You are on page 1of 61

Ringkasan Materi

KONSEP DASAR MASA NIFAS


A. Pengertian masa nifas
Ada beberapa pengertian masa nifas, diantaranya :
1) Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu berikutnya (JHPEIGO, 2002)
2) Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari
setelah akhir persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai
kebutuhan ibu dan bayi (Bennet dan Brown, 1999, P : 590)
Dalam bahasa latin waktu tertantu setelah melahirkan anak ini
disebut puerpurium yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous
melahirkan. Jadi, Puerpurium berartimasa setalah melahirkan bayi.
Masa nifas (puepurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama
masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.
1. Tujuan asuhan masa nifas
Semua kegiatan yang dilakukan dalam bidang kebidanan
maupun dibidang-bidang lain selalu mempunyai tujuan agar
kegiatan-kegiatan itu terarah dan diadakan evaluasi dan penilaian.
Adapun tujuan dari perawatan nifas ini adalah :
a. Untuk memulihkan kesehatan umum penderita, dengan jalan
:
1) Penyediaan makanan yang memenuhi kebutuhan
2) Menghilangkan terjadinya anemia
3) Pencegahan terhadap infeksi dengan memperhatikan
keberhasilan dan sterilisasi
4) Selain hal-hal diatas untuk mengembalikan kesehatan
umum ini diperlukan pergerakan otot yang cukup, agar tunas
otot menjadi lebih baik, peredaran darah lebih lancer dengan
demikian otot akan mengadakan metabolisme lebih cepat.
b. Untuk mendapatkan kesehatan emosi
c. Untuk mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi
d. Untuk memperlancar pembentukan air susu ibu
e. Agar penderita dapat melaksanakan perawatan sampai
masa nifas selesai, dan dapat memelihara bayi-bayi dengan baik,
agar pertumbuhan dan perkembangan bayi normal.
2. Peran dan tanggung jawab Bidan dalam masa nifas
Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah
memberikan perawatan dan support sesuai kebutuhan ibu secara
partnership dengan ibu. Selain itu juga dengan cara :
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas
b. Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan
pada masa nifas
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas
masalah
d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana
e. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah
diberikan
f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan
bersama klien
3. Tahapan masa nifas
 2-6 jam post partum
 2-6 hari post partum
 2-6 minggu post partum
Nifas dibagi dalam 3 periode :
a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan .
b. Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genital
c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau
tahunan.
4. Kebijakan Program Nasional Masa NIfas
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang
terjadi.
Frekuensi kunjungan masa nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1. mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri
1. 6-8 jam setelah 2. mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan
persalinan rujuk jika perdarahan berlanjut
3. memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa
nifas karena atonia uteri
4. pemberian ASI awal
5. melukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6. menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hypothermia
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi lahit untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal uterus
2. 6 hari setelah berkontraksi fundus dibawah umbilicus tidak ada perdarahan
persalinan abnormal tidak ada bau
2. Menilai adanya tanda-tanda demam
3. Memastikan mendapatkan cukup makanan, cairan,
dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu tentang asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan mrawat bayi
sehari-hari.
3. 2 minggu Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)
setelah
persalinan
4. 6 minggu 1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang
setelah ibu alami
persalinan 2. Memberikan konseling KB secara dini
Ringkasan Materi

PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI

A. Proses Laktasi Dan Menyusui


1. Anatomi dan fisiologi payudara
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa di dalam
penatalaksanaan pemberian ASI. Sebagian besar aspek
penatalaksanaan kebidanan dari pemberian ASI adalah didasarkan
pada pemahaman atas perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi
dal;am wanita yang sedang berlaktasi post partum. Karena inilah, maka
kita akan meninjau anatomi dan fisiologi ini secara mendetail.
GAMBAR ANATOMI PAYUDARA
Selama kehamilan hormone estrogen dan progesterone
menginduksi perkembangan alveolus dan duktus laktiverus didalam
mammae atau peyudara dan juga merangsang produksi kolostrum.
Namun, produksi ASI tidak berlangsung sampai sesudah kelahiran bayi
ketika kadar hormone estrogen menurun. Penurunan kadar estrogen ini
memungkinkan naiknya kedar prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.
Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh
menyisuinya bayi pada mamae ibu.
Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin.
Rangsangan sentuhan pada payudara (yaitu bayi menghisap) akan
merangsang produksi oksitosin yang memyebabkan kontraksi sel-sel
mioepitel. Proses ini disebut sebagai reflek “let down” atau “pelepasan
ASI” dan membuat ASI tersedia bagi bayi. Dalam hari-hari dini laktasi
reflek pelepasan ASI ini tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi ibu.
Nantinya, pelepasan ASI dapat dihambat oleh keadaan emosi ibu-bila ia
merasa tacit, lelah, malu, merasa tidak pasti-atau bila merasakan nyeri.
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae
melalui duktus ke sinus laktiferus. Hisapan merangsang produksi
oksitosin oleh kelenjar hipofise posterior. Oksitosin memasuki darah dan
menyebabkan kontraksi sel-sel khusus (sel-sel mioepitel) yang
mengelilingi alveolus mamae dan duktus laktiferus. Kontraksi sel-sel
khusus ini mendorong ASI keluar dari alveolus melalui duktus laktiferus
menuju ke sinus laktiferus dimana ia akan disimpan. Pada saat bayi
menghisap, ASI didalam sinus tertekan keluar ke mulut bayi. Gerakan
ASI dari sinus ini dinamakan “let down” atau pelepasan. Pada akhirnya,
lt down dapat dipicu tanpa rangsangan hisapan. Pelepasan dapat terjadi
bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang
bayinya.
“Pelepasan” pentingsekali bagi pemberian ASI yang baik. Yanpa
“pelepasan”, bayi dapat menghisap terus menerus tetapi hanya
mermperoleh sebagian dari ASI yang tersedia dan tersimpan didalam
payudara. Bila “ pelepasan” gagal terjadi berulang kali dan payudara
berulang kali tisdak dikosongkan pada waktu pemberian ASI, reflek ini
akan berhenti berfungsi, dan laktasi akan berhenti.
Cairan pertama yang diperoleh bayi dari ibunya sesudah
dilahirkan adalah kolostrum, yang mengandung campuran yang lebih
kaya akan protein, mineral dan antibody dari pada ASI yang telah
“matur”. ASI mulai ada kira-kira pada hari ke3 atau ke4 setelah kelahiran
bayi, dan kolostrum berubah menjadi ASI yang “matur” kira-kira 15 hari
sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah bayi lahir dan bayi
diperbolehkan sering menyusu, maka prosrs adanya ASI akan
meningkat
GAMBAR MEKANISME PENGELUARAN ASI
Disamping protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin
dalam kadar 6yang diprlukan oleh bayi, ASI juga mengandung enzim,
imunolgobulin,leukosit, hormone dan factor pertumbuhan. Susu terdiri
atas kira-kira 90% air sehingga bayi yang menyusu tidak memerlukan
tambahan air atau cairan lain bagi tubuhnya.
2. Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI
Para bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam
menunjang pemberian ASI. Dalam kelas ini, anda akan mempelajari
cara-cara yang spesifik dimana anda bisa membantu ibu untuk
memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah yang
umu terjadi.
Telah banyak yanga dituls mengenai dukunagn medis dari bidan
untuk pemberian ASI, dan banyak diantaranya yang diterima begitu saja
tanp bukti yang mendukung apakah rekomendasi tersebut benar atau
salah. Sesudah lebih banyak bukti muncul tentang mekanisme
pemberian ASI, fisiologi produksi ASI dan susunan biokimia ASI, banyka
hal yang tadinya dianggap benar tentang pemberian ASI ini dinyatakan
sebagai hal yang keliru.
Bukti menunjukkan bahwa bila ibu tahu cara yang benar untuk
mempososokan bayinya pada payudaranya, menyusui pada waktu
diingfinkan bayinga (on demand) dan memperoleh dukungan serta
memperoleh percaya diri tentang kemampuannya memberi ASI,
berbagai penyulit yang umum dapat dihindari atau dicegah.
Peran Awal bidan dalam Mendukung Pemberian ASI:
• Yakinkan bahwa bayi memperoleh makan yang mencukupi dari
payudara ibunya.
• Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui
bayinya.
Bagaimana bidan dapat memberikan dukungan bagi pemberi ASI :
1. Biarkan bayi bersama ibunya segera ssdh dilahirkan slm
beberapa jam pertama.
Ini penting sekali untuk membina hubungan atau ikatan
disamping bagi pemberian ASI. Bayi yang normal berada dalam
keadaan bangun dan sadar selama beberapa jam pertama sesudah
lahir. Kemudian mereka akan memasuki masa tidur pulas. Penting
untuk membuat bayi menerima ASI pada waktu masih terbangun
tersebut. Seharusnya dilakukan perawatan mata bayi pada jam
pertama sebelum atau sesudah bayi menyusui untuk pertama
kalinya. Buatlah bayi merasa hangat dengan membaringkannya dan
menempel pada kulit ibunya dan menyelimuti mereka. Jika mungkin
lakukan ini paling sedikit, karena itulah kebanyakan bayi siap
menyusu.
2. Ajarkan cara merawat payudara yg sehat pada ibu utk
mencegah masalah umum yg timbul.
Ibu harus menjaga agar tangan dan putting susunya selalu
bersih untuk mencegah kotoran dan kuman masuk kedalam mulut
bayi. Ini juga mencegah luka pada putting susu dan infeksi pada
payudara. Seorang ibu harus mencuci tangannya dengan sabun dan
air sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum menyusui
bayinya. Ia juga harus mencuci tangan sesudah buang air kecil atau
air besar atau menyentuh sesuatu yang kotor. Ia juga harus
membersihkan payudaranya dengan air bersih 1kali sekali. Ia tidak
boleh mengoleskan krim, minyak, alcohol, atau sabun pada putting
susunya
3. Bantulah ibu pd waktu pertama kali memberi ASI.
Posisi ibu dan bayi yang benar saat menyusui
Berbaring miring. Ini possisi yang amat baik untuk pemberian ASI
yang pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau merasakan nyeri.
Duduk. Penting untuk memberikan topangan atau sandaran pada
punggung ibu ,dalam posisinya tegak lurus (90 derajat ) terhadap
pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila
diatas tempat tidur atau dilantai, atau duduk dikursi.
Baik berbaring miring atau duduk (dengan punggung dan kaki
ditopang) akan membantu bentuk payudaranya dan memberikan
ruang untuk menggerakkan bayinya ke posisi yang baik
Badan bayi harus dihadapkan kearah badan ibu dan mulutnya
berada dihadapkan putting susu ibunya. Leher bayi harus sedikit
ditengadahkan.
Bayi sebaiknya ditopang pada bahunya sehingga posisi
kepala yang agak tengadah dapat dipertahankan. Kepala dapat
ditopang dengan jari-jari tangan yang terlentang atau pada lekukan
siku ibunnya. Mungkin akan membantu dengan membungkus bayi
sehingga tangannya berada disisi badan. Bila mulut bayi disentuhkan
dengan lembut ke putting susu ibunya, ai akan membuka mulutnya
lebar-lebar (reflek rooting). Para ibu mungkin akan melihat
keguanaan peragaan menyentuh bibir atas pada putting susu ibu.
Pada saat mulut bayi membuka, garakan dengan cepat ke mulut ibu.
Sasarannya adalah memposisikan bibir bawah paling sedikit
1,5 cm dari pangkal putting susu. Bayi harus ,mengulum sebagian
besar dari areole didalam mulitnya, bukan hanya ujung pyuting
susunya saja. Hal ini akan memungkinkan bayi menarik sebagian
dari jaringan payudara masuk kedalam mulutnya dengan lidah dan
rahang bawah. Bila diposisikan dengan benar, bayi akan membentuk
suatu pentil dari jaringan putting susu dan payudara, dan sinus
laktiferus sekarang akan berada didalam rongga mulut bayi. Putting
susu akan masuk sampai sejauh langit-langit lunak (velum
palatinum) dan bersentuhan dengan langit-langit tersebut. Sentuhan
ini akan merangsang reflek penghisapan. Rahang bawah bayi
menutup opada jaringan payudara, penghisapan akan terjadi dan
putting susu ditangkap dengan baik didalam rongga mulit, sementara
lidah memberikan penekanan yang berualng-ulang secara teratur
sehingga ASi akan keluar dari duktus laktiferus.
Tanda-tanda bahwa bayi telah berada dalam posisi yang baik.
 Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu
 Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara
 Areola tidak akan bisa terlihat dengan jelas
 Anda dapat melihat bayi, lakukan hisapan yang lamban dan
dalam dan memelan ASInya .
 Bayi terlihat tenang dan senang
 Ibu tidak merasakan adanya nyeri pada putting susu
4. Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yg sama
(rawat gabung, rooming-in).
Dengan demikian ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila
lapar. Ibu harus belajar mengenali tanda-tanda yang menunjukkan
bahwa bayinya lapar. Bila ibu terpisah tempatnya dari bayi, maka ia
akan lebih lama belajar mengenali tanda –tanda tersebut.
5. Memberikan ASI pd bayi sesering mungkin
Biasanya bayi baru lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12
kali dalam 24 jam. Bila bayi tidak minta diberi ASI, anjurkan ibu
untuk memberikan ASI nya pada bayi setidaknya setiap 4 jam.
Namun, selama 2 hari pertama sesudah lahir, beberapa bayi tidur
panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan ASi pada bayi setiap
atau sesudah 4 jam, yang paling baik adalah membangunkannya
selama siklus tidurnya. Pada hari ketiga setelah lahir, sebagian
besar bayi menyusu setiap 2-3 jam.
6. Hanya berikan kolostrum dan ASI saja
Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi sakit dan
menurunakn persediaan ASi ibunya Karena ibu memproduksi ASi
tergantung pada seberapa banyak ASI nya dihisap oleh bayi. Bila
minuman lain atau air diberikan bayi tidak akan merasa lapar,
sehingga ia tidak akakn menghisap.
7. Hindari susu botol dan “dot empeng”
Susu botol dan kempengan membuat bayi bingung dan dapat
membuatnya menolak pentil ibunya atau tidak menghisap dengan
baik. Mekanisme menghisap botol atau kempengan berbeda dari
mekanisme menghisap putting susu pada payudara ibu. Ini akakn
membingungkan bayi. Bila bayi diberi susu botol atau kempengan,
ia akan lebih susah belajar menghisap ASI ibunya.

