You are on page 1of 13

1.

CHEMICAL OXYGEN DEMANDS (COD)


Parameter COD digunakan secara luas untuk menentukan tingkat pencemaran oleh
senyawa organik dari suatu air limbah domestik maupun air limbah industri. Definisi COD
adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik, sehingga
dapat dikatakan parameter COD sebagai parameter untuk mengetahui konsentrasi senyawa
organik yang dapat dioksidasi oleh oksidator kuat dalam suasana asam.
Selama penentuan COD, senyawa organik hampir sepenuhnya teroksidasi menjadi karbon
dioksida dan air. The amount of required to oxidize an organic compound to carbon dioxide,
, and water is given by: Jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi senyawa
organik menjadi karbon dioksida, amonia, dan air diperlihatkan pada persamaan:

This expression does not include the oxygen demand caused by the oxidation of ammonia
into nitrate.Hal ini tidak termasuk kebutuhan oksigen yang disebabkan oleh oksidasi amoniak
menjadi nitrat. The process of ammonia being converted into nitrate is referred to as
nitrification. The following is the correct equation for the oxidation of ammonia into nitrate.
Proses amoniak diubah menjadi nitrat disebut nitrifikasi. Berikut ini adalah persamaan untuk
oksidasi amoniak menjadi nitrat.

The second equation should be applied after the first one to include oxidation due to
nitrification if the oxygen demand from nitrification must be known.Dichromate does not
oxidize ammonia into nitrate, so this nitrification can be safely ignored in the standard
chemical oxygen demand test.Dikromat tidak mengoksidasi ammonia menjadi nitrat,
sehingga reaksi nitrifikasi ini dapat diabaikan dalam uji COD. For many years, the strong (
4 ) was used for measuring chemical oxygen demand.
Oksidator kuat yang sudah lama digunakan untuk mengukur konsentrasi senyawa organik
yang dapat dioksidasi adalah KMnO4. Satuan yang digunakan adalah mg/L KMnO 4.
Oksidator lain yang diteliti untuk analisis COD adalah CeSO4, KIO3, dan K2Cr2O7. Ternyata
oksidator K2Cr2O7 dipilih sebagai oksidator untuk analisis COD karena kemampuannya,
hampir semua senyawa organik dapat dioksidasi dalam suasana asam dan panas. Senyawa
organik yang mudah menguap akan hilang selama pemanasan, untuk mencegah penguapan
tersebut, pengukuran COD dilakukan dengan kondensor atau refluk secara tertutup.
Reaksi oksidasi zat organik oleh K2Cr2O7 adalah sebagai berikut

Dimana:
d = 2n/3 + a/6 - b/3 - c/2
Umumnya digunakan larutan kalium dikromat 0,25 N dalam penentuan COD, meskipun
untuk sampel dengan COD di bawah 50 mg/L, konsentrasi yang rendah dari kalium dikromat
lebih sering digunakan. In the process of oxidizing the organic substances found in the water
sample, potassium dichromate is reduced (since in all reactions, one reagent is oxidized and
the other is reduced), forming Cr 3+ .Dalam proses oksidasi zat organik yang ditemukan dalam
contoh air, kalium dikromat berkurang (karena dalam reaksi redoks, satu reagen teroksidasi
3+ 3+
dan yang lainnya berkurang), membentuk Cr . The amount of Cr is determined after
oxidization is complete, and is used as an indirect measure of the organic contents of the
water sample.KBecause COD measures the oxygen demand of organic compounds in a
sample of water, it is important that no outside organic material be accidentally added to the
sample to be measured.arena COD berfungsi mengukur kebutuhan oksigen dari senyawa
organik dalam sampel air, penting bahwa tidak ada bahan organik di luar itu yang tidak
sengaja terhitung dari contoh air yang akan diukur. To control for this, a so-called blank
sample is required in the determination of COD (and -biochemical oxygen demand - for that
matter).Untuk mengontrol ini, diperlukan larutan blanko dalam penentuan COD. Blanko
dibuat dengan menambahkan semua reagen (misalnya asam dan agen oksidasi) ke dalam air
suling (aquadest). COD is measured for both the water and blank samples, and the two are
compared. COD diukur untuk sampel air dan blanko kemudian dibandingkan. The oxygen
demand in the blank sample is subtracted from the COD for the original sample to ensure a
true measurement of organic matter.Kebutuhan oksigen dalam blanko dikurangkan dari COD
untuk contoh air untuk menjamin pengukuran bahan organik.For all organic matter to be
completely oxidized, an excess amount of potassium dichromate (or any oxidizing agent)
must be present.

