You are on page 1of 7

NAMA : FITRI ZULYANA

KELAS : XI IPA I
TUGAS : B.INDONESIA
PERSAHABATAN
Pagi hari saat aku terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku. Aku melihat
keluar. Ivan temanku  sudah menunggu diluar rumah kakekku dia mengajakku untuk bermain
bola basket.“Ayo kita bermain basket ke lapangan.” ajaknya padaku. “Sekarang?” tanyaku
dengan sedikit mengantuk. “Besok! Ya sekarang!” jawabnya dengan kesal.“Sebentar aku cuci
muka dulu. Tunggu ya!”, “Iya tapi cepat ya” pintanya.Setelah aku cuci muka, kami pun
berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari rumah kakekku.“Wah dingin ya.” kataku pada
temanku. “Cuma begini aja dingin payah kamu.” jawabnya.Setelah sampai di lapangan ternyata
sudah ramai. “Ramai sekali pulang aja males nih kalau ramai.” ajakku padanya. “Ah! Dasarnya
kamu aja males ngajak pulang!”, “Kita ikut main saja dengan orang-orang disini.” paksanya.
“Males ah! Kamu aja sana aku tunggu disini nanti aku nyusul.” jawabku malas. “Terserah kamu
aja deh.” jawabnya sambil berlari kearah orang-orang yang sedang bermain basket.“Ano!”
seseorang teriak memanggil namaku. Aku langsung mencari siapa yang memanggilku.

Tiba-tiba seorang gadis menghampiriku dengan tersenyum manis. Sepertinya aku


mengenalnya. Setelah dia mendekat aku baru ingat. “Bella?” tanya dalam hati penuh keheranan.
Bella adalah teman satu SD denganku dulu, kami sudah tidak pernah bertemu lagi sejak kami
lulus 3 tahun lalu. Bukan hanya itu Bella juga pindah ke Bandung ikut orang tuanya yang bekerja
disana. “Hai masih ingat aku nggak?” tanyanya padaku. “Bella kan?” tanyaku padanya. “Yupz!”
jawabnya sambil tersenyum padaku. Setelah kami ngobrol tentang kabarnya aku pun memanggil
Ivan. “Van! Sini” panggilku pada Ivan yang sedang asyik bermain basket. “Apa lagi?” tanyanya
padaku dengan malas. “Ada yang dateng” jawabku. “Siapa?”tanyanya lagi, “Bella!” jawabku
dengan sedikit teriak karena di lapangan sangat berisik. “Siapa? Nggak kedengeran!”. “Sini dulu
aja pasti kamu seneng!”. Akhirnya Ivan pun datang menghampiri aku dan Bella.Dengan heran ia
melihat kearah kami. Ketika ia sampai dia heran melihat Bella yang tiba-tiba menyapanya.
“Bela?” tanyanya sedikit kaget melihat Bella yang sedikit berubah. “Kenapa kok tumben ke
Jogja? Kangen ya sama aku?” tanya Ivan pada Bela. “Ye GR! Dia tu kesini mau ketemu aku”
jawabku sambil menatap wajah Bela yang sudah berbeda dari 3 tahun lalu. “Bukan aku kesini
mau jenguk nenekku.” jawabnya. “Yah nggak kangen dong sama kita.” tanya Ivan sedikit lemas.
“Ya kangen dong kalian kan sahabat ku.” jawabnya dengan senyumnya yang manis.Akhinya
Bella mengajak kami kerumah neneknya. Kami berdua langsung setuju dengan ajakan Bela.

