You are on page 1of 10

Madrasah merupakan sebuah kata dalam bahasa Arab yang artinya sekolah.

Asal
katanya yaitu darasa (baca: darosa) yang artinya mengajar. Di Indonesia, madrasah
dikhususkan sebagai sekolah (umum) yang kurikulumnya terdapat pelajaran-pelajaran
tentang keislaman. Madrasah Ibtidaiyah (MI) setara dengan Sekolah Dasar (SD),
Madrasah Tsanawiyah (MTs) setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan
Madrasah Aliyah (MA) setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Madrasah ibtidaiyah (disingkat MI) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan
formal di Indonesia, setara dengan Sekolah Dasar, yang pengelolaannya dilakukan oleh
Departemen Agama. Pendidikan madrasah ibtidaiyah ditempuh dalam waktu 6 tahun,
mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan madrasah ibtidaiyah dapat melanjutkan
pendidikan ke madrasah tsanawiyah atau sekolah menengah pertama.

Kurikulum madrasah ibtidaiyah sama dengan kurikulum sekolah dasar, hanya saja pada
MI terdapat porsi lebih banyak mengenai pendidikan agama Islam. Selain mengajarkan
mata pelajaran sebagaimana sekolah dasar, juga ditambah dengan pelajaran-pelajaran
seperti:

1. Alquran Hadits
2. Aqidah Akhlak
3. Fiqih
4. Sejarah Kebudayaan Islam
5. Bahasa Arab

Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan
dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau
sederajat) 3 tahun.

Madrasah tsanawiyah (disingkat MTs) adalah jenjang dasar pada pendidikan formal di
Indonesia, setara dengan sekolah menengah pertama, yang pengelolaannya dilakukan
oleh Departemen Agama. Pendidikan madrasah tsanawiyah ditempuh dalam waktu 3
tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9.

Murid kelas 9 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi
kelulusan siswa. Lulusan MTs dapat melanjutkan pendidikan ke madrasah aliyah atau
sekolah menengah atas/sekolah menengah kejuruan.

Kurikulum madrasah tsanawiyah sama dengan kurikulum sekolah menengah pertama,


hanya saja pada MTs terdapat porsi lebih banyak mengenai pendidikan agama Islam,
misalnya mata pelajaran Bahasa Arab, Al Qur'an-Hadits, Fiqih, Aqidah Akhlaq, dan
Sejarah Kebudayaan Islam.
Pelajar madrasah tsanawiyah umumnya berusia 13-15 tahun. Di Indonesia, setiap warga
negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar
(atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.

Madrasah aliyah kejuruan (MAK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal
dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan dengan
kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP,
MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui
sama/setara SMP/MTs.

http://id.wikipedia.org/wiki/Madrasah

Pesantren, pondok pesantren, atau disebut pondok saja, adalah sekolah Islam
berasrama yang terdapat di Indonesia. Pendidikan di dalam pesantren bertujuan untuk
memperdalam pengetahuan tentang al-Qur'an dan Sunnah Rasul, dengan mempelajari
bahasa Arab dan kaidah-kaidah tata bahasa-bahasa Arab. Para pelajar pesantren (disebut
sebagai santri) belajar di sekolah ini, sekaligus tinggal pada asrama yang disediakan oleh
pesantren. Institusi sejenis juga terdapat di negara-negara lainnya; misalnya di Malaysia
dan Thailand Selatan yang disebut sekolah pondok, serta di India dan Pakistan yang
disebut madrasa Islamia.

Definisi pesantren
Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata "santri" berarti murid dalam
Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (‫ )فننندوق‬yang berarti
penginapan. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah. Biasanya
pesantren dipimpin oleh seorang Kyai. Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren,
kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka
biasanya disebut lurah pondok. Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga
mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan
hubungan dengan kyai dan juga Tuhan.

