Professional Documents
Culture Documents
Tujuan Pembelajaran
25 Oktober 2010
Selain itu terdapat organ/system ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus
reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.
1. Genitalia Eksterna
Genetalia eksterna dalam arti sempit adalah alat kandungan yang dapat dilihat dari luar bila
wanita dalam posisi litotomi. Fungsi genetalia eksterna ini dikhususkan untuk kopulasi (koitus).
Daerah yang menggunung di atas simphisis, yang akan ditumbuhi rambut kemaluan (pubes)
apabila wanita berangkat dewasa. Pada wanita, rambut ini tumbuh membentuk sudut
melengkung sedangkan pada pria membentuk sudut runcing ke atas.
Berada pada bagian kanan dan kiri, berbentuk lonjong, yang pada wanita menjelang dewasa
ditumbuhi juga oleh pubes lanjutan dari mons veneris.
Bagian dalam dari bibir besar yang berwarna merah jambu. Di sini dijumpai frenulum klitoris,
preputium, dan frenulum pudenti.
Berada di ujung anterior labia minor. Terdiri dari 2 buah corpus cavernosum yang merupakan
jaringan erektil di dalam selaput tipis jaringan ikat dan sebagian diantaranya menyatu sepanjang
tepi medial untuk membentuk korpus klitoris.Glans klitoris ini mudah berereksi, sifatnya amat
sensitif karena banyak memiliki serabut saraf.
e) Vulva
Bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris, kanan
kiri dibatasi bibir kecil, sampai ke belakang dibatasi perinium.
f) Vestibulum
Terletak dibawah selaput lendir vulva, terdiri dari bulbus vestibuli kanan dan kiri. Di sini
dijumpai kelenjar vestibuli major (kelenjar bartholini) dan kelenjar vestibulum minor.
g) Introitus Vagina
Selaput yang menutupi introitus vagina. Biasanya berlubang membentuk semiunaris, anularis,
lapisan, septata, atau fimbria. Bila tidak berlubang disebut atresia himenalis atau himen
imperforata. Himen akan robek pada koitus apalagi setelah bersalin. Sisanya disebut kurunkula
himen atau sisa himen.
Gambar 2. Himen
Tempat keluarnya air kemih yang terletak dibawah klitoris. Di sekitar lubang kemih bagian kiri
dan kanan didapati kelenjar skene.
j) Perinium
2. Genetalia Interna
a) Vagina
Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam pada wanita. Vagina
bermuara pada vulva. Vagina memiliki dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa
selaput berlendir, bagian tengah berupa lapisan otot dan bagian terdalam berupa jaringan ikat
berserat. Selaput berlendir (membran mukosa) menghasilkan lendir pada saat terjadi rangsangan
seksual. Lendir tersebut dihasilkan oleh kelenjar Bartholin. Jaringan otot dan jaringan ikat
berserat bersifat elastis yang berperan untuk melebarkan uterus saat janin akan dilahirkan dan
akan kembali ke kondisi semula setelah janin dikeluarkan.
Uterus (kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri
yang berbentuk seperti buah pir dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher
rahim). Uterus manusia berfungsi sebagai tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi.
Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos
dan lapisan endometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari sel-sel epitel dan
membatasi uterus. Lapisan endometrium menghasilkan banyak lendir dan pembuluh darah.
Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan akan
meluruh pada saat menstruasi.
Vaskularisasi Uterus
Pasokan darah uterus terutama berasal dari arteri uterina dan arteri ovarica.
Adalah cabang utama arteria Iliaca Interna (arteria Hypogastrica) yang masuk uterus melalui
ligamentum latum. Pada tempat setinggi servik pars supravaginalis, arteria Uterina terbagi
menjadi dua, sebagian kecil menjadi arteria servicovaginalis kearah bawah, dan sebagian besar
berjalan kearah atas melalui dinding lateral uterus.
Kira-kira 2 cm lateral servik, arteria uterina menyilang ureter dan hal ini perlu memperoleh
perhatian saat melakukan histerektomi atau ligasi arteri uterina.
Cabang langsung dari Aorta yang memasuki ligamentum latum melalui ligamentum
infundibulopelvicum. Didaerah hillus ovarii, arteria ovarica terbagi menjadi sejumlah cabang
kecil yang masuk ovarium. Cabang utama arteria ovarica selanjutnya berjalan sepanjang
mesosalphynx.