Ketika kami sampai di rumah Bela ada seorang anak laki-laki yang kira-kira masih
berumur 4 tahun. “Bell, ini siapa?” tanyaku kepadanya. “Kamu lupa ya ini kan Dafa! Adikku.”
jawabnya. “Oh iya aku lupa! Sekarang udah besar ya.”. “Dasar pikun!” ejek Ivan padaku.
“Emangnya kamu inget tadi?” tanyaku pada Ivan. “Nggak sih!”  jawabnya malu. “Ye sama aja!”.
“Biarin aja!”. “Udah-udah jangan pada ribut terus.” Bella keluar dari rumah membawa minuman.
“Eh nanti sore kalian mau nganterin aku ke mall nggak?”  tanyanya pada kami berdua. “Kalau
aku jelas mau dong! Kalau Ivan tau!” jawabku tanpa pikir panjang. “Ye kalau buat Bella aja
langsung mau, tapi kalau aku yang ajak susah banget.” ejek Ivan padaku. “Maaf banget Bell, aku
nggak bisa aku ada latihan nge-band.”  jawabnya kepada Bella. “Oh gitu ya! Ya udah no nanti
kamu kerumahku jam 4 sore ya!” kata Bella padaku. “Ok deh!” jawabku cepat.Saat yang aku
tunggu udah dateng, setelah dandan biar bikin Bella terkesan dan pamit keorang tuaku aku
langsung berangkat ke rumah nenek Bella. Sampai dirumah Bella aku mengetuk pintu dan
mengucap salam ibu Bella pun keluar dan mempersilahkan aku masuk. “Eh ano sini masuk dulu!
Bellanya baru siap-siap.” kata beliau ramah. “Iya tante!” jawabku sambil masuk kedalam rumah.
Ibu Bella tante Vivi memang sudah kenal padaku karena aku memang sering main kerumah
Bella. “Bella ini Ano udah dateng” panggil tante Vivi kepada Bella. “Iya ma bentar lagi” teriak
Bella dari kamarnya.
Setelah selesai siap-siap Bella keluar dari kamar, aku terpesona melihatnya. “Udah siap
ayo berangkat!” ajaknya padaku.Setelah pamit untuk pergi aku dan Bella pun langsung
berangkat. Dari tadi pandanganku tak pernah lepas dari Bella. “Ano kenapa? Kok dari tadi
ngeliatin aku terus ada yang aneh?” tanyanya kepadaku. “Eh nggak apa-apa kok!”  jawabku
kaget.Kami pun sampai di tempat tujuan. Kami naik ke lantai atas untuk mencari barang-barang
yang diperlukan Bella. Setelah selesai mencari-cari barang yang diperlukan Bella kami pun
memtuskan untuk langsung pulang kerumah. Sampai dirumah Bella aku disuruh mampir oleh
tante Vivi. “Ayo Ano mampir dulu pasti capek kan?” ajak tante Vivi padaku. “Ya tante.”
jawabku pada tante Vivi.Setelah waktu kurasa sudah malam aku meminta ijin pulang. Sampai
dirumah aku langsung masuk kekamar untuk ganti baju. Setelah aku ganti baju aku makan
malam. “Kemana aja tadi sama Bella?” tanya ibuku padaku. “Dari jalan-jalan!” jawabku sambil
melanjutkan makan. Selesai makan aku langsung menuju kekamar untuk tidur. Tetapi aku terus
memikirkan Bella. Kayanya aku suka deh sama Bella. “Nggak! Nggak boleh aku masih kelas 3
SMP, aku masih harus belajar.” bisikku dalam hati.Satu minggu berlalu, aku masih tetap
kepikiran Bella terus. Akhirnya sore harinya Bella harus kembali ke Bandung lagi. Aku dan Ivan
datang kerumah Bella. Akhirnya keluarga Bella siap untuk berangkat. Pada saat itu aku
mengatakan kalau aku suka pada Bella.“Bella aku suka kamu! Kamu mau nggak kamu jadi
pacarku” kataku gugup.“Maaf ano aku nggak bisa kita masih kecil!” jawabnya padaku. “Kita
lebih baik Sahabatan kaya dulu lagi aja!”Aku memberinya hadiah kenang-kenangan untuknya
sebuah kalung. Dan akhirnya Bella dan keluarganya berangkat ke Bandung. Walaupun sedikit
kecewa aku tetap merasa beruntung memiliki sahabat seperti Bella. Aku berharap persahabatan
kami terus berjalan hingga nanti.
NAMA : FITRI ZULYANA
KELAS : XI IPA I
TUGAS : B.INDONESIA
Satu persahabatan dalam hidupku
Aku sedang berjalan kearah luar gang rumahku menuju sekolah. Tetapi sebelum aku
berangkat sekolah, aku harus menunggu Dina yang sedang menuju kearah depan gangku. Kulihat
kedepan sana tetapi tidak seorangpun tampak, ketika aku sedang menunggu Dina, aku melihat
dua orang teman sekelasku berjalan kearahku. Ya… itu Lila dan Uswah. “ Hey Nad… kamu kaq
belum berangkat sekolah seh?!! “ Tanya Lila kepadaku.“ owh iya neh aku sedang menunggu
Dina. “ Jawabku.“ ohh kamu sedang menunggu Dina, tapi Nad 10 menit lagi sekolah masuk tau!!
Kamu ga takut telat??? “ Tanya Uswah kepadaku.“ ya udah kalau geto kita berangkat sekolah
bareng ya?!! “ pintaku kepada Lila dan Uswah. Merekapun mengiyakan ajakanku dan segera
melangkahkan kaki untuk menaiki angkutan umum yang akan mengantarkan kami kesekolah. 