Pendapat lainnya, pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri.
[rujukan?]
Kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa) yang
berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan
Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan.[rujukan?] Istilah santri juga
dalam ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sedang C. C Berg berpendapat
bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang dalam bahasa India berarti orang
yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama
Hindu.[rujukan?] Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata saint (manusia baik)
dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat
pendidikan manusia baik-baik.[1]
Pesantren pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran
agama Islam.[rujukan?] Namun, dalam perkembangannya, lembaga ini semakin memperlebar
wilayah garapannya yang tidak melulu mengakselerasikan mobilitas vertical (dengan
penjejelan materi-materi keagamaan), tetapi juga mobilitas horizontal (kesadaran sosial).
[rujukan?]
Pesantren kini tidak lagi berkutat pada kurikulum yang berbasis keagamaan
(regional-based curriculum) dan cenderung melangit, tetapi juga kurikulum yang
menyentuh persoalan kikian masyarakat (society-based curriculum).[rujukan?] Dengan
demikian, pesantren tidak bisa lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga keagamaan
murni, tetapi juga (seharusnya) menjadi lembaga sosial yang hidup yang terus merespons
carut marut persoalan masyarakat di sekitarnya.[2]

Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang merupakan produk
budaya Indonesia.[rujukan?] Keberadaan Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk
negeri ini dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama
berkembang sebelum kedatangan Islam.[rujukan?] Sebagai lembaga pendidikan yang telah
lama berurat akar di negeri ini, pondok pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar
terhadap perjalanan sejarah bangsa.[3]

Banyak pesantren di Indonesia hanya membebankan para santrinya dengan biaya yang
rendah, meskipun beberapa pesantren modern membebani dengan biaya yang lebih
tinggi.[rujukan?] Meski begitu, jika dibandingkan dengan beberapa institusi pendidikan
lainnya yang sejenis, pesantren modern jauh lebih murah.[rujukan?] Organisasi massa
(ormas) Islam yang paling banyak memiliki pesantren adalah Nahdlatul Ulama (NU).
[rujukan?]
Ormas Islam lainnya yang juga memiliki banyak pesantren adalah Al-Washliyah
dan Hidayatullah.[rujukan?]

Jenis pesantren
Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja umumnya disebut pesantren
salafi.[rujukan?] Pola tradisional yang diterapkan dalam pesantren salafi adalah para santri
bekerja untuk kyai mereka - bisa dengan mencangkul sawah, mengurusi empang (kolam
ikan), dan lain sebagainya - dan sebagai balasannya mereka diajari ilmu agama oleh kyai
mereka tersebut.[rujukan?] Sebagian besar pesantren salafi menyediakan asrama sebagai
tempat tinggal para santrinya dengan membebankan biaya yang rendah atau bahkan tanpa
biaya sama sekali.[rujukan?] Para santri, pada umumnya menghabiskan hingga 20 jam waktu
sehari dengan penuh dengan kegiatan, dimulai dari salat shubuh di waktu pagi hingga
mereka tidur kembali di waktu malam.[rujukan?] Pada waktu siang, para santri pergi ke
sekolah umum untuk belajar ilmu formal, pada waktu sore mereka menghadiri pengajian
dengan kyai atau ustadz mereka untuk memperdalam pelajaran agama dan al-Qur'an.
[rujukan?]

Ada pula pesantren yang mengajarkan pendidikan umum, dimana persentase ajarannya
lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum (matematika,
fisika, dan lainnya).[rujukan?] Ini sering disebut dengan istilah pondok pesantren modern,
dan umumnya tetap menekankan nilai-nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian,
dan pengendalian diri.[rujukan?] Pada pesantren dengan materi ajar campuran antara
pendidikan ilmu formal dan ilmu agama Islam, para santri belajar seperti di sekolah
umum atau madrasah.[rujukan?] Pesantren campuran untuk tingkat SMP kadang-kadang juga
dikenal dengan nama Madrasah Tsanawiyah, sedangkan untuk tingkat SMA dengan
nama Madrasah Aliyah.[rujukan?] Namun, perbedaan pesantren dan madrasah terletak pada
sistemnya. Pesantren memasukkan santrinya ke dalam asrama, sementara dalam
madrasah tidak.[rujukan?]

