You are on page 1of 8

Kegiatan

Sejak tahun 2001 sampai dengan 2002 Museum Sejarah Jakarta menyelenggarakan Program
Kesenian Nusantara setiap minggu ke-II dan ke-IV untuk tahun 2003 Museum Sejarah Jakarta
memfokuskan kegiatan ini pada kesenian yang bernuansa Betawi yang dikaitkan dengan
kegiatan wisata kampung tua setian minggu ke III setiap bulannya.

Selain itu, sejak tahun 2001 Museum Sejarah Jakarta setiap tahunnya menyelenggarakan seminar
mengenai keberadaan Museum Sejarah Jakarta baik berskala nasional maupun internasional.
Seminar yang telah diselenggarakan antara lain adalah seminar tentang keberadaan museum
ditinjau dari berbagai aspek dan seminar internasional mengenai arsitektur gedung museum.

Untuk merekonstruksi sejarah masa lampau khususnya peristiwa pengadilan atas masyarakat
yang dinyatakan bersalah, ditampilkan teater pengadilan dimana masyarakat dapat
berimprovisasi tentang pelaksanaan pengadilan sekaligus memahami jiwa zaman pada abad ke-
17.

[sunting] Fasilitas
[sunting] Perpustakaan

Perpustakaan Museum Sejarah Jakarta mempunyai koleksi buku 1200 judul. Bagi para
pengunjung dapat memanfaatkan perpustakaan tersebut pada jam dan hari kerja Museum. Buku-
buku tersebut sebagian besar peninggalan masa kolonial, dalam berbagai bahasa diantaranya
bahasa Belanda, Melayu, Inggris dan Arab. Yang tertua adalah Alkitab/Bible tahun 1702.

[sunting] Kafe Museum

Kafe Museum dengan suasana nyaman bernuansa Jakarta ‘’tempo doeloe'’, menawarkan
makanan dan minuman yang akrab dengan selera anda.

[sunting] Souvenir Shop

Museum menyediakan cinderamata untuk kenang-kenangan para pengunjung yang dapat


diperoleh di souvenir shop dengan harga terjangkau.

[sunting] Musholla

Museum ini menyediakan musholla dengan perlengkapannya sehingga pengunjung tidak perlu
khawatir kehilangan waktu salat.

[sunting] Ruang Pertemuan dan Pameran

Menyediakan ruangan yang representatif untuk kegiatan pertemuan, diskusi, seminar dan
pameran dengan daya tampung lebih dari 150 orang.
[sunting] Taman Dalam

Taman yang asri dengan luas 1000 meter lebih, serta dapat dimanfaatkan untuk resepsi
pernikahan.

[sunting] Waktu Buka


 Selasa sampai Minggu pukul 09.00 - 15.00 WIB
 Hari Senin dan Hari Besar Tutup

[sunting] Harga Tanda Masuk


 Dewasa Rp. 2000
 Mahasiswa Rp. 1000
 Pelajar/Anak Rp. 600
 Rombongan Dewasa Rp. 1500
 Rombongan Mahasiswa Rp. 750
 Rombongan Pelajar/Anak Rp. 500

Rombongan minimal 20 orang.


Museum Fatahillah
 

Sejarah kota Jakarta diperkirakan dimulai sekitar 3500 SM, yang diawali dengan terbentuknya
pemukiman sejarah di sepanjang daerah aliran sungai Ciliwung. Seiring berjalannya waktu,
Jakarta berkembang demikian pesatnya sesuai dengan predikatnya sebagai ibu kota negara.
Pembangunan gedung-gedung pencakar langit dibangun di setiap sudut kota. Namun dibalik
kemegahannya ternyata di salah satu sudut wilayah Jakarta masih menyimpan bangunan-
bangunan tua yang memiliki nilai sejarah yaitu kawasan kota. Keberadaannya justru merupakan
kelebihan yang dimiliki Jakarta dan aset bernilai tinggi, salah satunya adalah Museum Fatahillah

Berjalan kearah utara dari stasiun kota sekitar 300 meter atau kira-kira 10 menit berjalan kaki,
kita akan menemui Museum Sejarah Jakarta atau sering disebut Museum Fatahillah. Di daerah
tersebut juga terdapat lapangan yang luas yaitu Taman Fatahillah, sebuah alun-alun besar yang
dikelilingi bangunan tua bersejarah. Berlokasi di kawasan bersejarah Taman Fatahillah Jakarta
Kota, Museum Fatahillah diresmikan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada 30 Maret 1974.
Bangunan bergaya arsitetur kuno abad-17 menempati areal tanah seluas 13 ribu meter persegi.

Dahulu bernama Stadhuis atau Stadhuisplein, digunakan sebagai Balai Kota, pusat pemerintahan
Belanda saat berkuasa di Indonesia. Di bagian dalam museum ini, ditampilkan sejarah Jakarta dari masa
ke masa, selain itu juga dipamerkan hasil penggalian arkeologi, replika peninggalan masa Tarumanegara
dan Padjajaran. Museum ini juga terkenal memiliki koleksi yang tak ternilai harganya, yaitu meubel antik
abad ke-17 dan 19, yang mencerminkan perpaduan gaya Eropa, Cina dan Indonesia, gaya hidup
masyarakat Batavia waktu itu.

