You are on page 1of 363

Bhagavadgitha Bebel

BAB 2

I. PERCAKAPAN PERTAMA
ARJUNA VISHADA YOGA

Suatu persiapan perang yang gemuruh dimedan kurusetra


terlukiskan dalam bab ini dimana kaurawa dan pandawa dua
pihak bersaudara sepupu tetapi berlawan siap untuk bertempur,
kedua belah pihak memiliki pahlawan-pahlawan yang perkasa
dan perlengkapan senjata yang hebat.

Arjuna mengadakan inspeksi pasukan balatentaranya bersama-


sama Krisna, pengemudi keretanya yang juga menjadi Guru
spiritualnya. Tiba-tiba arjuna merasa dikejutkan oleh bayangan
akan kemusnahan bangsa barata, bangsanya dan nenek
moyangnya sendiri.

Badannya terasa gemetar, pikirannya kacau balau dan ngeri


membayangkan kehancuran materi, moral dan kehidupan sprituil
yang diakibatkan oleh peperangan ini. Arjuna tidak hendak
bertempur membunuh sanak keluarganya yang ada dipihak
keluarganya, bukan karena merasa takut melainkan karena rasa
duka dan berdosa. Ia dihadapkan pada suatu dilema, antara
kesedihan dan kebimbangan

I. Percakapan Pertama

Dhritarashtra uvacha :

(1)Dharmakshetre kurukshetre

Samaveta yuyutsavah
Mamakah paadavasah chai va
Kim akurvata samjaya

Dritarastra berkata:
Di medan bakti dipadang kuruksetra
Siap bertempur, putra-putraku dan putra-putra pandu
Apakah yang akan mereka lakukan
Wahai sanjaya, ceritakanlah padaku

Kurusetra adalah daerah yang luas, pada jaman dahulu kala


menjadi tanah tumpah suatu bangsa yang disebut kuru, dengan
ibukotanya yang bernama hastinapura. Bangsa kuru ini adalah
nenek moyang kaurawa dan pandawa. Sesungguhnya arti
perkataan kshetra adalah sebuah medan pertempuran dan juga

1
Bhagavadgitha Bebel

tempat suci, tempat pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.


Karenanya ia ia disebut dharma khestra.

Sebenarnya perkataan kaurawa berarti putera-putera keturunan


kuru, sedangkan pandawa berarti putera-putera keturunan
pandu. Kuru adalah nenek moyang kaurawa maupun pandawa.
Tetapi namun demikian, dengan perkataan "kaurawa" adalah
dimaksudkan anak-naka dritarastra, sedangkan pandawa adalah
anak-anak pandu. Dritarastra adalah dua orang bersaudara
kakak-beradik. Dritarastra yang lebih tua dan pandu adalah yang
lebih muda. Mereka putera-putera Maharaja Wicitrawirya dan
cucu-cucu Baginda Maharaja Santanu.

Dritarastra mempunyai anak sebanyak seratus orang. Yang


tersulung adalah Duryodana. Keseratus orang anak ini disebut
kaurawa. Pandu hanya mempunyai lima orang anak, dan
kelimanya ini disebut pandawa (mereka ini adalah : Yudistira,
Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa). Dari lima orang anak pandu
ini Arjunalah yang merupakan putera yang paling istimewa dan
karena ia dipanggil pula dengan nama-nama julukan seperti
kurunandana (yang berarti untuk keturan bangsa kuru),
Kuntipura (berarti anak kunti dewi), Mahabahu (berarti yang
bersenjata perkasa) dan sebagainya.

Padang kurustra ini juga diibaratkan sebagai tubuh manusia,


atau lebih dalam lagi : hidup manusia, dimana sifat-sifat buruk
dan baik selalu mengadakan konflik atau pertempuran. Memang
hidup adalah pertempuran, pertempuran antara kebaikkan dan
kebajikkan melawan keburukkan dan kejaliman. Dalam
hubungan ini kaurawa dikedepankan sebagai pihak yang buruk
dan yang salah, sedangkan pandawa dipandang sebagai pihak
yang baik dan yang benar. Itulah sebabnya kurukshetra disebut
pula Dharmakshetra yaitu suatu tempat dimana kebenaran dan
kebajikkan atau darma yang langgeng itu harus dipertaruhkan
sebagai suatu perjuangan mental dan spiritual yang suci.

Sanjaya adalah pengemudi kereta kencana Drritarastra yang


buta. Disamping sebagai pengemudi kereta. Sanjaya juga
berfungsi sebagai mentri penasehat pribadi Dritarastra dan juga
juru bicara serta reporter pandangan mata dari pertempuran-
pertempuran dalam peperengan besar mahabharata. Ia juga
selalu hadir dalam peristiwa-peristiwa kenegaraan untuk
mendampingi Maharaja.

Dritarastra.

Samjaya uvacha :

2
Bhagavadgitha Bebel

(2) drishtva tu pandavanikam, vyudham duryodhanas tada


acharyam upasamgamya
raja vachanaum abravit
Sanjaya menjawab :

Setelah melihat pasukkan Pandawa


Siap bertempur dimedan laga
Raja Duryoddana mendekati gurunya
Guru besar Drona seraya berkata

Maharaja Dritarastra yang buta yang digambarkan sebagai orang


buta dengan kebenaran. Berhubung ia ada dalam keadaan tidak
bisa melihat sama sekali, maka ia tidak bisa memerintah sebagai
raja. Sebab itu kerajaan diperintahkan oleh Duryodana selam
kelima putera-putera pandu berada dalam pengasingan, yang
kemudian kembali setelah tiga belas tahun dalam pembuangan
untuk memenuhi panggilan ketetapan perjanjian yang telah
dimufakati. Tetapi raja Duryodana menolak untuk membagi
kerajaan menyerahkan kekuasaannya kepada putera-putera
pandu sesuai dengan perjanjian tersebut diatas. Dan penolakan
Duryodana inilah yang menimbulkan peperangan besar
Mahabharata.

Duryodhana :

(3) pasyai tam panduputranam,acharya maha mahatim chamum


vyudham drupadaputrena
tava sishena dhimata
Duryodana :

Saksikanlah guruku
Betapa kuat pasukkan putra-putra pandu
Dipimpin putra maharaja Drupada
Murid guruku sendiri yang bijaksana

Sesungguhnya Duryodana juga dilukiskan sebagai orang yang


mempuyai watak kaku, keras kepala, angkuh dan licik. Namun
demikian ia juga berwatak berani, pandai dan murah hati.

Gurubesar Drona adalah seorang Brahmana, selain menjadi


pendeta juga memiliki keahlian dalam ilmu peperangan dan lat
persenjataan berbagai jenis. Ia adalah guru bagi kedua belah
pihak, baik kaurawa maupun pandawa, dan juga putera-putera
mahkota raja negeri lainnya. Ia telah mendidik dan mengajarkan
mereka ilmu peperangan. Lebih-lebih siasat pertempuran frontal.
Selain Guru Besar Drona, ada dua orang lagi yang
dianggap/dipandang guru dalam soal-soal kenegaraan dan

3
Bhagavadgitha Bebel

spiritual dipihak kaurawa yaitu Bisama dan Kripa, sedangkan


dipihak pandawa ada seorang yaitu Krisna.

Perkataan acharya sebetulnya berarti guru yang mengetahui dan


faham benar-benar akan arti ajaran-ajaran yang tercantum
dalam kitab-kitab suci.Demikianlah Drona,Bisma dan Kripa
disebut pula acharya.Putera maharaja drupada adalah
Dristadiumna. Ia merupakan musuh yang terpandai akan
pertempuran panah-memanah melawan balatentara kaurawa. Ia
adalah bekas murid Gurubesar Drona yang memihak kaurawa.
Dristadiumma menjadi Panglima Tertinggi Angkatan Perang
Pandawa, dan oleh karenanya menjadi musuh bekas Gurunya.
Guru Besar Drona. Ia juga adalah ipar pandawa, sebab adiknya
Drupadi menjadi istri mereka.

(3)atra sura maheshvasa

bhimaarjunasama yudhi
yuyudhano viratas cha
drupadas cha maharathah
artinya :

disana pula pahlawan panah jaya


sebanding dengan Bima dan Arjuna
yuyudana, Wirata dan Drupada
semuanya perwira perkasa

Wirata adalah seorang raja dari negeri Matsia yang pernah


memberi perlindungan kepada pandawa sewaktu mereka hidup
secara incognito dinegeri tersebut selama satu tahun. Kemudian
ia menjadi sekutu terpercaya dari pandawa. Yuydana adalah
pahlawan berasal dari bangsa Yadawa yang bertempur dipihak
pandawa. Ia juga dikenal dengan nama satiaki.

Perkataan maharatha sebetulnya berarti ahli kereta besar.


Kemudian perkataan ini dipergunakan sebagai suatu titel.Yang
tinggi untuk menghormati seseorang militer perkasa yang
sanggup menundukkan beribu-ribu orang musuh.

(4)srishtaketus chekitanah

kasirajas cha viryavan


purujit kuntibhojas cha
saibyas cha narapunigavah

4
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

juga Dristaketu, Cekitana


dan raja negeri kasi yang perkasa
purujit serta kuntiboja
dan Saibia banteng jantan dari manusia.

Selain dari mereka yang disebut namanya diatas, pahlawab-


pahlawan perkasa yang berada dipihak pandawa adalah antara
lain Dristaketu raja dari negeri cedi, cekita perwira tinggi dalam
balatentara pandawa, Purujit dan kuntiboja adalah dua
bersaudara yang pernah membesarkan Kunti Devi, ibu dari
Pandawa, saibia adalah raja dari negeri sibi.

(6) yudhamayus cha virkranta, uttamaujas cha viryavan


saubhadro draupadeyas cha

sarva eva maharathah


artinya :

juga yudamaniu yang kekar


Uttamauja yang gagah berani
Putra-putra Subadradevi dan Draupadi
Semua pahlawan besar

Yudamaniu dan uttamauja adalah orang-orang ksatria yang


menggabungkan diri dengan Pandawa. Yang dimaksudkan
dengan putra Subadradevi adalah abimaniu dari perkawinannya
dengan arjuna, sedangkan putera-putera draupadi adalah lima
orang yaitu: Pratiwindia, Srutasoma, Srutakirti, Santika dan
Srutakarma, masing-masing dari Yudistira, Bima, Bima, Arjuna,
Nakula dan Sahadewa.

(7) asmakam tu visihta ye, tan nibodha dvijottama


nayaka mama sainyasya
samjnartham tan bravimi te
artinya :

selanjutnya ketahuilah, wahai gurunda,


pendita paling bijaksana,
perwira-perwira tinggi dalam pasukkan kita
demi untukmu kusebutkan nama mereka :

Setelah Duryodana menyebutkan nama-nama pahlawan yang


ada dipihak Pandawa, ia lalu menyebutkan nama-nama mereka

5
Bhagavadgitha Bebel

yang berpihak kepada kaurawa kepada Drona untuk dapat


diingat dan dikenal. Agaknya dalam ucapan ini Duryodana
bermaksud agar Drona sebagai seorang Brahmana yang
sesungguhnya hanya cinta perdamaian, yakin akan kekuatan
balatentara Kaurawa, tidak takut kepada Pandawa dan iklas
bertempur kepada mereka.

Perkataan dvijottama berarti lahir dua kali, dan yang


dimaksudkan ini adalah kasta Brahmana atau kasta pendita.
Sebab, golongan Brahmana dipandang sebagai orang yang
dilahirkan dua kali pertama kali, kedalam dunia materil. dan
kedua kalinya, kedalam dunia spirituil.

(8) Bhavan bhishmas cha karnas cha. Kripas cha samitimjayah


Asvatthama vikarnas cha
Saumadattis tathai va cha
artinya :

Pertama engkau guruku, kemudian bisma,


Karna dan kripa, semuanya telah jaya
Dan Aswattama dan Wikarna
Dan Somadattaputra juga

Bisma adalah pandita pahlawan tua, yang membesarkan


Dritarastra dan Pandu ketika mereka masih bocah-bocah. Ia
seorang brahmacarin (tidak kawin seluruh hidupnya). Akhir tafsir
kitab-kitab suci dan disegani oleh kedua belah pihak, baik
Kaurawa maupun Pandawa. Karna adalah putera Batara Surya
(Dewa Matahari) dengan Kuntidevi ketika ia masih gadis,
sebelum menjadi istri Pandu. Karna dilukiskan sebagai seorang
pahlawan yang tidak mudah ditundukkan, ahli perang dan
memiliki senjata sakti hadiah dari ayahnya, Barata Surya, Kripa
adalah iapar Drona yang kawin dengan saudaranya, Kripidewi.
Aswattama adalah putera Drona dan Wikarna adalah seorang
dari 99 orang saudaranya Duryodana yang berbudi pekerti baik,
jujur dan gagah berani. Somadattaputra adalah putera Raja
Somadatta dari negeri bahika.

(9) anye caha bahavah sura, madarthe praharanah


nanasastra praharanah
sarve yuddhavisaradah
artinya :

banyak lagi pahlawan perwira


bagiku, mempertaruhkan jiwa mereka
bersenjata lengkap aneka warna
semua, ahli tempur dimedan laga

6
Bhagavadgitha Bebel

perkataan tyaktajivitah berarti bersedia mengorbankan jiwaraga.


Dengan perkataan ini Doryodana berusaha menanamkan
keyakinan akan kekuatan balatentara kaurawa kepada Drona.

(10) aparyaptam tad asmakam, balam bhi shmabhirakhi tam


paryaptam tv idam etesham
balam bhimabhikshitam

artinya :

sungguh tak terkira banyaknya pasukan kita dipimpin oleh


Bhisma
sedangkan besar pasukan mereka dapat diduga dibawah
komando Bima

perkataan aparyaptam ternyata menimbulkan tafsiran yang


berbeda-besar. Yang terpenting adalah tafsiran dari Anandagiri
dan Sridhara. Anandagiri menterjemahkan perkataan ini dengan
"tak terhitung" (tak terbatas) sedangkan Sridhara dengan "tak
cukup" (dapat dihitung). Rupa-rupanya Anandagiri yang benar,
sebab dalam pertempuran dimedan kurusetra balatentara
kaurawa terdiri dari sebelas divisi dan Pandawa tujuh divisi
(akshauhini). Satu divisi terdiri dari 216000 orang lebih kurang.

(11) ayaneshu cha sarveshu, yathabhagam avasthitah


bhismam evabhirakshantu
bhavantah sarva eva hi
berdiri tegak dalam barisan
kalian, masing-masing dalam divisi
membela Bisma ini
sesuai dengan kedudukan kalian

perkataan abhirakshantu berarti menjaga dan membela


Duryodana meminta kepada setiap orang dalam pasukkan
Kaurawa untuk menjaga dan membela Bisma sebagai Panglima
Tertinggi mereka. Adalah menjadi tugas-kewajiban setiap orang
dalam barisan menjaga dan membela pimpinannya disampung
bertempur melawan musuh.

Samjaya :

(12) tasya samjanayanharsham, kuruvddhah pitamahah


simhanadam vinadyochchaih
sankham dadhmau pratapavan
sanjaya :

7
Bhagavadgitha Bebel

demi untuk membangkitkan semangatnya,


pahlawan Kuru, Kakek Bima,
meniup kuat-kuat trompet kerangnya
mendera bagaikan raung singa

setelah Duryodana berseu kepada semua perwira-perwira tinggi


dalam kalangan balatentara kaurawa untuk menjaga dan
membela Bisma dalam pertempuran-pertempuran yang akan
mendatang, seperti tercantumdalam sloka 3 sampai denagn 11,
maka Sanjaya meneruskan ceritanya kepada Maharaja
Dritasastra. Sankham adalah terompet yang diperbuat daripada
kulit kerang. Ia ditiup oleh Bisma dengan maksud untuk
membangkitkan semangat Duryodana, dan sebagai suatu tanda
bahwa pasukan telah siap untuk mengahadapi pertempuran.

(13) tatah-sankhas cha bheryas cha, panavanaka gomukhah


sahasai va 'bhyahanantra
sa sabdas tumulo 'bhavat
artinya :

trompet, genderang dan tifa


gong serta suling-tanduk
dibunyikan dengan serentak
gemuruh, gegap-gempita

berbagai alat bunyi-bunyian dipergunakan, khusus dalam


lingkungan pasukan sendiri untuk membangkitkan semangat
tempur para prajurit dan bagi pihak musuh bunyi gemuruh dari
pada terompet, genderang, gong, tambur, suling-tanduk dan
sebagainya ini berarti suatu tantangan untuk segera dimulainya
peperangan. Tiap pahlawan perwira tertinggi mempunyai alat
bunyi-bunyian ini yang spesifik baginya sendiri, mempunyai
nama yang spesifik pula.

(14) tatah svetair hayair yukte, mahati syandane sthitau


madhavah paandavas chai 'va
divyau sankhau pradadhmatuh
artinya :

setelah berdiri diatas kereta


megah ditarik kuda putih dua
Krisna dan Arjuna juga
Meniup trompet sakti mereka

Dalam kitab-kitab suci agama Hindu dan agama Buddha kereta


diibaratkan sebagai kendaraan budi pekerti manusia, sedangkan
kuda diumpamakan sebagai pancaindria tersebut dan

8
Bhagavadgitha Bebel

pengemudi adalah penuntun jiwa manusia. Disini Krisna


bertindak sebagai penuntun jiwa Arjuna. Perkataan madhava
berarti keturan suku Madhu dari bangsa Yadaawa dan yang
dimaksudkan dengan perkataan tersebut adalah Krisna,
sedangkan dengan perkataan Pandava dimaksudkan Arjuna
dalam sloka ini

(15) Panchajayam hrikeso. Devadattam dhanamjayah


Paundram dadhmau mahasankham
Bhimakarma vrikodarah
Artinya :

Trompet Pancajania ditiup Krisna


Trompet Dewadatta ditiup Arjuna
Dan Bima sena yang galak bagaikan srigala
Meniup tromprtnya, bernama Paundra

Trompet Krisna bernama Pancajania yang berarti "pengekangan


pancaindria" (diperbuat daripada tulang raksasa laut yang telah
dibunuh oleh Krisna sendiri), trompet Arjuna bernama Dewadatta
yang berarti "anugerah dewata" (diperbuat daripada kerang laut)
dan terompet Bimasena bernama paundra yang berarti "rokh
Batara Siwa". Kata-kata hrishikesa, dhanamjaya dan vrikodara
dalam sloka ini dimaksudkan sebagai nama lain Krisna, Arjuna
dan Bhimasena. Dalam sloka ini dilukiskan bahwa pihak
Pandawa-puntelah siap bertempur.

(16) anantavujayam raja, kuntiputro yudhishthirah


nakulah sahadevas cha
sughosha manispushpakau
artinya :

raja yudistira, putera Kuntidewi,


meniup terompetnya bernama Anantawijaya
Nakula dan Sahadewa mereka
Masing-masing Sugosa dan Manipuspaka

Kuntidewi adalah istri pertama raja Pandu yang melahirkan


Yudistira, Bimasena, dan Arjuna, dan Madridewi adalah istri raja
pandu yang kedua yang melahirkan Nakula dan Sahadewa. Baik
sendiri-sendiri, maupun bersama-sama, kelima mereka itu

9
Bhagavadgitha Bebel

disebut Pandawa sungguh sangat menarik nama-nama trompet


mereka, seperti Anantawijaya yang berarti "kemenangan abadi".
Sugosa berarti suara merdu dan manipuspaka berarti
kembangmutumanikam.

(17) kasyas cha parameshvasah


sikhandi cha maharathah,dristadyumno vuratas cha,satyakis cha
parajitah
artinya :

Kasiraja pemimpin pasukan panah


Juga Sikandi maha pahlawan
Dristadiumna dan wirata
Dan Setiaki yang tak tertaklukan

Dipihak kaurawa, hanya Bismalah yang meniup trompet,


sedangkan dipihak pandawa kelima putera-putera pandu beserta
Krisna dan pahlawan-pahlawan lainnya meniup trompet mereka
masing-masing. Hal ini dapat diartikan bahwa pihak Pandawa
tiupan trompet tersebut mempunyai nilai tingkatan daripada
kepemimpinan mereka, yang berurut dari atas kebawah.

(18) drupado draupadeyas cha, sarvasah prithivipate


saubhadras cha mahabahuh
sankhan dadhmuh prithak-prithak
artinya :

Drupada dan putera-putera Draupadi


Dan putera Subadra, bersenjata perkasa
Oh, Tuanku Penguasa Bumi ini
Dari segala penjuru meniup trompet semua

(19) sa ghosho dhartarashtaanam, hridayani vyadarayat


nabhas cha prithivim chai 'va
tumulo vyanunadayan
artinya :

suara gegap gempita


memenuhi ankas dan bumi
mengetarkan hati
putra-putra Dristarastra

sloka 14 sampai dengan 19 mengandung ungkapan bahwa


Pandawa, walaupun memiliki balatentara lebih kecil jumlahnya,
kelihatan lebih perkasa. Lebih-lebih dalam sloka 19, jelas
dinyatakan betapa gagap-gempitanya bunyi terompet memenuhi
angkasa dan bumi yang menyababkan hati Kaurawa menjadi

10
Bhagavadgitha Bebel

takut dan ngeri. Hal ini dapat kiranya dimengerti kenapa Sanjaya
menceritakan kehebatan Pandawa kepada maharaja Dritarastra;
sebab ia sendiri ingin memberitahukan kepada raja tua itu bahwa
kemenangan pasti akan berada dipihak Pandawa, sebab
Pandawa berada dipihak yang benar.

(20) atha vyavasthitan drishtva

dhartarasbtan kapidhvajah
pravritte sastrassampate
dhanur udyamya pandavah
artinya :

Arjuna melihat putra-putra Dritarastra,


Dengan senjata siap dalam barisan,
Dan dengan janjinya berlambangkan Hanuman
Kemudian mengangkat busur panahnya.

Panji Arjuna yang dikibarkan diatas kereta berisikan lukisan


hanuman, kera putih, yang dimaksudkan sebagai pelambang :
pengabdian, kesucian dan keberanian.

(21) hrishikesam tada vakyam

idam aha mahipate


senayor ubhayor madhye
ratham sthapaya me 'chyuta
artinya :

dan oh, Tuanku Hamengku Bumi


ia berkata kepada Krisna
Arjuna berkata :
Tariklah keretaku sampai ditengah
Diantara kedua pasukan, krisna!

Nama-nama julukan dan kehormatan diberikan kepada Krisna


dan Arjuna seperti tercantum dalam sloka-sloka yang terdahulu
dan berikut ini. Untuk Krisna nama julukan dan kehormatan itu
antara lain : Aciuta (dia yang tidak bergerak), Madusudana
(pembunuh raksasa bernama madu, Arisudana (penakluk musuh-
musuh), Gowinda (pengembara atau pemberi ilham, Wasudewa
(putera wasudewa), Yaddawa (keturunan bangsa yadu), Kesawa
(memiliki rambut indah), Madawa (Suami laksmi dewi), Hrikesa
(yang menguasai pancaindria) dan janardana (juruselamat umat
manusia). Untuk Arjuna nama-nama julukan dan kehormatan itu
antara lain : (selain daripada kurunandana, kurusattama dan
kuruprawira) Barata (keturunan Barata), Dananjaya (pemengan

11
Bhagavadgitha Bebel

harta benda), Gudakesa (berambut gempel), Parta (putera prita


dewi) dan Parantapa (penakluk musuh-musuh).

(22) yavad etan nirikshe 'ham

yuddhukaman avasthitan
kair maya saha yoddavyam
asmin ranasamudyame
artinya :

supaya aku dapat mengetahui


mereka yang siap, ingin bertempur
yang aku harus hadapi nanti
dalam peperangan mendatang ini

sebelum mulai bertindak akan berbuat sesuatu Arjuna ingin


sekali mengetahui siapa-siapa sebenarnya yang akan
dihadapinya dalam pertempuran-pertempuran nanti. Waspada
dan hati-hati adalah memang menjadi sifat Arjuna.

(23) yotsyamanan avekshe 'ham

ya ete 'tra samagatah


dhartarashtrasya durbuddher
yuddhe priyachikirshavah
artinya :

dan dapat menyaksikan sendiri


mereka yang berkumpul, berbaris disini
rela berkorban demi kepuasan hati
putra Dristarastra yang busuk budi

sesungguhnya persiapan perang telah rampung pada kedua


pihak. Dipagi hari pertama Yudistira menyaksikan formasi
balatentara Kaurawa yang tidak mungkin ditembus dibawah
pimpinan Bisma. Dengan gemetar ia menyatakan kecemasannya
kepada Arjuna, bahwa tidak mungkin untuk menaklukan pasukan
yang begitu perkasa dibawah pimpina Bisma, Arjuana memberi
semangat kepada saudaranya dengan jalan mengutip ajaran-
ajaran suci : "mereka yang mengidam-idamkan kemenangan
tidak dapat banyak menaklukan dengan kekuatan dan
kekuasaan jika dibandingkan dengan kebenaran, persaudaraan,
kasih sayang dan budi luhur. Kemenangan adalah pasti dimana
Krisna Berada ………………'
dan dengan hadirnya Krisna, Guru spiritualnya, disisinya, Arjuna
dapat menyadari dengan keyakinan suci bahwa musuh-musuh

12
Bhagavadgitha Bebel

yang ia harus hadapi adalah juga kesayangan dari kesucian


baginya.

(24) samjaya uvacha

evam ukto hrihikeso


gudakesena bharata
senayor ubhayor madhye
sthapayitva rathottamam
Sanjaya berkata :

Oh, Paduka Tuanku Raja


Mendengar permintaan Arjuna demikian
Krisna menempatkan kereta indahnya
Ditengah diantara dua pasukan

Dalam sloka ini Bhatara dimaksudkan Maharaja Dritrastra, dan


untuk menghoirmati Sanjaya berkata padanya "Paduka Tuanku
Raja". Dalam sloka-sloka berikutnya sambada atau dialog antara
Arjuna dan Krisna dimulai.

(25) bhismadrona pramukhatah

sarvesham cha mahikshitarm


uvacha partha pasyah 'tan
samavetan kurun iti
artinya :

dihadapan Bisma dan Drona


dan pemimpin-pemimpin terkemuka
Krisna berkata : "saksikanlah Arjuna!
Keturunan kur berkumpul disana"

Dalam sloka ini kelihatan bahwa Krisna berhati-hati benar untuk


tidak mempengaruhi pikiran dan perasaannya
.
(26) tatra 'pasyat shitan parthah

pitrin atha pitamahan


acharyan matulan bhrabtrin
putran pautran sakhims tatha
artinya :

disana Arjuna melihat berdiri


para bapa, kakek dan guru
paman, saudara dan sepupu
anak, cucu dan sekutu

13
Bhagavadgitha Bebel

arjuna mulai melihat satu-persatu sanak saudara, disamping


guru-gurunya pula, berdiri tegak dan siap dipihak musuhnya.
Rasa bimbang dan ragu mulai terasa olehnya.
(27) svasuran suhridas chai 'va

senayor ubhayor api


tan samikshya sa kauteyah
sarvan bandhun avashitan
artinya :

dan kuntiputra juga melihat


para mertua, kawan sejawat
semuanya sanak kadang berdiri tegak
dalam barisan kedua belah pihak

perkataan kuntiputra diambil dari arti, kata kaunteya, yaitu


putera kunti dewi, dan yang dimaksudkan adalah Arjuna.
Perasaan bimbang ragu Arjuna bertambah mendalam, sebab
bukan saja dipihak musuhnya sanak saudara itu berdiri,
melainkan dikedua belah pihak.

(28) kripaya paraya 'vishto

vishidann idam abravit


drishtve 'mam svajanam krishna
yuyutsum samupashitam
artinya :

dengan penuh diliputi nestapa


disampaikan rasa duka
Arjuna berkata :
Menyaksikan sanak kadang, oh Krisna
Berbaris siap untuk berlaga

Perkataan kripaya paraya berarti duka-nestapa yang sngat


mendalam dari perkataan svajanam berarti keluarga dan
bangsanya sendiri, baik pihak Kaurawa maupun pihak Pandawa.

(29) sidanti mama gatrani

mukham cha parisushyati


vepathus cha sarire me
romaharshas cha javate
artinya :

anggota badanku terasa lemas


mulutku terasa kering

14
Bhagavadgitha Bebel

sekujur badanku gemetar


dan buluromaku terasa berdiri

arjuna tidak kuasa lagi membendung perasaannya. Duka


nestapa dan bimbang ragu kini menguasai jiwa dan raganya.

(30) gandivamsramsate hastat

tvak chai 'va paridahyate


na cha saknomy avasthatum
brahmati 'va cha me manah
artinya :

gandiwa terlepas dari tanganku


dan kulitku terasa panas membara
aku tidak kuasa lagi berdiri
dan pikiranku kacau tidak menentu.

Gandiwa adalah nama busur panah Arjuna, anugerah dari Batara


Indra. Kata-kata Arjuna dalam sloka 29-30 ini menyebabkan kita
berpikir dan merenungkan, betapa seorang yang sedang
dicekam oleh perasaan bimbang, ragu was-was cemas, duka
nestapa dan hampa kesepian tidak dapat berbuat apa-apa.
Dalam situasi semacam inilah orang dapat menemui visi Dia
Yang MahaKuasa
.
(31) nimittani cha pasyami

viparitani kesava
na cha sreyo 'nupasyami
hatva svajanam ahave
artinya :

aku melihat firasat biruk


oh, Krisna, tidak ada baiknya
aku membuntuti sanak kandang
dalam pertempuran yang mendatang

kesawa adalah Krisna. Arjuna tidak dapat melihat disini


kebaikkan moral dan nilai spirituil daripada perbuatan
membunuh sanak kandang sendiri.

(32) na kankshe vijayam krishna

na cha rajyam sukhani cha


kim no rajyena govinda

15
Bhagavadgitha Bebel

kim bhogair jivitena va


artinya :

aku tidak inginkan kemenangan


dan juga kerajaan dan kesenangan, Krisna
apa gunanya kerajaan dan kesenangan
dan hidup ini sekalipun, oh Gowinda?

Gowinda adalah Krisna juga. Dalam sloka ini terlukiskan betapa


Arjuna ingin melepaskan diri dari kekayaan dan kesenangan
duniawi ini.

(33) yesham arthe kaashitam no

rajyam bhogah sukhani cha


ta ime 'vasthita yuddhe
pranams tyaktva dhanani cha
artinya :

mereka untuk siapa kita perebutkan


kerajaan, kebahagian dan kesenangan
ada disini siap untuk berlaga
mengobarkan jiwa dan harta mereka

(34) acharyah pitarah putras

tathai 'va cha pitamahah


matulah svasurah pautrah
syalah sambandhinas tatha
artinya :

guru, bapa, anak-anak


dan kakek, paman juga
dan ipar, cucu, mertua
dan sanak kandang lainnya

(35) etan na hantum ichchhami

ghanato 'pi madhusudana


api trailokyarajyasya
hetoh kim nu mahikrite
artinya :

aku tidak hendak bunuh mereka


sekalipun mereka bunuh aku, oh Krisna
kendatipun untuk ketiga-tiga dunia
apalagi hanya untuk dunia fana ini

16
Bhagavadgitha Bebel

dalam sloka ini madhusudana adalah dimaksudkan Krisna


sendiri. Perkataan triloka adalah pembagian alam semesta ini
menjadi tiga.pada umunya ketiga pembagian itu dimaksudkan :
sorga, dunia kita ini dan neraka. Tetapi ada juga iterpretasi yang
menyatakan bahwa ketiga pembagian ini dimaksudkan : dunia
manusia, dalam semi devata dan dunia rokh kudus. Yang lain lagi
menafsirkan dunia kita ini, antariksa dan sorga.

(36) nihatya dhartasashtran

ka pritih syaj janardana


papam eva 'srayed asman
hatvai 'tan atinah
artinya :

setelah membunuhi putra Dritasastra


kebahagaian apakah kita nikmati?
Oh janardana hanya dosalah kiranya
Bila membunuh sidurhaka ini

Janardana adalah Krisna. Perkataan atatayinah berarti :penjahat,


perampok, orang durhaka, pembunuh, penipu, hidung-belang
dan sebagainya. Dan Kaurawa disini dipandang sebagai
atatayinah, sebab Duryodana melakukan semua kategori
kejahatan ini. Arjuna menganggap bahwa mwmbunuh adalah
tetap dosa dan menolak untuk membunuh sekalipun yang akan
dibunuh adalah orang durhaka.

(37) tasmaan na 'rha vayam hantum

dhartashtram svabandhavan
svajanam hi katham hatva
sukhina syaama madhaca
artinya :

kiranya tidaklah patut bagi kita


membunuh saudara, putra Dritarastra
benarlah, bagaimana kita 'kan bahagia
setelah membasmi keluarga sendiri, oh Madawa?

(38) yadi apy ate na pasyanti

lobhopahatachetasah

kulaksahayakritam dosham

mitradrohe cha patakam

17
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

sekalipun bagi mereka


yang jiwanya dikuasai oleh kelobaan
tidak melihat dosa membunuhi keluarga
tidak melihat khianat membasmi kawan

(39) katham na jneyam asmabhib

papad asman nivartitum


kulakshayakritam dosham
prapasyadbhir janardana
artinya :

kenapa kita tidak sadari


dosa semacam itu, oh Krisna
kesadaran akan kekhilafan
membasmi sanak-keluarga sendiri

madawa adalah Krisna. Argumentasi yang dikemukan oleh


Arjuna adalah didasarkan atas pengertian bahwamadawa adalah
Krisna. Argumentasi yang dikemukan oleh Arjuna adalah
didasarkan atas pengertian bahwa mereka telah dibutakan oleh
nafsu loba-tamak dan ketidakmengertian, sehingga mereka tidak
mampu melihat apa yang salah. Sekalipun kita menyatakan
bahwa mereka itu salah karena loba dan nafsu memetingkan diri
sendiri, namun membunuh adalah tetap dosa, sebab mereka
yang mata-hatinya buta dibunuh oleh kita yang bermata hati
terbuka. Disinilah letak dosa menurut arjuna. Lagipula
membunuh keluarga, bukan saja berarti membunuh orang-orang
belaka, melainkan membunuh keluarga itu sebagai lembaga
yang merupakan evolusi kekuatan generasi dan satu-satunya
tempat penyimpangan baginya untuk dapat melanjutkan
kemajuan sosial dan moral manusia. Keluargalah yang
menghasilkan orang yang berjiwa besar dan orang yang suci.

(40) kulakshaye pranasyanti

kuladharmah sanatanah
dharme nashte kulam kritsnam
adharmo bhibhavaty uta
artinya :

bila keluarga sudah hancur


dan hukum tradisi sudah lebur
kewajiban dan undang-undang keluarga
dikuasai tirani rajalela

18
Bhagavadgitha Bebel

perkataan dharma sesungguhnya berarti wujud dan hakekat


sesuatu. Dalam hubungan ini perkataan tersebut diartikan :
kewajiban, yang meliputi kewajiban bermasyarakat, memenuhi
panggilan adat-itiadat, kewajiban beragama dan kewajiban
menjunjung tinggi kebenaran.

(41) adharmabhibhavat krishna

pradushyanti kulastriyah
strishu dushtasu varshneya
jayate varnasamkarah
artinya :

bila tirani telah berkecamuk


oh Krisna, pertempuran jadi jalang
dan bila perempuan sudah jalang
dikuasai tirani merajalela

perkataan varna berarti kasta, dimana terdapat empat kategori,


yaitu kasta Brahmana, kasta Ksatria, kasta waisia dan kasta
Sudra (yang masing-masing berarti golongan pendita, golongan
bangsawan, golongan pedagang atau pengusaha dan golongan
rakyat biasa), sebagai pencerminan pembagian sosial dalam
masyarakat penganut agama hindu. Warsneja adalah krisna
sendiri.

(42) samkaro narakayai 'va

kulaghnanam kulsya cha


patanti pitaro hy esham
luptapindodakakkriyah
artinya :

keruntuhan moral ini membawa


keluarga dan para pembunuhnya keneraka,
arwah nenek moyang jatuh cedera
semua sesajen, air dan nasi tiada baginya

dalam sloka ini dinyatakan bahwa kalau keluarga sudah hancur,


maka kewajiban keluarga terhadap tradisi dan agama tidah
terurus lagi, seperti upacara sraddha dimana dilakukan upacara
mengenang jasa-jasa nenek moyang di piraloka (tempat arwah
mereka segerasetelah meninggal dunia sebelum mencapai
sorga) dengan jalan mempersembahkan sesajen yang terdiri dari
makanan dan buah-buahan yang serba lezat.

(43) doshair etaih kulaghnanam

19
Bhagavadgitha Bebel

varnasamkarakarakaih
ustadyante jatidharmah
kuladharmas cha saavatah
artinya :

dosa dan kehancuran keluarga ini


membawa keruntuhan masyarakat bangsa
kebiasaan keluarga dan hukum kasta
hancur lebur dilimat tirani

(44) utsanna kuladharmanam

manushyanam janardana
narake niyatam vaso
bharvati 'ty anususruma
artinya :

kita semua sudah dengar ini


oh janardana, tempat bagi manusia
yang kebudayaan dan hukumnya ditirani
adalah pasti itu neraka

(45) aho bata mahat papam

kartum vyavasita vayam


yad rajjyasukhalobhena
hantum svajanam udyatah
artinya :

ah, betapa besar dosa kita


merencanakan pembunuhan sanak keluarga
hanya karena perasaan loba
ingin memiliki kerajaan dan kenikmatan

(46) yadi mam apratikaram

asastram sastrapanayah
dhartarashtra rane hanyus
tan me kshemataram bhavet
artinya :

bagiku lebih baik apabila


kaurawa dengan senjata ditangan
menyerang aku dalam pertempuran
tanpa senjata, tanpa perlawanan.

20
Bhagavadgitha Bebel

Tirani yang terbayang dalam pikiran Arjuna, andaikata ia


bertindak segera dalam pertempuran membunuhi sanak
keluarganya, menyebabkan ia berdiri diantara dua dunia dengan
prasaan yang penuh diliputi dengan agoni dan kecintaan. Kata-
katanya membayangkan betapa keragu-bimbangannya menekan
jiwanya, sehingga ia tidak dapat melihat diantara berdiri tegak
menghadapi tirani dan menyerah menghadapi mati tanpa
perlawanan. Ia masih mengharapkan petunjuk-petunjuk dari
Gurunya bagaimana menghadapi hidup ini untuk berbuat
sesuatu tanpa mengharapkan hasilnya yang disebut nishkama
karma
.
(47) Samjaya uvacha:

Evam uktva 'rjuna samkhye


Rathopastha upavisat
Visrijya sasaram chapam
Sokasamvignamanasah
Artinya :

Sanjaya berkata:
Setelah berkata demikian dimedan laga
Arjuna terheyak diatas keretanya
Menjatuhkan busur dan anak panahnya
Dengan perasaan penuh diliputi duka.

Dalam Bab ii keragu-bimbangan Arjuna (arjuna-vishadayoga)


sikap arjuna dapat diikuti dari sloka-sloka 20, 21, 26-27, 29-30
dan 47, yamg berturut-turut melukiskan bagaimana ia
mengangkat senjata dan memacu keretanya maju, kemudian
setelah melihat sanak kadang dalam pasukkan kedua belah
pihak, hatinya jadi bimbang-ragu dan duka-nestapa serta
badanya jadi lemas, senjata terlepas dari tangannya, dan
terakhir memilih rela dibunuh dan melemparkan senjatanya.

Arjuna dihadapkan kepada dilema antara kesedihan dan


kjebimbangan. Kebimbangan Arjuna ini disebabkan oleh
perasaan priotik dan kesadaran akan dosa. Ini adalah suatu
hakekat gambaran suatu perjuangan jiwa manusia, yang sedang
berada diambang pintu menuju kehidupan spiritual yang lebih
tinggi.
Sebelum ia sadar untuk memasuki dunia spiritual dan menerima
kewajiban-kewajiban yang diletakkan baginya untuk memasuki
dunia spirituil tersebut, ia harus bertempur terlebih dahulu
melawan keakuan, kedunguan dan kegelapan bhatinya, yang
memisahkan dia daripada jiwanya sendiri, yang merupakan
bagian daripada Atman yang Universil. Ini adalah evolusi jiwa

21
Bhagavadgitha Bebel

manusia yang tidak mengenal ruang dan waktu, yang tiap saat
berlangsung dalam dirinya.

Maka berakhirlah bab pertama Upanishad Bhagavadgita


menegenai ilmu pengetahuan tentang Tuhan Yang Maha Esa,
kitab suci Yoga dan dialog antara Sri Kresna dan Arjuna yang
berjudul ARJUNA VISHADAYOGA.

22
Bhagavadgitha Bebel

II. PERCAKAPAN KEDUA :


SAMKHYA YOGA

Arjuna menolak untuk bertemput, tetapi Krisna menghiburnya


dan tidak membenarkan ia bersedih dan bimbang hati demikian.
Dalam Bab ketiga ini Krisna menjelaskan bahwa orang yang
mengerti tidak akan bersedih pada kematian maupun kehidupan,
sebab orang mesti mati. Dalam peperangan hanya badan
jasmani yang mati dan jiwa tidak pernah mati. Yang mengerti itu
sebenarnya tidak membunuh siapa-siapa. Kewajiban seorang
ksatria adalah berperang menegakkan kebenaran,, memperoleh
kemenangan didunia sini dan kebahagian didunia sana, dan
bertempur dalam peperangan bukan melakukan dosa.
Kehilangan kehormatan lebih buruk daropada kematian.

Kematian berarti pengantian badan jasmani, dan jiwa sebagai


penghuni badan jasmani ini berpindah-pindah kebadan jasmani
lain, bagaikan menganti baju lama dengan baju baru.
Pusatkan pikiran pada kesucian, bertindak tanpa mengharapkan
pahala kerja, serahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Tahu.

Teguhkan iman untuk samadi, hilangkan nafsu, takut dan


amarah, hadapi senang dan duka bersatu dengan Brahman.
II. Percakapan kedua

(1) samjaya uvacha:

tam tatha kripaya vishtam


asrupurnakulekshanam
uvacha madhusuudanah
artinya :

Samjaya berkata:
Kepadanya, yang diliputi rasa belas kasihan
Dengan pelupuk mata digenangi airmata
Dan rasa remuk redam dalam hati
Madusudana berkata begini

Madusudana adalah Krisna sendiri. Disini Arjuna mesara belas


kasihan kepada sanak keluarganya, yaitu Kaurawa, yang ia akan
perangi. Tetapi rasa belas kasihan Arjuna ini tidaklah sesuai
dengan sifat-sifat orang Arya; sebab walaupun sebagi sanak
keluarganya, Kaurawa sesungguhnya merupakan musuh-
musuhnya yang jahat dan sngat berbahaya.

(2) sribhagavan uvacha:

23
Bhagavadgitha Bebel

kutas tva kasmalan idam


vishame samupasthitam
anaryajustam asvargyam
akirtikaram arjuna
artinya :

Sri Bhagawan berkata:


Darimana datangnya duka dan lemah hati?
Pada saat krisis seperti ini,
Semangat bukan orang ksatria,
Tidak luhur dan memalukan, oh Arjuna

Sri Bagawan adalah Krisna sendiri. Dalam bab III inilah krisna,
sebagai guru-nya mulai mengungkapkan kepada Arjuna siapa
sebenarnya Dia. Dengan maksud agar Arjuna dapat melepaskan
dirinya dari keragu-bimbangannya seperti ternyata dalam bab ii.
Krisna mengungkapkan doktrin tentang jiwa yang tidak
termusnahkan, mendorong kebangkitan semangat ksatrianya,
menunjukan jalan Tuhan kepadanya dan merintis tindakan-
tindakan kerja serta kewajiban hidup dalam dunia.

Perkataan anaryajustam berarti tidak sesuai dengan sifat-sifat


Arya yang mempunyai ciri-ciri berani, tegas, agung dan luhur
budi pekerti.

(3) klaibyam ma sma gamah partha

nai 'tat tvayy upapadyate


kshudram hridayadaubalyam
tyaktvo 'ttishtha paramtapa
artinya :
jangan biarkan kelemahan itu, oh parta
sebab itu tidak sesuai bagimu
enyahkan rasa lemah dan kecut itu
banhkitkanlah! Oh pahlawan jaya

parta adalah Arjuna sendiri, dan perkataan paramtapa


sebenarnya berarti pebakluk musuh-musuhnya. Disini penakluk
musuh-musuh adalah tiada lain Arjuna sendiri, sebagai pahlawan
yang selalu jaya, selalu menang dan menaklukan musuh-
musuhnya. Ketia menyebut diademikian. Dengan maksud agar
Arjuna benar-benar bertindak sebagai Ksatria yang berani
menaklukan musuh-musuhnya.

(4) arjuna uvacha:

24
Bhagavadgitha Bebel

katham bhisman aham samkhye


dronam cha madhusudana
tshubbih pratiyotsyami
pujarhav arisudana
artinya :

Arjuna berkata:
Tetapi bagaimana ku, 'oh Madusudana
Bisa menyerang Bisma dan Drona
Mereka yang patut kuhormati,
Dengan panah dalam pertempuran ini, Arisudana?

Madusudana dan Arisudana, kedua-duanya adalah nama lain dari


Krisna.

(5) Gurun ahatva hi mahanudhavan

Sreyo bhoktum bhaikshyam api 'hi loko


Hatva 'rthakamams tu gurun ihai 'va
Bhunjiya bhogan rudhirapradigdhan
Artinya :

Didunia ini lebih baik jadi peminta-minta


Daripada membunuh Guru-guru yang mulia
Walaupun mabuk duniawi, namun tetap guruku
Dan membunuh mereka berarti hidup berlumuran darah.

Perkataan arthakaman sebenarnya berarti kekayaan atau harta


benda, dan perkataan rudhirapradigdhan berlumuran darah.
Arjuna yang dalam sejarah kemanusian berarti penderitaan,
kesengsaraan, penindasan dan ketidakadilan.

(6) Na chai 'tad vidmah kataran no gariyo

Yad va jayena yadi va no jayeyuh


Yan eva hatva na jijivishamas
Te 'vasthitah pramukhe dhartarastrah
artinya :

aku tidak tahu mana pasti lebih penting


apakah kita tumpas mereka atau mereka taklukan kita
putra-putra Dritarastra yang kita bunuh
dan tiddak harapkan hidup, berdiri siap didepan kita

(7) karpanyadoshopahatas vabhavah

25
Bhagavadgitha Bebel

prichchhami tvam dharmasammudhachetah


yach chhreyah syan nischitam bruhi tan me
sishyas te'ham sadhi mam tvam prapannam
artinya :

hati lemah, pikiranku kacau balau


tentang tugas kewajiban, aku bertanya pada-Mu
terangkanlah kepadaku dengan pasti mana lebih baik
aku murid-Mu, pada-Mu kuberlindung, tunjukkan padaku!

Arjuna kini tidak saja merasa putus asa, kecemasan, bimbang


ragu tetapi juga mengharap sepenuhnya kepada petunjuk dari
Guru-nya. Kepada Krisna diharapkan cahaya terang. Kebenaran
yang dapat menyebkan ia bisa melihat mana yang benar dan
mana yang salah.
Perkataan nischitam berarti: untuk jelasnya atau untuk pastinya.

(8) na hi prapasyami mama panudyad

yach chhokam uchchhosanam indriyaanam


avapya bhumav asapatnam riddham
rajyam suranam api cha 'dhipatyam
artinya :

sebab, aku tidak melihat yang dapat


mengenyahkan duka ini mematikan pancaindriaku
walaupun seandainya aku mendapat kekayaan dan kekuasaan
tiada taranya dibumi dan kedaulatan atas kayangan

arjuna tidak menginginkan apa-apa selain melepaskan jiwanya


dari agoni yang sangat menyiksanya. Konflik jiwanya harus
disembahkan dan harus mencapai kesadaran baru yang
menyeluruh

(9) sanjava uvacha:

evam uktva hrishikesam


gudakesah paramtapam
na totsya iti govindam
uktva tushnim babhuva ha
artinya :

sanjaya berkata: setelah menerangkan kepada Krisna


Gudakesa berkata kepada Gowinda:
"aku tidak hendak bertempur"
dan kemudian diam tertegun

26
Bhagavadgitha Bebel

dengan berkata "aku tidak hendak bertempur". Arjuna telah


memutuskan dalam hatinya tanpa menunggu penadapat dan
nasehat Gurunya. Tetapi dengan keadaannya terdiam (tushnim
babhuva) suara kebenaran akan dapat didengar. Disinilah Sri
Bagawan (Krisna) mendapat kesempatan untuk menyampaikan
ajaran-ajaranya kepada Arjuna yang ada dalam keadaan
menderita tekanan jiwa dari agoni yang sangat berat. Gudakesa
= Arjuna dan Gowinda = Krisna.

(10) tam uvacha hrishikesah

prahasann iva bharata


senayor ubhayor madhye
vishidantam idam vachah
artinya :

dalam keadaan duka nestapanya


ditengah-tengah kedua pasukkan, oh Barata
dengan agak tersenyum Hrisikesa
berkata kepadanya seperti ini:

barat disini adalah maharaja Dristarastra. Dalam sloka ini,


Hrisikesa (Krisna) dinyatakan tersenyum, bagaikan cahaya kilat
yang menerangi gumpalan awan gelap yang terbayang pada
wajah Arjuna. Senyuman Krisna ini adalah sebagai kunci
pembuka hati Arjuna untuk menerima ajaran-ajaran suci
daripadanya supaya membedakan antara jiwa atau rokh dan
badan jasmani ini.

(11) sribhagavan uvacha


asochyan anvasochas tvam
prajnavadams cha bhahase
gatasun agatasums cha
na nusochanti panditah
artinya :

Sri Bagawan berkata:


Engkau berduka bagi mereka yang tak patut kau sedihi
Namun engkau bicara tentang budi pekerti
Orang budiman tidak akan bersedih
Baik bagi yang hidup maupun yang mati

Dalam versi Kashmir baris kedua dari sloka ini berbunyi pra
jnavat na abhibhashase yang berarti: engkau berbicara tidak
sebagai seorang cendikiawan.

(12) na tv eva 'ham jatu na 'sam

27
Bhagavadgitha Bebel

na tvam ne 'me janadhipah


na chai 'va na bhavishyamah
sarve vayam atah param
artinya :

tidak pernah ada saat dimana


aku, engkau dan para raja ini tidak ada
dan tidak akan ada saat dimana
kita berhenti ada, sekalipun sesudah ini

sudah barang tentu yang dimaksudkan Krisna dalam sloka ini


"aku, engkau dan para raja" bukanlah badan jasmani, melaikan
jiwa yang ada didalam badan jasmani masing-masing, yamng
merupakan bagian terkecil daripada jiwa Alam Semesta. Karena
ketidaktahuanlah jiwa individu-individu terbungkus oleh badan
jasmani yang terbatas ini merupakan multi ego, seolah-olah
terpisah dari kosmos ego. Jiwa yang telah mencapai kelepasan,
bersatu dengan jiwa kosms, atau kosmos ego, sedangkan jiwa
yang tidak menemui kelepasan mengembara dari satu kelahiran
ke-kelahiran lain, selalu terkungkung oleh badan jasmani, dalam
bentuk multi ego.

(13) dehino 'smin yatha dehe

kaumaram yauvanam jara


tatha dehantarapaptir
dhiras tatra na muhyati
artinya :
setelah memakai badan ini dari masa
kecil hingga muda dan tua
demikian jiwa berpindah kebadan lain
ia yang budiman tidak akan tergoyahkan.

Manusia memang ditakdirkan untuk hidup melaui masa kecil,


masa muda dan masa tua, serta melalui kelahiran dan kematian
dan tidak langgeng. Tetapi jiwa yang ada didalamnya tidak
mengalami perubahan. Hanya jasmaninyalah yang tidak kekal.

(14) matrasparsas tu kauntenya

sitoshnaskhaduhkhadah
agamapayino 'nityas
tams titikshasva bharata
artinya :

hubungan dengan benda jasmaniah, oh Arjuna


menimbulkan panas dan dingin, senang dan duka

28
Bhagavadgitha Bebel

dan semua ini datang dan pergi, tidak abadi


karena pikullah, wahai Kuntipura.

Sesungguhnyalah sikap senang dan duka ini ditentukan oleh


kekuatan dan badan jasmaniah kita. Tidaklahg benar bahwa
seseorang pasti akan bersenang kalau ia mengalami sukses dan
bersedih kalau ia menemui kegagalan. Orang dapat mempunyai
sikap yang sama sempurna terhadap keduanya; sebab keakuan-
lah yang sebenarnya menikmati atau menderita akibat
kebiasaan tersebut. Keakuan ini akan terus berbuat demikian
selama jiwa dikungkung oleh badan-jasmani ini, dan tergantung
kepada pengetahuan dan tindakkan jiwa itu sendiri, tetapi
apabila jiwa ini mencapai kelepasan, maka kesadaran menjadi
terang, dan ia akan menerima segala sesuatunya (panas dan
dingin suka dan duka) dengan tenang dan sempurna, karena ia
tahu bahwa semua itu akan datang dan pergi.

(15) yam hi na vyathayanty ete

purusham purusharshabha
samaduhkhasukham dhiram
so 'mritatvaya kalpate
artinya :

orang yang tidak tergoyahkan ini


oh Arjuna, yang tetap dalam duka
dan senang, yang teguh iman
patut hidup kekal abadi

hidup kekal abadi adalah berbeda dengan yang dialami oleh


semua mahkluk hidup didunia ini, ia melebihi hidup dan mati,
tidak dihinggapi senang dan duka, panas dan dingin, tidak
diganggu oleh segala macam kejadian. Hidup kekal abadi ini
adalah kesempurnaan kesadaran akan satunya jiwa dengan Jiwa
Alam Semesta yang langgeng.

(16) na 'sato vidyate bhavo

na bhavo vidyate satah


ubhayor api drishto 'ntas tv
anayos tattvadarsibhih
artinya :

apa yang tiada, tak akan pernah ada


apa yang ada tak akan pernah berhenti
keduanya hanya dapat dimengerti
oleh orang yang melihat kebenaran

29
Bhagavadgitha Bebel

perkataan sat berarti ada atau nyata dan saat berarti tiada atau
tak nyata. Dalam sloka ini sat dimaksudkan jiwa dan asat adalah
badan jasmani. Jadi yang nyata adalah jiwa dan yang tak nyata
adalah badan jasmani, sebab dalam jangka waktu tertentu badan
jasmani tidak tinggal sama, dan sebaliknya yang nyata akan
tetap tinggal sama. Seluruh gejala phenomena didunia ini adalah
tidak pernah kekal, tiada tinggal sama, sebab itu adalah tak
nyata. Jiwa itulah nyata!

(17) avinasi tu tad viddhi

yena sarvam idam tatam


vinasam avyayasya 'sya
na kashcid kartum arhati
artinya :

ketahuilah yang melingkupi semua ini


tidak dapat dihancurkan
tidak seorangpun dapat dimusnahkan
Dia, yang tidak mengenal kemusnahan

Perkataan tatam berarti melingkupi, mencakupi. Dia yang


melingkupi semua ini adalah Jiwa atau Atman.

(18) antavanta ime deha

nityasyo 'ktah saririnah

anasino 'prameyasya

tasmad yudhyasva bharata

artinya :

badan jasmani yang membungkus Dia


yang langgeng, tiada terhancurkan
dan tiada terbatas akan habis
sebab itu bertempurlah, wahai Barata

disini Barata dimaksudkan Arjuna sendiri. Perkataan aprameya


berarti tidak terbatas, tidak dapat diukur, dan perkataan sariri
berarti jiwa yang sejati dari tiap individu yang tidak dapat
dipikirkan sebab tidak dapat dikenal dengan ilmu pengetahuan
yang biasa.

(19) ya enam vetti hantaram

30
Bhagavadgitha Bebel

yas chai 'nam manyate batam


ubhau tau na vijanito
na 'yam hanti na hanyate
artinya :

ia yang mengira Dia sebagai pembunuh


dan Dia yang percaya Dia dapat dibunuh
adalah kedua-duanya dungu,sebab
Dia tidak pernah membunuh dan dibunuh

(20) na jayante mriyate va kadachin

na 'yam bhutva bhavita va na bhuyah


ajo nityah sasvato 'yam purano
na hanyante hanyamane sarire
artinya :

Dia tidak pernah lahir dan mati


Juga setelah ada tak'kan berenti ada
Da tidak terlahirkan, kekal, abadi dan selamanya
Dia tidak mati dikala badan jasmani mati

Krisna mencoba mengungkapkan kepada Arjuna perbedaan


antara jiwa dan bukan jiwa (badan jasmani), yang dalam istilah
Samkhya disebut purusha dan prakriti, dimana jiwaitu tidak
mengenal lahir, hadir, tumbuh, berubah, rusak dan mati seperti
benda-benda dan mahkluk hidup biasa.

(21) veda 'viasinam nityam

ya enam ajam avyayam


katham sa purusha partha
kam ghatayati hanti kam
artinya :

yang mengetahui Dia yang tak termusnahkan


langgeng, tanpa lahir, tidak berubah
bagaimana ia bisa, oh Parta
membunuh dan menyuruh membunuhnya?

(22) vasamsi jirnani yatha vihaya

navani grihnati naro 'parani


tatha sarirani vihaya jirnany
anyani samyati navani dehi
artinya :

31
Bhagavadgitha Bebel

ibarat orang menanggalkan pakaian lama


dan mengantikannya dengan yang baru
demikian jiwa meninggalkan badan tua
dan memasuki jasmani yang baru

jiwa yang langgeng tidak berpindah-pindah dari satu tempat


ketempat yang lain, tetapi jiwa yang terbelenggu bergerak dari
satu badan kebadan yang lain. Tiap kelahiran membawa badan
(anna), hidup (prana) dan pikiran (manah) yang terbentuk
daripada materia lam menurut evolusinya dimasa yang kan
datang. Apabila badan jasmani menjadi tua dan hancur, maka
manah sebagai pembalut jiwa itu merupakankesadaran baginya
untuk berpindah-pindah dari satu badan kebadan lainnya, yang
disebut inkarnasi atau numitis. Inkarnasi atau numitis ini adalah
hukum alam, dan hubungan ini adalah objektif dalam evolusi
alam semesta.

(23) nai 'nam chhindati sastani

nai 'nam dahati pavakah


na chai 'nam kledayanty apo
na soshayati marutah
artinya :

senjata tidak dapat melukai Dia


dan api tidak dapat membakar-Nya
angin tidak dapat mengeringkan Dia
dan air tidak dapat membasahi-Nya

perkataan Dia dan Nya dalam sloka ini sama dengan jiwa.

(24) achchhedyo 'yam adahyo 'yam

akledyo 'soshya eva cha


nithyah sarvagatah sthanur
achalo 'yam sanatanah
artinya :

dia tidak dapat dilukai, dibakar


juga tidak dapat dikeringkan dan dibasahi
Dia adalah abadi, tiada berubah
Tidak bergerak, tetap selama-lamanya

(25) avyakto 'yam achintyo 'yam

avikaryo 'yam uchayate


tasmad evam viditvai 'nam

32
Bhagavadgitha Bebel

na 'nusochitum arhasi
artinya :

Dia dikatakan tidak termanisfestasikan


Tidak dapat dipikirkan, tidak berubah-ubah
Dan mengetahui halnya demikian
Engkau hendaknya jangan berduka

Jadi jiwa itu dikatakan mengatasi segala elemen materi, kekal


abadi, dan tidak terpikirkan. Oleh karenanya jiwa tidak dapat
menjadi subjek maupun objek daripada tindakan atau pekerjaan.
Dengan lain perkataan, jiwa itu tidak terkena akibat daripada
perobahan-perobahan yang dialami oleh pikiran, hidup dan
badan jasmani. Semua bentuk ini bisa berubah, datang dan
pergi, tetapi jiwa itu tetap langgeng untuk selamanya.

(26) atha chai 'nam nityajatam

nityam va manyase mritam


tatha 'pi tvam mahahaho
nai 'nam schitum arhasi
artinya :

seandainya engkau berpikir bahwa


dia terus-menerus lahir dan mati
namun, oh Pahlawan Bersenjata Sakti
engkau hendaknya jangan berduka.

Perkataan mahabaho berasal dari mahantam babu yasya (tvam)


dan berarti "yang bersenjata sakti (perkasa)". Yang dimaksudkan
dengan perkataan ini ialah Arjuna sendiri. Dalam sloka ini, demi
untuk argumentasi agar jelas bagi Arjuna, Krisna
mempergunakan perumpamaan dari segi jasmaniah, yaitu :
seandainya jiwa ini memang dapat lahir dan mati namun arjuna
tidak patut bersedih. Sebab, kalau kedudukan itu sudah
dilenyapkan, maka dosa, neraka dan sorga tidak akan ada lagi
kelak sesudah hidup ini.

(27) Jatasya hi dhruvo mrityur

Dhruvam janma mritasya cha


Tasmad aparriharye 'rthe
Na tvam sochitum arhasi
Artinya :

Bagi yang lahir kematian sudahlah tentu


Bagi yang mati kelahiran adalah pasti

33
Bhagavadgitha Bebel

Dan ini tiada terelakan


Karenanya engkau tak patut bersedih

Walaupun kematian itu tidak dapat dielakkan, namun tidakla


berarti kita harus membenarkan pembenuhan, bunuh diri dan
peperangan. Kita tidak bisa dengan sengaja mengharapkan
kematian orang lain dengan alasan bahwa semua orang akan
mati. Benarlah hidup ini diakhiri kematian, semua kemajuan akan
lenyap, dan tidak sesuatupun yang tetap kekal dilihat dari segi
kesementaraannya, namun kesadaran jiwa yang sempurna dapat
menjadi kenyataan, dan perkembangan menuju inti tujuan hanya
tergantung pada soal waktu dan kejadian-kejadian kosmos dalam
dunia ini.

(28) avyaktadini bhutani

vyaktamadhyani bharata
avyaktanidhananany eva
tatra ka paridevana
artinya :

makluk pada mulanya tidak kelihatan


hanya kelihatan pada waktu pertengahan
dan menghilang pada akhirnya
kenapa mesti bersedih, oh Batara?

Maksud Krisna dalam sloka ini adalah untuk menjelaskan bahwa


apa yang dikatakan mahkluk itu, yang pada mulanya dan pada
akhirnya tidak ada, hanyalah merupakan ilusi pada
pertengahannya, yamh oleh karenanya tidak boleh dibiarkan
mempengaruhi jiwa kita.

(29) ascharyavat pasyati kaschid enam

ascharyavad vadati tathai 'va cha 'nyah


ascharyavach chai 'nam anyah srinoti
srutva 'py enam veda na chai 'va kascihit
artinya :

ada orang telah melihat kebesan-Nya


yang lain bicara tentang keagungan-Nya
juga ada yang mendengar tentang kemuliaan-Nya
tetapi tak seorang, setelah mendengar, mengerti-Nya

hanya sedikit sekali yang telah melihat, mendengar dan


berbicara tentang dia, karena hanya sedikitlah orang yang
merelakan dirinya untuk menjalani disiplin diri, keyakinan

34
Bhagavadgitha Bebel

membaja dan merelakan diri berbuat kebajikkan tanpa


menharapkan buahnya. Walaupun banyak orang yang
mempunyai keinginan untuk memiliki kebenaran abadi ini,
namun mereka menderita kebimbangan dan kelemahan. Biarpun
seandainnya mereka tiada merasa bimbang, namun
kebanyakkan daripada mereka tidak sanggup menderitanya
dalam mencari kebenaran tersebut.

(30) dehi nityam avadhyo 'yam

dehe sarvasya bharata


tasmat sarvani bhutani
na tvam sochitum arhasi
artinya :

penghuni badan setiap orang semua


tidak akan dapat dibunuh
karenanya, oh Barata, jangan duka
atau kematian mahkluk apapun

dalam sloka ini Karisna kembali menyatakan betapa jiwa atau


Atman itu sebagai penghuni badan jasmani ini tidak bisa
dibunuh. Yang hanya dapat dibunuh adalah badan jasmani,
sebab itu krisna menganjurkan kepada Arjuna supaya bertempur
sebagai Ksatria

(31) svadharmam api chaa 'vekshya

na vikampitum arhasi
dharmyad dhi yuddhach chhreyo 'nyat
kshatriyasya na vidyate
artinya :

apalagi sadar akan kewajibanmu


engkau tidak boleh gentar
bagi ksatria tiada kebahagian lebih besar
daripada bertempur menegakkan kebenaran

perkataan swadharma berarti: budi-pekerti pribadi seseorang


yang tepat menurut kawajiban hidupnya sendiri
swadharma.Arjuna adalah sebagai kesatria, yang mempunyai
tugas kewajiban unytuk bertempur demi kebenaran, yaitu
membela tanah air, bangsa dan agama.

(31) yadrichchhaya cho 'papannam

35
Bhagavadgitha Bebel

svargadvaram apavritam
sukhinah kshatriyah partha
labhante yuddham irisam
aretinya :

berbaringlah para ksatria, oh Parta


dapat kesempatan untuk beretempur
tanpa dicari-cari baginya
pintu sorga telah terbuka

(32) atha chet tvam imam dharmyam

samgramam na karishyasi
tatah svadharmam kirtim cha
hitva papam avapsyasi
artinya :

tetapi jika engkau tiada melakukan


perang menegakkan kebenaran ini
meninggalkan kewajiban dan kehormatanmu,
maka dosa papalah bagimu

(33) atha chet tvam imam dharmyam

samgramam na karishyasi
tatah svadharmam kirtim cha
hitva papam avapsyasi
artinya :

tetapi jika engkau tiada melakukan


perang menegakkan kebenaran ini
meninggalkan kewajiban dan kehormatanmu,
mana dosa-papalah bagimu

sesunguhnya yang dimaksudkan dengan perkataan perang dan


ksatria dalam sloka-sloka ini adalah mengandung pengertian
yang lebih mendalam dan bersifat spirituil. Perang menegakkan
kebenaran disini dimaksudkan lebih dari membela tanah air,
bangsa dan agama.yaitu pergulatan bathin antara yang benar
dan yang salah. Mereka yang menghindarinya karena perasaan
palsu, lemah dan takut akan dosa. Demikian pula yang dimaksud
dengan ksatria disini bukanlah asal kelahiran atau keturunan
ethnologi melainkan psikophisik seseorang yang memiliki sifat-
sifat dan pengertian akan svadharma.

(34) akirtim cha 'pi bhutani

36
Bhagavadgitha Bebel

kathayishyanti te 'vyayam
sambhavitasya cha 'kirtir
maranad atirihyate
artinya :

orangkan terus membicarakan nama burukmu


dan bagi orang yang terhormat
kehilangan kehormatan sungguh itu
lebih buruk daripada kematian

(35) bhayad ranad uparatam

mamsyante tvam maharathah


yesham cha tvam bahumato
bhutva yasyasi laghavam
artinya :

para pahlawan besar akan mengira


engkau, pengecut lari dari pertempuran
dan mereka yang pernah memuja
engkau, merendahkan dengan penghinaan

(36) avachyavadams cha bahun

vadishyanti tava 'hitah


nindatas tava samarthyam
tato dunkhataram nu kim
artinya :

banyak caci maki dilontarkan kepadamu


oleh mereka musuh-musuhmu
menjelekkan dan menghina kekuatanmu,
adakah yang lebih sedih dari itu?

(37) hato va prapsyasi svargam

jitva va bhokshyase mahim


tasmad uttishtha kaunteya
yuddhaya kritanischayah
artinya :

andaikata tewas, engkau 'kan pergi kesorga


atau kalau menang , engkau 'kan nikmati dunia
maka itu bangkitlah, kunti putra
bulatkan tekad, bertempur maju

37
Bhagavadgitha Bebel

setelah mengungkapkan kebenaran yang tertinggi, yaitu Jiwa


atau Atman, dan ketidak-kekalan badan jasmani,Krisna
selanjutnya dalam sloka-sloka diatas menerangkan tugas
kewajiban seorang ksatria, baik dilihat dari segi kebenaran
metaphisika ataupun kewajiban sosial pada umunya. Jelaslah
kepada kita, bahwa adalah mungkin untuk mencapai
kesempurnaan yang lebih tinggi dengan jalan melakukan tugas-
kewajiban kita atas dasar kebenaran.

(38) sukhaduhkhe same kritva

labhalabhau jayajayau
tato yuddhaya yujyasva
nai 'vam papam avapsyasi
artinya :

dengan menganggap suka dan duka


laba rugi, menang dan kalah, sama
kemudian terus maju bertempur
engkau tiada melakukan dosa

walaupun Arjuna telah menyatakan bahwa ia tidak menginginkan


kemenangan, kesenangan duniawi dan kekuasaan yang tidak
terbatas (seperti dalam sloka I.32 dan II.8), namun Krisna disini
bermaksud untuk menjelaskan suatu methode dan bukan
mengharapkan agar dia menginginkankan sorga dan kebahagian
duniawi, dan bhwasannya hanya dengan semangat dan
keyakinan yang menyatakan suka dan duka, menang dan kala
itu sama, maka Dia dapat melakukan tugas kewajibannya dalam
situasi dimana ia berada dengan tanpa ikatan pada keinginan
memperoleh hasilnya. Dengan jalan demikian Karma dapat
dilaksanakan dengan tanpa menambah bebanya, dan jalan
menuju kelepasan dapat ditempuh.

(39) esha te 'bhihita samkhye

buddhir yoge tv imam srinu


buddhya yukto yaya paartha
karmabandham prahasyasi
artinya :

itulah bagimu ajaran Sankhya


dan kini dengarkanlah ajaran yoga
bila engkau bersedia menerimanya, oh Parta
engkau akan terlepas dari ikatan Karma

38
Bhagavadgitha Bebel

dalam Bab ini ada dua bagian yang terpisahkan walaupun


sesungguhnya kedua bagian tersebut merupakan satu-kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan, yaitu bagian pertama mengandung
ajaran-ajaran Sankhya dan bagian kedua berisikan ajaran-ajaran
yoga. Dalam ajaran Sankhya. Krisna mengungkapkan kepada
Arjuna pengertian tentang jiwa, atau purusha, atau Atman, yang
mengatasi segala element materiil, kekal-abadi dan yang
berbedah dengan badan jasmaniah yang tidak kekal atau selalu
berubah-ubah;ajaran yoga, atau lebih jelasnya Karmayoga,
menguraikan pengetahuan tentang Atman yang tidak dapat
dimusnahkan dan kekal abadi yang harus diterapkan kepada
sikap, tindakkan dan kerja yang nyata untuk membebaskan-Nya
dari ikatan kelahiran dan kematian. Sikap, tindakkan dan kerja
yang bagaimana?. Yaitu sikap, tindakkan dan kerja yang tidak
mempunyai motif kepentingan diri pribadi dan tidak
mengharapkan hasilnya.

Karmayoga adalah ajaran-ajaran yang mengungkapkan agar


Atman dibebaskan dari ikatan karmabandham (ikatan hasil kerja)

Dalam bagian kedua bab ini (slika-sloka berikutnya). Krisna


menguraikan kepada Arjuna bagaimana Yoga itu harus
dilaksanakan dalam prakteknya.

(40) ne 'ha 'bhikramanaso 'sti

pratyavayo na vidyate
svalpam apy asya dharmasya
trayate mahato bhayat
artinya :

dalam hal ini tiada hal sia-sia


tiada rintangan tidak teratasi
walau sedikit dari dharma ini
akan membebaskan cengraman ngeri

dalam Karmayoga setiap sikap, tindakkan dan kerja tidak ada


yang hilang dan sia-sia, dan semua usaha akan meninggalkan
nilai kebersihan dan kesucian jiwa setiap individu yang
melaksanakan sikap, tindakan dan kerjanya benar-benar tanpa
motif kepentingan diri pribadi dan harapan akan buah hasilnya.
Tetapi sebaliknya, apabila sikap, tindakkan dan kerja semata-
mata penuh didasarkan atas motif kepentingan diri sendiri dan
mengharapkan akan buah dan hasilnya, maka skumulasi karma
akan terus bertambah dan ikatan kelahiran dan kematian akan
bertambah kuat. Inilah yang dimaksudkan dengan cengkraman
ngeri (mahato bhayat).,

39
Bhagavadgitha Bebel

(41) vyasayatmika buddhir

eke 'ha kurunandana


bahusakha by anantas cha
boddhayo 'vyavasayinam
artinya :

yang pikirannya bulat, kurunandana


menjurus kearah satu tujuan
tetapi yang masih ragu-ragu, pikirannya
bercabang dan tiada habis-habisnya

pikiran bulat, diarahkan menuju suatu tujuan membutuhkan


latihan dan konsentrasi yang harus dipertumbuhkan.

(42) yam imam pushpitam vacham

pravadanty avipaschitah
vedavadaratah partha
na 'nyad asti 'ti vadinah
artinya :

kata-kata muluk dan menarik


diucapkan oleh orang-orang munafik
menikmati apa yang tersurat dalam Veda
dan berkata "tiada lain hanya ini!", oh Parta

(43) kamatmanah svargapara

janma karma phala pradam


kriya visesha bahulam
bhogaisvaryagatim prati
artinya :

nafsu pribadi dan sorga jadi tujuan


memberikan inkarnasi sebagai pahal
dan mereka mengajarkan aneka warna upacara
untuk memperoleh kenikmatan dan kekuasaan

dalam kedua sloka tersebut diatas. Krisna menunjukkan kepada


Arjuna kekeliruan orang-orang yang mengatakan dirinya guru
dengan mengajarkan pengikut-pengikut memperoleh pahala,
kesenangan+kekayaan+kekuasaan, dengan jalan upacara-
upacara beraneka warna seperti tercantum dalam kitab-kitab
suci Weda. Ini bukanlah dimaksudkan oleh Krisna.