Terdapat pula suatu pondok pesantren induk yang mempunyai cabang di daerah lain, dan
biasanya dikelola oleh alumni pondok pesantren induk tersebut.[rujukan?] Sebagai contoh,
Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor yang terletak di Ponorogo, Jawa Timur
mempunyai cabang pondok alumi, antara lain:

• Pondok Modern Arrisalah di Slahung, yang dipimpin oleh KH Ma'sum Yusuf.


[rujukan?]

• Pondok Modern Assalam Sukabumi di Sukabumi Jawa Barat yang dipimpin oleh
K.Badrusyamsi, M.Pd.[rujukan?]

Sejarah umum
Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya seorang kyai di suatu tempat,
kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya.[rujukan?] Setelah semakin hari
semakin banyak santri yang datang, timbullah inisiatif untuk mendirikan pondok atau
asrama di samping rumah kyai.[rujukan?] Pada zaman dahulu kyai tidak merencanakan
bagaimana membangun pondoknya itu, namun yang terpikir hanyalah bagaimana
mengajarkan ilmu agama supaya dapat dipahami dan dimengerti oleh santri.[rujukan?] Kyai
saat itu belum memberikan perhatian terhadap tempat-tempat yang didiami oleh para
santri, yang umumnya sangat kecil dan sederhana.[rujukan?] Mereka menempati sebuah
gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah kyai.[rujukan?]
Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah pula gubug yang didirikan. [rujukan?] Para
santri selanjutnya memopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga
menjadi terkenal kemana-mana, contohnya seperti pada pondok-pondok yang timbul
pada zaman Walisongo.[4]

Peranan pesantren
Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik bagi kemajuan
Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan.[rujukan?] Berdasarkan
catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak tahun
1596.[rujukan?] Kegiatan agama inilah yang kemudain dikenal dengan nama Pondok
Pesantren.[rujukan?] Bahkan dalam catatan Howard M. federspiel- salaseorang pengkaji ke-
Islaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh dan Palembang
(Sumatra), di Jawa Timur dan di Gowa (Sulawesi) telah meng hasilkan tulisan-tulisan
penting dan telah menarik santri untuk belajar.[5]
Sekolah
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau "murid")
di bawah pengawasan guru. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal,
yang umumnya wajib. Dalam sistem ini, siswa kemajuan melalui serangkaian sekolah.
Nama-nama untuk sekolah-sekolah ini bervariasi menurut negara (dibahas pada bagian
Daerah di bawah), tetapi umumnya termasuk sekolah dasar untuk anak-anak muda dan
sekolah menengah untuk remaja yang telah menyelesaikan pendidikan dasar.

Selain sekolah-sekolah inti, siswa di negara tertentu juga mungkin memiliki akses dan
mengikuti sekolah-sekolah baik sebelum dan sesudah pendidikan dasar dan menengah.
TK atau pra-sekolah menyediakan sekolah beberapa anak-anak yang sangat muda
(biasanya umur 3-5 tahun). Universitas, sekolah kejuruan, perguruan tinggi atau seminari
mungkin tersedia setelah sekolah menengah. Sebuah sekolah mungkin juga didedikasikan
untuk satu bidang tertentu, seperti sekolah ekonomi atau sekolah tari. Alternatif sekolah
dapat menyediakan kurikulum dan metode non-tradisional.

Ada juga sekolah non-pemerintah, yang disebut sekolah swasta. Sekolah swasta mungkin
untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus ketika pemerintah tidak bisa memberi sekolah
khusus bagi mereka; keagamaan, seperti sekolah Islam, sekolah Kristen, hawzas,
yeshivas dan lain-lain, atau sekolah yang memiliki standar pendidikan yang lebih tinggi
atau berusaha untuk mengembangkan prestasi pribadi lainnya. Sekolah untuk orang
dewasa meliputi lembaga-lembaga pelatihan perusahaan dan pendidikan dan pelatihan
militer.

Dalam homeschooling dan sekolah online, pengajaran dan pembelajaran berlangsung di


luar gedung sekolah tradisional.

Terminologi
Kata sekolah berasal dari bahasa latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki
arti waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di
waktu luang bagi anak-anak ditengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan
menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam
waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal
tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendampingi dalam kegiatan
scola anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak,
sehingga memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak untuk
menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran diatas.

