jaya under the Gun: Indonesian Economic Development versus West Papua Nationalism, Hono- 133 Uraian mendetail tentang pertemuan antara orang Papua dan Presiden B.J. Habibie, lihat ALUA, A.A., Dialog Nasio-
lulu: University of Hawaii Press, 2002, hal 77. Selanjuntya disingkat menjadi ELMSLIE J., Irina Jaya under the Gun. nal Papua dan Indonesia 26 Februari: Kembalikan Kedaulatan Papua Barat, Pulang dan Renungkan Dulu, Jayapura: Pre-
83 Lihat MCBETH J., “Turning on Tangguh,” dalam Far Eastern Economic Review, 26 August 2004. sidium Dewan Papua dan Biro Penelitian STFT Fajar Timur, 2002.
84 Ulasan lebih mendalam tentang ekspansi dan dominasi ekonomi oleh migrant Indonesia, lihat ELMSLIE J., Irian 134 Uraian mendetail tentang Musyawarah Besar Papua, lihat ALUA.A.A., Mubes Papua 2000: Jalan Sejarah, Jalan Kebe-
Jaya under the Gun, hal 70-129. naran, Jayapura: Presidium Dewan Papua dan Biro Penelitian STFT Fajar Timur, 2002.
85 Deklarasi September, no.4. 135 Laporan lengkap tentang Kongres Papua II, lihat ALUA, A.A., Kongres Papua 2000 21 Mei-4 Juni: Mari Kita Meluru-
86 AGUS SUMULE, Papuan People’s Rights Concerning Natural Resources and their Involvement in Modern Economy, hal. skan Sejarah, Jayapura: Presidium Dewan Papua dan Biro Penelitian STFT Fajar Timur, 2002.
107. 136 LEO LABA LADJAR, Intefaith Communion to Make Papua a Land of Peace, hal. 87.
87 Lihat SAYADI (Ed), Aceh Jakarta Papua: Akar Permasalahan dan Alternatif Penyelesaian Konflik, Jakarta: YAPPIKA, 2001, 137 Lihat Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2003 tentang Percepatan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 45 Tahun
hal 103-104. 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah, Provinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimi-
88 Lihat Pesan Perdamaian dan Harapan Para Pimpinan Agama-Agama di Papua, tanggal 20 Desember 2003. ka, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong.
89 VAN DEN BROEK T., “Social Aspects in Papua,” dalam THEODOR RATHGEBER, Economic, Social, and Cultural Rights 138 Jaap Salosa, Gubernur Papua waktu itu, mengakui bahwa dia tidak pernah dikonsultasikan tentang pembagian Papua
in West Papua, Wuppertal: Department for Justice, Peace, and Integrity of Creation of the United Evangelical Mis- Barat dalam tiga provinsi. Lihat “Pemekaran Provinsi Melanggar Aturan,” dalam Cenderawasih Pos, 7 Februari 2003.
sion, 2005, hal. 141. 139 Lihat “Ribuan Warga Tolak Inpres Pemekaran Papua,” dalam Suara Pembaruan, 10 Februari 2003; lihat juga “Papu-
90 Lihat “Abepura Market brawls leave 16 injured,” dalam The Jakarta Post, 14 November 2000. ans Protest New Province, “ dalam The Jakarta Post, 11 March 2003.
91 Lihat LEO LABA LADJAR, Interfaith Communion to Make Papua a Land of Peace, hal. 84. 140 Lihat NETHY DHARMA SOMBA, “Councilors Urge Government to Delay Papua Split,” dalam The Jakarta Post, 15
92 LEO LABA LADJAR, Different Religions United in Building a culture of Peace in Papua, hal. 30. March 2003.
93 Deklarasi September, no.2. 141 Lihat Surat kepada Presiden Megawati Sukarno Putri, oleh para pimpinan agama di Papua, tanggal 5 Februari 2003.
94 LEO LABA LADJAR, Interfaith Communion to Make Papua a Land of Peace, hal.85. 142 Lihat “Tokoh Adat Papua Tolak Inpres Pemekaran Provinsi,” dalam Kompas, 4 Februari 2003.