NADIAAA…!!! “ teriak Dina sambil melangkahkan kaki dengan cepat kearahku.“ Eh…
Dina?!! ““ Eh… Dina, Eh… Dina lagi, kamu koq ninggalin aku seh Nad??? Tadi tuh aku
kerumahmu tapi kata kakakmu, kamu baru aja berangkat!!! ““ Mmm…Sorry deh, abis kamu
lama seh “.“ iiihh… kan udah aku bilang tunggu sampai aku datang?!! ““ iya…iya…sorry, udah
donk jangan marah marah terus, kaya nenek – nenek aja!!! “.“ enak aja! Kamu tuh yang kaya
nenek – nenek!!! “ jawab Dina dengan tampang kesalnya. Melihat Dina mau marah-marah lagi,
akupun berlari meninggalkan Dina menuju kelas dan duduk ditempatku, Dinapun berteriak –
teriak sambil berlari-lari kecil kearahku dan melanjutkan ocehan – ocehan yang tadi
tertunda.           Aku dan Dina bersahabat sejak duduk disekolah menengah pertama kelas 1
hingga duduk disekolah menengah kejuruan kelas 2. Orang tuaku sangat akrab dengan Dina,
begitupun sebaliknya. Sudah seperti saudaraku sendiri.

Lila… Uswah… “ panggilku. “ ya Nad, ada apa?!! “ jawab Lila.“ nanti pulang bareng
ya!!! “. “ oh itu, liat nanti aja ya!!! “ jawab Lila.“ oce dehh, Mmm… tapi besok berangkat bareng
lagi ya??? Aku tunggu kalian berdua di tempat tadi, oce?!! “. “ oceee…!!! “ jawab mereka
berdua dengan kompak. Semenjak kami sering pulang dan berangkat sekolah bersama, kami
menjadi semakin akrab. Tidak hanya pulang dan berangkat sekolah saja kami bersama tetapi
kemanapun dan acarapun kami selalu terlihat bersama. Dan sejak saat itulah satu persahabatan
dalam hidupku tersulam kembali.