Saat ini, kata sekolah berubah arti menjadi: merupakan bangunan atau lembaga untuk
belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.Sekolah dipimpin
oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah.Jumlah
wakil kepala sekolah di setiap sekolah berbeda, tergantung dengan
kebutuhannya.Bangunan sekolah disusun meninggi untuk memanfaatkan tanah yang
tersedia dan dapat diisi dengan fasilitas yang lain.
Ketersediaan sarana dalam suatu sekolah mempunyai peran penting dalam terlaksananya
proses pendidikan.

Perguruan tinggi Islam negeri di Indonesia


Perguruan Tinggi Islam adalah perguruan tinggi di Indonesia yang pengelolaannya
berada di bawah Departemen Agama. Secara teknis akademis, pembinaan Perguruan
Tinggi Islam Negeri dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional, sedangkan secara
fungsional dilakukan oleh Departemen Agama. Saat ini Perguruan Tinggi Islam terdiri
atas 3 jenis:

• Institut Agama Islam Negeri (IAIN)


• Universitas Islam Negeri (UIN)
• Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

Institut Agama Islam Negeri


Dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1960 tentang pembentukan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN), maka PTAIN Yogyakarta dan ADIA Jakarta
menjadi IAIN "Al-Jami'ah al-Isaiah al-Hukumiyah" dengan pusat di Yogyakarta. IAIN
ini diresmikan tanggal 24 Agustus 1960 di Yogyakarta oleh Menteri Agama K. H. Wahib
Wahab. Sejak tanggal 1 Juli 1965 nama "IAIN Al-Jami'ah" di Yogyakarta diganti
menjadi "IAIN Sunan Kalijaga", nama salah seorang tokoh terkenal penyebar agama
Islam di Indonesia.

Dalam perkembangannya selanjutnya, berdirilah cabang-cabang IAIN yang terpisah dari


puat; Hal ini didukung oleh Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 1963. Hingga akhir
abad ke-20, telah ada 14 IAIN, dimana pendirian IAIN terakhir di Sumatera Utara pada
tahun 1973 oleh Menteri Agama waktu itu, Prof. Dr. H. A. Mukti Ali.

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri


Seperti telah diketahui, dalam perkembangannya telah berdiri cabang-cabang IAIN untuk
memberikan pelayanan pendidikan tinggi yang lebih luas terhadap masyarakat.

Untuk mengatasi masalah manajerial IAIN, dilakukan rasionalisasi organisasi. Pada


tahun 1997 sebanyak 40 fakultas cabang IAIN dilepas menjadi 36 Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) yang berdiri sendiri, di luar 14 IAIN yang ada, berdasaran
Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1997.

Universitas Islam Negeri


Dengan berkembangnya fakultas dan jurusan pada IAIN di luar studi keislaman, status
"institut" pun harus berubah menjadi "universitas", sehingga menjadi "Universitas
Islam Negeri" IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan IAIN pertama yang
berubah menjadi UIN, yakni UIN Syarif Hidayatullah.

http://id.wikipedia.org

Pengertian Pendidikan Islam


Pendidikan Islam yaitu bimbingan jasmani dan rohani menuju terbentuk kepribadian
utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain Pendidikan Islam
merupakan suatu bentuk kepribadian utama yakni kepribadian muslim. kepribadian yg
memiliki nilai-nilai agama Islam memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan
nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dgn nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam
merupakan pendidikan yg bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yg bercorak
diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikan adl mewujudkan tujuan
ajaran Allah (Djamaluddin 1999: 9).

Menurut Hasan Langgulung yg dikutip oleh Djamaluddin (1999) Pendidikan Islam ialah
pendidikan yg memiliki empat macam fungsi yaitu :

• Menyiapkan generasi muda utk memegang peranan-peranan tertentu dalam


masyarakat pada masa yg akan datang. Peranan ini berkaitan erat dgn kelanjutan
hidup masyarakat sendiri.
• Memindahkan ilmu pengetahuan yg bersangkutan dgn peranan-peranan tersebut
dari generasi tua kepada generasi muda.
• Memindahkan nilai-nilai yg bertujuan utk memilihara keutuhan dan kesatuan
masyarakat yg menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan
peradaban.
• Mendidik anak agar beramal di dunia ini utk memetik hasil di akhirat.

