Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
M. Fakkaruddin Arief
NRP. 2408 030055
Pembimbing :
Dyah Sawitri., ST.MT
NIP 197001011995122001
D3 TEKNIK INSTRUMENTASI
JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2011
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Kepala Program Studi D3 Teknik Instrumentasi
III. Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam penelitian tugas akhir ini adalah bagaimana
membuat rancang mesin poles untuk proses metalografi berbasis mikrokontroler ATMega
8535 agar hasil yang diinginkan lebih maksimal.
V. Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah menjawab dari perumusan masalah yang dimiliki
dalam penelitian. Tugas akhir ini bertujuan agar dalam suatu proses pemolesan sampel pada
proses metalografi dapat dilakukan dengan cara yang lebih mudah, efisien untuk
mendapatkan hasil yang baik, sesuai dengan yang diinginkan.
2. Cutting (Pemotongan)
Cutting adalah proses bagian dari pengambilan sampel. Pemotongan yang dilakukan
harus tepat dan hati-hati, karena jika tidak maka akan dapat menyebabkan struktur mikro
beruba atau rusak. Misalnya pemotongan dengan cara pengelasan. Dalam proses pemotongan
pasti terjadi gesekan antara dua logam, yaitu antara logam yang ingin dipotong dengan alat
pemotongnya (gergaji). Oleh karena itu, dalam pemotongan harus dijaga jangan sampai
adanya gesekan yang dapat menghasilkan panas berlebih agar tidak merusak struktur mikro
sehingga diperlukannya coolants. Coolants adalah cairan pendingin. Dalam pemotongan
tidak boleh digunakan pemotongan basah, digunakan minyak larut dalam air (a water –
soluble oil). Fungsi dari coolants diantaranya adalah:
1. Mencegah karat dari komponen-komponen mesin maupun spesimen
2. Mengurangi kemungkinan kebakaran spesimen
3. Memberikan kualitas potong yang lebih baik (licin, lebih halus)
Pemotongan bisa juga menggunakan alat yang lebih modern yaitu menggunakan
cutting disc (wheel sectioning). Cutting disc atau disebut juga piringan yang berputar, terbuat
dari silikon karbida, intan, atau aluminium oksida. Dengan cutting disc juga diperlukan cairan
pendingin. Penggunaan cutting disc harus sesuai karena silikon karbidanya berbeda-beda
yaitu ada silikon karbida untuk material yang kasar, ada juga silikon karbida untuk material
yang lunak. Akibat dari pemakaian yang tidak sesuai menyebabkan umur pakai cutting disc
pendek dan patah.
3. Mounting
Pada dasarnya, sampel yang diuji berukuran sangat kecil atau memiliki bentuk yang
tidak beraturan sehingga sangat sulit dalam penanganan untuk proses preparasi selanjutnya
yaitu grinding dan polishing. Oleh karena itu untuk mudah penangananya atau memudahkan
kita memegang benda uji, maka sampel harus dimounting. Proses mounting dilakukan dengan
cara menempatkan benda uji dalam suatu media mounting press machine dan ditaburkan
serbuk. Serbuk yang digunakan biasanya adalah bakelit. Didalam prosesnya diberi panas dan
tekanan agar menjadi satu kesatuan (spesimen) antara sampel dengan bakelit. Adapun
kegunaan dari mounting adalah]:
1. Untuk memudahkan kita memegang benda uji atau memudahkan kita preparasi
spesimen
2. Untuk mendapatkan kerataan permukaan dari spesimen mounting dimana bahan
mounting dikorbankan dan spesimen tetap rata
3. Untuk multiple sampling atau banyak sampel yang dipegang
4. Untuk memperpanjang usia bahan mounting (tidak mudah sobek)
5. Untuk keamanan si penguji dari spesimen
6. Untuk mempermudah proses mikroskopis saat pengamatan
7. Untuk memberi identitas terhadap sampel yang banyak pada parameter yang berbeda
8. Untuk memudahkan dalam penyimpanan
Adapun jenis-jenis bahan untuk mounting adalah ada 3 macam [Tri Djaka, 2009]:
1. Clamp mounting, sampelnya misalnya berupa lembaran-lembaran tipis dengan ketebalan
1 mm, terdapat 10 sampel dibariskan sejajar dan di sisi muka dan belakang diberi logam
lain yang berbeda (ukurannya harus lebih besar dari sampel) kemudian dibuat dua buah
lubang yang tembus hingga ke belakang. Dan dipermukaannya masing-masing diberi
identitas. Kelebihan dari jenis bahan mounting ini yaitu prosesnya sangat cepat, ukuran
fleksibel dan dapat dipakai ulang clampnya.