koq Lila, Dina dan Uswah agak beda ya?? Apa mereka sedang ngerjain aku ya?!! “ aku
duduk termenung dikelas yang masih kosong. “ Mmm… mungkin hanya perasaan aku saja kale
ya?!! “ ujarku dalam hati. Aku merasa beberapa hari ini Lila, Dina dan Uswah agak cuek
kepadaku. Mungkin karena sebentar lagi hari ulang tahunku. Padahal aku merasa karena mereka
cuek kepadaku. “ Eh Nad… bengong aja kamu!!! “ ujar Uswah membuyarkan lamunanku. “ ah
nggak koq!!! ““ oya Nad, besokhari minggu teman – teman sekelas ngajakinkita lari pagi bareng.
Kamu ikut kan? “ Tanya Dina.  “ gat au deh, lihat besok aja ya?!! MALEEZZ tau, masa liburan
gene masih keluar juga…! Acara kelas lagee!!! ““ Nad pokoknya kamu harus ikut, kalau ga ikut
dapet hukuman loh. “ Ujar Lila menakutiku. “ Memangnya anak SD… masih ada hukuman,
udah pokoknya lihat bezok aja deh, ya.. ya..!!! “.“ YOII !!! “ jawab Uswah dengan singkat. Aku
sudah menduga pazti mereka merencanakan sesuatu untukku esok hari. Aku merasa sangat
penasaran dan agak sedikit takut.  “ Aduh aku dating nggak ya besok??? Pasti mereka belez
dendam deh ke aku karena kemarin yang nerjain mereka adalah aku!!! “ ucapku dalam hati.“
udah deh lihat besok aja…! Kalau aku dijemput ya aku pergi, tapi kalau aku ga dijemput ya aku
nggak pergi!!! “ kataku dalam hati lagi dengan memejamkan mata untuk tidur walaupun dengan
sedikit perasaan gelisah.
     Tik…Tok…Tik…Tok…, tepat jam 12 malam tiba – tiba aku terbangun karena mendengar
suara telepon berdering. Akupun dengan segera mengangkatnya. “ Hallo… “ sapaku.Tak ada
jawaban dari seberang.“ Hallooo… “ aku menyapa sekali lagi.Masih tidak ada jawaban jawaban
juga.  “ HAPPY BIRTHDAY TO U HAPPY BIRTHDAY TO U HAPPY BIRTHDAY HAPPY
BIRTHDAY, HAPPY BIRTHDAY NADIA…!!! Terdengar nyanyian dari seseorang di seberang
sana.“thanks ya!!! “ aku terharu.“ Met ultah Nadia! Ketujuh belas ya? Semoga kamu tambah
dewasa, tambah cantik dan tambah gokil!!! “ ujar Isti.“ Paztee..!! ““ Nad sorry neh aku ga bias
telepon kamu lama – lama soalnya aku ngantuk! Kamu met tidur ya Nad, sorry ganggu, bye
Nadia…!!! ““ Bye!!! “ Isti adalah kakak kelas disekolahku. Dia sangat baik kepadaku tetapi
sejak ia lulus aku jarang sekali bertemu dengan sia mungkin bias dibilang tidak pernah lagi.
Ya… mungkin dia sibuk dengan kegiatan barunya.

iiihh.. Alarm berisik banged seh!!! Kan masih ngantuk?!! “ gerutuku. Akupun segera
bangun dan beranjak merapikan diri. Walaupun berat dan malas sekali rasanya tetapi pagi ini aku
harus pergi karena sudah mempunyai janji untuk lari pagi bersama teman sekelasku. Walaupun
aku tahu kalu hari ini mereka sudah mempunyai rencana untuk mengerjaiku. “
Assalamu’alaikum…!!! ““Wa’alaikumsalam… “ jawabku sambil membukakan pintu.“ Hey
Nad?!! ““ Hey! ““ Gimana udah siap belum? Teman – teman udah nunggu kamu tuh!! ““ Iya..
Iya.. sabar donk!!! “ kataku sambil melangkahkan kakiku kearah timur. Ternyata teman – teman
sekelasku tidak dating semua pagi ini dan ternyata dugaanku tentang semua itu salah,
merekatidak mengerjaiku. Aku merasa sangat senang.“ Upss.. tapi tunggu sebentar, sebuah telur
mendarat dengan tepat diatas kepalaku!!! “. Akupun berteriak dan mengejar-ngejar Uswah dan
teman yang lainnya. Merekapun semua berlari menjauhiku.

" Assalamua’laikum…!!! Uswah… Uswah… “ Ucapkku setelah sampai didepan pintu


rumahnya.“ Wa’alaikumsalam… ohh… Nadia, ayo masuk dulu Nad!!! “. Uswah
mempersilahkan aku masuk kedalam rumahnya. “ Tunggu sebentar ya nad, aku mau siap – siap
dulu, nanti bila Lila dan Dina datang kita bias langsung berangkat kesekolah..! ““ iya.., tapi
jangan pake lama, nanti aku jamuran lagi?!! “ jawabku sambil tersenyum kecil. Tidak lama
setelah Uswah berseragam sekolah rapi, Lila dan Dinapun datang. Aku dan Uswah segera keluar
rumah dan memakai sepatu dengan cepat. “ yoo.. kita berangkat “ ucap Uswah setelah kami
berpamitan dengan orang tuanya. Lalu kami bertiga menganggukan kepala dengan serempak
sambil tertawa.