An-Naquib Al-Atas yg dikutip oleh Ali mengatakan pendidikan Islam ialah usaha yg
dialakukan pendidik terhadap anak didik utk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat
yg benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing kearah
pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yg tepat di dalam tatanan wujud dan
keberadaan (1999: 10 ).
Adapun Mukhtar Bukhari yg dikutip oleh Halim Soebahar mengatakan pendidikan Ialam
adl seganap kegiatan yg dilakukan seseorang atau suatu lembaga utk menanamkan nilai-
nilai Islam dalam diri sejumlah siswa dan keseluruhan lembaga-lembaga pendidikan yg
mendasarkan program pendidikan atau pandangan dan nilai-nilai Islam (2002: 12).

Pendidikan Islam adl jenis pendidikan yg pendirian dan penyelenggaraan didorong oleh
hasrat dan semangat cita-cita utk mengejewantahkan nilai-nilai Islam baik yg tercermin
dalam nama lembaga maupun dalam kegiatan-kegiatan yg diselenggarakan (Soebahar
2002: 13).
Kendati dalam peta pemikiran Islam upaya menghubungkan Islam dgn pendidikan masih
diwarnai banyak perdebatan namun yg pasti relasi Islam dgn pendidikan bagaikan dua
sisi mata uang mereka sejak awal mempunyai hubungan filosofis yg sangat mendasar
baik secara ontologis epistimologis maupun aksiologis.
Yang dimaksud dgn pendidikan Islam disini adl : pertama ia merupakan suatu upaya atau
proses yg dilakukan secara sadar dan terencana membantu peserta didik melalui
pembinaan asuhan bimbingan dan pengembangan potensi mereka secara optimal agar
nanti dapat memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai keyakinan dan
pandangan hidup demi keselamatan di dunia dan akherat. Kedua merupakan usaha yg
sistimatis pragmatis dan metodologis dalam membimbing anak didik atau tiap individu
dalam memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam secara utuh demi terbentuk
kepribadian yg utama menurut ukuran islam. Dan ketiga merupakan segala upaya
pembinaan dan pengembangan potensi anak didik utk diarahkan mengikuti jalan yg
islami demi memperoleh keutamaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.

Menurut Fadlil Al-Jamali yg dikutip oleh Muzayyin Arifin pendidikan Islam adl proses
yg mengarahkan manusia kepada kehidupan yg baik dan mengangkat derajat
kemanusiaan sesuai dgn kemampuan dasar (fitroh) dan kemampuan ajar (2003: 18).
Maka dgn demikian pendidikan Islam dari beberapa pengertian di atas penulis
menyimpulkan bahwa pendidikan Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan
pribadi manusia baik dari aspek rohaniah jasmaniah dan juga harus berlangsung secara
hirarkis. oleh krn itu pendidikan Islam merupakan suatu proses kematangan
perkembangan atau pertumbuhan baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui
proses demi proses kearah tujuan transformatif dan inovatif.

Pendidikan islam sebagaimana rumusan diatas menurut Abd Halim Subahar ( 1992 : 64)
memiliki beberapa prinsip yg membedakan dgn pendidikan lain Prinsip Pendidikan
islam antara lain :

• Prinsip tauhid
• Prinsip Integrasi
• Prinsip Keseimbangan
• Prinsip persamaan
• Prinsip pendidikan seumur hidup dan
• Prinsip keutamaan.

Sedangkan tujuan pendidikan islam dapat dirumuskan sebagai berikut :

• Untuk membentuk akhlakul karimah.


