You are on page 1of 5

Katolik

Yesus Kristus Dasar Alkitab


Kelahiran · Kematian · Gereja · Injil · Kerajaan · Perjanjian Baru · Perjanjian
Kebangkitan · Rasul · Paulus · Petrus Lama · Kanon ·
Natal · Jumat Agung · Paskah Deuterokanonika
Teologi Ajaran Sejarah Kekristenan
Allah Bapa · Allah Putra · Sepuluh Perintah Allah · Gereja mula-mula · Konsili ·
Allah Roh Kudus Hukum Kasih · Amanat Pengakuan iman · Misi ·
Trinitas · Keselamatan · Agung · Skisma Timur-Barat ·
Baptisan · Maria · Kotbah di Bukit · Ucapan Perang Salib · Reformasi ·
Berbahagia · Doa Bapa Kami Kontra Reformasi

Kata Katolik berasal dari kata sifat bahasa Yunani, καθολικός (katholikos), artinya
"universal". Dalam konteks eklesiologi Kristen, kata Katolik memiliki sejarah yang kaya
sekaligus beberapa makna. Bagi sebagian pihak, istilah "Gereja Katolik" bermakna Gereja
yang berada dalam persekutuan penuh dengan Uskup Roma, terdiri atas Ritus Latin dan 22
Gereja Katolik Timur; makna inilah yang umum dipahami di banyak negara. Bagi umat
Protestan, "Gereja Katolik" atau yang sering diterjemahkan menjadi "Gereja Am" bermakna
segenap orang yang percaya kepada Yesus Kristus di seluruh dunia dan sepanjang masa,
tanpa memandang "denominasi".

Umat Gereja Ortodoks Timur, Gereja Anglikan, Gereja Lutheran dan beberapa Gereja
Metodis percaya bahwa Gereja-Gereja mereka adalah katolik, dalam arti merupakan
kesinambungan dari Gereja universal mula-mula yang didirikan oleh para rasul. Baik Gereja
Katolik Roma maupun Gereja Ortodoks percaya bahwa Gerejanya masing-masing adalah
satu-satunya Gereja yang asli dan universal. Dalam "Kekristenan Katolik" (Termasuk Komuni
Anglikan), para uskup dipandang sebagai pejabat tertinggi dalam agama Kristen, sebagai
gembala-gembala keesaan dalam persekutuan dengan segenap Gereja dan dalam
persekutuan satu sama lain. Katolik dianggap sebagai salah satu dari Empat Ciri Gereja.
Ketiga ciri lainnya adalah Satu, Kudus, dan Apostolik, sesuai Kredo Nicea tahun 381: "Aku
percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik."

Riwayat penggunaan kata "katolik" dalam Gereja


Ignatius dari Antiokhia

Sepucuk surat yang ditulis oleh Ignatius kepada umat Kristiani di Smyrna sekitar
tahun 106 adalah bukti tertua yang masih ada mengenai penggunaan istilah Gereja Katolik
(Surat kepada jemaat di Smyrna, 8). Gereja Katolik digunakan Ignatius untuk menyebut
Gereja universal dalam persekutuan dengan Uskup Roma (Sri Paus). Kaum bidaah tertentu
pada masa itu, yang menyangkal bahwa Yesus adalah insan jasmaniah yang benar-benar
menderita sengsara dan wafat, dan justru berkata bahwa "dia hanya tampak seolah-olah
menderita sengsara" (Surat kepada jemaat di Smyrna, 2), bukanlah umat Kristiani sejati
dalam pandangan Ignatius. Istilah Gereja Katolik juga digunakan dalam Kemartiran
Polikarpus pada 155, dan dalam Canon Muratorianus, sekitar 177.
St. Kiril dari Yerusalem

St. Kyril dari Yerusalem (sekitar 315-386) mengimbau orang-orang yang sedang
menerima bimbingan iman Kristiani darinya demikian: "Jika kalian berada di dalam kota-
kota, jangan hanya bertanya di manakah Rumah Tuhan (karena sekte-sekte profan lainnya
juga berusaha menyebut tempat-tempat mereka sendiri Rumah-Rumah Tuhan), jangan juga
hanya bertanya di manakah Gereja, tetapi bertanyalah di manakah Gereja Katolik. Karena
inilah nama khusus dari Gereja yang Kudus ini, bunda kita semua, yang adalah mempelai
dari Tuhan kita Yesus Kristus, Putera Tunggal Allah" (Materi-materi Katekisasi, XVIII, 26.