3. Manfaat Pemberian ASI


Kita mengatakan bahwa “ASI adalah yang terbaik”, tetapi
apakah artinya itu? Apa menfaat spesifik dari pemberian ASI? bidan
harus benar-benar memahami sekian banyak manfaat agar supaya
mereka bisa trampil dalam mengkomunikasikan manfaat tersebut
kepada ibu-ibu, keluarga, profesi kesehatan lainnya serta tokoh-tokoh
masyarakat.
Berbagai Manfaat Pemberian ASI
1. Bagi bayi :
Pemberian ASI membantu bayi memulai kehidupannya
dengan baik. Kolostrum, susu jolong atau susu pertama,
mengandung anti body yang kuat untuk mencegah infeksi dan
membuat bayi lebih kuat. Penting sekali untuk segera memberikan
ASI pada bayi dalam jam pertama sesudah lahir dan kemudian
setidaknya setiap 2 atau 3 jam. ASI mengandung campuran yang
tepat dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi. ASI
mudah dicerna oleh bayi. ASI saja tanpa makanan tambahan lain
merupakan cara terbaik untuk memberi makan bayi dalam 4-6
bulan pertama kehidupannya. Sesudah 6 bulan, beberapa
makanan yanga baik lain harus ditambahkan kedalam menu bayi.
Pemberian ASI pada umumnya harus disarankan selama
setidaknya satu tahun pertama kehidupan anak.
2. Bagi ibu
Pemberian ASI membantu ibu memulihkan diri dari proses
persalinannya. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama
membuat rahim berkontaksi dengan cepat dan memperlambat
perdarahan (hisapan pada putting susu merangsang
dikeluarkannya oksitosin alami yang akan membantu kontraksi
rahim). Wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih atau
turun berat badannya dari berat badan yang bertambah selama
kehamilan. Ibu yang menyusui, yang haidnya belum muncul
kembali akan kecil kemungkinannya untuk menjadi hamil (kadar
prolaktin yang tinggi menekan hormone FSH dan ovulasi).
Pemberian ASi adalah cara yang penting bagi ibu untuk
mencurahkan kasih sayangnya pada bayi dan membuat bayi
merasa nyaman.
3. Bagi semua orang
ASI selalu bersih dan bebas hama yang dapat
menyebabkan infeksi. Pemberian ASI tidak menuntut persiapan
khusus. ASI selalu tersedia dan gratis. Bila ibu memberi ASI
bayinya pada waktu diminta (on demand), tanpa memberikan
makanan tambahan, maka kecil kemungkinannya ia akan menjadi
hamil dalam 6 bulan pertama sesudah melahirkan. Ibu menyusui
yang siklus menstrulasinya belum pulih kembali, memperoleh
perlindungan sepenuhnya dari kemungkinan menjadi hamil.

4. Komposisi gizi dalam ASI


ASI menurut stadium laktasi dibedakan menjadi :
1. Kolostrum
 Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
payudara, mengandung tissue debris dan residual material
yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara
sebelum dan setelah masa puerperium.
 Disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke 1 sampai ke 3
 Komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah
 Merupakan caira viscous kental dengan warna kekuning-
kuningan lebih kuning dibandding dengan susu matur
 Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan
mekonium dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan
saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan
dating
 Lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI
matur, tetapi berlainan dengan ASI yang matur, pada kolostrum
protein yang utama adalah globulin (gamma globulin)
 Lebih banyak mengandung antibody dibandingkan dengan ASI
matur, dan dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai
umur 6 bulan
 Kadar krbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan dengan
ASI matur
 Mineral, terutamam natrium kalium dan klorida lebih tinggi jika
dibandingkan dengan susu matur.
 Total energi rendah jika dibandingkan dengan susu matur
hanya 58 Kal\100 ml kolostrum.
 Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan
dengan ASI matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air
dapat lebih tinggi atau lebih rendah
 Bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak
 pH lebih alkalis dibandingkan dengan ASI matur
 Lipidnya lebih banyak mengadung kolesterol dan lesitin
dibandingkan dengan ASI matur.
 Terdapat tripsin inhibitor sehingga hidrolisis protein didalam
usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak
menambah kadar antibody pada bayi
 Volume berkisar 150-300 ml\24 jam
2. Air Susu Masa Peralihan
 Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI
yang matur
 Disekresi dari hari ke 4 sampai ke 10 dari masa laktasi, tetapi
ada pendapat ASI mstur bsru terjadi pada minggu ke 3 sampai
minggu ke 5
 Kadar protein makin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan
lemak semakin meninggi dan volume juga semakin meningkat
 Komposisi ASI menurut Klein I.S dan Osten J.M dalam satuan
gram\100 ml
3. Air Susu Matur
 Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya,
komposisi relative konstan (ada pendapat menyatakan
komposisi ASI relative konstan mulai minggu ke 3 sampai
mionggu ke 5).
 Merupakan caioran berwarna putih kekuningan yang
diakibatkan warna dari Ca-casein, riboflafin dan karoten yang
terdapat didalamnya
 Tidak menggumpal jika dipanaskan
 Terdapat antimicrobial faktor, antara lain :
a. Antibodi terhadap bakteri dan virus
b. Sel (fogosit granulosit dan makrofag serta limfosit tipe T)
c. Enzim (lisosim, laktoperosidase, lipase, katalase, fosfatase,
amylase, fosfodieterase, alkalifosfatase).
d. Protein (laktoferin, B12 biding protein).
e. Resistance factor terhadap stafilokokus
f. Komplemen
g. Interferron producing cell
h. Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang endah dan
adanya factor bifidus.
i. Hormon-hormon
 Laktoferin merupakan suatu iron binding protein yang bersifat
bakteriostastik kuat terhadap Escherichia coli dan juga
menghambat pertumbuhan candida albicans.
 Laktobacillus bifidus merupakan koloni kuman yang
memetabolisir laktosa menjadi asam laktat yang menyebabkan
rendahnya pH sehingga pertumbuhan kuman pathogen dapat
dihambat
 Imunoglobulin memberikan mekanisme pertahanan yang efektif
terhadap bakteri dan virus (terutama IgA) dan bila bergabung
dengan komplemen dan lisozim merupakan suatu antibacterial
non spesefik yang mengatur pertumbuhan flora usus.
 Faktor leukosit pada pH ASI mempunyai pengaruh mencegah
pertumbuhan kuman patogen (efek bakteristatis dicapai pada
pH sekitar 7,2)
Komposisi ASI Berdasarkan Kandungan Zat Gizi :
1. Protein
Keistimewaan protein dlm asi:
 Rasio protein “whey” : kasein = 60 : 40, dibandingkan dg air
susu sapi yg rasionya = 20 : 80.
 ASI mengandung alfa-laktalbumin, sdngkan ASS
mengandung juga beta-laktoglobulin dan bovine serum albumin.
 ASI mengandung asam amino essensial taurin yg tinggi.
 Kadar methiolin dlm ASI lebih rendah dr ASS,sdgkan sistin
lebih tinggi.
 Kadar tirosin dan fenilalanin pada ASI rendah.
 Kadar poliamin dan nukleotid yg penting utk sintesis protein
pd ASI lbh tinggi dibandingkan ASI
2. Karbohidrat
 ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dr ASS (6,5-7 gram
%).
 Karbohidrat yg utama adl laktosa.

3. Lemak
Keistimewaan lemak dlm ASI dibandingkan ASS:
 Bentuk emulsi lbh sempurna.
 Kadar asam lemak tak jenuh dalam ASI 7-8 kali lebih besar
dari ASS.
 Asam lemak rantai panjang yg
 Berperan dlm perkembangan otak.
 Kolesterol yg diperlukan utk mielinisasi sususnan saraf pusat
dan diperkirakan juga berfungsi dlm pembentukan enzim.
4. Mineral
 ASI mengandung mineral lengkap.
 Total mineral slm masa laktsi adl konstan.
 Fe dan Ca paling stabil, tdk dipengaruhi diit ibu.
 Garam organic yg terdapat dlm ASI terutama kalsium,
kalium dan natrium dr asam klorida dan fosfat.
5. Air
Kira-kira 88% ASI terdiri dr air, yang berguna untuk melarutkan zat-
zat yang terdapat didalamnya yang sekaligus juga dapat
meredakan rangsangan haus dari bayi.
6. Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D dan C
cukup. Sedangkan golongan vitamin B kecuali riboflavin dan asam
pantothenik adalah kurang.

