You are on page 1of 10

Tugas fisiologi

buta warna
PEMBIMBING:ASMIATI AMK

DISUSUN OLEH :

WAWAN SETIAWAN

NIM:032001D09922

PEMERINTAH KABUPATEN BANJAR

AKADEMI KEPERAWATAN INTAN


MARTAPURA

2009/2010
Daftar isi

halaman

Kata
pengantar……………………………………………………………………………………….i

Daftar isi……………………………………………………………

Bab I isi………………………………………………………………………………………
2

A.Buta Warna dan Penurunan Sifatnya………………..…i

B.Buta Warna…………………………………………………i

C.Proses Penglihatan………………………………….……i

D.Jenis-jenis Buta Warna………………………….………..i

E.Penyebab Buta Warna…………………………………….i

F.Diagnosis Buta Warna……………………………….…….i

G.Penurunan Sifat……………………………………………

.bab II.

Kesimpulan………………………………………………………………………………….

bab III.

DAFTAR PUSTAKA
Kata pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat allah swt yang tlah memberikan rahmat dan
karunianya yang begitu besar sehingga saya bisa menyelesaikan tugas fisiologi ini.

Dalam penyusunan tugas in isaya banyak sekali mendapat bantuan dari berbagai
sumber,saya hanya bisa mendoakan semoga mendapat balasan yang sebaik-baiknya
dari allah swt

saya meyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan ,oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat
membangun.

Akhirnya saya hanya biasa berharap semoga tugas ini memberikan manfaat untuk kita
semua.amin

Martapura, februari 2009

Wawan setiawan

Nim:032001d09922

penulis
A.Buta Warna dan Penurunan Sifatnya
Telah diketahui bahwa individu itu mempunyai dua macam kromosom, yaitu
autosom d

an seks kromosom. Oleh karena individu betina dan jantan mempunyai autosom
yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom
diwariskan dari orang tua kepada anak-anaknya tanpa membedakan seks. Misalnya
sifat keturunan seperti jari lebih, warna mata atau rambut dan albino dapat
diwariskan, tetapi keturunan F1 maupun F2 tidak pernah disebut-sebut jenis
kelaminnya.

Selain gen-gen autosom, dikenal pula gen-gen yang terdapat di dalam


kromosom kelamin. Peristiwa ini dinamakan rangkai kelamin (sex linkage). Gen-
gen yang terangkai pada kromosom kelamin dinamakan gen terangkai kelamin
(sex-linkage genes). Adapun gen terangkai-X (X-linked genes) adalah gen yang
terangkai pada kromosom-X dan gen terangkai-Y (Y-linked genes) adalah gen yang
terangkai pada kromosom-Y (Surya, 1994).

Lebih dari 150 sifat keturunan kemungkinan besar disebabkan oleh gen-gen
terangkai-X dikenal pada manusia. Kebanyakan disebabkan oleh gen resesif.

B.Buta Warna

Istilah Buta warna dapat diartikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang
disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut pada retina mata untuk menangkap
suatu spektrum warna tertentu sehingga warna objek yang terlihat bukan warna
yang sesungguhnya (Nina Karina, 2007).
C.Proses Penglihatan

Mula-mula cahaya masuk ke mata melalui pupil (biji mata), melewati kornea,
lensa, dan bagian dalam dari bola mata langsung ke sel batang (bacillus) dan sel
kerucut (conus) dari retina di bagian belakang bola mata. Transduksi energi fisik
ke dalam reseptor potensial terjadi dalam basilus dan konus. Impuls-impuls syaraf
kemudian menggerakkan sel lain dari retina, yaitu sel ganglion. Ganglion
membawa impuls-impuls tentang kejadian visual dalam lingkungan bergerak ke
otak sepanjang syaraf optik (Gunadarma).

Retina memiliki dua macam sel yaitu sel batang dan sel kerucut yang
peka terhadap cahaya. Sel batang ini lebih peka pada malam hari dan juga warna
hitam dan putih. Sedangkan sel kerucut lebih banyak bekerja pada siang hari yang
peka terhadap berbagai warna. Sel kerucut ada 3 jenis yang masing-masing paling
peka terhadap spektrum warna merah, hijau, dan biru (Nina Karina, 2007).

Apabila sel batang dan sel kerucut terangsang, sinyal akan dijalarkan melalui
rangkaian sel syaraf dalam retina itu sendiri dan akhirnya ke dalam serabut syaraf
optik dan korteks serebri (Guyton dan Hall, 1996).

D.Jenis-jenis Buta Warna

Buta warna dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu:

1. Buta warna jenis trikomasi adalah perubahan sensitifitas warna dari satu jenis
atau lebih sel kerucut. Ada tiga macam trikomasi yaitu:
a. Protanomali yang merupakan kelemahan warna merah

b. Deuteromali yaitu kelemahan warna hijau

c. Tritanomali (low blue) yaitu kelemahan warna biru. Jenis buta warna inilah
yang paling sering dialami dibandingkan jenis buta warna lainnya

2. Dikromasi merupakan tidak adanya satu dari 3 jenis sel kerucut, terdiri dari:

a. Protanopia yaitu tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga kecerahan
warna merah dan perpaduannya berkurang

b. Deuteranopia yaitu tidak adanya sel kerucut yang peka terhadap hijau

c. Tritanopia untuk warna biru.