R eagen Indikator Ferroin


Solusi dari 1,485 g 1,10 - fenantrolin monohidrat ditambahkan ke dalam larutan 695 mg
FeSO4·7H2O dalam air, dan solusi yang dihasilkan merah diencerkan sampai 100 mL. The

1|Page
following formula is used to calculate COD:Rumus berikut ini digunakan untuk menghitung
COD:

where b is the volume of FAS used in the blank sample, s is the volume of FAS in the
original sample, and n is the normality of FAS. di mana b adalah volume FAS yang
digunakan dalam larutan blanko, s adalah volume FAS dalam sampel, dan n adalah
kenormalan FAS. If milliliters are used consistently for volume measurements, the result of
the COD calculation is given in mg/L.Jika mililiter digunakan secara konsisten untuk
pengukuran volume, hasil perhitungan COD diberikan dalam mg/L.
Karena konsentrasi yang tinggi di sebagian besar air limbah, klorida seringkali merupakan
sumber yang paling serius dari gangguan. Its reaction with potassium dichromate follows the
equation:Reaksinya dengan kalium dikromat diperlihatkan dalam persamaan berikut:

Prior to the addition of other reagents, can be added to the sample to eliminate chloride
interference. Sebelum penambahan reagen lain, sulfat merkuri dapat ditambahkan ke sampel
untuk menghilangkan gangguan klorida.
Metode pengukuran
MeThe following table lists a number of other inorganic substances that may cause
interference.tode yang standar digunakan adalah metode refluk terbuka, metode ini cocok
untuk berbagai jenis contoh air limbah tetapi membutuhkan jumlah contoh air dan pereaksi
yang lebih banyak, sehingga kurang ekonomis. Sedangkan metode refluk tertutup lebih
ekonomis karena volume contoh air dan pereaksi lebih sedikit, akan tetapi contoh air harus
homogen terutama terhadap suspended solid.
Prinisp dasar pengukuran COD adalah reaksi oksidasi senyawa organik oleh larutan
K2Cr2O7 berlebih dalam suasana asam dan dipanaskan. Kelebihan kalium dikromat ditentukan
dengan titrasi oleh larutan ammonium ferro sulfat dengan indikator ortofenantrolin. Selain
dengan metode titrasi, kelebihan K2Cr2O7 dapat ditentukan secara colorimetri.
Senyawa alifatik rantai lurus yang mudah menguap tidak dapat dioksidasi dengan
sempurna karena terjadi penguapan selama pemanasan. Senyawa tersebut dapat teroksidasi
sempurna jika ada katalis silver sulfat (Ag2SO4). Akan tetapi silver sulfat dapat bereaksi
dengan klorida, bromida, dan iodida menghasilkan endapan yang dapat teroksidasi sebagian.
Oleh sebab itu, adanya halida yang dapat dioksidasi oleh kalium dikromat dapat mengganggu

2|Page
pengukuran. Untuk menghilangkan gangguan halida (klorida, bromida, dan iodida)
ditambahkan kristal HgSO4 dengan perbandingan HgSO4:Cl = 10:1. Senyawa nitrat akan
dapat teroksidasi oleh kalium dikromat sehingga akan memberikan nilai COD yang lebih
tinggi yaitu 1,0 mg COD/ 1 mg NO2-N. Untuk menghilangkan gangguan tersebut
ditambahkan 10 mg asam sulfamat untuk 1 mg nitrit. Senyawa anorganik reduktor seperti
ferro, sulfida, dll akan teroksidasi oleh kalium dikromat sehingga akan memberikan angka
COD yang tinggi.

2. BOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD)


BOD didefinisikan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme selama
menguraikan senyawa organik (dekomposisi) pada kondisi aerob. Penguraian senyawa
organik oleh mikroorganisme dapat diartikan bahwa zat organik sebagai bahan makanan
untuk mikroorganisme dan diuraikan melalui rangkaian reaksi biokimia yang panjang dan
rumit di dalam sel. Hasil akhir dari penguraian zat organik tersebut adalah energi untuk
kebutuhan hidup mikrorganisme sendiri, H2O, CO2, dan sebagainya.
Hasil pengukuran senyawa BOD digunakan secara luas untuk menentukan tingkat
pencemaran dalam air yang disebabkan oleh zat organik, baik dalam air limbah domestik
maupun dalam air limbah industri. Hasil tes juga digunakan dalam aktivitas pengontrolan
pencemaran sungai dan evaluasi suatu sistem pengolahan air dalam menurunkan atau
mengolah senyawa organik dalam air limbah.
Pengukuran BOD berdasarkan prosedur uji hayati (bioassay) yang menyangkut
pengukuran oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam menguraikan zat organik.
Karena kelarutan oksigen di dalam air terbatas kira-kira 9 mg/L pada suhu 20oC, maka air
yang mengandung zat organik tinggi harus diencerkan agar pada akhir percobaan masih
tersisa oksigen yang masih dapat diukur.
Percobaan BOD harus bebas dari zat-zat yang bersifat toksik terhadap mikroorganisme
seperti klor dan pestisida, tetapi harus mengandung elemen esensial (Fe, Mg, dsb) yang
diperlukan oleh bakteri sehingga pertumbuhan mikroorganisme tidak terganggu. Penguraian
zat organik secara biologis terjadi di alam oleh berbagai jenis mikroorganisme. Oleh karena
itu dalam percobaan BOD harus mengandung bakteri yang cukup untuk terjadi reaksi
penguraian zat organik secara sempurna. Oleh sebab itu, untuk air yang miskin dengan
mikroorganisme ditambahkan mikroorganisme dari luar (seedling).
Reaksi penguraian zat organik dalam percobaan dapat dituliskan sebagai berikut:
CnHaObNc + (n+a/4-b/2-3/4c) O2 nCO2 + (a/2 – 3/2c) H2O + cNH3

3|Page
Reaksi yang terjadi pada percobaan BOD adalah hasil aktifitas mikroorganisme, kecepatan
reaksi penguraian sangat dipengaruhi oleh konsentrasi zat organik.
Sebenarnya reaksi penguraian zat organik oleh mikroorganisme tidak sesederhana yang
tertulis di atas, karena penguraian zat organik membentuk CO2 dan H2O memerlukan banyak
sekali reaksi kimia yang terjadi di dalam sel mikroorganisme yang dikatalisis oleh berbagai
enzim. Reaksi di atas hanya menuliskan produk akhir dari serangkaian reaksi kimia yang
terjadi di dalam sel mikroorganisme (bakteri).
Temperatur percobaan BOD sangat mempengaruhi kecepatan penguraian zat organik.
Untuk percobaan BOD ditentukan temperatur inkubasi adalah 20oC merupakan temperatur
rata-rata badan air. Secara teoritis waktu yang dibutuhkan untuk menguraikan senyawa
organik secara sempurna dalam percobaan BOD adalah kira-kira 20 hari (BOD ultimate).
Akan tetapi karena waktu tersebut terlalu lama maka dipilih waktu yang diperkirakan
sebagian besar zat organik telah terurai. Berdasarkan hasil percobaan ternyata dalam waktu 5
hari percobaan BOD kira-kita 70-80% zat organik telah terurai (7-89 dari BOD ultimate).
Besarnya persen penguraian tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis zat organik dan jenis
mikroorganisme yang terdapat pada percobaan BOD. Selain itu, alasan dipilih waktu 5 hari
untuk mengurangi gangguan dari oksidasi senyawa nitrogen oleh mikroorganisme (reaksi
nitrifikasi).
Oksidasi senyawa nitrogen organik oleh mikroorganisme (proses nitrifikasi) dapat
mengganggu penentuan BOD karbon. Jika di dalam seed mengandung mikroorganisme yang
dapat mengoksidasi senyawa nitrogen organik (protein atau asam amino) membentuk
senyawa amoniak yang selanjutnya senyawa ammonium tersebut dioksidasi membentuk
senyawa nitrat dan nitrit. Maka akan mengganggu hasil pengukuran BOD 5 hari. Untuk itu
dalam percobaan BOD yang banyak mengandung nitrogen organik ditambahkan zat inhibitor
nitrifikasi yaitu senyawa 2-chloro-6 (trichloro methyl) pyridine (TCMP).
Biochemical oxygen demand or BOD is a chemical procedure for determining the
uptake rate of dissolved by the biological organisms in a body of water.Metode
Pengukuran BOD
Pengukuran BOD berdasarkan percobaan uji hayati yaitu penentuan oksigen terlarut pada
hari dan hari ke lima, setelah diinkubasikan pada temperatur 20oC. Akibatnya ketelitian hasil
pengukuran BOD sangat dipengaruhi oleh ketelitian pengukuran oksigen tersebut.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengukuran BOD diantaranya:
- Bebas dari bahan-bahan beracun
- Kondisi pH dan tekanan osmosa yang optimum