95 Lihat Seruan Para Pimpinan Agama di Papua, tanggal 5 Agustus 2005. 143 Lihat NETHY DHARMA SOMBA, “Students protest new KPU establishment,” dalam The Jakarta Post, 25 October
96 Potret Hak Asasi Manusia di Tanah Papua, Press Release oleh lima SKP se Tanah Papua, tanggal 18 Februari 2005. 2003.
97 Kelompok Laskar Jihad sudah dituduh sebagai yang memperkeruh konflik Maluku dan Poso. Kedua konflik mene- 144 Lihat “Enam Organisasi Tolak Pemekaran Papua,” dalam Cenderawasih Pos, 10 Februari 2003.
waskan ribuan korban. 145 Lihat resolusi Parlemen Eropa tentang Situasi di Indonesia, khususnya di Provinsi Aceh dan Papua, no. 10-11.
98 “Umat Islam Maluku Nyatakan Perang terhadap Separatisme di Seluruh Indonesia”, dalam www.laskarjihad.or.id. 146 Lihat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2004 tentang Majelis Rakyat Papua.
99 Lihat Buletin Laskar Jihad, Januari 2002. 147 Deklarasi September, no.8.
100 The Jakarta post, 22 March 2002 148 Lihat LEO LABA LADJAR, OFM, Agama-agama Bersatu Membangun Budaya Damai di Tanah Papua, no.4.
101 Lihat “Komando Jihad Masuk Papua”, dalam Bangkit, No. 26, 1-7 April 2002. 149 Lihat Deklarasi September, no. 9.
102 Lihat R.K.NUGROHO dan SRI WAHYUNI, “Laskar Jihad Members Start to Upset Papuans: Thaha,” dalam The Jakarta 150 Deklarasi September, no. 10.
Post, 12 April 2002. 151 Lihat THEO VAN DEN BROEK, “A Peace Mission: The Church Response to Conflict, West Papua Conflict,” dalam
103 PRANGTIP DAORUENG, “Papuans Feasr Trouble with Militant Group in Town,” dalam Inter Press Service, 15 April J. BUDI HERNAWAN, Papua, Land of Peace: Addressing Conflict, Building Peace in West Papua, Jayapura: SKP Jayapu-
2002. ra, 2005, hal 72.
104 “Lihat “Laskar Jihad di Papua Meresahkan,” dalam Laksamana.net, 2 April 2003. 152 Semua Pernyataan bersama yang disampaikan oleh para pimpinan Agama di Papua, bisa dilihat pada www.ham-
105 Lihat ENGLAND V., “Islamic Warrior Sent to fight in Papua,” dalam South China Morning Post, 23 January 2003. papua.org.
106 Lihat “Tidak ada Laskar Jihad di Sorong” dalam Papua post, 5 Maret 2002; lihat juga “Tak ada Laskar jihad di Papua,” 153 Deklarasi September, no. 10.
dalam Timika Pos, 26 Maret 2002; “Belum ada Anggota Laskar Jihad Masuk di Papua,” dalam Kompas, 15 May 2002. 154 Lihat LEO LABA LADJAR, OFM., Interfaith Communion to Make Papua a Land of Peace, no.4.
107 Lihat “Papua Police arrest two members of Laskar Jihad,” dalam The Jakarta Post, 18 April 2002. 155 Lihat Deklarasi September. no. 11.
108 Lihat “Police in Papua Town Ban Newspaper of Militant Muslim Group,” dalam AFP, 10 June 2002. 156 Lihat UNDP, Human Development Report, 2002.
109 Lihat TIMBERLAKE I., “Military Linked to Militias,” dalam The Washington Times, 3 May 2002. 157 Lihat “Penduduk miskin di Papua capai 80 persen,” dalam Kompas, 22 Maret 2005.
110 Lihat “Jakarta Denies Helping Muslim militants in Papua,” dalam Reuters, 23 January 2003. 158 Informasi mendetail tentang mengapa eksploitasi kekayaan alam di Papua Barat gagal memperbaiki standar hidup
111 Lihat “KODIM 1702 Jayawijaya Bentuk Satgas Merah Putih,” dalam Elsham News Serive, 17 April 2002. orang asli Papua, lihat LARGERBERG, K., West Irian and Jakarta Imperialism, London: C. Hurst & Company, 1979.