Komponen Unggul Yang Terkandung Dalam ASI yang Dapat


Melindungi Bayi Dari Berbagai Penyakit
No Komponen Peranan
1. Faktor bifidus Mendukung proses perkembangan bakteri yang
“menguntungkan” dalam usus bayi, untuk mencegah
pertumbuhan bakteri yang merugikan
2. Laktoferin Mengikat zat besi dalam ASI sehingga zat besi tidak
digunakan oleh bakteri pathogen untuk
pertunmbuhannya
3. Laktopeoksidase Membunuh bakteri pathogen
4. Faktor antispaphilococcus Menghambat pertumbuhan staphilicoccus pathogen

5. Sel-sel fogosit Memakan bakteri pathogen


6. Komplemen Memperkuat kegiatan fogosit
7. Sel limfosit dan makrofag Mengeluarkan zat antibody untuk meningkatkan
imunitas terhadap penyakit
8. Lisosim Membantu pencegahan terhadap penyakit
9. Interferon Menghambat pertumbuhan virus
10. Faktor pertumbuhan epidermis Membantu pertumbuhan selaput usus bayi sebagai
perisai untuk menghindari zat-zat merugikan yang
masuk ke dalam peredaran darah

Pengaruh Waktu Pada Komposisi Asi


ASI yg pertama kali diisap oleh bayi (menit pertama) dibandingkan
ASI pd menit terakhir adl berbeda. ASI menit pertama lbh cepat encer, kmdn
akan lebih kental. ASI pd menit terakhir mengandung lemak 4-5 kali dan
protein 1,5 kali lebih banyak dibandingkan ASI pd menit2 pertama
Bila bayi menyusu pada 15 menit pertama, maka :
• 5 menit pertama mendapatkan
60% total volume ASI
60% total protein ASI
60% total karbohidrat ASI
40% total lemak ASI
50% total energi ASI
• 5 menit kedua mendapatkan
25% total volume ASI
255 total protein ASI
25 % total karbohidrat ASI
33% total lemak ASI
25% total energi ASI
• 5 menit terakhir adalah sisanya
Keuntungan utama ASI berdasarkan komposisinya :
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dr ASI :
1. Mengandung semua bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
2. Dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dalam keadaan segar,
bebas bakteri dan dalam suhu yang sesuai dan tanpa menggunakan alat
bantu.
3. Bebas dari kesalahan dlm penyediaan.
4. Problem kesulitan pemberian makanan bayi jauh lebih sedikit daripada
bayi yang mendapat susu formula.
5. Mengandung zat anti yang berguna untuk mencegah penyakit infeksi
usus dan alat pencernaan
6. Mencegah terhadap terjadinya keadaan gizi salah (marasmus,
kelebihan makanan dan obesitas).
Keuntungan ASI yang lain :
I. Mengandung zat anti virus polio
Kandungan zat antipoliomyelitik yang dapat mempengaruhi vaksinasi
polio yang diberikan secara oral (OPV) :
1. masa laktasi 2-6 hari (kolostrum)
 kandungan zat antipoliomyelitik paling tinggi
 mengandung zat antipoliomyelitik tipe 1&2 = 92,1 %
 mengandung zat antipoliomyelitik tipe 3 = 15,8 %
2. masa laktasi pada bulan ke-4
 kandungan zat antipoliomyelitik tipe ke-3 mengalami penurunan
 mengandung zat antipoliomyelitik tipe 1 = 7,8 %
 mengandung zat antipoliomyelitik tipe 1 & 3 = 15,8 %
3. masa laktasi pada bulan ke-5
kandungan zat antipoliomyelitik sudah tidak ada lagi dalam ASI
Beberapa pendapat dari penyelidikan terdahulu
mengemukakan bahwa anak yang akan mendapatkan imunisasi
polio (OPV) dianjurkan untuk tidak diberikan ASI 2 jam sebelum
dan sesudah mendapat vaksin tersebut, karena :
1. Dalam ASI terdapat zat penghambat yang dapat menetralisir
virus polio dalam traktus intestinalis bayi yang berumur 6
minggu
2. kadar zat antibody dalam ASI dan sisa cairan amnion yang
ditelan bayi akan mempengaruhi pemberian OPV, tetapi kadar
zat antibody yang didapat bayi dari ibunya melalui plasenta
tidak mempengaruhi pertumbuhan OPV di saluran pencernaan
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa :
a. kadar zat antipoliomyelitik pada ASI terus menurun dengan
bertambahnya laktasi dan akan menghilang pada bulan ke-5
b. Pemberian vaksin OPV untuk bayi yang berumur kurang dari 3
bulan, sebelumnya dan sesudahnya tidak boleh diberikan ASI
karena kadar zat anti dalam ASI masih tinggi (terutama jika
masih diberi kolostum) dan ASI masih mengandung zat
penghambat yang dapat menetralisir virus polio traktus
intestinalis, sehingga akan mempengaruhi vaksin yang
diberikan
c. Pemberian OPV yang dimulai pada umur 3 bulan, sebelumdan
sesudahnya dapat diberikan ASI karena kadar zat anti dalam
ASI pada bulan ke-3 sudah sangat rendah (antipoliomyelitik tipe
1,2,3 masing-masing 5%, 0%, 1%,)
II. Mengandung Zat Anti Alergi
Penyakit alergi pada bayi lebih sering disebabkan oleh pengguna
susu sapi dari pada ASI. Zat anti alergi pada bayi bisa didapatkan dari
kolostrum yang terkandung dalam ASI, selain dari susu sapi penyakit
alergi pada bayi bisa didapat juga dari makanan yang hiperalergenik,
yang sering diberikan pada usia yang muda (0-6 minggu) seperti telur
dan gandum. Hal tersebut dapat terjadi karena saluran pencernaan
pada bayi belum matur baik secara immunologis maupun anatomis
sehingga makromolekul protein asing mudah diserap. Oleh karena itu
tetap berikan kolostrum dan ASI yang mengandung SIgA sampai umur
4-6 bulan, untuk mencegah terjadinya alergi pada bayi.
Materi
PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI

1. Upaya memperbanyak ASI


Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan air susu ibu :
a.Rangsangan otot-otot buah dada
Rangsangan pada otot-otot buah dada diperlukan dalam
usaha memperbanyak air susu ibu agar kelenjar buah dada bekerja
lebih efektif. Otot-otot buah dada terdiri dari otot-otot polos,
dengan adanya rangsangan otot-otot akan berkontraksi lebih baik,
dan kontraksi ini diperlukan dalam laktasi.
Rangsangan pada tot-otot buah dada dapat dilakukan
dengan cara massage atau mengurut buah dada atau menyiram
dengan air hangat dan dingin secara bergantian dan cara-cara
tersebut akan dikemukakan dalam perawatan payudara.
b.Keteraturan anak mrenghisap
Isapan anak akan merangsang otot polos yang terdapat
dalam buah dada, untuk berkontraksi yang kemudian merangsang
susunan syaraf disekitarnya dan meneruskan rangsangan ini ke
otak. Otak akan memerintahkan kelenjar hypofise bagian belakang
untuk mengeluarkan hormone pituitrin lebih banyak, hingga kadar
hormone estrogen dan progresteron yang masih ada kadarnya
menjadi lebih rendah. Dengan adanya pengeluaran hormone
pituitrin yang lebih banyak, akan mempengaruhi kuatnya kontraksi
ooto-otot polos pada buah dada dan uterus. Kontraksi otot-otot
polos pada buah dada akan berguna untuk mempercepat
pembentukan air susu ibu, sedangkan kontraksi otot-otot polos
pada uterus berguna untuk mempercepat involusi.
c.Keadaan Ibu
Kesehatan ibu memegang peranan dalam produksi air susu
ibu. Hal ini jelas karena pembentukan bahan-bahan yang
diambilnya dari ibu. BIla ibu tidak dapat mensuplai bahankarena
tubuh tidak sehat, input makanannya kurang atau kekurangan
darah untuk membawa bahan-bahan yang akan diolah oleh sel-sel
acini di buah dada, maka bahan tidak akan sampai pada sel acini
tersebut. Hal tersebut yang menyebabkan produksi ASI menurun.
Seperti dikatakan oleh Nilas dan Michael Newton dalam “Briefs
footnotes on Maternity Care” yaitu The success for breast floding is
closely dependent on emotions and attitude. Jadi keberhasilan
dalam menyusui anak, akan tergantung pada keadaan emosi dan
sikap ibu.
d.Makanan dan istirahat ibu
Makanan diperlukan oleh ibu lebih banyak mulai dari hamil
hingga masa nifas. Istirahat berarti mengadakan pelemasan pada
otot-otot dan syaraf setelah mengalami ketegangan dalam
melaksanakan kegiatan.