4|Page
- Mengandung nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorganisme
- Mengandung populasi mikroorganisme yang cukup
Metode pengukuran BOD dapat dilakukan dengan metode langsung dan pengenceran
a. Metode Langsung
Jika sampel air diperkirakan mengandung BOD tidak boleh lebih besar dari 7 mg/L,
mengandung mikroorganisme yang cukup daaan memenuhi persyaratan lainnya, maka
pengukurannya dapat dilakukan tanpa melakukan pengenceran. Hal ini dapat dilakukan pada
air sungai yang belum tercemar.
Cara kerja dari pengukuran BOD dengan metode langsung yaitu sampel air diaerasi untuk
menambah oksigen agar mencapai konsentrasi jenuh, kemudian dimasukkan dalam 2 botol
BOD. Botol pertama ditentukan kadar DO (DO 0 hari) sedangkan botol kedua diinkubasikan
pada temperatur 20oC selama 5 hari, kemudian ditentukan kadar DO 5 hari.
b. Metode Pengenceran
Metode pengenceran merupakan metode yang paling banyak digunakan, terutama untuk
air limbah industri dan domestik. Hal ini disebabkan karena iar limbah tersebut mengandung
bahan organik yang tinggi sedangkan kelarutan oksigen di dalam air terbatas. Selain itu tidak
selalu air limbah industri mengandung cukup populasi mikroorganisme dan nutrien untuk
pertumbuhan mikroorganisme tersebut.
Air yang biasanya digunakan sebagai pengencer adalah air alam. Kualitas air pengencer
tidak boleh mengandung senyawa toksik seperti klor, kloramin, dan tembaga yang sering
ditemukan dalam aquadest. pH air pengencer berkisar antara 6,5-8,5. Untuk menjaga agar pH
air pengencer stabil ditambahkan buffer fosfat. Mikroorganisme ditambahkan kedalam air
pengencer sebanyak 2 ml air limbah domestik untuk setiap 1 L air pengencer.
Dalam percobaan BOD yang menggunakan metode pengencer harus melakukan percobaan
blanko. Percobaan blanko untuk koreksi terhadap air pengencer. Sebagaimana diketahui air
pengencer ditambahkan seed yang mengandung zat organik. Percobaan blanko dilakukan
minimal 3 botol sehingga diperoleh nilai rata-rata.
Pengenceran contoh air limbah dengan pengencer harus dilakukan dalam 3 set
pengenceran dengan angka pengenceran yang berbeda, untuk menjaga agar jika terjadi
kegagalan satu set pengenceran terdapat dua set pebgenceran sebagai cadangan. Untuk
menentukan besarnya pengenceran contoh air harus mengetahui perkiraan angka BOD contoh
air tersebut. Jika pengenceran terlalu kecil, dikhawatirkan DO menjadi 0,0 mg/L sehingga
percobaan BOD gagal. Jika pengenceran terlalu tinggi maka dikhawatirkan penurunan DO

5|Page
sewaktu selama percobaan terlalu kecil sehingga diperoleh hasil pengukuran BOD yang
kurang valid.