(44) bhogaisvarya prasaktanam

40
Bhagavadgitha Bebel

taya 'pahritachetasam
vyavasayatmika buddhih
samadhau na vidhiyate
artinya :

mereka yang pikirannya terpengaruhi


keinginan akan kenikmatan dan kekuasaan
terjebak oleh ajaran-ajaran demikian
tak terpusatkan, tidak patut untuk samadi

dengan perkataan samadhi dimaksudkan pemusatan pikiran


kepada kesadaran akan adanya Brahman (Yang Langgeng dan
Maha Tahu) yang diperoleh dengan jalan meditasi terus-menerus
dan mendalam. Orang yang pikirannya selalu diburu oleh
kekayaan, kenikmatan dan kekuasaan tidak mungkin dapat
dipusatkan. Oleh karenanya tidak mungkin dapat bersamadhi.

(45) traigunya vishaya veda

nistraigunyo bhava 'rjuna


nirdvandvo nitya sattvastho
niryogakshema atmavan
artinya :

Veda menguraikan tentang triguna, Arjuna


Bebaskan dirimu daripadanya, juga dari dualisme
Pusatkan pikiranmu kepada kesucian
Lepaskan dirimu dari duniawi, bersatu dengan Atman

Yang dimaksudkan dengan triguna adalah sattva, rajas dan


tamas,sedangkan guna berarti sifat, atribut dan karakter
daripada prakriti atau alam atau badan jasmaniah. Dalam hal ini
Krisna hendak menjelaskan kepada Arjuna bahwa prakriti atau
benda jasmaniah memiliki tiga sifat, antribut dan karakter, yaitu
sattva, rajas dan tamas. Sattva berarti sifat, antribut dan
karakter yang cerdas, terang bersih, bahagia, tenang. Rajas
berarti sifat, atribut dan karakter yang lincah, campur baur,
bernafsu, susah, gelisah. Tamas berarti sifat, atribut dan karakter
yang tolol, gelap, kotor, pulas dan mati. Jadi benda atau badan
jasmaniah ini memiliki salah satu daripada guna tersebut.

Krisna mengharapkan agar Arjuna membebaskan diri daripada


ketiga (tri) macam guna tersebut diatas, atau dengan perkataan
lain, membebaskan dirinya daripada ikatan sifat, atribut dan
karakter badan jasmaniah ini. Juga ikatan dari dualisme, yaitu
baik dan buruk, senang dan suka, panas dan dingin dan
sebagainya.

41
Bhagavadgitha Bebel

(46) yavan artha udapane

sarvatah samplutodake
tavan sarveshu
brahmanasya vijanatah
artinya :

seperti sebuah kolam didaerah banjir


digenang air dimana-mana
demikian kitab suci Veda
bagi brahmana yang arif-bijaksana

dalam sloka ini Krisna memberikan suatu perbandingan bahwa


seseorang yang telah memiliki pengetahuan tentang atman pada
dirinya, maka tiada perlu lagi baginya melakukan
persembahyangan dan upacara-upacara seperti tercantum
dalam kitab-kitab suci Weda, seperti halnya kalau sudah ada air
dimana-mana maka tidak dibutuhkan lagi untuk membuat kolam.

(47) karmany eva dhikaras te

ma phaleshu kadachana
ma karmaphala hetur bhur
ma te sango 'stv akarmani
artinya :

kewajiban kini hanya bertindak


bekerja tiada mengaharapkan hasil
jangan sekali phala menjadi motifmu
jangan pula bediam diri jadi tujuaanmu

dalam sloka ini bukanlah dimaksudkan bahwa "bekerja tanpa


mengharapkan hasil", orang lalu bersikap ingkar dari segala
tujuan bekerja, seperti digambarkan dalam contoh berikut ini :
seorang petani yang dengan rajin mengerjakan sawahnya, ketika
padinya telah menguning dan masak dituai, karena
mengharapkan hasilnya, ia sendiri lalu membakar habis padinya.
Bukan ini yang dimaksudkan! Tujuan yang tertinggi dari
seseorang adalah bekerja dan bertindak untuk melepaskan
jiwanya menuju pembebasab abadi, bersatu dengan Atman.

Berdiam-diam atau masa bodo terhadap kewajiban dan tanpa


bertindak atau bekerja adalah juga bukan dimaksudkan. Sebab,
baik bekerja dengan mengharapkan pahalanya maupun masa
bodo terhadap kewajiban kedua-duanya berarti membiarkan
yang tidak habis-habisnya.

42
Bhagavadgitha Bebel

(48) yogasthah kuru karmani

sangam tyaktva dhanamjaya


siddhyasiddhyoh samo bhutva
samatvam yoga uchyate
artinya :

pusatkan pikiranmu pada kesucian


bekerjalah tanpa menghiraukan pahala, Dananjaya
tegaklah pada kesuksesan maupun kegagalan
sebab, keseimbangan jiwa adalah yoga

perkataan samatvam berarti penguasaan diri, keseimbangan


jiwa. Dia yangdsapat menguasai dirinya, memiliki keseimbangan
jiwa, menundukkan rasa peka, amarah, ambisi dan keangkuhan.

(49) durena hy avaram karma

buddhi yogad dhanamjaya


buddhau saranam anvichchha
kripana phala hetevah
artinya :

rendahlah derajat kalau hanya kerja


tanpa disiplin budi, oh Dananjaya
serahkanlah dirimu pada Yang Maha Tahu
Kasihan yang mengharap pahala dari kerja.

(50) buddhi yukto jahati 'ha

ubhe sukrita dushkrite


tasmad yogaya yujyasva
yogah karmasu kausalam
artinya :

orang yang bersatu dengan budi suci


bersikap bebas terhadap baik dan keji
oleh karenanya, laksanakanlah yoga
sebab yoga-lah mahatahu dalam kerja

orang yang mengerti karmayoga mencapai status yang lebih


tinggi dimana ia terbebas dari dualisme, baik dan buruk. Ia tiada
lagi mempunyai motif pribadi atas segala kerja yang dilakukan,
dan oleh karennya ia terbebas dari sgala keburukkan dan
kejahatan. Pikirannya seimbang, bening, tiada lagi diwarnai oleh
sifat, atribut dan karakter yang dimiliki badan jasmaniahnya.

43
Bhagavadgitha Bebel

(51) karmaja buddhiyukta hi

phalam tyaktva manishinah


jamabandha vinirmuktah
padam gachchanty anamayam
artinya :

orang yang jiwanya bersatu dengan Yang Maha Tahu


tiada lagi mengharapkan pahala dari kerjannya
membebaskan diri dari ikatan kelahiran
mencapai tempat dimana duka nestapa tiada

orang yang terlepas dari ikatan kelahiran dan mencapai tempat


yang tenang dimana tidak terasa lagi duka-nestapa disebut
moksha. Moksha tidak pula dicapai walaupun seseorang masih
hidup didunia kita ini, Moksha ini adalah kelepasan.

(52) yada te mohakalilam

buddhir vyatitarishati
tada gantasi nirvedam
srotavyasya srutasya cha
artinya :

apabila pikiranmu telah terbebakan


dari bayangan ilusi duniawi
engkau akan bersikap netral pada
apa yang engkau telah dengar da akan dengar nanti

(53) srutivi pratipanna te

yada sthasyati nischala


samadhav achala buddhis
tada yogam avapsyasi
artinya :

bila pikiranmu, yang dikacaukan sruti


tenang tidak tergoyahkan lagi
tetap seimbang dalam samadhi
itu berarti engkau mencapai yoga

kata-kata srotavya sruta dan sruti dalam kedua sloka diatas ini
berarti : apa yang telah didengar, apa yang harus didengarkan
dan apa yang telah didengarkan. aDapun yang dimaksud dengan
sruti (apa yang sedang didengarkan) dalam sloka diatas adalah
kitab-kitab suci Weda. Bagi orang yang telah mencapai
kesadaranjiwa dan telah menyerahkan dirinya kepada Atman,

44
Bhagavadgitha Bebel

maka ia tiada lagi membutuhkan kitab-kitab suci. Ia telah berada


ditingkat yang lebih diatas daripada itu.

(54) arjuna uvacha:

sthitaprajnasya ka bhasha
samadhisthasyta kesava
shitadhih kim prabhasheta
kim asita vrajeta kim
artinya :

Arjuna bertanya:
Apakah tandanya orang arif-bijaksanadan
Dan teguh iman untuk samadi, Oh kesawa
Betapa pula caranya berbicara
Cara duduk, atau berjalan?

Dalam sloka ini ada dua hal yang ditanyakan oleh Arjuna kepada
Arjuna. Pertama, Arjuna ingin menegetahui bagaimana ciri-
cirinya seseorang yang telah meyerahkan dirinya kepada Atman
dikala ia bersamadi. Kedua, Arjuna ingin mengetahui betapa pula
pengaruh kesadaran jiwanya terhadap tindak tanduk dan sikap
hidupnya sehari-hari. Kesawa = Krisna.

(55) sribhagavan uvacha:


prajahati yeda kaman
sarvan partha manogatan
atmany eva 'tmana tushtah
sthitaprajnas tado 'chyate
artinya :

Sri Bagawan berkata:


Jika seseorang dapat melenyapkan, oh Parta
Segala nafsu yang timbul dalam hatinya
Dan puas hanya dengan baktinya kepada Atman
Maka ia disebut orang teguh beriman

Perkataan kamah berarti segala macam nafsu yang dapat


memuaskan pancaindria manusia. Orang yang selalu ingin
memuaskan nafsunya, selalu berusaha memburu sasarannya,
objeknya. Sesungguhnya orang yang dalam keadaan demikian,
bukannya nafsunya yang terkejar, melainkan hatinya tertangkap
oleh objek nafsunya, tidak ubahnya sebagai ular yang dibungkus
kulitnya sendiri. Jadi, orang yang dapat melepaskan dirinya dari
hawa nafsu, dikatakan sebagai ular yang mengelupas kulitnya.

(56) duhkheshv anudvignamanah

45
Bhagavadgitha Bebel

sukheshu vigatasprhah
vita raga bhaya krodha
sthitadhir munir uchyate
artinya :

yang tidak sedih dikala duka


tidak melonjak kegirangan dikala bahagai
bebas dari nafsu, takut dan amarah
ia disebut orang suci teguh beriman

perkataan muni berarti orang yang sedang bersamadi. Nafsu,


takut dan amarah adalah godaan yang jahat terhadap jiwa
seseorang, sedangkan suka dan duka merupakan komponen
daripada nafsu. Orang yang telah memutuskan dalam hatinya
untuk melakukan meditasi dan berusaha melepaskan diri dari
nafsu, takut dan amarah, lambat laun tiada lagi merasakan
akibat daripada suka dan duka. Dan pada suatu saat ia
merasakan duka dan duka itu adalah sama. Pada waktu itulah ia
telah dapat menguasai dirinya, menguasai godaan nafsu, takut
dan amarah yang mulanya telah mengepung dia.

(57) yah sarvatra 'nabhisnehas

tat-tat prarya subhasubham

na 'bhinandati na dveshti

tasya prajna pratishthita

artinya :

yang tidak keinginan apapun jua


tiada lagi hiraukan senang atau duka
walau kebahagian atau kesedihan dihadi
dinamakan memiliki kesimbangan jiwa

apabila kebahagian yang dihadapi, hendaknya jangan berlaku


dipuji-puji, demikian pula sebaliknya kalau kesedihan yang
dihadapi, hendaknya jangan dimaki-maki setengah mati. Ibarat
bunga mekar dan kemudian layu, hendaknya diterima seadanya,
jangan hanya diwaktu mekar disanjung-sanjung, tetapi dikala
layu dibuang, ditendang jauh-jauh. Demikianlah orang memiliki
keseimbangan jiwa menghadapi suka dan duka itu dengan sikap
yang sama.

(58) yada samharate cha 'yam

46
Bhagavadgitha Bebel

kurmo 'ngani 'va sarvasah

indriyani 'ndriyarthebhyas

tasya prajna pratishthita

artinya :

ibarat penyu menarik kaki kedalam tubuhnya


ia menarik semua pancaindrianya
dari segenap objek keinginannya,
demikian jiwanya mencapai keseimbangan

(59) vishaya vinivartante

niraharasya dehinah

rasavarjam raso 'py asya

param drishtva nirvartate

artinya :

orang dapat mengekang hawa nafsunya


dan seleranya lenyap, tapi kerinduaanya tetap
dan kerinduan ini pun akan lenyap
bila Yang Maha Tahu menampakkan dirinya

hawa nafsu memang mungkin dapat dikekang dan objek


keinginan akan dilenyapkan, dibuang jauh-jauh. Tetapi orang
yang dapat mengekang hawa-nafsunya, belum tentu menyapu
kerinduaan terhadap objek keinginannya dari dalam hatinya.
Maka itu, pengekangan tidak saja terhadap pancaindria, tetapi
juga terhadap jiwa, sehingga jiwa itu bersatu dengan Atman. Dan
bila jiwa berdatu dengan Atman, maka Yang Maha Tahu akan
menampakkan diri-Nya.

(60) yatato hy api kaunteaya

purushasya vipaschitah

indriyani pramasabham manah

artinya :

walaupun ia adalah seorang budiman


telah berusaha sekuat tenaga, Kuntiputra

47
Bhagavadgitha Bebel

namun pancaindrianya yang liar


akan menyeret jiwanya dengan paksa

(61) tani sarvani samyamyam

yukta asita matparah

vase hi yasye 'ndriyani

tasya prajna pratishtthita

artinya :

setelah dapat menguasai semua itu


ia harus duduk memusatkan pikiran pada-Ku
sebab, yang dapat mengendalikan pancaindrianya
dinamakan memiliki keseimbangan jiwa

ku dalan sloka ini adalah sama dengan Yang Maha Tahu dalam
sloka 59. Disini Krisna menjelaskan kepada Arjuna, bahwa tanpa
pemusatan pikiran dan pengabdian jiwa terhadap Brahman
(Yang Maha Esa), segala usaha seseorang akan sia-sia. Disiplin
jiwa, bukan hanya pemusatan pikiran dan pengekangan hawa
nafsu tetapi juga harus disertai dengan kemauan keras dan
pengabdian yang terus-menerus.

(62) dhyayato vishayan pumsah

sangas teshu pajayate


sangat samjayate kamah

kamat krodho 'bhijayate

artinya :

bila orang memikirkan duniawi selalu


maka keinginan daripadanya lahir
dan keinginan ini timbulah nafsu
dan dari nafsu itu bangkitlah amarah

nafsu adalah kekuatan lahiriah yang tidak ada bandingannya.


Orang bisa mencapai kemegahan dan kemewahan setinggi langit
justru karena nafsu tiu. Demikian pula orang bisa terpelanting
dan terjerumus kedalam jurang kesengsaraan dan kehinaan. Dan
nafsu yang tidak mencapai sasarannya menimbulkan marah
yang berkobar-kobar. Nafsu pasti menimbulkan ketenangan dan
keseimbangan jiwa.

48
Bhagavadgitha Bebel

(63) krodhad bhavati sammohah

sammohat smritivibrahramah

smritibrahmsad biddhonaso

buddhinasat pranasyati

artinya :

dari amarah timbulah kebingungan


dari kebingungan hilang ingatan
hilang ingatan menghancurkan pikiran
kehancuran pikiran membawa kemusnahan

seperti dijelaskan dalam sloka terdahulu, hawa nafsu


membangkitkan amarah. Dalam sloka ini dijelaskan oleh Krisna
bahwa amarah adalah pangkal kemerosotan psiko seseorang.
Emosi kemarahan ini menyeret jiwa seseorang kedalam
kebingungan ini membungkus inteleknya. Sehingga kekuataan
pikiran yang dipancarkan oleh intelek ini tertutup. Secara
psikologis, orang itu dikatakan hilang ingatan. Hal ini dikuti oleh
kekusutan (kehancuran) pikiran. Pikiran yang kusut tidak lagi
mempunyai kekuatan membedakan dan tidak pula rasional.
Pikiran yang tidak rasional inilah meluruskan jalan keruntuhan
moral. Inilah yang dimaksudkan kemusnahan seseorang
bukanlah ia lalu mati dalam artian jasmani, sebab kenyataan
lahiriah biasa menunjukkan bahwa orang yang hidup penuh
diliputi hawa nafsu sehari-hari kelihatan segar bugar.

Demikianlah Krisna menguraikan degradasi atau kemerosotan


moral itu yang pankal mulanya berasal dari pikiran, yang secara
halus dan tidak sadar menyusup kedalam jiwa.

(64) raga dvesha viyuktais tu

vishayan indriyais charan

atmavasyair vidheyatma

prasadam adhigachchati

artinya :

tetapi orang yang teguh beriman


walau hidup ditengah-tengah benda duniawi

49
Bhagavadgitha Bebel

tetap menguasai nafsunya, bebas dari suka & benci


mencapai kedamaian dalam jiwanya

(65) prasade sara duhkhanam

hanir asyo 'pajayate

prasanna chetaso hy asu

buddhih paryavatishthate

artinya :

dalam jiw ayang bersih hening


segala derita-kesengsaraan jadi sirna
pikiran orang berjiwa bersih demikian
bersemayam teguh dalam ketenangan

demikian orang yang membebaskan dirinya dari macam


gangguan emosi lambat-laun mencapai keseimbangan yang
cocok benar untuk samadi.

(66) na 'sti buddhir ayuktasya

na 'cha 'yuktasya bhavana

na 'cha 'bhavayatah santir

asantasya kutah sukhan

artinya :

yang melepas hawa-nafsu, tak punya kekuatan jiwa


jiwa lemah tidak dapat memusatkan pikiran
tanpa pemusatan pikiran tak mungkin ada ketenangan
dan tanpa ketenangan , dimanakah ada kebahagian?

(67) indriyanam hi charatam

yan mano 'nuvidhiyate

tad asya harati prajnam

vayur navam iva 'mbhasi

artinya :

50
Bhagavadgitha Bebel

bila pikiran hanyut dalam pancaindria


penegertian baik juga terbawa olehnya
ibarat angin topan melanda
perahu hanyut dalam samudera

kontras dengan sloka 64. Dalam sloka ini dijelaskan betapa posisi
seorang yang berpikiran dan pengertian baiknya terbawa hanyut
oleh nilai-nilai keinginan pancaindrianya. Keinginan atau hawa-
nafsu yang selalu bergerak dengan kuatnya (bila orang tiada
teguh iman) dapat mnegombang-ambingkan jiwa, seperti
diibaratkan sebuah perahu dalam sloka ini.

(68) tasmad yasya mahabaho

ningrihitani sarvasah

indriyani 'ndriyarthebhyas

tasya prajna pratishthita

artinya :

karenanya orang yang dapat mengendalikan


pancaindriannya dari segala nafsunya
objek keinginannya, oh Mahabahu
ialah jiwanya, mencapai keseimbangan

ini bukanlah berarti bahwa pancaindria itu dapat diputuskan dari


nafsu dan objek keinginan seseorang. Ia hanya dapat
dikendalikan dan ditaklukan oleh kemauan jiwa yang kuat.
Mahabahu berarti: yang bersenjata perkasa (sakti) dan yang
dimaksudkan adalah Arjuna (lihat sloka 26). Disini dimaksudkan :
arjuna yang bersenjatakan memtal yang perkasa.

(69) ya nisa sarvabhutanam

tasyam jagarti samyami

yasyam jagrati bhutuni

sa nisa pasyato munch

artinya :

apa yang gelap bagi mahkluk sekalian


adalah terang bagi m yang mengetahui Atman

51
Bhagavadgitha Bebel

apa yang siang bagi mahkluk sekalian


adalah malam bagi yang mengetahui Atman

bagi orang dan mahkluk lainnya kebenaran abadi adalah gelap,


tetapi bagi Munu (yaitu orang yang mengetahui Atman),
kebenaran abadi adalah terang benderang. Ia dapat melihat apa
yang masih gelap bagi orang biasa. Demikianlah perbedaan
pandangan orang biasa dengan orang yang mengetahui Atman
terhadap kebenaran abadi dalam hidup ini.

Selanjutnya, bagi orang biasa siang hari adalah waktu untuk


melakukan segala macam aktivitas untuk mencapai kesenangan
hidup dalam dunia ini : tetapi bagi Muni kebahagian ini hanya
dapat diperoleh diwaktu malam sepi, dimana hiruk-pikuk dan
sktivitas manusia sudah tidak ada lagi, hal mana yang sangat
cocok untuk melakukan samadi. Jiwanya terjaga dikala orang
biasa membangunkan panca indrianya bagi segala objek hawa-
nafsu dalam hidup ini.

(70) apuryamanam achala pratishtham

samudram apah pravisanti yadvad

tadvad kama yam pravisanti sarve

sa santim apnoti na kamakami

artinya :

ibarat sungai mengaliri samudera


walau tetap diisi air namun tetap tenang
demikian orang berjiwa tenang mencapai kedamaian
tetapi bukan orang yang melepas hawa-nafsu

samudera yang luas tidak terpengaruh sama sekali oleh aliran air
dari beribu-ribu sungai yang bermuara ditepinya. Demikianlah
halnya orang yang telah menemukan kedamaian dalam jiwanya
tidak terpengaruh oleh reaksi-reaksi jahar dari nafsu yang
dihasilkan oleh objek kesenangan duniawi yang silih berganti
melintas depanya selama hidupnya didunia ini.

(71) vihaya kaman yah sarvan

pumams charatinihhsprihah

nirmamo nirahamkarah

52
Bhagavadgitha Bebel

sa santim adhigachchati

artinya :

orang yang mengenyahkan semua nafsunya


dan melangkah bebas tanpa keinginan
enyah dari perasaan "aku" dan "punyaku"
mencapai kedamaian dalam jiwanya

(72) esha brahmi sthitih partha

nai 'nam prapya vimuhyati

sthitva 'syam antakale ;pi

brahmanirvanam richchhati

artinya :

inilah tingkat kesucian, oh Parta


dia yang telah sampai ditingkat ini
walau maut tiba, tiada bingung lagi
dan mencapai nirwana bersatu dengan Brahman

orang yang telah melemparkan jauh-jauh hawa nafsu, tiada lagi


mempunyai keinginan dan perhitunagn akan sesuatu untuk
kebesaran atau keagungan dirinya sendiri. Ia tiada lagi
mempunyai rasa ke-aku-an dan tiada memiliki benda jasmaniah
sebagai kepunyaannya.

Dalam keadaan demikianlah ia disebut mencapai samtim,


kedamaian, yaitu lenyapnya semua suka dan duka dalam
kehidupan didunia kita ini.

Didalam evolusinya, ia lalu mencapai nirvana, kesempurnaan.


Dalam kitab suci Dhammapada, Gautama Budhha menjelaskan
seperti berikut : "kesehatan adalah keberuntungan yang
terbesar, kepuasan (dalam kesederhanaan) adalah kekayaan
yang paling melimpah-limpah, keyakinan adalah kawan sejati
dan nirwana adalah kebahagian yang tertinggi". Inilah artinya
nirwana.

Oranng yang mencapai nirwanaadalah mencapai tempat


Brahman Yang Maha Tunggal, Yang Absolut, Jiwa Yang Maha
Agung, dan tinggal selam-lamanya distu bersama-Nya.
Tempat ini disebut Brahmanirwana.

53
Bhagavadgitha Bebel

Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam


Yogasastre srikrishnarjuna samvade
Samkhyayogo nama dvitiyo 'dhyayah

Maka berakhirlah bab kedua Upanishad Bhagavadgita


Mengenai ilmu penegtahuan tentang Yang Maha Esa
Kitab suci Yoga dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna yng
berjudul SMKHYAYOGA

III. PERCAKAPAN KETIGA

KARMAYOGA

Arjuna bertanya bhwasanya kalau memang benar ilmu


pengetahuam lebih mulia daripada tindakkan (kerja), mengepa
harus melakukan tindakan-tindakan kejam membunuhi sanak
keluarga?. Dalam bab ketiga ini Krisna memberi jawaban :
tindakan (kerja) adalah merupakan hukum alam.

Bekerja seperti telah diwajibkan dengan kebaktian dan


pengabdian kepada Brahman, tanpa megharapkan keuntungan
pribadi demi kesejahteraan dan kebahagian sesama umat
manusia. Dan melakukan kewajiban sendiri walaupun dengan

54
Bhagavadgitha Bebel

tidak sempurna lebih baik daripada kewajiban orang lain


walaupun dikerjakan dengan sempurna. Inilah disiplin hidup.

Tindakkan digerakkan oleh hukum-alam ini dan bukan oleh jiwa


yang ada dalam badan jasmaniah ini. Sifat alam menimbulkan
amarah dan nafsu yang dapat menyebabkan orang terikat oleh
keinginan akan pahala kerja.

Maka itu, janganlah sampai tertipu oleh sifat alam ini, tetapi
berhenti bekerja berarti melawan hukum alam dan dunia kan
hancur.

Tunjukkanlah segala tindakkan kepada Brahman, bebas dari


keinginan nafsu dann ke-aku-an, enyahkan rasa gentas dan
bertempur, beri contoh kepada yang lebih bodoh!

IV. Percakapan Ketiga

(1) arjuna uvacha:

iyayasi chet karmanas te

mata buddhir janardana

tat kim karmani ghore mam

niyojayasi kesava

artinya :

Arjuna bertanya:
Wahai Janardana, kalau Engkau berpikir
Bahwa ilmu pengetahuan lebih mulia dari tindakkan
Melakukan tindakkan kejam ini, oh kesava?

(2) vyamsrene 'va vakyena

buddhim mohayasi 'va me

tad ekam vada nischita

yana sreyo 'ham apnuyam

artinya :

uraian-Mu agak kacau membingungkan pikiranku


dari itu, katakanlah kepadaku dengan pasti

55
Bhagavadgitha Bebel

satu-satunya jalan yang dapat kutempuh


untuk mencapai kebahagian abadi

arjuna berpendapat bahwa berperang, bertempur saling bunuh-


membunuh adalah ghore, kejam, buas dan kasar. Walaupun bagi
seorang ksatria membunuh dalam peperangan itu adalah suatu
kewajiban, namun Arjuna menolak untuk berbuat demikian
sebab hatinya tiada tega melakukan kekejaman tersebut, apalagi
untuk membunuh anak kandangnya sendiri.

Uraian Krisnadalam Bab II tiada mudah ditangkap oleh Arjuna,


yang menyebabkan ia salah mengerti. Ia bertambah bingung
menangkap ajaran krisna seolah-olah Sri Bagawan menyatakan
bahwa bekerja untuk memperoleh penghargaan adalah lebih
rendah derajatnya daripada bekerja tanpa keinginan dan
kepentingan pribadi, dan ilmu pengetahuan tanpa tindakkan
adalah lebih baik daripada tindakkan atau kerja.

Kalau memang cara ilmu pengetahuan lebih baik untuk


mencapai kebahagian abadi daripada kerja? Lebih-lebih tindakan
untuk membunuh dalam peperangan. Demikian pertanyaan
Arjuna, dan ia mengharapkan benar-benar petunjuk yang pasti
dari Guru-nya.

(3) sribhagavan uvacha:

loke 'smin dvividha nishtha

pura prokta maya 'nagha

jnanayogena samkhyanam

karmayogena yoginam

artinya :

Sri Bagawan berkata:


Telah kukatakan sejak dahulu, oh Anagha
Ada dua disiplin dalan hidup ini
Jalan ilmu penegtahuan bagi cendikiawan
Jalan tindakkan, kerja bagi karyawan

Seperti dalam ilmu-psikologi dewasa ini, Krisna menjelaskan


kepada Arjuna, bahwa memang pada umumnya ada dua macam
pencari kebenaran abadi ini, yaitu mereka yang mencari
kebenaran abadi dengan jalan ilmu pengetahuan dan
kerohanian, dan mereka yang mencari kebenaran dengan jalan

56
Bhagavadgitha Bebel

pengabdia dan kerja sehari-hari tanpa menghitung-hitung pahala


yang akan diperoleh. (anagha seperti orang yang tidak bersalah;
disini dimaksudkan Arjuna, sebab ia belum mengerti). Baik orang
menempuh jalan tersebut memberi effek yang sama terhadap
usaha mencapai kebahagian abadi itu. Kedua jalan tersebut
tidaklah ekslusif sama sekali, melainkan pada suatu tingkatan
usaha, kedua-duanya isi-mengisi.

Kedua-dua jalan itu sama nilainya. Jalan kerja ditempuh oleh


orang biasa dalam kehidupannya sehari-hari, sedangkan jalan
ilmu pengetahuan ditempuh oleh mereka yang jiwanya telah
diterangi dengan ajaran-ajaran kerohanian.

(4) na karmanam anarambhan

naishkarmyam purusho 'snute

na cha samnyasanad eva

siddhim samadhigachchhati

artinya :

orang tidak akan mencapai kebebasan


karena diam tiada bekerja,
juga ia tak-kan mencapai kesempurnaan
karena menghindari kegiatan kerja

memang ada anggapan bahwa untuk mencapai kebebasan,


orang harus menghentikan segala kerja dan kegiatan lainnya,
agar bebas sama sekali dari hasil kerja tersebut. Demikian pula
untuk mencapai kesempurnaan, orang hasrus menghindari
segala kegiatan kerja, agar pahala tidak mendatangkan, seperti
halnya aksioma yang mengatakan ada saksi pasti ada reaksi. Jadi
ada kerja pasti ada hasilnya, baik atau buruk.
Bukankah itu yang dimaksudkan Krisna! Kebebasan yabg
dimaksudkan adalah bukan bebas tanpa kerja, melainkan bebas
dari ikatan belenggu kerja itu sendiri. Dan kesempurnaan yang
dimaksudkan adalah bukan menghindari kegiatan kerja,
melainkan menghindari nafsu keinginan untuk memperoleh
pahala daripada hasil kegiatan kerja itu sendiri.

(5) na hi kaschit kshanam api

jatu tishthaty akarmakrit

karyate hy avasah karma

57
Bhagavadgitha Bebel

sarvah parkkitijair gunaih

artinya :

tidak seorang pun tidak bekerja


walaupun untuk sesaat jua
karena dengan tiada berdaya manusia
dibuat bertindak oleh hukum alam

selama manusia hidup didunia ini, ia tidak bisa menghindarkan


diri dari tindakkan atau kerja. Berfikir adalah suatu tindakkan
kerja. Berjalan, berbuat sesuatu dan sebagainya adalah suatu
tindakkan atau kerja. Orang tidak akan dapat menghindarinya, ia
tidak bisa lari dari tindakkan ini, dari sifat atau hukum prakriti
(alam, benda jasmaniah).

Hanya dia yang mengetahui atman bisa terbebas dari belenggu


nafsunya, tidak mengetahui Atman dan akan selalu dibelenggu
oleh hukum alam ini.

(6) karmendriyani samyamya

ya aste manasa smaran

indriyarthan vimudhatma

nithyadharah sa uchyate

artinya :

yang duduk, mengontrol pancaindrianya


tetapi pikirannya terus mengenang kenikmatan,
sebenarnya bingung, menipu dirinya
dan dinamakan seorang hipokrat

orang munkin menutup matanya supaya tidak melihat yang


indah-indah atau cantik-cantik, orang mungkin menutup
mulutnya supaya tidak makan yang enak-enak atau nikmat-
nikmat, tetapi kalau membiarkan pikirannya dan keinginannya
tidak terkontrol, maka ia gagal dalammeresapkan arti disiplin
hidup ini. Demikian pula, orang mungkin dapat menahan pikiran
dab keinginannya, tetapi kalau membiarkan alam pancaindrianya
(mata, mulut, telinga dan sebagainya) berkeliaran, maka ia tidak
mengerti sesungguhnya apa arti disiplin hidup ini.

Pengekangan alat pancaindria adalah sebagai pendahuluan


daripada kontrol pikiran dan keinginan, atau dengan perkataan

58
Bhagavadgitha Bebel

lain, kontrol jasmaniah adalah pendahuluan daripada kontrol


rokhaniah.

(7) yas tv indriyani manasa

niyamya 'rabhate 'rjuna

karmendriyaih karmayogam

asaktah sa visihyate

artinya :

tetapi orang yang dapat mengendalikan


pancaindrianya dengan pikiran, oh Arjuna
dan bekerja tanpa mementingkan diri
ia itu adalah orang utama

pengendalian pancaindria oleh pikiran perlu sekali untuk


membersihkan jiwa dari hawa-nafsu dan keinginan. Pengontrolan
alat pancaindria bukanlah berarti menghentikan kegiatan atau
tindakkan dan kerja. Pengendalian atau pengontrolan ini penting
sekali bagi pemusatan pikiran untuk menjuruskan segala
kegiatan dan pancaindria kearah tindakkan dan kerja yang baik
dan benar.

Dengan tindakkan dan kerja yang baik dan benar selanjutnya


pikiran dapat dipusatkan untuk pekerjaan dan pengabdian yang
lebih sempurna tanpa kepentingan diri sendiri. Tindakkan dan
kerja yang demikian inilah dapat membebaskan jiwa dari
belenggu prakriti (alam, benda jasmaniah).

(8) niyatam kuru karma tvam

karma iyayo hy akarmanah

sarirayatra 'pi cha te

na prasidhyed akarmanah

artinya :

bekerjalah seperti yang telah ditentukan


sebab bekerja lebih baik dari tak kerja
kalau engkau tidak bekerja
kalau sehari-haripun tidak mungkin

59
Bhagavadgitha Bebel

perkataan niyatam berarti: pekerjaan yang telah ditentukan.


Maksud sloka ini adalah, bahwa tiap-tiap orang dalam hidup
mempunyai tugas pekerjaan yang telahditentukan sesuai dengan
bakat dan pilihannya sejak ia masih kecil. Sebagai seorang Guru,
Krisna mengharapkan agar Arjuna bekerja dan bertindak seperti
apa yang telah ditentukan baginya sebagai seorang ksatria.

(9) yajnarhat karmano 'nyatra

loko 'yam karma bandhanah

tadartham karma kauteya

mukta sngah samachara

artinya :

kecuali untuk tujuan berbakti


dunia ini dibelenggu oleh hukum kerja
karenalah bekerjalah demi bakti
tanpa kepentingan pribadi, oh Kuntipura

perkataan yajna berarti : bakti pengabdian, persembahaan dan


yajnartha berarti : semua pekrjaan, nasehat Krisna kepada
Arjuna, harus dilaksankan dengan semangat pengabdian,
berbakti kepada Yang Maha Esa. Walaupun dunia ini (termasuk
juga manusia) dibelenggu oleh hukum kerja, namun kalau kerja
itu dilaksanakan dengan motif kepentingan diri sendiri,
melainkan demi berbakti dan mengabdi, mak belenggu itu tidak
lagi mempunyai kekuatan mengekang.

(10) sahayajnah prajah srishtva

puro 'vacha prajapatih

anena prasavishya dhvam

esha vo 'stv ishta kamadhuk

artinya :

dahulukala Prajapati menciptakan manusia


bersama bakti persembahannya dan berkata:
dengan ini engkau akan berkembang biak
dan biarlah ini jadi sapi perahmu

60
Bhagavadgitha Bebel

perkataan prajah berarti : manusia, rakyat, dan perkataan


prajapati berarti : pencipta atau Brahman. Perkataan kamadhuk
berarti : sapi kepunyaan indra yang dapat memenuhi keinginan
manusia. Jadi kisahnya, pada waktu Brahman, Yang Maha Esa
menciptakan manusia, ia diberi kekal oleh-Nya seekor sapi
kepunyaan Indra untuk diperas susunya. Berbarengan dengan
lahirnya manusia itu, lahir pula tugas pekerjaannya untuk
berbakti kepada-Nya. Tetapi oleh karena sapi indra itu dapat
dipenuhi sehingga ia lupa kepada bakti persembahannya.
Demikianlah kisahnya.

(11) devan bhavayata 'nena

te deva bhavayantuvah

parasparan bhavayantah

sreyah param avapsyatha

artinya :

dengan ini, pujalah Dewata


semoga Dewata memberkahi engkau
dengan saling menghormati begini
engkau mencapai kebajikan tertinggi.

Perkataan devan berarti : Devata yaitu kekuatan-kekuatan yang


bercahaya yang mengatur fungsi kosmos (alam semesta) ini
dalam evolusinya. Untuk mudahnya, ia digambarkan sebagai
mahkluk yang lebih tinggi daripada manusia.

Krisna mengajarkan kepada Arjuna dokrim yang menyatakan


bhwa manusia harus memuja atau menghormati Dewata, yaitu
yang tiada lain daripada kekuata-kekuatan yang mengatur fungsi
kosmoskita ini,, sebagai pernyataan terima kasih manusia yang
menghormati kekuatan-kekuatan tersebut, berarti mngerti akan
tugas dan kewajiban hidupnya. Dan barang siapa mengerti akan
tugas kewajibannya akan mencapai kebajikan yang tertinggi.
Disini memuja atau menghormati Dewata seperti diterangkan
diatas bukanlah persoalan polytheisme atau monotheisme
seperti sering diinterpretasikan oleh kaum sarjana atau cerdik
pandai. Sebab Dewata atau kekuatan-kekuatan yang mengatur
fungsi kosmos itu tiada lain daripada bagian Brahman, Yang
Maha Esa, yang absolut, seperti halnya jiwa manusia adalah
bagian daripada jiwa Yang Tunggal

(12) ishtan bhogan hi vo deva

61
Bhagavadgitha Bebel

dasyante yajna bhavitah

tair datt apradayai 'bhyo

yo bhunkte stena eva sah

artinya:

sebab, dengan pujaanmu Dewata


akan memberkahi kebahagian bagimu,
dia yang tidak membalas rahmat ini
kepada-Nya, sesungguhnya adalah pencuri

(13) yajna sishtasinah santo

muchyante sarva kilbishaih

bhunjate te ty agham papa

ye pachanty atma karanat

artinya :

yang baik makan setelah upacara bakti


akan terlepas dari segala dosa,
tetapi menyediakan makanan lezat hanya bagi sendiri
mereka ini, sesungguhnya makan dosa.

Seperti telah diterangkan diatas (lihat sloka 90, yajna berarti


bakti, pengabdian atau persembahan. Dalam kategorinya, yajna
itu dapat dibagi sebagai berikut : (a) Brahma-yajna-berbakti
kepada Brahman, Yang Maha Esa, (b) deva-yajna-berbakti
kepada para Dewata, yaitu kekuatan-kekuatan yang mengatur
fungsi kosmos ini, (c) Pitri-yajna-berbakti kepada nenek moyang
dan orang tua, (d) Nri-yajna-memberikan sedekah kepada yang
miskin dab sengsara, dan (e) Bhuta-yajna-memberikan makan
kepada binatang.

Melakukan yajna kepada mereka yang tersebut diatas itu adalah


menjadi tugas manusia dalam hidup ini. Inilah yang dinamakan
kerja atau tindakkan. Setiap pembaktian atau pemberian kepada
mereka harus dilakukan dengan hati suci dan semangat
pengorbanan.

Menurut Krisna. Orang yang baik dan berbudi luhur


mendahulukan pembektian ini daripada kebutuhannya sendiri,
dan berdosalah orang yang hanya ingat kepada dirinya sendiri

62
Bhagavadgitha Bebel

menyediakan makanan yang lezat-lezat tanpa ambil pusing


terhadap yajna-yajna yang harus dilakukannya.

(14) annad bhavanti bhutani

parjanyad annasambhavah

yajnad bhavanti parjanyo

yajnah karma samudbhavah

artinya :

karena makanan, mahkluk hidup


karena hujan makanan tumbuh
karena persembahan hujan turun
dan persembahan lahir karena kerja

(15) karma brahmodbhavam viddhi

brahma 'kshara samudbhavan

tasmat sarvagatam brahma

nityam yajne paraishthitam

artinya :

ketahuilah, kegiatan kerja lahir dari Brahman


dan Brahman datang dari Yang Maha Esa
dari itu, Brahman yang melingkupi semua
selalu ada disekitar persembahan

dalam kedua sloka diatas ini jelas dilukiskan ajaran tentang


hubungan antara kerja, berbakti (persembahan) hidup dan
Brahman, yang merupakan suatu prinsip daripada sebab dab
akibat pencipta manusia seperti tercantum dalam sloka 10.

Benarlah kiranya kalau direnungkan dari segi ilmu pengetahuan


biasa, kerja yang melahirkan persembahan mendatangkan hujan.
Contoh yang mudah dapat dimengerti misalnya, dimana tanah
tandus, pohon-pohonan tidak ada, maka hujan pun tidak turun.
Tetapi kalau tanah-tanah tandus ini dikerjakan dengan semangat
pengabdian dan persembahan, ditanami pohon-pohonan
sehingga menjadi hutan, maka hujanpun akan turun. Dengan
adanya air mahkluk akan hidup. Dan hidup adalah berakar pada

63
Bhagavadgitha Bebel

Brahman, Yang Abadi. Jadi hidup dan kerja itu berkisar dalam
lingkaran persembahan (yajna).

(16) evam pravatitam chakram

na 'nuvartayati 'ha yah

aghayur indriyaramo

mogham partha sa jivati

artinya :

yang tak-ikut memtar roda hidup ini


selalu hidup dalam dosa
menikmati kehendak hawa-nafsunya
oh Parta, ia hidup sia-sia

dalam sloka ini Krisna ingin menjelaskan bahwa manusia individu


dan kosmos semesta ini adalah bergantung satu sama lain.
Hidup individu manusia dan hidup kosmos semesta saling
bergantungan. Ia yang bekerja hanya untuk dirinya sendiri
adalah sia-sia, karena putaran roda hidup adalah disebabkan
adanya kerjasama antara manusia dan mahkluk lain yang lebih
suci. Demi kerjasama ini perlu adanya persembahan.

(17) yas tv atmaratir eva syad

atmatriptas cha manavah

atmany eva cha samtushtas

tasya karyam na vidyate

artinya :

tetapi mereka yang selalu mengabdi Atman


dan puas akan segala rahmat-Nya
hidup bahagia begini dengan Atman
tiada lagi ikatan kerja baginya

mereka yang hidup penuh dengan semangat berbakti dan rela


berkorban, serta menerima apa saja sebagai rahmat-Nya,
terbebas dari belenggu ikatan kerja, yang membuat mereka
bersatu dengan Yang Maha Semesta.

(18) nai 'va tasya kritena 'rtho

64
Bhagavadgitha Bebel

na 'kritene 'ha kaschana

na cha 'sya sarvabhuteshu

kaschid arthavyapasravah

artinya :

tiada lagi ia menharapkan hasil kerjanya


juga tak merasa kehilangan tanpa bekerja
tiada lagi ia tergantung kepada siapapun
untuk maksud memperoleh objek apapun

(19) tasmad asaktha satatam

karyam karma samachara

asakto hy acharan karma

param apnoti purushah

artinya :

dari itu laksanakanlah segala kerja


sebagai kewajiban tanpa harap keuntungan
sebab kerja tanpa keuntungan pribadi
membawa orang ke-kebahagian tertinggi

dalam tingkatan, kerja dilakukan orang adalah paling mulia


apabila ia dilaksanakan tanpa tujuan untuk memperoleh pahala
bagi kepentingan diri pribadi. Demikian pula pekerjaan yang
disertai dengan persembahan sebagai tanda berbakti, jauh lebih
mulia daripada pekerjaan yang mengangkat orang pada
penyucian dan kesempurnaan pikiran dan jiwanya.

(20) karmanai 'va hi samsiddhim

asthita janakadyah

loka samgraham eva 'pi

sampasyan kartum arhasi

artinya ;

dengan berja demikian, janaka


dan yang lainya mencapai kesempurnaan

65
Bhagavadgitha Bebel

demi kebahagian dan kemanusian didunia


engkau juga harus laksanakan kewajibanmu

perkatan loka samgraha berarti : pengemban kemanusiaan


didunia. Disini Krisna memberi contoh orang-orang berjiwa besar
yang telah melaksanakan kewajiban hidup mereka untuk
kebahagian serta kemanusian dengan jalan menyelamatkan
dunia dari kondisi materiil dan moral. Dalam hubungan ini Krisna
menyebut nama Raja Janaka.

Janaka adalah raja dari negeri Mithila, ayah dari Sita dewi dan
mertua dari Sri rama. Namanya sering disebut-sebut sebagai
seorang acharya, sebagai contoh dalam soal-soal membawakan
kebahagian bagi rakyatnya dan memupuk rasa kemanusiaan
yang agung pada jamannya. Janaka sendiri dalam masa
hidupnya mencapai kesadaran jiwa dan kebahagian abadi
dengan segala aktivitas kerjanya, tanpa motif-motif kepentingan
diri pribadinya, tidak henti-hentinya sampai saatnya terakhir.
Rasa "aku" dan "punyaku" tidak ada lagi padanya. Ketika
istananya dan segala isi dalam istanan itu musnah terbakar, ia
berkata : "Tiada satupun punyaku terbakar".

(21) yad-yad acharati sreshthas

tad-tad eve 'taro janah

sa yat pramanam kurute

lokas tad anuvarrtate

artinya :

apa saja yang dilakukan orang besar


orang lain akan mengikutinya
contoh apa saja yang diberikannya
seluruh dunia akan menurutinya

orang biasa akan selalu mengikuti jejak orang-orang besar dari


jaman dahulukala. Orang-orang besar ini memang telah
dilahirkan untuk membawa cahaya bagi pikiran dan rakyat biasa
dalam menempuh hidup mereka didunia ini. Ada yang lahir
sebagai Bagawan, ada pula sebagai Awatara, dan ada pula
sebagai Nabi.

(22) yadi by aham na varteyam

trishu lokeshu kimchana

66
Bhagavadgitha Bebel

na 'navaptam avaptavyam

varta eva cha karmani

artinya :

tiada sesuatu yang harus Kukerjakan


tiada sesuatu yang harus dicapai
oleh-Ku dalam ketiga dunia ini, oh Parta
namun Aku tetap melaksanakan kerja

(23) yadi hy aham na varteyam

jatu karmany atandritah

mama vartma 'nuvartante

marushyah partha sarvasah

artinya :

sebab, Parta, apabila aku tiada


selalu bekerja tiada kecapaian,
manusia dimana-mana dalam segala
hal akan mengikuti jejak-Ku

(24) utsideyur ime loka

na kuryam karma ched aham

samkarasya cha karta syam

upahanyam imah prajah

artinya :

jika aku berhenti bekerja


didunia ini akan hancur lebur
dan aku jadi pencipta keruntuhan
memusnahkan manusia ini semua

(untuk mengetahui ketiga dunia yang dimaksudkan dalam sloka


22 diatas, baca sloka 1.35). dalam ketiga sloka diatas, sebagian
Bagawan atau Rasul Yang Maha Tahu absolut, krisna
menyatakan bahwa ia sendiri tidak lagi mempunyai kepentingan
apa-apa kecuali membentuk dan mengarahkan kegiatan hidup
manusia menuju kekesempurnaan dan kebahagian abadi serta

67
Bhagavadgitha Bebel

menjaga dan memelihara dunia ini dari keruntuhan dan


kemusnahan, dan ketidak adilan.

(25) saktah karmany avimso

yatha kurvanti bhatara

kuryad vidvams tatha 'saktas

chikirshur loka samgraham

artinya :

seperti orang dungu bekerja karena pahala


demikianlah harusnya orang pandai bekerja
tetapi tanpa kepentingan pribadi, oh Parta
melainkan untuk kesejahteraan manusia

(26) na buddhi bhedam janayed

ajnanam karma sanginam

joshayet sarva karmani

vidvan yuktah samacharan

artinya :

janganlah mereka yang bijaksana


membingungkan yang bodoh bekerja bernafsu
melainkan membiarkannya semua bekerja
sambil memberi contoh bekerja berbakti

(Barata = Arjuna) dalam kedua sloka ini Krisna hendak


memperingatkan kepada kita bahwa mereka yang pandai dan
bijaksana hendaknya jangan membingungkan dan melemahkan
keyakinan mereka yang mempunyai pengetahuan sederhana
terhadap kerja mereka dalam hidup ini. Sebab, walaupun mereka
bodoh semua pada dasarnya mempunyai rasa tanggung jawab
kepada kerja, pangabdian dan kecintaan. Elemen-elemen inilah
merupakan fondasi keyakinan mereka. Mungkin karena
ketidaktahuan mereka terkadang timbul gejala-gejala yang sukar
diteloransikan. Oleh karenanya mereka harus dituntun bukti
perbuatan ketja yang nyata sehingga mereka menyontohnya.
Ketahuilah bahwa keyakinan mereka adalah lebih luas dan
mendalam daripada kepercayaan mereka. Dan mengangkat
moral serta budipekerti tidaklah dapat dilakukan dengan jalan

68
Bhagavadgitha Bebel

meloncat tiba-tiba melainkan setapak demi setapak ketempat


yang lebih tinggi.

(27) prakriteh kriyamanani

gunaih karmani sarvasah

ahamkakara vimudhatma

karta 'ham iti manyate

artinya :

setiap gerak kerja disebabkan oleh guna


tetapi orang yang pikirannya bingung
karena diliputi oleh rasa ke-aku-annya
berpikir : "aku inilah pelaksananya"
(28) tattvavit tu mahabaho

guna karma vibhagayoh

guna guneshu vartanta

iti matva na sajjate

artinya :

tetapi mereka yang tahu, oh Mahabahu


perbedaan antara jiwa dan sifat guna
sadar bahwa guna hanya mempengaruhi guna
dan bebas dari ikatan pahala kerja

(29) prakkriter guna sammudhah

sajjamte guna karmasu

tan akritsnavido mandan

kritsnavin na vichalayat

artinya :

mereka yang tertipu sifat guna


terikat pada keinginan yang dihasilakn olehnya
tetapi yang mengerti jangan sampai menyesatkan
mereka yang pengetahuannya tiada sempurna

69
Bhagavadgitha Bebel

(Mahabahu = Arjuna Untuk mengetahui istilah guna, baca sloka


II.45). guna adalah batas kebebasan manusia yang diperoleh dari
kelahiran dan lingkungan yang mempunyai kekuatan
membelenggu. Pengalaman hidup seseorang dapat menambah
atau mengurangi akumulasi kekuatan belenggu guna ini.
Pengalaman ini diperoleh daritindakkan atau kerja selama
hidupnya, seperti halnya proses kosmos semesta ini adalah
akibat (hasilnya) adalah diperbuatannya sendiri. Tetapi orang
yang mengerti dapat membebaskan dirinya dari belenggu guna
ini yang berarti pula bebas dari ikatan hasrat mengejar pahala
kerja.

(30) mayi sarvani karmani

samnyasya 'dhyatmachetasa

nirasir nirmamo bhutva

yudhyasva vugatajvarah

artinya :

tunjukkan semua kerjamu kepada-Ku


dengan pikiranmu terpusat pada Atman
bebas dari nafsu keinginan dan ke-aku-an
enyahkan rasa gentar dan, bertempurlah!

Seperti dalam sloka-sloka 22, 23 dan 24. Krisna kini menyatakan


dirinya bukan hanya sebagai Rasul atau Nabi, melainkan sebagai
penjelmahan daripada Brahman, Jiwa atau Atman sendiri, dan
menasehatkan kepada Arjuna supaya menyerahkan dan
mendedikasikan jiwanya kepada Atman, yang bersemayam
dalam tubuhnya. Dengan jalan penyerahan dan pengabdian
serupa ini, Arjuna akan dapat menyadari bahwa dirinya adalah
sebagai alat belaka sedangkan pelaksanaannya adalah Atman
sendiri. Dalam kondisi demikianlah rasa takut dapat dihapus.

(31) ye me matam idam nityam

anutishhanti manavah

sraddhavanto 'nasuyanto

munhyante te 'pi karmabhih

artinya :

70
Bhagavadgitha Bebel

mereka yang selalu mengikuti ajaran-Ku


dengan penuh keyakinan serta
bebas dari tetek bengek kebendaan
juga bebas dari belenggu kerja

(32) ye tv etad abhhyasuyanto

na 'nutishthanti me matam

sarvajnana vimudhams

viddhi nashtan achetasah

artinya :

mereka yang telah mencela ajaran-Ku


bukan hanya tidak mengikutinya
juga tidak berperasaan dan hilang kepercayaan
ketahuilah, mereka buta akan kebajikan

(33) sadrisam cheshtate avasyah

prakriter jnanavan api

nigrahah kim karishyati

artinya :

manalkala orang bijaksana berbuat


menurut sifat0sifat kebijaksanaannya
semua mahkluk menurut sifatnya pula,
apakah yang dapat diselesaikan dengan paksa

memang Krisna mengakui bhwa banyak orang yangtidak


mengikuti, malaham mencela, ajarannya. Hal ini dapat dijelaskan
sebab-sebabbya yang terletak pada sikap orang masing-masing,
baik yang pandai maupun yang bodoh. Pada mereka ini,
kekuatan belenggu prakriti yang termanifestasikan dalam sifat
guna menjadi sifat mereka sendiri. Maka itu sering orang
mengatakan : "Aku tidak dapat melakukan hal ini, sebab tidak
sesuai dengan sifat-sifatku". Demikian kuat belenggu prakriti
sehingga orang tidak mungkin dipaksa lagi. tEtapi ini bukan
berarti bahwa apa yang dinyatakan dalam sloka-sloka II.61 dan
II.68 tidak dapat dilakukan. Tenaga dan pikiran manusia harus
dapat diarahkan untuk mencapai pengekangan hawa-nafsu
sampai pada saat terakhirnyapun (apabila perlu), sebab

71
Bhagavadgitha Bebel

kemajuan bukan kemunduran dan penyucian bukan penodaan


menjadi sifat jiwa yang sesungguhnya.

(34) indriyasye 'ndriyasya 'rthe

raga dveshau vyavasthitau

tayor na vasam agachchet

tau hy asya paripanthinau

artinya :

cinta dan benci pada suatu objek keinginan


terletak pada objek keinginan itu sendiri
janganlah ada yang menyerahkan kepada keduanya
sebab keduanya merupakan penghalang belaka

mendengar sesuatu objek dari pendengaran, demikian pula


melihat sesuatu adalah objek dari penglihatn. Orang boleh
menyatakan suka atau tidak suka atas objek pendengaran atau
penglihatannya, tetapi orang harus mengerti bahwa kesukaan
atau ketidak-sukaanya adala timbul dari emosinya. Kalau orang
ini menjadi korban dari emosinya, maka rasa senang dan tidak
senang (cinta dan benci) menguasai kesadaranya. Dalam kondisi
yang demikian, hidupnya tidak bertujuan lagi dan inteleknya
hilang, tidak ubahnya seperti binatang biasa. Emosi inilah yang
harus ditundukkan.
(35) sreyan svadharmat vigunah

paradharmat svanushthitat

svadharme nidhanam sreyah

paradharmo bhayavahah

artinya :

lebih baik menunaikan kewajiban sendiri walau selesainya tiada


sempurna
daripada tugas orang lain walau dengan baik;
daripada dalam kewajiban orang lain
daripada dalam kewajiban orang lain yang sangat berbahaya.

Dalam sloka ini Krisna ingin menyinggung keinginan Arjuna yang


memilih hidup sebagai peminta-minta daripada bertempur dan
membunuh sanak-kandangnya (seperti dinyatakan dalam sloka

72
Bhagavadgitha Bebel

II.5). peminta-minta dalam hubungan ini dimaksudkan bhikshu


atau samnyasi, yang dalam tradisi dan agama dimaksudkan
orang yang menanggalkan semua hidup keduniawian ini, dan
pergi betapa mencari kebenaran abadi. Untuk hidup sederhana
sekedarnya sehari-hari, ia pergi meminta-minta.

Hal ini tidaklah disetujui oleh Krisna, sebab svadharma(kewajiban


sendiri). Arjuna sebagai ksatria adalah menunaikan tugas
dimedan pertempuran, seperti halnya petani svadharmanya
adalah mengerjakan sawah ladang, nelayan svadharmanya
adalah menangkap iakan, dan seterusnya. Kalau ada orang yang
meletakkan tugas kewajibanya sendiri lalu mengerjakan
pekerjaan orang lain, masyarakat akan jadi kacau, dan dimata
yYang Maha Esa nilai terakhir daripada hasil tugas kewajiban
seseorang adalah letak pada semangat pengabdian yang
diletakkan pada kerja itu sendiri. Semangat pengabdian yang
diletakkan pada suatu kerja membersihkan jiwanya dan
mendekatkan kepada ke-bahagian abadi.

(36) arjuna uvacha:

atha kena prayukto 'yam

papam charati purushah

anichchhannapi varshneya

balad iva niyojitah

artinya :

Arjuna bertanya:
Tetapi apakah, oh Warsneja
Yang mendorong orang berbuat dosa
Walau bertentangan dengan nuraninya
Seolah-olah dengan paksa?

(Warsneja + keturunan bangsa Wrisni, yaitu yang dimaksud


adalah Krisna). Kini arjuna mulai dengan pertanyaan baru,
karena (sebagai halnya sendiri) ia merasa bahwa orang sering
merasa terpaksa berbuat sesuatu yang bertentangan dengan
kemauannya (anichcannapi).

(37) sribhagavan uvacha:

kama esha krodha esha

73
Bhagavadgitha Bebel

rajoguna samud bhavah

mahasano mahapapma

viddhy enam iha vairinam

artinya :

Sri Bagawan menjawab:


Itulah amarah, itulah nafsu
Lahir daripada sifat guna
Keduanya memusnahkan, penuh dosa
Ketahuilah, kedua ini adalah musuh

Perkataan rajoguna berasal dari kata-kata rajas + guna yang


berarti sifat guna yang penuh dengan nafsu (selanjutnya baca
sloka II.45, tentang kata-kata rajas dan guna). Mahasano =
memusnahkan, mahapapma = penuh dosa. Kama = nafsu.
Krodha = amarah. Menurut orang arif bijaksana amarah berasal
dari nafsu yang terhalang menjadi = amarah. Dengan perkataan
lain nafsu dan amarah adalah sama (sloka II.2a).

(38) dhumena 'vriyate vahnir

yatha 'darso malena cha

yatho 'ibena 'vrito garbhas

tatha tene 'dam avritham

artinya :

bagai api diselubungi asap


bagaikan cermin diliputi debu
bagai bayi dibungkus dalam kandungan
demikian pula Dia diselimuti olehnya

perkataan "Dia" dan "olehnya" dalam kalimat terakhir sloka ini


masing-masing dimaksudkan Jiwa atau Atman dan nafsu atau
amarah. Demikianlah kalau orang lagi bernafsu atau amarah
jiwanya tertutup oleh sifat-sifat guna yaitu sattva, rajas dan
tamas, yang tergantung pada tingkatan nafsu dan amarahnya.
Makin keras nafsu atau amarahnya, makin kuat pula jiwanya
tertutup oleh sifat guna itu.

Apabila nafsu dan amarahnya tiada begitu keras, maka jiwanya


diselubungi oleh sifat guna sattva yang diibaratkan seperti api

74
Bhagavadgitha Bebel

diselubungi asap, kalau ada angin sedikit saja asap dapat


diterbangkan dan apipun segera kelihatan. Manakala nafsunya
atau amarahnya bertambah keras, maka jiwnya diliputi oleh sifat
guna rajas yang diibaratkan seperti cermin diliputi debu, dimana
diperlukan usaha untuk mengosok debu itu sehingga cerminnya
kelihatan. Tretapi kalau nafsunya atau amarahnya sangat keras,
maka jiwanya dibungkus dalam kandungan, dimana dibutuhkan
waktu, usaha dan keahlian supaya Jiwa atau Atman harus
dibebaskan dari ketiga macam guna ini yang merupakan sifat,
atribut dan karekter daripada prakriti atau benda jasmaniah
dalam dunia kita ini.

(39) aviritam jnanam etena

jnanino nityavairina

kamarupena kaunteya

dushpurena 'nalena cha

artinya :
tutuplah ilmu pengetahuan, Kuntipura
bagi mereka yang arif bijaksana
oleh hawa nafsu yang tidak puas-puasnya
yang merupakan musuh utama

hawa nafsu utama dari kemanusian. Bagi 100 orang yang bodoh,
yang mempunyai pikiran yang sangat sederhana, hawa-nafsu itu
tidak demikian rupa mencekammya seperti pada orang yang
pandai, yang mempunyai pikiran yang cerdas.

Bagi prang bodoh hawa nafsu itu menyiksanya sesaat saja, orang
pandai haewa0nafsu itu menyiksanya lebih kejam lagi, sebab
makin berusaha ia memenuhi hawa nafsunya dengan objek
keinginannya, makin besar pula berkobarnya hawa-nafsu
tersebut, ibarat api yang diberi bahan bakar terus-menerus
makin menjela-jela. Maka itu hawa nafsu adalah musuh utama!
Manusia yang konstan.

(40) indriyani mano buddhir

asya 'dhishthanam uchyate

etair vimohayaty esha

jnanam avritya dehinam

75
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

pancaindria, hati dan pikiran


adalah kendaraan baginya
dengan menutup ilmu pengetahunan olehnya
menyebabkan bingungnya jiwa dalam badan

Apabila hawa nafsu telah menaklukan pancaindria, maka


selanjutnya ia menaklukan hati dan kemudian menundukkan
pikiran (intelek); dan akibatnya adalah kemusnahan (sloka II. 62-
63).

(41) tasmat tvam indriyany adau

niyamya bharatarshabha

papmanam prajahi hy enam

jnana vijnana nasanam

artinya :

dari itu, oh Barat yang terbaik


kendalikanlah pancaindriamu pertama
dan basmilah nafsu yang penuh dosa
perusak segala ilmu pengetahuan dan kebajikkan

kata-kata jnana dan vijnana masing-masing berarti : ilmu


pengetahuan dan ilmu-pengetahuan tentang jiwa yang diperoleh
dari pengelaman dan perbandingan kenyataan-kenyataan yang
dihadapi dalam hidup ini.

(42) indriyani parany anhur

indriyebhyah param manah

manasas tu para buddhir

yo buddhch paratas tu sah

artinya :

orang mengatakan pancaindria itu besar


lebih besar daripada adalah nurani
lebih besar dari nurani adalah intelek
tetapi lebih besar dari intelek adalah Dia

76
Bhagavadgitha Bebel

Perkatan manah berati : hati, nurani. Perkataan "lebih besar"


mengandung pula pengertian "lebih besar" dan "lebih agung".

(43) evam buddheh param buddhva

satstabhya 'tmanam atmaua

jahi satrum mahabaho

kamarupam durasadam

artinya :

jadi mengetahui Dia lebih agung dari intelek


dengan mengendalikan jiwamu dengan jiwa
basmilah musuhmu dalam bentuk hawa nafsu
yang tidak mudah ditundukkan, oh Mahabahu

kesadaran harus ditumbuhkan langkah demi langkah, yang


memang tidak bisa lompat sekaligus. Pertama-tama kesadaran
ditumbuhkan dari pengertian pada kendali pancaindria,
kemudian lebih tinggi pada kontrol nurani dan selanjutnya pada
analisa intelek. Secara ethika, manusia harus mengendalikan
pancaindrianya terlebih dahulu sebagai sesuatu yang sangat
rumit, kemudian mengontrol pikirannya dan akhirnya
menyadarkan jiwanya untuk bersatu dengan atman. Secara
metaphisika, manusia harus memisahkan jiwanya dari
pancaindria, kemudian dari nuraninya dan selanjutnya dari
inteleknya, sehingga ia sadar bahwa jiwanya adalah bagian
daripada Jiwa atau Atman, yang Maha Langgeng. Demikianlah
tingkatan kesadaran yang dinyatakan dalam sloka 42.

Jadi dengan kesadaran yang telah ditingkatkan lebih tinggi, maka


ego yang sangat gelisah dalam diri manusia dapat dikendalikan
dengan sinar cahaya Jiwa Yang Maha Langgeng. Dan dengan
terkendalinya ego ini manusia mencapai kedamaian jiwa yang
dengan mudah dapat menundukkan hawa-nafsu dari dirinya
sendiri sebagai musuh utama.

Demikian Bab III ini mengeungkapkan penting artinya kerja yang


dilaksanakan tanpa mementingkan pahala untuk diri sendiri,
melainkan untuk kesejahteran dan kebahagian umat manusia
didunia ini, dengan jalan kesadarn jiwa yang menjadi bagian
daripada Jiwa Yang Maha langgeng.

Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu

77
Bhagavadgitha Bebel

Brahmavidyayam

Yogasastre srikrishnajunasamvade

Karmayogo nama tritiyo 'dhyayah

Maka berakhirlah bab ketiga Upanishad


Bhagavadgita menegnai ilmu pengetahuan
Tentang Yang Maha Esa, kitab Suci Yoga
Dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna
Yang berjudul KARMAYOGA

IV. PERCAKAPAN KEEMPAT

JNANA YOGA

Krisna menjelaskan bahwa ialah yang mengajarkan ilmu


pengetahuan yoga ini pertama kalinya, dan ia adalah inkarnasi
Avatara (Nabi) yang menjelma kedunia dikala Dharma hendak
sirna.

Dalam Bab keempat ini dijelaskan : dengan ilmu pengetahuan


arti kerja, kerja yang salah, tak-kerja dan jalan kerja dapat
diketahui. Ilmu-pengetahuan suci menuntun kita bekerja tanpa
hawa-nafsu, tanpa motif kepentingan pribadi tanpa mengaharap
sesuatu dan puas akan seadanya, rela melepaskan milik
segalanya, sadar bahwa hanya badan jasmaniah yang bekerja,
bebas dari pertentangan dualisme, menguasai pancaindria,
pikiran dan hati terkendalikan.

Banyak cara berbakti : dengan mempersembahkan harta benda


dengan tapa brata, dengan yoga dan sebagainya. Tetapi berbakti
dengan mempersembahkan ilmu pengetahuan adalah lebih
bermutu, sebab pada keseluruhannya kerja berpusat pada ilmu-
pengetahuan

78
Bhagavadgitha Bebel

Dengan perahu ilmu-pengetahuan seluas-luas lautan dosa dapat


disebrangi.

Dengan pikiran berpusat pada ilmu-pengetahuan, melaksanakan


kerja dengan penuh kepercayaan dengan pengabdian pada
Brahman, inilah tugas hidup kita.

IV. Percakapan keempat

(1) sribhagavan uvacha:

imam vivasvate yogam

proktanam aham avyayam

vivasvan manave praha

manur ikshvakave 'bravit

artinya :

Sri Bagawan berkata:


Yoga yang langgeng abadi ini
Aku turunkan mengajarkan kepada Wiwaswan
Wiwaswan mengarkan kepada Manu
Dan Manu menerangkan kepada Iswaku

Wiwaswan adalah personifikasi dari Batara Surya, Dewa


Matahari. Ia adalah mahkluk pertama yang diciptakan oleh
Brahman, dan ia sendiri mempelajari yoga ini dari Brahman,
kemudian Wiwaswan mengajarkan yoga ini kepada Manu,
pencipta dan penegak hukum undang-undang kehidupan
manusia. Manu kemudian mengejarkan yoga ini kepada Iswaku,
nenek moyang pertama dari dinasti bangsa ksatria keturunan
Dewa Matahari. Iswaku-lah yang pertama-tama melaksanakan
ajaran-ajaran hukum dan undang-undang yang diciptakan oleh
Manu, yang disebut Manusmriti dalam pemerintahannya sebagi
Raja. Dia pulalah yang meneruskan ajaran-ajaran yoga ini
kepada generasi-generasi sesudahnya.

(2) evam paramparapraptam

imam rajarshayo viduh

sa kalene 'ha mahata

yogo nashtah paramtapa

79
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

demikianlah diteruskan turun-temurun


pada pandita bangsawan mengetahuinya
hingga dalam masa yang sangat panjang
hilang lenyap didunia ini, oh Parantapa

disini Krisna ingin menjelaskan kepada Arjuna (Parantapa = ia


yang menaklukan musuh-musuhnya), bahwasanya ilmu
pengetahuan tentang yoga ini sungguh sangat tua sekali, yaitu
sejak dimulainya penciptaan pertama oleh Brahman, Tuhan Yang
Maha Esa. Karena sangat tuanya, dalam perjalanan waktu yang
beratus-ratus bahkan beribu-ribu abad lamanya, ilmu
pengetahuan yoga ini kerapkali hampir lenyap ditelan masa.

(3) sa eva 'yam maya te 'dya

yogah proktah puratanah

bhakto 'si me skha che 'ti

rahasyam hy etad uttamam

artinya :

yoga yang tua itu pulalah


yang Ku-ajarkan kepadamu kini
sebab engkau adalah pengikut dan kawan-Ku
inilah rahasianya yang terutama

dalam kedadaan pudar, bagaikan nyala lilin yang hampir mati


dihembuskan angin ajaran-ajaran yoga yang kekal abadi ini,
yang hampir lenyap ditelan jaman. Perlu diselamatkan dan
diajarkan kembali kepada manusia demi kesejahteraan
masyarakat. Demikianlah Brahman menjelma kedunia berulang
kali pada saat-saat umat manusia menghadapi kris kemusnahan
lahir dan batin, dalam bentuk manusia yang berjiwa seperti Nabi-
nabi dan pemimpin-pemimpin agama Mahavira, Gautama
Buddha, Krisna dan sebagainya.

Dalam sloka ini Krisna mengungkapkan suatu rahasia yang


tertinggi dimana Dia memandang Arjuna sebagai pengikut
(bhakta) dan kawan (saktha) Nya. Ini berarti betapa dekatnya
hubungan Tuhan dengan manusia yang akan mencapai
kesadaran yang tinggi dalam menemukan yang abadi dalam
hidup ini.

80
Bhagavadgitha Bebel

(4) arjuna uvacha:

aparam bhavato janma

param janma vivasvatah

katham etad vijaniyam

tvam adau proktavan iti

artinya :

Arjuna bertanya:
Kelahiran-Mu baru belakangan kini
Sedang kelahiran wiwaswan adalah dahulu
Bagaimana aku dapat mengerti
Engkau mengajarkannya pada mulanya?

Dalam sloka ini Arjuna bertanya-tanya kepada Krisna dalam


istilah pengertian sejarah, betapa mungkin kiranya Krisna yang
ada dihadapanya kini pada jaman dahulu sekali dapat
mengejarkan yoga yang teramat tua ini kepada wiwaswan.
Memang arjuna sendiri belum mengerti, bahwasanya yoga yang
kekal-abadi ini tidak mengenal waktu dalam artian sejarah yang
digambarkan oleh manusia. Waktu yang dihubungkan dengan
sejarah oleh manusia adalah bersifat relatif, sedangkan Brahman
Yang Maha absolut Langgeng, yang selalu ada dahulu dan
sekarang tidak dibatasi oleh waktu.

(5) sribhagavan uvacha:

bahuni me vyatitani

janmanbi tava cha 'rjuna

tany aham veda sarvani

na tvam vettha paramtapa

artinya :

Sri bagawan berkata:


Banyak kelahiran-Ku dimasa lalu
Demikian pula kelahiranmu, arjuna
Semuanya ini Aku tahu
Tetapi engkau sendiri tidak, Parantapa

81
Bhagavadgitha Bebel

Disini Krisna menerangkan kepada Arjuna tentang reinkarnasi


atau numitis atau penjelmahan kembali. Referensi yang
dikemukan oleh Krisna disini hendaknya dihubungkan dengan
lahirnya kedunia manisfestasi Brahman dalam wujud Avatara,
yaitu reikarnasi dari pada-Nya. Kelahiran-Nya dan kelahiran
arjuna sendiri sebagai manusia biasa dimasa-masa yang lampau
haruslah diartikan bahwasanya Krisna sebagai manisfestasi. Dia
Yang Maha langgeng selalu sadar akan kelahiran ini, sedangkan
arjuna sendiri tidak.

(6) ajo 'pi sann avyayatma

bhutanam isvaro 'pi san

prakritim svam adhishthaya

sambhavamy atmamayaya

sambhavamy atmamayaya

artinya :

walaupun aku tak terlahirkan, tak termusnahkan


dan aku adalah pencipta mahkluk hidup
segala namun atas pengeasan sifat-Ku sendiri
dan denga kekuatan maya-Ku aku menjelma

perkataan atmayaya berarti : dengan kekuatan mayaku aku


menjelma. Maya adalah kekuatan pikiran untuk menciptakan
bentuk kelihatannya nyata, tetapi sebenarnya hanya berupa
ilusi. Krisna, sebagai penjelmahan Brahman yang menguasai
prakriti, dengan sadar lahir kedunia tanpa mengalami proses
hukum karma, yaitu dengan kekuatan maya ini.

Tetapi hidup dan pembentukkan jasmani dari mahkluk biasa,


seperti halnya Arjuna sendiri, bukanlah atas kehendak sendiri,
melainkan oleh prakriti yang dikuasai oleh sifat ketidak-
tahuannya. Maka ia menjelma lagi dan menjelma lagi tidak henti-
hentinya.

(7) yada-yada hi dharmasya

glanir bhavanti bhatara

abhyutthanam adharmasya

tada 'tmanam srijamy aham

82
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

manakala dharna hendak sirna


dan adharma hendak merajalela
saat itu, wahai keturunan Batara
aku sendiri turun menjelma

perkataan dharma berarti : kebenaran spiritual, dan adharma


berarti : ketidak-benaran atau dosa.

Arjuna juga dipanggil dengan sebutan "batara" atau "keturunan


Batara" sebab Batara adalah kakek dari kuru sedangkan kuru
adalah nenek-moyang Kaurawa dan Pandawa, seperti telah
dijelaskan dalam Bab I (PERCAKAPAN PERTAMA).

(8) paritranaya sadhunam

vinasaya cha dushkritam

dharma samsthapanarthaya

sambhavami yuge-yuge

artinya :

demi untuk melindungi kebajikkan


demi untuk memusnahkan kejaliman
dan demi untuk menegakkan dharma
aku lahir kedunia dari masa-ke-masa

perkataan yuga berarti : abad, jaman atau masa. Krisna sebagai


avatara (yaitu penjelmahan Brahman) lahir kedunia pada jaman
dimana kebajikkan diteror dan kebenaran diperkosa, yang pada
masa peperangan besar Mahabarata berkecamuk yang
memusnahkan segala. Demi untuk melindungi kebajikkan dan
menegakkan kebenaran bagi umat manusia inilah Krisna lahir
kedunia. Satu yuga abad diantara kelahiran seorang avatara
yang satu dan avatara yang lain. Tetapi pengertian satu abad
disini haruslah diartikan dalam hubungannya dengan sejarah
spirituil manusia, dan bukan satu abad yang berarti 100 tahun.