Diperjalanan menuju sekolah, seperti biasa kami berempat bercerita dan bercanda tanpa
merasakan teriknya matahari yang menyengat tubuh, karena kami terlalu asyik dengan candaan
konyol Uswah yang membuat perut kami terasa sakit. Alangkah senangnya kami setiap hari
seperti ini, selalu bersama – sama. Ketika angkutan umum yang kami tumpangi sudah
mengantarkan sampai tujuan dan pergi berlalu. Tiba – tiba Lila berbicara dengan kerasnya dan
membuat aku, Dina dan Uswah kaget. “ HEYY!!! Udah jam12.30 loh!!! “ Lila berusaha
memberi tahu bahwa kami sudah terlambat masuk sekolah. Kami berlari – lari saling
mendahului, sambil tertawa dan berbicara,“ tungguin donk, jangan cepet – cepet?!! “. Huh…
lelahnya kami setelah berlari-larian. Kami berjalan perlahan menuju kelas dan sampailah didepan
pintu kelas, lalu mengetuk pintu dan membuka dengan mengucapkan salam, lalu mencium
tangan guru yang memang sudah duduk lebih awal sebelum kami datang.

Kami mengawali hari dengan terlambat masuk sekolah yang memang bias di bilang
ritinitas kami setiap harinya. Dan sekarang waktunya kami memandangi papan tulis yang penuh
dengan huruf dan berbaris membuat shaf dan banjar. 1 jam, 2 jam, 3 jam, begitu bosannya kami
belajar, hingga akhirnya bel istirahatpun berbunyi. “ Akhirnya istirahat juga…!!! “. Kataku
dalam hati.“ Nad, La, Din keluar yoo, Laperr nehh!!! “ ajak Uswah. Kamipun berdiri lalu
berjalan keluar kelas menuju tempat yang bisa menghilangkan rasa lapar dan haus. “ Makan…
Makan…!!! Kita mau makan apa neh??? “ Tanya Uswah dengan bawelnya dan ketidak sabaran
dia menunggu jawaban kami.“ Terserah deh “ ucap Dina dengan singkatnya.Tanpa menunggu
jawaban dari aku dan Lila, Uswah pun mengambil bakwan dan memasukkannya kedalam mulut,
lalu dilanjutkan Lila, aku dan Dina. Setelah selesai makan, kamipun beranjak menuju masjid
untuk melaksanakan shalat ashar.

Waktu istirahatpun berakhir. Kami berempat memasuki kelas yang memang sudah ramai
dengan teman – teman sekelas kami. Melanjutkan pelajaran yang tertunda. Iseng – iseng saat
guru menjelaskan, aku menjaili Uswah dengan mengikat ujung jilbabnya. Teman – teman yang
berada dibelakangku  tertawa – tawa dan berkata “ Dasar Jail?!! “. Aku hanya senyum – senyum
kecil saja karena takut Uswah menyadarinya. Bel pulang berbunyi, waktu kami pulang. Menaiki
angkutan umum bersama, lalu berpisah ditengah perjalanan. “ aku duluan ya…!, Bye…bye….!!!
“ ucapku sambil melambaikan tangan kepada Lila, Dina dan Uswah.