2. Tanda bayi cukup ASI


Tanda ASI cukup ialah :
1. Bayi kencing setidaknya 6 kali dlm 24 jam dan warnanya jernih
sampai kuning muda.
2. Bayi sering BAB berwarna kekuningan “berbiji”.
3. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu mrs lapar, bangun dan tdr
ckp.
4. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dlm 24 jam.
5. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai
menyusui.
6. Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali
bayi mulai menyusu.
7. Bayi bertambah berat badannya.
3. ASI eksklusif
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam organic yang disekresi oleh ke 2 belah kelenjar payudara
ibu dan merupakan makanan terbaik untuk bayi.
Jangan lupa bahwa Tuhan telah menciptakan ASI untuk anak
manusia seperti halnya Tuhan telah menciptakan air susu sapi untuk
anak sapi
Selain membari segala kebutuhan makanan bayi, baik dari segi
gizi, immunologi atau pun segi lainnya pemberian ASI memberikan
kesempatan yang tiada taranya untuk curahan cinta kasih serta
perlindungan seorang ibu kepada anaknya. Hal ini tidak mungkin dapat
dipindahkan pada ayahnya dan merupakan suatu kelebihan kaum
“lemah” yang sesungguhnya lebih kuat dari kaum “kuat” dalam istilah
sehari-hari. ASI eksklusif diberikan sejak umur 0 hari sampai 6 bulan.