112 Lihat MARIANNE KEARNEY, “Timor’s Guterres Forms Papua Militia,” dalam South China Morning Post, 2 December 2003. 159 Lihat RUMANSARA A –KAKISINA S., “The Indonesian Political Economy and its impact on the Papuan People’s
113 Lihat NETHY DHARMA SOMBA, “Ex-militiaman defers Papua plan for nationalist group,” dalam The Jakarta Post, Economy: Some Critical Issues to be considered in the Decentralization Era,” makalah yang dibawakan pada disku-
10 December 2003. si mejka bundar tentang Pembangunan politik, ekonomui dan sosial di Papua, di Berlin, Germany, 29-30 Juni 2000;
114 Lihat “National Education Minister Opens Papua University,” dalam The Jakarta Post, 6 January 2001. Lihat juga SUMULE AGUS, “Towards Sustainable Forest management with Significant Participation of the Custo-
115 Lihat Deklarasi September, no.4. mary communities in Papua, Indonesia,” makalah yang dibawakan pada international workshop on Sustainable
116 Lihat “Lulusan SD Pedalaman Buta huruf,” dalam Kompas, 8 Maret 2006. Forestry management, Bali, Indonesia, juni 2001.
117 Lihat UNDP, Human Development Report 2002. 160 Lihat Deklarasi September, no.11.
118 Lihat KAKISINA S., Development in the Land of Papua, for Whom? Makalah yang disampaikan pada diskusi meja bun- 161 Lihat Gereja Katolik Keuskupan Timika, misalnya menyelenggarakan 103 buah sekoah dasar di kampung-kampung
dar tentang Hak-hak Asasi Manusia di Papua, di New Haven, 25 Maret 2002. terpencil; lihat juga “Lulusan SD Pedalaman Buta huruf,” dalam Kompas, 8 Maret 2006.
119 LEO LABA LADJAR, Interfaith Communion to Make Papua a Land of Peace, hal. 89.
80 81

162 Deklarasi September, no.12. 207 Lihat LEO LABA LADJAR, OFM, Membangun Budaya Damai. Makalah yang disampaikan pada konferensi perdamaian
163 Gereja Katolik Keuskupan Jayapura, misalnya, mendirikan Rumah Sakit Dian Harapan di Kota Jayapura, Lihat LEO yang diselenggarakn oleh Kepolisian, ELSHAM, dan Presidium Dewan Papua, di Jayapura, tanggal 15-16 Februari
LABA LADJAR Membangun Budaya Damai di Papua. 2002. Makalah yang tidak diterbitkan. Selanjutnya disingkat menjadi LEO LABA LADJAR, Membangun Budaya Damai.
164 Lihat IGM SUNARTHA, Membangun Damai di Tanah Papua. 208 Lihat Ibid. no.3.
165 Lihat Deklarasi September, no. 13. 209 Ibid., no.1.1.
166 Lihat Ibid., no. 14. 210 Ibid., no.3.2.
167 Lihat IGM SUNARTHA, Membangun Damai di Tanah Papua. 211 Ibid., no.1.2.
168 Data tentang Yayasan Putri Kerahiman diambil dari interview dengan Sr. Yosephine Tekege, SMSJ, 28 Agustus 2005 212 Ibid., no.3.1.
di Jayapura. 213 Opcit.
169 Lihat Deklarasi September, no.14. 214 Ibid., no.2.
170 Ibid., no.15. 215 LEO LABA LADJAR, Pidato Radio Menyambut Natal dan Tahun Baru, 23 Desember 1999, no.7.
171 LEO LABA LADJAR, Interfaith Communion to Make Papua a Land of Peace, hal. 88. 216 LEO LABA LAJAR, Membangun Budaya Damai, no.2.1.