(9) jamna karma cha me divyam

evam yo vetti tattvatah

tyaktva deham punarjanma

83
Bhagavadgitha Bebel

nai ;ti mam eti so 'rjuna

artinya :

dia yang mengenal rahasia inti


perbuatan dan kelahiran-Ku yang suci
tak menjelma lagi setelah meninggalkan jasmaninya
dan datang kepada-Ku, oh Arjuna

disini Krisna sebagai seorang avatara menjelaskan misteri jiwa


manusia yang telah mencapai kesempurnaan bersatu dengan
Brahman. Sebagai seorang avatara Krisna juga memenuhi proses
kosmos ini, yaitu hidup bersama-sama dan ditengah-tengah
manusia, dengan maksud mendidik dan memberi contoh kepada
manusia kehidupan spirituil dan mencapai kelepasan.

(10) vita raga bhaya krodha

manmaya mam upasritah

bahavo jnana mpasa

puta madbhavam agatah

artinya :

terbebas dari hawa nafsu, takut dan benci


bersatu dan berlindung pada-Ku
dibersihkan oleh budi pekerti
banyak yang telah mencapai diri-Ku

dalam sloka ini dijelaskan bahwa untuk memasuki kehidupan


abadi, bersatu dengan Brahman, tiadalah sesuatu yang amat
sukar atau paling istimewa, asalkan seseorang dapat
membebaskan dirinya dari ketiga musuh dalam hidup ini yaitu
hawa nafsu dan amarah (benci). Dan jalan untuk itu adalah jnana
tapasa, disiplin dan kesucian budipekerti.

(11) ye yatha mam prapadyante

tams tathai 'va bhajamy aham

mama vartma 'nuvartante

manushyah partha sarvasah

artinya :

84
Bhagavadgitha Bebel

jalan manapun ditempuh manusia


kearah-Ku semuanya Ku-terima
dari mana-mana semua mereka
menuju jalan-Ku oh parta

dalam sloka ini Krisna menyatakan bahwa Tuhan menemui tiap


orang yang mengharapkan karunia daripada-nya dan menerima
mereka yang menempuh jalan-Nya. Dia tidak hendak
mengahapus harapan tiap-tiap orang yang tumbuh menurut
kodratnya dan tiada berat sebelah. Hanya pada masing-masing
orang menurut jalan dan kepercayaannya sendiri untuk
mencapai Dia-lah terletak perbedaan, yang bukan merupakan
pilihan-Nya.

Jalan upacara, jalan sembhayang, jalan falsafah atau jalan


meditasi semuanya Tuhan yang satu. Disini Krisna tidak
menyebut cara, jalan atau agama yang tertentu untuk mencapai
hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hanya orang yang
belum spirituil dewasalah tidak bisa mengakui cara atau jalan
orang lain untuk mencapai Dia Yang Satu.

(12) kankshantah karmanam siddhim

yajanta iha devatah

kshipram hi manushe loke

siddhir bhavati karmaja

artinya :

mereka yang mengharapkan buah kerja


disini berbakti kepada para-dewata
sebab didunia manusia hasil kebaktian
segera lahir dari pengorbanan

sloka ini mencoba menjelaskan bahwa dalam dunia manusia kita


ini hasil kebaktian dapat segera lahir menjadi kenyatan, tetapi
tidak demikian halnya dalam dunia spirituil yang lebih tinggi,
untuk mencapai kelepasan.

(13) chatur varnyam maya srishtam

guna karma vibhagasah

tasya kartaram api mam

85
Bhagavadgitha Bebel

viddhy akartaram avyayam

artinya :

catur warna adalah ciptaanku


menurut pembagian kwalitas dan kerja
tetapi ketahuilah walau pencitanya
aku tidak berbuat dan merobah diri-Ku

perkataan chatur varna berarti: empat warna atau empat


kategori dalam masyarakat manusia, yang didasarkan atas guna
dan karma. Adapun yang dimaksudkan dengan dasar guna dan
karma ini ialah sifat, atribut dan karakter (kwalitas) dan kerja
seseorang anggota masyarakat terhadap pengebdiannya kepada
kehidupan spirituil, mencapai kelepasan menuju Brahman.
Referensi agama tentang chatur warna ini adalah empat kasta,
yaitu : brahmana (pendita dan alim-ulama), kesatria (prajurit dan
pahlawan), waisia (pengusaha dan pedegang) dan sudra (pekerja
dan pelayan).

Krisna menekankan disini bahwa pembegian kwalitas dan kerja


(guna dan karma ) bukanlah didasarkan atas status, melainkan
pengabdian dan pengorbanan

(14) na mam karmani limpanti

na me karmaphale spriha

iti mam yo 'bhijanati

karmabhir na sa badhyate

artinya :

kerja tidak membawa akibat kepada-Ku


juga Aku tidak mengharapkan pahala kerja
mereka yang mengetahui Aku begitu
tidak lagi terikat oleh kerja

dalam sloka ini Krisna mencoba menerangkan betapa seseorang


walaupun bekerja namun terbebas dari segala ikatan dan akibat
kerja itu sendiri, dengan memberi contoh yang agung seperti apa
yang telah dikerjakan (perhatikan sloka diatas, IV.13) sendiri
oleh-Nya.

(15) evam jnatva kritam karma

86
Bhagavadgitha Bebel

purvair api mumukshubhih

kuru karmai 'va tasmat tvam

purvaih purvataram kritam

artinya :

mengetahui ini, orang dijaman dahulu


melaksanakan kerja mencapai kelepasan
karena itu, bekerjalah engkau
seperti mereka dahulu kala itu

orang-orang yang berfikir sederhana melaksanakan kerja untuk


membersihkan jiwa sendiri (atmasuddhyartham) dan orang-
orang yang arif-bijaksana melaksanakan kerja demi
kesejahteraan umat manusia didunia (lokasamgrahartham). Ini
dilasanakan oleh orang-orang dijaman dahulu juga mengetahui
hal ini. Arjuna diharapkan untuk melaksanakan kerjanya sebagai
ksatria.

(16) kim karma kim akarme 'ti

kavayo 'py atra mahitah

tat te karma pravakshyami

yaj jnatva mokshyase 'subhat

artinya :

apakah kerja? Apakah tak kerka?


Para cendikiawan pun bingung pula
Hendak Ku-beritahu, dan setelah mengetahuinya
Engkau akan terbebas daripada dosa

(17) karmano hy api boddhavyam

boddhavyam cha vikarmanah


akarmanas cha boddhavyam

gahana karmano gatih

artinya :

orang harus tahu srtinya kerja


demikianpula kerja yang salah

87
Bhagavadgitha Bebel

dan juga makna daripada tak-kerja


sungguhnya dalam artinya jalan kerja

kata-kata karma, vikarma dan karma dalam istilahnya sendiri


berarti : kerja, kerja yang salah dan tak kerja.

Untuk menjelaskan lebih jauh akan arti kerja ini, dengan sangat
hati-hati Krisna menerangkan bahwasanyaada tiga macam kerja
yang klasifikasinya seperti berikut : (a) kerja (karma) yang lazim
dilaksanakan tanpa mengharapkan buahnya, tiadalah mengikat;
tetapi kalau kerja ini disertai dengan kepentingan-kepentingan
pribadi, maka ia akan mengikat. (b) kerja yang salah (vikarma),
termasuk kejahatan, pembunuhan, berbohong, jinah dan
sebaginya, yang pada dasarnya memang mempunyai maksud-
maksud tertentu, pasti mengikat. (c) tak kerja (akarma) vyang
dilaksanakan baik jasmaniah maupun rokhaniah, tanpa keinginan
atau motif apapun, tidak mengikat sama sekali. Ketiga macam
kerja ini harus dapat dimengerti dengan sungguh-sungguh.

(18) karmany akarma yah pasyed

akarmani cha karma yah

sa buddhiman manushyeshu

sa yuktah krisnakarmakrit

artinya :

dia yang melihat tak kerja


dalam kerja dan kerja dalam tak-kerja
diantara manusia adalah bijaksana,
seorang yogi, walau dia terus bekerja

kerja (karma) walaupun dilaksanakan secara aktif oleh orang arif-


bijaksana, tetapi karena tanpa kepentingan pribadi, maka ini
adalah sama dengan tak-kerja (akarma). Tak-kerja (akarma) oleh
orang yang bodoh diartikan tidak berbuat apa-apa, non aktif jadi
akibatnya adalah malas; bermalas-malas dalam hidup ini,sama
artinya dengan kerja (karma) yang disertai dengan motif-motif
kepentingan pribadi, sebab kedua-duanya mengikat yang berarti
tidak membersihkan jiwa untuk tujuan spiritual. Seseoarng yogi
(budiman arif-bijaksana) mengetahui semua ini, dan walaupun ia
bekerja terus, namun tidak ada sesuatu yang mengikat. Ia telah
membersihkan jiwanya dari segala ikatan.

(19) yasya sarve samarambhah

88
Bhagavadgitha Bebel

kama samkalpa varjitah

jnanagni dagdha karmanam

tam ahuh panditam budhah

artinya :

yang bekerja tanpa nafsu dan motif


kerjanya dibakar api ilmu-pengetahuan
dinamakan orang-orang arif
sebagai seorang pendita budiman

perkataan pandita berarti : orang yang mencapai kebesaran jiwa.


Kalimat "karyanya di bakar api ilmu pengetahuan" artinya segala
pekerjaannya tidak lagi meninggalkan ikatan-ikatan. Ia terbebas
dari ikatan keduniawian menuju kelepasan

(20) tyaktva karma phala sangam

nityatripto nirasrayah

karmany abhipravritto 'pi

nai 'va kimchit karoti sah

artinya :

tanpa mengharapkan hasil kerja


selalu gembira, bebas dari segala
walaupun terus tekun bekerja
sesungguhnya ia tidak berbuat apa-apa

(21) niratsir yatachittatma

tyakta sarva parigrahah

sariram kevalam karma

kurvan na 'pnoti kilbisham

artinya :
tanpa mengaharpkan sesuatu apa
dengan pikiran dan hati terkendalikan
dan rela melepaskan milik segalanya
hanya jasmaniah bekerja, dia tidak berdosa

89
Bhagavadgitha Bebel

dalam sloka ini Krisna menjelaskan bahwasanya seseorang yang


telah membebaskan jiwanya dari belenggu, bekerja hanya
secara jasmaniah, ibarat orang tidur yang bergerak hanyalah
badannya sedangkan jiwanya tidak berbuat apa-apa.

Dalam tingkatan ini orang telah mencapai kebajikan, terlepas


dari hawa-nafsu dan keinginan-keinginan pribadi. Jiwanya lalu
ibarat cermin yang membayangkan hasrat kesucian mempunyai
kekuatan spirituil untuk mencapai Brahman.

(22) yadrichchha labha samtushto

dvandvatito vimatsarah

samahdiddhav asiddhau cha

kritva 'pi na nibadhyate

artinya :

puas akan apa-apa diperoleh seadanya


terbebas dari dualisme pertentangan
tanpa irihati, tenang dalam sukses dan kegagalan
walaupun ia bekerja, ia tidak terikat

baik dan buruk panas dan dingin, spritual dan duniawi dan
sebagainya adalah dualisme yangs elalu bertentangan. Orang
yang telah membebaskan jiwanya dari dualisme yang
bertentangan tersebut diatas, tiada lagi terikat oleh kerja yang ia
laksanakan.

(23) gatasangasya muktasya

jnanavasthita chetasah

yajnaya 'charatah karma

samagram praviliyate

artinya :

yang bebas, terlepas dari ikatan


pikiran terpusat pada ilmu pengetahuam
melaksanakan kerja demi pengabdian
segala kerjanya menuju kelepasan
sloka-sloka 19 sampai dengan sloka23 ini menguraikan kerja
yang terlepas dari segala ikatan. Dalam sloka III.9 dikatakan

90
Bhagavadgitha Bebel

bahwa kerja yang diperuntukkan bagi kepentingan berbakti tiada


mengikat. Dan dalam sloka diatas ini Krisna menjelaskan bahwa
kerja (karma0 yang mestinya membawa pahalapun kalau
dilaksanakan dengan penuh pengabdian akan tidak lagi megikat,
sebab kerja + pelaksana +hasilnya semua ditunjukan kepada
Brahman.

(24) brahma 'rpanam brahma havir

brahmagnau brahmana hutam

brahmai 'va tena gantavyam

brahma karma samadhina

artinya :

dipujanya Brahman, persembahannya Brahman


oleh Brahman dipersembahkan dalam api Brahman
dengan memusatkan meditasinya kepada Brahman
dalam kerja ia mencapai Brahman

bila seseorang telah memusatkan segala sesuatunya dalam


hidupnya kepada Brahman. Tuhan Yang Maha Esa, maka alat dan
tujuan kerjanya, demikian pula sebab dan akibat kerjanya.
Menjadi satu dan hukum kerja lenyap tidak terbekas lagi, dan ia
mencapai Brahman.

(25) daivam eva 'pare yajnam

yoginah paryupasate

bbrahmagnav rahmanav apare yajnam

yajnenai 'vo 'pajuhvati

artinya :

beberapa yogi memuja Dewata


yang lain mempersembahkan sajian
dengan jalan membaktikan pemujaan
ini kedalam api Brahman

sloka ini menyatakan bahwasanya bagi orang yang belum


mencapai kesadran yang tinggi adalah wajar kalau ia memuja
Tuhan dengan mempersembahkan saji-sajian dalam upacara
keagamaan. Tidaklah kiranya wajar dan adil kalau sekiranya ia

91
Bhagavadgitha Bebel

disuruh berbuat lain daripada kemampuan materiil dan spirituil


yang ada pada jiwanya. Namun satu hal yang nyata, bahwa apa
yang ia kerjakan adalah untuk berbakti kepada Tuhan.

(26) srotradini 'ndriyany anye

samyamagnishu juhvati

sabdadin vishayan anya

indriyagnishu juhvati

artinya :

ada yang mengorbankan penglihatan


dan panindria lainya dalam api-disiplin
yang lain mengorbankan objek suara
dan objek lainya dalam api-nafsu keinginan

disini pengorbanan pancaindria (penglihatan, pendengaran,


penciuman, perasaan dan penyentuhan) dimaksudkan
membatasi dan mengontrol alat-alat pancaindria (mata, telinga,
hidung, mulut dan kulit)untuk tidak leluasa mencari kenikmatan.
Demikian pula mengorbankan objek-objek (suara yang merdu,
pemandangan yang indah, bau yang harum, makanan yang lezat
dan benda-benda yang mahal dan halus) dimaksudkan untuk
menghindarkan diri dari segala hawa-nafsu dan keinginan akan
objek atau benda serba duniawi, mewah dan mahal. Semua ini
dapat dilaksanakan dengan api-disiplin, yaitu dengan disiplin
yang teguh dan menyala-nyala sehingga membakar segala nafsu
dan keinginan sanpai musnah.

(27) sarvani 'ndriya karmani

prana karmani cha 'pare

atma samyama yogagnau

juhvati jnanadipite

artinya :

yang lain lagi mengorbankan semua kerja


pancaindria dan kekuatan sakti yoginya
kedalam api disiplin jiwanya
yang dinyalakan oleh ilmu-pengetahuan

92
Bhagavadgitha Bebel

ini adalah selangkah lebih mendalam daripada yang dinyatakan


dalam sloka 26 diatas, yaitu tenggelam dalam renungan meditasi
yang berpusat pada Brahman.

(28) dravyayajnas tapoyajna

yogayajnas tatha 'pare

svadhyaya jnanayajnas cha

yatayah samsitavratah

artinya :

ada yang mempersembahkan harta, ada tapa


ada yoga, dan yang lain pula
pikiran terpusat dan sumpah berat
mempersembahkan ilmu dan pendidikan budi

dalam sloka ini diuraikan lima macam cara berbakti kepada


Brahman, yaitu dengan jalan (1) persembahan rituil dengan
benda-benda seperti saji-sajian, (2) bertapa, (3) yoga seperti
yang diajarkan oleh Petanyali dalam yogasutra, (4) stude seperti
diuraikan dalam Upanisahad dan (5) pendidikan budi.

(29) apane juhvati pranam

prane 'panam tatha 'pare

pranapanagati ruddhva

pranayama parayanah

artinya :

ada pula mengatur nafas sebagai persembahan


dengan jalan mengontrol nafas keluar dan masuk
mempersembahkan prana dalam apana
dan apana dalam prana sebagai kebaktian

perkataan pnanayama berarti : pengetur atau kontrol pernafasan


Prana = nafas masuk. Dalam hubungan pranayama terdapat
suatu ajaran yang disebut hathayoga, dimana segala sesuatu
mengenai arti dan pelaksanaan pengaturan pernafasan ini
diuraikan dengan jalan

(30) apare niyata harah

93
Bhagavadgitha Bebel

pranan praneshu juhvati

sarve 'py ete yajnavido

yajna kshapita kalmashah


artinya :

ada juga dengan mengatur makanan


mempersembahan nafas-hidup dalam nafas hidup
semua mereka ini mengetahui pengabdian
dan dengan kebaktian mereka melenyapkan dosa-hidup

mereka yang mengetahui pengabdian san persembahan kepada


Brahman dengan cara yang dilukiskan dalam sloka-sloka 25-30
ini, yang manapun, akan melenyapkan dosa mereka dan dapat
mencapai kedamaian.

(31) yajna sistamrita bhujo

yanti brahma sanatanam

na 'yam loko 'sty ayajnasya

kuto 'nyah kurusattama

artinya :

mereka yang makan dari sisa persembahan


mencapai Brahman yang kekal-abadi,
dunia ini bukan bagi yang tidak berbakti
apapula dunia yang lain, oh Kurusattama

kurusuttama = Arjuna sendiri, lihat penjelasan sloka 1.1 yang


dimaksudkan dengan makanan sisa persembahan atau amrita
adalah saji-sajian yang telah dipersembahkan kepada Brahman
yang mengandung berkah keabadian daripada-Nya (lihat sloka
III.13). krisna menjelaskan dalam sloka ini membawa undang-
undang pada dirinya sendiri yang menyatakan hidup adalah
pengorbanan (kebaktian) dan barang siapa yang tidak menyadari
ini, tidak akan menemui kebahagian dalam dunia ini maupun
dunia lain.

(32) evam bahuvidha yajna

vitata brahmano mukthe

karmajan viddhi tan sarvan

94
Bhagavadgitha Bebel

evam jnatva vimokshyase

artinya :

banyak dan beraneka warna persembahan


bakti dihaturkan kepada Brahman
semuanya ini berasal dari kerja
mengetahui ini, engkau 'kan moksha

perkataan moksha berarti emansipasi jiwa atau kelepasan, kerja


sloka ini adalah kerja yang meliputi mental, jasmaniah dan
spirituil.

(33) srayan dravyamayad yajnaj

jnanayajnah paramtapa

sarvam karma 'khilam partha

jnane perimsamapyate

artinya :

persembahan berupa ilmu pengetahuan, Parantapa


lebih bermutu daripada persembahan materi
dalam keseluruhannya semua kerja ini
berpusat pada ilmu-pengetahuan, Oh Parta

parartapa = Parta = Arjuna. Maksud tujuan ilmu pengetahuan


didunia ini adalah untuk mencapai kebebasan dan kelepasan jiwa
dari ikatan kerja (karma).

(34) tad viddhi pranipatena

paripprasnena sevaya

upadekshyanti te jnanam

jnaninas tattvadarsinah

artinya :

belajarlah dengan wujud displin,


dengan bertanya dan dengan kerja berbakti,
guru budiman yang melihat kebenaran
akan mengajarkan padamu ilmu budi-pekerti

95
Bhagavadgitha Bebel

tiga cara yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain untuk belajar
mencapai kebenaran abadi, yaitu pranipatena (hormat, sujud
dan disiplin kepada guru yang memberi pendidikan), pariprasena
(bertanya, mencari dan memikirkan sendiri ilmu-pengetahuan
yang diberikan kepadanya) dan sevaya (berbakti, melayani dan
setia dengan tulus iklas kepada guru). Ketida cara ini harus
dituntun oleh seorang guru yang telah melihat Brahman dalam
dirinya.

(35) yaj jnatva na punar moham

evam yasyasi paandava

yena bhutany aseshena

drakshyasy atmany atho mayi

artinya :

setelah mengetahui segala ini


engkau tidak lagi kebingungan pandawa
dengan demikian melihat, tanpa kecuali
segala mahkluk dalam Atman, dalam diri-Ku

(36) api ched asi papebhyah

sarvebhyah papakrittamah

sarvam jnanaplavenai 'va

vrijinam samtarishyasi

artinya :

walau seandainya engkau paling berdosa


diantara manusia yang memikul dosa
dengan perahu ilmu-pengetahuan ini
lautan dosa engkau akan seberangi

ilmu-pengetahuan (yang juga sama artinya dengan ilmu budi


pekerti) melenyapkan segala keraguan dan kebingungan, serta
mengahpus segala dosa dan melepaskan segala ikatam
jasmaniah.
Pandawa = Arjuna

(37) yathai 'dhamsi samiddho 'gnir

96
Bhagavadgitha Bebel

bhasmasat kurute 'rjuna

jnanaghih sarvakarmani

bhasmasat kurute tatha

artinya :

bagaikan api menyala, oh Arjuna


membakar kayu api menjadi abu
api-ilmu pengetahuan demikian pula
membakar segala karma menjadi abu

karma = kerja. Api ilmu-pengetahuan membakar karma atau


kerja, mengehapus dualisme (buruk dan baik, panas dan dingin
dan sebagainya), mengantar jiwa kealam kebebasan abadi.

(38) na hi jnanena sadrisam

pavitram iha vidyate

tat svayam yogasamsiddhah

kalena 'tmani vindati

artinya :

tidak ada sesuatu dalam dunia ini


dapat menyamai ilmu-pengetahuan
mereka yang disempurnakan dalam yogi
menemuinya sendiri dalam jiwanya pada waktunya

pada umumnya yoga diartikan orang sebagai praktek disiplin


yang spiritual, yang kesempurnaanya membutuhkan waktu lama,
tetapi sesungguhnya yoga, bila dimengerti sewajarnya,
melingkupi teori kesucian ilmu pengetahuan dan praktek disiplin
yang spiritual. Orang yang melaksanakan yoga dengan disiplin
tetapi tanpa kesucian ilmu-pengetahuan, usahanya adalah sia-
sia, demikian pula sebaliknya, orang yang memiliki teori
kesucian ilmu-pengetahuan tanpa praktek disiplin yang spiritual
tidak mungkin menjadi yogi, oranmg yang mencapai kelepasan.

(39) sraddhavaml labhate jnanam

tatparah samyatendriyah

jnanam labdhva param satim

97
Bhagavadgitha Bebel

achirena 'dhigachchati

artinya :

ia yang memiliki kepercayaan dan menguasai


pancaindrianya, mencapai ilmu-pengetahuan
setelah memiliki ilmu-pengetahuan
dengan segera ia menemui kedamaian abadi

perkataan sraddha berarti : kepercayaan, keyakinan.


Sesungguhnya perkatan sraddha walaupun berarti kepercayaan,
namun bukanlah kepercayaan yang membabi-buta. Perkataan
sraddha (kepercayaan) harus diikuti dengan perkataan
samyatedriyah (penguasaan atas pancaindria, hawa-nafsu) untuk
mencapai param santim (kedamaian abadi, tertinggi)

(40) ajnas cha 'sraddadhanas cha

samsayatma vinasyati

na 'yam loko 'sti na paro

na sukham samsayatmanah

artinya :

tetapi mereka yang dungu dan tidak percaya


dan bersifat ragu, akan hancur sirna
bagi yang ragu-diri, baginya tiada bahagia
bagi dunia ini, pun dunia sana

dalam kehidupan sehari-hari nyatanya banyak orang yang


bimbang dan ragu-ragu, tetapi mereka tidak apa-apa tidak
hancur ataupun sirna. Adapun yang dimaksudkan dalam sloka
ini, yang hancur adalah kehidupan spirituilnya, sebagai
sebaliknya, basis positif dalam hidup ini adalah memiliki
kepercayaan atau keyakinan.

(41) yoga samnyasta karmanam

jnana samcchinna samsayam

atmavanism na karmani

nibadhnanti dhanamjaya

artinya :

98
Bhagavadgitha Bebel

ia yang bebas menurut ajaran yoga, Dananjaya,


yang mengikis keraguannya dengan ilmu pengetahuan
yang telah menguasai jiwanya sendiri,
hukum kerja tidak membelenggunya lagi

sloka ini memberi kesimpulan apa yang diuraikan Krisna kepada


Arjuna dalam Bab IV, yaitu hubungan timbal balik antara kerja
yang benar, ilmu-pengetahuan yang suci dan disiplin jiwa yang
teguh.

(42) tasmad ajnana samnhutan

hritstham jnanasina 'tmanah

chhittvai 'nam samsayam yogam

atishtho 'ttishtha bhaarata

artinya :

sebab itu, setelah memotong keraguan


dalam hatinya karena ketidak-tahuan
dengan pedangnya ilmu pengetahuan
berpegang pada yoga, bangkitlah! Oh Barata

bara = Arjuna. Dengan kerja yang benar, ilmu-pengetahuna yang


suci dan disiplin jiwa yang teguh, serta terhapusnya keraguan
dalam hati, Arjuna diharapkan bangkit, bertindak!

Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu

Brahmavidyayam yogasastre

Srikrishnarjunasamvade

Jnanayogo nama chaturtho 'dhyayah

Maka berakhirlah bab keempat Upanishad Bhagavadgita


Mengenai ilmu-pengetahuan tentang Yang Maha Esa
Kitab suci yoga dan dialog antara Sri krisna dan Arjuna
Yang berjudul JNANAYOGA.

99
Bhagavadgitha Bebel

V. PERCAKAPAN KELIMA

KARMA SAMNYASA YOGA

Arjuna bertanya, yang manakah lebih baik membebaskan diri


dari kerja atau bekerja tanpa kepentingan pribadi?. Dalam bab
keenam ini Krisna menjawab bahwa kedua-duanya sama, tetapi
kerja tanpa kepentingan pribadi lebih baik.

Samnyasi (membebaskan diri dari kerja) maupun Yogi (bekerja


tanpa motif kepentingan diri pribadi) mempunyai tujuan yang
sama. Samyasi walaupun membebaskan diri dari kerja, namun
apa yang diperbuatnya sehari-hari adalah motif apa-apa untuk
dirinya sendiri. Secara mental ia meninggalkan kerja.

100
Bhagavadgitha Bebel

Ia bekerja tanpa pengeruh ikatan kerja, sebab sadar bahwa


kenikmatan berasal dari hubungan duniawi dan hanya merupakn
sumber penderitaan belaka.

Ia memandang semuanya sama, rendah maupun tinggi, tidak


bergirang karena senang dan tidak bersedih karena duka dan
berpikir : "aku sebenarnya tidak berbuat apa-apa, hanya
pancaindria yang bergerak diantara objek-objek benda''

Ia memutuskan hubungan dengan objek duniawi, memikirkan


dan menyerahkan seluruh jiwanya kepada Brahman, bermeditasi
mengahpuskan dosa mencapai kedamaian abadi.

Dialah Samnyasi

V. Percakapan Kelima

(1) arjuna uvacha:

samnyasam karmanam krishna

punar yogam cha samsasi

yach chhreya etayor ekam

tan me bruhi sunischitam

artinya :

arjuna bertanya:
Engkau memuji pembebasan diri dari kerja
Kemudian kerja tanpa kepentingan pribadi
Oh Krisna, katakanlah padaku dengan pasti
Manakah yang lebih baik diantara keduanya?

Dalam Bab V ini, Arjuna mempersoalkand ua istilah yang sulit,


yaitu samnyasa dan yoga (dalam hubungan pertanyaan diatas
ini, yang dimaksudkan yog adalah karmayoga). Perkataan
samnyasa berarti : pembebasan diri dari kerja dan perkataan
karmayoga berarti kerja tanpa kepentingan pribadi. Kedua istilah
ini dalam pengertiannya masing-masing masih membingungkan
Arjuna;karena itu ia bertanya kepada Gurunya.

Dalam bab III.17 dijelaskan bahwa yang bersatu dengan Atman


hidup bahagia dan tidak dibelenggu oleh ikatan kerja. Dalam Bab
IV. 18, 19, 21, 22, 24, 32, 33, 37 dan 41. Krisna mengutarakan
makna daripada pembebasan diri dari segala kerja. Tetapi

101
Bhagavadgitha Bebel

kemudian dalam sloka IV.42. Krisna meminta agar Arjuna


berpegang pada yoga yaitu kerja.

Bagi orang sederhana, yang diliputi oleh ketidaktahuan selalu,


kerja (karmayoga) sudah pasti lebih baik daripada pembebasan
diri dari kerja (samyasa). Yang menjadi pertanyaan arjuna disini
adalah bagi orang yang tidak tergolong sederhana tetapi belum
menemui Atman dalam jiwanya sendiri, manakah yang lenih baik
sebab kedua-duanya mengandung kontradiksi atau sama lai?

(2) sribhagavan uvacha:L

samnyasah karmayogas cha

nihsreyasakarav ubhau

tayos tu karmasamnyasat

atinya ;

Sri Bagawan menjawab:


Membebaskan diri dari kerja
Dan bekerja tanpa kepentingan pribadi,
Keduanya membawa kebahagian tertinggi
Tetapi diantara kedua-duanya ini,
Kerja tanpa kepentingan pribadi
Lebih baik dari bebas-diri dari kerja

Dalam sloka ini mula-mula Krisna menjelaskan bahwa samnyasa


(pembebasan diri dari kerja) dan karmayoga (kerja tanpa
kepentingan pribadi) adalah sama bila dilihat dari segi tujuan
terakhir daripada emansipasi spirituil manusai. Tetapi kalau
ditinjau dari segi cara (jalan) dan pelaksanannya, maka
samnyasa dan karmayoga adalah bebeda, walaupun kedua-
duanya tidak bertentangan.

Kalau samnyasa menekankan ilmu pengetahuan tentang Atman


sebagai alat untuk mencapai kedamainan abadi dan bersatu
dengan Brahman, maka karmayoga menitik beratkan keamanan
dan usaha keras sebagai alat untuk mencapai-Nya. Tetapi disini,
yang langsung dihadapi manusia dalam kehidupannya sehari-
hari adalah karmayoga kerja tanpa motif kepentingan untuk diri
sendiri.

(3) jneyah sa nityasamnyasi

yo na dveshti na kankshati

102
Bhagavadgitha Bebel

nirdvandvo hi mahabaho

sukham badhat pramuchyate


artinya :

dia yang disebut samnyasa selalu


tidak membenci dan tidak bernafsu
bebas dari dualisme pertentangan oh Mahabahu
dengan mudah (ia) terlepas dari belenggu

mahabahu = Arjuna. Orang yang melaksanakan samnyasa


disebut samyasi dan orang yang melaksanakan yoga disebut
yogi.

(4) samkhyayogau printhag balah

pravadanti na panditah

ekam apy astihitah samyag

ubhayor vindante phalam

artinya ;

hanya kanak-kanak berkata bahwa karmayoga


berbeda dengan samkhya, bukan orang arif-bijaksana
dia yang melaksankan salah satu daripadanya
memetik pahala dari kedua-duanya

(5) yat samkhyaih prapyate sthanam

tad yogair api gamyate

ekam samkhyam cha yogam cha

yah pasyati sa pasyati

artinya :

tempat yang tercapai oleh seorang samnyasa


juga tercapai oleh serang yogi
dia yang melihat, melihat samkhya
dan yoga sebagai satu kesatuan

perkataan balah berarti : kanak-kanak. Tetapi disini perkataan


tersebut dimaksudkan juga orang-orang dungu, yang jalan

103
Bhagavadgitha Bebel

pikirannya seperti kanak-kanak. Perkataan sthanam berarti :


tempat atau status.

Sloka 4 dan 5 ini hendaknya dihubungkan dengan sloka II.39,


dimana Krisna telah menyinggung prihal karmayoga dalam
hubungannya dengan sakhya dan juga sloka III. 3 dan 4. Seperti
dalam sloka 1 dan 2 dalam bab V ini dengan samnyasa juga
dimaksudkan samkhya, atau dengan perkataan lain :

Samnyasa = samkhya

Dalam sloka diatas ini jelaslah bahwa baik seorang samnyasi


(yang membebaskan diri dari kerja) maupun seorang yogi (yang
bekerja tanpa motif kepentingan diri pribadi) mempunyai tujuan
yang sama, tidak ada kontradiksi, yaitu kedamaian abadi.
Seorang samnyasa yang betul walaupun telah membebaskan diri
dari segala kerja, namun apa yang ia perbuat sehari-harinya
adalah kerja tanpa motif apa-apa untuk dirinya sendiri. Demikian
pula seorang yogi walaupun bekerja tanpa motif kepentingan
pribadi, namun apa yang ia perbuat sehari-harinyaadalah kerja
yang membebaskan dirinya dari ikatan kerja. Jadi kedua-duanya
adalah menuju satu kesatuan; dan sesungguhnya keduanya
adalah merupakan sikap mental.

(6) samnyasas tu mahabaho

dunkham aptum ayogatah

yogayukkto munir brahma

nachirena 'dhigachchati

artinya :

tetapi samnyasa tanpa yoga


sungguh sukar dicapai, oh Mahabahu
seorang mini dilengapi dengan yoga
mencapai Brahman dengan segera

perkataan muni berarti : orang yang bersamadi, teguh iman


(lihat sloka II. 56)

samnyasa (pembebasan diri dari kerja) adalah suatu bentuk


yang sangat sukar untuk dicapai, sebab jalan untuk mencapainya
penuh dengan penolakkan kesenangan, kewajiban yang berat,
larangan yang keras, tabu bagi berbagai hal, pantang dengan
berbagai tindakkan dan sebagainya. Pendeknya penug dengan

104
Bhagavadgitha Bebel

kedukaan (duhkham aptum) dan kesukaran. Oleh karena itu,


seperti telah diuraikan dalam sloka 2 bab V ini, yoga (kerja tanpa
kepentingan pribadi) adalah lebih baik, sebab lebih mudah jalan
untuk mencapainya.

Bukanya samnyaasa yang didasarkan ilmu-pengetahuan tentang


atman tidak lebih tinggi daripada yoga yang didasarkan atas
kemauan dan usaha yang keras, melainkan karena yoga ini lebih
mudah dicapai oleh mereka yang baru mulai, dan pada waktunya
dapat meningkatkan diri mereka pada jalan yang lebih tinggi
dengan pikiran dan jiwa yang telah disucikan. Maka itulah Krisna
menganjurkan agar samnyasa disertai dengan yoga atau
seorang muni dilengkapi dirinya dengan yoga.
(7) yoga yukto visuddhatma

vijitatma jitendriyah

sarva bhutatma bhutatma

kurvann api na lipyate

artinya :

dia yang melaksanakan yoga, berjiwa suci


menguasai diri, menaklukan pancaindria
atmanya adalah atman mahkluk semua
walaupun bekerja, tidak terpengaruh ikatan kerja

perkataan sisaddha berarti jiwa yang bersih (suci), vijiatma


berarti dia yang menguasai jiwanya dan jitendriyah berarti dia
yang telah menaklukan pancaindrianya. Disini kelihatannya
dengan nyata betapa perkembangan dan kemajuan spirituil
seseorang yang melaksanakan yoga. Secara mental ia
menjatuhkan jiwanya dengan jiwa mahkluk semua lainnya, yang
menyebabkan segala kegiatan sehari-hari tidak lagi diikat oleh
pahala kerja (karma).

(8) nai 'va kimchit karomi 'ti

yukto manyeta tattvavit

pasyan srinvan sprisan jighrann

asnan gachchhan svapan svasan

artinya :

105
Bhagavadgitha Bebel

seorang yogi yang mengetahui inti kebenaran


berpikir : "aku sebenarnya tidak berbuat apa-apa"
walaupun sedang melihat, mendengar,
meraba, mencium, makan, pergi, tidur, bernafas

(9) pralapan visrijan grihnann

unmishan nimishann api

indriyani 'ndriyartheshu

vartanta iti dharayan

artinya :

takkala berbicara, melepaskan, mengenggam


membuka dan memejam mata
ia beranggapan : "hanya pancaindria belaka bergerak diantara
objek benda
benda"

hanya orang yang benar-benar mengetahui inti kebenaran dapat


memisahkan jiwanya yang bersih (suci) dan bebas daripada
prakriti (objek benda-benda duniawi). Ia mengerti benar bahwa
komponen-komponen ego pada diri seseorang tidaklah
permanen, yang merupakan arus yang berobah-obah setiap saat,
yang bergerak diantara objek benda-benda duniawi.

Adalah berbahaya kalau orang memberi interprestasi bahwa


kedua sloka ini mempunyaiarti "bukan aku yang
melaksankannya, melainkan pancaindriaku" dan lalu
membiarkan hawanafsunya, seakan-akan ia tidak bertanggung
jawab terhadap pancaindrianya sendiri, yang sebenarnya harus
dikontrolnya.

(10) brahmany adhaya karmani

sangam tyaktva karoti yah

lipyate na sa papena

padmapattram iva 'mbhasa

artinya :

dia yang bekerja mempersembahkan kerjanya


kepada Brahman, tanpa motif keinginan apa-apa

106
Bhagavadgitha Bebel

tidak terjamah oleh dosa-papa


bagaikan air meluncur didaun teratai

seperti telah dinyatakan sloka 2, Krisna mengehendaki agar


Arjuna bekerja dan bertindak dengan jalan menuju segala kerja
dan tindakkannya kepada Brahman Yang Maha Esa. Daun teratai
tidak dibasahi air walaupun kena hujan, demikian pula orang
walaupun bekerja sehari-hari sebagaimana mestinya, sebab
perbuatannya tidak lagi mengahsilkan karma.

(11) kayeta manasa buddhya

kevalaair indriyair api

yoginah karma kurvanti

sangam tyaktva 'tmasuddhaye

artinya :

para yogi menanggalkan keinginan


hanya bekerja mempergunakan badan
pikiran, budi dan bahkan pancaindria
demi untuk mencucikan jiwa

(12) yaktah karmaphalam tyaktva

sdantim apnoti naishthikim

ayuktah kamakarena

phale sakto nibhadyate

artinya :

seorang yogi yang menanggalkan pahala


akhirnya akan mencapai kedamaian abadi
tetapi yang tidak bersatu dengan Atman
diperbudak oleh nafsu dan belenggu kerja

kedamaian abadi adalah merupakan tingkatan kesempurnaan


yang dicapai dengan jalan berangsur-angsur, yang mula-mula
tumbuh dari pertama kebersihan hati, kedua mencapai ilmu-
pengetahuan, ketiga melepaskan segala hawa nafsu dan
keinginan-keinginan pribadi dan keempat keseimbangan jiwa
dalam melaksanakan bakti.

107
Bhagavadgitha Bebel

(13) sarvakarmani manasa

samnyasya 'ste sukham vasi

navadvare pure dehi

nai 'va kurvan na karayan

artinya :

setelah secara mental menanggalkan segala kerja


jiwa, penghuni jasmani ini, menguasai dirinya
bertakhta dengan damai dikota sembilan gapura
tiada bekerja, pun tidak menyebabkan kerja

dalam sloka ini Krisna menjelaskan bahwa jiwa yang ada didalam
diri manusia diibaratkan sebagai seorang raja yang bertakhta
dalam kota yang mempunyai pintu gerbang sembilan buah.
Sembilan pintu gerbang tersebut adalah : dua biji mata, dua
lobang hidung, dua lobang kuping, satu lobang mulut, satu
lobang pantat dan satu lobang kemaluan.

Setelah jiwa itu menanggalkan segala kerja, maka ia berthakta


dalam diri manusia, dengan damai dan bahagia menguasai
dirinya. Ini berarti ia tidak lagi bekerja atau menyuruh orang lain
bekerja, dan hubungan dengan dunia luar melalui kesembilan
pintu gerbang tersebut diatas tidak ada lagi, Atau perkataan lain,
ia telah mengontrol pancaindrianya dan objek benda-benda
duniawi tidak lagi mempunyai hubungan apa-apa dengan dia.

Perkataan sarvakarmani berarti : segala kerja atau semua


tindakkan. Dalam hubungan ini, kerja manusia dapat dibagi
menjadi empat : yang diharuskan = Atya, yang mnenjadi
kebiasaan atau tradisi = naittika, yang mempunyai maksud
tujuan = kamya dan yang dilarang = nishiddha. Keempat macam
kerja ini, bagi orang yang telah mencapai kedamaian abadi tidak
mempunyai pengaruh apa-apa lagi.

(14) na kartritvam na karmani

lokasya srijati prabhu

na karmaphalasamyogam

svabhavas tu pravartate

artinya :

108
Bhagavadgitha Bebel

Yang Maha Kuasa tidak menciptakan alat apa-apa


Juga tiada berbuat untuk dunia manusia
Dan tidak menghubungkan kerja dengan pahalanya
Ini sebenarnya manisfestasi alam benda

Perkataan prabhuh berarti : Yang Maha Kuasa

(15) jnanena tu tad ajnanam

yesham nasitam atmanah

tesham adityavaj jnanam

prakasayati tat param

artinya :

Brahman Seru-Sekalian-Alam tiada menerima


Baik dosa maupun kebajikan seseorang manusia
Budipekerti yang diselubungi ketidak-tahuan
'lah menyebabkan mahkluk tersesat dijalan

perkataan vibbhuh berarti : Brahman Seru-sekalian Alam

(16) jnanena tu tad ajnanam

yesham nasitam atmanah

tesham adityavaj jnanam

prakasayati tat param

artinya :

tetapi mereka yang ketidak-tahuannya


dilenyapkan oleh pengetahuan tantang Atman
pengetahuan itu bercahay bagaikan matahari
memperlihatkan Yang Maha Tinggi

perkataan tatparam berarti : kebenaran, Yang Maha tinggi.

Didalam ketiga sloka diatas ini konsep tentang Tuhan dijelaskan


oleh krisna sebagai Yang Maha Kuasa, Brahman Seru-Sekalian-
Alam, Atman, Yang Maha tinggi (kebenaran). Dalam sloka 14
Tuhan dikatakan Yang Maha Kuasa, namun ia tidak menciptakan
alam dan membantu manusia untuk memisahkan dirinya dari
hukum karma yang merukan manisfestasikan alam-benda

109
Bhagavadgitha Bebel

prakriti. Selama jiwa manusia masih terbelenggu oleh ketidak-


tahuan (ajnanena), selama itu ia akan menjalani hukum karma,
memetik buah perbuatan apa saja ia lakukan dalam hidupnya,
dan selama itu pula ia tidak mempunyai hubungan dengan Yang
Maha Kuasa.

Dalam sloka 15 Tuhan dikatakan Brahman Seru-Sekalian-Alam. Ia


meliputi seluruh alam semesta yang paling tinggi, paling luas
dan paling dalam. Maka itu ia dikatakan lebih kecil daripada
atom, tetapi lebih besar daripada bumi + bulan + bintang +
matahari sekaliannya. Oleh karena ia meliputi segalanya, maka
ia tidak menerima orang yang berbuat dosa, sebab kedua-
duanya (dan sesungguhnya semuanya dan segala sesuatunya)
ada pada-Nya, dan diliputi oleh-Nya. Adalah menjadi kewajiban
manusia sendiri untuk berusaha mengahspuskan
ketidaktahuanya, melepaskan egonya yang dibelenggu hukum-
karmadan bersatu dengan BrahmanSeru-Sekalian-Alam, yang
meliputi segala-galanya. Dalam sloka 16 Tuhan dikatakan
kebenaran, Yang Maha Tinggi. Secara psikologis status atau
tempat yang ketinggian adalah lebih baik dan lebih sempurna.
Maka itu kebenaran yamg paling sempurna tempatnya adalah
paling tinggi. Orang yang ingin bersatu dengan Atman harus
mencapai tempat Yang Maha Tinggi itu, dengan jalan menghapus
belenggu karmanya.

Inilah konsep Tuhan yang diutarakan dalam seluruh dialog Krisna


dengan Arjuna dalam Bhagavadgita ini.
(17) tadbuddhayas tadatmanas

tanishthas tatparayanah

gachchanty apunaravrittim

jnana nirdhuta kalmashah

artinya :

mereka yang memikirkan-Nya menyerahkan jiwa


seluruh kepada-Nya, menjadikan-Nya tujuan utama
memuja harus pada-Nya, akan pergi tidak kembali
dan dosa mereka dihapus oleh pengetahuan budi-pekerti

perkataan apanuravritti berarti : suatu keadaan tidak kembali


lagi, dengan perkataan lain tidak mengalami inkarnasi lagi
langgeng. Keadaan ini dicapai kalau dosa (kalmashah) sudah
dihapus dengan ilmu pengetahuan budi-pekerti (lihat sloka
IV.36).

110
Bhagavadgitha Bebel

(18) vidya vinaya sampanne

brahmane gavi hastini

suni chai 'va svapake cha

panditah samadarsinah

artinya :

orang arif bijaksana mnelihat semua


sama. Baik brahmana budiman dan rendah hati
maupun seekor sapi, gajah dan anjing
ataupun orang hina-papa tanpa kasta

perkataan vinaya berarti : rendah-hati. Dalam kitab Tripitaka


(ajaran buddha) perkataan ini juga berarti disiplin. Perkataan
svake sebenarnya berarti orang yang makan daging anjing yaitu
orang pariah, tanpa kasta.

Pendita dan orang arif-bijaksana yang jiwanya telah suci melihat


manusia dan mahkluk lainya sama tinggi-rendahnya. Pandangan
yang demikian itu menumbuhkan perasaan kasih sayang kepada
sesama mahkluk hidup dan mengangkat tanggapan akan
persamaan hidup yang menjadi karakteristiknya kehidupan
spiritual.

(19) ihai 'va jitah sargo

yesham samye sthitam manah

nirdesham hi samam brahma

tasmad brahmani te sthitah

artinya :

didunia ini sekalipun inkarnasi diatasi


oleh mereka yang pikirannya seimbang harmonis,
sebab Brahman seimbang dan sempurna
maka merekapun bersatu dengan Brahman

dalam tingkatan dimana pikiran telah mencapai keseimbangan


yang harmonis, dimana dualisme pertentangan (panas dan
dingin, suka dan duka, dan sebagainya) tidak ada lagi dan jiwa
seimbang dalam Brahman, maka hukum karma dan inkarnasi

111
Bhagavadgitha Bebel

lenyap, serta kelepasan dapat tercapai sekalipun orang masih


hidup didunia ini.

(20) na prahrisyet priyam prapya

no 'dvijet prapya cha 'priyam

sthirabuddhir asammudho

brahmavid brahmani sthitah

artinya :

dia yang tidak bergirang menerima suka


dan juga tidak bersedih menerima duka
tetap tinggal tenang dan berteguh iman
mengetahui Brahman. Bersatu dengan Brahman

(21) bahyasparseshv asaktatma

vindaty atmani yat sukham

sa brahmayoga yuktatma

sukham akshayam asnute

artinya :

dia yang jiwanya tak-lagi berhubungan dengan


duniawi menemui kabahagian dalam Atman,
dia yang mengontrol hatinya demikian
dalam yoga pada Brahman menikmati restu abadi
kedua sloka diatas ini melukiskan tingkatan dimana seseorang
telah membebaskan dirinya dari segala ilusi yang ditimbulkan
oleh pancaindrianya dan kotak daripadanya dengan objek-objek
benda-benda, hidup dalam keabadian dan menikmati restu
langgeng dari Brahman.

(22) ye hi samsparsaja bhoga

duhkhayonaya eva te

adyantavatah kaunteya

na teshu ramate budhah

artinya :

112
Bhagavadgitha Bebel

kenikmatan berasal dari hubungan duniawi


hanya merupakan sumber penderitaan belaka
ada awalnya ada akhirnya, oh Kuntipura
tak seorang budimanpun tertarik pada semua ini

perkataan duhkayonaya berarti : sumber kedukaan. (bandingkan


pula sloka ini dengan sloka II.14 terdahulu).

(23) saknoti 'hai 'va yah sodhum

prak sarira vimokshanat

kamakrodhodbhavan vegam

sa yuktha sa sukhi narah

artinya :

dia yang kuasa menahan nafsu birahi


dan amarah murkanya didunia ini
sebelum meninggalkan jasad raganya
ada yogi, dia adalah orang yang bahagia

(24) yo 'ntahsukho 'ntararamas

tatha 'ntarjyotir eva yah

sa yogi brahmanirvanam

brahmabhuto 'dhigachchhati

artinya :

dia yang menemui kebahagian pada dirinya


tentram pada dirinya, cahaya pada dirinya
yogi yang begini ini menjadi suci

perkataan Brahmanrvana dala kitab suci agama budha berarti


kebahagian tertinggi (lihat sloka II.72) dan perkataan
Brahmabhutah dalam kitab suci Upanisad berarti menjadi satu
dengan Brahman. Kedua tingkatan ini bisa dicapai oleh manusia
semasih hidup didalam dunia ini ditengah-tengah masyarakat,
apabila ia benar-benar telah melaksanakan dan mencapai
tingkatan seperti yang dilukiskan dalam kedua sloka diatas ini.

(25) labhante brahmanirvanam

113
Bhagavadgitha Bebel

rishayah kshinakamashah

chhinnadvaidha yatatmanah

sarvabhutahite ratah

artinya :

orang suci yang dosanya telah dimusnahkan


keraguannya dihapus, pikiranya dipusatkan
kebahagiannya berbuat kebajikan bagi mahkluk semua
mencapai nirmawana bersatu dengan Brahman

dalam sloka ini Krisna menerangkan bahwa keyakinan hidup


harus dilihat dari segi diri sendiri dan masyarakat yaitu
kebahagian untuk menyucikan jiwa sendiri
dan kebahagian untuk kebajikkan bagi (masyarakat) mahkluk
semua (sarvabhu tahite ratah)

(26) kama krodha viyuktanam

yatinam yatahetasam

abhito brahmnirvanam

vartate viditatmanam

artinya :

dia yang menguasai diri pribadinya


mengontrol pikiranya bebas dari nafsu dan murka
mengetahui Atman ada disekitar dirinya
mencapai nirwana bersatu dengan Brahmana
kesadaran akan pendekatan jiwa dengan Atman yang ada
disekitar dirinya mempercepat proses seseorang untuk mencapai
nirwana, dan proses ini bisa dicapai dalam hidup ini sekalipun.

(27) Sparsan kritva bahir bahyams

Chakshus chai 'va 'ntare bhruvoh

Pranapanam samau kritva

Nasal hyantaracharinau

Artinya :

114
Bhagavadgitha Bebel

Dengan memutuskan hubungan objek benda


Memusatkan mata diantara kening
Mengatur keluarnya prana dan masuknya spana
Diantara lobang hidung dengan seimbang

(28) yatendriya mano bhuddhir

munir mokshaparayanah

vigatechchha bhaya krodho

yah sada mukta eva sah

artinya :

menguasai panca indria, perasaan dan pikiran


seluruh jiwa menghasratkan kelepasan
membuang jauh nafsu, takut dan murka
orang suci itu mencapai kelepasan buat selamanya

(mengenai istilah prana dan apana lihat sloka IV.29). setelah


memutuskan hubungan pancaindria dengan objek benda-benda
lahiriah, lalu dilakukan meditasi dengan jalan memejamkan mata
setengah tertutup, hanya biji mata saja ditengah-tengah kening
tertuju kepada ujung hidung, dan keluar masuknya nafas diatur.
Dalam posisi begini, seluruh konsentrasi jiwa dipusatkan kepada
hasrat akan kelepasan (moksha). Tentang hal ini, akan dijelaskan
oleh Krisna lebih jauh dalam Bab berikut.

(29) bloktaram yajnatapasam

sarvaloka mahesvaram

suhridam sarvabhutanam
jnatva mam santim richchhati

artinya :

setelah mengetahui aku sebagai penerima


persembahan bakti dan tapa-meditasi
sebagai Seru-Sekalian-Alam, pencipta mahkluk semua
ia mencapai kebamaian abadi

kalau kurang dialami, seolah-olah sloka diatas ini mengandung


pertentangan dengan sloka-sloka 14 dan 15. Tetapi sebenarnya
tidaklah demikian. Sebab Tuhan, Brahman, Seru-Sekalian-Alam
bukan pelaksana, tidak dapat dilukiskan, tidak dapat diuraikan

115
Bhagavadgitha Bebel

dengan kata-kata dan tidak terucapkan. Hanya manusialah yang


mencoba menerangkan dengan berbagai cara, berbagai
penjelasan berbagai antribut-sifat-kwalitas menurut
pengertiannya masing-masing.

Untuk mengetahui Brahman sesungguhnya kita harus


melaksanakan kewajiban kita dengan jalan mempersembahkan
kebaktian, studi, bersedekah, hidup sederhana, berguru dan
meditasi, bukan dengan kata dan penjelasan.

Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam

Yogasastre srikrishnarjunasamvade

Karmasamnyasayogo nama panchamo 'dhyayah

Maka berakhirlah bab kelima Upanisad Bhagavadgita


Mengenai ilmu pengetahuan tentang Yang Maha Esa
Kitab suci Yoga dan dialog antara Sri Krisna dan
Arjuna yang berjudul KARMASAMNYA-SAYOGA

BAB 3

II. PERCAKAPAN KEDUA :


SAMKHYA YOGA

Arjuna menolak untuk bertemput, tetapi Krisna menghiburnya


dan tidak membenarkan ia bersedih dan bimbang hati demikian.
Dalam Bab ketiga ini Krisna menjelaskan bahwa orang yang
mengerti tidak akan bersedih pada kematian maupun kehidupan,
sebab orang mesti mati. Dalam peperangan hanya badan
jasmani yang mati dan jiwa tidak pernah mati. Yang mengerti itu
sebenarnya tidak membunuh siapa-siapa. Kewajiban seorang
ksatria adalah berperang menegakkan kebenaran,, memperoleh
kemenangan didunia sini dan kebahagian didunia sana, dan
bertempur dalam peperangan bukan melakukan dosa.
Kehilangan kehormatan lebih buruk daropada kematian.

Kematian berarti pengantian badan jasmani, dan jiwa sebagai


penghuni badan jasmani ini berpindah-pindah kebadan jasmani
lain, bagaikan menganti baju lama dengan baju baru.
Pusatkan pikiran pada kesucian, bertindak tanpa mengharapkan
pahala kerja, serahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Tahu.

Teguhkan iman untuk samadi, hilangkan nafsu, takut dan


amarah, hadapi senang dan duka bersatu dengan Brahman.
II. Percakapan kedua

116
Bhagavadgitha Bebel

(1) samjaya uvacha:

tam tatha kripaya vishtam


asrupurnakulekshanam
uvacha madhusuudanah
artinya :

Samjaya berkata:
Kepadanya, yang diliputi rasa belas kasihan
Dengan pelupuk mata digenangi airmata
Dan rasa remuk redam dalam hati
Madusudana berkata begini

Madusudana adalah Krisna sendiri. Disini Arjuna mesara belas


kasihan kepada sanak keluarganya, yaitu Kaurawa, yang ia akan
perangi. Tetapi rasa belas kasihan Arjuna ini tidaklah sesuai
dengan sifat-sifat orang Arya; sebab walaupun sebagi sanak
keluarganya, Kaurawa sesungguhnya merupakan musuh-
musuhnya yang jahat dan sngat berbahaya.

(2) sribhagavan uvacha:

kutas tva kasmalan idam


vishame samupasthitam
anaryajustam asvargyam
akirtikaram arjuna
artinya :

Sri Bhagawan berkata:


Darimana datangnya duka dan lemah hati?
Pada saat krisis seperti ini,
Semangat bukan orang ksatria,
Tidak luhur dan memalukan, oh Arjuna

Sri Bagawan adalah Krisna sendiri. Dalam bab III inilah krisna,
sebagai guru-nya mulai mengungkapkan kepada Arjuna siapa
sebenarnya Dia. Dengan maksud agar Arjuna dapat melepaskan
dirinya dari keragu-bimbangannya seperti ternyata dalam bab ii.
Krisna mengungkapkan doktrin tentang jiwa yang tidak
termusnahkan, mendorong kebangkitan semangat ksatrianya,
menunjukan jalan Tuhan kepadanya dan merintis tindakan-
tindakan kerja serta kewajiban hidup dalam dunia.

Perkataan anaryajustam berarti tidak sesuai dengan sifat-sifat


Arya yang mempunyai ciri-ciri berani, tegas, agung dan luhur
budi pekerti.

117
Bhagavadgitha Bebel

(3) klaibyam ma sma gamah partha

nai 'tat tvayy upapadyate


kshudram hridayadaubalyam
tyaktvo 'ttishtha paramtapa
artinya :
jangan biarkan kelemahan itu, oh parta
sebab itu tidak sesuai bagimu
enyahkan rasa lemah dan kecut itu
banhkitkanlah! Oh pahlawan jaya

parta adalah Arjuna sendiri, dan perkataan paramtapa


sebenarnya berarti pebakluk musuh-musuhnya. Disini penakluk
musuh-musuh adalah tiada lain Arjuna sendiri, sebagai pahlawan
yang selalu jaya, selalu menang dan menaklukan musuh-
musuhnya. Ketia menyebut diademikian. Dengan maksud agar
Arjuna benar-benar bertindak sebagai Ksatria yang berani
menaklukan musuh-musuhnya.

(4) arjuna uvacha:

katham bhisman aham samkhye


dronam cha madhusudana
tshubbih pratiyotsyami
pujarhav arisudana
artinya :

Arjuna berkata:
Tetapi bagaimana ku, 'oh Madusudana
Bisa menyerang Bisma dan Drona
Mereka yang patut kuhormati,
Dengan panah dalam pertempuran ini, Arisudana?

Madusudana dan Arisudana, kedua-duanya adalah nama lain dari


Krisna.

(5) Gurun ahatva hi mahanudhavan

Sreyo bhoktum bhaikshyam api 'hi loko


Hatva 'rthakamams tu gurun ihai 'va
Bhunjiya bhogan rudhirapradigdhan
Artinya :

Didunia ini lebih baik jadi peminta-minta


Daripada membunuh Guru-guru yang mulia
Walaupun mabuk duniawi, namun tetap guruku
Dan membunuh mereka berarti hidup berlumuran darah.

118
Bhagavadgitha Bebel

Perkataan arthakaman sebenarnya berarti kekayaan atau harta


benda, dan perkataan rudhirapradigdhan berlumuran darah.
Arjuna yang dalam sejarah kemanusian berarti penderitaan,
kesengsaraan, penindasan dan ketidakadilan.

(6) Na chai 'tad vidmah kataran no gariyo

Yad va jayena yadi va no jayeyuh


Yan eva hatva na jijivishamas
Te 'vasthitah pramukhe dhartarastrah
artinya :

aku tidak tahu mana pasti lebih penting


apakah kita tumpas mereka atau mereka taklukan kita
putra-putra Dritarastra yang kita bunuh
dan tiddak harapkan hidup, berdiri siap didepan kita

(7) karpanyadoshopahatas vabhavah

prichchhami tvam dharmasammudhachetah


yach chhreyah syan nischitam bruhi tan me
sishyas te'ham sadhi mam tvam prapannam
artinya :

hati lemah, pikiranku kacau balau


tentang tugas kewajiban, aku bertanya pada-Mu
terangkanlah kepadaku dengan pasti mana lebih baik
aku murid-Mu, pada-Mu kuberlindung, tunjukkan padaku!

Arjuna kini tidak saja merasa putus asa, kecemasan, bimbang


ragu tetapi juga mengharap sepenuhnya kepada petunjuk dari
Guru-nya. Kepada Krisna diharapkan cahaya terang. Kebenaran
yang dapat menyebkan ia bisa melihat mana yang benar dan
mana yang salah.
Perkataan nischitam berarti: untuk jelasnya atau untuk pastinya.

(8) na hi prapasyami mama panudyad

yach chhokam uchchhosanam indriyaanam


avapya bhumav asapatnam riddham
rajyam suranam api cha 'dhipatyam
artinya :

sebab, aku tidak melihat yang dapat


mengenyahkan duka ini mematikan pancaindriaku
walaupun seandainya aku mendapat kekayaan dan kekuasaan
tiada taranya dibumi dan kedaulatan atas kayangan

119
Bhagavadgitha Bebel

arjuna tidak menginginkan apa-apa selain melepaskan jiwanya


dari agoni yang sangat menyiksanya. Konflik jiwanya harus
disembahkan dan harus mencapai kesadaran baru yang
menyeluruh

(9) sanjava uvacha:

evam uktva hrishikesam


gudakesah paramtapam
na totsya iti govindam
uktva tushnim babhuva ha
artinya :

sanjaya berkata: setelah menerangkan kepada Krisna


Gudakesa berkata kepada Gowinda:
"aku tidak hendak bertempur"
dan kemudian diam tertegun

dengan berkata "aku tidak hendak bertempur". Arjuna telah


memutuskan dalam hatinya tanpa menunggu penadapat dan
nasehat Gurunya. Tetapi dengan keadaannya terdiam (tushnim
babhuva) suara kebenaran akan dapat didengar. Disinilah Sri
Bagawan (Krisna) mendapat kesempatan untuk menyampaikan
ajaran-ajaranya kepada Arjuna yang ada dalam keadaan
menderita tekanan jiwa dari agoni yang sangat berat. Gudakesa
= Arjuna dan Gowinda = Krisna.

(10) tam uvacha hrishikesah

prahasann iva bharata


senayor ubhayor madhye
vishidantam idam vachah
artinya :

dalam keadaan duka nestapanya


ditengah-tengah kedua pasukkan, oh Barata
dengan agak tersenyum Hrisikesa
berkata kepadanya seperti ini:

barat disini adalah maharaja Dristarastra. Dalam sloka ini,


Hrisikesa (Krisna) dinyatakan tersenyum, bagaikan cahaya kilat
yang menerangi gumpalan awan gelap yang terbayang pada
wajah Arjuna. Senyuman Krisna ini adalah sebagai kunci
pembuka hati Arjuna untuk menerima ajaran-ajaran suci
daripadanya supaya membedakan antara jiwa atau rokh dan
badan jasmani ini.

120
Bhagavadgitha Bebel

(11) sribhagavan uvacha


asochyan anvasochas tvam
prajnavadams cha bhahase
gatasun agatasums cha
na nusochanti panditah
artinya :

Sri Bagawan berkata:


Engkau berduka bagi mereka yang tak patut kau sedihi
Namun engkau bicara tentang budi pekerti
Orang budiman tidak akan bersedih
Baik bagi yang hidup maupun yang mati

Dalam versi Kashmir baris kedua dari sloka ini berbunyi pra
jnavat na abhibhashase yang berarti: engkau berbicara tidak
sebagai seorang cendikiawan.

(12) na tv eva 'ham jatu na 'sam

na tvam ne 'me janadhipah


na chai 'va na bhavishyamah
sarve vayam atah param
artinya :

tidak pernah ada saat dimana


aku, engkau dan para raja ini tidak ada
dan tidak akan ada saat dimana
kita berhenti ada, sekalipun sesudah ini

sudah barang tentu yang dimaksudkan Krisna dalam sloka ini


"aku, engkau dan para raja" bukanlah badan jasmani, melaikan
jiwa yang ada didalam badan jasmani masing-masing, yamng
merupakan bagian terkecil daripada jiwa Alam Semesta. Karena
ketidaktahuanlah jiwa individu-individu terbungkus oleh badan
jasmani yang terbatas ini merupakan multi ego, seolah-olah
terpisah dari kosmos ego. Jiwa yang telah mencapai kelepasan,
bersatu dengan jiwa kosms, atau kosmos ego, sedangkan jiwa
yang tidak menemui kelepasan mengembara dari satu kelahiran
ke-kelahiran lain, selalu terkungkung oleh badan jasmani, dalam
bentuk multi ego.

(13) dehino 'smin yatha dehe

kaumaram yauvanam jara


tatha dehantarapaptir
dhiras tatra na muhyati
artinya :

121
Bhagavadgitha Bebel

setelah memakai badan ini dari masa


kecil hingga muda dan tua
demikian jiwa berpindah kebadan lain
ia yang budiman tidak akan tergoyahkan.

Manusia memang ditakdirkan untuk hidup melaui masa kecil,


masa muda dan masa tua, serta melalui kelahiran dan kematian
dan tidak langgeng. Tetapi jiwa yang ada didalamnya tidak
mengalami perubahan. Hanya jasmaninyalah yang tidak kekal.

(14) matrasparsas tu kauntenya

sitoshnaskhaduhkhadah
agamapayino 'nityas
tams titikshasva bharata
artinya :

hubungan dengan benda jasmaniah, oh Arjuna


menimbulkan panas dan dingin, senang dan duka
dan semua ini datang dan pergi, tidak abadi
karena pikullah, wahai Kuntipura.

Sesungguhnyalah sikap senang dan duka ini ditentukan oleh


kekuatan dan badan jasmaniah kita. Tidaklahg benar bahwa
seseorang pasti akan bersenang kalau ia mengalami sukses dan
bersedih kalau ia menemui kegagalan. Orang dapat mempunyai
sikap yang sama sempurna terhadap keduanya; sebab keakuan-
lah yang sebenarnya menikmati atau menderita akibat
kebiasaan tersebut. Keakuan ini akan terus berbuat demikian
selama jiwa dikungkung oleh badan-jasmani ini, dan tergantung
kepada pengetahuan dan tindakkan jiwa itu sendiri, tetapi
apabila jiwa ini mencapai kelepasan, maka kesadaran menjadi
terang, dan ia akan menerima segala sesuatunya (panas dan
dingin suka dan duka) dengan tenang dan sempurna, karena ia
tahu bahwa semua itu akan datang dan pergi.

(15) yam hi na vyathayanty ete

purusham purusharshabha
samaduhkhasukham dhiram
so 'mritatvaya kalpate
artinya :

orang yang tidak tergoyahkan ini


oh Arjuna, yang tetap dalam duka
dan senang, yang teguh iman
patut hidup kekal abadi

122
Bhagavadgitha Bebel

hidup kekal abadi adalah berbeda dengan yang dialami oleh


semua mahkluk hidup didunia ini, ia melebihi hidup dan mati,
tidak dihinggapi senang dan duka, panas dan dingin, tidak
diganggu oleh segala macam kejadian. Hidup kekal abadi ini
adalah kesempurnaan kesadaran akan satunya jiwa dengan Jiwa
Alam Semesta yang langgeng.

(16) na 'sato vidyate bhavo

na bhavo vidyate satah


ubhayor api drishto 'ntas tv
anayos tattvadarsibhih
artinya :

apa yang tiada, tak akan pernah ada


apa yang ada tak akan pernah berhenti
keduanya hanya dapat dimengerti
oleh orang yang melihat kebenaran

perkataan sat berarti ada atau nyata dan saat berarti tiada atau
tak nyata. Dalam sloka ini sat dimaksudkan jiwa dan asat adalah
badan jasmani. Jadi yang nyata adalah jiwa dan yang tak nyata
adalah badan jasmani, sebab dalam jangka waktu tertentu badan
jasmani tidak tinggal sama, dan sebaliknya yang nyata akan
tetap tinggal sama. Seluruh gejala phenomena didunia ini adalah
tidak pernah kekal, tiada tinggal sama, sebab itu adalah tak
nyata. Jiwa itulah nyata!

(17) avinasi tu tad viddhi

yena sarvam idam tatam


vinasam avyayasya 'sya
na kashcid kartum arhati
artinya :

ketahuilah yang melingkupi semua ini


tidak dapat dihancurkan
tidak seorangpun dapat dimusnahkan
Dia, yang tidak mengenal kemusnahan

Perkataan tatam berarti melingkupi, mencakupi. Dia yang


melingkupi semua ini adalah Jiwa atau Atman.

(18) antavanta ime deha

nityasyo 'ktah saririnah

123
Bhagavadgitha Bebel

anasino 'prameyasya

tasmad yudhyasva bharata

artinya :

badan jasmani yang membungkus Dia


yang langgeng, tiada terhancurkan
dan tiada terbatas akan habis
sebab itu bertempurlah, wahai Barata

disini Barata dimaksudkan Arjuna sendiri. Perkataan aprameya


berarti tidak terbatas, tidak dapat diukur, dan perkataan sariri
berarti jiwa yang sejati dari tiap individu yang tidak dapat
dipikirkan sebab tidak dapat dikenal dengan ilmu pengetahuan
yang biasa.

(19) ya enam vetti hantaram

yas chai 'nam manyate batam


ubhau tau na vijanito
na 'yam hanti na hanyate
artinya :

ia yang mengira Dia sebagai pembunuh


dan Dia yang percaya Dia dapat dibunuh
adalah kedua-duanya dungu,sebab
Dia tidak pernah membunuh dan dibunuh

(20) na jayante mriyate va kadachin

na 'yam bhutva bhavita va na bhuyah


ajo nityah sasvato 'yam purano
na hanyante hanyamane sarire
artinya :

Dia tidak pernah lahir dan mati


Juga setelah ada tak'kan berenti ada
Da tidak terlahirkan, kekal, abadi dan selamanya
Dia tidak mati dikala badan jasmani mati

Krisna mencoba mengungkapkan kepada Arjuna perbedaan


antara jiwa dan bukan jiwa (badan jasmani), yang dalam istilah
Samkhya disebut purusha dan prakriti, dimana jiwaitu tidak
mengenal lahir, hadir, tumbuh, berubah, rusak dan mati seperti
benda-benda dan mahkluk hidup biasa.

124
Bhagavadgitha Bebel

(21) veda 'viasinam nityam

ya enam ajam avyayam


katham sa purusha partha
kam ghatayati hanti kam
artinya :

yang mengetahui Dia yang tak termusnahkan


langgeng, tanpa lahir, tidak berubah
bagaimana ia bisa, oh Parta
membunuh dan menyuruh membunuhnya?

(22) vasamsi jirnani yatha vihaya

navani grihnati naro 'parani


tatha sarirani vihaya jirnany
anyani samyati navani dehi
artinya :

ibarat orang menanggalkan pakaian lama


dan mengantikannya dengan yang baru
demikian jiwa meninggalkan badan tua
dan memasuki jasmani yang baru

jiwa yang langgeng tidak berpindah-pindah dari satu tempat


ketempat yang lain, tetapi jiwa yang terbelenggu bergerak dari
satu badan kebadan yang lain. Tiap kelahiran membawa badan
(anna), hidup (prana) dan pikiran (manah) yang terbentuk
daripada materia lam menurut evolusinya dimasa yang kan
datang. Apabila badan jasmani menjadi tua dan hancur, maka
manah sebagai pembalut jiwa itu merupakankesadaran baginya
untuk berpindah-pindah dari satu badan kebadan lainnya, yang
disebut inkarnasi atau numitis. Inkarnasi atau numitis ini adalah
hukum alam, dan hubungan ini adalah objektif dalam evolusi
alam semesta.

(23) nai 'nam chhindati sastani

nai 'nam dahati pavakah


na chai 'nam kledayanty apo
na soshayati marutah
artinya :

senjata tidak dapat melukai Dia


dan api tidak dapat membakar-Nya

125
Bhagavadgitha Bebel

angin tidak dapat mengeringkan Dia


dan air tidak dapat membasahi-Nya

perkataan Dia dan Nya dalam sloka ini sama dengan jiwa.

(24) achchhedyo 'yam adahyo 'yam

akledyo 'soshya eva cha


nithyah sarvagatah sthanur
achalo 'yam sanatanah
artinya :

dia tidak dapat dilukai, dibakar


juga tidak dapat dikeringkan dan dibasahi
Dia adalah abadi, tiada berubah
Tidak bergerak, tetap selama-lamanya

(25) avyakto 'yam achintyo 'yam

avikaryo 'yam uchayate


tasmad evam viditvai 'nam
na 'nusochitum arhasi
artinya :

Dia dikatakan tidak termanisfestasikan


Tidak dapat dipikirkan, tidak berubah-ubah
Dan mengetahui halnya demikian
Engkau hendaknya jangan berduka

Jadi jiwa itu dikatakan mengatasi segala elemen materi, kekal


abadi, dan tidak terpikirkan. Oleh karenanya jiwa tidak dapat
menjadi subjek maupun objek daripada tindakan atau pekerjaan.
Dengan lain perkataan, jiwa itu tidak terkena akibat daripada
perobahan-perobahan yang dialami oleh pikiran, hidup dan
badan jasmani. Semua bentuk ini bisa berubah, datang dan
pergi, tetapi jiwa itu tetap langgeng untuk selamanya.

(26) atha chai 'nam nityajatam

nityam va manyase mritam


tatha 'pi tvam mahahaho
nai 'nam schitum arhasi
artinya :

seandainya engkau berpikir bahwa


dia terus-menerus lahir dan mati

126
Bhagavadgitha Bebel

namun, oh Pahlawan Bersenjata Sakti


engkau hendaknya jangan berduka.

Perkataan mahabaho berasal dari mahantam babu yasya (tvam)


dan berarti "yang bersenjata sakti (perkasa)". Yang dimaksudkan
dengan perkataan ini ialah Arjuna sendiri. Dalam sloka ini, demi
untuk argumentasi agar jelas bagi Arjuna, Krisna
mempergunakan perumpamaan dari segi jasmaniah, yaitu :
seandainya jiwa ini memang dapat lahir dan mati namun arjuna
tidak patut bersedih. Sebab, kalau kedudukan itu sudah
dilenyapkan, maka dosa, neraka dan sorga tidak akan ada lagi
kelak sesudah hidup ini.

(27) Jatasya hi dhruvo mrityur

Dhruvam janma mritasya cha


Tasmad aparriharye 'rthe
Na tvam sochitum arhasi
Artinya :

Bagi yang lahir kematian sudahlah tentu


Bagi yang mati kelahiran adalah pasti
Dan ini tiada terelakan
Karenanya engkau tak patut bersedih

Walaupun kematian itu tidak dapat dielakkan, namun tidakla


berarti kita harus membenarkan pembenuhan, bunuh diri dan
peperangan. Kita tidak bisa dengan sengaja mengharapkan
kematian orang lain dengan alasan bahwa semua orang akan
mati. Benarlah hidup ini diakhiri kematian, semua kemajuan akan
lenyap, dan tidak sesuatupun yang tetap kekal dilihat dari segi
kesementaraannya, namun kesadaran jiwa yang sempurna dapat
menjadi kenyataan, dan perkembangan menuju inti tujuan hanya
tergantung pada soal waktu dan kejadian-kejadian kosmos dalam
dunia ini.