3. OIL & GREASE


Pengertian pengukuran oil dan grease adalah pengukuran senyawa organik dalam air yang
dapat diekstraksi dengan pelarut organik tertentu seperti heksana atau 1,1,2-trikloro-1,2,2-
triflorouethana (CFC 113). Dengan demikian senyawa-senyawa hidrokarbon, minyak, lilin
(waxes) dan senyawa asam lemak dengan berat molekul tinggi dapat larut dalam pelarut
organik tersebut, dan dapat dikelompokkan sebagai oil dan grease. Sumber oil dan grease di
dalam air dapat berasal dari air limbah domestik, industri pengolahan daging dan makanan
dan air limbah industri lainnya.
Sifat oil dan grease merupakan senyawa organik yang kurang larut dalam air sehingga
adanya senyawa-senyawa oil dan grease di dalam air akan cenderung membentuk lapisan
yang terpisah di bagian atas air juga sebagian oil dan grease dalam air membentuk emulsi di
dalam air. Tingginya kadar oil dan grease di dalam air limbah dapat menimbulkan berbagai
gangguan teknis dalam pengolahan air misalnya pengolahan air menggunakan trickling filter
dan activated sludge akan berpengaruh terhadap performance dari alat tersebut. Lapisan oil
dan grease di permukaan air juga akan mengganggu transfer oksigen dari atmosfer kedalam
air yang sangat dibutuhkan oleh biota air.
Metoda Pengukuran
Metoda yang umum digunakan untuk pengukuran oil dan grease adalah
a. Metode ekstraksi-gravimetrik
b. Metode ekstraksi-infrared spectrofotometri
c. Metode ekstraksi-sokhlet
Metode-metode diatas dimulai dari ekstraksi dengan pelarut tertentu maka oil dan grease
di dalam air akan tertarik kedalam pelaruut organik tertentu. Selanjutnya senyawa oil dan
grease yang ada di dalam pelarut organik tersebut diukur baik dengan metode gravimetri atau
dengan spektrofotometri infrared.
Teknik pengambilan contoh air untuk pengukuran oil dan grease harus menggunakan
wadah yang terbuat dari gelas dengan mulut lebar. Gelas harus dicuci dengan sabun
kemudian dibilas dengan air sampai bersih dan selanjutnya dibilas dengan pelarut organik.
Wadah diisi dengan contoh air, diharuskan tidak meleber keluar dan tidak dibagi-bagi karena
oil dan grease dalam air tidak bercampur homogen. Contoh air diawetkan dengan
penambahan HCl sampai pH < 2, kemudian didinginkan.