172 Lihat TIM SKP, Membangun Budaya Damai dan Rekonsiliasi: Dasar Menangani Konflik di Papua, Jayapura: SKP Jaya- 217 Lihat Ibid., no.4.
pura, 2006. Selanjutnya disingkat menjadi TIM SKP JAYAPURA, Membangun Budaya Damai dan Rekonsiliasi. 218 Ibid., no.4.1.
173 Deklarasi September, no. 15. 219 Deklarasi September, no.18.
174 Lihat Ibid., no. 8. 220 Ibid., no.17.
175 SOSTENES SUMIHE, CLEOPATRIZIA RUHULESSIN, ROWIRO KARETJI, CALVIN MANSNEMBRA, JERRY SAWAI, Mewu- 221 Penjelasan tentang solidaritas , lihat THEO VAN DEN BROEK, FREDERIAK KORAIN, RUDOLF KAMBAYONG, Buil-
judkan Papua Tanah Damai, hal 12-13. Paper yang tidak diterbitkan. ding a culture of Peace, hal. 10.
176 Deklarasi September, no.15. 222 Mengenai nilai kebersamaan, lihat TIM SKP JAYAPURA, Membangun Budaya Damai dan Rekonsiliasi, hal. 28-30.
177 LEO LABA LADJAR, Interfaith Communion to Make Papua a Land of Peace, hal. 83. 223 LEO LABA LADJAR, Different Religions United in Building a Culture of Peace in Papua, hal. 30.
178 HERMAN SAUD, Promoting Peace in thwe Midst of Violence, hal. 83. 224 ZUBEIR HUSSEIN, Believing, Honoring, and Understanding Each Other in Dialogue, hal. 35.
179 LEO LABA LADJAR, Different Religions United in Buillding a culture of Peace in the Land of Papua, hal 30. 225 Ibid., hal.33.
180 Lihat ZUBEIR HUSSEIN, “Believing, honouring and Understanding Each Other in Dialogue,” dalam ALDABA FERN- 226 Opcit.
ANDO T. –PETILLA MA. JOSEFA P (Eds), CIIR round Table on Inter-faith Collaboration for Peace and Development in 227 Lihat TIM SKP JAYAPURA, Membangun Budaya Damai dan Rekonsiliasi, hal. 31-33.
West Papua and Mindanao, London: CIIR, 2004, hal 33-35. Selanjutnya disingkat menjadi ZUBEIR HUSSEINI, Belie- 228 Deklarasi September, no.18.
ving, honouring and Understanding Each Other in Dialogue. 229 Ibid., no.3.
181 Lihat IGM SUNARTHA, Membangun Damai di Tanah Papua, hal.1. 230 Lihat Seruan Penghentian Tindak Kekerasan di Tanah Papua, oleh para pimpinan agama di Jayapura, 15 juni 2001.
182 Opcit. 231 Deklarasi September, no. 16.
183 LEO LABA LADJAR, Interfaith Communion to Make Papua a Land of Peace, hal.88. 232 Lihat TIM SKP JAYAPURA, Membangun Budaya Damai dan Rekonsiliasi, hal. 36-37.
184 IGM SUNARTHA, Membangun Damai di Tanah Papua, hal.3. 233 IGM SUNARTHA, Membangun Damai di Tanah Papua.
185 Lihat “Damailah Papuaku, Damailah Indonesiaku,” dalam Cenderawasih Pos, 7 Februari 2005. 234 Deklarasi September, no.17.
186 Lihat Komitmen Damai di Papuia, komitmen lintas agama, tanggal 7 Februari 2004 di Jayapura. 235 Ibid., no.16.
187 Keterangan secara mendetail mengenai deklarasi Kabupaten Yapen Waropen sebagai Zona Damai, lihat Benny Giay, 236 Opcit.
West Papua peace zone: A possible dream, the role of the Church in West Papua and Local Initiatives in the Struggle for 237 Opcit.