(28) avyaktadini bhutani

vyaktamadhyani bharata
avyaktanidhananany eva
tatra ka paridevana
artinya :

makluk pada mulanya tidak kelihatan


hanya kelihatan pada waktu pertengahan
dan menghilang pada akhirnya
kenapa mesti bersedih, oh Batara?

127
Bhagavadgitha Bebel

Maksud Krisna dalam sloka ini adalah untuk menjelaskan bahwa


apa yang dikatakan mahkluk itu, yang pada mulanya dan pada
akhirnya tidak ada, hanyalah merupakan ilusi pada
pertengahannya, yamh oleh karenanya tidak boleh dibiarkan
mempengaruhi jiwa kita.

(29) ascharyavat pasyati kaschid enam

ascharyavad vadati tathai 'va cha 'nyah


ascharyavach chai 'nam anyah srinoti
srutva 'py enam veda na chai 'va kascihit
artinya :

ada orang telah melihat kebesan-Nya


yang lain bicara tentang keagungan-Nya
juga ada yang mendengar tentang kemuliaan-Nya
tetapi tak seorang, setelah mendengar, mengerti-Nya

hanya sedikit sekali yang telah melihat, mendengar dan


berbicara tentang dia, karena hanya sedikitlah orang yang
merelakan dirinya untuk menjalani disiplin diri, keyakinan
membaja dan merelakan diri berbuat kebajikkan tanpa
menharapkan buahnya. Walaupun banyak orang yang
mempunyai keinginan untuk memiliki kebenaran abadi ini,
namun mereka menderita kebimbangan dan kelemahan. Biarpun
seandainnya mereka tiada merasa bimbang, namun
kebanyakkan daripada mereka tidak sanggup menderitanya
dalam mencari kebenaran tersebut.

(30) dehi nityam avadhyo 'yam

dehe sarvasya bharata


tasmat sarvani bhutani
na tvam sochitum arhasi
artinya :

penghuni badan setiap orang semua


tidak akan dapat dibunuh
karenanya, oh Barata, jangan duka
atau kematian mahkluk apapun

dalam sloka ini Karisna kembali menyatakan betapa jiwa atau


Atman itu sebagai penghuni badan jasmani ini tidak bisa
dibunuh. Yang hanya dapat dibunuh adalah badan jasmani,
sebab itu krisna menganjurkan kepada Arjuna supaya bertempur
sebagai Ksatria

128
Bhagavadgitha Bebel

(31) svadharmam api chaa 'vekshya

na vikampitum arhasi
dharmyad dhi yuddhach chhreyo 'nyat
kshatriyasya na vidyate
artinya :

apalagi sadar akan kewajibanmu


engkau tidak boleh gentar
bagi ksatria tiada kebahagian lebih besar
daripada bertempur menegakkan kebenaran

perkataan swadharma berarti: budi-pekerti pribadi seseorang


yang tepat menurut kawajiban hidupnya sendiri
swadharma.Arjuna adalah sebagai kesatria, yang mempunyai
tugas kewajiban unytuk bertempur demi kebenaran, yaitu
membela tanah air, bangsa dan agama.

(31) yadrichchhaya cho 'papannam

svargadvaram apavritam
sukhinah kshatriyah partha
labhante yuddham irisam
aretinya :

berbaringlah para ksatria, oh Parta


dapat kesempatan untuk beretempur
tanpa dicari-cari baginya
pintu sorga telah terbuka

(32) atha chet tvam imam dharmyam

samgramam na karishyasi
tatah svadharmam kirtim cha
hitva papam avapsyasi
artinya :

tetapi jika engkau tiada melakukan


perang menegakkan kebenaran ini
meninggalkan kewajiban dan kehormatanmu,
maka dosa papalah bagimu

(33) atha chet tvam imam dharmyam

samgramam na karishyasi
tatah svadharmam kirtim cha

129
Bhagavadgitha Bebel

hitva papam avapsyasi


artinya :

tetapi jika engkau tiada melakukan


perang menegakkan kebenaran ini
meninggalkan kewajiban dan kehormatanmu,
mana dosa-papalah bagimu

sesunguhnya yang dimaksudkan dengan perkataan perang dan


ksatria dalam sloka-sloka ini adalah mengandung pengertian
yang lebih mendalam dan bersifat spirituil. Perang menegakkan
kebenaran disini dimaksudkan lebih dari membela tanah air,
bangsa dan agama.yaitu pergulatan bathin antara yang benar
dan yang salah. Mereka yang menghindarinya karena perasaan
palsu, lemah dan takut akan dosa. Demikian pula yang dimaksud
dengan ksatria disini bukanlah asal kelahiran atau keturunan
ethnologi melainkan psikophisik seseorang yang memiliki sifat-
sifat dan pengertian akan svadharma.

(34) akirtim cha 'pi bhutani

kathayishyanti te 'vyayam
sambhavitasya cha 'kirtir
maranad atirihyate
artinya :

orangkan terus membicarakan nama burukmu


dan bagi orang yang terhormat
kehilangan kehormatan sungguh itu
lebih buruk daripada kematian

(35) bhayad ranad uparatam

mamsyante tvam maharathah


yesham cha tvam bahumato
bhutva yasyasi laghavam
artinya :

para pahlawan besar akan mengira


engkau, pengecut lari dari pertempuran
dan mereka yang pernah memuja
engkau, merendahkan dengan penghinaan

(36) avachyavadams cha bahun

vadishyanti tava 'hitah


nindatas tava samarthyam

130
Bhagavadgitha Bebel

tato dunkhataram nu kim


artinya :

banyak caci maki dilontarkan kepadamu


oleh mereka musuh-musuhmu
menjelekkan dan menghina kekuatanmu,
adakah yang lebih sedih dari itu?

(37) hato va prapsyasi svargam

jitva va bhokshyase mahim


tasmad uttishtha kaunteya
yuddhaya kritanischayah
artinya :

andaikata tewas, engkau 'kan pergi kesorga


atau kalau menang , engkau 'kan nikmati dunia
maka itu bangkitlah, kunti putra
bulatkan tekad, bertempur maju

setelah mengungkapkan kebenaran yang tertinggi, yaitu Jiwa


atau Atman, dan ketidak-kekalan badan jasmani,Krisna
selanjutnya dalam sloka-sloka diatas menerangkan tugas
kewajiban seorang ksatria, baik dilihat dari segi kebenaran
metaphisika ataupun kewajiban sosial pada umunya. Jelaslah
kepada kita, bahwa adalah mungkin untuk mencapai
kesempurnaan yang lebih tinggi dengan jalan melakukan tugas-
kewajiban kita atas dasar kebenaran.

(38) sukhaduhkhe same kritva

labhalabhau jayajayau
tato yuddhaya yujyasva
nai 'vam papam avapsyasi
artinya :

dengan menganggap suka dan duka


laba rugi, menang dan kalah, sama
kemudian terus maju bertempur
engkau tiada melakukan dosa

walaupun Arjuna telah menyatakan bahwa ia tidak menginginkan


kemenangan, kesenangan duniawi dan kekuasaan yang tidak
terbatas (seperti dalam sloka I.32 dan II.8), namun Krisna disini
bermaksud untuk menjelaskan suatu methode dan bukan
mengharapkan agar dia menginginkankan sorga dan kebahagian
duniawi, dan bhwasannya hanya dengan semangat dan

131
Bhagavadgitha Bebel

keyakinan yang menyatakan suka dan duka, menang dan kala


itu sama, maka Dia dapat melakukan tugas kewajibannya dalam
situasi dimana ia berada dengan tanpa ikatan pada keinginan
memperoleh hasilnya. Dengan jalan demikian Karma dapat
dilaksanakan dengan tanpa menambah bebanya, dan jalan
menuju kelepasan dapat ditempuh.

(39) esha te 'bhihita samkhye

buddhir yoge tv imam srinu


buddhya yukto yaya paartha
karmabandham prahasyasi
artinya :

itulah bagimu ajaran Sankhya


dan kini dengarkanlah ajaran yoga
bila engkau bersedia menerimanya, oh Parta
engkau akan terlepas dari ikatan Karma

dalam Bab ini ada dua bagian yang terpisahkan walaupun


sesungguhnya kedua bagian tersebut merupakan satu-kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan, yaitu bagian pertama mengandung
ajaran-ajaran Sankhya dan bagian kedua berisikan ajaran-ajaran
yoga. Dalam ajaran Sankhya. Krisna mengungkapkan kepada
Arjuna pengertian tentang jiwa, atau purusha, atau Atman, yang
mengatasi segala element materiil, kekal-abadi dan yang
berbedah dengan badan jasmaniah yang tidak kekal atau selalu
berubah-ubah;ajaran yoga, atau lebih jelasnya Karmayoga,
menguraikan pengetahuan tentang Atman yang tidak dapat
dimusnahkan dan kekal abadi yang harus diterapkan kepada
sikap, tindakkan dan kerja yang nyata untuk membebaskan-Nya
dari ikatan kelahiran dan kematian. Sikap, tindakkan dan kerja
yang bagaimana?. Yaitu sikap, tindakkan dan kerja yang tidak
mempunyai motif kepentingan diri pribadi dan tidak
mengharapkan hasilnya.

Karmayoga adalah ajaran-ajaran yang mengungkapkan agar


Atman dibebaskan dari ikatan karmabandham (ikatan hasil kerja)

Dalam bagian kedua bab ini (slika-sloka berikutnya). Krisna


menguraikan kepada Arjuna bagaimana Yoga itu harus
dilaksanakan dalam prakteknya.

(40) ne 'ha 'bhikramanaso 'sti

pratyavayo na vidyate
svalpam apy asya dharmasya

132
Bhagavadgitha Bebel

trayate mahato bhayat


artinya :

dalam hal ini tiada hal sia-sia


tiada rintangan tidak teratasi
walau sedikit dari dharma ini
akan membebaskan cengraman ngeri

dalam Karmayoga setiap sikap, tindakkan dan kerja tidak ada


yang hilang dan sia-sia, dan semua usaha akan meninggalkan
nilai kebersihan dan kesucian jiwa setiap individu yang
melaksanakan sikap, tindakan dan kerjanya benar-benar tanpa
motif kepentingan diri pribadi dan harapan akan buah hasilnya.
Tetapi sebaliknya, apabila sikap, tindakkan dan kerja semata-
mata penuh didasarkan atas motif kepentingan diri sendiri dan
mengharapkan akan buah dan hasilnya, maka skumulasi karma
akan terus bertambah dan ikatan kelahiran dan kematian akan
bertambah kuat. Inilah yang dimaksudkan dengan cengkraman
ngeri (mahato bhayat).,

(41) vyasayatmika buddhir

eke 'ha kurunandana


bahusakha by anantas cha
boddhayo 'vyavasayinam
artinya :

yang pikirannya bulat, kurunandana


menjurus kearah satu tujuan
tetapi yang masih ragu-ragu, pikirannya
bercabang dan tiada habis-habisnya

pikiran bulat, diarahkan menuju suatu tujuan membutuhkan


latihan dan konsentrasi yang harus dipertumbuhkan.

(42) yam imam pushpitam vacham

pravadanty avipaschitah
vedavadaratah partha
na 'nyad asti 'ti vadinah
artinya :

kata-kata muluk dan menarik


diucapkan oleh orang-orang munafik
menikmati apa yang tersurat dalam Veda
dan berkata "tiada lain hanya ini!", oh Parta

133
Bhagavadgitha Bebel

(43) kamatmanah svargapara

janma karma phala pradam


kriya visesha bahulam
bhogaisvaryagatim prati
artinya :

nafsu pribadi dan sorga jadi tujuan


memberikan inkarnasi sebagai pahal
dan mereka mengajarkan aneka warna upacara
untuk memperoleh kenikmatan dan kekuasaan

dalam kedua sloka tersebut diatas. Krisna menunjukkan kepada


Arjuna kekeliruan orang-orang yang mengatakan dirinya guru
dengan mengajarkan pengikut-pengikut memperoleh pahala,
kesenangan+kekayaan+kekuasaan, dengan jalan upacara-
upacara beraneka warna seperti tercantum dalam kitab-kitab
suci Weda. Ini bukanlah dimaksudkan oleh Krisna.

(44) bhogaisvarya prasaktanam

taya 'pahritachetasam
vyavasayatmika buddhih
samadhau na vidhiyate
artinya :

mereka yang pikirannya terpengaruhi


keinginan akan kenikmatan dan kekuasaan
terjebak oleh ajaran-ajaran demikian
tak terpusatkan, tidak patut untuk samadi

dengan perkataan samadhi dimaksudkan pemusatan pikiran


kepada kesadaran akan adanya Brahman (Yang Langgeng dan
Maha Tahu) yang diperoleh dengan jalan meditasi terus-menerus
dan mendalam. Orang yang pikirannya selalu diburu oleh
kekayaan, kenikmatan dan kekuasaan tidak mungkin dapat
dipusatkan. Oleh karenanya tidak mungkin dapat bersamadhi.

(45) traigunya vishaya veda

nistraigunyo bhava 'rjuna


nirdvandvo nitya sattvastho
niryogakshema atmavan
artinya :

Veda menguraikan tentang triguna, Arjuna


Bebaskan dirimu daripadanya, juga dari dualisme

134
Bhagavadgitha Bebel

Pusatkan pikiranmu kepada kesucian


Lepaskan dirimu dari duniawi, bersatu dengan Atman

Yang dimaksudkan dengan triguna adalah sattva, rajas dan


tamas,sedangkan guna berarti sifat, atribut dan karakter
daripada prakriti atau alam atau badan jasmaniah. Dalam hal ini
Krisna hendak menjelaskan kepada Arjuna bahwa prakriti atau
benda jasmaniah memiliki tiga sifat, antribut dan karakter, yaitu
sattva, rajas dan tamas. Sattva berarti sifat, antribut dan
karakter yang cerdas, terang bersih, bahagia, tenang. Rajas
berarti sifat, atribut dan karakter yang lincah, campur baur,
bernafsu, susah, gelisah. Tamas berarti sifat, atribut dan karakter
yang tolol, gelap, kotor, pulas dan mati. Jadi benda atau badan
jasmaniah ini memiliki salah satu daripada guna tersebut.

Krisna mengharapkan agar Arjuna membebaskan diri daripada


ketiga (tri) macam guna tersebut diatas, atau dengan perkataan
lain, membebaskan dirinya daripada ikatan sifat, atribut dan
karakter badan jasmaniah ini. Juga ikatan dari dualisme, yaitu
baik dan buruk, senang dan suka, panas dan dingin dan
sebagainya.

(46) yavan artha udapane

sarvatah samplutodake
tavan sarveshu
brahmanasya vijanatah
artinya :

seperti sebuah kolam didaerah banjir


digenang air dimana-mana
demikian kitab suci Veda
bagi brahmana yang arif-bijaksana

dalam sloka ini Krisna memberikan suatu perbandingan bahwa


seseorang yang telah memiliki pengetahuan tentang atman pada
dirinya, maka tiada perlu lagi baginya melakukan
persembahyangan dan upacara-upacara seperti tercantum
dalam kitab-kitab suci Weda, seperti halnya kalau sudah ada air
dimana-mana maka tidak dibutuhkan lagi untuk membuat kolam.

(47) karmany eva dhikaras te

ma phaleshu kadachana
ma karmaphala hetur bhur
ma te sango 'stv akarmani
artinya :

135
Bhagavadgitha Bebel

kewajiban kini hanya bertindak


bekerja tiada mengaharapkan hasil
jangan sekali phala menjadi motifmu
jangan pula bediam diri jadi tujuaanmu

dalam sloka ini bukanlah dimaksudkan bahwa "bekerja tanpa


mengharapkan hasil", orang lalu bersikap ingkar dari segala
tujuan bekerja, seperti digambarkan dalam contoh berikut ini :
seorang petani yang dengan rajin mengerjakan sawahnya, ketika
padinya telah menguning dan masak dituai, karena
mengharapkan hasilnya, ia sendiri lalu membakar habis padinya.
Bukan ini yang dimaksudkan! Tujuan yang tertinggi dari
seseorang adalah bekerja dan bertindak untuk melepaskan
jiwanya menuju pembebasab abadi, bersatu dengan Atman.

Berdiam-diam atau masa bodo terhadap kewajiban dan tanpa


bertindak atau bekerja adalah juga bukan dimaksudkan. Sebab,
baik bekerja dengan mengharapkan pahalanya maupun masa
bodo terhadap kewajiban kedua-duanya berarti membiarkan
yang tidak habis-habisnya.

(48) yogasthah kuru karmani

sangam tyaktva dhanamjaya


siddhyasiddhyoh samo bhutva
samatvam yoga uchyate
artinya :

pusatkan pikiranmu pada kesucian


bekerjalah tanpa menghiraukan pahala, Dananjaya
tegaklah pada kesuksesan maupun kegagalan
sebab, keseimbangan jiwa adalah yoga

perkataan samatvam berarti penguasaan diri, keseimbangan


jiwa. Dia yangdsapat menguasai dirinya, memiliki keseimbangan
jiwa, menundukkan rasa peka, amarah, ambisi dan keangkuhan.

(49) durena hy avaram karma

buddhi yogad dhanamjaya


buddhau saranam anvichchha
kripana phala hetevah
artinya :

rendahlah derajat kalau hanya kerja


tanpa disiplin budi, oh Dananjaya

136
Bhagavadgitha Bebel

serahkanlah dirimu pada Yang Maha Tahu


Kasihan yang mengharap pahala dari kerja.

(50) buddhi yukto jahati 'ha

ubhe sukrita dushkrite


tasmad yogaya yujyasva
yogah karmasu kausalam
artinya :

orang yang bersatu dengan budi suci


bersikap bebas terhadap baik dan keji
oleh karenanya, laksanakanlah yoga
sebab yoga-lah mahatahu dalam kerja

orang yang mengerti karmayoga mencapai status yang lebih


tinggi dimana ia terbebas dari dualisme, baik dan buruk. Ia tiada
lagi mempunyai motif pribadi atas segala kerja yang dilakukan,
dan oleh karennya ia terbebas dari sgala keburukkan dan
kejahatan. Pikirannya seimbang, bening, tiada lagi diwarnai oleh
sifat, atribut dan karakter yang dimiliki badan jasmaniahnya.

(51) karmaja buddhiyukta hi

phalam tyaktva manishinah


jamabandha vinirmuktah
padam gachchanty anamayam
artinya :

orang yang jiwanya bersatu dengan Yang Maha Tahu


tiada lagi mengharapkan pahala dari kerjannya
membebaskan diri dari ikatan kelahiran
mencapai tempat dimana duka nestapa tiada

orang yang terlepas dari ikatan kelahiran dan mencapai tempat


yang tenang dimana tidak terasa lagi duka-nestapa disebut
moksha. Moksha tidak pula dicapai walaupun seseorang masih
hidup didunia kita ini, Moksha ini adalah kelepasan.

(52) yada te mohakalilam

buddhir vyatitarishati
tada gantasi nirvedam
srotavyasya srutasya cha
artinya :

137
Bhagavadgitha Bebel

apabila pikiranmu telah terbebakan


dari bayangan ilusi duniawi
engkau akan bersikap netral pada
apa yang engkau telah dengar da akan dengar nanti

(53) srutivi pratipanna te

yada sthasyati nischala


samadhav achala buddhis
tada yogam avapsyasi
artinya :

bila pikiranmu, yang dikacaukan sruti


tenang tidak tergoyahkan lagi
tetap seimbang dalam samadhi
itu berarti engkau mencapai yoga

kata-kata srotavya sruta dan sruti dalam kedua sloka diatas ini
berarti : apa yang telah didengar, apa yang harus didengarkan
dan apa yang telah didengarkan. aDapun yang dimaksud dengan
sruti (apa yang sedang didengarkan) dalam sloka diatas adalah
kitab-kitab suci Weda. Bagi orang yang telah mencapai
kesadaranjiwa dan telah menyerahkan dirinya kepada Atman,
maka ia tiada lagi membutuhkan kitab-kitab suci. Ia telah berada
ditingkat yang lebih diatas daripada itu.

(54) arjuna uvacha:

sthitaprajnasya ka bhasha
samadhisthasyta kesava
shitadhih kim prabhasheta
kim asita vrajeta kim
artinya :

Arjuna bertanya:
Apakah tandanya orang arif-bijaksanadan
Dan teguh iman untuk samadi, Oh kesawa
Betapa pula caranya berbicara
Cara duduk, atau berjalan?

Dalam sloka ini ada dua hal yang ditanyakan oleh Arjuna kepada
Arjuna. Pertama, Arjuna ingin menegetahui bagaimana ciri-
cirinya seseorang yang telah meyerahkan dirinya kepada Atman
dikala ia bersamadi. Kedua, Arjuna ingin mengetahui betapa pula
pengaruh kesadaran jiwanya terhadap tindak tanduk dan sikap
hidupnya sehari-hari. Kesawa = Krisna.

138
Bhagavadgitha Bebel

(55) sribhagavan uvacha:


prajahati yeda kaman
sarvan partha manogatan
atmany eva 'tmana tushtah
sthitaprajnas tado 'chyate
artinya :

Sri Bagawan berkata:


Jika seseorang dapat melenyapkan, oh Parta
Segala nafsu yang timbul dalam hatinya
Dan puas hanya dengan baktinya kepada Atman
Maka ia disebut orang teguh beriman

Perkataan kamah berarti segala macam nafsu yang dapat


memuaskan pancaindria manusia. Orang yang selalu ingin
memuaskan nafsunya, selalu berusaha memburu sasarannya,
objeknya. Sesungguhnya orang yang dalam keadaan demikian,
bukannya nafsunya yang terkejar, melainkan hatinya tertangkap
oleh objek nafsunya, tidak ubahnya sebagai ular yang dibungkus
kulitnya sendiri. Jadi, orang yang dapat melepaskan dirinya dari
hawa nafsu, dikatakan sebagai ular yang mengelupas kulitnya.

(56) duhkheshv anudvignamanah

sukheshu vigatasprhah
vita raga bhaya krodha
sthitadhir munir uchyate
artinya :

yang tidak sedih dikala duka


tidak melonjak kegirangan dikala bahagai
bebas dari nafsu, takut dan amarah
ia disebut orang suci teguh beriman

perkataan muni berarti orang yang sedang bersamadi. Nafsu,


takut dan amarah adalah godaan yang jahat terhadap jiwa
seseorang, sedangkan suka dan duka merupakan komponen
daripada nafsu. Orang yang telah memutuskan dalam hatinya
untuk melakukan meditasi dan berusaha melepaskan diri dari
nafsu, takut dan amarah, lambat laun tiada lagi merasakan
akibat daripada suka dan duka. Dan pada suatu saat ia
merasakan duka dan duka itu adalah sama. Pada waktu itulah ia
telah dapat menguasai dirinya, menguasai godaan nafsu, takut
dan amarah yang mulanya telah mengepung dia.

(57) yah sarvatra 'nabhisnehas

139
Bhagavadgitha Bebel

tat-tat prarya subhasubham

na 'bhinandati na dveshti

tasya prajna pratishthita

artinya :

yang tidak keinginan apapun jua


tiada lagi hiraukan senang atau duka
walau kebahagian atau kesedihan dihadi
dinamakan memiliki kesimbangan jiwa

apabila kebahagian yang dihadapi, hendaknya jangan berlaku


dipuji-puji, demikian pula sebaliknya kalau kesedihan yang
dihadapi, hendaknya jangan dimaki-maki setengah mati. Ibarat
bunga mekar dan kemudian layu, hendaknya diterima seadanya,
jangan hanya diwaktu mekar disanjung-sanjung, tetapi dikala
layu dibuang, ditendang jauh-jauh. Demikianlah orang memiliki
keseimbangan jiwa menghadapi suka dan duka itu dengan sikap
yang sama.

(58) yada samharate cha 'yam

kurmo 'ngani 'va sarvasah

indriyani 'ndriyarthebhyas

tasya prajna pratishthita

artinya :

ibarat penyu menarik kaki kedalam tubuhnya


ia menarik semua pancaindrianya
dari segenap objek keinginannya,
demikian jiwanya mencapai keseimbangan

(59) vishaya vinivartante

niraharasya dehinah

rasavarjam raso 'py asya

param drishtva nirvartate

artinya :

140
Bhagavadgitha Bebel

orang dapat mengekang hawa nafsunya


dan seleranya lenyap, tapi kerinduaanya tetap
dan kerinduan ini pun akan lenyap
bila Yang Maha Tahu menampakkan dirinya

hawa nafsu memang mungkin dapat dikekang dan objek


keinginan akan dilenyapkan, dibuang jauh-jauh. Tetapi orang
yang dapat mengekang hawa-nafsunya, belum tentu menyapu
kerinduaan terhadap objek keinginannya dari dalam hatinya.
Maka itu, pengekangan tidak saja terhadap pancaindria, tetapi
juga terhadap jiwa, sehingga jiwa itu bersatu dengan Atman. Dan
bila jiwa berdatu dengan Atman, maka Yang Maha Tahu akan
menampakkan diri-Nya.

(60) yatato hy api kaunteaya

purushasya vipaschitah

indriyani pramasabham manah

artinya :

walaupun ia adalah seorang budiman


telah berusaha sekuat tenaga, Kuntiputra
namun pancaindrianya yang liar
akan menyeret jiwanya dengan paksa

(61) tani sarvani samyamyam

yukta asita matparah

vase hi yasye 'ndriyani

tasya prajna pratishtthita

artinya :

setelah dapat menguasai semua itu


ia harus duduk memusatkan pikiran pada-Ku
sebab, yang dapat mengendalikan pancaindrianya
dinamakan memiliki keseimbangan jiwa

ku dalan sloka ini adalah sama dengan Yang Maha Tahu dalam
sloka 59. Disini Krisna menjelaskan kepada Arjuna, bahwa tanpa
pemusatan pikiran dan pengabdian jiwa terhadap Brahman
(Yang Maha Esa), segala usaha seseorang akan sia-sia. Disiplin
jiwa, bukan hanya pemusatan pikiran dan pengekangan hawa

141
Bhagavadgitha Bebel

nafsu tetapi juga harus disertai dengan kemauan keras dan


pengabdian yang terus-menerus.

(62) dhyayato vishayan pumsah

sangas teshu pajayate


sangat samjayate kamah

kamat krodho 'bhijayate

artinya :

bila orang memikirkan duniawi selalu


maka keinginan daripadanya lahir
dan keinginan ini timbulah nafsu
dan dari nafsu itu bangkitlah amarah

nafsu adalah kekuatan lahiriah yang tidak ada bandingannya.


Orang bisa mencapai kemegahan dan kemewahan setinggi langit
justru karena nafsu tiu. Demikian pula orang bisa terpelanting
dan terjerumus kedalam jurang kesengsaraan dan kehinaan. Dan
nafsu yang tidak mencapai sasarannya menimbulkan marah
yang berkobar-kobar. Nafsu pasti menimbulkan ketenangan dan
keseimbangan jiwa.

(63) krodhad bhavati sammohah

sammohat smritivibrahramah

smritibrahmsad biddhonaso

buddhinasat pranasyati

artinya :

dari amarah timbulah kebingungan


dari kebingungan hilang ingatan
hilang ingatan menghancurkan pikiran
kehancuran pikiran membawa kemusnahan

seperti dijelaskan dalam sloka terdahulu, hawa nafsu


membangkitkan amarah. Dalam sloka ini dijelaskan oleh Krisna
bahwa amarah adalah pangkal kemerosotan psiko seseorang.
Emosi kemarahan ini menyeret jiwa seseorang kedalam
kebingungan ini membungkus inteleknya. Sehingga kekuataan
pikiran yang dipancarkan oleh intelek ini tertutup. Secara
psikologis, orang itu dikatakan hilang ingatan. Hal ini dikuti oleh

142
Bhagavadgitha Bebel

kekusutan (kehancuran) pikiran. Pikiran yang kusut tidak lagi


mempunyai kekuatan membedakan dan tidak pula rasional.
Pikiran yang tidak rasional inilah meluruskan jalan keruntuhan
moral. Inilah yang dimaksudkan kemusnahan seseorang
bukanlah ia lalu mati dalam artian jasmani, sebab kenyataan
lahiriah biasa menunjukkan bahwa orang yang hidup penuh
diliputi hawa nafsu sehari-hari kelihatan segar bugar.

Demikianlah Krisna menguraikan degradasi atau kemerosotan


moral itu yang pankal mulanya berasal dari pikiran, yang secara
halus dan tidak sadar menyusup kedalam jiwa.

(64) raga dvesha viyuktais tu

vishayan indriyais charan

atmavasyair vidheyatma

prasadam adhigachchati

artinya :

tetapi orang yang teguh beriman


walau hidup ditengah-tengah benda duniawi
tetap menguasai nafsunya, bebas dari suka & benci
mencapai kedamaian dalam jiwanya

(65) prasade sara duhkhanam

hanir asyo 'pajayate

prasanna chetaso hy asu

buddhih paryavatishthate

artinya :

dalam jiw ayang bersih hening


segala derita-kesengsaraan jadi sirna
pikiran orang berjiwa bersih demikian
bersemayam teguh dalam ketenangan

demikian orang yang membebaskan dirinya dari macam


gangguan emosi lambat-laun mencapai keseimbangan yang
cocok benar untuk samadi.

(66) na 'sti buddhir ayuktasya

143
Bhagavadgitha Bebel

na 'cha 'yuktasya bhavana

na 'cha 'bhavayatah santir

asantasya kutah sukhan

artinya :

yang melepas hawa-nafsu, tak punya kekuatan jiwa


jiwa lemah tidak dapat memusatkan pikiran
tanpa pemusatan pikiran tak mungkin ada ketenangan
dan tanpa ketenangan , dimanakah ada kebahagian?

(67) indriyanam hi charatam

yan mano 'nuvidhiyate

tad asya harati prajnam

vayur navam iva 'mbhasi

artinya :

bila pikiran hanyut dalam pancaindria


penegertian baik juga terbawa olehnya
ibarat angin topan melanda
perahu hanyut dalam samudera

kontras dengan sloka 64. Dalam sloka ini dijelaskan betapa posisi
seorang yang berpikiran dan pengertian baiknya terbawa hanyut
oleh nilai-nilai keinginan pancaindrianya. Keinginan atau hawa-
nafsu yang selalu bergerak dengan kuatnya (bila orang tiada
teguh iman) dapat mnegombang-ambingkan jiwa, seperti
diibaratkan sebuah perahu dalam sloka ini.

(68) tasmad yasya mahabaho

ningrihitani sarvasah

indriyani 'ndriyarthebhyas

tasya prajna pratishthita

artinya :

karenanya orang yang dapat mengendalikan


pancaindriannya dari segala nafsunya

144
Bhagavadgitha Bebel

objek keinginannya, oh Mahabahu


ialah jiwanya, mencapai keseimbangan

ini bukanlah berarti bahwa pancaindria itu dapat diputuskan dari


nafsu dan objek keinginan seseorang. Ia hanya dapat
dikendalikan dan ditaklukan oleh kemauan jiwa yang kuat.
Mahabahu berarti: yang bersenjata perkasa (sakti) dan yang
dimaksudkan adalah Arjuna (lihat sloka 26). Disini dimaksudkan :
arjuna yang bersenjatakan memtal yang perkasa.

(69) ya nisa sarvabhutanam

tasyam jagarti samyami

yasyam jagrati bhutuni

sa nisa pasyato munch

artinya :

apa yang gelap bagi mahkluk sekalian


adalah terang bagi m yang mengetahui Atman
apa yang siang bagi mahkluk sekalian
adalah malam bagi yang mengetahui Atman

bagi orang dan mahkluk lainnya kebenaran abadi adalah gelap,


tetapi bagi Munu (yaitu orang yang mengetahui Atman),
kebenaran abadi adalah terang benderang. Ia dapat melihat apa
yang masih gelap bagi orang biasa. Demikianlah perbedaan
pandangan orang biasa dengan orang yang mengetahui Atman
terhadap kebenaran abadi dalam hidup ini.

Selanjutnya, bagi orang biasa siang hari adalah waktu untuk


melakukan segala macam aktivitas untuk mencapai kesenangan
hidup dalam dunia ini : tetapi bagi Muni kebahagian ini hanya
dapat diperoleh diwaktu malam sepi, dimana hiruk-pikuk dan
sktivitas manusia sudah tidak ada lagi, hal mana yang sangat
cocok untuk melakukan samadi. Jiwanya terjaga dikala orang
biasa membangunkan panca indrianya bagi segala objek hawa-
nafsu dalam hidup ini.

(70) apuryamanam achala pratishtham

samudram apah pravisanti yadvad

tadvad kama yam pravisanti sarve

145
Bhagavadgitha Bebel

sa santim apnoti na kamakami

artinya :

ibarat sungai mengaliri samudera


walau tetap diisi air namun tetap tenang
demikian orang berjiwa tenang mencapai kedamaian
tetapi bukan orang yang melepas hawa-nafsu

samudera yang luas tidak terpengaruh sama sekali oleh aliran air
dari beribu-ribu sungai yang bermuara ditepinya. Demikianlah
halnya orang yang telah menemukan kedamaian dalam jiwanya
tidak terpengaruh oleh reaksi-reaksi jahar dari nafsu yang
dihasilkan oleh objek kesenangan duniawi yang silih berganti
melintas depanya selama hidupnya didunia ini.

(71) vihaya kaman yah sarvan

pumams charatinihhsprihah

nirmamo nirahamkarah

sa santim adhigachchati

artinya :

orang yang mengenyahkan semua nafsunya


dan melangkah bebas tanpa keinginan
enyah dari perasaan "aku" dan "punyaku"
mencapai kedamaian dalam jiwanya

(72) esha brahmi sthitih partha

nai 'nam prapya vimuhyati

sthitva 'syam antakale ;pi

brahmanirvanam richchhati

artinya :

inilah tingkat kesucian, oh Parta


dia yang telah sampai ditingkat ini
walau maut tiba, tiada bingung lagi
dan mencapai nirwana bersatu dengan Brahman

146
Bhagavadgitha Bebel

orang yang telah melemparkan jauh-jauh hawa nafsu, tiada lagi


mempunyai keinginan dan perhitunagn akan sesuatu untuk
kebesaran atau keagungan dirinya sendiri. Ia tiada lagi
mempunyai rasa ke-aku-an dan tiada memiliki benda jasmaniah
sebagai kepunyaannya.

Dalam keadaan demikianlah ia disebut mencapai samtim,


kedamaian, yaitu lenyapnya semua suka dan duka dalam
kehidupan didunia kita ini.

Didalam evolusinya, ia lalu mencapai nirvana, kesempurnaan.


Dalam kitab suci Dhammapada, Gautama Budhha menjelaskan
seperti berikut : "kesehatan adalah keberuntungan yang
terbesar, kepuasan (dalam kesederhanaan) adalah kekayaan
yang paling melimpah-limpah, keyakinan adalah kawan sejati
dan nirwana adalah kebahagian yang tertinggi". Inilah artinya
nirwana.

Oranng yang mencapai nirwanaadalah mencapai tempat


Brahman Yang Maha Tunggal, Yang Absolut, Jiwa Yang Maha
Agung, dan tinggal selam-lamanya distu bersama-Nya.
Tempat ini disebut Brahmanirwana.

Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam


Yogasastre srikrishnarjuna samvade
Samkhyayogo nama dvitiyo 'dhyayah

Maka berakhirlah bab kedua Upanishad Bhagavadgita


Mengenai ilmu penegtahuan tentang Yang Maha Esa
Kitab suci Yoga dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna yng
berjudul SMKHYAYOGA

147
Bhagavadgitha Bebel

BAB 4

III. PERCAKAPAN KETIGA

KARMAYOGA

Arjuna bertanya bhwasanya kalau memang benar ilmu


pengetahuam lebih mulia daripada tindakkan (kerja), mengepa
harus melakukan tindakan-tindakan kejam membunuhi sanak
keluarga?. Dalam bab ketiga ini Krisna memberi jawaban :
tindakan (kerja) adalah merupakan hukum alam.

Bekerja seperti telah diwajibkan dengan kebaktian dan


pengabdian kepada Brahman, tanpa megharapkan keuntungan
pribadi demi kesejahteraan dan kebahagian sesama umat
manusia. Dan melakukan kewajiban sendiri walaupun dengan
tidak sempurna lebih baik daripada kewajiban orang lain
walaupun dikerjakan dengan sempurna. Inilah disiplin hidup.

Tindakkan digerakkan oleh hukum-alam ini dan bukan oleh jiwa


yang ada dalam badan jasmaniah ini. Sifat alam menimbulkan
amarah dan nafsu yang dapat menyebabkan orang terikat oleh
keinginan akan pahala kerja.

Maka itu, janganlah sampai tertipu oleh sifat alam ini, tetapi
berhenti bekerja berarti melawan hukum alam dan dunia kan
hancur.

Tunjukkanlah segala tindakkan kepada Brahman, bebas dari


keinginan nafsu dann ke-aku-an, enyahkan rasa gentas dan
bertempur, beri contoh kepada yang lebih bodoh!

IV. Percakapan Ketiga

(1) arjuna uvacha:

iyayasi chet karmanas te

mata buddhir janardana

148
Bhagavadgitha Bebel

tat kim karmani ghore mam

niyojayasi kesava

artinya :

Arjuna bertanya:
Wahai Janardana, kalau Engkau berpikir
Bahwa ilmu pengetahuan lebih mulia dari tindakkan
Melakukan tindakkan kejam ini, oh kesava?

(2) vyamsrene 'va vakyena

buddhim mohayasi 'va me

tad ekam vada nischita

yana sreyo 'ham apnuyam

artinya :

uraian-Mu agak kacau membingungkan pikiranku


dari itu, katakanlah kepadaku dengan pasti
satu-satunya jalan yang dapat kutempuh
untuk mencapai kebahagian abadi

arjuna berpendapat bahwa berperang, bertempur saling bunuh-


membunuh adalah ghore, kejam, buas dan kasar. Walaupun bagi
seorang ksatria membunuh dalam peperangan itu adalah suatu
kewajiban, namun Arjuna menolak untuk berbuat demikian
sebab hatinya tiada tega melakukan kekejaman tersebut, apalagi
untuk membunuh anak kandangnya sendiri.

Uraian Krisnadalam Bab II tiada mudah ditangkap oleh Arjuna,


yang menyebabkan ia salah mengerti. Ia bertambah bingung
menangkap ajaran krisna seolah-olah Sri Bagawan menyatakan
bahwa bekerja untuk memperoleh penghargaan adalah lebih
rendah derajatnya daripada bekerja tanpa keinginan dan
kepentingan pribadi, dan ilmu pengetahuan tanpa tindakkan
adalah lebih baik daripada tindakkan atau kerja.

Kalau memang cara ilmu pengetahuan lebih baik untuk


mencapai kebahagian abadi daripada kerja? Lebih-lebih tindakan
untuk membunuh dalam peperangan. Demikian pertanyaan
Arjuna, dan ia mengharapkan benar-benar petunjuk yang pasti
dari Guru-nya.

149
Bhagavadgitha Bebel

(3) sribhagavan uvacha:

loke 'smin dvividha nishtha

pura prokta maya 'nagha

jnanayogena samkhyanam

karmayogena yoginam

artinya :

Sri Bagawan berkata:


Telah kukatakan sejak dahulu, oh Anagha
Ada dua disiplin dalan hidup ini
Jalan ilmu penegtahuan bagi cendikiawan
Jalan tindakkan, kerja bagi karyawan

Seperti dalam ilmu-psikologi dewasa ini, Krisna menjelaskan


kepada Arjuna, bahwa memang pada umumnya ada dua macam
pencari kebenaran abadi ini, yaitu mereka yang mencari
kebenaran abadi dengan jalan ilmu pengetahuan dan
kerohanian, dan mereka yang mencari kebenaran dengan jalan
pengabdia dan kerja sehari-hari tanpa menghitung-hitung pahala
yang akan diperoleh. (anagha seperti orang yang tidak bersalah;
disini dimaksudkan Arjuna, sebab ia belum mengerti). Baik orang
menempuh jalan tersebut memberi effek yang sama terhadap
usaha mencapai kebahagian abadi itu. Kedua jalan tersebut
tidaklah ekslusif sama sekali, melainkan pada suatu tingkatan
usaha, kedua-duanya isi-mengisi.

Kedua-dua jalan itu sama nilainya. Jalan kerja ditempuh oleh


orang biasa dalam kehidupannya sehari-hari, sedangkan jalan
ilmu pengetahuan ditempuh oleh mereka yang jiwanya telah
diterangi dengan ajaran-ajaran kerohanian.

(4) na karmanam anarambhan

naishkarmyam purusho 'snute

na cha samnyasanad eva

siddhim samadhigachchhati

artinya :

150
Bhagavadgitha Bebel

orang tidak akan mencapai kebebasan


karena diam tiada bekerja,
juga ia tak-kan mencapai kesempurnaan
karena menghindari kegiatan kerja

memang ada anggapan bahwa untuk mencapai kebebasan,


orang harus menghentikan segala kerja dan kegiatan lainnya,
agar bebas sama sekali dari hasil kerja tersebut. Demikian pula
untuk mencapai kesempurnaan, orang hasrus menghindari
segala kegiatan kerja, agar pahala tidak mendatangkan, seperti
halnya aksioma yang mengatakan ada saksi pasti ada reaksi. Jadi
ada kerja pasti ada hasilnya, baik atau buruk.
Bukankah itu yang dimaksudkan Krisna! Kebebasan yabg
dimaksudkan adalah bukan bebas tanpa kerja, melainkan bebas
dari ikatan belenggu kerja itu sendiri. Dan kesempurnaan yang
dimaksudkan adalah bukan menghindari kegiatan kerja,
melainkan menghindari nafsu keinginan untuk memperoleh
pahala daripada hasil kegiatan kerja itu sendiri.

(5) na hi kaschit kshanam api

jatu tishthaty akarmakrit

karyate hy avasah karma

sarvah parkkitijair gunaih

artinya :

tidak seorang pun tidak bekerja


walaupun untuk sesaat jua
karena dengan tiada berdaya manusia
dibuat bertindak oleh hukum alam

selama manusia hidup didunia ini, ia tidak bisa menghindarkan


diri dari tindakkan atau kerja. Berfikir adalah suatu tindakkan
kerja. Berjalan, berbuat sesuatu dan sebagainya adalah suatu
tindakkan atau kerja. Orang tidak akan dapat menghindarinya, ia
tidak bisa lari dari tindakkan ini, dari sifat atau hukum prakriti
(alam, benda jasmaniah).

Hanya dia yang mengetahui atman bisa terbebas dari belenggu


nafsunya, tidak mengetahui Atman dan akan selalu dibelenggu
oleh hukum alam ini.

(6) karmendriyani samyamya

151
Bhagavadgitha Bebel

ya aste manasa smaran

indriyarthan vimudhatma

nithyadharah sa uchyate

artinya :

yang duduk, mengontrol pancaindrianya


tetapi pikirannya terus mengenang kenikmatan,
sebenarnya bingung, menipu dirinya
dan dinamakan seorang hipokrat

orang munkin menutup matanya supaya tidak melihat yang


indah-indah atau cantik-cantik, orang mungkin menutup
mulutnya supaya tidak makan yang enak-enak atau nikmat-
nikmat, tetapi kalau membiarkan pikirannya dan keinginannya
tidak terkontrol, maka ia gagal dalammeresapkan arti disiplin
hidup ini. Demikian pula, orang mungkin dapat menahan pikiran
dab keinginannya, tetapi kalau membiarkan alam pancaindrianya
(mata, mulut, telinga dan sebagainya) berkeliaran, maka ia tidak
mengerti sesungguhnya apa arti disiplin hidup ini.

Pengekangan alat pancaindria adalah sebagai pendahuluan


daripada kontrol pikiran dan keinginan, atau dengan perkataan
lain, kontrol jasmaniah adalah pendahuluan daripada kontrol
rokhaniah.

(7) yas tv indriyani manasa

niyamya 'rabhate 'rjuna

karmendriyaih karmayogam

asaktah sa visihyate

artinya :

tetapi orang yang dapat mengendalikan


pancaindrianya dengan pikiran, oh Arjuna
dan bekerja tanpa mementingkan diri
ia itu adalah orang utama

pengendalian pancaindria oleh pikiran perlu sekali untuk


membersihkan jiwa dari hawa-nafsu dan keinginan. Pengontrolan
alat pancaindria bukanlah berarti menghentikan kegiatan atau
tindakkan dan kerja. Pengendalian atau pengontrolan ini penting

152
Bhagavadgitha Bebel

sekali bagi pemusatan pikiran untuk menjuruskan segala


kegiatan dan pancaindria kearah tindakkan dan kerja yang baik
dan benar.

Dengan tindakkan dan kerja yang baik dan benar selanjutnya


pikiran dapat dipusatkan untuk pekerjaan dan pengabdian yang
lebih sempurna tanpa kepentingan diri sendiri. Tindakkan dan
kerja yang demikian inilah dapat membebaskan jiwa dari
belenggu prakriti (alam, benda jasmaniah).

(8) niyatam kuru karma tvam

karma iyayo hy akarmanah

sarirayatra 'pi cha te

na prasidhyed akarmanah

artinya :

bekerjalah seperti yang telah ditentukan


sebab bekerja lebih baik dari tak kerja
kalau engkau tidak bekerja
kalau sehari-haripun tidak mungkin

perkataan niyatam berarti: pekerjaan yang telah ditentukan.


Maksud sloka ini adalah, bahwa tiap-tiap orang dalam hidup
mempunyai tugas pekerjaan yang telahditentukan sesuai dengan
bakat dan pilihannya sejak ia masih kecil. Sebagai seorang Guru,
Krisna mengharapkan agar Arjuna bekerja dan bertindak seperti
apa yang telah ditentukan baginya sebagai seorang ksatria.

(9) yajnarhat karmano 'nyatra

loko 'yam karma bandhanah

tadartham karma kauteya

mukta sngah samachara

artinya :

kecuali untuk tujuan berbakti


dunia ini dibelenggu oleh hukum kerja
karenalah bekerjalah demi bakti
tanpa kepentingan pribadi, oh Kuntipura

153
Bhagavadgitha Bebel

perkataan yajna berarti : bakti pengabdian, persembahaan dan


yajnartha berarti : semua pekrjaan, nasehat Krisna kepada
Arjuna, harus dilaksankan dengan semangat pengabdian,
berbakti kepada Yang Maha Esa. Walaupun dunia ini (termasuk
juga manusia) dibelenggu oleh hukum kerja, namun kalau kerja
itu dilaksanakan dengan motif kepentingan diri sendiri,
melainkan demi berbakti dan mengabdi, mak belenggu itu tidak
lagi mempunyai kekuatan mengekang.

(10) sahayajnah prajah srishtva

puro 'vacha prajapatih

anena prasavishya dhvam

esha vo 'stv ishta kamadhuk

artinya :

dahulukala Prajapati menciptakan manusia


bersama bakti persembahannya dan berkata:
dengan ini engkau akan berkembang biak
dan biarlah ini jadi sapi perahmu

perkataan prajah berarti : manusia, rakyat, dan perkataan


prajapati berarti : pencipta atau Brahman. Perkataan kamadhuk
berarti : sapi kepunyaan indra yang dapat memenuhi keinginan
manusia. Jadi kisahnya, pada waktu Brahman, Yang Maha Esa
menciptakan manusia, ia diberi kekal oleh-Nya seekor sapi
kepunyaan Indra untuk diperas susunya. Berbarengan dengan
lahirnya manusia itu, lahir pula tugas pekerjaannya untuk
berbakti kepada-Nya. Tetapi oleh karena sapi indra itu dapat
dipenuhi sehingga ia lupa kepada bakti persembahannya.
Demikianlah kisahnya.

(11) devan bhavayata 'nena

te deva bhavayantuvah

parasparan bhavayantah

sreyah param avapsyatha

artinya :

dengan ini, pujalah Dewata


semoga Dewata memberkahi engkau

154
Bhagavadgitha Bebel

dengan saling menghormati begini


engkau mencapai kebajikan tertinggi.

Perkataan devan berarti : Devata yaitu kekuatan-kekuatan yang


bercahaya yang mengatur fungsi kosmos (alam semesta) ini
dalam evolusinya. Untuk mudahnya, ia digambarkan sebagai
mahkluk yang lebih tinggi daripada manusia.

Krisna mengajarkan kepada Arjuna dokrim yang menyatakan


bhwa manusia harus memuja atau menghormati Dewata, yaitu
yang tiada lain daripada kekuata-kekuatan yang mengatur fungsi
kosmoskita ini,, sebagai pernyataan terima kasih manusia yang
menghormati kekuatan-kekuatan tersebut, berarti mngerti akan
tugas dan kewajiban hidupnya. Dan barang siapa mengerti akan
tugas kewajibannya akan mencapai kebajikan yang tertinggi.
Disini memuja atau menghormati Dewata seperti diterangkan
diatas bukanlah persoalan polytheisme atau monotheisme
seperti sering diinterpretasikan oleh kaum sarjana atau cerdik
pandai. Sebab Dewata atau kekuatan-kekuatan yang mengatur
fungsi kosmos itu tiada lain daripada bagian Brahman, Yang
Maha Esa, yang absolut, seperti halnya jiwa manusia adalah
bagian daripada jiwa Yang Tunggal

(12) ishtan bhogan hi vo deva

dasyante yajna bhavitah

tair datt apradayai 'bhyo

yo bhunkte stena eva sah

artinya:

sebab, dengan pujaanmu Dewata


akan memberkahi kebahagian bagimu,
dia yang tidak membalas rahmat ini
kepada-Nya, sesungguhnya adalah pencuri

(13) yajna sishtasinah santo

muchyante sarva kilbishaih

bhunjate te ty agham papa

ye pachanty atma karanat

artinya :

155
Bhagavadgitha Bebel

yang baik makan setelah upacara bakti


akan terlepas dari segala dosa,
tetapi menyediakan makanan lezat hanya bagi sendiri
mereka ini, sesungguhnya makan dosa.

Seperti telah diterangkan diatas (lihat sloka 90, yajna berarti


bakti, pengabdian atau persembahan. Dalam kategorinya, yajna
itu dapat dibagi sebagai berikut : (a) Brahma-yajna-berbakti
kepada Brahman, Yang Maha Esa, (b) deva-yajna-berbakti
kepada para Dewata, yaitu kekuatan-kekuatan yang mengatur
fungsi kosmos ini, (c) Pitri-yajna-berbakti kepada nenek moyang
dan orang tua, (d) Nri-yajna-memberikan sedekah kepada yang
miskin dab sengsara, dan (e) Bhuta-yajna-memberikan makan
kepada binatang.

Melakukan yajna kepada mereka yang tersebut diatas itu adalah


menjadi tugas manusia dalam hidup ini. Inilah yang dinamakan
kerja atau tindakkan. Setiap pembaktian atau pemberian kepada
mereka harus dilakukan dengan hati suci dan semangat
pengorbanan.

Menurut Krisna. Orang yang baik dan berbudi luhur


mendahulukan pembektian ini daripada kebutuhannya sendiri,
dan berdosalah orang yang hanya ingat kepada dirinya sendiri
menyediakan makanan yang lezat-lezat tanpa ambil pusing
terhadap yajna-yajna yang harus dilakukannya.

(14) annad bhavanti bhutani

parjanyad annasambhavah

yajnad bhavanti parjanyo

yajnah karma samudbhavah

artinya :

karena makanan, mahkluk hidup


karena hujan makanan tumbuh
karena persembahan hujan turun
dan persembahan lahir karena kerja

(15) karma brahmodbhavam viddhi

brahma 'kshara samudbhavan

tasmat sarvagatam brahma

156
Bhagavadgitha Bebel

nityam yajne paraishthitam

artinya :

ketahuilah, kegiatan kerja lahir dari Brahman


dan Brahman datang dari Yang Maha Esa
dari itu, Brahman yang melingkupi semua
selalu ada disekitar persembahan

dalam kedua sloka diatas ini jelas dilukiskan ajaran tentang


hubungan antara kerja, berbakti (persembahan) hidup dan
Brahman, yang merupakan suatu prinsip daripada sebab dab
akibat pencipta manusia seperti tercantum dalam sloka 10.

Benarlah kiranya kalau direnungkan dari segi ilmu pengetahuan


biasa, kerja yang melahirkan persembahan mendatangkan hujan.
Contoh yang mudah dapat dimengerti misalnya, dimana tanah
tandus, pohon-pohonan tidak ada, maka hujan pun tidak turun.
Tetapi kalau tanah-tanah tandus ini dikerjakan dengan semangat
pengabdian dan persembahan, ditanami pohon-pohonan
sehingga menjadi hutan, maka hujanpun akan turun. Dengan
adanya air mahkluk akan hidup. Dan hidup adalah berakar pada
Brahman, Yang Abadi. Jadi hidup dan kerja itu berkisar dalam
lingkaran persembahan (yajna).

(16) evam pravatitam chakram

na 'nuvartayati 'ha yah

aghayur indriyaramo

mogham partha sa jivati

artinya :

yang tak-ikut memtar roda hidup ini


selalu hidup dalam dosa
menikmati kehendak hawa-nafsunya
oh Parta, ia hidup sia-sia

dalam sloka ini Krisna ingin menjelaskan bahwa manusia individu


dan kosmos semesta ini adalah bergantung satu sama lain.
Hidup individu manusia dan hidup kosmos semesta saling
bergantungan. Ia yang bekerja hanya untuk dirinya sendiri
adalah sia-sia, karena putaran roda hidup adalah disebabkan
adanya kerjasama antara manusia dan mahkluk lain yang lebih
suci. Demi kerjasama ini perlu adanya persembahan.

157
Bhagavadgitha Bebel

(17) yas tv atmaratir eva syad

atmatriptas cha manavah

atmany eva cha samtushtas

tasya karyam na vidyate

artinya :

tetapi mereka yang selalu mengabdi Atman


dan puas akan segala rahmat-Nya
hidup bahagia begini dengan Atman
tiada lagi ikatan kerja baginya

mereka yang hidup penuh dengan semangat berbakti dan rela


berkorban, serta menerima apa saja sebagai rahmat-Nya,
terbebas dari belenggu ikatan kerja, yang membuat mereka
bersatu dengan Yang Maha Semesta.

(18) nai 'va tasya kritena 'rtho

na 'kritene 'ha kaschana

na cha 'sya sarvabhuteshu

kaschid arthavyapasravah

artinya :

tiada lagi ia menharapkan hasil kerjanya


juga tak merasa kehilangan tanpa bekerja
tiada lagi ia tergantung kepada siapapun
untuk maksud memperoleh objek apapun

(19) tasmad asaktha satatam

karyam karma samachara

asakto hy acharan karma

param apnoti purushah

artinya :

dari itu laksanakanlah segala kerja


sebagai kewajiban tanpa harap keuntungan

158
Bhagavadgitha Bebel

sebab kerja tanpa keuntungan pribadi


membawa orang ke-kebahagian tertinggi

dalam tingkatan, kerja dilakukan orang adalah paling mulia


apabila ia dilaksanakan tanpa tujuan untuk memperoleh pahala
bagi kepentingan diri pribadi. Demikian pula pekerjaan yang
disertai dengan persembahan sebagai tanda berbakti, jauh lebih
mulia daripada pekerjaan yang mengangkat orang pada
penyucian dan kesempurnaan pikiran dan jiwanya.

(20) karmanai 'va hi samsiddhim

asthita janakadyah

loka samgraham eva 'pi

sampasyan kartum arhasi

artinya ;

dengan berja demikian, janaka


dan yang lainya mencapai kesempurnaan
demi kebahagian dan kemanusian didunia
engkau juga harus laksanakan kewajibanmu

perkatan loka samgraha berarti : pengemban kemanusiaan


didunia. Disini Krisna memberi contoh orang-orang berjiwa besar
yang telah melaksanakan kewajiban hidup mereka untuk
kebahagian serta kemanusian dengan jalan menyelamatkan
dunia dari kondisi materiil dan moral. Dalam hubungan ini Krisna
menyebut nama Raja Janaka.

Janaka adalah raja dari negeri Mithila, ayah dari Sita dewi dan
mertua dari Sri rama. Namanya sering disebut-sebut sebagai
seorang acharya, sebagai contoh dalam soal-soal membawakan
kebahagian bagi rakyatnya dan memupuk rasa kemanusiaan
yang agung pada jamannya. Janaka sendiri dalam masa
hidupnya mencapai kesadaran jiwa dan kebahagian abadi
dengan segala aktivitas kerjanya, tanpa motif-motif kepentingan
diri pribadinya, tidak henti-hentinya sampai saatnya terakhir.
Rasa "aku" dan "punyaku" tidak ada lagi padanya. Ketika
istananya dan segala isi dalam istanan itu musnah terbakar, ia
berkata : "Tiada satupun punyaku terbakar".

(21) yad-yad acharati sreshthas

tad-tad eve 'taro janah

159
Bhagavadgitha Bebel

sa yat pramanam kurute

lokas tad anuvarrtate

artinya :

apa saja yang dilakukan orang besar


orang lain akan mengikutinya
contoh apa saja yang diberikannya
seluruh dunia akan menurutinya

orang biasa akan selalu mengikuti jejak orang-orang besar dari


jaman dahulukala. Orang-orang besar ini memang telah
dilahirkan untuk membawa cahaya bagi pikiran dan rakyat biasa
dalam menempuh hidup mereka didunia ini. Ada yang lahir
sebagai Bagawan, ada pula sebagai Awatara, dan ada pula
sebagai Nabi.

(22) yadi by aham na varteyam

trishu lokeshu kimchana

na 'navaptam avaptavyam

varta eva cha karmani

artinya :

tiada sesuatu yang harus Kukerjakan


tiada sesuatu yang harus dicapai
oleh-Ku dalam ketiga dunia ini, oh Parta
namun Aku tetap melaksanakan kerja

(23) yadi hy aham na varteyam

jatu karmany atandritah

mama vartma 'nuvartante

marushyah partha sarvasah

artinya :

sebab, Parta, apabila aku tiada


selalu bekerja tiada kecapaian,
manusia dimana-mana dalam segala
hal akan mengikuti jejak-Ku

160
Bhagavadgitha Bebel

(24) utsideyur ime loka

na kuryam karma ched aham

samkarasya cha karta syam

upahanyam imah prajah

artinya :

jika aku berhenti bekerja


didunia ini akan hancur lebur
dan aku jadi pencipta keruntuhan
memusnahkan manusia ini semua

(untuk mengetahui ketiga dunia yang dimaksudkan dalam sloka


22 diatas, baca sloka 1.35). dalam ketiga sloka diatas, sebagian
Bagawan atau Rasul Yang Maha Tahu absolut, krisna
menyatakan bahwa ia sendiri tidak lagi mempunyai kepentingan
apa-apa kecuali membentuk dan mengarahkan kegiatan hidup
manusia menuju kekesempurnaan dan kebahagian abadi serta
menjaga dan memelihara dunia ini dari keruntuhan dan
kemusnahan, dan ketidak adilan.

(25) saktah karmany avimso

yatha kurvanti bhatara

kuryad vidvams tatha 'saktas

chikirshur loka samgraham

artinya :

seperti orang dungu bekerja karena pahala


demikianlah harusnya orang pandai bekerja
tetapi tanpa kepentingan pribadi, oh Parta
melainkan untuk kesejahteraan manusia

(26) na buddhi bhedam janayed

ajnanam karma sanginam

joshayet sarva karmani

vidvan yuktah samacharan

161
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

janganlah mereka yang bijaksana


membingungkan yang bodoh bekerja bernafsu
melainkan membiarkannya semua bekerja
sambil memberi contoh bekerja berbakti

(Barata = Arjuna) dalam kedua sloka ini Krisna hendak


memperingatkan kepada kita bahwa mereka yang pandai dan
bijaksana hendaknya jangan membingungkan dan melemahkan
keyakinan mereka yang mempunyai pengetahuan sederhana
terhadap kerja mereka dalam hidup ini. Sebab, walaupun mereka
bodoh semua pada dasarnya mempunyai rasa tanggung jawab
kepada kerja, pangabdian dan kecintaan. Elemen-elemen inilah
merupakan fondasi keyakinan mereka. Mungkin karena
ketidaktahuan mereka terkadang timbul gejala-gejala yang sukar
diteloransikan. Oleh karenanya mereka harus dituntun bukti
perbuatan ketja yang nyata sehingga mereka menyontohnya.
Ketahuilah bahwa keyakinan mereka adalah lebih luas dan
mendalam daripada kepercayaan mereka. Dan mengangkat
moral serta budipekerti tidaklah dapat dilakukan dengan jalan
meloncat tiba-tiba melainkan setapak demi setapak ketempat
yang lebih tinggi.

(27) prakriteh kriyamanani

gunaih karmani sarvasah

ahamkakara vimudhatma

karta 'ham iti manyate

artinya :

setiap gerak kerja disebabkan oleh guna


tetapi orang yang pikirannya bingung
karena diliputi oleh rasa ke-aku-annya
berpikir : "aku inilah pelaksananya"
(28) tattvavit tu mahabaho

guna karma vibhagayoh

guna guneshu vartanta

iti matva na sajjate

artinya :

162
Bhagavadgitha Bebel

tetapi mereka yang tahu, oh Mahabahu


perbedaan antara jiwa dan sifat guna
sadar bahwa guna hanya mempengaruhi guna
dan bebas dari ikatan pahala kerja

(29) prakkriter guna sammudhah

sajjamte guna karmasu

tan akritsnavido mandan

kritsnavin na vichalayat

artinya :

mereka yang tertipu sifat guna


terikat pada keinginan yang dihasilakn olehnya
tetapi yang mengerti jangan sampai menyesatkan
mereka yang pengetahuannya tiada sempurna

(Mahabahu = Arjuna Untuk mengetahui istilah guna, baca sloka


II.45). guna adalah batas kebebasan manusia yang diperoleh dari
kelahiran dan lingkungan yang mempunyai kekuatan
membelenggu. Pengalaman hidup seseorang dapat menambah
atau mengurangi akumulasi kekuatan belenggu guna ini.
Pengalaman ini diperoleh daritindakkan atau kerja selama
hidupnya, seperti halnya proses kosmos semesta ini adalah
akibat (hasilnya) adalah diperbuatannya sendiri. Tetapi orang
yang mengerti dapat membebaskan dirinya dari belenggu guna
ini yang berarti pula bebas dari ikatan hasrat mengejar pahala
kerja.

(30) mayi sarvani karmani

samnyasya 'dhyatmachetasa

nirasir nirmamo bhutva

yudhyasva vugatajvarah

artinya :

tunjukkan semua kerjamu kepada-Ku


dengan pikiranmu terpusat pada Atman
bebas dari nafsu keinginan dan ke-aku-an
enyahkan rasa gentar dan, bertempurlah!

163
Bhagavadgitha Bebel

Seperti dalam sloka-sloka 22, 23 dan 24. Krisna kini menyatakan


dirinya bukan hanya sebagai Rasul atau Nabi, melainkan sebagai
penjelmahan daripada Brahman, Jiwa atau Atman sendiri, dan
menasehatkan kepada Arjuna supaya menyerahkan dan
mendedikasikan jiwanya kepada Atman, yang bersemayam
dalam tubuhnya. Dengan jalan penyerahan dan pengabdian
serupa ini, Arjuna akan dapat menyadari bahwa dirinya adalah
sebagai alat belaka sedangkan pelaksanaannya adalah Atman
sendiri. Dalam kondisi demikianlah rasa takut dapat dihapus.

(31) ye me matam idam nityam

anutishhanti manavah

sraddhavanto 'nasuyanto

munhyante te 'pi karmabhih

artinya :

mereka yang selalu mengikuti ajaran-Ku


dengan penuh keyakinan serta
bebas dari tetek bengek kebendaan
juga bebas dari belenggu kerja

(32) ye tv etad abhhyasuyanto

na 'nutishthanti me matam

sarvajnana vimudhams

viddhi nashtan achetasah

artinya :

mereka yang telah mencela ajaran-Ku


bukan hanya tidak mengikutinya
juga tidak berperasaan dan hilang kepercayaan
ketahuilah, mereka buta akan kebajikan

(33) sadrisam cheshtate avasyah

prakriter jnanavan api

nigrahah kim karishyati

artinya :

164
Bhagavadgitha Bebel

manalkala orang bijaksana berbuat


menurut sifat0sifat kebijaksanaannya
semua mahkluk menurut sifatnya pula,
apakah yang dapat diselesaikan dengan paksa

memang Krisna mengakui bhwa banyak orang yangtidak


mengikuti, malaham mencela, ajarannya. Hal ini dapat dijelaskan
sebab-sebabbya yang terletak pada sikap orang masing-masing,
baik yang pandai maupun yang bodoh. Pada mereka ini,
kekuatan belenggu prakriti yang termanifestasikan dalam sifat
guna menjadi sifat mereka sendiri. Maka itu sering orang
mengatakan : "Aku tidak dapat melakukan hal ini, sebab tidak
sesuai dengan sifat-sifatku". Demikian kuat belenggu prakriti
sehingga orang tidak mungkin dipaksa lagi. tEtapi ini bukan
berarti bahwa apa yang dinyatakan dalam sloka-sloka II.61 dan
II.68 tidak dapat dilakukan. Tenaga dan pikiran manusia harus
dapat diarahkan untuk mencapai pengekangan hawa-nafsu
sampai pada saat terakhirnyapun (apabila perlu), sebab
kemajuan bukan kemunduran dan penyucian bukan penodaan
menjadi sifat jiwa yang sesungguhnya.

(34) indriyasye 'ndriyasya 'rthe

raga dveshau vyavasthitau

tayor na vasam agachchet

tau hy asya paripanthinau

artinya :

cinta dan benci pada suatu objek keinginan


terletak pada objek keinginan itu sendiri
janganlah ada yang menyerahkan kepada keduanya
sebab keduanya merupakan penghalang belaka

mendengar sesuatu objek dari pendengaran, demikian pula


melihat sesuatu adalah objek dari penglihatn. Orang boleh
menyatakan suka atau tidak suka atas objek pendengaran atau
penglihatannya, tetapi orang harus mengerti bahwa kesukaan
atau ketidak-sukaanya adala timbul dari emosinya. Kalau orang
ini menjadi korban dari emosinya, maka rasa senang dan tidak
senang (cinta dan benci) menguasai kesadaranya. Dalam kondisi
yang demikian, hidupnya tidak bertujuan lagi dan inteleknya
hilang, tidak ubahnya seperti binatang biasa. Emosi inilah yang
harus ditundukkan.
(35) sreyan svadharmat vigunah

165
Bhagavadgitha Bebel

paradharmat svanushthitat

svadharme nidhanam sreyah

paradharmo bhayavahah

artinya :

lebih baik menunaikan kewajiban sendiri walau selesainya tiada


sempurna
daripada tugas orang lain walau dengan baik;
daripada dalam kewajiban orang lain
daripada dalam kewajiban orang lain yang sangat berbahaya.

Dalam sloka ini Krisna ingin menyinggung keinginan Arjuna yang


memilih hidup sebagai peminta-minta daripada bertempur dan
membunuh sanak-kandangnya (seperti dinyatakan dalam sloka
II.5). peminta-minta dalam hubungan ini dimaksudkan bhikshu
atau samnyasi, yang dalam tradisi dan agama dimaksudkan
orang yang menanggalkan semua hidup keduniawian ini, dan
pergi betapa mencari kebenaran abadi. Untuk hidup sederhana
sekedarnya sehari-hari, ia pergi meminta-minta.

Hal ini tidaklah disetujui oleh Krisna, sebab svadharma(kewajiban


sendiri). Arjuna sebagai ksatria adalah menunaikan tugas
dimedan pertempuran, seperti halnya petani svadharmanya
adalah mengerjakan sawah ladang, nelayan svadharmanya
adalah menangkap iakan, dan seterusnya. Kalau ada orang yang
meletakkan tugas kewajibanya sendiri lalu mengerjakan
pekerjaan orang lain, masyarakat akan jadi kacau, dan dimata
yYang Maha Esa nilai terakhir daripada hasil tugas kewajiban
seseorang adalah letak pada semangat pengabdian yang
diletakkan pada kerja itu sendiri. Semangat pengabdian yang
diletakkan pada suatu kerja membersihkan jiwanya dan
mendekatkan kepada ke-bahagian abadi.

(36) arjuna uvacha:

atha kena prayukto 'yam

papam charati purushah

anichchhannapi varshneya

balad iva niyojitah

artinya :

166
Bhagavadgitha Bebel

Arjuna bertanya:
Tetapi apakah, oh Warsneja
Yang mendorong orang berbuat dosa
Walau bertentangan dengan nuraninya
Seolah-olah dengan paksa?

(Warsneja + keturunan bangsa Wrisni, yaitu yang dimaksud


adalah Krisna). Kini arjuna mulai dengan pertanyaan baru,
karena (sebagai halnya sendiri) ia merasa bahwa orang sering
merasa terpaksa berbuat sesuatu yang bertentangan dengan
kemauannya (anichcannapi).

(37) sribhagavan uvacha:

kama esha krodha esha

rajoguna samud bhavah

mahasano mahapapma

viddhy enam iha vairinam

artinya :

Sri Bagawan menjawab:


Itulah amarah, itulah nafsu
Lahir daripada sifat guna
Keduanya memusnahkan, penuh dosa
Ketahuilah, kedua ini adalah musuh

Perkataan rajoguna berasal dari kata-kata rajas + guna yang


berarti sifat guna yang penuh dengan nafsu (selanjutnya baca
sloka II.45, tentang kata-kata rajas dan guna). Mahasano =
memusnahkan, mahapapma = penuh dosa. Kama = nafsu.
Krodha = amarah. Menurut orang arif bijaksana amarah berasal
dari nafsu yang terhalang menjadi = amarah. Dengan perkataan
lain nafsu dan amarah adalah sama (sloka II.2a).

(38) dhumena 'vriyate vahnir

yatha 'darso malena cha

yatho 'ibena 'vrito garbhas

tatha tene 'dam avritham

artinya :

167
Bhagavadgitha Bebel

bagai api diselubungi asap


bagaikan cermin diliputi debu
bagai bayi dibungkus dalam kandungan
demikian pula Dia diselimuti olehnya

perkataan "Dia" dan "olehnya" dalam kalimat terakhir sloka ini


masing-masing dimaksudkan Jiwa atau Atman dan nafsu atau
amarah. Demikianlah kalau orang lagi bernafsu atau amarah
jiwanya tertutup oleh sifat-sifat guna yaitu sattva, rajas dan
tamas, yang tergantung pada tingkatan nafsu dan amarahnya.
Makin keras nafsu atau amarahnya, makin kuat pula jiwanya
tertutup oleh sifat guna itu.

Apabila nafsu dan amarahnya tiada begitu keras, maka jiwanya


diselubungi oleh sifat guna sattva yang diibaratkan seperti api
diselubungi asap, kalau ada angin sedikit saja asap dapat
diterbangkan dan apipun segera kelihatan. Manakala nafsunya
atau amarahnya bertambah keras, maka jiwnya diliputi oleh sifat
guna rajas yang diibaratkan seperti cermin diliputi debu, dimana
diperlukan usaha untuk mengosok debu itu sehingga cerminnya
kelihatan. Tretapi kalau nafsunya atau amarahnya sangat keras,
maka jiwanya dibungkus dalam kandungan, dimana dibutuhkan
waktu, usaha dan keahlian supaya Jiwa atau Atman harus
dibebaskan dari ketiga macam guna ini yang merupakan sifat,
atribut dan karekter daripada prakriti atau benda jasmaniah
dalam dunia kita ini.

(39) aviritam jnanam etena

jnanino nityavairina

kamarupena kaunteya

dushpurena 'nalena cha

artinya :
tutuplah ilmu pengetahuan, Kuntipura
bagi mereka yang arif bijaksana
oleh hawa nafsu yang tidak puas-puasnya
yang merupakan musuh utama

hawa nafsu utama dari kemanusian. Bagi 100 orang yang bodoh,
yang mempunyai pikiran yang sangat sederhana, hawa-nafsu itu
tidak demikian rupa mencekammya seperti pada orang yang
pandai, yang mempunyai pikiran yang cerdas.

168
Bhagavadgitha Bebel

Bagi prang bodoh hawa nafsu itu menyiksanya sesaat saja, orang
pandai haewa0nafsu itu menyiksanya lebih kejam lagi, sebab
makin berusaha ia memenuhi hawa nafsunya dengan objek
keinginannya, makin besar pula berkobarnya hawa-nafsu
tersebut, ibarat api yang diberi bahan bakar terus-menerus
makin menjela-jela. Maka itu hawa nafsu adalah musuh utama!
Manusia yang konstan.

(40) indriyani mano buddhir

asya 'dhishthanam uchyate

etair vimohayaty esha

jnanam avritya dehinam

artinya :

pancaindria, hati dan pikiran


adalah kendaraan baginya
dengan menutup ilmu pengetahunan olehnya
menyebabkan bingungnya jiwa dalam badan

Apabila hawa nafsu telah menaklukan pancaindria, maka


selanjutnya ia menaklukan hati dan kemudian menundukkan
pikiran (intelek); dan akibatnya adalah kemusnahan (sloka II. 62-
63).

(41) tasmat tvam indriyany adau

niyamya bharatarshabha

papmanam prajahi hy enam

jnana vijnana nasanam

artinya :

dari itu, oh Barat yang terbaik


kendalikanlah pancaindriamu pertama
dan basmilah nafsu yang penuh dosa
perusak segala ilmu pengetahuan dan kebajikkan

kata-kata jnana dan vijnana masing-masing berarti : ilmu


pengetahuan dan ilmu-pengetahuan tentang jiwa yang diperoleh
dari pengelaman dan perbandingan kenyataan-kenyataan yang
dihadapi dalam hidup ini.