4. Cara merawat payudara


Seperti dikemukakan bahwa dalam memperbanyak air susu ibu,
salah satu usaha adalah dengan perawatan khusus lewat pemberian
rangsangan pada otot-otot buah dada ibu.
Perawatan buah dada untuk memperbanyak air susus ini ada 2 cara,
yang ke2 nya dapat dilakukan bersama-sama. Kedua cara tersebut
ialah :
a. Dengan cara pengurutan,
b. Dengan cara menyiram buah dada
Dengan cara pengurutan atas masase. Pengurutan diadakan
dengan tujuan memberi rangsangan kepada kelenjar air susu ibu
agar dapat memproduksi air susu ibu tersebut. Denagn urutan ini
dilakukan pada pagi dan sore, sebaiknya sebelum mandi, dan
diteruskan dengan penyiraman yang dilakukan bersama mandi.
Alat-alat yang diperlukan untuk pengurutan dan penyiraman buah
dada ini ialah :
1) Bahan pelumas kulit, biasanya digunakan minyak kelapa,
talk, sabun dapat dipilih mana yang disenangi oleh ibu.
2) Handuk kecil atau washlap atau kain tua yang bersih, lunak,
cukup tebal dan mudah menyerap air dibutuhkan 2 lembar
untuk menggosok buah dada sesudah diurut.
3) Handuk besar 2 lembar, 1 lembar untuk menutup punggung
dan 1 lembar untuk mengeringkan sesudah dicuci dengan air
dan sabun yang dapat dipakai juga untuk mandi
4) 2 buah kom besar untuk menampung air panas dan dingin
5) Kutang bersih yang sesuia dengan ukuran buah dada ibu,
serta perlengkapan lainnya.
Cara mengerjakan :
• Alat-alat disediakan dekat ibu
• Cuci tangan
• Mengadakan pengurutan lebih dulu
Caranya :
 Ke 2 telapak tangan diberi talk atau
diulas dengan minyak
 Buah dada kiri diurut oleh tangan kiri,
dan buah dada kanan yang kita tempuh diurut oleh tangan
kanan bial yang mengerjakan ibu sendiri, bila dikerjakan
bidan atau perawat buah dada kiri diurut oleh tangan
kanan, dan yang kanan oleh tangan kiri
 Pengurutan dari tengah berputar
kesamping, terus ke bawah, kerjakan berulang-ulang
antara 10-15 menit
 Bagian samping buah dada diurut dari
pangkal ke putting, juga 10-15 kali
 Pengurutan bagian bawah buah dada
kearah putting, 15-20 kali
 Pengetokan dengan buku-buku jari ke
tangan kanan dengan cepat dan teratur
GAMBAR PERAWATAN PAYUDARA
Setelah pengurutan diteruskan dengan penyiraman
 Pasien duduk atau berdiri, pakaian bagian atas
dibuka, punggung ditutup dengan handuk.
 Kom air panas dan dingin, disediakan
sebaiknya dikamar mandi.
 Mula-mula disiram dengan air hangat,
sehangat kulit dapat menehan menyiram dengan air atau kom kecil
diatas kom air hengat itu jadi air dapat ditampung kembali.
 Penyiraman dilakukan dengan cepat sampai
kurang lebih 10 kali, kemudian diganti dengan penyiraman air
dingin kurang lebih 10 kali, dengan cepat disiram lagi dengan air
hangat, begitu seterusnya bergantian hangat dan dingin dengan
cepat, sampai air hangat sudah turun suhuinya.
 Penyiraman atau pengguyuran terakhir ialah
dengan air hangat.
5. Cara menyusui yang benar
Langkah-langkah menyusui yang benar sebagia berikut :
1. Sebalum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian
dioleskan pada putting dan sekitar kalang payudara. Cara ini
mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga
kelembaban putting susu.
2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
3. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (agar kaki tidak menggantung)
dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
4. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala
bayi terlatak pada lengkung siku ibu (kapala tidak boleh
menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
5. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu , dan yang satu
didepan.
6. Perut bayi menempel pada badan ibu, kapala bayi menghadap
payudara(tidak hanya membelokkan kepala bayi).
7. Telingan dan lengan bayi terletak pada suatu garis lurus.
8. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
9. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang
dibawah, jangan menekan putting susu atau kalang payudaranya
saja.
10.Bayi diberi rangsangan agar membuka mulit (rooting reflek) dengan
cara :
11.Menyentuh pipi dengan putting susu atau
12.Menyentuh sisi mulit bayi
13.Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan
ke payudara ibu dan putting serta kalang payudara dimasukkan ke
mulut bayi.
14.Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulit
bayi, sehingga putting susu berada dibawah langit-langit dan lidah
bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang
terletak di bawah kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila
bayi hanya menghisap pada putting susu saja, akan
mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan putting susu
lecet.
15. Setelah bayi mulai menghisap payudara tidak perlu
dipegang atau disangga lagi.
Tehnik Menyusui
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin amengalami
berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang
sebenarnya sangat sederhana, seperti misalnya cara menaruh bayi pada
payudara ketika menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan putting susu
terasa nyeri, dan masih banyak lagi msalah yang lain. Terlebih pada
minggu pertama setelah persalinan seorang, ibu lebih peka dalam emosi.
Untuk itu seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya
dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat
membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam
kehidupannya atau yang disegani, seperti suami, keluarga/kerabat
terdekat, atau kelompok ibu-ibu pendukung ASI dan dokter/tenaga
kesehatan.
Seorang dokter atau tenaga kesehatan yang berkecimpung dalam
bidang laktasi, seharusnya mengetahui bahwa walaupun menyusui itu
merupakan suatu proses alamiah, namun untuk mencapai suatu
keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik-teknik
menyusui yang benar. Sehingga pada suatu saat nanti dapat
disampaikan pada ibu yang membutuhkan bimbingan laktasi.
Posisi Menyusui
Ada berbagai macam posisi menyusui, yang biasa dilakukan
adalah dengan duduk (gambar 7.6a), berdiri atau berbaring (gambar 7.6b,
c, d). Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti
menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara memegang bola (football
postnatal), dimana ke dua bayi disusui bersamaan kiri dan kanan (gambar
7). Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada
ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini maka bayi
tidak akan tersedak
Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan putting
susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi
produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui
bayi telah menyusu dengan tehnik yang benar, dapat dilihat :
a. Bayi tampak tenang.
b. Badan bayi menempel pada perut ibu.
c. Mulut bayi terbuka lebar.
d. Dagu menempel pada payudara ibu.
e. Sebagian besar kalang payudara masuk kedalam mulut bayi.
f. Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
g. Putting susu ibu tidak terasa nyeri.
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
i. Kepala tidak mengadah.
Lama Dan Frekuensi Menyusui
Sebaiknya menyusui bayi tanpa diladwal (on demand), karena bayi
akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila
bayi menangis bukan kerena sebab lain (kencing dan sebagainya) atau
ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung
bayi akan kosong dalam waktu 2 jam
Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tidak
teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.
Menyusui ysng dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan
bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.
Dengan menyusui ASI tanpa jadwal, sesui kebutuhan bayi, akan
mencegah banyak masalah yang mungkin timbul. Menyusui dimalam hari
akan sangat berguna bagi ibu yang bekerja, karena dengan disusukan
pada malam hari akan memacu produksi ASI, Dan juga dapat mendukung
keberhasilan menunda kehamilan.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara, maka
sebaiknya setiap kali menyusui harus digunakan kedua payudara dan
diusahakan sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI tetap
baik. Setiap menyusui dimulai dengan peyudara yang terakhir disusukan.
Selama masa menyusui, sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang
dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlali ketat.
Pengeluaran ASI
Apabila ASI berlebihan sampai keluar memancar, maka sebelum
nemyusui sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu, untuk menghindari
bayi tersedak atau enggan menyusu. Pengeluaran ASI juga dilakukan
pada ibu bekerja yang akan meninggalkan ASIbagi bayinya dirumah, ASI
yang mermbes karena payudara penuh, pada bayi yang mempunyai
masalah menghisap (misal BBLR = Berat Badan Lahir Rendah),
Menghilangkan bendungan atau memacu produksi ASI say ibu sakit dan
tidak dapat langsung menyusui bayinya.
Pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara :
1. Pengeluaran ASI dengan tangan
Cara ini yang lazim digunakan karena tidak banyak membutuhkan
sarana dan lebih mudah.
a. Tangan dicuci sampai bersih.
b. Siapkan cangkir/gelas bertutup yang telah dicuci dengan air
mendidih.
c. Payudara dikompres dengan kain handuk yang hangat dan
dimasase dengan kedua telapak tangan dari pangkal kea rah
kalang payudara. Ulangi pemijatan ini pada sekitar payudara
secara merata.
d. Dengan ibu jari di sekitar kalang payudara bagian atas dan
jari telunjuk pada sisi yang lain, lalu daerah kalang payudara
ditekan kea rah dada.
e. Daerah kalang payudara diperas dengan ibu jari dan jari
telunjuk, jangan memijat/menekan putting, karena dapat
menyebabkan rasa nyeri/lecet.
f. Ulangi tekan –peras-lepas-tekan-peras-lepas, pada mulanya
ASI tak keluar, setelah beberapa kali maka ASI akan keluar.
g. Gerakan ini diulang pada sekitar kalang payudara pada
semua sisi, agar yakin bahwa ASI telah diperas dari semua
segmen payudara.
2. Pengeluaran dengan pompa
Bila payudara bengkak/terbendung (engorgement) dan putting
susu terasa nyeri, maka akan lebih baik bila ASI dikeluarkan dengan
pompa payudara. Pompa dapat digunakan bila ASI benar-benar
penuh, tetapi pada payudara yang lunak akan lebih sukar. Ada 2
macam pompa yang dapat digunakan yaitu pompa tangan dan listrik;
yang biasa digunakan adalah pompa tangan.
Cara pengeluaran ASI dengan pompa payudara:
a. Tekan bola karet untuk mengeluarkan udara.
b. Ujung leher tabung diletakkan pada payudara dengan
putting susu tepat di tengah, dan tabung benar-benar melekat pada
kulit.
c. Bola karet dilepas, sehingga putting susu dan kalang
payudara tertarik ke dalam.
d. Tekan dan lepas beberapa kali, sehingga ASI akan keluar
dan terkumpul pada lekukan penampung pada sisi tabung.
e. Setelah selesai dipakai atau akan dipakai, maka alat harus
dicuci bersih dengan menggunakan air mendidih. Bola karet sukar
dibersihkan, oleh karenanya bila memungkinkan lebih baik
pengeluaran ASI dengan menggunakan tangan.
Penyimpanan ASI
ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat,
bila disimpan :
• Di udara terbuka/bebas 6-8 jam
• Di lemari es (40C) 24 jam
• Di lemari pendingin/beku (- 18 0C) 6 bulan
ASI yang telah didinginkan bila akan dipakai tidak boleh direbus,
karenakualitasnya akan menurun yaitu unsure kekebalannya. ASI tersebut
cukup didiamkan beberapa saat di dalam suhu kamar, agar tidak terlalu
dingin; atau dapat pula direndam di dalam wadah yang telah berisi air
panas. Masih belum ada penelitian yang membuktikan apakah dengan
direndam pada aiar panas tersebut merusak zat-zat anti yang terdapat
pada ASI atau tidak. Pada penelitian efek pemanasan dengan gelombang
mikro (microwave) terbukti bahwa dengan pemanasan yang rendah
menurunkan aktifitas lisosim dan Ig A, lebih-lebih pada pemanasan yang
tinggi semua aktifitas zat anti yang diteliti tidak berfungsi.
Pemberian ASI Perasan
Perlu diperhatikan pada pemberian ASI yang telah dikeluarkan
adalah bagaimana cara pemberiannya pada bayi. Jangan diberikan
dengan botol/dot, karena hal ini akan menyebabkan bayi “bingung
putting”. Berikan pada bayi dengan menggunakan cangkir atau sendok;
sehingga bila saatnya ibu menyusui langsung, bayi tidak menolak
menyusu.
Pemberian dengan menggunakan sendok biasanya kurang praktis
dibandingkan dengan cangkir, karena membutuhkan waktu yang cukup
lama. Namun pada keadaan ini di mana bayi membutuhkan hanya sedikit
ASI, atau bayi sering tersedak/muntah, maka lebih baik bila ASI perasan
diberikan dengan menggunakan sendok.
Cara pemberian dengan menggunakan cangkir ;
1. Ibu atau yang memberi minum bayi duduk dengan memangku bayi.
2. Pegang punggung bayi dengan lengan.
3. Letakkan cangkir pada bibir bawah bayi.
4. Lidah bayi berada di atas pinggir cangkir dan biarkan bayi menghisap
ASI dari dalam cangkir (saat cangkir dimiringkan).
5. Beri sedikit waktu istirahat setiap kali bayi menelan.
Tidak dianjurkan menggunakan empongan (pacifer), karena
penggunaan empongan secara rutin (lebih dari 2 jam/hari) akan
mengakibatkan masalah laktasi, seperti bayi malas mium dan
sebgainya. Penggunaan empongan juga mempunyai korelasi yang
tinggi dengan cepatnya penyapihan.
Selama di rumah sakit/rumah bersalin/puskesmas ibu
sedapat mungkin sudah dapat melakukan semua teknik menyusui
dengan benar, untuk itu peran dokter/petugas kesehatan sangat
penting. Akan lebih baik terdapat “ Kelompok Ibu Pendukung ASI”
yang dapat menjadi teman berbincang ibu dalam hal menyusui, karena
biasanya komunikasi antar sesame ibu akan lebih terbuka/baik.
Nasihat Praktis Pada Ibu Menyusui
Nasihat perlu diberikan terutama pada ibu-ibu yang baru pertama
kali mempunyai anak, dan belum mengetahui cara menyusui yang benar.
1. Dukungan Psikologis
Untuk menyusui secara lebih berhasil, seorang ibu perlu rasa percaya
diri (konfidens), yaitu :
a. Ibu yakin bahwa ia dapat menyusui dan ASI adalah yang terbaik
untuk bayinya. Ibu juga harus yakin bahwa ASI akan mencukupi
kebutuhan bayinya terutama pada awal-awal bulan setelah lahir,
dan pfroduksi ASI tidak tergantung pada besar kecilnya payudara.
b. Diperlukan dukungan psikologis dari :
 Keluarga dekat, terutama wanita seperti ibu, ibu mertua,
kaka wanita,atau teman/wanita lain yang telah berpengalaman
dan berhasil dalam menyusui.
 Suami yang mengerti bahwa ASI adalah makanan yang baik
untuk bayinya. Merupakan pendukung yang baik demi
keberhasilan menyusui.
 Kelompok pendukung ASI (KP,ASI).
 Petugas kesehatan
2. Pesan-pesan penting dalam menyusui bayi adalah
a. Susui bayi segera dalam 30 menit pertama setelah lahir berikan
kolostrum
b. Hindarkan pemberian minuman pralakteral (air gula, aqua, dan
lainnya) sebelum ASI keluar, tetapi usahakan agar bayi diberi
kesempatan menghisap untuk merangsang produksi ASI. Sehingga
ASI akan lebih cepat keluar.
c. Susui bayi pada kedua payudara secara bergantian.
d. Hanya diberikan ASI selama 4 bulan pertama (ASI Eksklusif).
e. Berikan ASI tanpa dijadwal.
f. Perhatikan cara/posisi menyusui yang benar, yaitu putting dan
bagian kalang payudara harus masuk kedalam mulut bayi, untuk
menghindari putting susu lecet.
g. Mulai memberikan makanan pendamping ASI(MP-ASI0 pada
umur 4 bulan dalam bentuk makanan lumat.
h. Menyusui sebaiknya dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun.
Pebyapihan dilakukan secara bertahap.
i. Teruskan menyusui walaupun ibu/anak sedang sakit. Kecuali
ibu/anak yang sedang sakit berat, sesuai dengan petunjuk dokter.
j. Perhatikan gizi ibu hamil/menyusui, ibu memerlukan ekstra
makanan dan minum lebih banyak.
k. Kalau ibu bekerja di laur rumah, beri ASI sebelum dan sesudah
pulang kerja. Hanya selama ibu bekerja saja, bayi boleh diberikan
susu formula
3. Perawatan payudara.
Untuk mencegah masalah-masalah yng mungkintimbul pada ibu
menyusui, maka sebaiknya perawatan payudara dilakuka secar rutin.
Materi
MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI

Masalah-masalah yang sering tejadi pada menyusui terutama terdapat


pada ibu primipara (1). Oleh karena itu kepada ibu-ibu perlu diberikan penjelasan
tentang pentingnya perawatan payuadara, cara menyusui yang benar, dan hal-
hal lain yang erat hubungannya dengan proses menyusui.
Masalah –masalah menyusui yang sering terjadi adalah :
A. PUTTING SUSU NYERI/LECET
Penyebab :
Kebanyakan putting nyeri/lecet disebabkan oleh kesalahan dalam
teknik menyusui, yaitu bayi tidak meyusu sampai kalang payudara. Bila bayi
menyusu hanya pada putting susunya, maka bayi kan mendapat ASI sedikit
karena gusi bayi tidk menekan pada daerah sinus laktiferus, sedangkan
pada ibunya akan terjadi nyeri/leet pada putting susunya.
Selain itu putting yang lecet juga dapat disebsbkan oleh moniliasis
pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu.
Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim atau zat iritan lainnya untuk
mencuci putting susu.
Keadaan ini juga apat terjadi pada bayi dengan tali lidah (freenulum
linguae) yang pendek, sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sampai
kalang payudara dan hisapan hanya pada putingnya saja.Rasa nyeri ini
juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusu kurang hati-hati.
Penatalaksanaan :
Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada putting yang
normal/yang lecetnya lebih sedikit. Untuk menghindari tekanan local pada
putting, maka posisi menyusui harus sering dirubah. Untuk putting yang
sakait dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. Di
sampaing itu kita harus yakin bahwa teknik menyusui bayi adalh benar,
yaitu bayi harus menyusui sampai kalang payuadara. Untuk menghindari
payudara yang bengkak, ASI dikeluarkan dengan tangan/pompa, kemudian
diberiakn dengan sendok, gelas atau pipet.
Setiap habis menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi
diangin-anginkan sebentar agar kering dengan sendirinya, karena bekas
ASI berfungsi sebagai anti infeksi. Jangan menggunakan sabun, alcohol
atau zat iritan lainnya untuk membersihkan putting susu.Pada putting susu
bisa dibubuhkan minyak Lanolin atau minyak kelapa yang telah
dimasak terlebih dahulu.Menyusui lebih sering (8-12 kali dala 24 jam),
sehingga payudara tidak sampai terlalu penuh dan bayi yang tidak begitu
lpar akan menyusu sampai terlalu rakus.
Periksalah apakah bayi tidak menderita monoliasis, yang dapat
menyebabkan lecet pada putting susu ibu. Kalau diketeumuakn gejala
moniliasis, dapat diberikan nistatin.
Pencegahan :
Tidak membersihkan putting susu dengan sabun, alcohol, krim
atau zat-zat iritan lainnya.
Sebaiknya untuk melepaskan putting susu dari hisapan bayi
pada saat bayi selesai menyusu, tidak dengan memaksa menarik
putting, tetapi dengan menekan dagu bayi atau dengan memasukkan
jari kelingking yang bersih kemulut bayi.
Posisi menyusui harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai
ke kalang payudara dan menggunakan kedua payuadara.