Human Rights, 2005. Paper yang tidak diterbitkan. 238 J. BUDI HERNAWAN, Mengisi gaagsan pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Makalah yang tidak diter-
188 Resolusi Dewan Adat Papua, no.8. bitkan.
189 Lihat J. BUDI HERNAWAN, “Papua as a Land of Peace: A journey towards conflict resolutions in Papua,” dalam 239 Deskripsi singkat tentang perayaan rekonsiliasi tradisional dalam Suku Amungme, lihat WOLAS KRENAK, “‘Wem
ID (ed), Papua, Land of Peace: Addressing conflict, Building Peace in West Papua, Jayapura: SKP Jayapura, 2005, hal. Namung’ Sang Pembayar Densa Korban Perang di Papua,” dalam Suara Pembaruan, 6 September 2003.
55. 240 Lihat LEO LABA LADJAR Agama-agama bersatu membangun Budaya Damai di Tanah Papua, no.4.
190 Lihat Kata Sambutan yang disampaikan oleh Tom Beanal pada perayaan 1 Desember 2002 di Jayapura. 241 Teks doa-doa yang disampaikan dalam perayaan hari damai internasional, lihat “Hari Doa/Jaga Damai Sedunia,”
191 LEO LABA LADJAR, Bersama Membangun Damai, hal. 1. dalam Berita Keuskupan Jayapura, 55 (2002), hal. 2-6.
192 Pernyataan Sikap dan Seruan Bersama Pemimpin-pemimpin Agama di Papua, tanggal 10 April 2002, no.1. 242 LEO LABA LADJAR, OFM, Different Religions United in Building a Culture of Peace in the Land of Papua, hal. 29.
193 Lihat Kerangka Acuan Lokakarya Hari Damai Se dunia di Tanah Papua, 11-15 September 2005. 243 Deklarasi September ini ditandatangani oleh 87 tokoh agama (Kristen, Islam, Hindu, Budha), tanggal 15 Septem-
194 Sambutan yang disampaikan oleh Pendeta Andreas Ayomi pada peringatan 150 tahun Injil Masuk di Tanah Papua ber 2005.
pada tanggal 5 Februari. Lihat “Damailah Papuaku, Damailah Indonesiaku,” dalam Cenderawasih Pos, 7 Januari 2005. 244 Lihat Pernyataan Damai Pimpinan Agama-agama di Tanah Papua, tanggal 21 September 2005.
195 HERMAN SAUD, Promoting Peace in the Midst of Violence, hal. 89. 245 Lihat Surat dari para pimpinan agama kepada Dewan Perwakilan Rakyat Papua, tanggal 25 Agustus 2005, no.6.
196 THEO VAN DEN BROEK, FREDERIKA KORAIN, RUDOLF KAMBAYONG, “Building a Culture of Peace: Towards ‘Papua, 246 Lihat Pernyatan para pimpinan agama Tanah Papua, tanggal 10 April 2002.
a Land of Peace,’ dalam J. BUDI HERNAWAN, Papua Land of Peace: Addressing Conflict, building Peace in West Papua, 247 Lihat Seruan Penghentian Tindak Kekerasan di Tanah Papua, tanggal 14 Juni 2001.
hal. 6. Selanjutnya disingkat menjadi THEO VAN DEN BROEK, FREDERIKA KORAIN, RUDOLF KAMBAYONG, Buil- 248 Lihat Surat dari Pimpinan Agama kepada Presiden Republik Indonesia, tanggal 7 September 2002
ding a Culture of Peace. 249 Lihat Pernyataan Damai oleh para pimpinan agama, tanggal 21 September 2005.
197 LEO LABA LADJAR, Interfaith Communion to Make Papua a Land of Peace, hal. 89. 250 Lihat Komitmen Damai di Papua, 7 Februari 2004.
198 Lihat Ibid., hal. 84. 251 Lihat Surat kepada Presiden Republik Indonesia di Jakarta dari para pimpinan agama di Papua, tanggal 10 April 2003.