 
Meskipun ada juga keramik, gerabah hingga batu prasasti. Koleksi lainnya adalah logam zaman
VOC, aneka dacin / timbangan, perabotan rumah tangga antik dari abad 17-19, benda-benda
arkeologi dari masa pra-sejarah, masa Hindu Budha hingga masa Islam, meriam kuno serta
bendera dari zaman Fatahillah. Juga terdapat lukisan-lukisan karya Raden Saleh, koleksi benda
budaya masyarakat Betawi yang diketahui adalah merupakan masyarakat pemula yang
bermukim di Jakarta. Koleksi-koleksi ini tersimpan di berbagai ruang, seperti Ruang Prasejarah
Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan
Ruang MH Thamrin. Bahkan kini juga terdapat patung Dewa Hermes (menurut mitologi Yunani,
merupakan dewa keberuntungan dan perlindungan bagi kaum pedagang) yang awalnya terletak
di perempatan harmoni dan meriam Si Jagur yang dianggap mempunyai kekuatan magis.

 Di sebelah timur pintu utama Museum Fatahillah, terdapat sebuah kafe yang bernama Kafe
Museum. Kafe ini merupakan sarana pelengkap dari Museum Fatahillah dengan memanfaatkan
gedung tua yang berarsitektur kolonial dan penataan interiornya yang disesuaikan, dilengkapi
dengan pernak-pernik yang mengingatkan kita pada masa kolonial. Yang menarik dari kafe ini
adalah daftar menu makanan yang bernuansa Betawi tempo doeloe dipengaruhi beberapa
budaya, seperti Cina, Arab, dan Belanda. Mulai dari Portuguese steak, ong tjai ing, kwee tiaw,
tuna sandwich “van zeulen”, “east indies” chef’s, soup “Ali Martak”, sampai ikan bawal “si
pitung” dan pisang goreng “Nyai Dasima” tersedia di kafe in

i. Jika ingin merasakan bagaimana suasana interaksi sosial pada jaman Belanda, tidak ada
salahnya untuk mampir dan menghabiskan waktu di kafe museum. Kafe ini pada saat-saat
tertentu akan menyajikan traditional live music seperti tanjidor, orkes keroncong, gambang
kromong, dan aneka tarian betawi, terlebih jika ada even-even khusus.

 
Sebagai salah satu bagian yang tidak terlepaskan dari sejarah panjang kota Jakarta Museum
Sejarah Jakarta atau yang lebih dikenal dengan nama Museum Fatahillah memiliki peran yang
penting sebagai saksi bisu perkembangan kota ini.

Terletak di ujung jalan yang sibuk atau tepatnya di Jl. Taman Fatahillah No.2 – Jakarta,  gedung
ini merupakan sebuah gedung tua peninggalan kolonial Belanda yang dibangun pada tahun 1620-
1707 atas perintah Gubernur Jendral J.P Coen semasa VOC berkuasa dengan  luas bangunan 13
ribu meter persegi.

Awalnya gedung ini difungsikan sebagai kantor Balai Kota,


sebelum akhirnya berubah menjadi Museum Sejarah Jakarta
tanggal 30 Maret 1974.

Bangunan berbentuk persegi panjang ini cukup unik karena


selain dilengkapi dengan fasilitas taman, halaman belakang
gedung ini juga dibangun beberapa ruang penjara bawah
tanah yang hingga saat ini masih terawat. Konon dilokasi
inilah Pangeran Diponegoro pernah menjalani masa
hukumannya.
Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp2.000,- ( dewasa ) kita akan dibawa dalam suasana
Jakarta Tempoe Doloe dengan pintu-pintu dan jendela berbadan lebar.

Menurut petugas piket, arsitektur gedung ini sebagian besar masih merupakan arsitektur asli
yang dilengkapi dengan beberapa perangkat interior masa VOC Bagian dalam gedung Museum
Jakarta dibagi dalam beberapa ruang pamer seperti seperti Ruang Prasejarah Jakarta ( berisi
koleksi artefak seperti beliung dan kapak batu yang banyak ditemukan sepanjang sisi Sungai
Ciliwung ), Ruang Tarumanegara & Ruang Jayakarta ( berisi arca-arca kuno dan beberapa
prasasti mengenai Sunda Kelapa dan puji-pujian terhadap raja Purnawarman ) , Ruang
Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan yang terakhir adalah Ruang MH Thamrin.
Selain memiliki koleksi barang-barang antik, Museum Jakarta juga menyimpan beberapa kisah
tragis seperti pernah digunakan sebagai tempat hukum gantung bagi ribuan etnis Tionghoa yang
terlibat dalam pemberontakan melawan kekuasaan kolonial tahun 1740 dihalaman depannya
( sekarang Taman Fatahillah )

Sebagai salah satu andalan tujuan wisata ” Kota Tua ” Pemkot DKI Jakarta gedung tua ini sangat
menarik untuk dikunjungi. Lokasinya pun mudah dijangkau karena terletak tepat ditengah
kawasan kota tua Jakarta. Dekat dengan stasiun kereta Kota maupun halte busway ( Blok M-
Kota ).

Jika anda berkunjung dihari Minggu atau libur lainnya, akan banyak ditemukan kumpulan
fotographer yang sibuk sekedar hunting maupun membuat foto-foto untuk keperluan lainnya
seperti Pre weeding.

Inilah yang bisa dijadikan nilai lebih dari lokasi kota tua dan Museum Fatahillah selain dari sisi
sejarah. Dimanapun anda berada arsitektur serta bentuk gedung-gedung tua dilokasi ini sangat
cocok dijadikan sebagai obyek penambah koleksi foto anda.

dari berbagai sumber.

You might also like