2. Castable mounting, jenis bahan mounting dimana bahan serbuk diberi pelarut dan serbuk
itu diletakkan dalam satu tempat dengan dengan spesimen, kemudian dibalik dan bagian
permukaan atasnya datar. Contoh serbuknya adalah polister, epoxies (transparan) atau
acrylics. Kelebihannya adalah spesimen dengan ukuran besar / kecil dapat dimounting,
cetakannya bias digunakan berulang-ulang.
3. Compression mold dimana ukuran diameter tetap, jika berubah maka mesin harus diganti.
Jenis material yang digunakan thermosetting dan thermoplastic.
Media mounting yang dipilih haruslah sesuai dengan material dan jenis reagen etsa yang
akan digunakan. Pada umumnya mounting menggunakan material plastik sintetik.
Materialnya dapat berupa resin (castable resin) yang dicampur dengan hardener, atau bakelit.
Penggunaan castable resin lebih mudah dan alat yang digunakan lebih sederhana
dibandingkan bakelit, karena tidak diperlukan aplikasi panas dan tekanan. Namun bahan
castable resin ini tidak memiliki sifat mekanis yang baik (lunak) sehingga kurang cocok
untuk material-material yang keras. Teknik mounting yang paling baik adalah menggunakan
thermosetting resin dengan menggunakan material bakelit. Material ini berupa bubuk yang
tersedia dengan warna yang beragam. Thermosetting mounting membutuhkan alat khusus,
karena dibutuhkan aplikasi tekanan (4200 lb/in2) dan panas (1490C) pada mold saat
mounting.
4. Grinding
Grinding merupakan salah satu tahap preparasi spesimen dimana dalam proses ini
dilakukan pengampelasan. Permukaan spesimen hasil dari proses sebelumnya, pasti memiliki
permukaan yang tidak rata, terkorosi, terdapat gesekan bahkan porositas. Untuk meratakan
dan menghilangkan itu semua maka dilakukan grinding (pengampelasan). Pengampelasan
dilakukan dengan ampelas yang ukurannya berbeda-beda yaitu ukuran kertas ampelasnya
dikatakan dengan mesh. Pengampelasan dilakukan mulai dari nomor mesh yang rendah
(kasar) hingga yang tinggi (halus).
Pengampelasan dilakukan pada mesin grinding dimana dilakukan dalam piringan
berputar dan diberi coolants air. Air berfungsi untuk memperkecil kerusakan akibat panas
yang timbul yang dapat merubah struktur mikro sampel dan memperpanjang masa pemakaian
kertas amplas. Dengan pengampelasan dapat meratakan dan menghaluskan permukaan
sampel dengan cara menggosokkan sampel pada kain abrasif / amplas.
5. Polishing
Secara metalografi, polishing adalah proses terakhir dari bagian preparasi spesimen
untuk mendapatkan permukaan benda kerja yang halus dengan menggunakan mesin poles
metalografi yang terdiri dari piringan yang berputar dan didalamnya menggunakan gaya
abrasif. Polishing sering digunakan untuk meningkatkan benda kerja tampak mengkilap,
halus , mencegah kontaminasi peralatan medis, menghilangkan oksidasi, atau mencegah
korosi pada pipa. Dalam metalografi dan metalurgi, polishing digunakan untuk membuat plat
rata, membuat permukaan benda kerja bebas dari cacat sehingga memudahkan dalam
pemeriksaan mikrostruktur logam dengan mikroskop. Bahan pengisi dalam polishing
menggunakan silikon dan paduannya, alumina oksida atau intan. Untuk mencegah oksidasi
lebih lanjut, permukaan logam yang dipoles menggunakan wax, minyak atau pernis. Sebelum
memasuki proses polishing, ada beberapa metode polishing yang dapat digunakan, yaitu:
1. Mechanical polishing
Proses polishing biasanya multistage karena pada tahapan awal dimulai dengan penggosokan
kasar (rough abrasive) dan tahapan berikutnya menggunakan penggosokan halus (finer
abrasive) sampai hasil akhir yang diinginkan. Mesin poles metalografi terdiri dari piringan
berputar dan diatasnya diberi kain poles terbaik yaitu kain “selvyt” (sejenis kain beludru).