Theodosius I

Istilah Kristen Katolik termuat dalam undang-undang kekaisaran Romawi tatkala


Theodosius I, Kaisar Romawi dari 379 sampai 395, mengkhususkan nama tersebut bagi para
penganut "agama yang diajarkan kepada orang-orang Romawi oleh Rasul Petrus yang suci,
karena agama itu telah terpelihara berkat tradisi yang kuat dan yang kini dianut oleh Pontif
(Paus) Damasus dan oleh Petrus, Uskup Aleksandria ...sedangkan bagi orang-orang lain,
karena menurut penilaian kami mereka adalah orang-orang gila yang bodoh, kami nyatakan
bahwa mereka harus ditandai dengan sebutan nista sebagai kaum bidaah, dan tidak boleh
menyebut tempat-tempat pertemuan mereka sebagai gereja-gereja." Undang-undang 27
Februari 380 ini termaktub dalam kitab 16 dari Codex Theodosianus. Undang-undang ini
mengukuhkan Kristianitas Katolik sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi.

Augustinus dari Hippo

Penggunaan istilah Katolik untuk membedakan Gereja "sejati" dari kelompok-


kelompok bidaah juga dilakukan oleh Augustinus yang menulis demikian:

"Dalam Gereja Katolik, ada banyak hal lain yang layak membuat saya tetap berada
dalam rahimnya. Kesepahaman orang-orang dan bangsa-bangsa membuat saya bertahan
dalam Gereja; begitu pula otoritasnya, dikukuhkan oleh mukjizat-mukjizat, disuburkan oleh
pengharapan, diperbesar oleh kasih, dan diperkokoh oleh usia. Suksesi para imam membuat
saya bertahan, mulai dari tahta Rasul Petrus sendiri, yang kepadanya Tuhan, sesudah
kebangkitanNya, memberi tugas untuk menggembalakan domba-dombaNya (Jn 21:15-19),
turun sampai para uskup yang ada sekarang.
"Dan begitulah, akhirnya, dengan nama Katolik, yang, bukan tanpa alasan, di tengah-
tengah begitu banyak bidaah, telah dipertahankan Gereja; sehingga, sekalipun semua kaum
bidaah ingin disebut umat Katolik, namun bilamana ada orang asing yang bertanya di
manakah Gereja katolik berhimpun, tidak satupun bidaah yang sanggup menunjuk kapel
atau rumahnya sendiri. "Sebanyak itulah jumlah dan makna ikatan-ikatan mulia yang dimiliki
nama Kristiani itu yang menahan seorang beriman agar tetap dalam Gereja Katolik,
sebagaimana yang seharusnya ... Dengan kamu, di mana tak ada satu pun hal-hal ini untuk
memikat atau menahan saya... Tak seorangpun dapat melepaskan saya dari iman yang
mengikat pikiran saya dengan ikatan-ikatan yang begitu banyak dan begitu kuat pada agama
Kristiani... Di pihak saya, saya tidak percaya akan injil kecuali digerakkan oleh otoritas Gereja
Katolik."
Sejarah singkat gereja Katolik Roma
Awalnya, jemaat Kristen berada di bawah kepemimpinan besar lima daerah, yaitu
Yerusalem, Antiokia, Aleksandria, Konstantinopel, dan Roma. Uskup Roma dikenal oleh 5
daerah sebagai "yang pertama", permasalahan dengan doktrin dan prosedur banyak
mengambil Roma sebagai masukan pendapat. Kursi Roma merupakan kursi dari suksesor
Santo Petrus yang mendapat julukan "Pangeran Para Rasul" sebagai tanda persatuan
Gereja.

Perpecahan-perpecahan besar dalam struktur Gereja sebagai lembaga tercatat sebagai


berikut:

 Perpecahan pertama pada gereja terjadi pada saat Konsili Efesus (431), yang
menyatakan status Perawan Maria sebagai Theotokos (Bunda Allah). Kebanyakan
yang menolak hasil keputusan ini adalah Kristen Persia, gereja yang sekarang dikenal
sebagai Gereja Asiria Timur.
 Perpecahan berikut terjadi setelah Konsili Khalsedon (451). Konsili ini menolak
monofisit. Umat Kristen yang menolak ini dikenal sebagai Komuni Oriental Ortodoks.
 Perpecahan besar pertama dalam Gereja Katolik terjadi pada abad 11. Masalah
perbedaan doktrin tentang rumusan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel (lihat
filioque). Gereja Katolik pun terbagi menjadi dua, yaitu "Barat" dan "Timur". Inggris,
Prancis, Roma dan negara-negara Skandinavia termasuk Gereja "Barat" (Gereja
Katolik Roma). Sedangkan Yunani, Rusia, Suriah, Mesir termasuk dalam Gereja
"Timur" (Gereja Ortodoks Timur). Perpecahan ini dikenal sebagai Skisma Timur-
Barat.
 Perpecahan terbesar dalam Gereja Katolik Roma terjadi pada abad ke-16 dengan
adanya Reformasi Protestan yang melahirkan gereja-gereja Protestan.
 Perpecahan terakhir terjadi ketika Raja Henry VIII dari Inggris memisahkan seluruh
gereja-gereja di kerajaannya dari persekutuan dengan Paus karena permintaannya
untuk menikah kedua kalinya sementara istri pertamanya masih hidup ditolak.
Kelompok gereja inilah yang dikenal sebagai Gereja Anglikan Inggris.