169
Bhagavadgitha Bebel

(42) indriyani parany anhur

indriyebhyah param manah

manasas tu para buddhir

yo buddhch paratas tu sah

artinya :

orang mengatakan pancaindria itu besar


lebih besar daripada adalah nurani
lebih besar dari nurani adalah intelek
tetapi lebih besar dari intelek adalah Dia

Perkatan manah berati : hati, nurani. Perkataan "lebih besar"


mengandung pula pengertian "lebih besar" dan "lebih agung".

(43) evam buddheh param buddhva

satstabhya 'tmanam atmaua

jahi satrum mahabaho

kamarupam durasadam

artinya :

jadi mengetahui Dia lebih agung dari intelek


dengan mengendalikan jiwamu dengan jiwa
basmilah musuhmu dalam bentuk hawa nafsu
yang tidak mudah ditundukkan, oh Mahabahu

kesadaran harus ditumbuhkan langkah demi langkah, yang


memang tidak bisa lompat sekaligus. Pertama-tama kesadaran
ditumbuhkan dari pengertian pada kendali pancaindria,
kemudian lebih tinggi pada kontrol nurani dan selanjutnya pada
analisa intelek. Secara ethika, manusia harus mengendalikan
pancaindrianya terlebih dahulu sebagai sesuatu yang sangat
rumit, kemudian mengontrol pikirannya dan akhirnya
menyadarkan jiwanya untuk bersatu dengan atman. Secara
metaphisika, manusia harus memisahkan jiwanya dari
pancaindria, kemudian dari nuraninya dan selanjutnya dari
inteleknya, sehingga ia sadar bahwa jiwanya adalah bagian
daripada Jiwa atau Atman, yang Maha Langgeng. Demikianlah
tingkatan kesadaran yang dinyatakan dalam sloka 42.

170
Bhagavadgitha Bebel

Jadi dengan kesadaran yang telah ditingkatkan lebih tinggi, maka


ego yang sangat gelisah dalam diri manusia dapat dikendalikan
dengan sinar cahaya Jiwa Yang Maha Langgeng. Dan dengan
terkendalinya ego ini manusia mencapai kedamaian jiwa yang
dengan mudah dapat menundukkan hawa-nafsu dari dirinya
sendiri sebagai musuh utama.

Demikian Bab III ini mengeungkapkan penting artinya kerja yang


dilaksanakan tanpa mementingkan pahala untuk diri sendiri,
melainkan untuk kesejahteran dan kebahagian umat manusia
didunia ini, dengan jalan kesadarn jiwa yang menjadi bagian
daripada Jiwa Yang Maha langgeng.

Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu

Brahmavidyayam

Yogasastre srikrishnajunasamvade

Karmayogo nama tritiyo 'dhyayah

Maka berakhirlah bab ketiga Upanishad


Bhagavadgita menegnai ilmu pengetahuan
Tentang Yang Maha Esa, kitab Suci Yoga
Dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna
Yang berjudul KARMAYOGA

BAB 5

IV. PERCAKAPAN KEEMPAT

JNANA YOGA

Krisna menjelaskan bahwa ialah yang mengajarkan ilmu


pengetahuan yoga ini pertama kalinya, dan ia adalah inkarnasi
Avatara (Nabi) yang menjelma kedunia dikala Dharma hendak
sirna.

171
Bhagavadgitha Bebel

Dalam Bab keempat ini dijelaskan : dengan ilmu pengetahuan


arti kerja, kerja yang salah, tak-kerja dan jalan kerja dapat
diketahui. Ilmu-pengetahuan suci menuntun kita bekerja tanpa
hawa-nafsu, tanpa motif kepentingan pribadi tanpa mengaharap
sesuatu dan puas akan seadanya, rela melepaskan milik
segalanya, sadar bahwa hanya badan jasmaniah yang bekerja,
bebas dari pertentangan dualisme, menguasai pancaindria,
pikiran dan hati terkendalikan.

Banyak cara berbakti : dengan mempersembahkan harta benda


dengan tapa brata, dengan yoga dan sebagainya. Tetapi berbakti
dengan mempersembahkan ilmu pengetahuan adalah lebih
bermutu, sebab pada keseluruhannya kerja berpusat pada ilmu-
pengetahuan

Dengan perahu ilmu-pengetahuan seluas-luas lautan dosa dapat


disebrangi.

Dengan pikiran berpusat pada ilmu-pengetahuan, melaksanakan


kerja dengan penuh kepercayaan dengan pengabdian pada
Brahman, inilah tugas hidup kita.

IV. Percakapan keempat

(1) sribhagavan uvacha:

imam vivasvate yogam

proktanam aham avyayam

vivasvan manave praha

manur ikshvakave 'bravit

artinya :

Sri Bagawan berkata:


Yoga yang langgeng abadi ini
Aku turunkan mengajarkan kepada Wiwaswan
Wiwaswan mengarkan kepada Manu
Dan Manu menerangkan kepada Iswaku

Wiwaswan adalah personifikasi dari Batara Surya, Dewa


Matahari. Ia adalah mahkluk pertama yang diciptakan oleh
Brahman, dan ia sendiri mempelajari yoga ini dari Brahman,
kemudian Wiwaswan mengajarkan yoga ini kepada Manu,
pencipta dan penegak hukum undang-undang kehidupan

172
Bhagavadgitha Bebel

manusia. Manu kemudian mengejarkan yoga ini kepada Iswaku,


nenek moyang pertama dari dinasti bangsa ksatria keturunan
Dewa Matahari. Iswaku-lah yang pertama-tama melaksanakan
ajaran-ajaran hukum dan undang-undang yang diciptakan oleh
Manu, yang disebut Manusmriti dalam pemerintahannya sebagi
Raja. Dia pulalah yang meneruskan ajaran-ajaran yoga ini
kepada generasi-generasi sesudahnya.

(2) evam paramparapraptam

imam rajarshayo viduh

sa kalene 'ha mahata

yogo nashtah paramtapa

artinya :

demikianlah diteruskan turun-temurun


pada pandita bangsawan mengetahuinya
hingga dalam masa yang sangat panjang
hilang lenyap didunia ini, oh Parantapa

disini Krisna ingin menjelaskan kepada Arjuna (Parantapa = ia


yang menaklukan musuh-musuhnya), bahwasanya ilmu
pengetahuan tentang yoga ini sungguh sangat tua sekali, yaitu
sejak dimulainya penciptaan pertama oleh Brahman, Tuhan Yang
Maha Esa. Karena sangat tuanya, dalam perjalanan waktu yang
beratus-ratus bahkan beribu-ribu abad lamanya, ilmu
pengetahuan yoga ini kerapkali hampir lenyap ditelan masa.

(3) sa eva 'yam maya te 'dya

yogah proktah puratanah

bhakto 'si me skha che 'ti

rahasyam hy etad uttamam

artinya :

yoga yang tua itu pulalah


yang Ku-ajarkan kepadamu kini
sebab engkau adalah pengikut dan kawan-Ku
inilah rahasianya yang terutama

173
Bhagavadgitha Bebel

dalam kedadaan pudar, bagaikan nyala lilin yang hampir mati


dihembuskan angin ajaran-ajaran yoga yang kekal abadi ini,
yang hampir lenyap ditelan jaman. Perlu diselamatkan dan
diajarkan kembali kepada manusia demi kesejahteraan
masyarakat. Demikianlah Brahman menjelma kedunia berulang
kali pada saat-saat umat manusia menghadapi kris kemusnahan
lahir dan batin, dalam bentuk manusia yang berjiwa seperti Nabi-
nabi dan pemimpin-pemimpin agama Mahavira, Gautama
Buddha, Krisna dan sebagainya.

Dalam sloka ini Krisna mengungkapkan suatu rahasia yang


tertinggi dimana Dia memandang Arjuna sebagai pengikut
(bhakta) dan kawan (saktha) Nya. Ini berarti betapa dekatnya
hubungan Tuhan dengan manusia yang akan mencapai
kesadaran yang tinggi dalam menemukan yang abadi dalam
hidup ini.

(4) arjuna uvacha:

aparam bhavato janma

param janma vivasvatah

katham etad vijaniyam

tvam adau proktavan iti

artinya :

Arjuna bertanya:
Kelahiran-Mu baru belakangan kini
Sedang kelahiran wiwaswan adalah dahulu
Bagaimana aku dapat mengerti
Engkau mengajarkannya pada mulanya?

Dalam sloka ini Arjuna bertanya-tanya kepada Krisna dalam


istilah pengertian sejarah, betapa mungkin kiranya Krisna yang
ada dihadapanya kini pada jaman dahulu sekali dapat
mengejarkan yoga yang teramat tua ini kepada wiwaswan.
Memang arjuna sendiri belum mengerti, bahwasanya yoga yang
kekal-abadi ini tidak mengenal waktu dalam artian sejarah yang
digambarkan oleh manusia. Waktu yang dihubungkan dengan
sejarah oleh manusia adalah bersifat relatif, sedangkan Brahman
Yang Maha absolut Langgeng, yang selalu ada dahulu dan
sekarang tidak dibatasi oleh waktu.

(5) sribhagavan uvacha:

174
Bhagavadgitha Bebel

bahuni me vyatitani

janmanbi tava cha 'rjuna

tany aham veda sarvani

na tvam vettha paramtapa

artinya :

Sri bagawan berkata:


Banyak kelahiran-Ku dimasa lalu
Demikian pula kelahiranmu, arjuna
Semuanya ini Aku tahu
Tetapi engkau sendiri tidak, Parantapa

Disini Krisna menerangkan kepada Arjuna tentang reinkarnasi


atau numitis atau penjelmahan kembali. Referensi yang
dikemukan oleh Krisna disini hendaknya dihubungkan dengan
lahirnya kedunia manisfestasi Brahman dalam wujud Avatara,
yaitu reikarnasi dari pada-Nya. Kelahiran-Nya dan kelahiran
arjuna sendiri sebagai manusia biasa dimasa-masa yang lampau
haruslah diartikan bahwasanya Krisna sebagai manisfestasi. Dia
Yang Maha langgeng selalu sadar akan kelahiran ini, sedangkan
arjuna sendiri tidak.

(6) ajo 'pi sann avyayatma

bhutanam isvaro 'pi san

prakritim svam adhishthaya

sambhavamy atmamayaya

sambhavamy atmamayaya

artinya :

walaupun aku tak terlahirkan, tak termusnahkan


dan aku adalah pencipta mahkluk hidup
segala namun atas pengeasan sifat-Ku sendiri
dan denga kekuatan maya-Ku aku menjelma

perkataan atmayaya berarti : dengan kekuatan mayaku aku


menjelma. Maya adalah kekuatan pikiran untuk menciptakan
bentuk kelihatannya nyata, tetapi sebenarnya hanya berupa
ilusi. Krisna, sebagai penjelmahan Brahman yang menguasai

175
Bhagavadgitha Bebel

prakriti, dengan sadar lahir kedunia tanpa mengalami proses


hukum karma, yaitu dengan kekuatan maya ini.

Tetapi hidup dan pembentukkan jasmani dari mahkluk biasa,


seperti halnya Arjuna sendiri, bukanlah atas kehendak sendiri,
melainkan oleh prakriti yang dikuasai oleh sifat ketidak-
tahuannya. Maka ia menjelma lagi dan menjelma lagi tidak henti-
hentinya.

(7) yada-yada hi dharmasya

glanir bhavanti bhatara

abhyutthanam adharmasya

tada 'tmanam srijamy aham

artinya :

manakala dharna hendak sirna


dan adharma hendak merajalela
saat itu, wahai keturunan Batara
aku sendiri turun menjelma

perkataan dharma berarti : kebenaran spiritual, dan adharma


berarti : ketidak-benaran atau dosa.

Arjuna juga dipanggil dengan sebutan "batara" atau "keturunan


Batara" sebab Batara adalah kakek dari kuru sedangkan kuru
adalah nenek-moyang Kaurawa dan Pandawa, seperti telah
dijelaskan dalam Bab I (PERCAKAPAN PERTAMA).

(8) paritranaya sadhunam

vinasaya cha dushkritam

dharma samsthapanarthaya

sambhavami yuge-yuge

artinya :

demi untuk melindungi kebajikkan


demi untuk memusnahkan kejaliman
dan demi untuk menegakkan dharma
aku lahir kedunia dari masa-ke-masa

176
Bhagavadgitha Bebel

perkataan yuga berarti : abad, jaman atau masa. Krisna sebagai


avatara (yaitu penjelmahan Brahman) lahir kedunia pada jaman
dimana kebajikkan diteror dan kebenaran diperkosa, yang pada
masa peperangan besar Mahabarata berkecamuk yang
memusnahkan segala. Demi untuk melindungi kebajikkan dan
menegakkan kebenaran bagi umat manusia inilah Krisna lahir
kedunia. Satu yuga abad diantara kelahiran seorang avatara
yang satu dan avatara yang lain. Tetapi pengertian satu abad
disini haruslah diartikan dalam hubungannya dengan sejarah
spirituil manusia, dan bukan satu abad yang berarti 100 tahun.

(9) jamna karma cha me divyam

evam yo vetti tattvatah

tyaktva deham punarjanma

nai ;ti mam eti so 'rjuna

artinya :

dia yang mengenal rahasia inti


perbuatan dan kelahiran-Ku yang suci
tak menjelma lagi setelah meninggalkan jasmaninya
dan datang kepada-Ku, oh Arjuna

disini Krisna sebagai seorang avatara menjelaskan misteri jiwa


manusia yang telah mencapai kesempurnaan bersatu dengan
Brahman. Sebagai seorang avatara Krisna juga memenuhi proses
kosmos ini, yaitu hidup bersama-sama dan ditengah-tengah
manusia, dengan maksud mendidik dan memberi contoh kepada
manusia kehidupan spirituil dan mencapai kelepasan.

(10) vita raga bhaya krodha

manmaya mam upasritah

bahavo jnana mpasa

puta madbhavam agatah

artinya :

terbebas dari hawa nafsu, takut dan benci


bersatu dan berlindung pada-Ku
dibersihkan oleh budi pekerti
banyak yang telah mencapai diri-Ku

177
Bhagavadgitha Bebel

dalam sloka ini dijelaskan bahwa untuk memasuki kehidupan


abadi, bersatu dengan Brahman, tiadalah sesuatu yang amat
sukar atau paling istimewa, asalkan seseorang dapat
membebaskan dirinya dari ketiga musuh dalam hidup ini yaitu
hawa nafsu dan amarah (benci). Dan jalan untuk itu adalah jnana
tapasa, disiplin dan kesucian budipekerti.

(11) ye yatha mam prapadyante

tams tathai 'va bhajamy aham

mama vartma 'nuvartante

manushyah partha sarvasah

artinya :

jalan manapun ditempuh manusia


kearah-Ku semuanya Ku-terima
dari mana-mana semua mereka
menuju jalan-Ku oh parta

dalam sloka ini Krisna menyatakan bahwa Tuhan menemui tiap


orang yang mengharapkan karunia daripada-nya dan menerima
mereka yang menempuh jalan-Nya. Dia tidak hendak
mengahapus harapan tiap-tiap orang yang tumbuh menurut
kodratnya dan tiada berat sebelah. Hanya pada masing-masing
orang menurut jalan dan kepercayaannya sendiri untuk
mencapai Dia-lah terletak perbedaan, yang bukan merupakan
pilihan-Nya.

Jalan upacara, jalan sembhayang, jalan falsafah atau jalan


meditasi semuanya Tuhan yang satu. Disini Krisna tidak
menyebut cara, jalan atau agama yang tertentu untuk mencapai
hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hanya orang yang
belum spirituil dewasalah tidak bisa mengakui cara atau jalan
orang lain untuk mencapai Dia Yang Satu.

(12) kankshantah karmanam siddhim

yajanta iha devatah

kshipram hi manushe loke

siddhir bhavati karmaja

artinya :

178
Bhagavadgitha Bebel

mereka yang mengharapkan buah kerja


disini berbakti kepada para-dewata
sebab didunia manusia hasil kebaktian
segera lahir dari pengorbanan

sloka ini mencoba menjelaskan bahwa dalam dunia manusia kita


ini hasil kebaktian dapat segera lahir menjadi kenyatan, tetapi
tidak demikian halnya dalam dunia spirituil yang lebih tinggi,
untuk mencapai kelepasan.

(13) chatur varnyam maya srishtam

guna karma vibhagasah

tasya kartaram api mam

viddhy akartaram avyayam

artinya :

catur warna adalah ciptaanku


menurut pembagian kwalitas dan kerja
tetapi ketahuilah walau pencitanya
aku tidak berbuat dan merobah diri-Ku

perkataan chatur varna berarti: empat warna atau empat


kategori dalam masyarakat manusia, yang didasarkan atas guna
dan karma. Adapun yang dimaksudkan dengan dasar guna dan
karma ini ialah sifat, atribut dan karakter (kwalitas) dan kerja
seseorang anggota masyarakat terhadap pengebdiannya kepada
kehidupan spirituil, mencapai kelepasan menuju Brahman.
Referensi agama tentang chatur warna ini adalah empat kasta,
yaitu : brahmana (pendita dan alim-ulama), kesatria (prajurit dan
pahlawan), waisia (pengusaha dan pedegang) dan sudra (pekerja
dan pelayan).

Krisna menekankan disini bahwa pembegian kwalitas dan kerja


(guna dan karma ) bukanlah didasarkan atas status, melainkan
pengabdian dan pengorbanan

(14) na mam karmani limpanti

na me karmaphale spriha

iti mam yo 'bhijanati

karmabhir na sa badhyate

179
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

kerja tidak membawa akibat kepada-Ku


juga Aku tidak mengharapkan pahala kerja
mereka yang mengetahui Aku begitu
tidak lagi terikat oleh kerja

dalam sloka ini Krisna mencoba menerangkan betapa seseorang


walaupun bekerja namun terbebas dari segala ikatan dan akibat
kerja itu sendiri, dengan memberi contoh yang agung seperti apa
yang telah dikerjakan (perhatikan sloka diatas, IV.13) sendiri
oleh-Nya.

(15) evam jnatva kritam karma

purvair api mumukshubhih

kuru karmai 'va tasmat tvam

purvaih purvataram kritam

artinya :

mengetahui ini, orang dijaman dahulu


melaksanakan kerja mencapai kelepasan
karena itu, bekerjalah engkau
seperti mereka dahulu kala itu

orang-orang yang berfikir sederhana melaksanakan kerja untuk


membersihkan jiwa sendiri (atmasuddhyartham) dan orang-
orang yang arif-bijaksana melaksanakan kerja demi
kesejahteraan umat manusia didunia (lokasamgrahartham). Ini
dilasanakan oleh orang-orang dijaman dahulu juga mengetahui
hal ini. Arjuna diharapkan untuk melaksanakan kerjanya sebagai
ksatria.

(16) kim karma kim akarme 'ti

kavayo 'py atra mahitah

tat te karma pravakshyami

yaj jnatva mokshyase 'subhat

artinya :

180
Bhagavadgitha Bebel

apakah kerja? Apakah tak kerka?


Para cendikiawan pun bingung pula
Hendak Ku-beritahu, dan setelah mengetahuinya
Engkau akan terbebas daripada dosa

(17) karmano hy api boddhavyam

boddhavyam cha vikarmanah


akarmanas cha boddhavyam

gahana karmano gatih

artinya :

orang harus tahu srtinya kerja


demikianpula kerja yang salah
dan juga makna daripada tak-kerja
sungguhnya dalam artinya jalan kerja

kata-kata karma, vikarma dan karma dalam istilahnya sendiri


berarti : kerja, kerja yang salah dan tak kerja.

Untuk menjelaskan lebih jauh akan arti kerja ini, dengan sangat
hati-hati Krisna menerangkan bahwasanyaada tiga macam kerja
yang klasifikasinya seperti berikut : (a) kerja (karma) yang lazim
dilaksanakan tanpa mengharapkan buahnya, tiadalah mengikat;
tetapi kalau kerja ini disertai dengan kepentingan-kepentingan
pribadi, maka ia akan mengikat. (b) kerja yang salah (vikarma),
termasuk kejahatan, pembunuhan, berbohong, jinah dan
sebaginya, yang pada dasarnya memang mempunyai maksud-
maksud tertentu, pasti mengikat. (c) tak kerja (akarma) vyang
dilaksanakan baik jasmaniah maupun rokhaniah, tanpa keinginan
atau motif apapun, tidak mengikat sama sekali. Ketiga macam
kerja ini harus dapat dimengerti dengan sungguh-sungguh.

(18) karmany akarma yah pasyed

akarmani cha karma yah

sa buddhiman manushyeshu

sa yuktah krisnakarmakrit

artinya :

dia yang melihat tak kerja


dalam kerja dan kerja dalam tak-kerja

181
Bhagavadgitha Bebel

diantara manusia adalah bijaksana,


seorang yogi, walau dia terus bekerja

kerja (karma) walaupun dilaksanakan secara aktif oleh orang arif-


bijaksana, tetapi karena tanpa kepentingan pribadi, maka ini
adalah sama dengan tak-kerja (akarma). Tak-kerja (akarma) oleh
orang yang bodoh diartikan tidak berbuat apa-apa, non aktif jadi
akibatnya adalah malas; bermalas-malas dalam hidup ini,sama
artinya dengan kerja (karma) yang disertai dengan motif-motif
kepentingan pribadi, sebab kedua-duanya mengikat yang berarti
tidak membersihkan jiwa untuk tujuan spiritual. Seseoarng yogi
(budiman arif-bijaksana) mengetahui semua ini, dan walaupun ia
bekerja terus, namun tidak ada sesuatu yang mengikat. Ia telah
membersihkan jiwanya dari segala ikatan.

(19) yasya sarve samarambhah

kama samkalpa varjitah

jnanagni dagdha karmanam

tam ahuh panditam budhah

artinya :

yang bekerja tanpa nafsu dan motif


kerjanya dibakar api ilmu-pengetahuan
dinamakan orang-orang arif
sebagai seorang pendita budiman

perkataan pandita berarti : orang yang mencapai kebesaran jiwa.


Kalimat "karyanya di bakar api ilmu pengetahuan" artinya segala
pekerjaannya tidak lagi meninggalkan ikatan-ikatan. Ia terbebas
dari ikatan keduniawian menuju kelepasan

(20) tyaktva karma phala sangam

nityatripto nirasrayah

karmany abhipravritto 'pi

nai 'va kimchit karoti sah

artinya :

tanpa mengharapkan hasil kerja


selalu gembira, bebas dari segala

182
Bhagavadgitha Bebel

walaupun terus tekun bekerja


sesungguhnya ia tidak berbuat apa-apa

(21) niratsir yatachittatma

tyakta sarva parigrahah

sariram kevalam karma

kurvan na 'pnoti kilbisham

artinya :
tanpa mengaharpkan sesuatu apa
dengan pikiran dan hati terkendalikan
dan rela melepaskan milik segalanya
hanya jasmaniah bekerja, dia tidak berdosa

dalam sloka ini Krisna menjelaskan bahwasanya seseorang yang


telah membebaskan jiwanya dari belenggu, bekerja hanya
secara jasmaniah, ibarat orang tidur yang bergerak hanyalah
badannya sedangkan jiwanya tidak berbuat apa-apa.

Dalam tingkatan ini orang telah mencapai kebajikan, terlepas


dari hawa-nafsu dan keinginan-keinginan pribadi. Jiwanya lalu
ibarat cermin yang membayangkan hasrat kesucian mempunyai
kekuatan spirituil untuk mencapai Brahman.

(22) yadrichchha labha samtushto

dvandvatito vimatsarah

samahdiddhav asiddhau cha

kritva 'pi na nibadhyate

artinya :

puas akan apa-apa diperoleh seadanya


terbebas dari dualisme pertentangan
tanpa irihati, tenang dalam sukses dan kegagalan
walaupun ia bekerja, ia tidak terikat

baik dan buruk panas dan dingin, spritual dan duniawi dan
sebagainya adalah dualisme yangs elalu bertentangan. Orang
yang telah membebaskan jiwanya dari dualisme yang
bertentangan tersebut diatas, tiada lagi terikat oleh kerja yang ia
laksanakan.

183
Bhagavadgitha Bebel

(23) gatasangasya muktasya

jnanavasthita chetasah

yajnaya 'charatah karma

samagram praviliyate

artinya :

yang bebas, terlepas dari ikatan


pikiran terpusat pada ilmu pengetahuam
melaksanakan kerja demi pengabdian
segala kerjanya menuju kelepasan
sloka-sloka 19 sampai dengan sloka23 ini menguraikan kerja
yang terlepas dari segala ikatan. Dalam sloka III.9 dikatakan
bahwa kerja yang diperuntukkan bagi kepentingan berbakti tiada
mengikat. Dan dalam sloka diatas ini Krisna menjelaskan bahwa
kerja (karma0 yang mestinya membawa pahalapun kalau
dilaksanakan dengan penuh pengabdian akan tidak lagi megikat,
sebab kerja + pelaksana +hasilnya semua ditunjukan kepada
Brahman.

(24) brahma 'rpanam brahma havir

brahmagnau brahmana hutam

brahmai 'va tena gantavyam

brahma karma samadhina

artinya :

dipujanya Brahman, persembahannya Brahman


oleh Brahman dipersembahkan dalam api Brahman
dengan memusatkan meditasinya kepada Brahman
dalam kerja ia mencapai Brahman

bila seseorang telah memusatkan segala sesuatunya dalam


hidupnya kepada Brahman. Tuhan Yang Maha Esa, maka alat dan
tujuan kerjanya, demikian pula sebab dan akibat kerjanya.
Menjadi satu dan hukum kerja lenyap tidak terbekas lagi, dan ia
mencapai Brahman.

(25) daivam eva 'pare yajnam

yoginah paryupasate

184
Bhagavadgitha Bebel

bbrahmagnav rahmanav apare yajnam

yajnenai 'vo 'pajuhvati

artinya :

beberapa yogi memuja Dewata


yang lain mempersembahkan sajian
dengan jalan membaktikan pemujaan
ini kedalam api Brahman

sloka ini menyatakan bahwasanya bagi orang yang belum


mencapai kesadran yang tinggi adalah wajar kalau ia memuja
Tuhan dengan mempersembahkan saji-sajian dalam upacara
keagamaan. Tidaklah kiranya wajar dan adil kalau sekiranya ia
disuruh berbuat lain daripada kemampuan materiil dan spirituil
yang ada pada jiwanya. Namun satu hal yang nyata, bahwa apa
yang ia kerjakan adalah untuk berbakti kepada Tuhan.

(26) srotradini 'ndriyany anye

samyamagnishu juhvati

sabdadin vishayan anya

indriyagnishu juhvati

artinya :

ada yang mengorbankan penglihatan


dan panindria lainya dalam api-disiplin
yang lain mengorbankan objek suara
dan objek lainya dalam api-nafsu keinginan

disini pengorbanan pancaindria (penglihatan, pendengaran,


penciuman, perasaan dan penyentuhan) dimaksudkan
membatasi dan mengontrol alat-alat pancaindria (mata, telinga,
hidung, mulut dan kulit)untuk tidak leluasa mencari kenikmatan.
Demikian pula mengorbankan objek-objek (suara yang merdu,
pemandangan yang indah, bau yang harum, makanan yang lezat
dan benda-benda yang mahal dan halus) dimaksudkan untuk
menghindarkan diri dari segala hawa-nafsu dan keinginan akan
objek atau benda serba duniawi, mewah dan mahal. Semua ini
dapat dilaksanakan dengan api-disiplin, yaitu dengan disiplin
yang teguh dan menyala-nyala sehingga membakar segala nafsu
dan keinginan sanpai musnah.

185
Bhagavadgitha Bebel

(27) sarvani 'ndriya karmani

prana karmani cha 'pare

atma samyama yogagnau

juhvati jnanadipite

artinya :

yang lain lagi mengorbankan semua kerja


pancaindria dan kekuatan sakti yoginya
kedalam api disiplin jiwanya
yang dinyalakan oleh ilmu-pengetahuan

ini adalah selangkah lebih mendalam daripada yang dinyatakan


dalam sloka 26 diatas, yaitu tenggelam dalam renungan meditasi
yang berpusat pada Brahman.

(28) dravyayajnas tapoyajna

yogayajnas tatha 'pare

svadhyaya jnanayajnas cha

yatayah samsitavratah

artinya :

ada yang mempersembahkan harta, ada tapa


ada yoga, dan yang lain pula
pikiran terpusat dan sumpah berat
mempersembahkan ilmu dan pendidikan budi

dalam sloka ini diuraikan lima macam cara berbakti kepada


Brahman, yaitu dengan jalan (1) persembahan rituil dengan
benda-benda seperti saji-sajian, (2) bertapa, (3) yoga seperti
yang diajarkan oleh Petanyali dalam yogasutra, (4) stude seperti
diuraikan dalam Upanisahad dan (5) pendidikan budi.

(29) apane juhvati pranam

prane 'panam tatha 'pare

pranapanagati ruddhva

pranayama parayanah

186
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

ada pula mengatur nafas sebagai persembahan


dengan jalan mengontrol nafas keluar dan masuk
mempersembahkan prana dalam apana
dan apana dalam prana sebagai kebaktian

perkataan pnanayama berarti : pengetur atau kontrol pernafasan


Prana = nafas masuk. Dalam hubungan pranayama terdapat
suatu ajaran yang disebut hathayoga, dimana segala sesuatu
mengenai arti dan pelaksanaan pengaturan pernafasan ini
diuraikan dengan jalan

(30) apare niyata harah

pranan praneshu juhvati

sarve 'py ete yajnavido

yajna kshapita kalmashah


artinya :

ada juga dengan mengatur makanan


mempersembahan nafas-hidup dalam nafas hidup
semua mereka ini mengetahui pengabdian
dan dengan kebaktian mereka melenyapkan dosa-hidup

mereka yang mengetahui pengabdian san persembahan kepada


Brahman dengan cara yang dilukiskan dalam sloka-sloka 25-30
ini, yang manapun, akan melenyapkan dosa mereka dan dapat
mencapai kedamaian.

(31) yajna sistamrita bhujo

yanti brahma sanatanam

na 'yam loko 'sty ayajnasya

kuto 'nyah kurusattama

artinya :

mereka yang makan dari sisa persembahan


mencapai Brahman yang kekal-abadi,
dunia ini bukan bagi yang tidak berbakti
apapula dunia yang lain, oh Kurusattama

187
Bhagavadgitha Bebel

kurusuttama = Arjuna sendiri, lihat penjelasan sloka 1.1 yang


dimaksudkan dengan makanan sisa persembahan atau amrita
adalah saji-sajian yang telah dipersembahkan kepada Brahman
yang mengandung berkah keabadian daripada-Nya (lihat sloka
III.13). krisna menjelaskan dalam sloka ini membawa undang-
undang pada dirinya sendiri yang menyatakan hidup adalah
pengorbanan (kebaktian) dan barang siapa yang tidak menyadari
ini, tidak akan menemui kebahagian dalam dunia ini maupun
dunia lain.

(32) evam bahuvidha yajna

vitata brahmano mukthe

karmajan viddhi tan sarvan

evam jnatva vimokshyase

artinya :

banyak dan beraneka warna persembahan


bakti dihaturkan kepada Brahman
semuanya ini berasal dari kerja
mengetahui ini, engkau 'kan moksha

perkataan moksha berarti emansipasi jiwa atau kelepasan, kerja


sloka ini adalah kerja yang meliputi mental, jasmaniah dan
spirituil.

(33) srayan dravyamayad yajnaj

jnanayajnah paramtapa

sarvam karma 'khilam partha

jnane perimsamapyate

artinya :

persembahan berupa ilmu pengetahuan, Parantapa


lebih bermutu daripada persembahan materi
dalam keseluruhannya semua kerja ini
berpusat pada ilmu-pengetahuan, Oh Parta

parartapa = Parta = Arjuna. Maksud tujuan ilmu pengetahuan


didunia ini adalah untuk mencapai kebebasan dan kelepasan jiwa
dari ikatan kerja (karma).

188
Bhagavadgitha Bebel

(34) tad viddhi pranipatena

paripprasnena sevaya

upadekshyanti te jnanam

jnaninas tattvadarsinah

artinya :

belajarlah dengan wujud displin,


dengan bertanya dan dengan kerja berbakti,
guru budiman yang melihat kebenaran
akan mengajarkan padamu ilmu budi-pekerti

tiga cara yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain untuk belajar
mencapai kebenaran abadi, yaitu pranipatena (hormat, sujud
dan disiplin kepada guru yang memberi pendidikan), pariprasena
(bertanya, mencari dan memikirkan sendiri ilmu-pengetahuan
yang diberikan kepadanya) dan sevaya (berbakti, melayani dan
setia dengan tulus iklas kepada guru). Ketida cara ini harus
dituntun oleh seorang guru yang telah melihat Brahman dalam
dirinya.

(35) yaj jnatva na punar moham

evam yasyasi paandava

yena bhutany aseshena

drakshyasy atmany atho mayi

artinya :

setelah mengetahui segala ini


engkau tidak lagi kebingungan pandawa
dengan demikian melihat, tanpa kecuali
segala mahkluk dalam Atman, dalam diri-Ku

(36) api ched asi papebhyah

sarvebhyah papakrittamah

sarvam jnanaplavenai 'va

vrijinam samtarishyasi

189
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

walau seandainya engkau paling berdosa


diantara manusia yang memikul dosa
dengan perahu ilmu-pengetahuan ini
lautan dosa engkau akan seberangi

ilmu-pengetahuan (yang juga sama artinya dengan ilmu budi


pekerti) melenyapkan segala keraguan dan kebingungan, serta
mengahpus segala dosa dan melepaskan segala ikatam
jasmaniah.
Pandawa = Arjuna

(37) yathai 'dhamsi samiddho 'gnir

bhasmasat kurute 'rjuna

jnanaghih sarvakarmani

bhasmasat kurute tatha

artinya :

bagaikan api menyala, oh Arjuna


membakar kayu api menjadi abu
api-ilmu pengetahuan demikian pula
membakar segala karma menjadi abu

karma = kerja. Api ilmu-pengetahuan membakar karma atau


kerja, mengehapus dualisme (buruk dan baik, panas dan dingin
dan sebagainya), mengantar jiwa kealam kebebasan abadi.

(38) na hi jnanena sadrisam

pavitram iha vidyate

tat svayam yogasamsiddhah

kalena 'tmani vindati

artinya :

tidak ada sesuatu dalam dunia ini


dapat menyamai ilmu-pengetahuan
mereka yang disempurnakan dalam yogi
menemuinya sendiri dalam jiwanya pada waktunya

190
Bhagavadgitha Bebel

pada umumnya yoga diartikan orang sebagai praktek disiplin


yang spiritual, yang kesempurnaanya membutuhkan waktu lama,
tetapi sesungguhnya yoga, bila dimengerti sewajarnya,
melingkupi teori kesucian ilmu pengetahuan dan praktek disiplin
yang spiritual. Orang yang melaksanakan yoga dengan disiplin
tetapi tanpa kesucian ilmu-pengetahuan, usahanya adalah sia-
sia, demikian pula sebaliknya, orang yang memiliki teori
kesucian ilmu-pengetahuan tanpa praktek disiplin yang spiritual
tidak mungkin menjadi yogi, oranmg yang mencapai kelepasan.

(39) sraddhavaml labhate jnanam

tatparah samyatendriyah

jnanam labdhva param satim

achirena 'dhigachchati

artinya :

ia yang memiliki kepercayaan dan menguasai


pancaindrianya, mencapai ilmu-pengetahuan
setelah memiliki ilmu-pengetahuan
dengan segera ia menemui kedamaian abadi

perkataan sraddha berarti : kepercayaan, keyakinan.


Sesungguhnya perkatan sraddha walaupun berarti kepercayaan,
namun bukanlah kepercayaan yang membabi-buta. Perkataan
sraddha (kepercayaan) harus diikuti dengan perkataan
samyatedriyah (penguasaan atas pancaindria, hawa-nafsu) untuk
mencapai param santim (kedamaian abadi, tertinggi)

(40) ajnas cha 'sraddadhanas cha

samsayatma vinasyati

na 'yam loko 'sti na paro

na sukham samsayatmanah

artinya :

tetapi mereka yang dungu dan tidak percaya


dan bersifat ragu, akan hancur sirna
bagi yang ragu-diri, baginya tiada bahagia
bagi dunia ini, pun dunia sana

191
Bhagavadgitha Bebel

dalam kehidupan sehari-hari nyatanya banyak orang yang


bimbang dan ragu-ragu, tetapi mereka tidak apa-apa tidak
hancur ataupun sirna. Adapun yang dimaksudkan dalam sloka
ini, yang hancur adalah kehidupan spirituilnya, sebagai
sebaliknya, basis positif dalam hidup ini adalah memiliki
kepercayaan atau keyakinan.

(41) yoga samnyasta karmanam

jnana samcchinna samsayam

atmavanism na karmani

nibadhnanti dhanamjaya

artinya :

ia yang bebas menurut ajaran yoga, Dananjaya,


yang mengikis keraguannya dengan ilmu pengetahuan
yang telah menguasai jiwanya sendiri,
hukum kerja tidak membelenggunya lagi

sloka ini memberi kesimpulan apa yang diuraikan Krisna kepada


Arjuna dalam Bab IV, yaitu hubungan timbal balik antara kerja
yang benar, ilmu-pengetahuan yang suci dan disiplin jiwa yang
teguh.

(42) tasmad ajnana samnhutan

hritstham jnanasina 'tmanah

chhittvai 'nam samsayam yogam

atishtho 'ttishtha bhaarata

artinya :

sebab itu, setelah memotong keraguan


dalam hatinya karena ketidak-tahuan
dengan pedangnya ilmu pengetahuan
berpegang pada yoga, bangkitlah! Oh Barata

bara = Arjuna. Dengan kerja yang benar, ilmu-pengetahuna yang


suci dan disiplin jiwa yang teguh, serta terhapusnya keraguan
dalam hati, Arjuna diharapkan bangkit, bertindak!

Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu

192
Bhagavadgitha Bebel

Brahmavidyayam yogasastre

Srikrishnarjunasamvade

Jnanayogo nama chaturtho 'dhyayah

Maka berakhirlah bab keempat Upanishad Bhagavadgita


Mengenai ilmu-pengetahuan tentang Yang Maha Esa
Kitab suci yoga dan dialog antara Sri krisna dan Arjuna
Yang berjudul JNANAYOGA

193
Bhagavadgitha Bebel

BAB 6

V. PERCAKAPAN KELIMA

KARMA SAMNYASA YOGA

Arjuna bertanya, yang manakah lebih baik membebaskan diri


dari kerja atau bekerja tanpa kepentingan pribadi?. Dalam bab
keenam ini Krisna menjawab bahwa kedua-duanya sama, tetapi
kerja tanpa kepentingan pribadi lebih baik.

Samnyasi (membebaskan diri dari kerja) maupun Yogi (bekerja


tanpa motif kepentingan diri pribadi) mempunyai tujuan yang
sama. Samyasi walaupun membebaskan diri dari kerja, namun
apa yang diperbuatnya sehari-hari adalah motif apa-apa untuk
dirinya sendiri. Secara mental ia meninggalkan kerja.

Ia bekerja tanpa pengeruh ikatan kerja, sebab sadar bahwa


kenikmatan berasal dari hubungan duniawi dan hanya merupakn
sumber penderitaan belaka.

Ia memandang semuanya sama, rendah maupun tinggi, tidak


bergirang karena senang dan tidak bersedih karena duka dan
berpikir : "aku sebenarnya tidak berbuat apa-apa, hanya
pancaindria yang bergerak diantara objek-objek benda''

Ia memutuskan hubungan dengan objek duniawi, memikirkan


dan menyerahkan seluruh jiwanya kepada Brahman, bermeditasi
mengahpuskan dosa mencapai kedamaian abadi.

Dialah Samnyasi

V. Percakapan Kelima

(1) arjuna uvacha:

samnyasam karmanam krishna

punar yogam cha samsasi

yach chhreya etayor ekam

tan me bruhi sunischitam

194
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

arjuna bertanya:
Engkau memuji pembebasan diri dari kerja
Kemudian kerja tanpa kepentingan pribadi
Oh Krisna, katakanlah padaku dengan pasti
Manakah yang lebih baik diantara keduanya?

Dalam Bab V ini, Arjuna mempersoalkand ua istilah yang sulit,


yaitu samnyasa dan yoga (dalam hubungan pertanyaan diatas
ini, yang dimaksudkan yog adalah karmayoga). Perkataan
samnyasa berarti : pembebasan diri dari kerja dan perkataan
karmayoga berarti kerja tanpa kepentingan pribadi. Kedua istilah
ini dalam pengertiannya masing-masing masih membingungkan
Arjuna;karena itu ia bertanya kepada Gurunya.

Dalam bab III.17 dijelaskan bahwa yang bersatu dengan Atman


hidup bahagia dan tidak dibelenggu oleh ikatan kerja. Dalam Bab
IV. 18, 19, 21, 22, 24, 32, 33, 37 dan 41. Krisna mengutarakan
makna daripada pembebasan diri dari segala kerja. Tetapi
kemudian dalam sloka IV.42. Krisna meminta agar Arjuna
berpegang pada yoga yaitu kerja.

Bagi orang sederhana, yang diliputi oleh ketidaktahuan selalu,


kerja (karmayoga) sudah pasti lebih baik daripada pembebasan
diri dari kerja (samyasa). Yang menjadi pertanyaan arjuna disini
adalah bagi orang yang tidak tergolong sederhana tetapi belum
menemui Atman dalam jiwanya sendiri, manakah yang lenih baik
sebab kedua-duanya mengandung kontradiksi atau sama lai?

(2) sribhagavan uvacha:L

samnyasah karmayogas cha

nihsreyasakarav ubhau

tayos tu karmasamnyasat

atinya ;

Sri Bagawan menjawab:


Membebaskan diri dari kerja
Dan bekerja tanpa kepentingan pribadi,
Keduanya membawa kebahagian tertinggi
Tetapi diantara kedua-duanya ini,
Kerja tanpa kepentingan pribadi
Lebih baik dari bebas-diri dari kerja

195
Bhagavadgitha Bebel

Dalam sloka ini mula-mula Krisna menjelaskan bahwa samnyasa


(pembebasan diri dari kerja) dan karmayoga (kerja tanpa
kepentingan pribadi) adalah sama bila dilihat dari segi tujuan
terakhir daripada emansipasi spirituil manusai. Tetapi kalau
ditinjau dari segi cara (jalan) dan pelaksanannya, maka
samnyasa dan karmayoga adalah bebeda, walaupun kedua-
duanya tidak bertentangan.

Kalau samnyasa menekankan ilmu pengetahuan tentang Atman


sebagai alat untuk mencapai kedamainan abadi dan bersatu
dengan Brahman, maka karmayoga menitik beratkan keamanan
dan usaha keras sebagai alat untuk mencapai-Nya. Tetapi disini,
yang langsung dihadapi manusia dalam kehidupannya sehari-
hari adalah karmayoga kerja tanpa motif kepentingan untuk diri
sendiri.

(3) jneyah sa nityasamnyasi

yo na dveshti na kankshati

nirdvandvo hi mahabaho

sukham badhat pramuchyate


artinya :

dia yang disebut samnyasa selalu


tidak membenci dan tidak bernafsu
bebas dari dualisme pertentangan oh Mahabahu
dengan mudah (ia) terlepas dari belenggu

mahabahu = Arjuna. Orang yang melaksanakan samnyasa


disebut samyasi dan orang yang melaksanakan yoga disebut
yogi.

(4) samkhyayogau printhag balah

pravadanti na panditah

ekam apy astihitah samyag

ubhayor vindante phalam

artinya ;

hanya kanak-kanak berkata bahwa karmayoga


berbeda dengan samkhya, bukan orang arif-bijaksana

196
Bhagavadgitha Bebel

dia yang melaksankan salah satu daripadanya


memetik pahala dari kedua-duanya

(5) yat samkhyaih prapyate sthanam

tad yogair api gamyate

ekam samkhyam cha yogam cha

yah pasyati sa pasyati

artinya :

tempat yang tercapai oleh seorang samnyasa


juga tercapai oleh serang yogi
dia yang melihat, melihat samkhya
dan yoga sebagai satu kesatuan

perkataan balah berarti : kanak-kanak. Tetapi disini perkataan


tersebut dimaksudkan juga orang-orang dungu, yang jalan
pikirannya seperti kanak-kanak. Perkataan sthanam berarti :
tempat atau status.

Sloka 4 dan 5 ini hendaknya dihubungkan dengan sloka II.39,


dimana Krisna telah menyinggung prihal karmayoga dalam
hubungannya dengan sakhya dan juga sloka III. 3 dan 4. Seperti
dalam sloka 1 dan 2 dalam bab V ini dengan samnyasa juga
dimaksudkan samkhya, atau dengan perkataan lain :

Samnyasa = samkhya

Dalam sloka diatas ini jelaslah bahwa baik seorang samnyasi


(yang membebaskan diri dari kerja) maupun seorang yogi (yang
bekerja tanpa motif kepentingan diri pribadi) mempunyai tujuan
yang sama, tidak ada kontradiksi, yaitu kedamaian abadi.
Seorang samnyasa yang betul walaupun telah membebaskan diri
dari segala kerja, namun apa yang ia perbuat sehari-harinya
adalah kerja tanpa motif apa-apa untuk dirinya sendiri. Demikian
pula seorang yogi walaupun bekerja tanpa motif kepentingan
pribadi, namun apa yang ia perbuat sehari-harinyaadalah kerja
yang membebaskan dirinya dari ikatan kerja. Jadi kedua-duanya
adalah menuju satu kesatuan; dan sesungguhnya keduanya
adalah merupakan sikap mental.

(6) samnyasas tu mahabaho

dunkham aptum ayogatah

197
Bhagavadgitha Bebel

yogayukkto munir brahma

nachirena 'dhigachchati

artinya :

tetapi samnyasa tanpa yoga


sungguh sukar dicapai, oh Mahabahu
seorang mini dilengapi dengan yoga
mencapai Brahman dengan segera

perkataan muni berarti : orang yang bersamadi, teguh iman


(lihat sloka II. 56)

samnyasa (pembebasan diri dari kerja) adalah suatu bentuk


yang sangat sukar untuk dicapai, sebab jalan untuk mencapainya
penuh dengan penolakkan kesenangan, kewajiban yang berat,
larangan yang keras, tabu bagi berbagai hal, pantang dengan
berbagai tindakkan dan sebagainya. Pendeknya penug dengan
kedukaan (duhkham aptum) dan kesukaran. Oleh karena itu,
seperti telah diuraikan dalam sloka 2 bab V ini, yoga (kerja tanpa
kepentingan pribadi) adalah lebih baik, sebab lebih mudah jalan
untuk mencapainya.

Bukanya samnyaasa yang didasarkan ilmu-pengetahuan tentang


atman tidak lebih tinggi daripada yoga yang didasarkan atas
kemauan dan usaha yang keras, melainkan karena yoga ini lebih
mudah dicapai oleh mereka yang baru mulai, dan pada waktunya
dapat meningkatkan diri mereka pada jalan yang lebih tinggi
dengan pikiran dan jiwa yang telah disucikan. Maka itulah Krisna
menganjurkan agar samnyasa disertai dengan yoga atau
seorang muni dilengkapi dirinya dengan yoga.
(7) yoga yukto visuddhatma

vijitatma jitendriyah

sarva bhutatma bhutatma

kurvann api na lipyate

artinya :

dia yang melaksanakan yoga, berjiwa suci


menguasai diri, menaklukan pancaindria
atmanya adalah atman mahkluk semua
walaupun bekerja, tidak terpengaruh ikatan kerja

198
Bhagavadgitha Bebel

perkataan sisaddha berarti jiwa yang bersih (suci), vijiatma


berarti dia yang menguasai jiwanya dan jitendriyah berarti dia
yang telah menaklukan pancaindrianya. Disini kelihatannya
dengan nyata betapa perkembangan dan kemajuan spirituil
seseorang yang melaksanakan yoga. Secara mental ia
menjatuhkan jiwanya dengan jiwa mahkluk semua lainnya, yang
menyebabkan segala kegiatan sehari-hari tidak lagi diikat oleh
pahala kerja (karma).

(8) nai 'va kimchit karomi 'ti

yukto manyeta tattvavit

pasyan srinvan sprisan jighrann

asnan gachchhan svapan svasan

artinya :

seorang yogi yang mengetahui inti kebenaran


berpikir : "aku sebenarnya tidak berbuat apa-apa"
walaupun sedang melihat, mendengar,
meraba, mencium, makan, pergi, tidur, bernafas

(9) pralapan visrijan grihnann

unmishan nimishann api

indriyani 'ndriyartheshu

vartanta iti dharayan

artinya :

takkala berbicara, melepaskan, mengenggam


membuka dan memejam mata
ia beranggapan : "hanya pancaindria belaka bergerak diantara
objek benda
benda"

hanya orang yang benar-benar mengetahui inti kebenaran dapat


memisahkan jiwanya yang bersih (suci) dan bebas daripada
prakriti (objek benda-benda duniawi). Ia mengerti benar bahwa
komponen-komponen ego pada diri seseorang tidaklah
permanen, yang merupakan arus yang berobah-obah setiap saat,
yang bergerak diantara objek benda-benda duniawi.

199
Bhagavadgitha Bebel

Adalah berbahaya kalau orang memberi interprestasi bahwa


kedua sloka ini mempunyaiarti "bukan aku yang
melaksankannya, melainkan pancaindriaku" dan lalu
membiarkan hawanafsunya, seakan-akan ia tidak bertanggung
jawab terhadap pancaindrianya sendiri, yang sebenarnya harus
dikontrolnya.

(10) brahmany adhaya karmani

sangam tyaktva karoti yah

lipyate na sa papena

padmapattram iva 'mbhasa

artinya :

dia yang bekerja mempersembahkan kerjanya


kepada Brahman, tanpa motif keinginan apa-apa
tidak terjamah oleh dosa-papa
bagaikan air meluncur didaun teratai

seperti telah dinyatakan sloka 2, Krisna mengehendaki agar


Arjuna bekerja dan bertindak dengan jalan menuju segala kerja
dan tindakkannya kepada Brahman Yang Maha Esa. Daun teratai
tidak dibasahi air walaupun kena hujan, demikian pula orang
walaupun bekerja sehari-hari sebagaimana mestinya, sebab
perbuatannya tidak lagi mengahsilkan karma.

(11) kayeta manasa buddhya

kevalaair indriyair api

yoginah karma kurvanti

sangam tyaktva 'tmasuddhaye

artinya :

para yogi menanggalkan keinginan


hanya bekerja mempergunakan badan
pikiran, budi dan bahkan pancaindria
demi untuk mencucikan jiwa

(12) yaktah karmaphalam tyaktva

sdantim apnoti naishthikim

200
Bhagavadgitha Bebel

ayuktah kamakarena

phale sakto nibhadyate

artinya :

seorang yogi yang menanggalkan pahala


akhirnya akan mencapai kedamaian abadi
tetapi yang tidak bersatu dengan Atman
diperbudak oleh nafsu dan belenggu kerja

kedamaian abadi adalah merupakan tingkatan kesempurnaan


yang dicapai dengan jalan berangsur-angsur, yang mula-mula
tumbuh dari pertama kebersihan hati, kedua mencapai ilmu-
pengetahuan, ketiga melepaskan segala hawa nafsu dan
keinginan-keinginan pribadi dan keempat keseimbangan jiwa
dalam melaksanakan bakti.

(13) sarvakarmani manasa

samnyasya 'ste sukham vasi

navadvare pure dehi

nai 'va kurvan na karayan

artinya :

setelah secara mental menanggalkan segala kerja


jiwa, penghuni jasmani ini, menguasai dirinya
bertakhta dengan damai dikota sembilan gapura
tiada bekerja, pun tidak menyebabkan kerja

dalam sloka ini Krisna menjelaskan bahwa jiwa yang ada didalam
diri manusia diibaratkan sebagai seorang raja yang bertakhta
dalam kota yang mempunyai pintu gerbang sembilan buah.
Sembilan pintu gerbang tersebut adalah : dua biji mata, dua
lobang hidung, dua lobang kuping, satu lobang mulut, satu
lobang pantat dan satu lobang kemaluan.

Setelah jiwa itu menanggalkan segala kerja, maka ia berthakta


dalam diri manusia, dengan damai dan bahagia menguasai
dirinya. Ini berarti ia tidak lagi bekerja atau menyuruh orang lain
bekerja, dan hubungan dengan dunia luar melalui kesembilan
pintu gerbang tersebut diatas tidak ada lagi, Atau perkataan lain,
ia telah mengontrol pancaindrianya dan objek benda-benda
duniawi tidak lagi mempunyai hubungan apa-apa dengan dia.

201
Bhagavadgitha Bebel

Perkataan sarvakarmani berarti : segala kerja atau semua


tindakkan. Dalam hubungan ini, kerja manusia dapat dibagi
menjadi empat : yang diharuskan = Atya, yang mnenjadi
kebiasaan atau tradisi = naittika, yang mempunyai maksud
tujuan = kamya dan yang dilarang = nishiddha. Keempat macam
kerja ini, bagi orang yang telah mencapai kedamaian abadi tidak
mempunyai pengaruh apa-apa lagi.

(14) na kartritvam na karmani

lokasya srijati prabhu

na karmaphalasamyogam

svabhavas tu pravartate

artinya :

Yang Maha Kuasa tidak menciptakan alat apa-apa


Juga tiada berbuat untuk dunia manusia
Dan tidak menghubungkan kerja dengan pahalanya
Ini sebenarnya manisfestasi alam benda

Perkataan prabhuh berarti : Yang Maha Kuasa

(15) jnanena tu tad ajnanam

yesham nasitam atmanah

tesham adityavaj jnanam

prakasayati tat param

artinya :

Brahman Seru-Sekalian-Alam tiada menerima


Baik dosa maupun kebajikan seseorang manusia
Budipekerti yang diselubungi ketidak-tahuan
'lah menyebabkan mahkluk tersesat dijalan

perkataan vibbhuh berarti : Brahman Seru-sekalian Alam

(16) jnanena tu tad ajnanam

yesham nasitam atmanah

tesham adityavaj jnanam

202
Bhagavadgitha Bebel

prakasayati tat param

artinya :

tetapi mereka yang ketidak-tahuannya


dilenyapkan oleh pengetahuan tantang Atman
pengetahuan itu bercahay bagaikan matahari
memperlihatkan Yang Maha Tinggi

perkataan tatparam berarti : kebenaran, Yang Maha tinggi.

Didalam ketiga sloka diatas ini konsep tentang Tuhan dijelaskan


oleh krisna sebagai Yang Maha Kuasa, Brahman Seru-Sekalian-
Alam, Atman, Yang Maha tinggi (kebenaran). Dalam sloka 14
Tuhan dikatakan Yang Maha Kuasa, namun ia tidak menciptakan
alam dan membantu manusia untuk memisahkan dirinya dari
hukum karma yang merukan manisfestasikan alam-benda
prakriti. Selama jiwa manusia masih terbelenggu oleh ketidak-
tahuan (ajnanena), selama itu ia akan menjalani hukum karma,
memetik buah perbuatan apa saja ia lakukan dalam hidupnya,
dan selama itu pula ia tidak mempunyai hubungan dengan Yang
Maha Kuasa.

Dalam sloka 15 Tuhan dikatakan Brahman Seru-Sekalian-Alam. Ia


meliputi seluruh alam semesta yang paling tinggi, paling luas
dan paling dalam. Maka itu ia dikatakan lebih kecil daripada
atom, tetapi lebih besar daripada bumi + bulan + bintang +
matahari sekaliannya. Oleh karena ia meliputi segalanya, maka
ia tidak menerima orang yang berbuat dosa, sebab kedua-
duanya (dan sesungguhnya semuanya dan segala sesuatunya)
ada pada-Nya, dan diliputi oleh-Nya. Adalah menjadi kewajiban
manusia sendiri untuk berusaha mengahspuskan
ketidaktahuanya, melepaskan egonya yang dibelenggu hukum-
karmadan bersatu dengan BrahmanSeru-Sekalian-Alam, yang
meliputi segala-galanya. Dalam sloka 16 Tuhan dikatakan
kebenaran, Yang Maha Tinggi. Secara psikologis status atau
tempat yang ketinggian adalah lebih baik dan lebih sempurna.
Maka itu kebenaran yamg paling sempurna tempatnya adalah
paling tinggi. Orang yang ingin bersatu dengan Atman harus
mencapai tempat Yang Maha Tinggi itu, dengan jalan menghapus
belenggu karmanya.

Inilah konsep Tuhan yang diutarakan dalam seluruh dialog Krisna


dengan Arjuna dalam Bhagavadgita ini.
(17) tadbuddhayas tadatmanas

tanishthas tatparayanah

203
Bhagavadgitha Bebel

gachchanty apunaravrittim

jnana nirdhuta kalmashah

artinya :

mereka yang memikirkan-Nya menyerahkan jiwa


seluruh kepada-Nya, menjadikan-Nya tujuan utama
memuja harus pada-Nya, akan pergi tidak kembali
dan dosa mereka dihapus oleh pengetahuan budi-pekerti

perkataan apanuravritti berarti : suatu keadaan tidak kembali


lagi, dengan perkataan lain tidak mengalami inkarnasi lagi
langgeng. Keadaan ini dicapai kalau dosa (kalmashah) sudah
dihapus dengan ilmu pengetahuan budi-pekerti (lihat sloka
IV.36).

(18) vidya vinaya sampanne

brahmane gavi hastini

suni chai 'va svapake cha

panditah samadarsinah

artinya :

orang arif bijaksana mnelihat semua


sama. Baik brahmana budiman dan rendah hati
maupun seekor sapi, gajah dan anjing
ataupun orang hina-papa tanpa kasta

perkataan vinaya berarti : rendah-hati. Dalam kitab Tripitaka


(ajaran buddha) perkataan ini juga berarti disiplin. Perkataan
svake sebenarnya berarti orang yang makan daging anjing yaitu
orang pariah, tanpa kasta.

Pendita dan orang arif-bijaksana yang jiwanya telah suci melihat


manusia dan mahkluk lainya sama tinggi-rendahnya. Pandangan
yang demikian itu menumbuhkan perasaan kasih sayang kepada
sesama mahkluk hidup dan mengangkat tanggapan akan
persamaan hidup yang menjadi karakteristiknya kehidupan
spiritual.

(19) ihai 'va jitah sargo

yesham samye sthitam manah

204
Bhagavadgitha Bebel

nirdesham hi samam brahma

tasmad brahmani te sthitah

artinya :

didunia ini sekalipun inkarnasi diatasi


oleh mereka yang pikirannya seimbang harmonis,
sebab Brahman seimbang dan sempurna
maka merekapun bersatu dengan Brahman

dalam tingkatan dimana pikiran telah mencapai keseimbangan


yang harmonis, dimana dualisme pertentangan (panas dan
dingin, suka dan duka, dan sebagainya) tidak ada lagi dan jiwa
seimbang dalam Brahman, maka hukum karma dan inkarnasi
lenyap, serta kelepasan dapat tercapai sekalipun orang masih
hidup didunia ini.

(20) na prahrisyet priyam prapya

no 'dvijet prapya cha 'priyam

sthirabuddhir asammudho

brahmavid brahmani sthitah

artinya :

dia yang tidak bergirang menerima suka


dan juga tidak bersedih menerima duka
tetap tinggal tenang dan berteguh iman
mengetahui Brahman. Bersatu dengan Brahman

(21) bahyasparseshv asaktatma

vindaty atmani yat sukham

sa brahmayoga yuktatma

sukham akshayam asnute

artinya :

dia yang jiwanya tak-lagi berhubungan dengan


duniawi menemui kabahagian dalam Atman,
dia yang mengontrol hatinya demikian
dalam yoga pada Brahman menikmati restu abadi

205
Bhagavadgitha Bebel

kedua sloka diatas ini melukiskan tingkatan dimana seseorang


telah membebaskan dirinya dari segala ilusi yang ditimbulkan
oleh pancaindrianya dan kotak daripadanya dengan objek-objek
benda-benda, hidup dalam keabadian dan menikmati restu
langgeng dari Brahman.

(22) ye hi samsparsaja bhoga

duhkhayonaya eva te

adyantavatah kaunteya

na teshu ramate budhah

artinya :

kenikmatan berasal dari hubungan duniawi


hanya merupakan sumber penderitaan belaka
ada awalnya ada akhirnya, oh Kuntipura
tak seorang budimanpun tertarik pada semua ini

perkataan duhkayonaya berarti : sumber kedukaan. (bandingkan


pula sloka ini dengan sloka II.14 terdahulu).

(23) saknoti 'hai 'va yah sodhum

prak sarira vimokshanat

kamakrodhodbhavan vegam

sa yuktha sa sukhi narah

artinya :

dia yang kuasa menahan nafsu birahi


dan amarah murkanya didunia ini
sebelum meninggalkan jasad raganya
ada yogi, dia adalah orang yang bahagia

(24) yo 'ntahsukho 'ntararamas

tatha 'ntarjyotir eva yah

sa yogi brahmanirvanam

brahmabhuto 'dhigachchhati

206
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

dia yang menemui kebahagian pada dirinya


tentram pada dirinya, cahaya pada dirinya
yogi yang begini ini menjadi suci

perkataan Brahmanrvana dala kitab suci agama budha berarti


kebahagian tertinggi (lihat sloka II.72) dan perkataan
Brahmabhutah dalam kitab suci Upanisad berarti menjadi satu
dengan Brahman. Kedua tingkatan ini bisa dicapai oleh manusia
semasih hidup didalam dunia ini ditengah-tengah masyarakat,
apabila ia benar-benar telah melaksanakan dan mencapai
tingkatan seperti yang dilukiskan dalam kedua sloka diatas ini.

(25) labhante brahmanirvanam

rishayah kshinakamashah

chhinnadvaidha yatatmanah

sarvabhutahite ratah

artinya :

orang suci yang dosanya telah dimusnahkan


keraguannya dihapus, pikiranya dipusatkan
kebahagiannya berbuat kebajikan bagi mahkluk semua
mencapai nirmawana bersatu dengan Brahman

dalam sloka ini Krisna menerangkan bahwa keyakinan hidup


harus dilihat dari segi diri sendiri dan masyarakat yaitu
kebahagian untuk menyucikan jiwa sendiri
dan kebahagian untuk kebajikkan bagi (masyarakat) mahkluk
semua (sarvabhu tahite ratah)

(26) kama krodha viyuktanam

yatinam yatahetasam

abhito brahmnirvanam

vartate viditatmanam

artinya :

dia yang menguasai diri pribadinya


mengontrol pikiranya bebas dari nafsu dan murka

207
Bhagavadgitha Bebel

mengetahui Atman ada disekitar dirinya


mencapai nirwana bersatu dengan Brahmana
kesadaran akan pendekatan jiwa dengan Atman yang ada
disekitar dirinya mempercepat proses seseorang untuk mencapai
nirwana, dan proses ini bisa dicapai dalam hidup ini sekalipun.

(27) Sparsan kritva bahir bahyams

Chakshus chai 'va 'ntare bhruvoh

Pranapanam samau kritva

Nasal hyantaracharinau

Artinya :

Dengan memutuskan hubungan objek benda


Memusatkan mata diantara kening
Mengatur keluarnya prana dan masuknya spana
Diantara lobang hidung dengan seimbang

(28) yatendriya mano bhuddhir

munir mokshaparayanah

vigatechchha bhaya krodho

yah sada mukta eva sah

artinya :

menguasai panca indria, perasaan dan pikiran


seluruh jiwa menghasratkan kelepasan
membuang jauh nafsu, takut dan murka
orang suci itu mencapai kelepasan buat selamanya

(mengenai istilah prana dan apana lihat sloka IV.29). setelah


memutuskan hubungan pancaindria dengan objek benda-benda
lahiriah, lalu dilakukan meditasi dengan jalan memejamkan mata
setengah tertutup, hanya biji mata saja ditengah-tengah kening
tertuju kepada ujung hidung, dan keluar masuknya nafas diatur.
Dalam posisi begini, seluruh konsentrasi jiwa dipusatkan kepada
hasrat akan kelepasan (moksha). Tentang hal ini, akan dijelaskan
oleh Krisna lebih jauh dalam Bab berikut.

(29) bloktaram yajnatapasam

208
Bhagavadgitha Bebel

sarvaloka mahesvaram

suhridam sarvabhutanam
jnatva mam santim richchhati

artinya :

setelah mengetahui aku sebagai penerima


persembahan bakti dan tapa-meditasi
sebagai Seru-Sekalian-Alam, pencipta mahkluk semua
ia mencapai kebamaian abadi

kalau kurang dialami, seolah-olah sloka diatas ini mengandung


pertentangan dengan sloka-sloka 14 dan 15. Tetapi sebenarnya
tidaklah demikian. Sebab Tuhan, Brahman, Seru-Sekalian-Alam
bukan pelaksana, tidak dapat dilukiskan, tidak dapat diuraikan
dengan kata-kata dan tidak terucapkan. Hanya manusialah yang
mencoba menerangkan dengan berbagai cara, berbagai
penjelasan berbagai antribut-sifat-kwalitas menurut
pengertiannya masing-masing.

Untuk mengetahui Brahman sesungguhnya kita harus


melaksanakan kewajiban kita dengan jalan mempersembahkan
kebaktian, studi, bersedekah, hidup sederhana, berguru dan
meditasi, bukan dengan kata dan penjelasan.

Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam

Yogasastre srikrishnarjunasamvade

Karmasamnyasayogo nama panchamo 'dhyayah

Maka berakhirlah bab kelima Upanisad Bhagavadgita


Mengenai ilmu pengetahuan tentang Yang Maha Esa
Kitab suci Yoga dan dialog antara Sri Krisna dan
Arjuna yang berjudul KARMASAMNYA-SAYOGA

BAB VII

VI. PERCAKAPAN KEENAM :

DHANA YOGA

Yogi memusatkan pikiran terus-menerus pada jiwa (Atman)


ditempat yang aman, sunyi dan bersih sendirian menyucikan
jiwanya.

209
Bhagavadgitha Bebel

Badan, leher dan kepala tegak duduk diam tidak bergerak,


mengkonsentrasikan pikiran dan menjaga keseimbangan jiwa.
Berdisiplin dalam makan, tidur, jaga, langkah, bicara, dan kerja.
Bagaikan nyala pelita ditempat yang hening tidak berangin. Yoga
harus dilaksanakan dengan keteguhan hati dan keyakinan yang
menbaja, menanggalkan semua nafsu keinginan untuk pribadi
dan memandang Atman ada pula pada semua mahkluk insani
yang sama dengan jiwa sendiri.

Arjuna bertanya kalau pikiran itu liar, bagaimana bisa diperoleh


keseimbangan, sukar dikendalikan seperti mengendalikan angin?
Krisna menjawab, dengan latihan bekerja tanpa keinginan untuk
diri pribadi.

Arjuna bertanya walaupun ada keyakinan, tetapi tidak bisa


menguasai diri, pikiran pengembara, Yogi yang begini pergi
kemana? Krina menjawab bahwa berbuat kebajikan, walaupun
gagal melaksanan yoga, lahir kemb
bali dalam posisi dan situasi yang lebih baik, dan berusaha lagi
sampai menuju kekesempurnaan.

Seorang Yogi lebih besar daripada pertapa, sarjana dan dari yang
melakukan upacara persembahyangan.

VI. Percakapan keenam

(1) sribhagavan uvacha:

anasritah karmaphalam

karyam karma karoti yah

sa samnyasi cha yogi cha

na niragnir na cha 'kriyah

artinya :

Sri Bagawan berkata;


Dia yang bekerja tanpa keinginan untuk pribadi
Adalah seorang samnyasi dan juga seorang yogi
Bukanya dia yang tidak menyalakan api
Pemujaan dan tidak melakukan sembah bakti

Api diperlukan pada waktu diadakan upacara pemujaan sebagai


alat yang menghubungkan antara pemuja san Brahman. Dalam
kiasanya, api juga dipergunakan sebagai alat untuk menerangi

210
Bhagavadgitha Bebel

jiwa manusia agar dapat melihat Brahman. Banyak orang yang


menafsirkan bahwa samyasi (yang telah membebaskan diri dari
kerja tidak perlu lagi menjalankan api pemujaan, tidak perlu lagi
mengadakan upacara persembahyangan. Tetapi sebenarnya
tidaklah demikian. Absen dari api pemujaan dan upacara
persembahyangan. Tetapi tanp[a semangat samnyasa yang
sesungguhnya adalah sia-sia belaka. Maka itu Krisna
menjelaskan kepada Arjuna bahwa seorang samnyasi tidak
seharusnya melupakan api pemujaan dan upacara
persembahyangan.

(2) yam samnyasam iti prahur

yogam tam viddhi pandava

na hy asamnyastasamkalpo

yogi bhavati kaschana

artinya :

yang dinamakan pembebasan diri dari kerja


adalah sama dengan melaksanakan yoga
oh Pandawa, tak seorang pun bisa jadi yogi
tanpa menanggalkan nafsu-keinginan pribadi

(pandawa = Arjuna ) Krisna menekankan sekali lagi dalam sloka


ini bahwa samnyasa adalah sama nilainya dengan yoga (lihat
sloka V.4 dan 5).

(3) arurukshor, muner yogam

karma karanam uchyate

yogarudhasya tasyai 'va

samah karanam uchyate

artinya :

bagi seorang muni yang melakukan yoga


kerja-lah disebut alat baginya
dan setelah ia mencapai yoga
ketentraman-lah disebut menjadi alatnya
(Untuk perkataan muni lihat sloka-sloka II.56 dan V.6). bagi
seorang muni yang melakukan yoga tiada kekayaan dihadapan
matanya yang berharga selain kesatuan, harmoni, kebenaran,

211
Bhagavadgitha Bebel

kesucian, keseimbangan, kelemah-lembutan, kejujuran dan


pengenduran diri lambat laun dari segala kegiatan kerja (lihat
Mahabharata, Santiparva 175,38).

(4) Yadhi ne 'ndriyartheshu

na karmasv anushajjate

sarva samkalpa samnyasi

yogaruhas tado 'chyate

artinya :

bila ia merasa bebas sungguh dari ikatan


objek pancaindria dan kerja
dan membuang segala maksud keinginan
maka ia dikatakan mencapai yoga

perkataan yogarudha berarti : naik mencapai yoga, dan


perkataan samkalpa berarti : maksud, keinginan dan nafsu.

Menurut manu semua nafsu keinginan lahir dan samkalpaatau


dengan perkataan lain samkalpa adalah sumber-sumber nafsu-
keinginan (Mahabharata, Santiparva 177,25 : "Oh Nafsu-
keinginan, aku tahu dimana akarmu berada. Engkau dilahirkan
dan tumbuh dari samkalpa. Aku tidak akan memikirkan engkau,
dan engkau akan berhenti tumbuh").

Jadi seorang muni yang telah mencapai yoga tidak lagi


memikirkan maksud-keingainan yang egoitis dan dengan jalan
begini samkalpa tidak lagi tumbuh padanya.

(5) uddhared atmana 'tmanam

na 'tmanam avasadayet

atmai 'va hy atmano bandhur

atmai 'va ripur atmanah

artinya :

biarlah dia mengangkat jiwanya dengan jiwa


janganlah jiwa menjerumuskan dirinya
sebab hanya jiwa adalah teman jiwanya

212
Bhagavadgitha Bebel

dan hanya jiwa adalah musuh jiwanya


(6) bandhur atma 'tmanas tasya

yena 'tmai 'va 'tmana jitah

anatmanas tu satsrutve

varteta 'tmai satruvat

artinya :

jiwa menjadi teman jiwa yang bisa


menguasai jiwanya dengan jiwanya
tetapi bagi yang jiwanya tidak ditaklukan
jiwa, seperti musuh, menjadi lawan

dalam kedua sloka diatas jiwa manusia dilihat dari dua aspek,
yaitu sebagai objek dan subjek peningkatan spirituil seseorang,
dimana ego bertindak atas aspek yang satu dan sebaliknya
dimana ego ditindak oleh aspek yang lainnya. Sesungguhnya
Jiwa (Atman) ada pada diri kita, tetapi oleh karena ego kita
bertindak, maka kesadaran kita tertekan kebawah yang
menyebabkan kita tidak mengetahui-Nya (lihat sloka III,38) dan
menyebabkan jiwa kita terpisah dengan jiwa (Atman).

Jiwa seseorang menjadi temanya sendiri, apabila ia dapat


memisahkan benda-jasmaniah dan mengontrol pancaindrianya
didalam ia menempuh kehidupan spiritual sehari-harinya.

Tatapi kalau sebaliknay, maka jiwanya akan menjadi musuhnya


sendiri. Untuk itu orang harus menyadari bahwa "jiwa adalah
penguasa Jiwa" dan "jiwa adalah tujuan jiwa" (Dhammapada 160
dan 380).

(7) jitatmanah prasantasya

paramatma samahitah

stoshna sukha duhkheshu

tatha manapamanayoh

artinya :

yang dapat menguasai jiwanya dengan jiwa tertinggi


dan mencapai ketentraman sempurna

213
Bhagavadgitha Bebel

ia seimbang tenang dalan panas dan dingin,


dalam suka dan duka, dalam puji dan caci

perkataan paramatma berarti: jiwa (Atman) Yang Maha Tertinggi.


Apabila jiwa telah dikuasai (bersatu dengan) oleh Paramatman
maka dualisme pertentangan tidak terasa lagi.

(8) jnana vijnana trintatma

kutastho vijitendriyah

yuktah ity uchyate yogi

sama loshta ;sma kanchanah

artinya :

yang jiwanya penuh ilmu dan budipekerti


teguh iman, pancaindrianya dikuasai'
memandang segumpal tanah, batu dan emas, sama,
maka ia-lah disebut seorang yogi

(mengenai istilah jnana dan vijnana lihat keterangan sloka III.41)

(9) suhrin mitrar yudasina

madhyastha dveshya bandhushu

sadhushv api cha papeshu

samabuddhir visihyate

artinya :

dia adalah orang pertama yang melihat


sama antara kawan akrab, teman dan lawan
antara yang netral dan penengah, yang dibenci
dan keluarga, antara yang budiman dan yang jahat

dalam masyarakat biasa, manusia kehidupan sosial sehari-hari


diliputi oleh adanya golongan-golongan seperti antara keluarga
dan orang lain, bangsa sendiri dan orang asing, orang saleh dan
orang munafik dan seterusnya, dimana diantara golongan-
golongan itu timbul perbedaan dan pertentangan.