Aspectus posterior uterus dan adneksa. Terlihat ligamentum sacro uterina dan Ligamentum
infundibulo pelvicum
Sepasang ligamen berjalan dari sisi lateral uterus menuju dinding lateral panggul yang
menyerupai sayap. 2/3 medial tepi atas ligamentum latum membentuk meso salphynx ; 1/3
lateral tepi atas ligamentum latum yang berasal dari ujung fimbriae tuba falopii berjalan kearah
dinding pelvic membentuk ligamentum infundibulo-pelvicum.
Dasar ligamentum latum berupa jaringan ikat keras dan menyatu dengan dasar panggul disebut
sebagai ligamentum Cardinale (Mackenrodt ).
d) Ovarium.
Ovarium (indung telur) adalah sepasang organ berbentuk seperti buah almond yang berada
disamping uterus didekat dinding lateral pelvis dan berada pada lapisan posterior ligamentum
latum, postero-caudal tuba falopii.
Panjang kira-kira 2.5 – 5.0 cm dengan lebar kira-kira 1.5 – 3.0 cm.
Masing-masing ovarium memiliki tepi anterior (mesovarium) dan tepi posterior yang bebas.
Pembuluh darah ovarium terutama berasal dari arteri ovarica yang merupakan cabang aorta
abdominalis dan selanjutnya dialirkan keluar ovarium melalui vena ovarica. Ovarium
terbungkus oleh tunica albuginea yang mirip dengan yang dijumpai pada testis.
Bagian luar ovarium disebut cortex yang memiliki gameet dan dibagian dalam disebut medula
yang mengandung banyak pembuluh darah besar serta syaraf.
Cortex ovarium relatif avaskular dan dijumpai sejumlah folikel ovarium kecil. Masing-masing
folikel mengandung ovum immature (oosit) yang terbungkus dengan satu atau beberapa lapisan
sel.
Bila oosit hanya dilapisi oleh satu lapisan sel, sel tersebut dinamakan sel folikel, bila dilapisi
oleh beberapa lapisan sel-sel tersebut dinamakan sel granulosa.
Pada folikel primordial, oosit dilapisi oleh satu lapisan sel pipih (sguamoues epithelium).
Folikel primer memiliki dua atau lebih lapisan sel granulosa kubis yang mengitari oosit.
Ruangan tersebut sering mengalami penyatuan (coalesence) membuat cavum sentral yang
disebut sebagai antrum.
Folikel d’graf atau folilkel vesikuler yang matur memiliki antrum yang sangat dominan dan
folikel biasanya menonjol keluar permukaan ovarium.
Setiap bulan, pada wanita dewasa, satu dari folikel yang masak mengeluarkan oosit dari ovarium,
peristiwa ini disebut ovulasi.
3. Panggul
Bila hasil pengukuran ukuran panggul didapatkan nilai kurang dari rata rata maka dikatakan
terdapat kontraksi panggul dan dapat terjadi kemungkinan hambatan berlangsungnya proses
persalinan pervaginam.
4. Hormonal
Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata. Sedang pada mamalia lain terjadi siklus
estrus. Bedanya, pada siklus menstruasi, jika tidak terjadi pembuahan maka lapisan endometrium
pada uterus akan luruh keluar tubuh, sedangkan pada siklus estrus, jika tidak terjadi pembuahan,
endomentrium akan direabsorbsi oleh tubuh.
Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (ada pula setiap 21 hari dan 30
hari) yaitu sebagai berikut :
Pada hari 1 sampai hari ke-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang
dirangsang oleh hormon FSH. Pada seat tersebut sel oosit primer akan membelah dan
menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel Graaf yang masak,
folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis.
Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus yaitu endometrium yang
habis terkelupas waktu menstruasi, selain itu estrogen menghambat pembentukan FSH dan
memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel Graaf yang masak
untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-14, waktu di sekitar terjadinya ovulasi
disebut fase estrus.
Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah menjadi badan kuning
(Corpus Luteum). Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi mempertebal
lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya
embrio. Periode ini disebut fase luteal, selain itu progesteron juga berfungsi menghambat
pembentukan FSH dan LH, akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang, pembentukan
progesteron berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada endometriam terhenti, endometrium
menjadi mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi) pada
hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena tidak ada
progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilan proses oogenesis kembali.
a) Konsepsi
Konsepsi terjadi di tuba falopii terutama pada daerah pars ampularis. Zygote membelah diri
dengan cepat dan membentuk bola padat yang terdiri dari beberapa sel kemudian berjalan
melalui tuba falopii menuju cavum uteri. Embrio yang sedang berkembang mulai mengadakan
diferensiasi untuk membentuk menjadi janin – plasenta dan selaput ketuban. Prekursor
pembentuk membran korionik primitif menghasilkan hCG – human chorionic gonadotropin.
hCG memiliki aktivitas biologik yang menyerupai LH dan mengambil alih fungsi luteinisasi.