• Membantu peserta didik dalam mengembangkan kognisi afeksi dan psikomotori
guna memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai pedoman
hidup sekaligus sebagai kontrol terhadap pola fikir pola laku dan sikap mental.
• Membantu peserta didik mencapai kesejahteraan lahir batin dangan membentuk
mereka menjadi manusia beriman bertaqwa berakhlak mulia memiliki
pengetahuan dan keterampilan berkepribadian integratif mandiri dan menyadari
sepenuh peranan dan tanggung jawab diri di muka bumi ini sebagai abdulloh dan
kholifatulloh.
Dengan demikian sesungguh pendidikan islam tak saja fokus pada education for the
brain tetapi juga pada education for the heart. Dalam pandangan islam krn salah satu
misi utama pendidikan islam adl dalam rangka membantu peserta didik mencapai
kesejahteraan lahir batin maka ia harus seimbang sebab bila ia hanya focus pada
pengembangan kreatifiats rasional semata tanpa diimbangi oleh kecerdasan emosional
maka manusia tak akan dapat menikmati nilai kemajuan itu sendiri bahkan yg terjadi adl
demartabatisasi yg menyebabkan manusia kehilangan identitas dan mengalami
kegersangan psikologis dia hanya meraksasa dalam tehnik tapi merayap dalam etik.
Demikian pula pendidikan islam mesti bersifat integralitik arti ia harus memandang
manusia sebagai satu kesatuan utuh kesatuan jasmani rohani kesatuan intelektual
emosional dan spiritual kesatuan pribadi dan sosial dan kesatuan dalam melangsungkan
mempertahankan dan mengembangkan hidup dan kehidupannya.

Kurikulum dan Materi.

Hal penting yg perlu diketahui dalam proses belajar mengajar atau proses kependidikan
dalam suatu lembaga adl kurikulum (Arifin 2003: 77).
Menurut Soedijarto yg dikutip Khoiron Rosyadi mengartikan kurikulum dgn lima
tingkatan yaitu : Pertama sebagai serangkaian tujuan yg menggambarkan berbagai
kemapuan (pengetahuan dan keterampilan) nilai dan sikap yg harus dikuasi dan dimiliki
oleh peserta didik dari suatu satuan pendidikan; Kedua sebagai kerangka materi yg
memberikan gambaran tentang bidang-bidang study yg harus dipelajari oleh peserta didik
utk menguasai serangkaian kemampuan nilai dan sikap yg secara institusional harus
dikuasi oleh peserta didik setelah selesai dgn pendidikannya; Ketiga diartikan sebagai
garis besar materi dari suatu bidang study yg telah dipilih utk dijadikan objek belajar.
Keempat adalah sebagai panduan dan buku pelajaran yg disusun utk menunjang terjadi
proses belajar mengajar; Kelima adalah sebagai bentuk dan jenis kegiatan belajar
mengajar yg dialami oleh para pelajar termasuk di dalam berbagai jenis bentuk dan
frekuensi evaluasi yg digunakan sebagai bagian terpadu dari strategi belajar mengajar yg
direncanakan utk dialami para pelajar. (2004:243-244)
Oleh karena itu kurikulum menggambarkan kegiatan belajar mengajar dalam suatu
lembaga kependidikan tak hanya dijabarkan serangkai ilmu pengetahuan yg harus
diajarkan pendidik kepada anak didik dan anak didik mempelajarinya. Tetapi juga segala
kegiatan yg bersifat kependidikan yg dipandanag perlu krn mempunyai pengaruh
terhadap anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Adapun pengertian
kurikulum secara etimologi berasal dari bahasa latin (suatu jarak yg harus ditempuh
dalam pertandingan olahraga) kemudian yg dialihkan kedalam pengertian pendidikan
menjadi suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat didalamnya. Dan
secara termenologi adl menunjukkan tentang segala mata pelajaran yg dipelajarai dan
juga semua pengalamam yg harus diperoleh serta semua kegiatan yg harus dilakukan
anak.
Adapun yg dimaksud dgn materi yaitu bahan-bahan atau pengalaman belajar ilmu agama
Islam yg disusun sedemikian rupa atau disampaikan kepada anak didik.(Uhbiyati
2003:14)
Materi dan kurikulum memiliki keterkaitan atau depadensi yg sangat erat mengingat
meteri merupakan integral dari kurikulum dan pencapaian materi secara sistematis diatur
dari kurikulum yg ada.

You might also like