3. Sedangkan monokromasi ditandai dengan hilangnya atau berkurangnya semua


penglihatan warna, sehingga yang terlihat hanya putih dan hitam pada jenis
typical dan sedikit warna pada jenis atypical. Jenis buta warna ini prevalensinya
sangat jarang (Nina Karina, 2007).

E.Penyebab Buta Warna

Dua gen yang berhubungan dengan munculnya buta warna adalah OPN1LW
(Opsin 1 Long Wave), yang menyandi pigmen merah dan OPN1MW (Opsin 1
Middle Wave), yang menyandi pigmen hijau (Samir S. Deeb dan Arno G.
Motulsky, 2005).

Penyebab tersering buta warna adalah faktor keturunan, gangguan terjadi


biasanya pada kedua mata, namun tidak memburuk seiring berjalannya usia.
Penyebab lainnya adalah kelainan yang didapat selama kehidupannya, misalnya
kecelakaan/trauma pada retina dan otak, umumnya kelainan hanya terjadi pada
salah satu mata saja dan bisa mengalami penurunan fungsi seirng berjalannya
waktu. Selain itu buta warna juga dapat disebabkan oleh Shaken Baby Syndrom
(yang dapat menyebabkan kerusakan retina dan otak sehingga terjadilah buta
warna) atau terkena radiasi sinar UV (tidak memakai pelindung) (wikipedia).

Gen buta warna terkait dengan dengan kromosom X (X-linked genes). Jadi
kemungkinan seorang pria yang memiliki genotif XY untuk terkena buta warna
secara turunan lebih besar dibandingkan wanita yang bergenotif XX untuk terkena
buta warna. Jika hanya terkait pada salah satu kromosom X nya saja, wanita
disebut carrier atau pembawa, yang bisa menurunkan gen buta warna pada anak-
anaknya. Menurut salah satu riset 5-8% pria dan 0,5% wanita dilahirkan buta
warna. Dan 99% penderita buta warna termasuk dikromasi, protanopia, dan
deuteranopia (Nina Karina, 2007).

F.Diagnosis Buta Warna

Tes uji klinis yang umum digunakan untuk mendeteksi cacat buta warna adalah
tes Ishihara dan tes American Optical HRR pseudoisochromatic.

Metode-metode ini dipakai untuk menentukan dengan cepat suatu kelainan buta
warna didasarkan pada penggunaan kartu bertitik-titik dengan berbagai macam
warna yang membentuk angka (Ishihara) dan simbol (HRR).

Sedangkan untuk melakukan klasifikasi pasti dari protanopia,


deuteranopia, protanomali, dan deuteranomali memerlukan penggunaan dari
anomaloscope yang melibatkan pemadanan warna (Samir S Deeb and Arno G
Motulsky, 2005).
G.Penurunan Sifat

Gen adalah unit heriditas suatu organisme hidup. Gen ini dikode dalam material
genetik organisme, yang kita kenal sebagai molekul DNA, atau RNA pada
beberapa virus, dan ekspresinya dipengaruhi oleh lingkungan internal atau
eksternal seperti perkembangan fisik atau perilaku dari organisme itu. Gen tersusun
atas daerah urutan basa nukleotida baik yang mengkode suatu informasi genetik
(coding-gene region as exon) dan juga daerah yang tidak mengkode informasi
genetik (non-coding-gene region as intron), hal ini penting untuk pembentukan
suatu protein yang fungsinya diperlukan di tingkat sel, jaringan, organ atau
organisme secara keseluruhan. Molekul DNA membawa informasi hereditas dari
sel dan komponen protein (molekul-molekul histon) dari kromosom mempunyai
fungsi penting dalam pengemasan dan pengontrolan molekul DNA yang sangat
panjang sehingga dapat muat didalam nukleus dan mudah diakses ketika
dibutuhkan. Selama reproduksi, Jumlah kromosom yang haploid dan material
genetik DNA hanya separoh dari masing-masing parental, dan disebut sebagai
genom.

Dalam individu eukariotik (individu yang mempunyai nukleus sejati), kromosom


manusia dibedakan menjadi autosom dan seks kromosom. Salah satu bagian
kromosom-X yang tidak homolog dengan bagian dari kromosom-Y (Suryo, 1994).
DAFTAR PUSTAKA

Suryo, 1994, Genetika Manusia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Guyton and Hall, 1996, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edk 9, trans. dr. Irawati
Setiawan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Depp, S.S. and Motulsky, A.G., 2005, Red-Green Color Vision Defects, In
GeneREVIEWS, September 19, 2005, dilihat 8 November 2008, .

Wikipedia, 2008, Color Blindness, dilihat 8 November 2008, .

Unite for Sight, 2008, Untie for Sight Color Blindness Module,
<http://www.uniteforsight.org/course/colorblindness.php>.

Molecular Expressions, 2008, Human Vision and Color Perception, .

Indofarma n.d., Mata, dilihat 8 November 2008, .

Karina, Nina, 2007, Mengenal Lebih Dekat Buta Warna, dilihat 8 November 2008,
.

Anonim n.d., Proses Penginderaan dan Persepsi, dilihat 8 November 2008, .

Fatchiyah dan Estri Laras Arumingtyas, 2006, Kromosom, Gen,DNA, Sinthesis


Protein dan Regulasi, dilihat 8 November 2008, .

You might also like