Cara pemolesannya yaitu benda uji diletakkan diatas piringan yang berputar dan kain poles
diberi air serta ditambahkan sedikit pasta poles. Pasta poles yang biasa dipakai adalah jenis
alumina (Al2O3) dan pasta intan (diamond).
2. Chemical-mecanical polishing
Merupakan kombinasi antara etsa kimia dan pemolesan mekanis yang dilakukan serentak di
atas piringan halus. Partikel pemoles abrasif dicampur dengan larutan pengetsa yang umum
digunakan untuk melihat struktur spesimen yang dipreparasi. Metode ini akan memberikan
hasil yang baik jika larutan etsa yang diberikan sedikit tetapi pada dasarnya bebas dari logam
pengotor akibat dari abrasif.
3. Electropolishing
Electropolishing disebut juga electrolytic polishing yang banyak digunakan oleh stainless
steel, tembaga paduan, zirconium, dan logam lainnya yang sulit untuk dipoles dengan metode
mechanical. Metode electropolishing dapat menghilangkan bekas cutting, grinding dan
proses mechanical polishing yang digunakan dalam preparasi spesimen. Ketika
electropolishing digunakan dalam metalografi, biasanya diawali dengan mechanical
polishing dan diikuti oleh etching. Mekanismenya yaitu menggunakan sistem elektrolisis
yang terdiri dari anoda (+) dan katoda (-). Spesimen yang dimasukan ke dalam larutan
elektrolit asam berada di anoda sedangkan yang berada di katoda adalah logam yang harus
lebih mulia dari spesimenya dan harus tahan terhadap larutan elektrolitnya serta tidak boleh
larut. Ketika proses, spesimen yang di anoda akan larut karena teroksidasi. Dalam proses ini
diberi pengaduk agar logam yang terkikis meyebar merata.
6. Etching
Etsa merupakan cara untuk mengikis batas butir secara selektif dan terkendali dengan
pencelupan ke dalam larutan pengetsa baik menggunakan listrik maupun tidak ke permukaan
sampel sehingga detil struktur yang akan diamati akan terlihat dengan jelas dan tajam
sehingga struktur bahan dapat diamati dengan jelas dengan menggunakan mikroskop optik.
Etsa dengan reagen kimia yang sesuai digunakan untuk menampilkan morfologi fasa susunan
dan ukuran butir. Lubang etsa berkaitan dengan orientasi dan efek deformasi plastis.
Meskipun lebar batas butir hanya beberapa diameter atomik, batas butir dietsa dengan
berbagai bahan. Pada penerangan medan terang, cahaya dari permukaan pantul dipantulkan
kembali ke objektif, sehingga tampak terang. Penerangan medan gelap membalikkan efek ini,
dan yang terlihat terang adalah batas butir [Smallman, 2000].
7. Observasi
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik. Pengamatan ini dilakukan
setelah pemolesan hingga tahap pencucian pun telah selesai. Dalam prosesnya kita
mengamati gambaran topografi struktur mikro spesimen yang telah dipreparasi menggunakan
mikroskop cahaya. Mikroskop cahaya menyediakan gambaran struktur dua-dimensional
dengan perbesaran total dari 40x hingga 1250x [Smallman, 2000]. Komponen utama
mikroskop cahaya adalah:
1. Sistem penyinaran atau penerangan terdiri dari sumber cahaya dan aperture yang dapat
diatur
2. Lensa objektif dan lensa okuler (lensa mata) yang dipasang pada ujung tabung silindris
3. Dudukan spesimen (tetap atau dapat diputar)
Studi Literatur
Ya
Analisa hasil &
Kesimpulan
Selesai