Pada hari ke 14 pasca konsepsi pertumbuhan uterus dan perkembangan desidua ( endometrium
pada masa kehamilan ) ditentukan oleh corpus luteum dibawah pengaruh hormon hipofisis .
Setelah itu, kadar LH akan menurun sebagai respon dari meningkatnya hCG.
Dibawah pengaruh hCG, corpus luteum terus tumbuh dan berkembang serta mengeluarkan
steroid ovarium untuk mempertahankan pertumbuhan uterus. Kadar hCG mencapai puncaknya
pada kehamilan sekitar 10 – 12 minggu ( 90 hari ) dan setelah itu secara konstan menurun.
Penurunan kadar hCG ini akan menyebab kan menurunnya kadar estrogen dan progesteron
ovarium. Dengan menurunnya peranan ovarium dalam mempertahankan kehamilan, plasenta
mengambil alih funsgi tersebut. Produksi steroid plasenta berlimpah dan analog dengan hormon
hipotalamus dan hipofisis. Kapasitas produksi hormon terus meningkat dengan semakin
bertambahnya usia kehamilan.
Diferensiasi embrio menjadi jaringan yang akan menjadi janin dan plasenta terjadi sesaat
setelah konsepsi ; ovum yang sudah dibuahi membelah dengan cepat selama perjalannya dalam
tuba falopii.
Bila kelompok sel yang dsebut sebagai morula mencapai cavum uteri maka terbentuklah ” inner
cell mass”.
Pada stadium Blastosis , mass tersebut di bungkus dengan sel trofoblas primitif. Didalam sel
tersebut terjadi produksi hormon secara aktif sejak awal kehamilan dan juga membentuk EPF
( early pregnancy factor ) yang mencegah rejeksi hasil konsepsi .
Pada stadium ini, zygote harus mengadakan implantasi untuk memperoleh nutrisi dan oksigen
yang memadai. Terjadi perkembangan “inner cell mass” kedalam lapisan ektodermal dan
endodermal. Diantara kedua lapisan tersebut terbentuk lapisan mesodermal yang akan tumbuh
keluar untuk membentuk mesoderm ekstra embrionik.
Pada stadium ini terbentuk 2 rongga yaitu “yolc sac” dan cavum amnion. Kantung amnion
berasal dari ektoderm dan yolc sac dari endoderm. Pada stadium ini, cavum amnion masih amat
kecil.
Batang mesodermal akan membentuk talipusat. Area embrionik yang terdiri dari ektoderm –
endoderm dan mesoderm akan membentuk janin. Cavum anion semakin berkembang sehingga
mencapai sampai mencapai dinding blastosis. Bagian dari Yolc sac tertutup dalam embrio dan
sisanya membentuk tabung yang akan menyatu dengan tangkai mesodermal.
Pembuluh darah terbentuk dalam mesoderm embrionik dan mesoderm trofoblas . Ekstensi
pembuluh darah didalam tangkai penghubung akan membentuk 2 arteri dan 1 vena dalam
talipusat.
Dalam embrio, pembuluh darah pada ujung sepalik akan mengalami diferensiasi membentuk
jantung. Pembentuk darah janin terjadi dalam pembuluh darah primitif trofoblas dan janin yang
sedang tumbuh.
Pertukaran nutrien dan gas respirasi difasilitasi oleh sirkulasi fetotrofoblas. Formasi dan
diferensiasi sistem hematopoetik vaskular terjadi pada kehamilan minggu ke III dan IV.
Ektoderm :
Mesoderm :
Traktus gastrointestinal
Hepar dan sistem biliar
Pankreas
Traktus Respiratorius
Sel gonad
Endoderm :
Villi terdapat diseluruh permukaan blastosis. Dengan semakin membesarnya blastosis, desidua
superfisial (desidua kapsularis ) akan tertekan dan kehamilan semakin mengembang kearah
dalam cavum uteri.