199 Lihat Deklarasi September, no.16. 252 Opcit.
200 Lihat BERNARD NARAKOBI, The Melanesian Way, Port Moresby: Institute of Papua New Guinea Studies, and Suva: 253 Semua seruan dari para pimpinan agama tentang Hak-hak Asasi Manusia, dapat dilihat dalam www.hampa-
University of the South Pacific, 1983, hal. 18. pua.org
201 Penjelesan yang mendalam tentang pentingnya nilai saling menghormati demi pembangunan perdamaian di Papua 254 Lihat Surat kepada Presiden Republik Indonesia, tanggal 14 Desember 2002; lihat juga Surat kepada Presiden Repu-
Barat, lihat TIM SKP JAYAPURA, membangun Budaya Damai dan Rekonsiliasi: Dasar Menangani konflik di Papua, Jay- blik Indonesia tanggal 2 Februari 2002; surat kepada Komisi Nasional Hak-hak Asasi Manusia tanggal 22 Januari 2002.
apura: SKP Jayapura, 2006, hal.39-40. 255 Lihat Surat kepada Presiden Republik Indonesia dari pimpinan agama, tanggal 7 September 2002.
202 Lihat Pesan Perdamaian dan Harapan Para Pimpinan Agama-agama di Papua Akhir Tahun 2003, tanggal 20 Desem- 256 Lihat Surat kepada Presiden Republik Indonesia dari pimpinan agama, tanggal 10 April 2003.
ber 2003. 257 Lihat Seruan Penghentian Tindak kekerasan di Tanah Papua, tanggal 14 Juni 2001.
203 Lihat “Damailah Papuaku, Damailah Indonesiaku,” dalam Cenderawasih Pos, 7 februari 2005; Lihat juga Seruan Pim- 258 Lihat Surat kepada Dewan Perwakilan Rakyat Papua dari para pimpinan agama, tanggal 25 Agustus 2005; lihat juga
pinan Agama di Papua, tanggal 5 Agustus 2005. Pernyataan Damai pimpinan Agama-agama di Tanah Papua, tanggal 21 September 2006; Pesan Perdamaian dan Hara-
204 Deklarasi September. no. 17. pan Para Pimpian Agam-agama di Papua, tanggal 20 Desember 2003.
205 Opcit. 259 Lihat Surat kepada Presiden Republik Indonesia dari pimpinan agama-agama tanggal 5 Februari 2003.
206 LEO LABA LADJAR, Interfaith Communion to Make Papua a Land of Peace, hal. 88. 260 Lihat Seruan Penghentian Tindak Kekerasan di Tanah Papua oleh pimpinan agama-agama di Tanah Papua, tanggal 14
juni 2001.
82 83

261 Lihat Seruan Gereja-gereja di Papua kepada umatnya dalam menyikapi pelaksanaan MUBES 24-26 Febrauri 2000, ter-
tanggal 20 Februari 2003.
262 Lihat Surat kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Papua dari para pimpinan agama tanggal 25 Agustus 2005.
263 Lihat Opcit.
264 Lihat Dekrasi September, no.18.
265 Lihat Himbauan kepada Para Anggota Legislatif di Tanah Papua Periode 2004 -2009 dari para pimpinan agama tanggal
4 September 2004.
266 Lihat Pesan Perdamaian dan Harapan para pimpinan agama-agama di Papua akhir Tahun 2003, tanggal 20 Desember
2003.
267 Lihat Undang-Undang No.21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, pasal 5.
268 Lihat Surat Pimpinan Agama kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Papua, tanggal 25 Agustus 2005, no.1.
269 Mengenai penolakan Majelis Rakyat Paupa terhadap Rencana pemerintah untuk mendirikan Provinsi Irian Jaya
Barat, lihat MAJELIS RAKYAT PAPUA, Laporan Temuan Konsultasi Publik tentang Sikap dan Keberadaan Provinsi Irian
Jaya Barat, Jayapura:MRP, 2006.
270 Penjelasan mendetail tentang sumbangan yang diharapkan dari komunitas internasional untuk membangun Papua
Tanah Damai, lihat FAITH-BASED NETWORK ON WEST PAPUA, Geneva Appeal on West Papua: Papua Land of Peace,
The Hague: Faith-based Network on West Papua, 2006.
84

Current/Planned Publications 12 Human Rights in South Korea.