214
Bhagavadgitha Bebel

Tetapi bagi seorang yogi perbedaan dan pertentangan tersebut


tidak mempengaruhi apa-apa (lihat juga sloka V18 sebagai suatu
perbandingan)

(10) yogi yunjita satatam

atmanam rahasi sthitah

ekaki yatachittatma

nirasir aparigrahah

artinya :

biarlah yogi itu memusatkan pikirannya


terus-menerus pada Atman ditempat aman
sendirian, menguasai jiwa dan raganya
bebas dari nafsu-keinginan akan kekayaan

dalam sloka ini dan sloka-sloka seterusnya oleh Krisna


dijelaskannya tentang yoga menurut garis-garis yang diajarkan
oleh Pantanyali dalam bukunya yang bernama Yoga Sutra.
Tujuannya yang utama adalam untuk mengengkat kesadaran
manusia dalam menghadapi perjuangan hidup dan pergulatan
bhatinya sehari-hari menuju kearah kedamaian jiwa yang lebih
sempurna sehingga ia terbebas dari siksa dunia ini.

Untuk mencapainya, orang harus memusatkan pikirannya terus-


menerus ditempat yang suci dan aman, sendirian untuk
mendengarkan suara-suara suci yang terpendam. Hanya
ditempat sunyi dan sendirianlah hal itu dapat dilakukan, sebab
kesadaran dan suara hati datangnya dari dalam.

(11) suchau dese pratishth pya

sthiram asanam atmanah

na 'tyuchchhritam na 'tinicham

chaila jina kusottaram

artinya :

dengan duduk teguh ditempat yang bersih


tidak tinggi dan juga tidak rendah
ditumbuhi oleh rumput suci kusa
diatasnya kulit rusa dan kain silih bertindih

215
Bhagavadgitha Bebel

(12) tatrai 'kagram manah kritva

yata chittendriya kriyah

upavisya 'sane yunjyad

yogam atma visuddhaye

artinya :

disana, dengan penyatupaduan hatinya


mengendalikan pikiran dan gerak pancaindria
ia bersilah diatas tempat duduknya
melaksanakan yoga menyucikan jiwa

kusa adalah nama sebangsarumput yang dipandang suci. Untuk


mengeathui kebenaran oang harus melepaskan dirinya dari
cnegkraman hawa-nafsu pribadi yang selalu berkisar pada
benda-benda duniawi. Dan untuk sampai kepada kebenaran
abadi orang harus berani hidup dan disiplin spiritual.
Bhagavadgita mengajarkan kepada kitra untuk hidup berdisiplin
dengan jalan yajna + dana + tapas, yaitu melakukan upacara
persembahyangan + bersedekah (beramal + betapa atau
meditasi. Meditasi ini harus dilakukan sendiri dan ditempat yang
suci.

(13) saman kayasirogrivam

dharayann achalam sthirah

samprekshya naasikagram svam

disas cha 'navalokayan

artinya :

dengan badan, kepala dan leher tegak


duduk diam tiada bergerak-gerak
tetap memandang keujung hidungnya
dan tanpa menoleh-noleh sekitarnya.

Pandangan harus diarahkan keujung hidung, sebab kalau tidak


demikian pandangan bisa mengembara kemana-mana, dan
konsentrasi pikiran tidak dapat dicapai, tetapi sesungguhnya
pandangan kearah ujung hidung itu hanyalah merupakan
pandangan pertama, sebab setelah konsentrasi pikiran tercapai,

216
Bhagavadgitha Bebel

dengan mata setengah tertutup pandangan diarahkan kepada


Atman (jiwa).

(14) Prasantatm vigatabhir

brahmacharvrate sthitah

manah samyamya machchitto

yukta assita matparah

artinya :

dengan tentram damai tiada gentar


teguh sebagai cantrik, menaklukkan hatinya
dengan harmonis memikirkan Aku belaka
biarlah ia duduk, Aku jadi tujuannya

perkataan Brahmacari berarti : cantrik, yaitu orang yang tidak


pernah mengadakan hubungan kelamin, bersih dari kehidupan
sexuil.

(15) yunjann evam sada 'tmanam

yogi niyata manasah

santim nirvana paramam

matsamstham adhigachchhati

artinya :

dengan selalu menjaga keseimbangan jiwanya


yogi yang telah menaklukan hatinya
mencapai nirvana, kedamaian abadi
yang tertinggi, yang ada pada-Ku

(16) na 'tyasnatas tu yogo 'sti

na chai 'kantam anasnatah

na cha 'tisvapnasilasya

jagrato nai 'va cha 'rjuna

artinya :

217
Bhagavadgitha Bebel

sesungguhnya yoga bukanlah bagi orang


yang makan terlalu bangyak atau puasa terlalu banyak
oh Arjuna, bukanlah untuk orang
yang tidur terlalu banyak atau melek terlalu banyak

ekses yang berlebih-lebihan, baik dalam soal makan, puasa,


tidur, melek maupun dalam hal yang menyangkut bentuk-bentuk
nafsu dan keinginan manusia harus dihindari. Yoga dimaksudkan
oleh Krisna adalah yang terbaik, apabila menempuh jalan
tengah.

(17) yuktahara viharasya

yukta chechtasya karmasu

yukta svapnavabodhasya

yogo bhavati duhkhala

artinya :

bagi yang berdisiplin dalam makanan


hiburan dan langkah usaha kerjanya
berdisiplin dalam tidur dan jaga
yoga ini menjadi penghapus dukanya

bukan sama sekali menghapuskan atau absen dari kebutuhan


hidup sehari-hari, seperti makan-minum, tidur-bangun dan
berekreasi, melainkan berdisiplin agar hidup spirituil dapat
ditempuh dengan jalan yang lebih mudah dan tidak penuh
dengan penderitaan.

(18) yada viniyatam chittam

atmany eva 'vatishthate

nihsprihah sarva kamebhyo

yukta ity uchyate tada

artinya :

bila pikiranku yang telah terkendalikan


terpaku hanya kepada Atman,
bebas dari nafsu dan segala keinginan,
maka ia dikatakan berhasil dalam yoga

218
Bhagavadgitha Bebel

(19) ya dipo nivatastho

ne 'ngate so 'pama smrita

yogina yatachittasya

yunjato yogam atmanah

artinya :

bagaikan nyala pelita yang tak tergoyangkan


ditempat tak berangin, demikian yogi
dengan pikiran yang dikendalikan
melaksanakn jikonsentrasi pada Atman

dengan pikiran yang terkendalikan, konsentrasi jiwa dapat


dilaksanakan dengan baik. Konsentrasi jiwa ini, bagaikan api
pelita, membakar segala hawa nafsu dan keinginan yang
menyebabkan jiwa itu bersih suci dan tertuju kepada Atman.

(20) yatro 'paramate chittam

niruddham yogasevaya

yatra chai 'va 'tmana 'tmanam

pasyann atmani tushyati

artinya :

disana dimana pikiran telah tentaram


terkendalikan oleh konsentrasi yoga
menyaksikan Jiwa dengan jiwa
dan jiwa merasa dalam jiwa

(21) sukham atyantikam yat tad

buddhigrahyam atindriyam

vetti yatra na cjai 'va 'yam

shitas chalati tattvatah

artinya :

219
Bhagavadgitha Bebel

dimana dijumpai kebahagian tertinggi


dengan intelek diluar kemampuan pancaindria
disana ia mencapai tujuan
dan tiada lagi jatuh dari kebenaran

(22) yam labdhva cha 'param labham

manyate na 'dhikam tatah

yasmin shrito na dunkhena

guruna 'pi vichalyate

artinya :

dimana tercapai apa yang terpikirkan


dan tiada lagi lebih mulia diluar itu
yang dapat dicapai, disan ia tertuju
tiada tergoyahkan oleh duka terberat sekalipun

(23) tam vidyad dunkhasamyoga

voiyogam yogasamjnitam

sa nischayena yoktavyo

yogo 'nirvinnachetasa

artinya :

ketahuilah bahwasanya itu dinamakan yoga,


yaitu putus-hubungan dengan siksa derita
sesungguhnyalah yoga harus dilaksanakan
dengan keteguhan hari dan keyakinan

sloka 20-23 diatas ini merupakan satu kesatuan mengenai


pengertian yoga yang diuraikan Krisna kepada Arjuna dan sloka
23 menjadi kunci dari uraian dalam sloka 20 sampai dengan
sloka 22.

Dalam sloka 21 dijelaskan bahwa intelek dapat merenungkan


Atman. Tetapi intelek (buddhi) yang dimaksud adalah intelek
yang tidak berhubungan dengan(atau diluar) pancaindria.

(24) samkalpa prabhavan kamams

220
Bhagavadgitha Bebel

tyakva sarvan aseshatah

manasai 'va 'ndriyagramam

viniyamya samatatah

artinya :

dengan tanpa kecuali menanggalkan


nafsu keinginan untuk diri pribadi
dan mengendalikan semua alat pancaindria
dari semua jurusan dengan kekuatan pikiran

nafsu, keinginan untuk diri pribadi dan semuaalat pancaindria


harus dikontrol, ibarat seekor penyu menarik kepala dan
anggota-badannya (lihat sloka II.58). supaya jiwa menjadi
harmonis (seimbang).

(25) sanaih-sanair uparamed

buddhya dhritgrihitaya

atmasamstham manah kritva

na kimchid api chintayed

artinya :

biarlah ia lambat laun mencapai ketenangan


dengan pikiran terkendali oleh keseimbangan
dan pikiran itu tertuju kepada Atman
biarlah ia tidak memikirkan apa-apa

(26) yato-yato nischarati

manas chanchalam asthiram

tatas tato niyamyai 'tad

atmany eva vasam nayet

artinya :

apapun yang menyebabkan pikiran lemah


terombang ambing mengembara kemana-mana

221
Bhagavadgitha Bebel

biarlah dia mengendalikan dan mengembalikannya


hanya kebawah pengawasan Atman.

(27) prasanta manasam hy enam

yoginam sukham uttamam

upaiti santarajasam

brahmabhutam akalmasham

artinya :

sebab kebahagian tertinggi tiba pada yogi


yang pikirannya tentram damai
yang hawa nafsunya tiada lagi,
yang tiada noda, bersatu dengan Brahman

perkataan sukham uttamam berarti : kebahagian utama


(tertinggi). Bandingkan dengan perkataan sukham atyantikam
dalam sloka 21 yang berarti : kebahagian terakhir (tertinggi)

(28) yunjann evam sada 'tmanam

yogi vigatakalmashah

sukhena brahmasamparsam

atyantam sukham asnute

artinya :

dengan menjadikan jiwa selalu seimbang


maka yogi yang telah menghapus dosa
dengan mudah menikmati restu abadi
yang berhubungan dengan Yang Maha Abadi

sesungguhnya agama adalah hal-hal yang tidak menyangkut


dialektika, melainkan menyangkut fakta-fakta pengalaman
orang-orang suci secara universiil dimana-mana dan kapan saja.
Pengalaman ini diketemukan dibergagai tempat yang suci
dibagian dunia ini diketemukan diberbagai waktu yang kramat
dalam sejarah kehidupan spirituil manusia. Demikianlah seorang
yogi dikatakan berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Abadi.

(29) sarvabhutastham atmanam

222
Bhagavadgitha Bebel

sarvabhutani cha 'tmani

ikshate yogayuktatma

sarvatra samadarsanah

artinya ;

dia yang melihat aku dimana-mana


dan melihat segalanya ada padku
aku tidak bisa lepas daripanya
dan tidak bisa lepas daripada-Ku

(30) yo mam pasyati sarvatra

sarvam cha mayi pasyati

tasya 'ham na pranasyami

sa cha me na pranasyati

artinya :

dia ynag jiwanya terkonsentrasi oleh yoga


meliaht Atman ada pada semua insan
dan semua insan pada Atman
dimana-mana ia melihat yang sama

sebagai hasil ilmu-pengetahuan yang dinyatakan oleh Krisna


dalan sloka IV.35 (segala mahkluk Atman, dalam diri-Ku) seorang
yogi kini sampai pada pengalaman dimana ia bersatu dengan
Atman melahirkan sikap jiwa pada yogi tersebut bahwa apa yang
ada pada subjek, pada objek dan diantara kedua-duanya adalah
sama. Sikap jiwa inilah menumbuhkan rasa persaudaraan dan
kasih sayang pada sesama insani.
.
(31) savabhutasthitam yo mam

bhajaty ekatvam asthitah

sarvatha vartamano 'pi

sa yogi mayi vartate

artinya :

223
Bhagavadgitha Bebel

dia yang telah masuk dalam kesatuan


memuja Aku yang ada pada semua insan
yogi demikian walaupun bagaimana
dalam segala hal pada-Ku

(32) atmaupam ena sarvatra

samam pasyati yo 'rjuna

sukham va yadi va dunkham

sa yogi paramo matah

artinya :

dia yang melihat segala sesuatu sama


dalam persamaan jiwanya sendiri, oh Arjuna
baik dalam suka maupun dalam duka
dia dinamakan yogi yang sempurna

selanjutnya sikap jiwa yang demikian merasakan bahwa suka


dan duka pada dirinya sendiri adalah sama dengan suka duka
pada mahkluk yang lain. Akhirnya yogi yang sempurna ini
mengharapkan kebaikkan bagi semua mahkluk dan bukan untuk
siapa-siapa. Ia tidak menyakiti insani ia melaksankan ahimsa
(tidak menyakiti, tidak melukai, tidak membunuh) terhadap
semua mahkluk.

(33) arjuna uvacha:

yo 'yam yogas tvaya proktah

samyena madhusudana

etasya 'ham na pasyami

chanchalatvat sthitim sthiram

artinya :

Arjuna berkata:
Yoga yang engkau nyatakan ini
Sebagai suatu keseimbangan pikiran, oh Madusadana
Aku tidak melihat suatu fondasi yang pasti
Atas dasar bahwa pikiran itu liar

224
Bhagavadgitha Bebel

(34) chanchalam hi manah krishna

pramathi balavad dridham

tasya 'ham nigraham manye

vayor iva sudushkaram

artinya:

sebab pikiran berobah-obah, krisna


liar, kuat dan tidak mudah dibelokkan
aku kira sukar untuk dikendalikan
seperti halnya mngendalikan angin

(Madusuna = Krisna). Arjuna belum dapat meyakinkan dirinya


bahwa pikiran yang begitu kuat dan liar akan dapat dikendalikan.
Ia mengingatkan Krisna akan perumpamaan tentang pikiran ini
ibarat angin topan melanda perahu hanyut dalam samudera
(lihat sloka II.67)

(35) sribhagavan uvacha:

asamsayam mahabaho

mano durnigraham chalam

abhyasena tu kaunteya

vairagyena cha grihyate

artinya :

Sri Bagawan berkata:


Tidak dapat diragukan lagi, oh Mahabahu
Pikiran itu liar, sukar ditaklukan
Tetapi ia bisa dikendalikan Kuntiputra
Dengan latihan dan kerja tanpa keinginan

(36) asamyatatmana yogo

dushprapana iti me matih

vasyatmana tu yatata

225
Bhagavadgitha Bebel

sakyo 'vaptum upayatah

artinya :

aku percaya, yoga sukar dicapai


oleh orang yang tidak bisa mengendalikan diri
tetapi dia yang bisa, dapat dicapai
dengan usaha dan alat yang benar

(Mahabahu = Kuntiputra = Arjuna). Betapun sukarnya. Krisna


menyakinkan bahwa pikiran itu dapat dikendalikan dengan
latihan terus-menerus dan kerja tanpa keinginan-keinginan untuk
pribadi yang bersifat nafsu birahi. Bukankah falsafah Bagavata
mengatakan : "Bila bumi terbentang dibawah kita, kenapa susah-
payah mencari tempat berbaring?

Bila lengan ini masih ada, kenapa kita masih butuhkan bantal?
Bila telapak tangan kita masih ada, mengapa bingung mencari
piring-cangkir? Bila cuaca-udara masih ada, kulit kayu dan
sebagainya, mengapa masih membutuhkan sutera ? inilah suatu
contoh bagaimana pikiran itu harus dilatih supaya tidak bekerja
dengan keinginan-keinginan yang berlebih-lebihan.

(37) arjuna uvacha:

ayatih sraddhayo 'peto

yogach chalitamanasah

aprapya yogasamsiddhim

kam gatim krishna gachchati

artinya :

Arjuna bertanya:
Orang yang tidak dapat menguasai diri
Walaupun keyakinan ada, dengan pikiran mengembara
Terlepas dari yoga dan gagal mencapai yoga
Oh Krisna ia lalu pergi kemana?

(38) kachchin no 'bhayavibhrashtas

chhinnabhram iva nasyati

apratishtho mahabaho

226
Bhagavadgitha Bebel

vimudho brahmanah pathi

artinya :

apakah ia tidak lenyap, oh Mahabahu


bagaikan tebaran awan, musnah dari kedua-duanya
dan dengan tanpa pegangan apa-apa
bingung pada jalan menuju Brahman?

(39) etan me samsayam krishna

chhettum arshasy aseshatah

tvadanyah samsayasya 'sya

chhetta na hy upapadyate

artinya :

engkau harus lenyapkan sama sekali


keragu-raguan ini, oh Krisna
sebab tiada seseorang pun selain dikau
yang dapat menghapus keragu-raguan ini

dalam sloka 38 Mahabahu adalah Krisna sendiri, sebab krisna


juga dipanggil dengan julukkan 'Yang Bersenjata Sakti Perkasa'
(Mahabahu).

Yang memberatkan pikiran arjuna untuk mengejukan pertanyaan


tersebut diatas adalah karena ia berpikir : apakah jadinya jiwa
orang yang setelah berusaha keras, namun gagal juga? Tidak
terhitung jumlah mereka yang tidak berhasil menjalankan yoga
ini karena sukar dan beratnya sampai akhir.

Sekali orang jatuh, ia musnah dari kedua-duanya. Yaitu gagal


dengan jalan ilmu-pengetahuan dan jalan kerja kebajikan
(mengedakan upacara persembahyangan, kebaktian dan
sebagainya), dan jatuh dalam hidup didunia ini dan dalam dunia
yang yang akan datang.

(40) sribhagvan uvacha:

partha nai 've 'ha na 'mutra

vinasas tasya vidyate

227
Bhagavadgitha Bebel

na hi kalyanakrit kaschid

durgatim tata gachchhati

artinya :

Sri Bagawan berkata:


Tidak dalan hidup ini dan tidak juga nanti
Akan ada kebiasaan baginya, oh Parta
Sebab orang yang berbuat kebajikkan , wahai kawan
Tidak akan pernah menempuh jalan kedukaan

(41) prapya punyakritam

ushitva sasvatih samah

suchi nam srimatam gehe

yogabrashto 'bhijayate

artinya :

setelah mencapai dunia kebajikkan


dan dunia disana dalam waktu yang lama
orang gugur dalam melaksanakan yoga
lahir kembali dalam keluarga suci dan bahagia

(42) athava yoginam eva

kule bhavati dhimatam

etad dhi durlabhataram

loke janma yad idrisam

artinya :

mungkin ia lahir dalam keluarga yogi


yang diberkahi dengan budi-pekerti
karenanya, kelahiran seperti ini
sukar diperoleh dalam dunia ini

(43) tatra tam buddhisamyogam

228
Bhagavadgitha Bebel

labhate paurvadehikam

yatate cha tato bhuyah

samsiddhau kurunandana

artinya :

disana ia menemui kembali


karakteristik kesadaran hidupnya yang dulu
dan dengan ini ia berusaha lagi
menuju kearah kesempurnaan, oh Kurunanda

(Kurunanda = Arjuna, lihat penjelasan sloka I.1). memang orang


yang jujur dan selalu berbuat kebajikkan, walaupun menderita,
tidak pernah menyesal dan berduka cita.

Sebab ia tahu bahwa sukses dalam hidup menempuh jalan yang


sukar dan kesempurnaan tiba dengan sangat perlahan-lahan.
Orang mungkin menempuh inkarnasi beberapa kali untuk sampai
kepada kesempurnaan yang tertinggi, tetapi langkah-langkah
kebajikkan yang pernah ditenpuh dalam kehidupan yang
terdahulu tidak akan lenyap. Semua itu merupakan batu
loncatan untuk langkah-langkah sehingga kita menemui
Brahman, Yang Maha Kekal Abadi.

(44) purvubhyasena tenai 'va

hriyate hy avaso 'pi sah

jijnasur api yogasya

sabdabrahma 'tivartate

artinya :

dengan usaha-pengalaman domasa lampau


mendorng ia mau tidak meneruskan,
dan hanya dengan tujuan untuk mengetahui yoga
ia melampaui kitab-kitab suci wada

perkataan sabdaharma berarti : suara Brahman, suara Yang


Maha Kuasa. Dalam hubungan sloka diatas ini sabdabrahma
dimaksudkan kitab-kitab suci Weda dalam keseluruhannya.

Usaha pengetahuan dan pengalaman dalam hidup-hidup dimasa


yang lampau sebelum hidup ini, mau tidak mau mendorong

229
Bhagavadgitha Bebel

seorang yogi, yang telah pernah gugur, untuk maju terus


mencapai tingkat yang lebih sempurna, sehingga ia dapat
melampaui apa yang tersirat dan tersurat dalam kitab-kitab suci
Weda.

(45) prayatnad yatamanas tu

yogi samsuddha kilbishah

anekajanma samsiddhas

tato yati param gatim

artinya :

tetapi yogi yang berusaha terus sekuat hati


menghapus sama-sekali segala dosa
disempurnakan melalui berbagai kelahiran
mencapai idaman yang tertinggi

walaupun gagal mencapai tujuan kesempurnaan tertinggi,


karena kelemahan, namun usaha-usaha dan pengelaman-
pengelaman kebajikannya akan tetap ada padanya setelah
meninggal dunia, dan akan tetap menolong dia dalam
menempuh hidupnya yang lain, sehingga pada waktunya ia
mencapai tujuan Terakhir.

(46) tapasvibhyo 'dhiko yogi

jnanibhyo 'pi mato 'dhikah

karmabhiyas cha 'dhiko yogi

tasmad yogi bhava 'rjuna

artinya :

seorang yogi lebih besar dari pertapa,


ia lebih mulia daripada sarjana
lebih utama dari yang melakukan upacara
karenanya, menjadilah yogi, oh Arjuna

seorang yogi sempurna harus memiliki kwalifikasi yang


menyatakan bahwa inti-jiwanya harus menyatukan diri dengan
Atman, ia harus mempunyai kepercayaan penuh dan ia harus
seorang bhakta (pengikut yang setia berbakti penuh kesadaran).

230
Bhagavadgitha Bebel

(47) yoginam api sarvesham

madgatena 'ntaratmana

sraddhavan bhajate yo mam

sa me yuktatamo matah

artinya :

dan juga diantara semua yogi


dengan penuh kepercayaan menyembah aku
dengan inti jiwa bersatu pada-Ku
ia adalah yogi terbaik bagi-Ku

oleh karena Brahman dipersonifikasikan dalam diri Krisna, maka


itu untuk Brahman dipergunakan perkataan 'Aku' atau 'Ku'. Ini
bukanlah suatu anthropomorphi yang kekanak-kanakan,
melainkan harus dilihat dari segi seni kesusastran bahsa
Bhagavadgita sendiri.

Ity srimad bhagavadgitavadgitasupanishatsu brahmavidyayam

Yogasastre srikrishnarjunasamvade

Dyana nama shashtho 'dhyayah

Maka berakhirlah bab ke tujuh Upanishad


Bhagavadgita mengenai ilmu pengetahuan
Tentang Yang Maha Esa, kitab suci Yoga
Dan dialog antara Sri Krishna dan Arjuna
Yang berjudul DHYANAYOGA

BAB VIII

VII. PERCAKAPAN KETUJUH :

JNANA VIJNANA YOGA

231
Bhagavadgitha Bebel

Krisna masih menjelaskan tentang meditasi, memusatkan pikiran


yang terpaku kepada Brahman dalam Bab kedelapan ini

Selanjutnya Krisna menerangkan ilmu-pengetahuan tentang jiwa


yang diperoleh dari Guru-guru dan kitab suci (jnana) merangkan
ilmu-pengetahuan tentang jiwa yang diperoleh dari Guru-guru
dan kitab suci (jnana) dan ilmu-pengetahuan tentang jiwa yang
diperoleh dari pengalaman-pengalaman dan perbandingan-
perbandingan yang dihadapi dalam kenyataan hidup ini. Kedua
ilmu-pengetahuan ini adalah untuk mengejar kesempurnaan.

Aspek Brahman ada dua, yaitu unsur alam (tanah, air, api, udara,
ether, pikiran, ego dan intelek atau akal budi) dan unsur hidup
(jiwa). Brahman adalah segala dan ada dimana-mana.

Karena empat macam orang penyembah Brahman berdasarkan


pengetahuan masing-masing : yang sengsara, yang mengejar
harta-benda, yang mengejar ilmu-pengetahuan dan yang berbudi
luhur. Hanya yang berbudi luhur, berhati bersih, mempunyai
kemauan dan pengebdian yang menunggal kepada-Nya yang
mulia.

Karena kekuatan ilusi Maya orang tidak mengetahui Brahman.

Mereka yang memiliki ilmu-pengetahuan, berbudi pekerti tinggi,


bernaung kepada-Nya, mengetahuikebenaran jiwanya dan
hukum karma - mengetahui Brahman.

(1) Percakapan ketujuh

sribhagavaan uvacha:

mayy asaktamanah partha

yogam yunjan mada srayah

asamsayam samagram mam

yatha jnasyasi tach chhrinu

artinya :

dengarkanlah kini, oh Parta, melaksanakan yoga


dengan pikiranmu terpaku kepada-Ku
dengan Aku sebagai pelindungmu
tanpa ragu kau akan mengenal Aku sepenuhnya

232
Bhagavadgitha Bebel

(Parta =Arjuna). Dalam bab ini Krisna hendak menjelaskan kepad


Arjuna pengetahuan yang lengkap dan menyeluruh tentang
Brahman, Seru-Sekalian-Alam, tidak saja dari segi dunia Jiwa-Nya
melainkan juga dari segi dunia Alam-Semesta-Nya, dan Krisna
sendiri sebagai manisfestasi-Nya didunia ini.

(2) jananam te 'ham savijnanam

idam vakshyamy aseshatah

yaj jnatva ne 'ha bhuyo 'nyaj

jnatavyam avasishyate

artinya :

kepadamu selengkapnya akan Kuajarkan


budipekerti ini bersama-sama dengan ilmu-pengetahuan
dengan mengetahui semuanya, tiada lagi
sesuatu yang tertinggal untuk diketahui

mengetahui istilah jnana dan vijnana, baca keterangan, sloka


III.41.

(3) manushyanam sahasreshu

kaschid yatati siddhaye

yatatam api siddhanam

kaschin mam vetti tattvatah

artinya :

diantara beribu-ribu manusia


hampir tak seorang-pun mengejar kesempurnaan
dan diantara mereka yang berhasil
hampir tak seorangpu mengenal Aku dalam kebenaran

kalimat 'hampir tak seorang' dalam sloka diatas ini dimaksudkan


'sangat sedikit dan jarang' orang yang mampu menempuh jalan
menuju kesempurnaan ini. Tetapi ini adalah suatu gambaran
yang relatif belaka untuk menyatakan betapa sukarnya jalan
kearah itu. Namun demikian, seperti dijelaskan oleh Krisna
sendiri dalam sloka IV.10 dan 11 banyak juga yang telah
mencapai Brahman.

233
Bhagavadgitha Bebel

(4) bhumir apo 'nalo vayuh

kham mano buddhir eva cha

ahamkara iti 'yam me

bhinna prakritir ashtadha

artinya :

tanah, air, api


dan udara, ether, akal budi
pikiran dan ego merupakan
delapan unsur alam-Ku

(5) apare 'yam itas tv anyam

prakritim viddhi me param

jivabhutam mahabaho

yaye 'dam dharyate jagat

artinya :

inilah unsur alam-ku yang lebih rendah


dan ketahuilah sifatku yang lebih tinggi
oh Mahabahu, unsur hidup yaitu Jiwa
yang mendukung alam semesta ini

disini Krisna menjelaskan bahwa Tuhan (Brahman Yang Maha


Esa) terdiri dari unsur yang lebih rendah, yaitu unsur alam, dan
unsur yang lebih tinggi yaitu unsur hidup. Kedua-duanya, yaitu
unsur alam (tanah, air, api, udara, ether, akal budi, pikiran dan
ego) dan unsur hidup (jiwa) bersatu merupakan suatu kesatuan
yang kita sebut Tuhan (Brahman, Yang Maha Esa). (Mahabahu =
Arjuna).

(6) etadyonini bhtani

sarvani 'ty upadharaya

aham kristnasya jagatah

prabhavah pralayas tatha

artinya :

234
Bhagavadgitha Bebel

ketahuilah bahwa semua insani


mempunyai sumber-kelahiran disini,
Aku adalah asal-mula alam-semesta ini
Demikian pula kiamat-kelaknya ini

Dalam sloka ini dengan jelas diuraikan oleh Krisna bahwa Tuhan
(Brahman) adalah sumber-kelahiran segala mahkluk asal-mula
(prabhavah) dan kiamst kelaknya (pralayah) alam semesta ini.
Semua berasal dari Dia dan kembali kepada-Nya.

(7) mattah parataram na 'nyat

kimchid asti dhanamjaya

mayi sarvam idam protam

sutre manigana iva

artinya :

tiada yang lebih tinggi daripada-Ku


oh Dananjaya, yang ada disini
semua terikat pada-Ku bagaikan rangkaian
mutiara pada seutas tali

kelahiran alam-semesta ini terikat pada jiwa Tertinggi, ibarat


rangkaian mutiara pada seutas tali, atau ibarat jembatan yang
menghubungi dunia ini dan dunia sana diatas mana manusia
dapat menyebrang (Mundaka Upanishad II, ii.5), atau ibarat
burung-burung yang kembali kepohon (Orasna Upanishad IV, iv
7-9). (Dananjaya = Arjuna)

(8) raso 'ham apsu kaunteya

prabha 'smi saisuryayoh

pranavah sarvavedeshu

sabdah khe paurusham nrishu

artinya :

Aku adalah rasa dalam air, Kuntiputra


Aku adalah cahaya dibulan dan matahari
Aku adalah huruf AUM dalam Kitab Suci Weda
Aku adalah suara di-Ether dan kemanusian pada manusia

235
Bhagavadgitha Bebel

(Kuntipura = Arjuna). Brahman sebagai sumber dan semuanya


terjalin pada-Nya sebagai manisfestasi-Nya. Huruf AUM berarti
pula Tuhan (Brahman).

(9) punyo gandhah prithivyam cha

tejas cha 'smi vibhavasau

jivanam sarvabhuteshu

tapas cha 'smi tapasvisnu

artinya :

Aku adalah harum-sucinya tanah


Dan benderang-nyalanya-api
Aku adalah nyawanya semua insani
Dan semangat tapabratanya pertapa

(10) bijam mam sarvabhutanam

viddhi partha sanatanam

buddhir buddhimatam asmi

tejas tejasvinam aham

artinya :

ketahuilah, oh Parta. Aku ini


adalah benih abadi dari semua insani
Aku adalah budipekerti dari kaum intelektual
Aku adalah cemerlangnya keindakan

(11) balam balavatam cha 'ham

kamaraga vivarjitam

dharmaviruddho bhuteshu

kamo 'smi bhatarash abba

artinya :

236
Bhagavadgitha Bebel

Aku adalah kekuatan dari yang perkasa


Bebas dari keinginan dan nafsu birahi
Aku adalah cintanya semua insani
Yang tidak bertentangan dengan dharma , oh Baratasaba

(Arjuna juga dipanggil dengan nama Baratasaba, yang berarti


Pemimpin bangsa Barata, yaitu nenek-moyang Pandawa).
Didalam ketiga sloka diatas nyatalah betapa gambaran tentang
Brahman (Tuhan) didalam semua kedua aspeknya seperti
harumnyanya tanah, nyalakan api, nyawanya insani, benihnya
mahkluk dan seterusnya, baik aspek unsur alam-Nya maupun
aspek unsur hidup-Nya.

(12) ye chai 'va sattvika bhava

rajasas tamasas cha ye

matta eve 'ti tan viddhi

na tv aham teshu te mayi

artinya :

walaupun bagaimana keadaan sifat itu


baik suci, lincah maupun beku
ketahuilah, semua berasal dari Aku
bukan Aku dalam mereka, tetapi mereka didalam-Ku

tanpa adanya kepercayaan yang lebih tinggi kalimat 'bukan Aku


(Brahman) dalam mereka, tetapi mereka didalam-Ku' sukar
dapat dimengerti dengan logika biasa. Tetapi dapat kiranya
dijelaskan dengan perumpamaan berikut ini : seseorang yang
berdiri dalam gelap gulita melihat bayangannya, melainkan
bayangan itulah ada didalam sosok tubuh orang yang kebetulan
ada dalam tempat yang gelap itu. Oleh karena sifatnya memang
penakut maka orang yang dalam gelap itu disangkanya
bayangan setan yang mengerikan.

Demikian pula Brahman yang bukanya ada dalam bayangan ilusi,


melainkan kekuatan ilusi (maya) itulah ada dalam Brahman

(13) tribhir gunamyair bhavair

ebhih sarvam idam jagat

mohitam na bhijanati

237
Bhagavadgitha Bebel

mam ebhyah param avyayam

artinya :

dikelabuhi oleh ketiga sifat alam ini


kiranya seluruh dunia tidak mengetahuinya
sesungguhnya Aku ini lebih tinggi
daripada mereka, dan kekal abadi

yang dimaksudkan dengan ketiga sifat alam dalam sloka ini


adalah : suci (sattva), lincah (rajas) dan beku (tamas).
Selanjutnya mengenai istilah-istilah sattva, rajas dan tamas lihat
keterangan sloka II.45.

(14) daivi hy esha gunamayi

mama maya duratyaya

mam eva ye prapadyante

mavam etam teramti te

artinya :

bayangan suci kekuatan ilusi-Ku ini


yang disebabkan oleh sifat-sifat itu sukar diatasi
tetapi hanya mereka yang berlindung kepadaku
dapat melampaui kekuatan ilusi itu

yang dimaksudkan dengan 'kekuatan ilusi' adalah maya


(mengenai istilah ini baca keterangan sloka IV.6)

(15) na mam dushkritino mudhah

prapadyante naradhamah

mayaya 'pahatajnana

asuram bhavam asritah

artinya :

mereka yang jahat hidup nista


diantara manusia-manusia berhati hina
tidak datang kepada-Ku, sebab pikiran
mereka diliputi kekuatan ilusi dan bersifat setan

238
Bhagavadgitha Bebel

orang-orang jahat tidak bisa mencapai hidup spirituil; sebab ia


tidak dikendalikan oleh jiwanya melainkan oleh egonya. Langkah
yang pertama yang mereka harus lakukan adalah berhenti
berbuat jahat, kemudian melaksankan norma ethika dalam
masyarakat orang baik-baik. Setelah itu mereka baru dapat
menempuh kehidupan spirituil, dimana jiwa mereka dapat
menaklukan ego mereka.

(16) chaturvidha bhajante mam

janah sukritino 'rjuna

arto jijnasur artharthi

jnani cha bharatashabha

artinya :

ada empat macam orang yang baik hati


memuja pada-Ku, wahai Baratasaba
mereka yang sengsara, yang mengejar ilmu,
yang mengejar harta dan yang berbudi, Arjuna

(Baratasaba = arjuna, lihat sloka 11).

(17) tesham jnani nityayukta

ekabhaktir visishyate

priyo hi jnanino 'tyartham

aham sa cha mama priyah

artinya :

diantara mereka, yang berbudi selalu


memusatkan pikiran dan berbakti pada Yang Satu
adalah mulia sebab itu dialah aku
sangat kasihi dan dia kasih kepada-Ku

diantara mereka yang sengsara yang mengejar ilmu-


pengetahuan, yang mengejar harta-benda dan yang berbudi-
luhur, menurut Mahabarata ketiga-tiga yang pertama memuja
dan berbakti kepada Brahman dengan mengharapkan anugerah
daripada-Nya. Yang disebut phalakama. Hanya yang keempatlah,
yaitu yang berbudi luhur, tidak mengharapkan apa-apa kecuali
memusatkan pikiran dan baktinya kepada Brahman.

239
Bhagavadgitha Bebel

(18) udarah sarva evai 'te

jnani tv hi yuktatma

asthitah sa hi yuktatma

mam eva 'nuttamam gatim

artinya :
:
semua mereka itu adalah mulia
tetapi yang berbudi Ku-pegang sebagai diri-Ku
sebab jiwanya seimbang dengan sempurna
dan tujuannya tertinggi hanya bernaung kepada-Ku

menurut Krisna, keempat kategori manusia yang memusatkan


Tuhan (Brahman) itu adalah semuanya baik, sebab mereka
memiliki kepercayaan akan adanya Brahman. Namun demikian,
orang yang berbudi luhur, berhati bersih, mempunyai kemauan
dan pengabdian menunggal kepada-Nya, adalah yang termulia.
Pembagian kategori ini bukanlah kemauan Brahman, melainkan
adalah kehendak manusia sendiri atas sikapnya terhadap
Brahman.

(19) bahunam janmanam ante

jnanavan mam prapadyate

vasudevah sarvam iti

sa mahatma sudurlabha

artinya :

pada banyak akhir kelahiran manusia


orang yang berbudi datang kepada-Ku
karena tahu, Wasudewa adalah segalanya
sungguh sukar dijumpai jiwa agung serupa itu.

Wasudewa adalah sebutan lain dari Atman atau Brahman. Krisna


sendiri juga disebut Wasudewa, karena ia adalah manisfestasi
dari Brahman dan kebetulan pula ia adalah putera Maharaja
Wasudewa dari keturunan bangsa Yadawa yang terkenal dalam
kisah Mahabarata.

(20) kamais tais-tair hritajnanah

240
Bhagavadgitha Bebel

prapadyante 'nyadevatah

tam-tam niyamam asthaya

prakritya niyatah svaya

artinya :

tapi mereka yang dikendalikan nafsu duniawi


pergi ketempat pemujaan para dewata
mempersembahkan aneka-warna upacara
menurut cara-cara mereka sendiri

karena mengharapkan anugerah dari upacara pemujaan mereka,


maka mereka pergi ketempat-tempat persembahyangan para
dewata menurut cara mereka masing-masing. (lihat juga sloka
IV.12)

(21) yo-yo yam-yam tanum bhaktah

sradhaya 'rchitum ichchhati

tasya-tasya 'chalam sraddham

tam cva vidadhamy aham

artinya :

apapun bentuk kepercayaan yang ingin


dipeluk oleh penganut agama
Aku perlakukan mereka sama
Supaya tetap teguh dan sejahtera

disini Krisna menjelaskan bahwa Brahmana memperlakukan


kepercayaan manusia, apapun bentuk dan cara yang
dipergunakannya selama manusia merasa sujud kepada-Nya
sama tanpa perbedaan apa-apa. Bagaimana bentuk dan caranya,
selama manusia bersujud kepada-Nya, ia pasti menemui
kemajuan budi-pekerti yang mendekatkan dirinya kepada
Brahman.

Dengan sloka ini Krisna juga berhasrat menanamkan rasa


toleransi beragama diantara manusia didunia ini, dan berharap
agar manusia berpegang teguh kepada masing-masing
kepercayaan demi kesejahteraan mereka sendiri.

(22) sa taya sraddhaya yuktas

241
Bhagavadgitha Bebel

tasya 'radhanam ihate

labhate cha tatah kaman

mayai 'va vihitan hi tan

artinya :

berpegang teguh pada kepercayaan itu


mereka berbakti pada keyakinan itu pula
dan daripadanya memperoleh harapan mereka
yang sebenarnya hanya dikabulkan oleh-Ku

(23) antavat tu phalam tesham

tad bhavanty alpamedhasam

devan devayajo yanti

madbhakta yanti mam api

artinya :

akan tetapi hasil yang didapat meraka,


orang-orang yang berpikiran licik, adalah sementara
yang menyembah dewata pergi kepemujaan dewa-dewa
supaya tetap teguh dan sejahtera

sesungguhnya segala bentuk pemujaan, pada tujuannua


terakhir, adalah pemujaan kepada Brahman, segala bentuk
kepercayaan kepada Brahman. Dan oleh karenanya yang
diperoleh adalah anugerah yang bersifat materiil (duniawi)
adalah sementara, sebab tujuan hidup terakhir adalah mencapai
kelepasan, bersatu dengan Brahman ditempat yang kekal-abadi.

(24) avyaktam vyaktim apannam

mayante mam abuddhayah

param bhavan ajananto

mama 'vyayam anuttamam

artinya :

242
Bhagavadgitha Bebel

orang yang picik pengertian beranggapan


Aku yang tan berbentuk seperti mansifestasi
Tidak mengetahui sifat-Ku yang kekal abadi
Tidak berubah-ubah. Yang Maha Tertinggi

Brahman, Tuhan Yang Maha Esa, tidak dapat dilukiskan dengan


predikat apapun, baik secara methdologi maupun secara
epistemologi, atau benda nyata, pandangan dan pengertian kita
adalah terbatas dan tidak sempurna, dan karena itu satu-satunya
jalan yang terbaik untuk mengetahui Brahman adalah
menempuh jalan berbakti dengan penuh kesabaran agar
pandangan dan pengertian kita bertambah baik dan pada suatu
ketika kelak menjadi sempurna. Dengan perkataan lain ,adanya
pengabdian dan kebaktia
an adalah sangat penting.

(25) na 'ham prakasah sarvasya

yogamaya samavritah

mudho 'yam na 'bhijanati

loko mam ajam avyayam

artinya :

terselubungi oleh kekuatan cipta-maya-Ku


aku tidak kelihatan bagi semuanya,
dunia yang kacau ini tidak mengetahui Aku
yang tidak terlahirkan dan tidak pernah sirna

perkataan yogamaya dalan sloka ini berarti : kekuatan ilusi yang


unik dan mistirius yang ada pada Brahman, ibarat kabut atau
awan yang membatasi pandangan mata kita, sehingga tidak
dapat melihat apa yang ada dibalik awan atau kabut itu.
(mengenai istilah ini, lihat juga keterangan sloka 14 dan sloka
IV.6).

(26) veda 'ham samatitani

vartamanani cha 'rjuna

bhavishyani cha bhutani

mam tu veda na kaschana

artinya :

243
Bhagavadgitha Bebel

Aku tahu semua mahkluk yang terdahulu


Yang hidup kini dan lahir nanti
Tetapi tiada seorang jua pun
Wahai Arjuna, yang mengenal Aku

(27) ichchhadvesha samutthena

dvabdvamohena bharata

sarvabhutani sammoham

sarge yanti paramtapa

artinya :

semua mahkluk sejak lahir, oh barata


telah tersesatkan oleh dualisme pertentangan
yang lahir dari hawa-nafsu ketamakkan
dan amarah-dengki, wahai prantapa

(Barata = Panrantapa = Arjuna). Manusia hidup didunia ini dalam


kenyataan antara panas dan dingin, antara kaya dan miskin,
antara kecintaan dan kebencian dan sebagainya. Dualisme
pertentangan inilah harus dilenyapkan.

(28) yesham tv antagatam papam

jnanam punyakarmanam

te dvamdvamoha nirmukta

bhajante mam dridhavratah

artinya :

tetapi mereka yang berhati suci


yang tidak mempunyai dosa lagi
bebas dari dualisme pertentangan ini
memuja Aku dengan sumpah sepenuh hati

(29) jaramarana mokshaya

mam asritya yatanti ye

te brahma tad viduh kristnam

244
Bhagavadgitha Bebel

adnyatmam karma cha 'khilam

artinya :

mereka yang bernaung dibawah-Ku berusaha


untuk kelepasan dari hari-tua dan kematian
mereka mengetahui Brahman, kebenaran jiwanya
dan hukum karma dalam keseluruhan

(30) sadhibhutadhi daivam mam

sadhiyajnam cha ye viduh

prayaakale 'pi cha mam

te vidur yktachetasah

artinya :

mereka yang mengetahui Aku memangku


segala aspek alam-semesta, jiwa dan upacara
dengan jiwa tenang, meski disaat ajal mereka
sudah sampai, meraka tetap memuja Aku

dosa yang dilukiskan dalam sloka 28, bukanlah kesalahan-


kesalahan yang ditimbulkan oleh adanya pelanggaran terhadap
hukum atau undang-undang dan peraturan-peraturan yang
dirumuskan dalam konvebsi maupun yang dibuat oleh manusia.
Melainkan dosa itu adalah bersumber pada kedunguan dan
kepicikan manusia yang dikuasai oleh egonya. Ego yang
mencekam manusia menyebabkan ia memburu kesenangan dan
kepuasan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain. Inilah
yang dimaksudkan dengan dosa dalam kehidupan spirituil.

Orang yang sudah tidak mempunyai dosa, jiwanya bersih dan


kesadarannya tinggi, dan sampai ajalnya pun tetap tenang dan
tidak berubah. Sebab ia memiliki ilmu-pengetahuan dan
budipekrti tentang Brahman, yang diuraikan oleh Krisna dalam
Bab ke-VII ini.

Ity srimad bhagavadgitasuoanishatsu brhmavidyayam

Yogasastre srikrishnajunasamvade

Jnanavinanayogo nama saptamo 'dhyayah

245
Bhagavadgitha Bebel

Maka berakhirlah bab kedelapan Upanisad


Bhagavadgita mengenai ilmu-pengetahuan
Tentang Yang Maha Esa, kitab suci Yoga
Dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna
Yang berjudul JNANA VIJNANA YOGA

BAB IX

VII. PERCAKAPAN KEDELAPAN

AKSHARA BRAHMA YOGA

Krisna masih meneruskan dengan keterangannya tentang


renungan meditasi menuju Brahman dalam Bab kesembilan ini

Arjuna bertanya apakah sebenarnya Brahman, Adyatman,


Karma, Adhibhuta, Adhidaiva dan Adhyajna. Krisna menjawab
bahwasanya Brahman : Yang kekal-abadi, Maha Agung-
Adhyatman : manisfestasi pertama Brahman = intisari alam
semesta + mahkluk hidup - karma : daya cipta Brahman dalam
hubungannya dengan evolusi penciptaan-Adhyajna : basis bakti
persembahan.

Selanjutnya Krisna menjelaskan tentang meditasi dan


konsentrasi jiwa ini dalam yoga, sehingga tercapai pengertian
bahwasanya Brahman adalah kekal-abadi dan tidak
termusnahkan.

Dari Brahman kebawah, sumua mahkluk mengalami kelahiran


kembali, tetapi kalau sidah bersatu dengan Brahman tidak ada
inkarnasi lagi

246
Bhagavadgitha Bebel

Yogi yang mencapai tempat Brahman, dikala ajal memanggil bila


ada api, cahaya, sianghari, purnama dan snam musim matahari
ada di Utara, bermeditasi dan berkonsentrasi dalam yoga
mengucapkan aksara tunggal AUM, meninggalkan badan-jasmani
ini, menuju tujuan yang tertinggi.

VII Percakapan kedelapan

(1) arjuna uvacha:

kim tad brahma kim adhyatmam

kim karma purushottama

adhibhutam cha kim proktam

adhidaivan kim uchyate

artinya :

Arjuna bertanya:
Apakah itu Brahman, apakah itu Adhyatman
Dan ada pula itu Karma, oh Parushottama
Apakah yang dinamakan Adhibhuta
Dan pap pula yang disebut Adhidaiva?

(2) addhiyajnah katham ko 'tra

dehe 'smin madhusadana

prayanakale cha katham

jneyo 'si niyatatmabhih

artinya :

apakah itu Adhyajn adalam badan kita


bagaimana, oh Madusudana, dan betapa pula
Engkau bisa diketahui oleh mereka
Yang telah menguasai diri disaat ajal tiba?

(Purushottama = Madusudana = Krisna. Perkataan purushottama


berarti : Manusia Yang Utama. Krisna dipanggil demikian, sebab
Ia adalah Rasul Brahman yang turun kedunia ini).

247
Bhagavadgitha Bebel

Dalam Bab ke VIII sloka 29 dan 30, istilah-istilah Adhiyajna,


adhidaiva, adhibhuta dan adhyatman, telah disebut-sebut oleh
Krisna. Karena masih ragu-ragu akan pengertiannya, maka
Arjuna beratnya akan arti masing-masing istilah tersebut.

(3) sribhagavan uvacha:

aksharam brahma paramam

svabhavo 'dhyatmam uchyate

bhutabhavodbhavakaro

visargah karmasamjnitah

artinya :

Sri Bagawan menjawab:


Yang Kekal-Abadi, Maha Agung, adalah Brahman
Intisari alam dinamakan Adhyatman,
Karma adalah nama diberikan pada daya cipta
Yang melahirkan mahkluk hidup didunia

(4) adhibhutam ksharo bhavah

purushas cha 'dhidaivatam

adhiyajno 'ham eva 'tra

dehe dehabhritam vara

artinya :

basis segala yang tercipta adalah alam beku ini


basis elemen suci adalah jiwa semesta
dan basis semua bakti-persembahan dibadan ini
adalah aku, oh Manusia-termulia (Arjuna)

(Oleh Krisna, arjuna dipanggil dengan julukan bhritam vara yang


artinya 'pengemban badan jasmani yang paling mulia', jadi
manusia termulia, sebab dalam badan jasmani Arjuna jiwa yang
mulia, lagipula pada saat tahap ini arjuna sudah dianggap
mempunyai pengertian lebih maju

dalam bab ke-IX ini Krisna ingin mengungkapkan berlangsungnya


evolusi alam-semesta dari awal-mulanya sampai pada akhirnya.

248
Bhagavadgitha Bebel

Krisna menjelaskan bahwayang permulaan ialah Brahman, yang


kekal-abadi, yang Maha Agung, pusat segala kegiatan yang
meliputi
semua mahkluk hidup, bakti persembahan, para dewata
(mahkluk yang lebih tinggi dan bercahaya-cahaya) kerja dan
gerakkan, serta segala sesuatu yang ada dalam jagat raya alam-
semesta ini.

Aspek yang pertama daripada Brahman dalam evolusi alam


semesta ini adalah Adhyatma
an(adhi + atman) jadi Adhyatman adalah manisfestasi pertama
dari para Brahman yang merupakan intisari alam-semesta dan
mahkluk hidup. Proses penciptaan alam semesta dan mahkluk
hidup yang ada pada Brahman disebut karma; dengan perkataan
lain Karma adalah daya cipta Brahman dalam hubungan evolusi
penciptaan ini.

Basis proses penciptaan ini adalah alam beku dan segala sesuatu
yang bersifat materiil, yang mempunyai kelahiran dan kematian,
disebut dengan nama adhibhuta sedangkan basis tempat
berpijak segala sesuatu yang bersifat halus-suci adalah jiwa
universiil dan aspek halus-suci lainnya, yang bersemayam dalam
mahkluk hidup dan mempunyai kekuatan indria (rasa), yang
dinamakn adhidaibata. Dan basis daripada bakti persembahan
(termasuk kegiatan dan kerja untuk kebajikan) badan jasmani ini
yang disebut Adhiyajna. Bakti persembahan bersumber pada
Brahman, maka itu segala bakti-persembahan harus ditujukan
kepada-Nya untuk menyucikan jiwa yang ada dalam basis ini
(yaitu badan-lihat jasmani kita). Dalam hubungan bakti-
persembahan ini lihat sloka III.10, sloka III.15 dan sloka IV.24)

(5) antakale cha mam eva

smaran muktva kalevaram

yah prayati sa madvam

yati na 'sty atra samsayah

artinya :

barang siapa pada waktu ajal tiba


berpulang, meninggalkan badan-jasmani ini
dengan mengenang Aku selalu, datang kepada-Ku
ini tidak dapat diragu-ragukan lagi

249
Bhagavadgitha Bebel

perkataan antakale berarti : waktu ajal tiba. (Lihat pula sloka


VIII.30). sloka ini mencoba memberi tekanan kepada apa yang
terpikirkan oleh seseorang terakhir sebelum ia menghembuskan
nafasnya penghabisan dikala mengehadapi maut, sebab pikiran
terakhir ini menentukan kelahirannya kembali pada hidup yang
akan datang (inkarnasi yang kemudian). Hal ini juga ditekannkan
oleh kitab-kitab Upanishad. Mahabharata dan Ramayana.

(6) yam-yam va 'pi smaran bhavam

tyajaty ante kalevaram

tam-tam evai 'ti kaunteya

sada tadbhavabhavitah

artinya :

apa saja terpikirkan pada saat ajalnya


meninggalkan badan jasmani ini, oh Kuntiputra
ia akan sampai pada keadaan yang terpikirkan itu
sebab ia terus-menerus terbenam dalam pikiran itu

jiwa orang yang meninggal pergi kepada apa yang terpikirkan


olehnya pada saat ia menghembuskan nafas penghabisan,
pikiran dalam kehidupan yang terdahulu menentukan kelahiran
yang akan datang. Inilah hukum inkarnasi.

(7) tasmat sarveshu kaleshu

mam anusmara yudhya cha

mayy arpitamanobuddhir

mam evai 'shyasy asamsayah

artinya :

sebab itu kapan saja ingatlah pada-Ku


selalu, dan berjoanglah terus maju
dengan pikiran dan budipekerti tetap pada-Ku
engkau pasti datang kepada-Ku

kalimat anusmara yudhya berarti 'ingatlah pada-Ku dan


berjoanglah terus maju!'. Disini Krisna menganjurkan kepada
Arjuna, agar sebagai seorang kesatria ia bertempur terus maju
melawan musuh-musuhnya, dan sebagai manusia dalam

250
Bhagavadgitha Bebel

kehidupan spirituil ia terus berjuang melawan kekuatan-kekuatan


gelap yang ada pada dirinya dengan selalu mengenangkan
Brahman.

(8) abhysa yoga yuktena

chetasa na 'nyagamina

paramam purusham divyam

yati partha 'nuchintayan

artinya :

dengan pikiran tak mengembara kemana-mana


terpusat berkat latihan tak-henti-hentinya
dia yang melaksanakan meditasi pada Yang Mahautama
pergi, oh Parta, menuju Brahman, Yang Mahasuci

bukan cemas memikirkan bila kenatian itu akan tiba, melainkan


terus-meneru memusatkan pikiran itu sirna dan kematian
dihadapi dengan tenang.

(9) kawin puranam anussasitaram

anor aniyamsam anusmared yah

sarvasah dhataram achintyarupam

adityavarnam tamash parastat

artinya :

orang yang memusatkan pikiran pada yang mahatahu


terpurba, mahakuasa, lebih halus daripada atom,
pendukung segala dunia, bentuknya tak terlukiskan
bercahaya bagaikan matahari, diatas segalanya

(10) prayanakale manasa 'chalena

bhaktya yuktho yogabalena chai 'va

bhruvor madhye pranam avesya samyak

sa tam param purusham upaiti divyam

artinya :

251
Bhagavadgitha Bebel

dan dengan bermeditasi saat ajal tiba


pikiran tenang, tetap berbakti dengan kekuatan yoga
dan nafas hidup tetap ada diantara kedua kening
ia mencapai Dia Yang Maha Suci

gambaran yang diberikan dalam sloka 9 dan 10 diatas ini


tentang Tuhan (Brahman), hendaknya tidak saja dilihat dari segi
realiti belaka (anusasitaram = Yang Maha Kuasa), melainkan
juga dari sudut theologi (anusmaredyah = lebih halus dari pada
atom), dari sudut mistik (yogabalena = dengan kekatan yoga)
dan juga dari segi spirituil (purusham upaiti divyam = mencapai
dia, Yang Maha Suci).

(11) yad aksharam vedavido vadanti

visanti yad yatato vitar

visanti yad yatato vitaragah

yad ichchhanto brahmacharyam charanti

tat te padam samgrahena pravakshye

artinya :

yang disebut ahli kitab suci weda 'kekal abadi'


ketempat pertapa yang bebas dari hawa-nafsu menuju
dan yang dinginkan oleh brahmacari
hendak Ku-jelaskan dengan singkat kepadamu

perkataan brahmacari berarti : cantrik (lihat sloka VI.14). yang


disebut 'kekal-abadi'dan yang menjadi tujuan terakhir bagi orang
yang yang beragama dan menempuh kehidupan spirituil,
dijelaskan oleh Krisna dalam sloka-sloka berikutnya. (aksharam
= kekal-abadi)

(12) sarvadvarani samyamya

mano hridi nirudhya cha

mardhny adhaya 'tmanah pranam

asthito yogadharana

artinya :

252
Bhagavadgitha Bebel

semua pintu-gerbang dikuasai


pikiran dibatasi oleh hati
nafas-hidup berpusat dikepala
tegak dalam konsentrasi yoga

(13) aum ity ekaksharambrahma

vyaharan mam anusmaram

yah prayati tyajan deham

sa yati paramam gatim

artinya :

dia yang mengucapkan aksara tunggal AUM


yaitu Brahman, dan mengenangkan Aku
sewaktu ajal telah memanggil kembali
meninggalkan jasmai, pergi ketujuan tertinggi.

Perkataan sarvadvarani berarti 'semua pintu gerbang'


dimaksudkan semua pancaindria yang ada dalam badan kita
seperti mata, kuping, hidung, mulut, pori-pori (lubang kulit) dan
kemaluan (lihat sloka V.13 tentang sembilan pintu-gerbang).
Kalimat 'pikiran dibatasi ileh hati' mengandung pandangan hidup
(falsafah hidup). Spiritual yang sangat tinggi, sebab betapapun
tingginya kemajuan intelek seseorang, pikirannya harus dibatasi
oleh perasaan halusnya demi untuk mencapai hidup damai
berdampingan dengan sesamanya. Dan dalam hubungannya
dengan hidup spiritual hal ini sangat penting demi untuk tidak
membiarkan pikiran itu mengembara kemana-mana, supaya
terpusat pada pengebdian.

Kitab Yoga sstra mengajarkan kepada kita, bahwa sewaktu ajal


telah tiba, jiwa keluar dari hati (jantung) melalui sushumanadi
(yang terletak dipusat uratnadi dalam sumsum tulang belakang
terus menuju brahmarandhra (yang terletak dalam tengkorak
kepala) dan darisana keluar pergi menuju Brahman.

Huruf atau aksara-tunggal AUM berarti "Tuhan Yang Tunggal"


(Brahman). Huruf ini dikatakan tunggal menurut bunyi atau suara
takala mulut menyebut huruf AUM itu. Prosesnya adalah sebagai
berikut : ketika mulut dibuka bunyi yang terdengar adalah a,
waktu mulut sedang terbuka bunyi yang terdengar adalah U dan
takkala mulut hendak ditutup bunyi yang terdengar adalah M
dalam keseluruhan proses terbukanya mulut satu kali

253
Bhagavadgitha Bebel

terdengarlah bunyi 'AUM'. Dengan perkataan lain, Brahma


adalah aksara-tunggal AUM atau Brahman adalah segala aksara
(huruf) dari yang mula sampai yang akhir : (lihat juga sloka
VIII.8).

(14) ananyachetah satatam

yo mam smarati nityasah

tasya 'ham sulabhah partha

nityayuktasya yoginah

artinya :

dia yang terus-menerus mengenang Aku


tidak memikrkan apa dan siapa lagi
selalu menguasai dirinya sebagai yogi
oh parta, dengan mudah sampai pada-Ku

(15) mam upetya punarjanma

dunkhala yam asasvatam

na 'pnuvanti mahatmanah

samsiddhim paramam gatah

artinya :

setelah sampai kepada-Ku, mereka


yang berjiwa besar ini tak-lagi menjelma
ketempat penuh duka didunia tak-kekal ini
dan mereka tiba pada kesempurnaan tertinggi

setelah ajal tiba dan jiwa meninggalkan badan-jasmani ini, dua


kemungkinan bisa terjadi, yaitu menjelma, kembali atau pergi
untuk selama-lamanya. Disini letaknya perbedaan!

(16) a brahmabhuvanal lokah

punaravartino 'rjuna

mam upertya tu kaunteya

punarjanma na vidyate

254
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

dari tempat Brahman kebawah selanjutnya, Arjuna


semua dunia mengalami kelahiran kembali
tetapi setelah mencapai Aku, wahai Kuntiputra
tidak akan kembali ke-kelahiran lagi

kecuali Brahman, semuanya tidak kekal, semuanya mengalami


perobahan, terbatas oleh waktu dan ruang.

(17) sahara yuga paryantam

ahar yad brahmano viduh

ratrim yugasahasrantam

te 'horatravido janah

artinya :

yang mengetahui bahwa hari Brahman


sama dengan jangka waktu seribu yuga
dan bahwa malam daripada-Nya seribu yuga.
Adalah mereka yang mengetahui hari dan malam

(18) avyaktad vyaktayah sarvah

prabhavanty aharagame

ratrygame praliyante

tatrai 'va 'vyaktasamjnake

artinya :

pada saat datangnya siang hari


semua yang nyata muncul dari yang tak nyata
dan pada waktu tibanya malam-hari
yang nyata kembali pada yang dinamakan tak-nyata

(19) bhutagramah sa eva 'yam

bhutva-bhutva praliyate

ratryagame 'vasah partha

255
Bhagavadgitha Bebel

prabhavaty aharagame

artinya :

banyak yang nyata yang sama ini pula


bolak-balik muncul kembali
dan lenyap lagi tak bekerja pada tibanya malam
oh Parta, muncul lagi pada datangnya hari

menurut tradisi kuno, hari dan malam brahman mengambil


jangka waktu masing-masing 1000 yuga (lihat juga sloka IV.8)

tradisi itu pula mengetakan bahwa waktu itu dibagia tas empat
jaman, yang masing-masing jaman itu mempunyai panjangnya
sendiri-sendiri, yaitu jaman krita = 4000 tahun, jaman tretra =
3000 tahun, jaman dvapara = 2000 tahun dan dan jalam kali =
1000 tahun. Lama saat transisi antara keempat jaman itu adalah
2000 tahun. Jadi jumlah semuanya = 12000 tahun. Ini adalah
merupakan tahun-tahun para dewata, kalau dijadikan tahun
manusia ini menjadi 360 x 12000 tahun = 4.320.000 tahun.
Kesimpulannya hari dan malam Brahman masing-masing, bagi
manusia, akan memakan waktu selama : 1000 x 4.320.000 tahun
= 4.320.000.000 tahun. Ini disebut satu kalpa.

Betapapun fantastisnya kelihatan angka-angka tersebut diatas,


namun apa yang dimaksudkan oleh sloka ini, adalah bahwasanya
hari Brahman sama artinya dengan periode manisfestasi kosmos
ini dan malam Brahman dimaksudkan periode tak
termanisfestasikan kosmos ini.

Yang 'bolak balik muncul kembali' adalah disebabkan oleh akibat


daripada karma-nay sendiri, tetapi Brahman. Yang Maha tertinggi
tidak terkena oleh periode munculnya dan lenyap-nya semua ini.

(20) paras tasmat tu bhavo 'nyo

'vyakto 'vyaktat sanatanah

yah sa sarveshu bhuteshu

nasyatsu na vinasyati

artinya :

namun dibalik semua yang tak nyata ini


ada pula yang tak nyata, kekal abadi

256
Bhagavadgitha Bebel

tidak termusnahkan, walaupun semua


yang lain musnah sirna

perkataan avyakta berarti : yang tak-nyata (tak-termansifestasi).


Ada pula macam yang tak-nyata, yang ada kalanya harus
dibedakan. Yang tak-nyata pertama dimana makluk yang belum
dapat menembus karmanya masuk, sedangkan yang tak-nyata
kedua (yang disebut juga sudhhatattwa) adalah dimana jiwa
yang telah suci masuk. Yang belakangan ini dikenal juga dengan
istilah 'yang-tak-nyata' yang suprakosmos yang tidak mengalami
perubahan, yang kekal-abadi.

(21) avyakto 'kshara ity uktas

tam ahuh paramam gatim

yam prapya na nivartante

tad dhama paramam mama

artinya :

yang-tak-nyata ini disebut 'Kekal-abadi'


yang dikatakan memiliki Tempat Tertinggi
jadi siapa mencapai-Nya, tak-kembali
itulah tempat-Ku yang tertinggi

pada saat itulah manusia tidak lagi mengalami lingkaran


kelahiran dan kematian, tidak mengalami mansifestasi kosmos
(prabhava) dan tidak mengalami yang tak-nyata dari kosmos ini
(pralaya).

(22) purusha sa parah partha

bhaktya labhyas tv ananyaya

yasya 'ntahsthani bhutani

yena sarvam idam tatam

artinya :

Dia, Jiwa Yang Tertinggi ini, oh Parta


Didalam mana semua yang ada tinggal
Dan yang mana meliputi segala yang ada
Sesungguhnya dapat dicapai dengan kebaktian tunggal

257
Bhagavadgitha Bebel

Krisna menekankan bahwa yang terpenting adalah semangat


berbakti dan sujud kepada-Nya, dan tidak ada pilihan lain.

(23) yatra kale tv anavrittim

avrittim chai 'va yoginah

pravata yanti tam kalam

vakshyami bharatashabha

artinya :

hendak Ku-nyatakan kepadamu kini


oh Baratasaba, bilamana para yogi
yang menemui ajal tak-pernah kembali
dan juga bilamana yang pergi tetap kembali

(Baratasaba = Arjuna) Yogi yang menemui ajal tidak pernah


kembali menjelma lagi dan yogi yang setelah menemui ajal
kembali lagi menjelma, bukanlah merupakan pertentangan,
melainkan soal tingkatan belaka, artinya yang sudah sempurna
tidak menjelma lagi tetapi yang belum sempurna mengalami
inkarnasi lagi.

(24) agnir iyotir ahah suklah

sanmasa attarayanam

tatra prayata gachchhanti

brahma brahmavido janah

artinya :

dikala api, cahaya, sianghari, purnama


dan enam bulan musim matahari ada di Utara
apalagi pada saat itu ajal tiba
orang yang mengetahui Brahman pergi kepada Brahman

(25) dhumo ratris tatha krishnah

sanmasa dakshinayanam

tatra chandramasam iyotir

258
Bhagavadgitha Bebel

yogi prapyu nirvartate

artinya :

dikala asap, malam hari, bulan-mati


dan enam bulan musim matahari ada diselatan
apabila saat itu ajal telah memanggil,
yogi yang mencapai cahaya-bulan, kembali lagi

kedua sloka 24 dan 25 diatas ini melikiskan saat atau jalan yang
ditempuh oleh yogi segera setelah ajalnya memanggil berpulang
kealambaka. Saat atau jalan yang ditempuh oleh yogi seperti
tersebut dalam sloka 24 diatas dinamakan Uttarayana yang juga
disebut Devayana, sedangkan saat atau jalan yang ditempuh
oleh yogi seperti digambarkan dalam sloka 25 diatas dinamakan
Daksinayana, yang juga disebut Pitriyana.

Baik Uttarayana (Devayana) maupun Daksinayana (Pitriyana)


kedua-duanya tersebut dalam kitab-kitab suci Upanishad,
Brahma sutra dan rigveda. Interprestasi dari kedua istilah ini
adalah sebagai berikut, pertama. Saat yang dilukiskan dalam
Uttarayana (dalam sloka 24) adalah waktu yang sangat tepat
untuk ditempuh apabila tiba, dan jalan yang ditempuhnya adalah
marga yang penuh dengan budu-pekerti yang luhur. Kedua, saat
yang digambarkan dalam Dakshinayana (dalam sloka 25) adalah
waktu yang tidak baik untuk ditempuh apabila ajal telah
memangil, dan jalan yang ditempuhnya adalah marga yang
penuh dengan kegelapan, hanya diterangi oleh refleksi sinar
bulan yang tidak bercahaya sendiri seperti matahari.

Singkatnya, perbedaan saat dan jalan yang tempuh oleh jiwa


seseorang yang telah meninggalkan badan jasmaninya dikala
ajal tiba, tergantung pada langkah-langkah yang telah ditempuh
olehnya pada masa hidupnya dan pada masa hidup sebelum ini.

(26) suklakrishne gati hy ete

jagatah sasvate mate

ekaya yaty anavrittim

anyaya 'vartate punah

artinya :

terang dan gelap ini adalah dua jalan


yang dipandang jalan dunia kekal-abadi

259
Bhagavadgitha Bebel

yang satu ditempuh orang tidak kembali lagi


yang lain ditempuh orang tetapi kembali lagi

benarlah dalam hidup ini selamanya ada dua konflik antara yang
terang dan yang gelap. Jalan yang terang dimaksudkan ini, ialah
jalan untuk kelepasan dan bebas dari inkarnasi, sebab jalan ini
diterangi oleh ilmu-pengetahuan dan budi pekerti yang luhur.
Sedangkan jalan yang gelap adalah jalan untuk kembali
menjelma kedunia, sebab jalan tersebut diliputi oleh kegelapan
ketidak-tahuan dan ketidak-sucian jiwa.

(27) nai 'te sriti partha janam

yogi muhyati kaschana

tasmat sarveshu kaleshu

yogayukto bhava 'rjuna

artinya :

yogi yang mengetahui kedua jalan ini


oh Parta, tidak pernah bimbang-hati
karena itu, setiap saat, wahai Arjuna
teguhkan imanmu dalam ajaran yoga

orang yang mengetahui kedua jalan ini, apapun tugas


pekerjaannya dalam hidup ini, tidak pernah bimbang dan setiap
saat selalu ingat kepada kebajikkan yang bersemayam pada
Yang Kekal Abadi.

(28) vadeshu yajneshu tapahsu chai 'va

daneshu yat punyaphalam pradishtam

atyeti tat sarvam idam viditva

yogi param sthanam upaiti cha 'dyam

artinya :

pahala kebajikkan tersirat dalam kitab-kitab suci Weda


bakti persembahan, tapa brata dan sedekah sumbangan
semuanya itu dilampaui oleh yogi yang mengetahui
segala sesuatu ini dan mencapai tempat utama tertinggi

260
Bhagavadgitha Bebel

hasil kebajikkan yang diperoleh dengan jalam mendalami kitab-


kitab suci agama, bertapa serta berpuasa dan dengan jalan
memberi sumbangan serta sedekah masih merupakan tingkat
dibawah hasil kebajikan yang dilaksanakan oleh yogi yang
segera setelah ajal sampai pergi ketempat utama yang tertinggi,
yaitu Brahman.

Dengan ini, maka terjawablah ketujuh pertanyaan Arjuna dalam


sloka 1 dan 2 dalam Bab ke-IX ini, yaitu mengenai : Brahman,
Adhyatman, Karma, Adhibhuta, Adhidaiva, Adhyajna dan
"bagaimana Krisna mengetahui mereka yang telah menguasai
diri disaat ajal tiba'.

Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmanvidyayam

Yogasastre srikrishnarjunasamvade

Aksharabrahmayogo nama 'shtamo 'dhyayah

Maka berakhirlah bab ke sembilan Upanishad


Bhagavadgita mengenai ilmu-pengetahuan
Tentang Yang Maha Esa, kitab suci yoga
Dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna
Yang berjudul AKSHARA BRAHMA YOGA

261
Bhagavadgitha Bebel

BAB X

IX. PERCAKAPAN KESEMBILAN

RAJA VIDYARAJA GUHYA YOGA

Krisna dalam Bab kesepuluh ini menjelaskan misteri ilmu-


pengetahuan tertinggi dan rahasia terbesar kepada Arjuna, dan
dengan ilmu-pengetahuan tertinggi dan rahasia terbesar ini
orang mencapai Brahman.

Krisna menguraikan betapa Bapa, Ibu, Datuk dan pelindung alam


semesta ini, dan ia adalah objek segala ilmu-pengetahuan.

Semua yang berbakti dengan kepercayaan, sebetulnya berbakti


kepada brahman, tetapi yang tidak menuruti hukum-hukum
ajaran, mereka jatuh menjelma kembali.

Orang yang terjahat dari semua yang jahatpun kalau ia memuja


Brahman dengan pengabdian yang terpusat, ia juga bertindak
menuju jalan yang benar.

Dan orang yang berasal dari kelahiran yang terhinapun juga


mencapai Brahman, sebab mereka berlindung hanya kepada
Brahman.

IX. Percakapan Kesepuluh

(1) sribhagavan uvacha:

idam tu te guhyatamam

pravakshyamy anasuyave

jnanam vijnanasahitam

yaj jnatva mokshyase 'subhat

artinya :

262
Bhagavadgitha Bebel

Sri Bagavan berkata:


Kepadamu yang tiada suka kerewelan
Hendak Ku-jelaskan rahasia tersembunyi
Dari kebajikkan dan ilmu pengetahuan ini
Setelah mengetahui, kau terhindar dari kejahatan

(2) rajavidya rajaguhyam

pavitram idam uttamam

pratyaksahavagamam dharmyam

susukham kartum avyayam

artinya :

inilah ilmu pengetahuan terbesar


alat kesucian tertinggi, mudah dimengerti
dengan pengalaman langsung, jalan yang benar
mudah dilaksanakan dan kekal-abadi

perkataan rajavidya dan rajaguhyam sebenarnya berarti : raja


ilmu-pengetahuan dan raja rahasia tetapi dalam hubungan
pengertian sloka ini diterjemahkan dengan ilmu-pengetahuan
terbesar (tertinggi) dan rahasia terbesar (tertinggi). Disini Krisna
menjelaskan bahwa ilmu-pengetahuan dan budipekrti (kebajikan)
tidak cukup dipelajari hanya dengan theori, berargumentasi atau
tutur kata dan nasehat belaka, melainkan harus dimengerti
dengan pengalaman langsung (pratyakshavagamam). Kebenaran
Brahman harus dilihat oleh mata-jiwa-sendiri melalui
pertumbuhan kesadaran dan kesucian diri pribadi seseorang
yang memiliki kepercayaan dan pengabdian kepada-Nya.