Perkembangan desidua kapsularis secara bertahap memangkas sirkulasi yang melaluinya. Hal ini
akan menyebabkan atrofi dan hilangnya viili yang bersangkutan. Permukaan blastosis menjadi
halus dan bagian korion ini disebut Chorion Laeve. Pada sisi yang berlawanan, villi mengalami
pertumbuhan dan pembesaran dan disebut sebagai Chorion Frondusum. Dengan semakin
luasnya ekspansi blastosis, desidua kapsularis menempel dengan desidua vera dan cavum uteri
menjadi obliterasi
Trofoblas primitif chorion frondusum melakukan invasi desidua. Pada proses ini, kelenjar dan
stroma akan rusak dan pembuluh darah maternal yang kecil akan mengalami dilatasi membentuk
sinusoid.
Trofoblas mengembangkan lapisan seluler yang disebut sitotrofoblas dan lapisan sinsitium yang
disebut sinsitiotrofoblas. Struktur yang disebut villi chorialis ini terendam dalam darah ibu.
Dengan kehamilan yang semakin lanjut, struktur viili chorialis menjadi semakin komplek dan
viili membelah dengan cepat untuk membentuk percabangan-percabangan dimana cabang vasa
umbilkalis membentuk percabangan yang berhubungan erat dengan permukaan epitel trofoblas.
Sebagian besar cabang villi chorialis yang disebut sebagai villi terminalis mengapung dengan
bebas dalam darah ibu sehingga memungkinkan terjadinya tarnsfer nutrien dan produk sisa
metabolisme. Sejumlah villi melekat pada jaringan maternal dan disebut sebagai “anchoring
villi”.
Struktur dan hubungan villi terminalis dapat dipelajari dengan melihat gambar penampangnya.
Dengan semakin lanjutnya kehamilan, hubungan antara vaskularisasi trofoblas dan maternal
menjadi semakin erat. Trofoblas mengalami migrasi kedalam arteri spiralis maternal yang
berasal dari ruang intervillous
Perubahan fisiologi yang berakibat dilatasi arteri maternal 1/3 bagian dalam miometrium.
Perubahan ini berakibat konversi pasokan darah uteroplasenta kedalam vaskularisasi yang
bersifat “low resistance – high flow vascular bed” yang diperlukan untuk tumbuh kembang janin
intra uterin.
Kegagalan invasi trofoblas akan menyebabkan penyakit hipertensi dalam kehamilan – HDK atau
pertumbuhan janin terhambat – PJT.
Dengan semakin lanjutnya kehamilan maka transfer nutrien – sisa metabolisme – hormon dan
CO serta O2 plasenta akan semakin meningkat dimana struktur pemisah antara sirkulasi ibu dan
anak menjadi semakin tipis.
Tidak ada hubungan langsung antara kedua jenis sirkulasi dan “placental barrier” pada akhir
kehamilan terletak di microvilli sinsitiotrofoblas yang memperluas permukaan transfer nutrien
dan lain lain. Selanjutnya, sinsitiotrofoblas dan mesoderm janin akan semakin tipis dan vas
dalam villus mengalami dilatasi.
Plasenta yang sudah terbentuk sempurna berbentuk cakram yang berwarna merah dengan tebal 2
-3 cm pada daerah insersi talipusat. Berat saat aterm ± 500 gram
Talipusat berisi dua arteri dan satu vena dan diantaranya terdapat ‘Wharton Jelly’ yang bertindak
sebagai pelindung arteri dan vena sehingga talipusat tidak mudah tertekan atau terlipat,
umumnya berinsersi di bagian parasentral plasenta.
Fungsi Plasenta
Diperkirakan pula memiliki peranan sebagai barier imunologis yang melindungi janin dari reaksi
penolakan oleh sistem imunologi maternal.
Reaksi enzymatic
Pinocytosis
Mekanisme diatas memerlukan energi dan kecepatan metabolisme plasenta sebanding dengan
yang terjadi pada hepar atau ginjal.
fungsi respirasi
Vaskularisasi yang luas didalam villi dan perjalanan darah ibu dalam ruang intervilus yang relatif
pelan memungkinkan pertukaran oksigen dan CO2 antara darah ibu dan janin melalui difusi
pasif.
Pertukaran diperkuat dengan saturasi dalam ruang intervilus sebesar 90 – 100% dan PO2 sebesar
90 – 100 mmHg.
Setelah kebutuhan plasenta terpenuhi, eritrosit janin mengambil oksigen dengan saturasi 70%
dan PO2 30 – 40 mmHg, sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan janin. CO2 melewati
plasenta dengan difusi pasif.