Seluruh grup di atas kecuali Protestan masih menyebut persekutuan mereka sebagai
Katolik. Dewasa ini, semakin banyak Gereja-Gereja Timur yang kembali ke dalam
persekutuan penuh dengan Roma, namun dengan tetap mempertahankan tata cara
beribadah mereka. Kelompok ini dikenal dengan sebutan Gereja Katolik ritus Timur.

Gereja Katolik Roma


Secara umum, sebutan Gereja Katolik merujuk pada Gereja Katolik Roma. Kata Roma
diatributkan pada Gereja ini karena Gereja Katolik mengimani Paus yang berkedudukan di
kota Roma, Italia sebagai kepala gereja yang kelihatan, wakil Yesus Kristus di bumi, yang
merupakan kepala utama gereja yang tak kelihatan. Paus adalah penerus Petrus turun
temurun yang tidak terputuskan. Menurut tradisi gereja, Petrus menjadi uskup Roma dan
menjadi martir di sana. Gereja Katolik dengan penambahan kata Roma sendiri sebenarnya
tidak pernah menjadi nama resmi yang digunakan oleh Gereja Katolik.
Sakramen
Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus Kristus menginstitusikan tujuh sakramen, tidak
lebih dan tidak kurang, baik menurut Kitab Suci maupun Tradisi Suci dan sejarah Gereja.
Adapun sakramen yang diakui oleh Gereja Katolik Roma sebagai berikut:

 Baptis
 Pengakuan dosa
 Ekaristi
 Penguatan/Krisma
 Imamat
 Pernikahan
 Pengurapan orang sakit

Dalam ajaran Katolik, sakramen adalah berkat penyelamatan khusus yang oleh Yesus
Kristus diwariskan kepada gereja. Santo Agustinus menyebut sakramen sebagai "tanda
kelihatan dari rahmat Allah yang tidak kelihatan"

Katolik di Indonesia
Pada awal kehadiran agama ini kurang mendapatkan tanggapan baik di tengah
masyarakat karena dianggap sebagai proses kolonial karena disebarkan oleh bagian dari
masyarakat kolonial pada masa itu sehingga sering disebut "agama kafir". Sebenarnya
penyebaran agama Katolik sudah dimulai sejak kedatangan Portugis di Indonesia yang
dilakukan oleh beberapa misionaris pada abad ke-16 dan abad ke-17 di bagian timur seperti
di Maluku dan Flores. Agama katolik baru memasuki tanah Jawa pada masa pemerintahan
Herman Willem Daendels di Batavia awal abad-19 dengan didirikan gereja pertama di sana
pada tahun 1807 dan disertai dengan diakuinya oleh Vatikan. Pada 2005, sekitar 3,05%–
7.380.203 dari 241.973.879 penduduk Indonesia, beragama Katolik.

Kesimpulan
Dengan demikian, sudah layak dan sewajibnya kita meyakini bahwa Kristus dan
Gereja Katolik adalah SATU dan TAK TERPISAHKAN karena inilah Iman Para Rasul dan
Iman Para Bapa Gereja. Dalam tulisan ini, Saya pribadi mengajak semua umat Katolik
untuk mencintai Kristus DAN Gereja Katolik sepenuh hati dengan taat pada setiap ajaran
Iman dan Moral Kristus DAN Gereja Katolik. Saya pun mengajak semua umat Katolik
mewartakan ajaran Iman ini sesuai dengan talenta masing-masing kepada setiap orang
entah melalui perbuatan, pertanggungjawaban iman dan sebagainya.

Selain itu, Tulisan ini saya buat juga supaya umat Katolik tidak terjebak dalam
paham Indifferentisme dan Relativisme Iman yang mengajarkan bahwa semua agama sama-
sama menyelamatkan. Paham-paham ini adalah sesat dan telah mereduksi kecintaan umat
Katolik kepada Gereja Katolik sebagai Tubuh Mistik dan Mempelai Kristus. Paham-paham
sesat ini dapat mematikan evangelisasi dan sebagai akibatnya, banyak jiwa dapat
kehilangan keselamatannya.

Asri Tesalonika.112100125.TI-34-04

You might also like