(3) asraddadhanah purusha

dharmasya 'sya paramtapa

aprapya mam nirvartante

mrityu samsara vartmani

artinya :

mereka yang tidak memiliki kepercayaan


pada ilmu-pengetahuaan dan budi pekerti ini

263
Bhagavadgitha Bebel

tidak mencapai aku, wahai Prantapa,


kembali kejalan dunia inkarnasi

karena Arjuna memiliki kepercayaan, maka Krishna sebagai


penjelmahan Brahman yang Maha Esa membukakan rahasia dan
mengajarkan ilmu-pengetahuan yang terrtinggi ini.
Sesungguhnya sloka diatas ini mengungkapkan, bahwasanya
orang yang memiliki kepercayaan sajalah yang mempunyai
kemampuan untuk dapat mengerti ajaran-ajaran yang dituturkan
oleh Krisna dalam Bhagavadgita ini, yang menyebabkan
pelaksanaan yoga menjadi lebih mudah. tanpa adanya
kepercayaan ini, orang akan kembali dan kembali saja menjadi
bulan-bulanan inkarnasi dan kesengsaraan.

(4) maya tatam idam saryam

jagat avyaktamurtina

matshani sarvabhutani

na cha 'ham teshv avasthitah

artinya :

alam semesta ini diliputi oleh-Ku


dengan wujud-Ku yang tak-nyata
semua mahkluk ada pada-Ku
tetapi Aku tidak berada pada mereka

seluruh alam semesta ini adalah merupakan perwujudan


Brahman, namun berbagai bentuk yang ada dalam alam semesta
ini tidaklah mampu emenyatakan betapa sebenarnya bentuk
Brahman itu, karena segala bentuk tersebut terbatas pada ruang
dan waktu tambahan pula tidak cukup mengandung unsur
keseluruhan Brahman, (lihat juga sloka VIII.12)

(5) na cha matsthani bhutani

pasya me yogam aisvaram

bhutabhrin na cha bhutastho

mama 'tma bhutabhavanah

artinya :

264
Bhagavadgitha Bebel

namun mahkluk tidak terdiam dalam-Ku


ketahuilah keagungan yoga suci-Ku
Aku menjadi sumber tidak terdiam dalam mereka
Tetapi aku tidak terdiam dalam mereka

(6) yatha 'kasathito nityam

vayuh sarvatrago mahan

tatha sarvani bhutani

matsthani 'ty upadharaya

artinya :

ibarat angin yang perkasa selalu


bertiup dimana-mana diangkasa
ketahuilah olehmu, demikian pula
semua yang ada berdiam dalam-Ku

keagungan yoga suci (yogam aisvaram) Brahman yang memiliki


kekuatan misterius menjadi sumber dan pendukung semua
mahkluk yang ada pada-Nya, namun Brahman sendiri tidak ada
dalam mahkluk. Semuanya ini hanyalah bahasa manusia yang
tidak cukup mempunyai kesanggupan untuk melukiskan betapa
sesungguhnya wujud Brahman itu

untuk itu krisna mencoba memberi perumpamaan bahwasanya.


Brahman adalah ibarat angkasa, dimana semuanya termasuk
bumi kita, bulan, matahari dan palanet-palanet lainnya ada
dalamnya dan udara (angin) bertiup diangkasa, namun angkasa
sendiri tidak ada pada udara dan semua planet itu. Dam segala
gerakan yang ada dalam alam semesta ini adalah disebabkan
oleh yogam aisvaram Brahman.

(7) sarvabhutani kaunteya

prakritim yanti mamikam

kalpakshaye punas tani

kalpadau visrijamy aham

artinya :

265
Bhagavadgitha Bebel

semua mahkluk datang pada prakriti-Ku


pada akhir peredaran kalpa, Kuntiputra
dan pada permulaan kalpa yang berikutnya
Aku kirim mereka kembali

(8) prakritim svam avashtabhya

visrijami punah-punah

bhutagramam imam kritsnam

avasham prakriter vasat

artinya :

diliputi oleh prakriti-Ku ini


berulang-ulang Aku kirim kembali
seluruh mahkluk ini, yang banyak ini
tak bergaya karena dikuasai prakriti

(Prakriti = alam, benda-benda, badan-jasmani mahkluk hidup.


Lihat juga keterangan sloka II.20 dan keterangan sloka IV.6). jiwa
manusia karena ketidaktahuannya selalu ditarik oleh prakriti dan
dengan tidak bergaya apa-apa selalu oleh karma, yang
menyebabkan inkarnasi datang berulang kali.

Peredaran kalpa sekali memakan waktu sepanjang 4.320.000


tahun menurut perhitungan tahun manusia (lihat keterangan
sloka VIII.17, 18, dan 19).

(9) na cha mam tani karmani

nibadhnanti chanamjaya

udasinavad chanamjaya

asaktam teshu karmasu

artinya :

namun perbuatan itu tidak mengikat Aku


oh Danajaya, sebab Aku duduk
seolah-olah acuh-tak-acuh,
tidak tersangkut dengan perbuatan itu

266
Bhagavadgitha Bebel

(10) maya 'dhyakshena prakritih

suyate sachracharam

hetuna 'nena kaunteya

jagad viparivartate

artinya :

alam semesta ini dibawah pengawasan-Ku


memberi kelahiran kepada segala sesuatu
yang bergerak dan yang tidak bergerak
oh Kuntipura, dengan ini dunia berputar

(Dananjaya, Kuntiputra = Arjuna). Walaupun Brahman


mengawasi penciptaan dab kiamatnya alam-semesta ini, namun
Dia tidak terlibat proses dan perkembangan kosmos setelah
terciptanya alam-semesta ini. Brahman adalah melebihi ciptaan-
Nya. Dia adalah supra-kosmos, oleh karenanya ia tidak
terpengaruh oleh effek berlangsungnya proses kosmos dan
berputarnya dunia ini. Proses kosmos ini berlangsung selama
hari Brahman dan kiamat pada waktu malam Brahman tiba.

(11) avajananti mam mudha

manushim tanum asritam

param bhavam ajananto

mama bhutamahsvaram

artinya :

mereka yang tolol tidak menghiraukan Aku ini


mengenakan badan-jasmani manusia,
tidak mengetahui sifat-Ku yang lebih tinggi
sebagai Pelindung Agung segala yang ada

(lihat juga sloka VIII.24). krisna sebagai penjelmahan lahiriah dari


Brahman dalam bentuk badan manusia, oleh manusia biasa pada
jamanya hanya dilihat badan luarnya belaka dan tidak jiwa
sucinya yang bersemayam dalam badan tersebut. Orang hanya
melihat jasmani luarnya saja dan tidak mekihat kebenaran
didalamnya.

267
Bhagavadgitha Bebel

Dipergunakannya suatu patung atau benda suci lainnya dalam


suatu agama sebagai pemujaan terhadap Tuhan Yng Maha Esa
hanyalah merupakan suatu alat atau simbol untuk memusatkan
kebaktian kepada-Nya. Dalam kitab falsafah Bhagavata, karena
massa manusia tidak cukup mempunyai kemampuan untuk
membayangkan dan merenungkan apa Tuhan itu, maka Tuhan
dikatakan : "Aku ada dalam semua mahkluk hidup sebagai Jiwa-
nya, tetapi karena ketidak-tahuan dan tanpa menghiraukan
kehadiran-Ku, maka manusia membuat sebuah patung
pemujaan' (Bhagavata.III.29,21)

(12) moghasa moghakarmano

moghajnana vichetasah

rakshasim asurim chai 'va

prakritim mohinim sritah

artinya :

dengan dikuasai sifat-sifat jahat


raksasa dan setan, aspirasi mereka tersesat
tindakan mereka kasar, pengetahuan kabur
dan pertimbangan mereka simpang-siur

sifat-sifat buruk dan jahat pada diri manusia dilukiskan sebagai


raksasa dan setan, yang sesungguhnya berarti bahwa orang-
orang demikian mempunyai pandangan rendah dan nilai hina
justru karena hanya mengejar hawa-nafsu dan keinginan pribadi
sepuas-puasnya (lihat juga sloka VIII.15).

(13) mahatmanas tu mam partha

daivim prakritim asritah

bhajanty ananya manaso

jnatva bhutadim avyayam

artinya :

yang bejiwa mulia, memiliki sifat suci


mengetahui Aku yang tak termusnahkan ini
sebagai sumber segala mahkluk. Oh Parta
sujud kepada-Ku dengan memusatkan jiwa

268
Bhagavadgitha Bebel

sifat-sifat jahat (mohini prakriti) lawanya sifat-sifat suci (daivi


prakriti) yang melikiskan kesadaran seseorang. Kalau ia memiliki
sifat-sifat jahat (mohani prakriti) maka pusat segala kegiatan
hidupnya terletak pada kepentingan ego-nya, yang menyeret ia
untuk memenuhi hawa nafsu dan kepentingan dirinya belaka,
yang akibatnya membawa ia tenggelam kedalam duniasengsara
dan menempuh jalan inkarnasi berulang-ulang sampai pada
suatu masa dimana sifat-sifat suci (dalvi prakriti) maka
kesadarannya terbuka bagi tujuan-tujuan mulia dan seluruh
hidupnya diarahkan untuk berbuat kebajikkan kepada sesama
manusia serta bersujud kepada Brahman.

(14) satatam kirtayanto mam

yatantas cha dridhavratah

namasyantas cha mam bhaktya

nityayukta upasate

artinya :

dengan selalu mengagung-agungkan Aku


berusaha dengan teguh memegang sumpah
sujud kepad-Ku dalam pengabdian dan
dengan disiplin jiwa berbakti kepada-Ku

dalam sloka ini terlukiskan kehidupan seseorang yang memiliki


sifat-sifat mulia, dimana ia dengan ilmu-pengetahuannya dan
kesadaran jiwanya memuji-memuji kebesaran Brahman
(kirtayantah) dengan pengabdiannya bersumpah (vratah) dan
bersujud (namasyantah) kepada Brahman dan dengan kerjanya
melaksanakan kebaktian (upasana) kepada Brahman.

(15) jnayajnena cha 'py anye

yajanto mam upasate

ekatvena prithaktvena

bahudha visvato mukham

artinya :

yang lain pula memuja dengan persembahan


ilmu-pengetahuan dan sujud kepada-Ku

269
Bhagavadgitha Bebel

sebagai Yang Tunggal, Yang Terpisah


Yang Menyeluruh dan ada disemua penjuru

Sloka ini mengungkapkan kepada kita betapa Bhagavadgita tidak


hendak memisahkan agama, mistik dan falsafah (yang pada
umumnya dimasa belakangan ini dipisah-pisahkan satu sama
lain) dan memberi petunjuk kepada kita agar agama, mistik dan
falasafah tidak dipertentangkan. Ilmu-pengetahuan (falsafah
hidup), agama (sembah bakti kepada Tuhan) dan mistik
(mempersatukan jiwa dengan Brahman kedamaian dan
kebenaran abadi, karenanya Bhagavadgita melihat ketiga-
tiganya dengan penuh semangat toleransi.

Dengan kemampuan, kesadaran dan kepercayaannnya ada


orang memandang jalan untuk bersujud kepada Brahman adalah
Advaita (Tuhamn sebagai Eka-Tunggal = Yang tunggal), yang
lain adalah Dvalta (Tuhan sebagai Dwi Tunggal = Yang terpisah
yang berwujud sebagai jiwa dalam badan manusia dan jiwa
dalam alam-semesta) dan yang lain lagi (Visishtadvaita (Tuhan
sebagai Multitunggal = Yang menyeluruh yang bersemayam
dimana-mana, seperti : matahari, bulan, bumi, angkasa planet
dan lain sebagainya). Namun jalan manapun yang h
hendak ditempuh, semuanya menuju kejalan Brahman.

(16) aham kratur aham yajnah

svadha 'ham aham aushadham

mantro 'ham aham eva 'jyam

aham agnir aham hutam

artinya :

karya-upacara, persembahyangan adalah Aku


saji-sajian, bahan reramuan adalah Aku
sabda suci, dupa-kemenyan adalah Aku
api dan api-kebaktain adalah Aku

kratu adalah karya-upacara yang termasuk dalam kitab suci


Weda, yajna adalah persembahyangan yang dirumuskan dalam
kitab Smriti, svadha ialah saji-sajian yang dipersembahkan untuk
leluhur aushadham ialah reramuan obat sayur-mayur, mantra
adalah sabda suci. Ajyam adalah dupa-kemenyan yang dibakar
dalam api pimujaan dan agni ialah api-kebaktian.

270
Bhagavadgitha Bebel

Dalam sloka diatas ini dapat dirasakan betapa satunya alat dan
tujuan, jalan dan hendak dicapai, yang kedua-duanya adalah
Brahman. Ini berarti bahwa kalau seseorang hendak mencapai
Brahman, jalan yang harus ditempuhnya haruslah jalan Brahman
(yaitu kebajikan dan kesucian). (lihat juga sloka IV.24).

(17) Pita 'ham asya jagato

mata dhatapitamahah

vedyam vapitram aumkara

rik sama yajur eva cha

artinya :

Aku adalah Bapa, Ibu, Pelindung


Dan Datuk alam-semesta ini
Aku adalah objek ilmu pengetahuan, pensuci
Aku adalah aksara Rik, sama, yajus dan AUM

(Mengenai aksara AUM, yang berarti Brahman, baca juga sloka


VII.8 dan sloka .VII.13) yang dimaksudkan dengan rik, sama dan
yajus ialah ketiga kitab suci Weda pertama, yaitu Rigveda,
Yajurveda dan Samaveda. Sesungguhnya ada empat kitab suci
Weda dan keempat adalah Atharvaveda. Tetapi Atharvaveda
tidak termasuk yang pertama dan asli, melainkan yang
belakangan dan tidak disebutkan oleh manu, manusia pertama,
yang hanya mengatakan tiga kitab suci Rig, Yajus dan Sama
yang pertama dan asli.

(18) gatir bharta prabhuh sakshi

nivasah saranam suhrit

prabhavah pralayah sthanam

nidhanam bijam avyayam

artinya :

Aku adalah tujuan, pengemban, penguasa


Aku adalah saksi, singgasana, perlindungan
Aku adalah kawan, asalmula, akhir, kesudahan
Aku adalah dasar, penyimpanan, benih abadi

271
Bhagavadgitha Bebel

(19) tapamy aham aham varsham

nigrihnamy utsrijami cha

amritam chai 'va mrityus cha

sad asach cha 'ham arjuna

artinya :

Aku adalah pemberi kehangatan


Menahan dan menurunkan hujan
Aku adalah kehidupan dan kematian
Mahkluk dan bukan mahkluk, oh Arjuna

Kedua sloka diatas ini mencoba menjelaskan Brahman dari


berbagai aspek dilihat dari segi nilai-nilai renungan jiwa dan
pemikiran manusia, dengan tujuan utama : Semoga Brahman
menerima doa manusia, apapun jalan kebaktian yang
ditempuhnya!

(20) traividya mam somapah putapapa

yajnair ishtva svargatim prarthayante

te punyam asadya surendralokam

asnanti divyan divi devabhogan

artinya :

yang mengetahui ketiga kitab suci, minum soma


bersih dari dosa, memuja-Ku dengan kebaktian
berdoa menuju kejalan sorga, tiba di indraloka
dan menikmati kebahagian para dewata di-sorga

(21) te tam bhuktva svargalokam visalam

kshine punye martyalokam visanti

evam trayidharmam anuprapanna

gatagatam kamakama labhante

272
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

setelah menikmati sorga luas, mereka kembali


kedua manusia dikala niali kebajikan terhabisi
sesuai dengan ajaran dalam ketiga kitab suci
demi mencapai kenikmatan mereka datang dan pergi

yang dimaksudkan dengan ketiga kitab suci diatas adalah :


Rigveda, yajurveda dab Samaveda. Indraloka adalah dunia
Batara Indra, yaitu Pemimpin para devata, yang juga disebut
sorgaloka atau sorga saja. Soma adalah sebangsa minuman
keras (mengandung alkohol) yang dianggap suci.

Menurut ajaran kitab-kitab suci Weda, mereka yang


melaksanakan upacara-upacara persembahyangan sesuai
dengan pedoman-pedoman yang digariskan dalam kitab-kitab
suci tersebut akan mencapai kenikmatan disorga setelah
meninggal dunia bersama-sama para dewata di Indraloka tetapi
mencapai sorga seperti ini bukanlah seperti ini bukanlah
dianggap mencapai tujuan akhir. Sebab mereka yang
melaksanakan semua ini masih terikat oleh hukum karma yang
dilahirkan oleh masih adanya nafsu-keinginan (kama-kama.
Akibatnya, mereka akan kembali mengalami proses inkarnasi.

(22) ananys chintayanto mam

ye janah paryupasate

tesham nityabhiyuktanam

yogakshemam vahamy aham

artinya :

tetapi mereka yang hanya memuja-Ku sendiri


merenungkan Aku selalu kepada mereka
kubawakan segala apa yang mereka tidak punya
dan Ku-lindungi segala apa yang mereka miliki

dalam bagian akhir dari sloka diatas ini terbayang oleh kita
betapa Brahman yang dipuja oleh manusia memikul segala
beban dan penderitaan mereka yang berbakti kepada-Nya : "Ku-
bawakan segala apa yang mereka milik" mengandung
pengertian yang dalam bahwasanya Brahman membawakan
kesejahteraan dan keselamatan bagi umat manusia yang
memuja-Nya.

273
Bhagavadgitha Bebel

Tetapi pengertian 'apa yang mereka tidak punya' dan 'segala apa
yang mereka miliki' hendaknya diartikan bukan semata-mata
sebagai milik benda-benda material. Melainkan juga harus dilihat
secara lebih dalam lagi, yaitu dari segi milik moral dan
budipekerti yang kini sedang diusahakan dan yang telah dicapai
selama ini.

(23) ye 'py anyadevata bhakta

yajante sradhhaya 'nritah

te 'pi mam eva kaunteya

yajanty avidhipurvakam

artinya :

pun mereka yang memuja paradewata


yang berbakti dengan penuh kepercayaan
sesungguhnya juga memuja-Ku, Kuntiputra
walau sebenarnya tidak menurut hukum-hukum ajaran

(Kuntiputra = Arjuna) Yang dimaksud dengan 'tidak menurut


hukum-hukum ajaran" adalah disebabkan oleh ketidaktahuan
bahwasanya Brahman tidak dapat dibayangkan sebagai dewa
atau manusia yang difersonifikasikan dalam bentuk dan cara
bagaimana tidak mungkin (lihat juga sloka VII.20 dan 21)

(24) aham hi sarvayajnnam

bhokt cha prabhur eva cha

na tu mam abhijananti

tattvena 'tas chyavanti te

artinya :

sebab aku adalah pnikmat dan penguasa


segala puja bakti-persembahan, tetapi mereka
tidak mengetahui Aku dan sifat- Ku yang sejati
karena itu mereka gagal jatuh, kembali lagi

dengan tanpa adanya kepercayaan (seperti tersebut dalam sloka


3) pada ilmu-pengetahuan dan budi-pekerti dan tanpa adanya
pengetahuan tentang Brahman, maka betapapun usaha yang
dilaksanakn dalam memuja dan berbakti kepada Brahman akan

274
Bhagavadgitha Bebel

menemui kegagalan dan kembali lagi mengalami azab sengsara


dunia inkarnasi, hal ini bertambah jelas dilukiskan dalam sloka
21, dimana apabila nilai kebajikan telah habis seseorang kembali
dari sorga lagi untuk menjalani inkarnasi.

(25) yanti devavrata devan

pitrin yanti pitrivratah

bhutani yanti bhutejya

yanti madyajino 'pi mam

artinya :

yang memuja devata pergi kepada devata


kepada leluhur perginya yang memuja leluhur mereka
dan kepada rokh-alam perginya yang memuja rokh-alam
tetapi mereka yang memuja Aku datang pada-Ku

dalam sloka ini dijelaskan oleh Krisna bahwasanya ada tiga


macam kekeliruan yang umumnya dilakuakn oleh seorang yang
tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang Brahman (ini
adalah karakteristik diseluruh dunia), yaitu pertama pemujaan
terhadap dewa-dewa, kedua pemujaan terhadap dewa-dewa,
kedua pemujaan terhadap leluhur (nenek-moyang) yang telah
meninggal dunia dan ketiga pemujaan kepada jiwa atau rokh
suci yang ada dalam alam.

Memang sebenarnya ketiga pemujaan tersebut diatas tidaklah


salah, sebab setiap pemujaan (apapun bentuk dan tujuannya)
akan mendatangkan pahala. Tetapi dipandang keliru, sebab tidak
mencapai tujuannya yang sesungguhnya dan yang tertinggi.
Dengan perkataan lain, pemujaan yang tebatas (kepada dewa-
dewa atau leluhur dan rohk suci) menghasilkan anugerah
terbatas pula, maka itu. Krisna menasehatkan : Pujalah
Brahman! (lihat juga sloka VII.23)

(26) patiram pushpam phalam toyam

yo me bhaktya prayachchhati

tad aham bhakyupahritam

asnami prayatatmanah

artinya :

275
Bhagavadgitha Bebel

siapa yang sujud kepad-Ku dengan persembahan


setangkai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan
atau seteguk air, sku terima sebagai bakti
persembahan dari orang yang berhati suci

setangkai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan atau


segeguk air dalam persembahan yang besifat simbolik. Yang
terutama adalah hati suci, pikiran terpusatkan dan jiwa dalam
kesimbangan tertuju kepada-Nya. Kerena itu. Bhagavadgita tidak
menolak jalan yang ditempuh orang seperti tercantum dalam
sloka diatas ini untuk memuja Brahman.

(27) yat karoshi yad asnasi

yaj juhoshi dadasi yat

yat tapasyasi kaunteya

tat kurushva madarpanam

artinya :

apapun yang kau kerjakan, kau makan


kau persembahkan, kau dermakan
dan disiplin diri apapun kau laksanakan
lakukan, Kuntiputra, sebagai bakti kepada-Ku

menghindari segala kegiatan yang ditijukan hanya demi untuk


menghindari hawa-nafsu dan keinginan diri sendiri (seperti
dinyatakan dalam sloka V.8 dan 9) adalah sama dengan
melakukan segala kegiatan yang ditijukan demi untuk kebaktian
kepada Brahman seperti yang dinyatakan oleh sloka diatas ini.
Jadi, segala kegiatan dalam hidup ini dijiwai oleh semangat
dedikasi kepada Brahman.

(28) subhasubha phalair evam

mokshyase karma bandhanaih

samnyasayoga yuktatma

vimukto mam upaishyasi

artinya :

dengan demikian kau terlepas dari belenggu


kerja yang membawa hasil baik dan cedera

276
Bhagavadgitha Bebel

dengan pikiran terpusat pada samnyasa


kau akan terbebas, dan datang mencapai Aku

dengan pengabdian dan persembahan seluruh hidup kepada


kebajikan dan kesucian, maka jiwa terlepas dari belenggu ego
yang selama ini jadi penghalang. Pada tingkat inilah seseorang
tidak lagi mempertimbangkan dan tidak pula terikat oleh hasil
kerja baik-buruk (lihat sloka II.57). mengenai perkataan
samnyasa lihat keterangan sloka V.1

(29) samo 'ham sarvabhuteshu

na me dveshyo 'sti na priyah

ye bhajanti tu mam bhaktya

mayite teshu cha 'py aham

artinya :

Aku adalah sama bagi mahkluk semua


Bagi-Ku tiada yang terbenci dan terkasihi
Tetapi mereka yang berbakti pada-Ku dengan dedikasi
Mereka ada pada-Ku dan aku perlu mereka

Brahman adalah adil, Brahman tidak mengutuk dan menyanjung-


nyanjung siapapun. Satu-satunya siapapun.satu-satunya jalan
untuk mengabdi kepada Brahman adalah dengan kepercayaan
dan dedikasi, dan tiap orang harus melaksanakan oleh dirinya
sendiri

(30) api chet sudurcharo

bhajate mam ananyabhak

sadhur eva sa mantavyah

simyag vyavasito hi sah

artinya :

kendati seandainya seorang yang terjahat


memuja Aku dengan pengabdian yang terpusat
ia harus dipandang ada dijalan yang benar
sebab ia telah bertibdak menuju yang benar

277
Bhagavadgitha Bebel

brahman, ibaratkan api, siapa saja datang kedekat-Nya dengan


kepercayaan dan dedikasi pasti menerima kahangatan-Nya
(tetapi tidak mereka yang menjahui-Nya). Brahman, ibarat
cahaya matahari, bersinar kemana-mana dan berefleksi dalam
jiwa yang bersih (bagaikan cermin yang bersih menerima refleksi
sinar bulan), yang tidak dikotori oleh dosa dan ketidaktahuan.

Namun demikian, sloka ini bukanlah harus diartikan


bahwasannya seseorang dengan mudah dapat menghindarkan
diri dari kejahatan dan dosa. Orang tidak dapat menghindari
hukum sebab dan akibat. Tetapi bila seseorang yang paling
jahatpun sadar akan perbuatannya lalu bertobat dan berusaha
dengan keras untuk menghapus dosanya, dengan penuh
kepercayaan mengebdi kepada Brahman yang mulai ia dekati.
Ibarat batubara akan hilang bila api telah meresap kedalamnya,
demikian pula dosa (lihat pula sloka IV.37). tidak ada dosa yang
tidak berampun ! demikian Bhagavadgita.
Demikian pula dosa (lihat pula sloka IV.37). tidak dosa yang
berampun!demikian Bhagavadgita.

(31) khipram bhavanti dharmatma

sasvachchhantim nigachchhati

kaunteya pratijanihi

na me bhaktah pranasyati

artinya :

dengan segera ia menjadi orang berjiwa kebenaran


dan mencapai kedamain kekal-abadi
ketahuilah, wahai Kuntiputra, dengan pasti
penganut-penganut-Ku tidak akan termusnahkan.

Perkataan dharmatma berasal dari kata-kata dharma + atma


yang berarti : jiwa kebenaran.

(32) mam hi partha vyapasritya

ye 'pi syuh papayonayah

striyo vaisyas tatha sudras

te 'pi yanti param gatim

artinya :

278
Bhagavadgitha Bebel

sebab, mereka yang berlindung pada-Ku ini


walau mungkin berasal dari kelahiran rendah, Parta
perempuan, Waisia ataupun golongan Sudra
mereka juga mencapai tujuan yang tertinggi

sloka ini memberi tekanan bhawasanya Bhagavadgita membuka


pintu yang selebar-lebarnya bagi setiap orang tanpa
menghiraukan perbedaan ras, bangsa, golongan kelamin
maupun tingkatan sosialnya. Sloka ini menbantah adat-itiadat
yang mengatakan bahwa perempuan, kaum Waisia dan kaum
Sudra yaitu masing-masing pedagang-pengusaha dan rakyat
jelata tidak diperbolehkan mempelajari kitab-kitab suci Weda,
yang berarti mereka tidak dapat mencapai tujuan yang tertinggi,
yaitu Brahman. (mengenai istilah Waisia dan Sudra, lihat juga
keterangan sloka I.41).

(33) kim punar brahmanah punya

bhakta rajarshayasa tatha

anityam asukham lokam

imam prapya bhajasva

artinya :

lebih-lebih para Brahmana suci


dan pendita bangsawan saleh budiman
kini setelah engkau ada didunia ini
tak-kekal dan penuh duka, pujalah Aku!

Anityam asukham lokam berarti "dunia ini tak kenal penuh


duka". Manusia dalam hidup ini tidak bisa menghindarkan diri
dari kelahiran dan kematian, yang dalam jangka waktu diantara
keduanya tidak kekal dan penuh dengan kedukaan dan
kesengsaraan. Jalan untuk membebaskan diri daripadanya
adalah menyucikan jiwa dan melaksanakn samnyasa. Para
Brahman dan para ksatria (termasuk pendita bangsawan, yaitu
orang-orang kesatria yang menjadi pendita) lebih mudah
mencapai tujuan yang tertinggi dan kesempatan yang lebih luas
dibandingkan dengan golongan Waisia dan Sudra. Namun
demikian. Brahman tetap memandangnya sama.

(34) manmana bhava madbhakto

madyaji mam namskuru

279
Bhagavadgitha Bebel

mam evai 'shyasi yuktvai 'vam

atmanam matparayanah

artinya :

pusatkan pikiranmu pada-Ku, berbakti pada-Ku


bersujud pada-Ku, sembahlah Aku
dan setelah kau mendisiplinkan jiwamu
Aku menjadi tujuanmu Tertinggi, kau'kan tiba pada-Ku

Karakteristik yang terbuka dan meninjol dari Bab kesepuluh ini


dimana Krisna sebagai penjelmahan dan penyambung-lidah
Brahman menjelaskan bahwasanya Bhagavadgita membuka
pintu bagi setiap orang (sekali pun orang yang paling jahat dan
hina-dina) untuk mengabdi dan bersujud kepada Brahman serta
mencapai kelepasan (moksha) dan bersatu dengan Brahman,
adalah merupakan intisari daripada ajaran-ajaran yang
termaksud dalam kitab suci ini.

Ity rimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam

Yogasastre srikrisharjunsamvade
Rajavidyarajaguhyayogo nama navamo 'dhyayah

Maka berakhirlah bab kesepuluh Upanishad


Bhagavadgita mengenai ilmu-pengetahuan
Tentang Yang Maha Esa kitab suci yoga
Dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna
Yang berjudul RAJAVIDYARAJA GUHYAYOGA

280
Bhagavadgitha Bebel

BAB XI

X. PERCAKAPAN KESEPULUH

VIBHUTI YOGA

Selanjutnya dalam Bab kesebelas Krisna menguraikan


manisfestasi Brahman dalam berbagai wujud, sebagai sumber
segala-galanya. Mengetahui adalah mengetahui semua

Arjuna mempelajari dan mengakui nilai positif dan kebesarab


Brahman, bahwasanya Brahman tak terlahirkan, tanpa asal mula,
penguasa tertinggi, asal ada, segala tumbuh daripada-Nya,
pensuci tertinggi dan dewata pertama.

Arjuna ingin mengetahui manisfestasi Brahman, dan ia bertanya


tentang ini dan keagungan yoga Brahman, Krisna menjawab
bahwasanya Wujud Brahman adalah jiwa yang terdiam dalam
hati semua insani, permulaan + pertengahan + pengahabisan
dari semua.

281
Bhagavadgitha Bebel

Kemudia Krisna menjelaskan berbagai manisfestasi Brahman


dalam alam kosmos, dalam planet dalam kitab suci, dari diri
devata, dalam manusia, dalam huruf, dalam binatang, dalam
tumbuh-tumbuhan, dalam benda, dalam sifat, dalam
pengetahuan dan dalam berbagai hal.

X. Percakapan kesepuluh

(1) sribhagavan uvacha:

bhuya ava mahabaho

srinu me paranam vachah

yat te 'ham priyamanaya

vakhyami hitakamyaya

artinya :

Sri Bagawan berkata :


Selanjutlah dengarkanlah, wahai Mahabahu
Kata-kata-Ku yang termulia ini, demi
Untuk mengahrapkan kebahagian bagimu
Hendak Ku-uraikan padamu, engkau yang kukasihi

(Mahabahu = Arjuna) dalam bab ke-IX terdahulu. Arjuna telah


menunjukkan pengertian yang sebaik-baiknya kepada uraian
Krisna, yang mendorong Sri Bagawan melanjutkan penjelasannya
tentang Brahman sebagai sumber segalanya. Dan untuk
mengetahuinya, Arjuna harus mengetahui segalanya!

"Engkau yang kukasihi" (priyamananya) demikian panggilan


Krisna kepada Arjuna, sebagai suatu pernyataan betapa Krisna
dengan sepenuh jiwanya ingin menolong Arjuna untuk mencapai
kebenaran tertinggi.

(2) na me viduh suraganah

prabhavam na maharshayah

aham adir hi devanam

maharshinam cha sarvasah

artinya :

282
Bhagavadgitha Bebel

baik para dewata maupun rsi agung


tidak mengenal asal-mula-Ku
sebab dalam segala hal Aku
adalah sumber para dewata dan rsi agung

perkataan rel berarti : pendita penyair yang mendapat ilham,


dan perkataan prabhawa berarti : asal-mula.

(3) yo mam ajam anadim cha

vetti lokamabesvaram

asammudhah sa martyeshu

sarvapapaih pramuchyate

artinya :

dia yang mengetahui Aku tak-terlahirkan


tapa permulaan, Penguasa perkasa
seluruh dunia ialah diantara manusia
tak bingung dan terhindar dari segala dosa

walaupun Brahman tidak terlahirkan dan tidak mempunyai


permulaan, namun Brahman memiliki prabhawa, yaitu asal mula
yang juga berrati kewibawaan yang tertinggi.

(4) buddhir jnanam asammohah

kshama satyam damah samah

sukham dumkham bhavo ;bhavo

bhayam cha 'bhayam eva cha

artinya :

budi pekerti, ilmu-pengetahuan, kesadran


kesabaran, kebenaran, kemawasan
ketenangan, kesukaan, kedukaan
kelahiran, kematian, ketakutan, keberanian

(5) ahimsa samata tubtis

tapo danam yaso 'yasah

bhavanti bhava bhutanam

283
Bhagavadgitha Bebel

matta eva prithagvidhah

artinya :

tanpa-kekerasan, keseimbangan jiwa, kepuasan


keprihatinan, kemurahan-hati, kemasyuran
dan kecemaran-karakteristik mahkluk semua
ini datangnya dari Aku belaka

kalau dalam sloka VII.4. brahman dilihat dari segi unsur alam
yang lebih rendah, maka dalam kedua sloka diatas ini Brahman
dilihat dari penomena yang lebih tinggi. Dan karakteristik yang
dilukiskan diatas ini walaupun kepunyaan mahkluk, namun
datangnya dari Brahman juga. Ini disebabkan oleh adanya phala
karma dimasa-masa yang silam, dimana setiap mahkluk
menerima dan memikul segala akibatnya sesuai dengan
perbuatan masing-masing. Tetapi bagi mereka yang mengetahui
Brahman, segala karakteristik ini lenyap, segala dosa hapus, jiwa
mereka menemui kelepasan abadi.

(6) maharshayah sapta purve

chatvaro manavas tatha

madhava manasa jata

yesham loka imah prajah

artinya :

ketujuh Rsi, keempat orang dimasa lalu


dan para Manujuga menurut sifat-Ku
lahir dari pikiran-Ku, dan dari mereka
manusia berkembang-biak didunia

ketujuh Rsi yang dimaksud adalah : Marichi, Angiras, Atri,


Pulastya, Pulaha, Kratu dan Vasishtha. Keempat orang dijaman
purba ialah : Narada, Asita, Devala dan Vyasa. Para manu yang
dimaksud yaitu empat belas : Svayambhuva, Svarochisa,
Anuttami, Tamasa, Raivata, Chaksbhuva, Svarochisa, Anuttami,
Tamasa, Raivata, Chakshusha, Vaivasvata, Sarvana,
Dakshavarna, Brahmasavarna, Dharmasavarna, Rudrasarvana,
Rauchya dan Bhautya. Jaraj waktu diantara kelahiran dua orang
manu disebut manvantara (manu + antara), yang diartikan
sebagai satu periode bangsa manusia dimana setiap munculnya
seorang manu muncul pulalah bangsa manusia dalam satu kalpa
(hari Brahman). Manu sebagai manusia pertama, adalah pencipta

284
Bhagavadgitha Bebel

dan penegak hukum dan undang-undang kehidupan manusia


(lihat pula sloka IV.1)

(7) etam vibhutim yogam cha

mama yo vctti tattvatah

so 'vikampena yogena

yujyate na 'tra samsayah

artinya :

dia yang benar-benar mengetahui yoga


dan Keagungan-Ku ini akan memiliki
keseimbangan jiwa dengan keteguhan yoga
hal ini tidak usah diragukan lagi

perkataan vibhuti berarti : nilai istimewa, keagungan. Mereka


yang mengetahui Yoga dan Keagungan Brahman memiliki juga
kekuatan dan budi pekerti yoga, dengan yoga mana mereka
mengambil bagian aktif dalam melaksanakan ajaran-ajaran Rasul
Brahman.

(8) aham sarvasya prabhavo

mattah sarvam pravartate

iti matva bhajante mam

budha bhavasamanvitah

artinya :

Aku ini adalah asal-mula segala


Dari Aku segala sesuatu tumbuh pertama
Mengetahui ini orang bijaksana memuja-Ku
Dengan rasa sadar sepenuh kalbu

mulai dengan sloka ini Krisna menyatakan diri-Nya bahwa ia


adalah Isvara, Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan materi
kehadiran dunia ini.

(9) machchitta madgataprana

bidhayantah parasparam

285
Bhagavadgitha Bebel

kathayantas cha mam nityam

tushyanti cha ramanti cha

artinya :

pikiran mereka terpaku pada-Ku


seluruh hidup mereka serahkan pada-Ku
saling memberi penerangan dan membicarakan Aku
mereka merasa puas dan bahagia pada-Ku

dengan jalan menyerahkan seluruh hidup kepada Brahman


(seperti telah dijelaskan oleh Krisna dalam sloka IX.34) orang
dapat mencapai kepuasan dan bersama Brahman. Adapun
kepuasan dan kebagian yang dimaksudkan dalam sloka ini
adalah apabila semua kahausan akan hawa nafsu dan keinginan
pribadi telah lenyap.

(10) tesham satatayuktanam

bhajatam pritipurvakam

dadami buddhiyogam tam

yena mam upayanti te

artinya :

kepada mereka yang terus-menerus mengabdi


dan memuja Aku dengan kasih sayang
Aku anugerahkan yoga budipekerti
Dengan ini kepada-Ku mereka datang

Kasih-sayang diantara Brahman dan mereka mengabdi-Nya dan


yoga budipekerti yang mereka terima dari Brahman melahirkan
kekuatan pengertian yang mengahncurkan segala ketidaktahuan
dan kegelapan yang selama ini menyelubungi jiwa mereka.
(11) arjuna uvacha:

param brahma param dharma

pavitram paraman bhavan

purusham sassvatam divyam

adidevam ajam vibhum

286
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

arjuna berkata:
Engkau adalah Brahman, Yang Maha Tinggi
Tatha Tertinggi, Pensuci Tertinggi, Manusia Suci
Kekal-Abadi, Dewata pertama dari semua dewata
Tak-terlahirkan, Maha Kuasa meliputi segala

(12) ahus tvam rishayah sarve

devarshir naradas tatha

asito devalo vyasah

svayam chai 'va bravishi me

artinya :

semua rsi mengatakan tentang engkau begini


demikian juga Rsi-Sakti Narada,
Asita, Dewala serta Vyasa, dan kini
Engkau sendiri berkata kepadaku pula

Arjuna menerima vibhuti (keagungan dan nilai istimewa). Krisna


sebagai Rasul Brahman, dan mengekui kebenaran apa yang
telah diuraikan oleh Krisna kepadanya. Rahasia budipekrti
tertinggi telah terungkapkan baginya dan arjuna kini tidak
merasa bimbang ragu lagi, percakapannya dengan Krisna telah
memberi pengertian kepadanya tentang priunsip-prinsip
Brahman, namun demikian, Arjuna masih membutuhkan
penjelasan-penjelasan mengenai pelaksanan ilmu-pengetahuan
dan yoga budipekerti dalam kehidupan sehari-hari.

(13) sarvam etad ritam manye

yam mam vadasi kesava

na hi te bhagavan vyaktim

vidur deva na danavah

artinya :

aku percaya akan segala kebenaran


yang Engkau katakan kepadaku, oh kesawa
tetapi tidak para dewapun tidak raksasa
mengetahui manisfestasi-Mu, oh Bagawan

287
Bhagavadgitha Bebel

(15) svayam eva 'tmana 'tmanam

vettha tvam purushottama

bhutabhavana bhutesa

devadeva jagatpate

artinya :

benarlah engkau sendiri mengetahui


diri-Mu sendiri demgam Atman sendiri
oh Manusia Utama, sumberr segala insani
Tuhan segala mahkluk segala dewata dunia ini

(16) vaktum arhasy aseshena

divya hy atmavibhutayah

yabhir vibhutibhir lokan

imams tvam vyapya tishthasi

artinya :

terangkanlah dengan sesungguhnya kepadaku


tanpa tedeng aling-aling manisfestasi suci-Mu
Engkau, dengan manisfestasi suci-Mu ini
Meliputi seluruh alam semesta ini

(Purushottama = purusha + utama = manusia utama = Krisna)


perkataan vibhutayah berarti : manisfestasi. Walaupun dalam
Bab-bab terdahulu arjuna telah mendengar uraian tentang
Brahman panjang lebar, namun dengan penuh enthusiasme ia
masih bertanya kepada Krisna, Gurunya. iA mengharapkan agar
krisna menerangkan segala-galanya tanpa tendeng aling-aling,
tanpa ada yang ketinggalan (aseshena)

(17) katham vidyam aham yogim

stvam sada pearichintayan

keshu-keshu cha bhaveshu

chintyo 'si bhagavan maya

artinya :

288
Bhagavadgitha Bebel

betapakah aku dapat mengetahui Engkau


apakah dengan meditasi konstan, oh Mahayogi?
Dalam berbagai aspek yang manakah Engkau
Hendaknya aku renungkan, wahai bagawan

Untuk dapat menyatukan pikiran orang harus memusatkan


perhatian keoada sesuatu objek tertentu. Inilah langkah pertama
yang harus dillakukan oleh seseorang yang hendak menempuh
jalan yoga. Sebagai Rasul Brahman, Krisna memiliki yogamaya,
keagungan dan nilai-nilai dalam kesempurnaannya, sudah
selaknya dapat julukan dari Arjuna sebagai Mahyogi (Yogi Yang
Tertinggi) atau Yogeswara (yogi +Iswara = Tuhannya yogi).
Dengan maksud mencapai tujuan yang sebaik-baiknyalah Arjuna
bertanya tentang aspek Brahman yang harus direnungkan dalam
meditasi. (Mahayogi = Yogeswara = bagawan = krisna).

(18) vistarena 'tmano yogam

vibhutim cha janardana

bhuyah kathaya triphir bi

srinvato na 'sti me 'mritam

artinya :

uraikan lagi selengkapnya kepadaku


oh Janardana, tentang keagungan dan yoga-Mu
sebab telingaku tak jemu-jemu mendengarkan
ajaran-Mu bagaikan madu sejuk menghidupkan

(Jnardana=Krisna). Dalam tujuh sloka tersebut diatas (sloka 12


sampai dengan sloka 18) arjuna memajukan pertanyaan atas
keyakinannya terhadap ajaran-ajaran Krisna, dimana Arjuna
mengahrapkan mansifestasi objektif Brahman dan petunjuk-
petunjuk pelaksanaan yoga dan budipekrti.

(19) sribhagavan uvacha:

hanta te kathyayisyami

divya hy atmavibhutayah

pradhanyatah kurussreshtha

na sty anto vistarasya me

289
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

Sri Bagawan berkata:


Baiklah, hendak Ku-nyatakan kepadamu
Wujud suci-Ku, tetapi terutama hanya
Dari yang penting-penting saja, oh Kurusetra
Sebab tak habis-habisnya perincian-wujud-Ku

Perkataan kurusetra berarti : purta terbaik dari keturunan bangsa


Kuru, jadi Arjuna dipandang putra yang terbaik dari seluruh
keturunan bangsa kuru.

Krisna menjelaskan wujud atau manisfestasi Brahman yang


penting-penting saja menurut tingkatan yang paling tinggi
seterusnya kebawah

(20) aham atma gudakesa

sarva bhutasaya sthitah

aham adis cha madhyam cha

bhutanam anta eva cha

artinya :

Aku adalah jiwa yang terdiam dalam hati


Segala insani wahai Gudakesa
Aku adalah permulaan, pertengahan
Dan penghabisan dari mahkluk semua

Didalam menguraikan segala sesuatunya tentang Brahman dan


manisfestasi-Nya, Bhagavadgita memperlakukan kosmologi
sama dan berbarengan, tidak secara terpisah-pisah. Hal ini dapat
dilihat dalam sloka diatas dan sloka-sloka berikiutnya (dan juga
sloka VII.4). tetapi untuk menyatakan manisfestasi atau wujud
Brahman yang penting-penting saja, yang teruatama sekali
adalah Atman (jiwa), sebab seluruh dan gerakan dan hidup
dalam keseluruhan alam-semesta ini dimilai dan dibuat harmonis
oleh Atman ini. (Gudakesa = penakluk rasa kantuk, yaitu Arjuna
sendiri)

(21) adityanam aham vishnur

jyotisham ravir amsumam

marichir marutam asmi

290
Bhagavadgitha Bebel

nakshatranam aham sasi

artinya :

diantara Aditaya, Aku adalah Wisnu


diantara cahaya, Aku adalah matahari
diantara angin, Aku adalah Marichi
diantara bintang , Aku adalah rembulan

setelah jiwa seperti disebutkan dalam sloka terdahulu,


manisfestasi Brahman yang berikut adalah wujud-wujud kosmos
yang bercahaya-cahaya, disebut aditya, yang berjumlak 12 (dua
belas) masing-masing memimpin cahaya-cahaya ini adalah
wisnu, wujud kosmos brahman yang berikut adalah matahari
(ravi), yang setiap hari kita saksikan paling bercahaya, tetapi
merupakan bagian daripada kosmos aditya yang memimpin
segala cahaya tiap bulannya.

Kemudian wujud kosmos Brahman dalam marut adalah Marichi,


yaitu nama yang diberikan kepada angin yang paling penting,
seperti topan, puyuh, ribut dan sebagainya. Sesungguhnya
perkataan marut bukan saja berarti angin, melainkan juga berarti
unsur-unsur sinar yang menembus udara (termasuk angin) dan
nafas hidup (baik nafas kosmos maupun nafas mahkluk seperti
manusia, binatang dan sebagainya).

Jadi Marichi adalah yang terpenting dalam angin, unsur sinar


yang menembus udara dan nafas-hidup).

Diantara konstelasi bintang-bintang, maka manisfestasi Brahman


adalah rembulan. Tetapi dalam hiubungan sloka ini rembulan
hendaknya jangan ditafsirkan menurut objek-objek astronomi
yang nyata, dimana sesungguhnya rembulanbukanlah milik sinar
cahaya unik sendiri yang melebihi bintang-bintang, melainkan
harus diartikan dalan hubungannya dengan keindahan bahasa
Bhagavadgita (yaitu bahasa sangsekerta) dimana perumpamaan
keindahan rembulan melebihi bintang-bintang diwaktu malam.
Keindahan inilah yang dimaksud terpenting oleh Krisna sebagai
manisfestasi Brahman, dan bukan rembulan sebagai objek nyata
dan astronomi.

Memang nilai-nilai agung dan istimewa tentang Brahman ini


tidaklah mudah untuk dapat dimengerti, dari kenyataan-
kenyataan objektif biasa. Oleh karenanya perlu contoh dan
perumpamaan (simili), baik dalam arti sesungguhnya maupun
arti kiasannya.

291
Bhagavadgitha Bebel

(22) vedanam samavedo 'smi

devanam asmi vasanah

indriyanam manas cha 'smi

bhutanam asmi chetana

artinya :

dari semua Weda Aku adalah Samaveda


dari semua Dewata Aku adalah Indra
dari semua Indria Aku adalah pikiran
dari semua mahkluk Aku adalah kesadaran

dari ketiga-tiga kitab suci Weda samaveda-lah yang dipandang


paling indah, mengandung nyayian suci pujaan keagungan
Brahman. (mengenai kitab suci Weda, lihat juga keterangan
sloka IX.17).

yang dimaksudkan dengan Indria ialah pancaindria dimana


pikiran merupakan titik pusatnya. Diantara mahkluk-mhkluk
hidup didunia ini, yang tertinggi adalah mahkluk yang memiliki
kesadaran (intelek)

(23) rudranam samkaras cha 'smi

vitteso yaksharakahm

vasunam pavakas cha 'smi

meruh sikharinam aham

artinya :

diantara Rudra, Aku adalah Sankara


diantara Yaksa dan raksasa, Aku adalah Kubera
diantara para Wasu, Aku adalah Pawaka
diantara semua gunung, Aku adalah Mahameru

rudra juga disebut Siwa, yaitu personifikasi kehancuran dan


kemusnahan. Menurut kitab-kitab suci Weda, Upanishad dan
purana ada sebelas Rudra atau sebelas kehancuran-kemusnahan
yang dapat mengeluarkan bunyi yang hebat mengerikan (rudra)
seperti misalnya gunung meletus, gempa bumi, petir menyambar
dan sebagainya. Tetapi diantara kesebelas kemusnahan itu ada
yang mendatangkan kebahagian yang disebut Sankara.

292
Bhagavadgitha Bebel

Yaksa dan Raksasa adalah sebangsa mahkluk (bukan manusia


dan bukan binatang) yang berasal dari satu keturunan. Mahkluk
ini dinyatakan memiliki sifat-sifat jahat, namun diantara mereka
Kubera (juga disebut dengan nama Vittesa) adalah yang terkaya,
terbaik dan memiliki sifat-sifat istimewa.

Wasu adalah personifikasi (penjelmahan) daripada


kecemeriangan, kebaikkan, kedermawanan, kesucian dan
sebagainya, yang berjumlah delapan. Yang teristimewa
diantaranya adalah Pawaka.

Mahameru adalah puncak tertinggi di Gunung Himalaya, yang


merupakan gunung yang tertinggi didunia.

(24) purodhasam cha mukhyam mam

viddi partha briphas[atim

senaninam aham skandah

sarasam asmi sagarah

artinya :

ketahuilah pula diantara pendita suci


oh parta, Aku adalah penditaBrihaspati
diantara jendaral perang Aku adalah Skanda
diantara danau Aku adalah samudera

Brihaspati adalah prototipe dari semua pendita yang dapat


menghubungkan manusia dengan Brahman. Skanda (juga dapat
disebut dengan nama Kartikeya) dilkenal sebagai jendral
angkatan perang yang paling baik dan paling bijaksana.

(25) maharshinam bhigur aham

giram asmy ekam aksharam

yajnanam japayanto 'smi

sthavaranam himalayah

artinya :

Aku ini Brigu diantara Rsi (didunia)


Aku ini AUM diantara ucapan suci

293
Bhagavadgitha Bebel

Aku ini meditasi sunyi diantara cara memuja


Aku ini gunung himalaya diantara benda-benda mati

Brigu adalah rsi yang menjadi suri tauladan dalam kehidupan


sehari-hari. Ucapan suci aksara-tunggal AUM berarti Brahman
(lihat juga sloka VIII.13 dan sloka VII.8) meditasi sunyi (yapa)
adalah suatu cara yang dipandang paling baik untuk memuja
Tuhan, sebab cara ini dengan langsung menghubungkan pemuja
dengan yang dipuja dalam situasi dan lingkungan yang hening-
sunyi. Memuja tuhan bukanlah suatu "standing sosial' yang harus
diperlihatkan kepada publik sebagai suatu penilain sosial
terhadap moral spiritual melainkan suatu persyaratan atas
tanggung-jawab seseorang kepada kepercayaan dan keyakinan
terhadap dirinya dan terhadap Tuhan-nya, yang harus
merenungkan dalam semedi atau meditasi-sunyi

Dalam sloka ini gunung himalaya disebut sebagai suatu kiasan


betapa kuat dan teguhnya manisfestasi Brahman itu.

(26) asvatthah sarvavrikshanam

devarshinam cha naradah

gandharvanam chitraratha

siddhanam kapilo munih

artinya :

dari segala kayu-kayuan Aku adalah Aswatha


dari semua dewa rsi Aku adalah Narada
diantara Gandharva Aku adalah Chitarata
diantara muni sempurna Aku adalah kapila

pohon kayu asvattha adalah sebangsa 'fikus religiosa' dari


keluarga pohon beringin. Narada adalah Rsi yang merupakan
penghubung diantara dua golongan spirituil, yaitu manusiadan
para dewata (mahkluk yang bercahaya-cahaya). Gandharwa juga
merupakan mahkluk spirituil yang mempunyai tingkatan diantara
manusia dan para dewata. Diantara mereka Chitarata-lah yang
paling utama Kapila, filosofi dan muni-sempurna, adalah pendiri
aliran falsafah samkhya, yang membedakan purusa dengan
prakriti atau dengan benda-jasmaniah.

(27) uchchaihsravasam asvanam

viddhi mam amritodbhavam

294
Bhagavadgitha Bebel

airavatam gajendranam

naranam cha naradhipam

artinya :

ketahuilah diantara bangsa kuda


Aku Ucaihhswara lahir dari madu amrita
Diantara gajah perkasa Aku adalah Airwata
Diantara manusia biasa Aku adalah maharaja

uchcaiharava adalah nama kuda kenaikkan indara amrita ialah


air suci, manis sejuk menghidupkan yang juga dipergunakan
dalam upacara persembahyangan. Airwata adalah nama gajah
juga kepunyaan Indra

(28) ayudhanam aham vajram

dhenunam asmi kamadhuk

prajanas cha 'smi kandarpah

sarpanam asmi vasukih

artinya :

bajra diantara semua senjata adalah Aku


Kamandhenu diantara sapi-sapi adalah Aku
Dalam membiakkan keturunan Kandarpa adalah Aku
Diantara semua ular Wasuki adalah Aku

Bajra adalah senjata kepunyaan Indra. Kamadhem, juga disebut


kamadhuk, yaitu sapi kepunyaan Rsi Vasista. Kandarpa adalah
dewa-asmara (dewa-cinta) dan Wasuki raja dari segala ular.

(29) anantas cha 'smi naganam

varuno yadasam aham

pitrinam aryama cha 'smi

yamah samyamatam aham

artinya :

diantara naga Aku adalah Ananta


diantara penguasa air Aku adalah waruna

295
Bhagavadgitha Bebel

diantara arwah leluhur Aku adalah Aryama


diantara penegak-hukum Aku adalah yama

ananta adalah naga kepunyaan wisnu, Aryama adalah leluhur


pertama dari kaum waisia (pengusaha-pedagang) yama
disamping sebagai penegak-hukum juga dikenal sebagai dewa
kematian, yang mengadili mahkluk setelah ajal sampai sesuai
dengan pahala karma dimasa yang lalu.

(30) prahladas cha 'smi daityanam

kalah kalayatam aham

mriganam cha mrigendro 'ham

vainateyas cha pakshinam

artinya :

Aku adalah Prahlada diantara Daitya


Aku adalah waktu diantara dasar perhitungan
Aku adalah singa diantara segala binatang
Aku adalah Garuda diantara segala burung

Prahlada adalah pemimpin mahkluk Daitya, yaitu bangsa


raksasa, yang merupakan musuh para dewata. Garuda disebut
pula nama Winata, adalah burung sakti kepunyaan wisnu
(31) pavanah pavatam asmi

ramah sastrabhritam aham

jhashanam makaras ch 'smi

srotasam asmi jahnavi

artinya :

Aku adalah angin diantara yang membersihkan


Aku adalah rama diantara pahlawan kebenaran
Aku adalah Makara diantara segala ikan
Aku adalah Gangga diantara semua begawan

Rama adalah dari epos Ramayana yang merupakan inkarnasi


ketujuh dari wisnu, yaitu wujud kosmos aditya yang paling
bercahaya-cahaya (lihat sloka 21 Bab ini). Makara adalah ikan
yang paling menakjubkan (capriconus dalam penanggalam
hindu), yang kepala dan depannya sebagai biri-biri serta badan

296
Bhagavadgitha Bebel

dan ekornya menyerupai ikan. Sungai gangga juga disebut


jahnawi, sungai yang mendatangkan kemakmuran.

(32) sarganam adir antas cha

madhyam chai 'va 'ham arjuna

adhyatmavidya vidyanam

vadah pravadatam aham

artinya :

dari segala ciptaan Aku ini, oh arjuna


adalah permulaan, akhir dan juga pertengahan
diantara segala ilmu-pengetahuan Aku falsafah Atman
dan diantara semua diskusi Aku adalah dialektika

sloka diatas ini khusus membicarakan soal-soal kesusastraan dan


ilmu-pengetahuan, dan yang dimaksudkan dengan segala
ciptaan ialah karya-karya sastra, deklamasi, pidato dan ilmiah.
Adapun ilmu-pengetahuan yang tertinggi adalah ilmu-
pengetahuan tentang hidup, jiwa, atman dan Brahman Yang
Maha Esa. Dalam suatu diskusi ada klarifikasi cara untuk
mencapai kesimpilan yaitu : pertama vada, cara itu menujukkan
untuk mencapai kebenaran yang dihormati oleh semau pihak
dan disebut dialektika, kedua Vitanda, cara yang dipergunakan
adalah mencari-cari kesalahan argumentasi orang lain tanpa
memberikan pendapat sebagai bahan pertimbangan dan ketiga
jalpa, cara yang hanya membenarkan pikiran sendiri dengan
menolak pendapat orang lain, bila perlu dengan teriak dan caci-
maki.

(33) aksharanam akaro 'ami

dvandvah samasikasyah cha

aham eva 'kshayah kalo

dhata 'ham visvamukhah

artinya :

Aku adalah huruf A dari semua aksara


Aku adalah katamajemuk dari semua kata-kata berpadu
Aku adalah kala-waktu yang tak ada hentinya
Aku adalah pengemban bermuka segala penjuru

297
Bhagavadgitha Bebel

Yang dimaksud dengan katamajemuk adalah dvandva, dimana


tiap kata bagian mempunyai nilai dan fungsi sama, bukan yang
satu menjadi keterangan atau pelengkap yang lain.

(34) mrityuh sarvaharas cha 'ham

udbhavas cha bhavishyatam

kirtih srir vak cha narinam

smritir medha dhritih kshama

artinya :

Aku ini kematian yang menelan segalanya


Aku ini asalmula yang akan ada nanti
Dan dari sifat-sifat wanita Aku ini
Adalah kemasyuran dan kemakmuran,
Kehalusan budi-pekerti dan kenangan
Kecerdasan keteguhan hati dan kesabaran.

(35) brihatsama tatha samnam

gayatri chandasam aham

masanam margasirsho 'ham

ritunam kusumakarah

artinya :

diantara lagu pujaan Aku adalah Brihatsama


diantara syair suci Aku adalah Gayatri
diantara bulan-bulan Aku adalah Margasirsha
diantara musim-musim Aku adalah musimsemi

Brihatsama yaitu lagu pujaan terdapat dalam Samaveda yang


dipandang sangat dalam isinya, sedangkan Gayatri adalah syair
suci terdapat dalam rigveda yang diucapkan untuk sembahyang
diwaktu fajar dan senjakala. Margasrisha adalah bulan habis
panen dan musim orang berlibur dab kerja berat setahunnya.

(36) dyutam ahhalayatam asmi

tejas tejasvinam aham

jayo 'smi vyavasayo 'smi

298
Bhagavadgitha Bebel

sattvam sttvavatam aham

artinya :

Aku ini penjudi diantara bangsa penipu


Aku adalah keindahan dari semua yang jelita
Aku ini kejayaan dan Aku ini daya-upaya
Aku adalah kebaikkan dari segala yang baik

Perkataan penjudi sebenarnya dimaksudkan 'pengambil resiko


dengan mempertaruhkan apa yang dimiliki, jadi untuk
menaklukan bangsa penjahat dan penipu orang harus berani
mengambil resiko, bila perlu jiwa raga.

(37) vrishninam vasudevo 'smi

muninam apy aham vyasah

kavinam usana kavih

artinya ;

dari keturunan Wrisni Aku ini wasudewa


dari panca Pandawa Aku ini Dananjaya
dari murni semprna Aku ini Vyasa
dari biduan-penyair Aku ini Usana

Vyasa adalah pencipta epos Mahabarata dimana Bhagavadgita


termasuk didalamnya. Usana juga dipanggil Sukra pengerang
Dharmasastra, yaitu buku undang-undang kewajiban hidup.

(38) dando damayatam asmi

nitir asmi jighatam

maunam chai 'va 'smi guhyanam

jnanam jnanavatam aham

artinya :

Akulah kekuatan hukum dari semua penguasa


Akulah negarawan diantara yang mengejar kejayaan
Akulah tempat menyimpan segala rahasia
Akulah yang mengetahui segala ilmu pengetahuan

299
Bhagavadgitha Bebel

Perkataan danda berarti : cambuk atau cemeti, yang


dipergunakan untuk menghukum orang yang bersalah oleh yang
berkuasa.

Tetapi dalam hubungan sloka ini perkataan danda harus


diartikan kekuatan hukum untuk menjatuhkan hukuman yang
adil, sebab Brahman adalah Yang Maha Adil, tidak berat sebelah
(lihat pula sloka IX.29 dan 30)

(39) yach cha 'pi sarvabhutanam

bijam tad aham arjuna

na tad asti vina syan

maya bhutam characharam

artinya :

dan selanjutnya apapun, oh arjuna


benih segala mahkluk ini adalah Aku
tidak ada sesuatu bisa ada
bergerak atau tidak bergerak, tanpa aku

(40) na 'nto 'sti mama divyanam

vibhutinam paramtapa

esha tu 'ddesatah prokto

vibhuter vistaro maya

artinya :

perwujudan suci-Ku tiada akhirnya


apa yang telah Ku-katakan, oh Parantapa
hanyalah merupakan ilustrasi belaka
daripada keagungan-Ku yang tiada batasnya

dari uraian diatas, ternyata arjuna telah menunjukkan penegrtian


yang sangat baik, yang menyebabkan Krisna merasa bahwa
keterangannya sudah cukup jelas

(41) yad-yad vibhutimat sattvam

srimad urjitam eva va

300
Bhagavadgitha Bebel

tad-tad eva 'vagachchhatvam

mama tejomsa sambhavam

artinya :

segala apa saja yang ada


memiliki keagungan, keindahan
dan kekuatan, ketahuilah semua itu
menjelma daripada bagian fragmen-Ku

(41) athava bahunai 'tena

kim jnatena tava 'rjuna

vishtabhya 'ham idam kristnam

ekamsena sthito jagat

artinya :

tetapi apakah gunanya bagimu, Arjuna


pengetahuan yang sekecil-kecilnya ini
kupelihara dan kuliputi jagat ini
hanya dengan sekelumit kecil-Ku yang ada

segala sesuatu yang indah dan agung, segala perbuatan yang


menunjukkan heroisme, segala kehidupan yang penuh
pengorbanan, segala kerja yang penuh ketekunan daya upaya
dan segala jiwa yang penuh dengan keseimbangan dan
kesesuaian adalah sekelumit bagian alit daripada Brahman.

Ya, sedangkan kosmos kita ini juga hanya merupakan sebagian


kecil dari Brahman yang ada diseluruh kosmos, diseluruh waktu
dan diseluruh ruang.

Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam

Yogasastre srikarishnarjunasamvade

Vibhutiyogo nama dasamo 'dhyayah

Maka berakhirlah bab kesebelas Upanishad Bhagavadgita


Mengenai ilmu pengetahuan tentang Yang Maha Esa
Kitab suci yoga dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna
Yang berjudul VIBHUTIYOGA

301
Bhagavadgitha Bebel

BAB XII

XI. PERCAKAPAN KESEBELAS

VISVA RUPA DARSANA YOGA

Arjuna kini mengerti dan memiliki ilmu-pengetahuan tentang


manisfestasi Brahman berkat uraian Krisna kepadanya dengan
penuh kasi-sayang.

Dalam bab keduabelas ini Krisna sebagai manisfestasi Brahman


memperlihatkan wujud-Nya dan arjuna setelah menerima mata
penglihatan-dewata dapat menyaksikan visi Brahman yang luar

302
Bhagavadgitha Bebel

biasa, sangat agung, ajaib, universiil, tidak-terbatas, luas


memenuhi ruang angkasa dan paling utama

Bagaikan sinar seribu matahari, bercahaya, cemerlang diruang


angkasa berpusat menjadi satu dalam keseluruhannya, beraneka
warna dengan segala bagiannya.

Brahman adalah waktu, penghancur musuh dunia yang tiba pada


masanya yang telah ditetapkan. Maka itu Krisna mengharap agar
arjuna maju dan bertempur melawan musuh-musuhnya.

Arjuna merasa sangat bahagia dapat kesempatan melihat visi


brahman, dan ia pun sujud dihadapan Krisna serta mengucapkan
kata : Swasti, swasti, swasti!

Sungguh agung ajaib visi Brahman!

XI. Percakapan Kesebelas

(1) arjuna uvacha:

madanughrahaya paramam

ghuyam adhyatmasamjnitam

yat tvayo 'ktam vachas tena

artinya :

Arjuna berkata:
Kini sirnalah keraguan-bimbanganku
Berkat rahasia yang tertinggi ajaran
Tentang Adhyatman yang Engkau uraikan
Dengan kasih sayang kepada-Ku

Walaupun dalam kedua Bab terdahulu Arjuna telah menunjukkan


pengertian yang baik sekali terhadap ajaran Krisna, namun
hatinya belum merasa puas juga, lebih-lebih pandangan
mengenai Brahman secara memastikan. Oelh karenanya ia
mengambil inisiatif dalam Bab ini untuk bertanya lebih jauh.

Sa,pai disini arjuna mengerti bahwa segala sesuatu yang ada


didunia ini tidak tumbuh dan hidup olehnya sendiri, dan bahwa
segala sesuatunya itu tidak terpisah dengan brahman.sampai
disini ilusi atau keragu-bimbangan tentang dunia ini lenyap,
tetapi ia masih ingin mengajukan pertanyaan tentang
manisfestasi Brahman sesungguhnya (Adhyatman adalah wujud

303
Bhagavadgitha Bebel

Brahman yang terutama; lihat juga keterangan sloka VIII.3 dan


sloka X.20)

(2) bhavapyayau hi bhutanam

srutau vistaraso maya

tvattah kamalapattraksha

mahatmyam api cha 'vyayam

artinya :

kelahiran dan kemusnahan mahkluk apa saja


telah didengar olehku secara terperinci
dari Engkau, wahai Ka,alapatraksa
san juga keagungan-Mu yang kekal abadi

perrkataan kamalaptraksha sebenarnya berarti dia yang


matanya indah bagaikan daun kembang tetatai (hitam, lembut
dan besar). Oleh karena Krisna memiliki mata yang indah, maka
Arjuna memanggil krisna dengan nama julukan demikian.
Permulaan dan akhir atau kelahiran dan kemusnahan, segala
mahkluk adalah Brahman (lihat juga sloka X.20).

(3) evam etad yatha 'ttha tvam

atmanam paramesvara

drashtum ichchhami te rupam

aisvaram purushottama

artinya :

benarlah demikian oh Yang Maha Pertama


seperti Engkau telah lukiskan tentang diri-Mu
namun aku ingin menyeksikan
rupa suci-Mu, wahai Manusia Utama

perkataanparamewsvara (dari parama + iswara) berarti : Tuhan


Yang Maha Pertama. Perkataan paremewsvara atau iswara saja
kedua-duanya berarti Tuhan, yaitu yang maha perkasa, ada
dimana-mana, budipekerti yang kekal abadi, yang maha agung,
yang merupakan kekuatan tertinggi dan kebajikkan suci.
(Puruhottama = manusia utama = Krisna)

304
Bhagavadgitha Bebel

(4) manyase yadi tach chhakyam

maya drashtum iti prabho

yogesvara tato me tvam

darsaya 'tmanam avyayam

artinya :

kalau engkau berpendapat, oh Yang Maha Kuasa


itu mungkin bisa disaksikan olehku,
maka tunjukkanlah jiwa-Mu
yang kekal abadi, wahai Yogeswara

Krisna juga dipanggil dengan nama Yogeswara, yang berarti


"Tuhan Yoga".

(5) sribhagavan uvacha

pasyame partha rupani

sataso 'tha sahasrasah

nanavarnakritini cha

artinya :

Sri Bagawan berkata :


Saksikanlah kini rupa-Ku, oh Parta
Beratus-ratus, beribu-ribu
Suci, bermacam-ragam wujud-Ku
Beraneka bentuk dan berbagai warna

Melihat manisfestasi Brahman bukanlah suatu mythos atau suatu


dongeng, melainkan adalah pengelaman spiritual. Dalam sejarah
suatu agama visi atau penglihatan Tuhan pada suatu jaman
adalah merupakan peristiwa monumental yang diakui
kebenarannya. Visi serupa inilah yang dihadapi oleh Arjuna,
seperti terlukis dalam sloka ini.

(6) pasya 'dityan vasun rudran

asvinau marutas tatha

bahuny adrishtapurvani

305
Bhagavadgitha Bebel

pasya scharyani bharata

artinya :

lihat para Aditya, Wasu, Rudra


Aswin kembar dan para Marut, oh Barata
Saksikanlah banyak keajaiban
Yangtidak pernah terlihat sebelumnya

Aditya = yang paling bercahaya-cahaya, yaitu matahari (lihat


sloka X.21), Wasu = yang cemerlang, yang suci, yang lebih baik
dan sebagainya (lihat sloka X.23) Rudra = kehancuran-
kemusnahan (lihat sloka X.23). aswin = fajar, Marut = angin
(lihat sloka X.21) dan Barata = Arjuna)

(7) ihai 'kastham jagat kritsnam

pasya 'dya sachracharam

mama dehe gudakesa

yach 'nyad drashtum ichchhasi

artinya :

lihatlah seluruh alam-semesta kini


yang bergerak dan yang tak bergerak apa saja
yang engkau ingin lihat wahai Gudakesa
semuanya berpusat dalam badan-Ku ini

(8) na tu mam sakyase drashtum

aneuai 'va cvachakshusha

divyama dadami te chakshuh

pasya me yogam aisvaram

artinya :

tetapi engkau tak mungkin kiranya biasa


melihat Aku dengan matamu sendiri ini;
Aku berikan engkau penglihatan dewasa
Saksikanlah kekuatan-Ku yang suci-sakti

Perkataan daivya-chakshus berarti : penglihatan dewata, atau


penglihatan sakti. Disini dimaksudkan bahwa mata-manusia

306
Bhagavadgitha Bebel

biasa hanya dapat melihat yang kelihatan nyata diluar saja,


sedangkan jiwa harus dilihat dengan mata-hati. Ada ilmu-
pengetahuan yang dicapai dengan kekuatan pancaindria dan
intelek kita, tetapi ada pula ilmu-pengetahuan yang hanya
dicapai dengan jalan inspirasi dan wahyu Yang Maha Kuasa.

Penglihatan dewata bikanlah suatu konstruksi berdasarkan


kemampuan intelek itu, melainkan suatu pengungkapan
kebenaran yang langsung diluar batas kemampuan pikiran
manusia biasa. Penglihatan inilah yang dimaksudkan oleh Krisna.

(9) samjaya uvacha:

evam uktva tato rajan

mahayogesvaro harih

darsayam asa parthaya

paramam rupam aisvaram

artinya :

Sanjaya berkata:
setelah berkata demikian, oh tuanku raja
Hari Yogeswara Yang Maha Tinggi
Kemudian menyatakan kepada Parta
Rupa-Nya Yang Termulia dan Tersuci

Dalam sloka ini sampai dengan sloka 14 Sanjaya kemlbali


melaporkan kepada Maharaja Dritarastra apa yang telah terjadi
takkala Sri Bagawan Krisna sebagai manisfestasi Brahman
memeperlihatkan rupa-Nya kepada arjuna. Yang dimaksudkan
dengan hari adalah Krisna = Yogeswara (Tuhannya yoga),
sedangkan yang dimaksud dengan Tuanku Raja adalah Maharaja
Drita rastra, saudara pandu dan ayah kaurawa yang berjumlah
seratus orang (tentang Sanjaya dan Maha raja Dritarstra baca
keterangan sloka I.1 dan 2)

(10) aneka vaktra nayanam

anekadbhuta darsanam

aneka divyabharanam

divyanekodyatayudham

307
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

dengan beraneka mulut dab mata


dengan beraneka wujud-gaib luar biasa
dengan beraneka perhiasan dewata
dengan senjata terhunus
dengan senjata terhunus, suci aneka warna

(11) dvya malyambara dharam

divya gandhanulepanam

sarvascharyamayam devam

anantam visvatomukkham

artinya :

dengan kalung bunga dan pakaian kayangan


minyak dan wangi-wangian suci dari kayangan
tidak terbatas cemerlang kilau-kemilau
dengan muka menghadap kesemua jurusan

(12) divi suryasahasrasya

bhaved yugapad utthita

yadi bhah sadrisi sa syad

bhasas tasya mahatmanah

artinya :

bagaikan sinar seribu matahari


semua bercahaya cemerlang diangkasa
demikian kiranya keagungan rupa
jiwa mulia itu, yang maha tinggi

(13) tatrai 'kastham jagat kritsnam

pravibhaktam anekadha

apasyad devadevasya

sarire pandavas

artinya :

308
Bhagavadgitha Bebel

demikianlah Pandawa melihat alam semesta


berpusat menjadi satu dalam keseluruhannya
dengan berbagai aneka warna bagian-
bagiannya dalam wujud Tuhan diatas segala dewata

(14) tatah sa vismayavishto

hrishtaroma dhanamjayah

pranamya sirasa devam

kritanjalir abhashata

artinya :

kemudian dia-dananjaya-dengan perasaan


penuh kagum dan bulu roma tegak berdiri
sujud menundukkan kepala dihadapan Tuhan
mencakupkan tangan seraya berkata begini

sloka 10 diatas berusaha melikskan betapa banyak mahkluk


(mulut dan mata), betapa indah segala benda materi (perhiasan)
dan betapa bermacam alat hidup (senjata) dalam wujud
Brahman ini. Selanjutnya sloka 11 menyatakan betapa
kemegahan (kalung bunga dan pakaian kayangan) dan
keindahan (minyak dan wangi-wangian suci) serta tidak terbatas
(kesemua penjuru) keagungan brahman itu. Kecermelangan
cahaya seribu matahari digambarkan dalam sloka 12 adalah
suatu smili cemerlangnya ilmu-pengetahuan dan budi pekerti
yang ada pada Brahman.

Dan sloka 13 menyatakan betapa arjuna melihat semua dalam


Yang satu menyaksikan Yang Satu dalam semua. Semuanya
berane-warna, namun semuanya satu. Kemudian setelah
menyaksikan visi manisfestasi Brahman, maka dengan penuh
kekaguman Arjuna sujud menyembah dengan seluruh jiwanya.
Demikianlah laporan Sanjaya kepada Maharaja Dritarstra yang
berusaha memberi gambaran apa yang telah dilihat oleh Arjuna
kepada Maharaja tersebut?