Ion Hidrogen, bicarbonate dan asam laktat dapat menembus plasenta melalui difusi sederhana
sehingga status keseimbangan asam-basa antara ibu dan anak sangat berkaitan erat.
Oleh karena transfer berlangsung perlahan, janin dapat melakukan “buffer” pada kejadian
penurunan pH, kecuali bila asidosis maternal diperberat dengan dehidrasi atau ketoasidosis
sebagaimana yang terjadi pada partus lanjut dimana janin dapat mengalami asidosis.
Efisiensi pertukaran ini tergantung pada pasokan darah ibu melalui arteri spiralis dan fungsi
plasenta.
Bila pasokan darah ibu terbatas seperti yang terjadi pada penyakit hipertensi dalam kehamilan,
penuaan plasenta sebelum saatnya , kehamilan postmatur, hiperaktivitas uterus atau tekanan
talipusat, maka ketoasidosis pada janin dapat terjadi secara terpisah dari asidosis maternal
transfer nutrient
Sebagian besar nutrien mengalami transfer dari ibu ke janin melalui metode transfer aktif yang
melibatkan proses enzymatik.
Nutrien yang komplek akan dipecah menjadi komponen sederhana sebelum di transfer dan
mengalami rekonstruksi ulang pada villi chorialis janin.
Glukosa sebagai sumber energi utama bagi pertumbuhan janin (90%), 10% sisanya diperoleh
dari asam amino.
Jumlah glukosa yang mengalami transfer meningkat setelah minggu ke 30. Sampai akhir
kehamilan, kebutuhan glukosa kira-kira 10 gram per kilogram berat janin, kelebihan glukosa
dikonversi menjadi glikogen dan lemak.
Glikogen disimpan di hepar dan lemak ditimbun disekitar jantung, belakang skapula. Pada
trimester akhir, terjadi sintesa lemak 2 gram perhari sehingga pada kehamilan 40 minggu 15%
dari berat janin berupa lemak. Hal ini menyebabkan adanya cadangan energi sebesar 21.000 KJ
dan diperlukan untuk fungsi metabolisme dalam regulasi suhu tubuh janin pada hari-hari pertama
setelah lahir.
Pada bayi preterm atau dismatur, cadangan energi lebih rendah sehingga akan menimbulkan
permasalahan.
Lemak dalam bentuk asam lemak bebas sulit untuk di transfer. Lemak yang mengalami proses
transfer di resintesa kedalam bentuk fosfat dan lemak lain dan disimpan dalam jaringan lemak
sampai minggu ke 30. Setelah itu, hepar janin memiliki kemampuan untuk sintesa lemak dan
mengambil alih fungsi metabolisme.
transfer obat
Transfer obat melalui plasenta tidak berbeda dengan nutrien lain pada umumnya.
Kecepatan transfer dipengaruhi oleh kelarutan dari molekul ion didalam lemak dan ketebalan
trofoblas. Pada paruh kedua kehamilan, trofoblas menjadi tipis dan area plasenta bertambah luas
sehingga transfer obat dapat berlangsung lebih mudah.
Obat ilegal (narkotika, cocain dan marihuana) yang dikonsumsi oleh ibu hamil dapat melewati
plasenta dan dapat mengganggu perkembangan janin.
Dampak dari hal ini sulit ditentukan oleh karena selain obat ilegal, pasien biasanya juga adalah
perokok atau peminum alkohol.
Pertumbuhan janin cenderung terhambat dan mengalami kelainan kongenital tertentu, Seringkali
mengakibatkan terjadinya persalinan preterm dan anak yang dilahirkan dapat menunjukkan
sindroma withdrawal.
Sejumlah besar hormon dihasilkan oleh plasenta. Termasuk diantaranya hormon yang analog
dengan hormon hipotalamus dan hipofisis serta hormon steroid.
Sejumlah produk juga dihasilkan oleh plasenta. Beberapa diantaranya adalah glikoprotein seperti
misalnya Pregnancy Associated Protein A B C dan D, Pregnancy Specific Glycoprotein
(SP1) dan Placental Protein 5 (PP5) . Peran dari bahan ini dalam kehamilan masih belum jelas.
Sejumlah produk plasenta dan metabolisme janin dapat digunakan untuk skrining penyakit janin.
Pengukuran alfafetoprotein yang dihasilkan oleh hepar,usus dan yolc sac janin dapat digunakan
untuk deteksi sejumlah kelainan anatomi . Bersama dengan penentuan serum hCG maternal,
dapat diperhitungkan terjadinya trisomi.