6|Page
4. ZAT AKTIF PERMUKAAN (SURFAKTAN)
Surfaktan atau surface active agents atau wetting agents merupakan bahan organik yang
berperan sebagai bahan aktif pada deterjen, sabun dan shampoo. Bahan aktif yang terdapat
dalam deterjen ini merupakan zat organik yang mempunyai kemampuan untuk menurunkan
tegangan permukaan sehingga kotoran yang menempel pada permukaan material dapat
dengan mudah untuk dipisahkan.
Semua jenis senyawa zat aktif permukaan adalah senyawa organik yang terdiri dari gugus
polar yang larut dalam minyak. Gugus polar yang larut dalam air adalah gugus karboksil,
hidroksil, sulfonat yang berikatan dengan kation natrium atau kalium membentuk garamnya.
Sedangkan gugus non polar adalah rantai senyawa organik dimana gugus polar terikat pada
rantai organik tersebut.
Deterjen atau sintetik deterjen terbagi atas:
a. Anionik deterjen adalah semua garam natrium yang terionisasi menghasilkan Na + dan
anionik sulfat atau sulfonat contohnya adalah natrium laurel sulfat atau sulfonat alkil
benzena.
b. Non ionik deterjen, atau deterjen yang tidak terionisasi contohnya adalah senyawa polimer
dari etilen oksida.
c. Kationik deterjen, adalah garam dari senyawa ammonium hidroksida quartener
Selain digunakan sebagai sabun, surfaktan juga digunakan dalam industri tekstil dan
pertambangan baik sebagai lubrikan, emulsi, maupun flokulan. Komposisi surfaktan dalam
deterjen berkisar 10-30% disamping polifosfat dan pemutih. Kadar surfaktan 1 mg/L dapat
mengakibatkan terbentuknya busa di perairan. Meskipun tidak bersifat toksik, keberadaan
surfaktan dapat menimbulkan rasa pada air dan dapat menurunkan absorbsi oksigen di
perairan. Hingga tahun 1965, jenis surfaktan yang biasa digunakan dalam deterjen adalah
Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) yang bersifat resisten terhadap dekomposisi biologis.
Kemudian jenis surfaktan ini diganti dengan Linear Alkyl Sulfonat (LAS) yang dapat
diuraikan secara biologis. Surfaktan berinteraksi dengan sel dan membran sel sehingga
menghambat pertumbuhan sel. Kadar surfaktan kaionik 0,1-10 mg/L dan surfaktan non-ionik
1-10000 mg/L dapat menghambat pertumbuhan algae.

Metode pengukuran

7|Page
Jenis deterjen yang sering digunakan adalah jenis anionik. Salah satu metode pengukuran
untuk jenis anionik adalah dengan sifat deterjen tersebut yang mampu bereaksi dengan
senyawa metilen biru sehingga hasil pengukuran tersebut dinyatakan dengan MBAS
(Methylen Blue Active Substances) yaitu senyawa aktif yang dapat berikatan dengan metilen
blue.

5. TOTAL ORGANIC CARBON (TOC)


Selain karbon anorganik yang terdapat dalam komponen penyusun alkalinitas, karbon di
perairan juga terdapat dalam bentuk karbon organik yang berasal dari tumbuhan atau biota
akuatik. Baik yang hidup atau yang mati dan menjadi detritus, maupun karbon yang terdapat
pada bahan organik yang berasal dari limbah industri dan domestik. Penjumlahan karbon
organik total dan karbon anorganik total (karbonat, bikarbonat, dan asam karbonat)
merupakan nilai karbon total (total carbon).
Total Organic Carbon (TOC) adalah jumlah karbon yang terikat dalam suatu senyawa
organik dan sering digunakan sebagai indikator non spesifik dari kualitas air atau kebersihan
peralatan pabrik farmasi. Analisis yang sering dilakukanA typical analysis for TOC measures
both the total carbon present as well as the (IC). untuk mengukur TOC yaitu dengan total
karbon serta karbon anorganik (IC). Subtracting the inorganic carbon from the total carbon
yields TOC. Mengurangkan karbon anorganik dari total karbon hasil TOC. Another common
variant of TOC analysis involves removing the IC portion first and then measuring the
leftover carbon.
Karbon organik total atau Total Organic Carbon (TOC) terdiri atas bahan organik terlarut
atau DOC (Dissolved Organic Carbon) dan partikulat atau POC (Particulate Organic
Carbon) dengan perbandingan 10:1. Bahan organik yang tercakup dalam TOC misalnya asam
amino dan karbohidrat. DOC dan POC dapat diukur secara terpisah dengan menyaring air
sampel menggunakan filter berdiameter 0,7 µm, sedangkan pengukuran TOC tidak
membutuhkan penyaringan. TOC juga dapat menggambarkan tingkat pencemaran, terutama
apabila nilai TOC antara bagian hulu dan bagian hilir dari tempat pembuangan suatu limbah
dibandingkan.
Pada penentuan nilai TOC, bahan organik dioksidasi menjadi karbondioksida yang diukur
dengan non disperisve infrared analyzer. Pengukuran TOC juga dapat dilakukan dengan
menggunakan flame ionization detector. Pada metode ini karbondioksida direduksi menjadi
gas metana. Pengukuran TOC relatif lebih cepat daripada pengukuran COD dan BOD.