in German (2003) – Order No. 600 239
1 Human Rights. Religious Freedom in the People’s in English (2005) – Order No. 600 240
Republic of China in French (2005) – Order No. 600 241
in German (2001) – Order No. 600 201
in English (2002) – Order No. 600 211 13 Human Rights in Sudan.
in French (2002) – Order No. 600 221 in German (2003) – Order No. 600 242
in English (2004) – Order No. 600 243
2 Human Rights in the DR Congo: 1997 until the present in French (2004) – Order No. 600 244
day. The predicament of the Churches
in German (2002) – Order No. 600 202 14 Human Rights in Nigeria.
in English (2001) – Order No. 600 212 in German (2003) – Order No. 600 245
in French (2002) – Order No. 600 222 in English (2003) – Order No. 600 246
in French (2003) – Order No. 600 247
3 Human Rights in Indonesia.
Violence and Religious Freedom 15 Human Rights in Rwanda.
in German (2001) – Order No. 600 203 in German (2003) – Order No. 600 248
in English (2002) – Order No. 600 213 in English (2003) – Order No. 600 249
in French (2002) – Order No. 600 223 in French (2003) – Order No. 600 250

4 Human Rights in East Timor 16 Human Rights in Myanmar/Burma.


– The Difficult Road to Statehood The Church under military dictatorship
in German (2001) – Order No. 600 204 in German (2004) – Order No. 600 251
in English (2002) – Order No. 600 214 in English (2004) – Order No. 600 252
in French (2002) – Order No. 600 224 in French (2004) – Order No. 600 253

5 Human Rights in Turkey – Secularism 17 Religious Freedom in the Kingdom of Cambodia.


= Religious Freedom? in German/in English/in French (2004) –
in German (2002) – Order No. 600 205 Order No. 600 254
in English (2002) – Order No. 600 215
in French (2002) – Order No. 600 225 18 Human Rights in Laos
in German/in English/in French (2004) –
6 Persecuted Christians? Documentation of an Order No. 600 257
International Conference Berlin 14/15 September 2001
in German (2002) – Order No. 600 206 19 Human Rights in Egypt
in English (2002) – Order No. 600 216 in German (2004) – Order No. 600 260
in French (2002) – Order No. 600 226 in English (2004) – Order No. 600 261
in French (2004) – Order No. 600 262
7 Female Genital Mutilation – Evaluation of a Survey
Conducted among Staff Members of Catholic Church 20 Turkey on the road to Europe – Religious Freedom?
Institutions in Africa in German (2004) – Order No. 600 264
in German (2003) – Order No. 600 207 in English (2004) – Order No. 600 265
in English (2003) – Order No. 600 217 in French (2004) – Order No. 600 266
in French (2003) – Order No. 600 227
21 Opportunities for Christian-Islamic co-operation
8 Female Genital Mutilation in upholding human rights and establishing civil societies
A Report on the Present Situation in Sudan Conference in closed session 11/3/2002 – 14/3/2002, Berlin
in German/in English/in French (2002) Volume 1
– Order No. 600 208 in German (2004) – Order No. 600 268
in English (2005) – Order No. 600 269
9 Human Rights in the Socialist Republic of Vietnam. in French (2004) – Order No. 600 270
Religious Freedom
in German (2002) – Order No. 600 230 22 Opportunities for Christian-Islamic co-operation
in English (2003) – Order No. 600 231 in upholding human rights and establishing civil societies
in French (2003) – Order No. 600 232 Conference in closed session 11/3/2002 – 14/3/2002, Berlin
Volume 2
10 Human Rights in Sri Lanka. in German (2004) – Order No. 600 271
Church Endeavours for Peace and Human Dignity in English (2004) – Order No. 600 272
in German (2002) – Order No. 600 233 in French (2004) – Order No. 600 273
in English (2002) – Order No. 600 234
in French (2002) – Order No. 600 235 23 Human rights in Liberia: A dream of freedom –
the efforts of the Catholic Church for justice and peace
11 Human Rights in Zimbabwe. in German (2005) – Order No. 600 274
in German (2002) – Order No. 600 236 in English (2005) – Order No. 600 275
in English (2002) – Order No. 600 237 in French (2005) – Order No. 600 276
in French (2002) – Order No. 600 238

You might also like