(15) arjuna uvacha:

pasyami devams tava deva dehe

sarvams tatha bhutavisesha samghan

brahmanam isam kamalasanastham

309
Bhagavadgitha Bebel

rishims cha sarvam uragams cha divyan

artinya :

arjuna berkata :
dalam wujud-Mu, aku melihat, oh Tuhan
para dewata dan berbagai tingkat mahkluk lainnya
Brahman duduk diats singgasana kembang teratai
Serta para rsi suci dan naga kayangan

Selanjutnya dari sloka 15 diatas sampai dengan sloka 31. Arjuna


sendiri mencoba mengeuarikan pap yang telah disaksikannya
selama visi Brahman menyatakan diri-Nya dihadapannya, adalah
tidak mudah bagi arjuna dengan kata-kata manusia yang tak
terbatas jumlahnya, dengan pikiran-pikirannya yang tidak
sempurna untuk melukiskan segala sesuatunya tentang
pengelaman spirituil ini.

Naga dalam hubungan ini dibartakan sebagai jangka waktu yang


tidak terbatas, atau kelanggengan. Oleh karena itu naga
dianggap suci dan ada didunia lain, dikayangan.

(16) aneka bahudara vaktra netram

pasyami tvam sarvanto nantarupam

na 'ntam na madhyam na punas tava 'dim

pasyami visvesvara visvarupa

artinya :

kulihat Engkau dalam bentuk tak terbatas disumua penjuru


dengan tangan, perut, muka dan mata tak terhitung jumlahnya
tetapi aku tak melihat akhir, pertengahan dan permulaan-Mu
oh Tuhan Seru-Sekalian-Alam, oh rupa Alam-Semesta

(17) kiritinam gadinam chakrinam cha

tejorasim sarvato diptimantam

pasyami tvam durniriskshyam samantad

diptanalarkadyutim aprrameyam

artinya :

310
Bhagavadgitha Bebel

kulihat Engkau dengan mahkota, gada dan


cakra berkilau-kilau dimana-mana tiada kuasa
mata memandang cahaya cemerlang disegala
jurusan bagaikan banyak api dan matahari, tiada bandingan

(18) tvam aksharam paranam veditavyam

tvam asya visvasya param nidhanam

tvam avyayah sasvata dharma gopta

sanatanastvam purusho mato me

artinya :

kupikir : Engkau langgeng, agung, harus diketahui


Engkau adalah tumpuan terakhir alam-semesta
Engkau adalah pengawal dharma yang kekal-abadi
Engkau adalah Mahkluk Yang Paling Pertama

(19) anadimadhyantam anantaviryam

anantabahum sasisuryanetram

pasyami tvam diptahutasavaktram

svatejasa visvam idam tapantam

artinya :

kulihat Engkau tanpa permulaan, pertengahan dan kesudahan


kekuatan tak terbatas tangan tek-terhitung banyaknya
bulan dan matahari sebagai Mata-Mu, api pemujaan
sebagai muka-Mu, cemerlang mengahangati alam-semesta

(20) dyavaprithivyor idam antaram hi

vyaptam tvayai 'kena disas cha sarvah

drishtva 'dbhutam rupam ugram tave 'dam

lokatrayam pravyathitam mahatman

artinya :

ruang antara sorga dan dunia diliputi oleh-


Mu belaka pula semua penjuru alam

311
Bhagavadgitha Bebel

Semesta, oh Mahatma dan dikala keajaiban,


Kehebatan rupa-Mu kelihatan maka ketiga-
Tiga dunia ini bergetar ngeri ketakutan

Seperti apa yang dilaporkan oleh Sanjaya kepada Mahatma raja


Dristarastra tentang visi Arjuna ketika menyaksikan Brahman,
maka dari sloka 16 sampai dengan sloka 20 diatas ini dapat
kiranya dibayangkan betapa Arjuna sangat kagum, takjub,
terharu, bersyukur dan berbagai perasaan kudus meliputi
sanubarinya, menyaksikan keagugan Brahman itu. Begitu
banyak, beraneka ragam yang dilihat Arjuna dalam waktu yang
begitu singkat, kiranya dapat dibandingkan dengan seseorang
yang menyaksikan gambar hidup diatas layar-putih : Sungguh
sukar menceritakan kembali semuanya! Sloka diatas
mengingatkan kita kepada personifikasi Brahman dalam wujud
Wisnu (lihat juga keterangan sloka X.21), sedangkan sloka 18
melukiskan Brahman sebagai pengawal kebenaran yang kekal
abadi, pegangan hidup atau kepercayaan = agama). Yang
dimaksudkan dengan Ketiga-tiga dunia adalah sorga, dunia kita
dan neraka (baca juga sloka I.35). maharma = jiwa yang agung.

(21) ami hi twam surarasa,gha visanti

kechid bhitah pranjalayo grinanti

svasti 'ty uktve maharshisiddhasamghah

stavanti tvam stutibbih pushkalabbih

artinya :

disini para dewata masuk kedalam-Mu, diantaranya


ketakutan mencakup tangan sujud pada-Mu
dan bergelombang para rsi dan orang-orang sempurna
menyerukan "Swasti" dan menyanyi lagu kudus bagi-Mu

(22) rudraditya vasavo ye sadhya

visve 'svinau marutas cho 'shmapas cha

ghandarva yakshasura siddha samgha

vikshante tvam vismitas chai 'va sarve

artinya :

312
Bhagavadgitha Bebel

para Rudra,Aditya, Sandhya, Wasu


Wiswadewa, Aswin kembar, Marut, Usmapa
Gandharwa, Yaksa, Asura dan Siddha
Semua dengan takjub memandang kepada-Mu

Mengenai para dewataseperi Rudra, Aditya, Wasu, Yaksa dan


Gandharwa lihat sloka-sloka X.21,23 dan 26. Sendhya adalah
dewata saji-sajian dan mantra Wiswadewa ialah para dewata
yang tingkatanya lebih rendah, Aswin kembar (lihat sloka 6 Bab
ini), Usmapa = Pitri = leluhur, Asura = iblis, Siddha = para
setengah dewa (semi-dewata).

Dengan menyerukan perkataan "swasti", berarti menyampaikan


salam : "semoga selamat" atau "Brahman melindungi engkau"
atau "hidup"! kalau dihubungkan dengan hidup dalam dunia ini.

(23) rupam mahat te bahuvaktranctram

mahabaho bahubahupadam

bahudaram bahudamshtrakaralam

drishtva lokah pravyathitas tatha 'ham

artinya :

melihat kebesaran rupa-Mu dengan banyak mulut, mata


dengan banyak tangan, paha dan kaki, wahai Mahabahu
dengan banyak perut besar dan taring-taring mengerikan
seluruh jagat gemetar, demikian pula aku ketakutan

inilah suatu contoh lukisan yang puitis berlebih-lebihan tentang


kebesaran Brahman yang sesungguhnya meliputi alam semesta
seluruhnya, dimana-mana dan sepanjang jaman.

(24) nadhahspisam diptam anekavernam

vyattananam diptavisalanetram

drishtva hi tvam pravyathitantaratma

dhritim na vindami saman cha vishno

artinya :

kulihat Engkau menyentuh langit dengan berbagai warna


cemerlang, mulut menganga mata membelak terbuka,

313
Bhagavadgitha Bebel

hati kecilku gemetar ketaj\kutan, terasa benar olehku


tiada kekuatan, tiada keseimbangan lagi, oh Wisnu

(25) damshtrakaralani cha te mukhani

drishtvai 'va kalanalasamnibhani

diso na jane na labhe cha sarma

prasida devesa jagannivasa

artinya :

dikala kulihat mulut-Mu dengan taring


taring mengerikan seperti api kiamat
membakar, aku tiada tahu mana arah
dan tiada tempat bernaung, wahai Tuhan lindungilah
Dewa segala-dewata, tumpuan alam semesta-sekalian

Dalam kedua sloka tersebut diatas Arjuna mencoba terus


melukiskan aspek visuil Brahman dalam wujud dan rupa kosmos
yang maha luas tidak terbatas ini.

Disini Brahman disebut dengan berbagai perkataan seperti


devesa yang berarti "Dewa dari segala-dewata" dan jagamnivasa
yang berarti : "Tumpuan alam-semesta-sekalian". Dan dalam
sloka 24, Brahman disebut Wisnu sedangkan dalam sloka 15
terdahulu Brahman disebut dengan nama 'Barahman'. Adapun
brahman dan Wisnu terdahuluadalah dua bagian dari trimurti
yang merupakan manisfestasi kosmos Brahman, bagian yang
ketiga dari Trimurti adalah Siwa. Trimurti atau ketiga
manisfestasi kosmos Brahman, yaitu Brahman, Wisnu dan Siwa,
adalah merupakan personifikasi daripada Penciptaan,
pemeliharaan, dan pemusnahan (atau permulaan, pertengahan
dan akhir). Untuk maksud dan tujuan yang tertentu sring
Brahman (Tuhan Yang Maha Esa)hanya dilihat dari satu aspek
saja, misalnya dari aspek penciptaan maka Dia disebut Brahman
atau dari aspek pemeliharaan maka Dia dinamakan Wisnu, dan
bila dari aspek pemusnahan maka Dia dipuja sebagai Siwa.

Arjuna merasa tidak mempunyai kekuatan hilang keseimbangan,


tidak tahu arah (Barat, Timur, Utara dan Selatan)dan tidak ada
pegangan atau tempat berlindung; seluruh hatinya diliputi oleh
perasaan-perasaan takjub dan kagum, ngeri dan teror serta
gembira dan bahagia.

(26) ami cha tvam dhritarastrasya putrah

314
Bhagavadgitha Bebel

sarva sahai 'va vanipalasamghaih

bhismo dronah sutaputras tatha 'sau

saha 'smadiyair api yodhamukhyaih

artinya :

disini putera-putera Dristarastra disini


para raja lainya dan juga Bisma, Drona
serta karna sekalia dengan perwira-perwira
angkatan [erang dipihak kami juga

(27) vaktrani te tvaramana visanti

damshtrakaralani bhayanakani

kechid vilahna dasanantreshu

samdrisyante churnitair uttamangaih

artinya :

semuanya berduyun-duyun masuk kedalam mulut-Mu


penuh dengan taring-taring sangat mengerikan
ada yang tersangkut diantara taring ini, dan kepala mereka
remuk menjadi abu

dengan penglihatan dewata yang diberikan oleh Krisna


kepadanya, Arjuna tidak saja menyaksikan apa yang ada
diangkasa luar, diantara bumi dan langit, tetapi juga segala
sesuatu yang jauh, dekat, didalam dan diluar. Contohnya adalah
apa yang disebut dalam kedua sloka diatas ini, dimana pada saat
Arjuna mengadakan percakapan dengan Krisna ini. Arjuna juga
ada ditengah-tengah musuhnya, yaitu Kaurawa, dan
balatentaranya sendiri dimedan perang Kuruksetra.

(perkataan sutaputra berarti : anak tukang-kereta-kuda. Disini


dimaksudkan Karna, lihat s;oka 1.8)

(28) yatha nadinam bahavo 'mbuvegah

samudram eva 'bhimukha dravanti

tatha tava 'mi naralokavira

visanti vaktrany abhivijvalanti

315
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

bagaikan sungai-sungai banjir berlomba


mengalir menuju samudera, demikian pula
para pahlawan dunia-manusia ini berlomba
masuk kedalam mulut-Mu yang menyala-nyala

(29) yatha praditam jvalanam patanga

visanti nasaya samridddhavegah

tathai 'va nasaya visanti lokas

tava 'pi vaktrani samriddhavegah

artinya :

ibarat anai-anai berlarian terbang kelidah-api


untuk mati disana, demikian pula manusia ini
berlarian kedalam mulut-Mu dengan amat
kencangnya berjatuhan menemui kehancuran mereka

dalam kedua smili tersebut diatas, nyatalah berapa Arjuna


menyaksikan manusia karena ketidaktahuan dan hasil karmanya
dimasa lampau berlomba-lomba berlarian menuju kehancuran
mereka sendiri dengan disaksikan oleh mulut brahman. Sebab
ketidaktahuan dan hasil karma inilah menyebabkan manusia
menemui kehancuran mereka, yang dilukiskan secara
meraphora-puitis masuk kedalam mulut Brahman.

(30) Lelihyase grasamanah samantal

Lokan samagran vadahair jvaladbhih

Tejobhir apurya jagat samagram

Bhasas tavo 'grah pratapanti vishno

Artinya :

Engkau penjilat dengan lidah api-Mu


Disemua penjuru dan menelan mereka semua:
Sinar-Mu mengelora memenuhi ruang-angkasa
Membakar alam semesta dengan panas membara
Oh Wisnu

(31) akhyahi me ko bhavan ugrarupo

316
Bhagavadgitha Bebel

namo 'stu devavara parasida

vijnatum ichchhami bhavantam addyam

na hi prajanami tava pravrittim

artinya :

nyatakanlah padaku dengan rupa seram, siapakah Engkau


oh Tuhan segala dewata, segala puji kepada-Mu
kasihilah, aku ingin mengetahui siapa Engkau
Yang Maha Tunggal, aku tidak mengerti Tindakan-Mu

Dalam sloka 30 diatas, Wisnu sebagai personifikasi pemeliharan


daripada Brahman menonjol sebab ia adalah wujud kosmos
Brahman yang paling bercahaya, diibaratkan sebagai lidah api
menjilat-jilat seluruh penjuru dan menelan segala-galanya
dengan sinar-cahaya-Nya yang gilang-gemilang. Dalam
hubungan cemerlangnya cahaya inilah Wisnu seharusnya
dipahami dimana ia menelan segala kegelepan dan
ketidaktahuannya difahami dimana ia menelan segala kegelapan
dan ketidaktahuan seluruh alam-semesta, termasuk mahkluk
manusia sebagai kita ini.

(32) sribgagavan uvacha:

kalo 'smi lokakshayakrit pravriddho

lokan samahartum iha pravittah

rite 'pi tvam na bhavishyanti sarve

ye 'vasthitah pratyanikeshu yodhah

artinya :

Sri Bagawan berkata:


Aku adalah waktu, penghancur dunia yang dewasa
Datang disii untuk memusnahkan dunia manusia
Walaupun tanpa engkau semua pahlawan ini
Dalam pasukan berlawan takkan tinggal hidup nanti

(33) tasmat tvam uttishtha yaso labhasva

jitva satrun bhunkshva rajyam samriddham

mayai 'vai 'te nihatah purvam eva

317
Bhagavadgitha Bebel

nimittamatram bhava savyasachin

artinya :

karena itu, bangkitlah engkau dan jayalah


taklukan musuh, nikmati kerajaan sejahtera
oleh-Ku sebenarnya mereka telah hancur musnah
jadilah engkau hanya alat belaka, oh Arjuna

(34) dronam cha bhishman cha jayadratham cha

karnam tatha'nyan api yodhaviran

maya hatams tvam jahi ma vyathishtha

yudhyasva jetasi rane sapatnan

artinya :

bunuhlah Drona, Bisma, Jayadrata, Karna


dan Pahlawan lainya yang semuanya telah kumusnahkan
janganlah gentar berjoanglah engkau dan
taklukan musuh-mushmu dalam pertempuran

didalam ketiga-tiga sloka diatas Sri Bagawan krisna menjelaskan


kepada Arjuna, bahwasanya apa yang dilihat dan apa yang
sedang berlaku dihadapanya adalah dalam keseluruhannya
merupakan manisfestasi Brahman yang dikerjakan oleh Krisna
sendiri.

(35) samjaya uvacha:

etach chhurutva vachanam kesavsya

kritanjalir vepapanamah kriti

namaskritva bhuya eva 'ha krishnam

sagadgadam bhitabbhitah pranamya

artinya :

Sanjaya berkata:
Setelah mendengar kata-kata Kesawa
Dengan cemas Arjuna mencakup tangan
Menyembah lagi dengan sujud ketakutan
Dan dengan suara gemetar berkata kepada Krisna:

318
Bhagavadgitha Bebel

Kembali lagi Sanjaya memberi laporan kepada Maharaja


Dritarastra betapa Arjuna gemetas ketakutan setelah melihat visi
Brahman, dan setelah Krisna menjelaskan apa yang telah
dilihatnya serta menganjurkan kepadanya supaya ia bertempur,
menghancurkan kaurawa. Dimana ia sendiri hanyalah alat
insidentil belaka daripada kalayuga ini.

(36) arjuna uvacha:

sthane brishikesa tava prakirtya

jagat prahhrishyaty anurajyate cha

rakshamsi bhitani diso dravanti

sarve namasyanti cha siddhasamghah

artinya :

Arjuna berkata:
Patutlah dunia merasa senang dan bahagia
Dalam memuja Engkau, wahai Hrisikesa
Para raksasa lari ketakutan kesegala penjuru
Orang sempurna bersujud menyembah dihadapan-Mu

Perkataan sidhha berarti ; semi-dewata atau orang sempurna


(lihat juga sloka 22 Bab ini). Adapun raksasa yang dimaksudkan
dalam sloka diatas adalah orang-orang jahat, kafir, ingkar dan
munafik

Dalam sloka 36 ini sampai dengan sloka 46 Arjuna menyatakan


perasaan yang penuh emosi kekaguman dan kesujudan kepada
Brahman Yang Maha Esa.

(37) kasmach cha te na nameran mahatman

gariyase brahmano 'py adikartre

ananta devesa jagannivasa

tvam aksharam sad asat tatparam yat

artinya :

tetapi mengapa mereka tak memuja-Mu, oh Mahatma


yang lebih agung dari Brahma, pencipta yang pertama

319
Bhagavadgitha Bebel

tak-terbatas, dewa segala dewata, tumpuan semesta


abadi, ada dan tiada, melampaui segala yang ada

seperti dalam sloka 15 terdahulu, disini Brahman adalah


merupakan salah satu aspek (yaitu penciptaan) daripada
Brahman Yang Maha Esa, seperti halnya dalam sloka 24 dalam
Bab ini juga ia sebut dengan aspek pemeliharaan, yaitu Wisnu.

(38) tvam adidevah purushah puranas

tvam asya visvasya param nidhanam

vetta 'si vedyam cha param cha dhama

tvaya tatam visvam anantarupa

artinya :

Engkau adalah Dewa pertama, manusia terdahulu


Engkau Tumpuan Tertinggi Semesta, Yang Maha Tahu
Engkau Yang Harus diketahui, Tujuan Yang Tertinggi
Rupa-Mu tak terbatas, oleh-Mu semesta ini diliputi

(39) vajur yamo 'gnir varunah sasankah

prajapatis tvam prapitamahas cha

namo namaste 'stu sahasrakritvah

punas cha bhuyo 'pi namo namaste

artinya :

Engkau adalah dewa angin, kematian dan api


Engkau adalh dewa laut, rembulan dan prajapati
Leluhur semua mahkluk, bagi-Mu "swasti" seribu kali
"swasti","swasti", "swasti" sekali lagi dan lagi

(40) namah purastad atha prishthatas te

namo 'stu te sarvata eva sarva

ananta virryamita vikramas tvam

sarvam samapnoshi tato 'si sarvah

artinya :

320
Bhagavadgitha Bebel

sujud dihadapan-Mu, dibelakang-Mu dan dimana-mana


Engkau tidak terbatas dalam kekuatan oh semua
Tak terbandingkan dalam kekuasaan meliputi
Segala dan karenanya Engkau adalah segalanya

(41) sakhe 'ti matva prasabham yad uktam

he krishna he yadava he sakhe 'ti

ajanata mahimanam tave 'dam

maya pramadat pranayena va 'pi

artinya :

apapun yang telah kukatakan secara ceroboh


kepada-Mu karena berpikir kau temanku
tak sadar keagungan-Mu
"oh Krisna", "oh Yadawa","oh kawan" semuanya
itu hanya karena kealpaan atau mungkin sebab keakrabanku

(42) yach cha 'vahasartham asatkrito 'si

vihara sayyasana bhojaneshu

eko 'thava 'py achyuta tatsamaksham

tat kshamaye tvam aham aprameyam

artinya :

dan apapun yang kurang sopan dalam bergurau pada-Mu


waktu bermain, tidur, duduk-duduk atau waktu makan
sendirian atau dengan yang lain, aku bermohon pada-Mu
maaf, oh Yang Maha Teguh, yang tidak terdugakan

(43) pita 'si lokasya characharasya

tvam asya pujyas cha gurur gariyan

na tvatsamo 'sty abhyadhika kuto 'nyo

lokatraye 'py apratimaprabhava

artinya :

321
Bhagavadgitha Bebel

Engkau adalah bapa dari yang bergerak dan yang ada


Tiada, tujuan memuja, Guru yang mulia, tak ada
Samanya, bagimana mungkin ada yang lebih agung
Daripada-Mu diketiga dunia dimana tak terbanding
Kan kebesaran-Mu?

(43) tasmat pranamya pranidhaya kayam

prasadaye tvam aham isam idyam

pite 'va putrasya sakhe 'va sakhyuh

priyah priyaya 'rhasi deva sodhum

artinya :

karenanya dengan menundukkan kepala sujud


pada-Mu oh Tuhan, Maha Penyayang aku bermohon restu-Mu
Engkau harus memandangku ba' bapa terhadap putra
Teman dengan teman, terkasih dengan yang dikasihinya

(44) adrishtapurvam hrishito 'smidrishtva

bhayena cha pravyathitam mano me

tad eva me darsaya jangannivasa

prasida devesa janganisvasa

artinya :

aku melihat apa yang belum pernah kulihat


sebelumya, aku merasa berbahagia tetapi hatiku gemetar
ketakutan, tunjukkanlah rupa-Mu yang semula dulu,
oh Tuhan lindungilah, Dewa segala dewata
Tumpuan Alam Semesta

(45) kiritnam gadinam chakrahastam

ichchhami tvam drashtum aham tathai 'va

tenai 'va rupena chaturbhujena

sahasrabaho bhava visvamurte

artinya :

322
Bhagavadgitha Bebel

aku ingin melihat-Mu kembali seperti semula


sebelumnya, aku merasa berbahagia tetapi hatiku gemetar
ketakutan, tunjukkanlah rupa-Mu yang semula dulu
oh Tuhan lindungilah, Dewa segala Dewata

(46) kiritinam gadinam chahrahastam

ichchhami tvam drashtum aham tathai 'va

tenai 'va rupena chaturbhujena

sahasrabaho bhava visvamurte

artinya :

aku ingin melihat-Mu kembali seperti semula


dengan mahkota,. Gada dan cakra ditangan
dalam rupa-Mu yang mempunyai empat lengat
oh Tangan seribu Yang Berwajah Alam Semesta

(47) sribhagavan uvacha:

maya prasannena tava 'rjune 'dam

rupam param darsitam atmayogat

tejomayam visvam anantam adyam

yan me tvadanyena na drishtapurvam

artinya :

Sri Bagawan berkata:


Berkat restu-ku, melalui kekuatan sakti yoga-Ku
Oh arjuna telah siperlihatkan padamu rupa-Ku
Agung, cemerlang, universil, tak-terbatas, terutama
Yang kecuali olehmu belum pernah dilihat siapa jua

(48) na vedayajnadhyayanair na danair

na cha kriyabhir na tapobhir ugraih

evamrupah sakya aham nriloke

drashtum tvadayena kuruprahvira

artinya :

323
Bhagavadgitha Bebel

tidak dengan kitab suci weda, pengetahuan, kerja


sedekah, upacara persembahyangan atau tapa barata
Aku dapat dilihat dalam rupa ini didunia manusia
Oleh siapapun kecuali engkau, wahai Kuruprawira

(49) ma te vyatha ma cha vimudhabhavo

drishtva rupam ghoram idrin mame 'dam

vyapetabhih pritamanah punas tvam

tad eva me rupam idam prapasya

artinya :

melihat rupaku yang mah hebat ini


engkau jangan takut dan bingung dihati
terbebas dari takut dan merasa lega didada
lihatlah kembali rupa-Ku yang semula

(50) samjaya uvacha:

ity arjunam vasudevas tatho ktva

svakam rupam darsayam asa bhuyah

asvasayam asa cha bhitam enam

bhutva punah saumyavapur

artinya :

Sanjaya berkata:
Setelah berkata demikian kepada Arjuna
Dan memperlihatkan kepadanya rupa-Nya semula
Setelah Mahatma kembali dalam bentuk lemah lembut
Wasudewa menenagkan hatinya yang kalang kabut

(51) arjuna uvacha:

drishtve 'dam manusham rupam

tava saumyam janardana

idanim asmi samvrittah

sachetah prakritim gatah

324
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

arjuna berkata :
melihat rupa manusia-Mu kembali
yang lemah lembut, wahai Janardana
aku kini menjadi tenang lagi

(52) sribhagavan uvacha:

sudurdarsam idam rupam

drishtavan asi yan mama

deva apy asya rupasya

niyam darsanakankshinah

artinya :

Sri bagawan berkata:


Sungguh sukar dilihat rupa-Ku ini
Yang engkau telah dapat saksikan
Sedang para dewatapun selalu mengharapakan

(53) na 'ham vedair na tapasa

na danena na che 'jyaya

sakya emamvidho drashtum

drishtavan asi mam yatha

artinya :

Aku tidak bisa dilihat dalam rupa


Seperti yang engkau telah saksikan pula
Biarpun dengan kitab suci weda, tapabrata
Maupun dengan sedekah atau upacara-upacara

(54) bhatya tv ananyaya sakya

aham evamvidho 'rjuna

jnatum drashtum cha tattvena

praveshtum cha paramtapa

325
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

tetapi dengan pengabdian jua


yang hanya terpusatkan, oh Arjuna
Aku dapat diketahui juga
Sesungguhnya dapat dilihat, Parantapa

(55) matkarmamakrin matparamo

madbhaktah sangaverjitah

nirvairah sarvabhuteshu

yah sa mam eti pandava

artinya :

yang bekerja bagi-Ku, menjadikan Aku tujuannya


berbakti kepad-Ku tanpa kepentingan
pribadi tiada bermusuhan terhadap segala insana
dialah yang datang kepada-Ku, oh Pandawa

sloka inilah yang sesungguhnya merupakan intisari ajaran


Bhagavadgita : melakukan kewajiban kita, mengarahkan
kewajiban tersebut kepada Brahman, melepaskan jiwa kita dari
segala nafsu kepentingan pribadi, bebas dari rasa bermusuhan
dengan semua mahkluk hidup dan berbakti kepada-Nya, apapun
tugas pekerjaan kita dalam hidup ini.

Melihat visi Brahman, seperti yang dialami oleh Arjuna, bukanlah


merupakan sesuatu yang harus dicapai terakhir, melainkan harus
terus berusaha sehingga menjadi satu dengan Brahman, itulah
kebenaran terakhir.

Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu


Brahmavidyayam

Yogasastre srikrishnarjunasamvade

Visvarupadarsanayogo namai kadaso

Visvarupadarsanayogo namai kadaso dhyayah

Maka berakhirlah bab ini Upanishad


Bhagavadgita mengenai ilmu-pengetahuan
Tentang Yang Maha Esa, kitab suci Yoga

326
Bhagavadgitha Bebel

Dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna yang berjudul


VISVARUPADARSANAYOGA

BAB XIII

XIII. PERCAKAPAN KEDUABELAS

327
Bhagavadgitha Bebel

BHAKTI YOGA

Arjuna bertanya, orang yang berbakti menyembah wujud


Brahman dan orang yang berbakti menyembah Brahman Yang
Abstrak, mana yang mahir dalam yoga

Dalam bab ini Krisna menjawab bahwa orang yang menyatukan


pikiran, memiliki kepercayaan tawakal berbakti menyembah
wujud Brahman adalah terbaik. Tetapi sesungguhnya kedua-
duanya menuju brahman.

Banyak cara berusaha untuk berbakti menyembah wujud


brahman : dengan jalan yoga biasa, dengan jalan ilmu-
pengetahuan, dengan jalan meditasi, dengan jalan kerja tanpa
mengharapkan hasil keuntungan dan dengan jalan kedamaian
hati.

Sama terhadap kawan dan lawan, sama terhadap suka dan duka,
sama terhadap panas dan dingin, sama terhadap puji dan maki,
pendiam prihatin dan berbaktilah menyembah Brahman.

XII. Percakapan Keduabelas

(1) arjuna uvacha:

evam satatayukta ye

bhaktas tvam paryupasate

ye cha 'py aksharam avyaktam

tesham ke yogavittamah

artinya :

Arjuna berkata:
Jadi, penganut yang tawakal senantiasa
Menyembah Engkau dan yang lain lagi
Menyembah yang Abstrak, yang kekal abadi
Yang manakah lebih mahir dalam yoga?

Disini arjuna mengajukan pertanyaan kepada Krisna, perihal


tujuan berbakti itu, sebab, dalam kenyataan hidup sehari-hari
ada orang yang berbakti dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa,
Yang Abstrak, Yang Tidak Tersonifikasikan dan ingin bersatu
dengan-Nya, sedangkan yang lain lagi bebakti dan menyembah
Tuhan Yang Maha Easa, Yang Tersonifikasikan Dalam Dunia

328
Bhagavadgitha Bebel

Manusia dan Alam Semesta, seperti Rasul atau Nabi atau Avatara
atau Dewata, dan ingin bersatu dengan-Nya.

Manisfestasi atau personifikasi Tuhan Yang Maha Esa Yang Tidak


termanisfestasikan, Yang Abstrak, yang Absolut ataukah Tuhan
Yang Maha Esa, Yang termanisfestasikan Mahatma,
Purushottama, Brahman, Wisnu, siwa? Inilah pertanyaan Arjuna!

(2) sribhagavan uvacha:

mayy avesya mano ye mam

nityayukta upasate

sraddhaya parayo 'petas

te me yuktatama matah

artinya :

Sri Bagawan berkata:


Yang menyatukan pikiran berbakti kepada-Ku
Menyembah aku dan tawakal selalu
Memiliki kepercayaan yang sempurna
Merekalah Ku-pandang terbaik dalam yoga

Dalam sloka ini dengan jelas Krisna menjawab bahwasanya ia


yang menyembah Tuhan Yang Maha Esa, yang
Termanisfestasikan dengan Awatara-Nya adalah pengenut yang
terbaik, seorang Bhakta yang saleh

(3) ye tv aksharam anirdesyam

avyaktam paryupasate

sarvatragam achityam cha

kutastham acchalam dhruvam

artinya :

tetapi mereka yang memuja


Yang Kekal-abadi, Yang Tak Terjerumuskan,
Yang Tak-nyata Yang melingkupi segala,
Yang tak terpikirkan
Yang Tak-berobah, Yang Tak-bergerak
Yang Konstan

329
Bhagavadgitha Bebel

(4) samniyamye 'ndriyagramam

sarvatra samabuddhayah

te prapnuvanti mam eva

sarvabhutahite ratah

artinya :

dengan menahan pancainria hawa nafsu


selalu seimbang dalam segala situasi
berusaha guna kesejahteraan insani
mereka juga datang kepada-Ku

selain daripada menahan hawa nafsu, maka berusaha untuk


kesejahteraan semua mahkluk adalah juga merupakan syarat
mutlak bagi mereka yang memuja dengan meditasi (upasana)
Tuhan Yang Maha Esa. Yang Tak-termansifestasikan

(5) klesho 'dhikataras tesham

avyaktasakta chetasam

avyakta hi gatir dunkham

dehavadbhir avapyate

artinya :

kesukaran pada orang yang pikirannnya


terpusat pada Yang Tak termanisfestasikan
lebih besar, Sebab Yang Tak termanisfestasikan
sukar dicapai orang yang dikuasai jasmaninya

adalah sangat sukar untuk menyetukan jiwa dan memusatkan


pikiran pada Tuhan Yang Maha Esa, Y ang Tak-
termanisfestasikan, Yang Tak-terpikirkan, lebih-lebih kalau orang
masih dikuasai oleh badan jasmaninya dengan segala macam
kebutuhan duniawi selama orang masih hidup dalam dunia ini.

Namun betapapun sukarnya, barang-siapa yang dengan


pendidikan dan latihan-latihan berusaha dengan sungguh-
sungguh memuja dan merernungkan secara menyeluruh Yng
Tak-termanisfestasikan, pada waktunya pasti juga mencapai
Brahman.

330
Bhagavadgitha Bebel

(6) ye tu sarvani karmani

mayi samnyasya matparaah

ananyenai 'va yogena

mam dhyayanta upasate

artinya :

tetapi sesungguhnya mereka yang menumpahkan


segala kegiatan hidup mereka kepada-Ku
memikirkan bermeditasi hanya pada-Ku
dengan kebaktian yang terpusatkan

(7) terham aham samuddharta

mrityu samsara sagarat

bhavami nachirat partha

mayy avcsita chetasam

artinya :

yang pikiran mereka tertuju kepada-Ku


dengan segera dan langsung Aku
oh parta, bebaskan mereka dari
lautan sengsara hidup lahir dan mati

dalam kedua sloka diatas dengan jelas Krisna menekankan


bahwasanya kebaktian kepada Tuhan yang Maha Esa dengan
melalui Awataranya (Rasul-Nya) adalah merupakan pengabdian
yang terbaik untuk membebaskan diri dari gelombang lautan
sengsara yang pasang-surut.

(8) mayy eva mana adhatsva

mayi buddhim nivesaya

nivasishyasi mayy eva

ata urdhvam samsayah

artinya :

331
Bhagavadgitha Bebel

pusatkan pikiran hanya pada-Ku


biarlahg intelekmu berdiam pada-Ku
hanya didalam-Ku engkau hidup mati
dan ini tidak bisa disangsikan lagi

(9) atha chittam samadhatum

na sakhnosi mayi sthiram

abhyasayogena tatp

mani ichchha 'ptum dhanamjaya

artinya :

namun apabila engkau tiada kuasa


memusatkan pikiranmu dengan teratur kepada-Ku
maka usahakanlah mencapai Aku
dengan jalan yoga biasa wahai dananjaya

(10) abhyase 'py asamartho 'si

matkarma paramo bhava

madartham api karmani

kurvan siddhim avapsyasi

artinya :

bila engkau tak-sanggup melakukan yoga


maka pusatkanlah semua pengabdian kepada-Ku
dengan segala kegiatan kerjamu demi untuk-Ku
engkau pasti akan mencapai kesempurnaan

(11) athai 'tad apy asakto 'rsi

kartum madyogam asritah

sarva karma phala tyagam

tatah kuru yatatmavan

artinya :

apabila ini juga tiada bisa engkau lakukan


maka berlindunglah dalam keajaiban

332
Bhagavadgitha Bebel

kekuatan-Ku
dan tanggalkan semua keuntungan pahala kerjamu
dengan jiwamu teguh terkendalikan

(12) sreyo hi jnananm abhyasaaj

jnanad dhyanam visishyate

dhyanat karma phala tyagas

tyagach chhantir anantaram

artinya :

dari melakukan yoga bisa lebih baik pengertian


daripada (hanya) pengertian lebih baik meditasi
dari meditasi lebih baik kerja tanpa hasil keuntungan
dari kerja lebih baik kerja tanpa hasil keuntungan

(13) adveshta sarva bhutanam

maitrah karuna eva cha

nirmano nirahamkarah

sama dunkha sukhah kshami

artinya :

dia yang mempunyai itikad kebajikkan


sikap bersahabat dan ramah tamah
bebas dari rasa egosime dan keangkuhan
sama dan suka dan duka rela memaafkan

(14) samtushtah satatam yogi

yatatama driddhaninischayah

mayy arpita mano buddhir

yo madbhaktah sa me priyah

artinya :

yang selalu prihatin, menguasai diri


bertekad teguh, mendeasikan pikiran
dan pebgertian kepadaku, dialah inilah

333
Bhagavadgitha Bebel

yogi penganut-Ku, yang Ku-kasihi

(15) yasman no 'dvijate loka

lokan no 'dvijate cha yah

harshamarsha bhayodvegair

muktho yah sa cha me priyah

artinya :

dia oleh siapa dunia ini tidak diganggu


dan tidak terganggu oleh dunia ini
yang bebas dari kesenangan, kemurkaan
ketakutan dan agitasi, dia inilah Ku-kasihi

(16) anapekshah suchir daksha

udasino gatavyathah

sarvarambha parityagi

yo madbhaktah sa me priyah

artinya :

dia yang tidak mengaharap-harap suci


ahli dalam kebaktian, tak hirau apa-apa
tak-terganggu, bebas dari segala usaha
dialah penganut-Ku yang Ku-kasihi

(17) yo na hrishyati na dveshti

na sochati na kankshati

subhasubha parityagi

bhaktimah yah sa me priyah

artinya :

dia yang tiada bersenang dan membenci


tiada berduka dan bernafsu apa-apa
membebaskan diri dari kebaikkan dan kebatilan
penuh dengan kebaktian dialah yang kukasihi

334
Bhagavadgitha Bebel

(18) samah satrau cha mitre cha

tatha manapamanayoh

sitoshna sukhaduhkheshu

samah sangavivarjitah

artinya :

dia yang sama terhadap kawan dan lawan


juga sama dalam kehormatan dan kecemaran
sama dalam panas dan dingin, suka dan duka
bebas dari belenggu keinginan semua

(19) tulyanindastutir mauni

amtushto yena kenachit

naiketah sthiramatir

bhaktiman me priyo narah

artinya :

sama terhadap puji dan maki


pendiam, prihatin pada apa seadanya
tiada tempat tinggal, teguh imani
yang berbakti begini inilah yang kukasihi

apa yang dilukiskan dalam sloka 13 sampai sloka 19 diatas


adalah benar-benar merupakan gambaran seorang penganut
(bhakta) yang ideal

(20) ye tu dharmyamritam idam

yathokan paryupasate

sraddhadhana matparama

bhaktas te 'tiva me priyah

artinya :

tetapi mereka yang dengan kepercayaan mengikuti


ajaran dharma yang kekalabadi seperti tersebut tadi

335
Bhagavadgitha Bebel

dan menjadikan Aku sebagai tujuan mereka tertinggi


pengenut begini inilah yang paling ku-kasihi

Bab ini, disebut Bhaktiyoga yang memberi tekanan kepada


penganut-penganut ajaran Dharma untuk menyembah Tuhan
Yang Maha Esa, Yang Termanisfestasikan melalui Avatara-Nya
atau Rasul-Nya.

Ity srimad bhagavadgtasupanishatsu


Brahmavidyayam

Yogasastre srikrishnarjunasamvade

Bhaktiyogo nama dvadaso 'dhyayah

Maka berakhirlah bab ketigabelas Upanishad


Bhagavadgita
Menganai ilmu-pengetahuan tentang Yang Maha Esa
Kitab suci Yoga dan dialog antara Sri Krisna
Dan Arjuna yang berjudul BHAKTIYOGA

BAB XIV

XIII. PERCAKAPAN KETIGABELAS

KSHETRA KSHETRAJNA VIBHAGAYOGA

Ilmu-pengetahuan yang sesungguhnya dalam bab ini oleh Krisna


dijelaskan, yaitu ilmu-pengetahuan tentang jiwa dan alam
tentang badan dan yang mengetahui badan ini.

Yang mengetahui badan ini ialah Jiwa (perusha) yang ada dlam
alam semesta dan meliputi semuanya

Orang yang memiliki ilmu-pengetahuan ini, rendah-hati, tanpa


kekerasan, sabar, adil, suci, beriman, tanpa egoisme,
membebaskan diri dari segala pahala kerja dan berbakti,

336
Bhagavadgitha Bebel

mengetahui jiwa itu dengan jiwa yang ada dalam jiwanya dan
jiwa semua insani lainnya.

Ia melihat perbedaan antara jiwa dan badan ini (antara


kshetrajna dan kshetra)

Ia pergi kepada Brahman, Yang Maha Esa

XII. Percakapan ketigabelas

Arjuna uvacha:

Prakritim puruham chaiva kshtram

Kshetrajnam eva cha

Etad veditum ichchhami jnanam jneyam cha

Kesava

Arjuna bertanya:
Prakriti dan Purusha, Kshetra dan Kshetrajna
Jnana dan Jneya, inilah ingin kipahami
Oh Kesawa

Dalam bab ini Arjuna mengejukan pertanyaan mengenai tiga


pasang konsep persolan, yaitu mengenai pasang konsep
persoalan, yaitu pertama (Prakriti) (Purusha, kedua Kshetra)
(Kshetrajna dan ketiga Jnana) dan (jneya) istilah-istilah ini
kiranya dapat dibahasa indonesiakan sebagai berikut :

Prakriti : alam, benda-benda, badan-jasmani, yang memiliki


kegiatan-kegiatan tak sadar, bukan jiwa, bukan rokh.

Purusha : rokh, jiwa yang memilki kesadaran tanpa kegiatan

Kabentra : medan, lapangan yaitu badan kita dimana segala


peristiwa berlangsung, seperti tumbuh, bertambah tua dan
kemudian mati

Ksbentrajna: yang mengetahui lapangan sebagai saksi tetapi


diluar segala kegiatan, sebab ksentrajna sendiri tanpa kegiatan
dan tanpa ikatan, tenang dan langgeng. Walapun sebagai saksi,
kshentrajna bukanlah kesadaran individu melainkan kesadaran
kosmos (semesta, tanpa pancaindria dan tanpa pikiran.

Jnana : pengetahuan, ilmu-pengetahuan

337
Bhagavadgitha Bebel

Jneya : objek ilmu-pengetahuan yang harus diketahui

(1) sribhagavan uvacha:

idam sariram kauteya

kshetram ity abhidhiyate

etad yo vetti tamprahuh

kshetrajna iti tadvidah

artinya :

Sri Bagawan berkata:


Badan ini dinamakan Khsetra
Dan dia yang mengetahui ini
Demikian mereka yang mengetahui
Disebut Kshetrajna. Oh Kuntiputra

Keistimewaanya bukanlah oleh kerena ia memilki dua mata dan


dua tangan, melainkan karena memilki prinsip-prinsip didalam
jiwanya yang mendorong ia untuk mengangkat dirinya pada nilai-
nilai Kshentrajna universiil. Mengetahui ini adalah merupakan
manusia ideal yang diidam-idamkan oleh ajaran Bhagavadgita
ini.

(2) kshetrajnam cha 'pi mam viddhi

sarvakshetreshu bharata

kshetra kshetrjnayor or jaanam

yat taj jnanam matam mama

artinya :

ketahuilah, Aku adalah Kshetrajna dari semua Kshetra


wahai Barata, demikian pula ilmu
pengetahuan mengenai Kshetra dan
Kshetrajna menurut pendapatku
Adalah ilmu-pengetahuan yang sesungguhnyA

(3) tat ksheram yach cha yadrik cha

yadvikari yatas cha

338
Bhagavadgitha Bebel

sa cha yo yatprabhavas cha

tat samasena me srinu

artinya :

dengarkanlah kini dari Aku secara singkat


apa Kshetra itu, bagaimana pula sifat-sifat
dan perobahan-perobahanya, darimana
asalnya
siapa Kshetrajna itu dan apa kekuatan-kekuatanya

(4) rishibhir bahudha gitam

chhandobhir vivivhaih prithak

brahmasutrapadais chai 'va

hetumadbhi : vinischitaih

artinya :

oleh rsi ini telah dinyanyikan


dengan berbagai cara lagu pujaan istimewa
dan dalam ungkapan mendalam dam pemikiran
kritis dalam ajaran-ajaran Brahmasutra

(5) mahabhutany ahamkaro

buddhir avyaktam eva cha

indriyani dasai 'kam cha

pancha che 'indriyagocharah

artinya :

unsur-unsur dasar, ego, intelek-budi


yang tak-termanisfestasikan prakriti
sepuluh indria dan pikiran serta
lima unsur halus dari indria ini

(6) ichchha devashah sukham dunkham

samghatas chetama dhritih

etat kshetram samasena

339
Bhagavadgitha Bebel

savikaram udahritam

artinya :

nafsu, amarah, suka, duka


asosiasi, kesadaran, kohesi, semuanya
secara singkat merupakan bagian
daripada Kshetra dengan transformasinya

keterangan :

buddhindriya atau lima alat intelek-budi : penglihatan,


pendengaran, penciuman, pencicipan dan penyentuhan.
Karmendriyah atau lima alat pancaindria : yaitu alat untuk
berbuat yang terletak pada mulut, tangan, kaki anus dan
kemaluan

tanmatra atau lima unsur halus : warna, bunyi, bau, rasa dan
sentuhan

Mahabhuta atau lima unsur dasar : api, angin, udara, tanah, air
dan ether.

Semua unsur atau bagian yang tersebut dalam sloka 5 dan 6


dengan segala macam transformasi atau modifikasi terdapat dan
terjadi dalam badan kita ini.

(7) amanitvam adambhitvam

ahimsa kshantir arjavam

acharyapasanam saucham

sthairyam atmavinigrahah

artinya :

rendah hati, integritas, tanpa kekerasan


kesabaran, keadilan, serta mengabdi
kepada guru, kesucian
keteguhan iman dan mawas diri

(8) indriyartheshu vairgyam

anahamkara eva cha

janmamritya jaravyadhi

340
Bhagavadgitha Bebel

dunkhadoshanudarsanam

artinya :

tak hirau akan keduniawian


menjauh ke-aku-an dan bayangan
akan kburukan, kelahiran, kematian
usia tua, sakit dan kesengsaraan

(9) asktir anabhishvangah

putra dara grihadishu

nityam cha samachittatvam

ishtanishtoppapattishu

artinya :

tanpa-ketergantungan bebas dari


ikatan anak-istri, rumah tangga
dan sebagainya, selalu netral menghadapi
peristiwa yang dinginkan atau yang tak dinginkan

(10) mayi cha 'nanyayogena

bhaktir avyabhicharini

viviktadesa sevityam

aratir janasansadi

artinya :

puja Aku dengan keteguhan hati


tanpa tujuan lain melalui yoga
pergi ketempat-tempat sunyi
hindari hiruk-pikuk keramaian manusia

pergi ketempat-tempat yang sunyi untuk dapat menenangkan


pikiran dan memusatkan jiwa dengan jalan bermeditasi.

(11) adhyatmajnana nityatvam

tattnajnanartha darsanam

ataj jnanam iti proktam

341
Bhagavadgitha Bebel

ajnanam yad ato 'nyatha

artinya :

terus-menerus dalam ilmu-pengetahuan jiwa


dan memahami sampai akhir falsafah kebenaran
inilah disebut ilmu-pengetahuan yang sebenarnya
dan semua yang berbada lainnya adalah ketidaktahuan

(12) jneyam yat tat pravakshyami

yaj jnatva ;mritam asnute

anadimat param brahma

na sat tan na 'sad uchyate

artinya :

hendak Ku-uraikan apa yang harus diketahui


dan mengetahui-Nya, hidup abadi akan tercapai
dialah yang disebut Brahman, Yang Maha Esa
tiada permulaan, yang ada dan yang tiada

(13) sarvatah panipadam tat

sarvatokshi siromukham

sarvatah srutimal loke

sarvam avritya tishthati

artinya :

dengan tangan, kaki dimana-mana


mata, kepala , mulut dimana-mana
dan pendengaran disemua penjuru, ia ada
dalam alam-semesta meliputi semaunya

(14) sarveudriya gunabhasam

sarvecndriya vivarjitam

asaktana sarvabhrich chai 'va

nirgunam gunabhoktri cha

342
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

agaknya seakan-akan memiliki


sifat-sifat indria namun tanpa indria
tiada berhubungan namun mendukung
tanpa antribut namun menikmati

(15) bahir antas cha bhutanam

acharam charam eva cha

sukshmatvat tad avijneyam

duurastham cha 'ntike cha tat

artinya :

ada diluar dan ada didalam semua insani


tiada bergerak tetapi bergerak senantiasa
terlalu amat halus untuk diketahui
jauh nian, namun juga dekat sekali

(16) avibhaktam cha bhuteshu

vibhaktam iva cha sthitam

bhutabhartri cha jneyam

garsishnu pranbhavishnu cha

artinya :

tidak dapat dibagi-bagi


namun terbagi diantara insani
diketahui sebagai pemelihara mahkluk semua
memusnahkan dan menciptakan meraka

(17) iyostisham api taj jyotis

tamasah param uchyate

jnanam jneyam jnanagamyam

hridi sarvasya dhisthitam

artinya :

343
Bhagavadgitha Bebel

dia adlah cahaya dari semua cahaya


dikatakan diatas kegelapan, ilmu-pengetahuan
yang harus diketahui dan tujuan ilmu pengetahuan
dia berada dalam hati- sanubari semua
secara sepintas lalu dalam sloka-sloka 13-17 diatas terdapat
kalimat-kalimat yang paradoksal, tetapi keparadoksal-annya
bukanlah karena sesuatu yang dibuat-buat, melainkan oleh
sebab Brahman Yang Maha Esa adalah segala sesuatunya, tidak
terbatas!

(18) iti kshetramtatha jnanam

jneyam cho 'ktam samsatah

madbhakta etad vijnaya

madbhavayo 'papadyate

artinya :

jadi, Kshetra-jnana dan jneya


secara sederhana telah teruraikan
para penganut-Ku yang mengetahuinya
memang patut mencapai tempat-Ku

(19) prakritim prusrusham chai 'va

viddhy anadi ubhav api

vikarams cha gunams chai 'va

viddhi prakritisambhavan

artinya :

ketahuilah olehmu bahwa prakriti


dan purusha kedua-duanya tanpa mula
dan ketahui pulalah bahwa modifikasi
dan antribut terlahir dari prakriti jua

(20) karya karana kartritve

hetuh prakritir uchayate

purusha sukhadukhanam

bhoktrive hetur uchayate

344
Bhagavadgitha Bebel

artinya :

prakriti disebut sebagai sebab


terciptanya alat, sebab dan akibat
dan purusha dikatakan sebagai sebab
adanya pengalaman suka dan duka

(21) purushah prakritistho hi

bhunkte prakritijan gunan

karanam gunasango 'sya

sd asad yoni 'anmasu

artinya :

purusha duduk didalam prakriti mengalami


atribut yang terlahir dari prakriti sendiri
dan ikatan dengan atribut menimbulkan
sebab kelahiran dan baik buruknya kandungan

(22) upadrashta 'numanta cha

bharta bhokta mahesvarah

paramatme 'ti cha 'py ukto

dehe 'smin purushah parah

artinya :

Purusha Yang Maha agung


Dalam badan disebut saksi
Pengawas, Pendukung yang mengalami
Pengusa Tertinggi, Jiwa Yang Agung

(23) ya evam vetti purusham

prakritim cha gunaih saha

sarvatha vartamano 'pi

na sa bhuyo 'bhjayate

artinya :
jadi, ini yang mengetahui purusha

345
Bhagavadgitha Bebel

prakriti bersama-sama segala sifatnya


walaupun bagaimana cara hidupnya
ia tiada lagi kembali menjelma

(24) dhyanena 'tmani pasyanti

kechid atmanam atmana

anye samkhyena yogena

karmayogena cha 'pare

artinya :
dengan meditasi yang satu melihat jiwa
dengan jiwa dalam jiwanya
yang lain dengan jalan ilmu-pengetahuan
dan yang lain lagi dengan jalan kerja

bhagavadgita membenarkan orang untuk memilih jalanya sendiri


mencapai kelepasan, apakah itu merupakan meditasi, ilmu-
pengetahuan, falsafah ataukah kerja, berbakti dan upacara
persembahyangan (samkhya = jnana)

(25) anye tv evam ajanantah

srutva 'nyebhya upasate

te 'pi cha 'titaranty eva

mrityun srutiparayanah

artinya :
namun yang lain lagi karena ketidaktahuan
mendengar dari orang lain dan menuju
mereka juga melewati kematian dengan
mengabdikan diri pada apa yang telah mendengar

rakyat biasa, yang tidak mengetahui ilmu-pengetahuan atau


falsafah atau yoga dan sebagainya, dengan jalan menyerahkan
diri mereka kepada guru atau acharya untuk memperolwh
tuntutan, kemudian menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
Merekapun mencapai kelepasan.

(26) yavat samjayante kimchit

sattvam sthavara jangaman

346
Bhagavadgitha Bebel

kshetra kshetrajna samyogat

tad viddhi bratasabha

artinya :
mahkluk apapun terlahir, oh Baratasaba
yang bergerak atau yang tidak bergerak
ketahuilah bahwa itu datang dari
bersatunya kshetra dengan kshetrajna

bersatunya kshetra (badan) dengan kshetrajna (jiwa) secara


campur aduk disebabkan oleh tidak adanya perbedaan
pengetahuan tentang masing-masing sifatnya. Bila ilmu-
pengetahuan telah memisahkan kecampuradukkan ini, maka
kshetra dapat dipisahkan dari kshetrajna dan kelepasan bisa
dicapa.

(27) saman sarveshu bhuteshu

tishthantam paramesparam

vinasyatsv avinasantam

yah pasyati sa pasyati

artinya :

dia yang melihat Yang Maha Esa


bersemayam merata dalam mahkluk semua
tiada musnah walaupun mereka musnah
ialah yang melihat sesungguhnya

parameswara = parama + Iswara = Tuhan yang Paling Utama,


disini juga dimaksudkan Jiwa Yang Paling Utama = Brahman.
Merata dalam semua mahkluk, tiada saja horizontal melainkan
vertikal dan menyeluruh.

(28) saman pasyan hi sarvatra

samavasthitam isvaram

na hinasty atmana 'tmanam

tato yati param gatim

artinya :
dikala ia melihat yang maha kuasa

347
Bhagavadgitha Bebel

bersemayam merata dimana-mana


ia tidak menyakiti jiwa dengan jiwa
dan iapun mencapai tujuan utama

seseorang dikatakan "menyakiti Jiwa" karena ketidaktahuannya


yang mengira bahwa jiwa dan bukan jiwa bercampur aduk
menjadi satu dan menyangka bahwa jiwa (Brahman) tidak
bersemayam merata dalam mahkluk semua dimana-mana (lihat
juga sloka VI.6). tetapi dia yang melihat Brahman dimana-mana
sama "tidak menyakiti jiwa" dengan jiwanya bersatu dengan
Barhman ia mencapai kelepasan.

(29) prakrityai 'va cha karmani

kriyamanani sarvasah

yah pasyati tatha 'tmanam

akartaram sa pasyati

artinya :
dia yang melihat segala kerja
hanya dilakukan oleh prakriti
dan jiwa tidak melaksankannya
ialah yang melihatnya sejati

seperti dikatakan dalam sloka 22, jiwa hanyalah sebagai saksi,


pengawas san bukan yang melaksanakan kerja dan kegiatan
dalam hidup ini (lihat juga sloka IV.18). orang yang melihat hal
ini dengan mata-hatinya yang sejati, tidak akan dipengaruhi oleh
segala macamkesusahan hidup sehari-hari terbebas dari suka
dan duka, sebab ia mengetahui benar bahwa kerja dan segala
kegiatan lainnya hanya mempengaruhi pikiran dan pengertian,
dan bukan jiwa.

(30) yuda bhu taprithagbhavam

ekastham anupasyati

tat eva cha vistaram

brahma sampadyate

artinya :

bila ia melihat berbagai insani


berpusat pada yang tunggal ini

348
Bhagavadgitha Bebel

dan daripada-Nya memencar kemana-mana


maka ia mencapai Brahman Yang Maha Kuasa

bila orang telah melihat semua dan segalanya, yang bergerak


dan yang tidak bergerak, berpusat dalam dan berasal dari
Brahman, maka ia sendiri juga menjadi Brahman Yang Maha Esa.

(31) anaditvan nirgunatvat

paramatma 'yam avyayah

sarirastho 'pi kaunteya

na karoti lipyate

artinya :
karena Jiwa Yang Agung ini kekal Abadi
tanpa permulaan, tanpa sifat-sifat
oh Kuntiputra, walau bersemayam dibadan ini
Dia tidak berbuat dan tidak terkena akibat

(32) yatha sarvagatam saukshmyad

akasam no 'palipyate

sarvatra 'vasthito dehe

tatha 'tma no 'palipyate

artinya :
seperti ether yang meliputi segalanya
tidak terkotori karena kehalusannya
jiva disekujur badan demikian pula
tiada dilumuri akibat apa-apa

karena jiwa tidak melaksanakan apa-apa, maka jiwa tidak


memetik pahala-kerja apa-apa juga, jadi jiwa tetap bersih.

(33) yatna prakasayaty ekah

kritnam lokam imam ravih

kshetram kshetri tatha kristnam

prakasayati bharata

349
Bhagavadgitha Bebel

artinya :
seperti matahari yang tunggal ini
menyinari seluruh bumi demikian pula
Yang Empunya Badan ini menerangi
Seluruh badan jasmani, wahai Barata

Yang empunya badan =Brahman, dan yang dimaksudkan


dengan "seluruh badan-jasmani" adalah seluruh alam semesta.

(34) kshetra kshetrajnayor evam

antaram jnanachakshusha

bhutaprakritimoksham cha

ye vidur yanti te param

artinya :
mereka yang melihat dengan mata budi-pekerti
perbedaan antara kshetra dan kshetrajna
serta terbebasnya mahkluk prakriti
merekalah yang pergi ke Yang Maha Esa

apa dikatakan Krisna dalam sloka 2 sebagai ilmu pengetahuan


yang sesungguhnya, yaitu mengetahui perbedaan antara Kshetra
(badan) dan Kshetrajna (yang mengetahui badan, antara prakriti
dan Purusha, adalah merupakan pokok persoalan dalan Bab ini,
dan mereka yang mengetahui ilmu-pengetahuan ini, seperti
dikatakan dalam sloka 34 diatas ini, mencapai kelepasan
(moksha) dan bersatu dengan Brahman.

Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu


Brahmavidyayam

Yogasastre srikrishnajunasanvade

Kshetrakshetrajnavibhagayogo nama trayodaso dhyaya

Maka berakhirlah Bab keempatbelas Upanishad


Bhagavadgita mengenai ilmu-pengetahuan
TentangYang Maha Esa, kitab suci Yoga
Dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna
Yang berjudul KSHETRAKSHETRAJNA
VIBHAGA YOGA

350
Bhagavadgitha Bebel

BAB XV

XIV. PERCAKAPAN KELIMABELAS

GUNA TRAYA VIBHAGA YOGA

351
Bhagavadgitha Bebel

Krisna masih menguraikan tentang ilmu-pengetahuan utama


yang terbaik. Dalam bab ini dijelaskan bahwa dari Brahman
terlahir Prakriti, dan dari prakriti terlahir Guna yang terdiri dari
sifat-sifat : baik mulia (sattva), aktif bernafsu (rajas) gelap bodoh
(tamas).

Sattva adalah sifat baikyang membantu orang mencapai


emansipasi dalam kehidupan spirituilnya. Rajas adalah sifat aktif
yang membawa seseorang kejalan keinginan dan haus akan hasil
perbuatannya yang mengantar ia berulang-ulang kedunia
inkarnasi, sedangkan tamas adalah sifat bodoh yang menyeret
seseorang terus kebawah ketingkat yang lebih rendah dalam
kehidupan spirituilnya.

Arjuna bertanya bagaimana caranya mengetahui orang yang


dapat mengatasi ketiga sifat guna.

Orang yang demikian, kata Krisna ialah memiliki watak tidak


membenci, tenang, tidak melibatkan diri dalam pertentangan
dualisme (panas dingin, kawan lawan, puji caci dan sebagainya).
Tiada goyah, berdiri sendiri dan mengabdi kepada Brahman
mengatasi ketiga sifat guna ini.

XIII. Percakapan Kelimabelas

(1) sribhagavan uvacha:

param bhuyah pravakshyami

jnananam jnanam uttamam

yaj jnatva munayah sarve

param siddhi ito gatah

artinya :
Sri Bagawan berkata:
Hendak Ku-uraikan lagi ilmu-pengetahuan utama
Yang terbaik daripada ilmu pengetahuan semua
Dengan mengetahuinya, semua muni bebas dari
Dunia ini menuju kesempurnaan tertinggi

Muni adalah pertapa, orang yang bersamadi, mengasingkan diri


dengan jalan bertapa untuk mencapai kehidupan spritual yang
lebih tinggi.

(2) idam jnanam upasritya

352
Bhagavadgitha Bebel

mama sadharmyam agatah

serge 'pi no 'pajayante

pralaye na vyathanti cha

artinya :
mereka yang mengabdikan diri pada
ilmu-pengetahuan, dan bersimili dengan sifat-Ku sendiri
mereka tidak menjelma lagi dikala dunia tercipta
dan tidak terganggu dikala kiamatnya dunia

(3) mama yonir mahad brahma

tasmin garbham dadhamy aham

sambhavah sarvabhutanam

tato bhavati bharata

artinya :
kandungan-Ku adalah Brahman Yang Maha Esa
didalamnya Aku letakkan benih
dan dari sanalah aku terlahir

brahma sebagai aspek penciptaan daripada Brahman adalah


merupakan kosmos yang meliputi alam semesta ini. Dalam aliran
falsafah sankhya Brahma ini sama dengan Prakriti. Adapun benih
yang diletakkan oleh Brahman (kandungan kosmos) ini adalah
benih Hirayagarbha (binih kosmos). Dari benih kosmos inilah
semua mahkluk terlahir, termasuk kita manusia didunia ini.

(4) Sarvayonishu kaunteya

murtayah sanbhavanti yah

tasam brahma mahad yonir

aham bijapradah pita

artinya :
wujud apapun yang terlahir
dari semua kandungan, oh Kuntiputra
Brahman Yang Esa adalah kandungan Brahman
Dan Aku adalah Bapa yang memberi benih
Jaid Brahma atau Prakriti adalah Ibu segala mahkluk dialam-
semesta ini dan Brahman atau Tuhan Yang Maha Esa bapa

353
Bhagavadgitha Bebel

segala mahkluk ini. Oleh karena Brahman adalah kandungan


universiil dan juga benih universil, maka Tuhan Yang Maha Esa
adalah ibu universiil dan juga Bapa universiil dan juga Bapa
universiil dari alam semesta ini.

(5) sattvam rajas iti

gunah prakritisambhavah

nibadhnanti mahabaho

dehe dehinan avyayam

artinya :
ketiga sifat sattva, rajas dan tamas
terlahir daripada prakriti membelenggu
penghuni badan yang tidak termusnahkan
dalam jasad ini, wahai Mahabahu

sattva dilukiskan sebagai : kecerdasan, kesadaran, bercahaya,


terang, bersih, suci, bahagia, tenang, baik, milia dan sebagainya.
Rajas dilukiskan sebagai : lincah, aktif, bernafsu, gelisah, susah
bercampur baur, tegang dan sebagainya. Sedangkan Tamas
dilukiskan sebagai : totlol, dungu, gelap, kotor, ternoda, pulas,
mati, stagnasi, dan sebagainya.

(6) tatra sattvam nirmalatvat

prakasakam anamayam

sukhasangena badhnati

jnanasangena cha 'nagha

artinya :
ketiga sifat sattva, rajas dan tamas
terlahir daripada prakriti membelenggu
penghuni badan yang tidak termusnahkan
dalam jasad ini, wahai Mahabahu

kebahagian dan ilmu-pengetahuan dalam sloka diatas ini


dimaksudkan dengan kebahagian dan ilmu pengetahuan yang
bersifat materiil belaka dan bukan spirituil.

(7) rajo ragatmakan viddhi

trishnasanga samudbhavam

354
Bhagavadgitha Bebel

tan nibadhnati kaunteya

karmasangena dehinam

artinya :
sifat rajas yang bernafsu, ketahuilah
menjadi sumber kehausan dan keinginan
akan hidup, membelenggu penghuni-badan
dengan ikatan kerja, wahai kuntiputra

penghuni-badan terikat kerja, sebab merasa: 'Akulah yang


melakukan"

(8) tamas tv ajnanajam viddhi

mohanam sarvedehinam

pramadalasya nidrabhis

tan nibadhnati bharata

artinya :
sifat tamas, ketahuilah olehmu
terlahir dari kedaktahuan membelenggu
penghuni badan ini, wahai Barata
dengan ketololan kemalasandan kepalsuan

ketololan dan kepulasan ini meyebabkan orang tidak lagi bisa


membedakan baik-buruk, puji cela, berat ringan dan sebagainya,
dan oleh karenanya berbuat hal-hal negatif.

(9) sattvam sukhe sanjayati

rajah karmani bharata

jnanam avritya tu tamah

praruade sanjayaty uta

artinya ;
sattva mengikat seseorang dengan
kebahagian, rajas dan kegiatan
tetapi tamas, menutupi budi pekerti
oh Batara, mengikat dengan kebingungan

sifat tamas ini memang mempunyai kekuatan membelenggu


(menutupi) = avarana sakti.

355
Bhagavadgitha Bebel

(10) rajas tamas cha 'bhibhuya

sattvam bhavabti bharata

rajah sattvam tamas chai 'va

tamah sattvam rajas tatha

artinya :
bila sattva muncul, ia berkuasa
diatas rajas dan tamas, wahai Barata
dan bila rajas, diatas sattva dan tamas
demikian pula tamas diatas sattva dan rajas

(11) sarvadvareshu dehe 'smin

prakasa upajayate

jnanam yada tada vidyah

vivriddham sattvam ity uta

artinya :
jadi apabila cahaya ilmu-pengetahuan
menembusi semua pintu gerbang badan
maka dapatlah dikatakan bahwa
sattvalah yang bertambah berkuasa

apabila kecerdasan kita disinari cahaya ilmu-pengetahuan, maka


alat pancaindria kita menjadi aktif bekerja. Ini disebut sattvika
yang berkuasa.

(12) lobhah pravrittir arambhah

karmanam asamnah spritha

rajasy etani jayate

vivriddhe bharatashabha

artinya :
serakah giat dalam berusaha
kegelisahan dan hawa nafsu merajalela
apabila rajas tambah berkuasa
wahai banteng diantara keturunan Barata

(13) aprakaso 'pravittis cha

356
Bhagavadgitha Bebel

pramado moha eva cha

tamasya etani jayate

vivriddhe kurunandana

artinya :
kegelapan, kelesuan, ketololan
dan kekacauan timbul apabila
tamas yang bertambah berkuasa
wahai kesayangn diantara Kuru

bila seseorang pikirannya gelap, perasaannya mati, maka ia


tidak lagi bisa mengetahui perbedaan antara yang baik dan
buruk, antara kebajikan dan kebatilan dan sebagainya.
Inilah dinamakan tamasa

(14) yada sattve pravriddhe tu

pralayan: yati dehabhrit

tado 'ttamavidham lokan

amalan pratipadyate

artinya :
apabila sattva berkuasa dikala
penghuni-badan bertemu dengan kematian
maka ia mencapai dunia suci
tempat mereka, para yang mengetahui

dunia suci tempat mereka yang mengetahui adalah dunia


kebajikkan dimana hidup orang-orang arif bijaksana dan
berbudipekerti luhur

(15) rajasi pralayam gatva

karmasangishu jayate

tatha pralinas tamasi

mudhayonishu jayate

artinya :
apabila ketika mati dikuasai oleh rajas
ia lahir diantara mereka yang terikat kerja

357
Bhagavadgitha Bebel

apabila ketika mati dikuasai oleh tamas


ia lahir dalam kandungan mereka yang dungu

(16) karmanah sukritasya 'huh

sattvikam nirmalam phalam

rajasas tu phalam dunkham

ajnanan tamasah phalam

artinya :
hasil perbuatan sattvika dikatakan
kebajikan yang suci nirmala
sedangkan hasil dari rajasa adalah duka
dan hasil dari tamasa adalah ketidaktahuan

(17) sattvat samjayate jnanam

rajaso lobha eva cha

pramadamohau tamaso

artinya :
dari sattva timbul kebajikkan
dari rajas timbul kerakusan
dari tamas timbul kemalasan
juga kekacauan dan ketololan

demikianlah pengaruh triguna (sattva, rajas dan tamas) yang


membawa akibat psykologis kepada kita sebagai diurauikan
dalam sloka-sloka diatas.

(18) urdhvam gachchhanti sattvastha

madhye tishthanti vrittisha

jaghanyaguna vrittisha

adho gachchhanti tamasah

artinya :
mereka yang berdiam dalam sattva
pergi ketingkat yang lebih mulia
yang berdiam dalam rajas tinggal ditengah
yang dalam tamas, sifat terendah, terus kebawah

358
Bhagavadgitha Bebel

(19) na 'nyam gunebhyah kartaram

yada drashta 'nupasyati

gunebhyas cha param vetti

madbhavam so 'dhigachchhati

artinya :
bila yang mengetahui melihat tiada
asal sifat selain daripadaguna
dan mengetahui yang lebih tinggi daripadanya
maka dialah yang mencapai sifat keadaan-Ku

(20) gunan etan atitya trin

dehi deha samudbhavan

janma mrityu jara duhkair

vimuktho 'mritam asnute

artinya :
bila penghuni-badan sadar mengetahui
ketiga sifat yang terlahir dari badan
maka ia terbebas dari kelahiran, kematian
usia tua dan duka lalu mencapai hidup abadi

triguna berasal dari badan kita ini dan segala sifat beserta
modifikasinya terlahir daripasanya. Jiwa yang sadar dan
mengetahui hal ini akan terbebas dari lingkaran dan kematian,
mencapai miksha, hidup kekal-abadi bersama Brahman.

(21) arjuna uvacha:

kair lingais trin gunan etan

atito bhavanti prabho

kimacharah katham chai 'tams

trin gunan ativartate

artinya :
Arjuna bertanya:
Apakah ciri-cirinya, wahai prabu
Orang yang mengatasi kerja guna ini?

359
Bhagavadgitha Bebel

Bagaimana pula tingkah laku


Dan caranya melampaui ketiga guna ini ?

Walaupun arjuna sesungguhnya telah mendengar penjelasan-


penjelasan mengenai topik-topik yang tidak jauh berbeda degan
pertanyaan yang dimajukannya dalam sloka ini, namun demi
untuk keperluan pembicaraan falsafah tentang triguman maka
perlu kiranya diungkapkanlebih mendalam lagi.

(22.) sribhagavan uvacha:

prakasam cha pravrittim cha

moham eva cha pandava

na dveshti sampravrittani

na nivrittani kankshati

artinya :
Sri bagawan menjawab:
Dia wahai Pandawa, yang tidak membenci
Kegermelapan, kegiatan dan ketoloaln
Demikian juga tidak merindukan
Apabila mereka tidak ada lagi

Orang yang memiliki ilmu-pengetahuan yang sejati akan


membenci atau merindukan akibat yang ditimbulkan oleh
triguna, sebab ia telah memilki keseimbangan jiwa.

(23) udasinavad sino

gunair yo na vichalyate

guna vartanta ity eva

yo 'vatishthati ne 'ngate

artinya :
dia yang duduk bagaikan orang netral
tiada terganggu oleh guna ini
menghindari diri, tiada giyah karena
mengetahui yang berbuat hanyalah guna

ia mengetahui triguna ini memberikan effek kebadan jasmani ini,


karena itu ia menghindarkan jiwanya dari pengaruh-pengaruh
triguna ini.

360
Bhagavadgitha Bebel

(24) samaduhkhaskhah svasthah

samaloshtaasmakanchanah

tulyapriyapriyo dhiras

tulyanindatmasamstutih

artinya :
dia yang memandang suka dan duka sama
berdiri sendiri memandang segumpal bumi
meninggalkan semua kegiatan berusaha
dialah disebut berada diatas (ketiga) guna

(25) mam cha yo 'nyabhivharena

tulyo mitraripakshayoh

sarvarambha parityagi

gunatitah sa uchayate

artinya :

sama pada kecemaran dan kehormatan


sama pula terhadap semua kegiatan berusaha
meninggalkan semua kegiatan berusaha
dialah disebut berada diatas guna

(26) mam cha yo 'vyabhicharena

bhaktiyogena sevata

sa gunan samatitya 'tan

bhrahmabhuyaya kalpate

artinya :
dia yang mengabdi kepada-Ku
sujud dengan kebaktian yoga
naik keatas melampaui guna
ialah wajar masuk dalam Brahman

yang dimaksudkan 'wajar dalam Brahman' adalah wajar untuk


mencapai kelepasan. Ia adalah seorang jivamukta, seorang
bhaktiman

361
Bhagavadgitha Bebel

(27) brahmano hi pratishtha 'him

amritasya 'vyayasya cha

sasvatasya cha dharmasya

sukhasyai 'kantikasya cha

artinya :
sebab Aku adalah sesungguhnya
fondasi Brahman Yang Kekal Abadi
Yang Tak-Termusnahkan, Hukum Dharma
Yang langgeng dan Restu Yang Tertinggi

Krisna sebagai personifikasi Brahman, dalam dunia manusia


disebut fondasi atau tempat Brahman, dalam dunia manusia
disebut fondasi atau tempat Brahman untuk memuja supaya
mengenal hukum kehidupan kebajikkan dan memperoleh restu
yang tertinggi yang tidak mengenal kematian.

Demikian bab ini membahas pokok persoalan tentang teori


triguna dimana tidak seorang manusiapun bisa terhindar dari
pengaruhnya yang menyebabkan adanya siklus kalhiran,
kematian usia tua dan kesengsaraan.

Demikian pula bab ini membahas bagaimana seseorang harus


mencapai emansipasi spiritual mengatasi ketiga pengaruh guna
dalam dunia ini.

Ity trimad bhagavadgitasupanihatsu


Brahmavidyayamm yogasastre srikrishnarjuna
Samvade

Gunatrayavibhagayogo nama chaturdso


'dhyayah

maka berakhirlah bab kelimabelas


Upanishad Bhagavadgita
Mengenai ilmu-pengetahuan Yang Maha Esa
Kitab suci yoga dan dialog antar Sri Krisna dan Arjuna
Yang berjudul
GUNATRAYAVIBHAGAYOGA

362
Bhagavadgitha Bebel

Asatomaa Sad Gamayam

Tamaso Maa Jyotir Gamayam

Mrityor Maa Amritham Gamayam

Loka Samasta Sukino Bawantu

Dikutip dari: www.parisada-hindu.org.

Pebruari,2011

363

You might also like