8|Page
Pada perairan alami yang relatif jernih, nilai DOC biasanya lebih besar daripada POC.
Pada saat sungai mengalami banjir, nilai POC akan lebih besar daripada DOC. Pada perairan
alami, nilai DOC biasanya berkisar antara 1-30 mg/L sedangkan pada air tanah nilai TOC
biasanya lebih kecil yaitu kurang lebih 2 mg/L. Nilai TOC perairan yang telah menerima
limbah baik domestik maupun industri atau perairan pada daerah berawa-rawa dapat lebih
dari 10-100 mg/L.
Kadar DOC dalam air tanah kira-kira 0,5 mg/L sedangkan pada air laut sekitar 30 mg/L.
Nilai DOC pada perairan tawar alami yang mengalir berkisar antara 1-3 mg/L. Danau dan
sungai memiliki nilai DOC sekitar 2-10 mg/L sedangkan pada perairan rawa berkisar antara
10-60 mg/L DOC.
Nilai POC pada air tanah sangat kecil atau sama sekali tidak ada. Nilai POC pada air laut
berkisar antara 0,01-0,1 mg/L terutama berupa algae sedangkan pada danau berkisar antara
0,1-1,0 mg/L. To understand the analysis process better, some key basic terminologies should
be understood and their relationships to one another (Figure 1).
Untuk memahami proses analisis lebih baik, beberapa terminologi dasar yang harus
dipahami yaitu:
 Total Carbon (TC) – all the carbon in the sample, including both inorganic and organic
carbon Total Karbon (TC) yaitu semua karbon pada sampel termasuk karbon organik dan
anorganik.
 Total Inorganic Carbon (TIC) – often referred to as inorganic carbon (IC), , , and (CO 2 );
a material derived from non-living sources. Total Anorganik Karbon (TIC) yaitu karbon
anorganik (IC) berupa karbonat, bikarbonat, dan karbon dioksida (CO2) terlarut.
 Total Organic Carbon (TOC) – material derived from decaying vegetation, bacterial growth,
and activities of living organisms or chemicals. Karbon Organik Total (TOC) yaitu material
yang berasal dari vegetasi yang membusuk, pertumbuhan bakteri, dan kegiatan organisme
hidup atau bahan kimia.
 Non-Purgeable Organic Carbon (NPOC) – commonly referred to as TOC; organic carbon
remaining in an acidified sample after purging the sample with gas. Non-Purgeable Karbon
Organik (NPOC) atau biasa disebut sebagai TOC yaitu karbon organik yang tersisa dalam
sampel yang diasamkan setelah membersihkan sampel dengan gas.
 Purgeable (volatile) Organic Carbon (VOC) – organic carbon that has been removed from a
, or acidified sample by purging with an . Purgeable (volatile) Karbon Organik (VOC) yaitu
karbon organik yang telah netral atau diasamkan sampel dengan pembilasan dengan gas