Selama ini kami selalu bersama, baik susah maupun senang kami lewati bersama dan
kami bersahabat cukup lamanya. Tetapi kenapa sudah beberapa hari ini, aku merasa
persahabatan kami agak merenggang. Aku bersama dengan Lila sedangkan Uswah bersama
dengan Dina. Aku merasa ada pembatas antara kami. Kepercayaan sedikit hilang. Banyak hal
yang aku dan Lila sembunyikan ataupun sebaliknya Uswah dan Dina. Aku merasa cukup
kehilangan dan sedih. “ Ada apa dengan persahabatan kami saat ini?? “ tanyaku dalam hati.“ apa
penyebab ini semua, apakah bisa kami seperti dulu lagi, bercanda tawa dengan lepasnya tanpa
adanya pembatas antara kami? “ sekali lagi aku bertanya pada diriku, tetapi sampai saat ini aku
belum mendapatkan jawabannya.

Kupandangi foto dalam bingkai, foto kami berempat. Aku, Lila, Dina dan Uswah.
Sungguh satu persahabatan dalam hidupku yang begitu indah dan mengasyikan. Satu hal yang
kusesali saat ini, “ mengapa aku harus egois dan diam saat melihat persahabatan ini hancur??! “
sesalku dalam hati. Perjalanan hidup memang panjang. Membawa pertemuan dan perpisahan.
Hari ini aku bertemu, besok aku berpisah. Namun seiring waktu berjalan kita tetap harus
menjalani hidup ini dan memikirkan tujuan masa depan kita. Walaupun persahabatan ini bukan
yang pertama bagiku, tetapi satu persahabatan inilah yang dapat membuat hari – hari dalam
hidupku menjadi lebih bermakna. 
NAMA : FITRI ZULYANA
KELAS : XI IPA I
TUGAS : B.INDONESIA
Untuk sahabat
 Ketika dunia terang, alangkah semakin indah jikalau ada sahabat disisi. Kala langit
mendung, begitu tenangnya jika ada sahabat menemani. Saat semua terasa sepi, begitu
senangnya jika ada sahabat disampingku. Sahabat. Sahabat. Dan sahabat. Ya, itulah kira-kira
sedikit tentang diriku yang begitu merindukan kehadiran seorang sahabat. Aku memang seorang
yang sangat fanatik pada persahabatan. Namun, sekian lama pengembaraanku mencari sahabat,
tak jua ia kutemukan. Sampai sekarang, saat ku telah hampir lulus dari sekolahku. Sekolah
berasrama, kupikir itu akan memudahkanku mencari sahabat. Tapi kenyataan dengan harapanku
tak sejalan. Beragam orang disini belum juga bisa kujadikan sahabat. Tiga tahun berlalu, yang
kudapat hanya kekecewaan dalam menjalin sebuah persahabatan. Memang tak ada yang abadi di
dunia ini. Tapi paling tidak, kuharap dalam tiga tahun yang kuhabiskan di sekolahku ini, aku
mendapatkan sahabat. Nyatanya, orang yang kuanggap sahabat, justru meninggalkanku kala ku
membutuhkannya.   “May, nelpon yuk. Wartel buka tuh,” ujar seorang teman yang hampir
kuanggap sahabat, Riea pada ‘sahabat’ku yang lain saat kami di perpustakaan. “Yuk, yuk, yuk!”
balas Maya, ‘sahabatku’. Tanpa mengajakku   Kugaris bawahi, dia tak mengajakku. Langsung
pergi dengan tanpa ada basa-basi sedikitpun. Padahal hari-hari kami di asrama sering dihabiskan
bersama. Huh, apalagi yang bisa kulakukan. Aku melangkah keluar dari perpustakaan dengan
menahan tangis begitu dasyat. Aku begitu lelah menghadapi kesendirianku yang tak kunjung
membaik. Aku selalu merasa tak punya teman. “Vy, gue numpang ya, ke  kasur lo,” ujarku pada
seorang yang lagi-lagi kuanggap sahabat. Silvy membiarkanku berbaring di kasurnya. Aku
menutup wajahku dengan bantal. Tangis yang selama ini kutahan akhirnya pecah juga. Tak lagi