9|Page
inert. These are the same compounds referred to as (VOC) and usually determined by
Purge and Trap Gas .Disebut sebagai senyawa organik volatil (VOC) dan biasanya
ditentukan oleh Purge dan Perangkap Gas Kromatografi .
 Dissolved Organic Carbon (DOC) – organic carbon remaining in a sample after filtering the
sample, typically using a 0.45 filter. Karbon Organik Terlarut (DOC) yaitu sisa karbon
organik dalam sampel setelah penyaringan, biasanya menggunakan filter 0,45 µm.
 Suspended Organic Carbon – also called organic carbon (POC); the carbon in particulate
form that is too large to pass through a filter. Suspended Karbon Organik (POC) - juga
disebut partikulat organik karbon (POC) merupakan partikulat karbon dalam bentuk yang
terlalu besar untuk melewati filter.
Since all TOC analyzers only actually measure total carbon, TOC analysis always requires
some accounting for the inorganic carbon that is always present. Karena semua analisa TOC
hanya benar-benar mengukur total karbon, analisis TOC selalu membutuhkan beberapa
perhitungan untuk karbon anorganik yang selalu hadir. Salah satu analisis yang melibatkan
proses dua-tahap umumnya disebut sebagai TC-IC. Yaitu dengan It measures the amount of
inorganic carbon (IC) evolved from an acidified of a sample and also the amount of total
carbon (TC) present in the sample.yaitu denhgan carayymengukur jumlah karbon anorganik
(IC) yang diasamkan alikuot sampel dan juga jumlah karbon total (TC) yang ada di sampel.
TOC is calculated by subtraction of the IC value from the TC the sample.TOC dihitung
dengan pengurangan nilai IC dari TC sampel. Another variant employs acidification of the
sample to evolve carbon dioxide and measuring it as inorganic carbon (IC), then and
measuring the remaining non-purgeable organic carbon (NPOC).
Whether the analysis of TOC is by TC-IC or NPOC methods, it may be broken into three
main stages:AAghh
Analisis TOC adalah oleh TC-IC atau metode NPOC, dibagi menjadi tiga tahap utama:
1. Acidification Oksidasi
2. Oxidation Deteksi
3. Detection and Quantification Kuantifikasi
The first stage is acidification of the sample for the removal of the IC and POC
gases.Tahap pertama adalah pengasaman sampel untuk menghilangkan IC dan gas POC. The
release of these gases to the detector for measurement or to the air is dependent upon which
type of analysis is of interest, the former for TC-IC and the latter for TOC (NPOC).

10 | P a g e
Pelepasan gas-gas ke detektor untuk pengukuran atau ke udara tergantung pada jenis analisis
yaitu TC-IC dan yang kedua untuk TOC (NPOC).
Pengasaman
The removal and venting of IC and POC gases from the liquid sample by acidification and occurs
in the following manner. Penghapusan dan ventilasi dari IC dan gas POC dari sampel cair oleh
pengasaman dan sparging terjadi dengan cara sebagai berikut.

Oksidasi
The second stage is the oxidation of the carbon in the remaining sample in the form of
carbon dioxide (CO 2 ) and other gases.Tahap kedua adalah oksidasi dari karbon dalam
sampel yang tersisa dalam bentuk karbon dioksida (CO2) dan gas lainnya. Modern TOC
analyzers perform this oxidation step by several processes:Analisis modern mengukur TOC
dalam beberapa langkah proses oksidasi oleh:
1. High Temperature Suhu Tinggi Pembakaran
2. High temperature (HTCO) oxidation Suhu tinggi katalitik (HTCO) oksidasi
3. alone Foto-oksidasi sendirian
4. Thermo-chemical oxidation Thermo-kimia oksidasi
5. oxidation Foto-kimia oksidasi
6. Oxidation Elektroda Oksidasi

DAFTAR PUSTAKA

11 | P a g e
1. Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius Press.

2. Irsyad, Moh. dan Damanhuri, Tri Padmi. (2008). Modul Praktikum Laboratorium
Lingkungan TL 3103. Bandung: Prodi. Teknik Lingkungan FTSL ITB.

3. Sawyer, Clair N; Mc Carty, Perry L; Parkin, Gene F. (2003). Chemistry for


Environmental Engineering and Science. Fifth Edition. New York: Mc. Graw Hill.

4. Anonim a. Total Organic Carbon. Tersedia:


http://en.wikipedia.org/wiki/Total_organic_carbon [Online]. Tanggal akses: 15
Februari 2010.
5. Anonim b. Biochemical Oxygen Demand. Tersedia:
http://en.wikipedia.org/wiki/Biochemical_oxygen_demand [Online]. Tanggal akses:
15 Februari 2010.
6. Anonim c. Chemical Oxygen Demand. Tersedia:
http://en.wikipedia.org/wiki/Chemical_oxygen_demand [Online]. Tanggal akses: 15
Februari 2010.

12 | P a g e

You might also like