terbendung. Sesak di dadaku tak lagi tertahan. Mengapa mereka tak juga sadar aku butuh teman.
Aku takut merasa sendiri. Sendiri dalam sepi begitu mengerikan. Apa kurangku sehingga orang
yang kuanggap sahabat selalu pergi meninggalkanku. Aku tak bisa mengerti semua ini. Begitu
banyak pengorbanan yang kulakukan untuk sahabat-sahabatku, tapi  lagi-lagi mereka
‘menjauhiku”. “Faiy, lo kenapa sih ? kok nangis tiba-tiba,” tanya Silvy padaku begitu aku
menyelesaikan tangisku. “Ngga papa, Vy,” aku mencoba tersenyum. Senyuman yang sungguh
lirih jika kumaknai. “Faiy, tau nggak ? tadi gue ketemu loh sama dia,” ujar Silvy malu-malu. Dia
pasti ingin bercerita tentang lelaki yang dia sukai. Aku tak begitu berharap banyak padanya
untuk menjadi sahabatku. Kurasa semua sama. Tak ada yang setia. Kadang aku merasa hanya
dimanfaatkan oleh ‘sahabat-sahabatku’ itu. Kala dibutuhkan, aku didekati. Begitu masalah
mereka selesai, aku dicampakkan kembali. “Faiy, kenapa ya, Lara malah jadi jauh sama gue.
Padahal gue deket banget sama dia. Dia yamg dulu paling ngerti gue. Sahabat gue,” Silvy curhat
padaku tentang Lara yang begitu dekat dengannya, dulu.   Sekarang ia lebih sering cerita padaku.
Entah mengapa mereka jadi menjauh begitu. “Yah, Vy. Jangan merasa sendirian gitu dong,”
balasku tersenyum. Aku menerawang,” Kalau lo sadar, Vy, Allah kan selalu bersama kita. Kita
ngga pernah sendirian. Dia selalu menemani kita. Kalau kita masih merasa sendiri juga, berarti
jelas kita ngga ingat Dia,” kata-kata itu begitu saja mengalir dari bibirku. Sesaat aku tersadar.
Kata-kata itu juga tepat untukku. Oh, Allah, maafkanku selama ini melupakanmu. Padahal Dia
selalu bersamaku. Tetapi aku masih sering merasa sendiri. Sedangkan Allah setia bersama kita
sepanjang waktu. Bodohnya aku. Aku ngga pernah hidup sendiri. Ada Allah yang selalu
menemaniku. Dan seharusnya aku sadar, dua malaikat bahkan selalu di sisiku. Tak pernah absen
menjagaku. Kenapa selama ini aku tak menyadarinya? Dia akan selalu mendengarkan
‘curhatanku’. Dijamin aman. Malah mendapat solusi.   Silvy tiba-tiba memelukku. “Sorry
banget, Faiy. Seharusnya gue sadar. Selama ini tuh lo yang selalu nemenin gue, dengerin
curhatan gue, ngga pernah bete sama gue. Dan lo bisa ngingetin gue ke Dia. Lo shabat gue.
Kenapa gue baru sadar sekarang, saat kita sebentar lagi berpisah…” Silvy tak kuasa menahan
tangisnya.   Aku merasakan kehampaan sejenak. Air mataku juga ikut meledak. Akhirnya,
setelah aku sadar bahwa aku ngga pernah sendiri dan ingat lagi padaNya, tak perlu aku yang
mengatakan ‘ingin menjadi sahabat’ pada seseorang. Bahkan malah orang lain yang
membutuhkan kita sebagai sahabatnya.   Aku melepaskan pelukan kami. “ Makasih ya, Vy. Ngga
papa koki kita pisah. Emang kalau pisah, persahabatan bakal putus. Kalau putus, itu bukan
persahabatan,” kataku tersenyum. Menyeka sisa-sisa air mataku. Kami tersenyum bersama.
Persahabatan yang indah, semoga persahabatan kami diridoi Allah. Sahabat itu, terkadang tak
perlu kita cari. Dia yang akan menghampiri kita dengan sendirinya. Kita hanya perlu berbuat
baik pada siapapun. Dan yang terpenting, jangan sampai kita melupakan Allah. Jangan merasa
sepi. La takhof, wala tahzan, innallaha ma’ana..Dia tak pernah meninggalkan kita. Maka jangan
pula tinggalkannya. 

You might also like