B. PAYUDARA BENGKAK (ENGORGEMENT)


Penyebab ;
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusu adekuat,
sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan
terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak ini sering terjadi pada
hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan. Statis pada
pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan
intraduktal, yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada
payudara, sehingga tekanan seluruh payuadara meningkat,akibatnya
payudara sering terasa penuh, tegang, serta nyeri. Kemudian diikuti
penurunan produksi ASI dan penurunan refleks let down. B.H. yang
ketat juga bias menyebabkan segmental engorgement, demikian pula
putting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus
(4).
Gejala :
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sukar
disusu oleh bayi, karena kalang payudara lebih menonjol, putting lebih
datar dan sukar dihisap oleh bayi. Bila keadaan sudah demikian, kulit
pada payudara nampak lebih mengkilat, ibu merasa demam dan
payudara terasa nyeri. Oleh Karenaitu sebelum disusukan pada bayi,
ASI harus diperas dengan tangan/pompa terlebih dahulu agar
payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusu.
Penatalaksanaan ;
Secara singkatnya penatalaksanaan payudara bengkak adalah
sebagai berikut :
Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.
Kompres dingin untuk mengurangi stasis pembuluh darah vena dan
mengurangi rasa nyeri. Bisa dilakukan selang-seling dengan kompres
panas, untuk melancarkan aliran darah payudara.
Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena
untuk malancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.
Pencegahan :
Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir.
Susukan bayi tanpa dijadwal.
Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi
kebutuha bayi.
Melakukan perawatan payuadara pasca natal secara teratur.
C. SALURAN SUSU TERSUMBAT (OBSTRUCTIVE DUCT)
Suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih duktus
laktiferus.
Penyebab :
Tekanan jari ibu pada waktu menyusui.
Pemakaian BH yang terlalu ketat.
Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak segera
dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan.
Gejala :
Pada wanita yang kurus, gejala merupakan benjolan yang terlihat
dengan jelas dan lunak pada perabaan.
Payudara pad aderah yang mengalami penyumbatan terasabengkak
yang terlokalisisir.
Penatalaksanaan ;
Saluran susu yang tersumbat ini harus dirawat sehingga benar-benar
setabah untuk menghindari terjadinya radang pada payudara
(mastitis).
Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak, dapat dilakukan masase
serta kompres panas dan dingin secar bergantian.
Ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASi dengan tangan atau dengan
pompa setiap kali setelah menyusui, bila payudara masih terasa
penuh.
Ubah-ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI.
Pencegahan :
Perawatan payudara pasca natal secar teratur, untuk menghindari
terjadinya statis aliran ASI.
Posisi menyusui yang diubah-ubah.
Menggunakan BH yang menyangga, buka yang menekan.
D. MASTITIS
Mastitis adalah radang pada payudara.
Penyebab :
Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya terjadi
mastitis.
Putting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya
payudara bengkak.
B.H. yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement .
Kalau tidak disusu dengan adekuat, bias terjadi mastitis.
Ibu yang diit jelek, kurang istiraat, anemia akan mudah terkena infeksi.
Gejala :
Bengkak, nyeri seluruh payudara/nyeri local.
Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local.
Payudara keras dan berbenjol-benjol (merongkol).
Panas badan dan rasa sakit umum.
Penatalaksanaan :
Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang
terkena selama dan sesering mungkin, agar payudara kosong,
kemudian pada payudara yang normal.
Berilah kompres panas, bias menggunakan Shower hangat atau lap
basah panas pada payudara yang terkena.
Ubahlah posisi meyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi
tiduran, duduk atau posisi memegang bola (foot ball position).
Pakailah baju B.H. longgar.
Istirahat yang cukup, makanan yang bergizi.
Banyak minum sekitar 2 liter per-hari.
Dengan cara-cara seperti tersebut diatas biasanya peradangan akan
menghilang setelah 48 jam, jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi
bila dengan cara-cara seperti tersebut di atas tidak ada perbaikan
setelah 12 jam, maka diberikan antibiotika selama 5-10 hari dan
analgesic.
E. ABSES PAYUDARA
Harus dibedakan antara abses dan mastitis. Abses payudara
merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan
karena melusnya peradangan dalam payudara tersebut.
Gejalanya adalah :
ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah mebgkilat,
benjolan lebih lunak karena berisi nanah. Sehingga perlu diinsisi untuk
mengeluarkan nanah tersebut. Pada abses payudara perlu diberikan
antibiotika dosis tinggi dan analgesic. Sementara bayinya hanya
disusukan tanpa dijawal pada payudara yang sehat saja. Sedangkan
ASI dari payuadara yang sakit diperas sementara (tidak disusukan).
Setelah sembuh, bayi bias disusukan kembali.

F. KELAINAN ANATOMIS PADA PUTTING SUSU


(INVERTED, FLAT NIPPLE)
Untuk diagnosis apakah putting ada kelainan apakah tidak, yaitu
dengan cara menjepit kalang payaudara antara ibu jari telunjuk di
belakang putting susu. Kalau putting menonjol maka putting tersebut
adalah normal, tetapi kalau putting tidak menonjol berarti putting
inverse/datar.
Pada putting yang mengalami kelainan seperti tersebut diatas,
apabila sudah diketahui selama kehamilan, maka harus dilakukan
masase dengan teknik Hoffman secara teratur.
Apabila sampai melahirkan putting masih inverse/diketahui setelah
bayi lahir, maka :
Bila hanya satu putting yang terkena, maka bayi pertama-tama
disusukan pada putting susu yang normal. Karena dengan
menyusukan pad aputing yang normal maka sebagian kebutuhan bayi
akan terpenuhi, sehingga bayi akan mau mencoba menyusu pada
putting yang terkena di samping itu juga mengurangi kemungkinan
lecetnya putting.
Kompres dingin pada putting yang terkena sebelum menyusu akan
menambah protaktilitas dari putting.
Dengan teknik Hoffman dan menggunakan breast shield pada waktu
tidak menyusui akan menambah protaktilitas.
Kalau dengan semua cara tersebut di atas tetap tidak dapat dikoreksi,
maka ASI dikeluarkan dengan tangan/pompa kemudian diberikan
dengan sendok/pipet. Karena tidak semua kelainan putting dapat
dikoreksi.

G. KEGAGALAN MENYUSUI
Sebelum dibahas kegagalan menyusui, terlebih dahulu akan dibahas
tanda-tanda bayi yang mendapat cukup ASI, yaitu :
 Tanyakan pada ibunya berapa kali
mengganti popok setiap harinya. Bayi yang cukup ASi akan
kencing 6-8 kali dalam sehari.
 Terdapat kenaikan berat badan rata-
rata 500 gram, perbulan.
 Bayi menyusu sering, tiap 2-3 jam
atau 8-12 kali dalam sehari.
 Bayi tampak sehat, warna kulit dan
turgor baik, anak cukup aktif.
Beberapa ibu merasa bahwa dia tidak cukup ASI, padahal
sesungguhnya tidak ada masalah sama sekali dengan ASI –nya.
Mereka khawatir kan gejala-gejala yang tidak ada hubungannya
dengan ASI atau mereka tidak biasa dengan variasi normal yang
terdapat pada bayi yang minum ASI. Apabila bayi tumbuh baik dan
kencingnya cukup, tidak perlu ibu khawatir kalau :
 Bayi menyusu sering, 8-12 kali
perhari.
 Bayi tampak lapar.
Pemahaman yang dapat diberikan pada ibu tentang pertumbuhan dan
perkembangan bayinya:
 ASI dicerna lebih cepat darpada
susu formula dan lebih sesuai untuk usus bayi yang masih belum
matur. Sehingga bayi yang minum ASI perlu menyusu lebih sering.
 Kebiasaan menyusu bayi anda,
Kenaikan berat badannya, dan pola tidurnya jangan dibandingkan
dengan bayi lain, karena tiap bayi adalah individu yang unik dan
terdapat variasi yang luas, asalkan masih dalam batas-batas yang
normal.
 Bayi tiba-tiba meningkat frekuensi
dan lamanya menyusu. Bayi yang tidur saja pada minggu-minggu
pertama, sering secara tiba-tiba seolah-olah terbangun dari
tidurnya dan menyusu lebih sering. Demikian pula pada bayi yang
dalam masa pertumbuhan, pada masa ini mereka menyusu lebih
sering dari biasa untuk mendapatkan lebih banyak ASI untuk
memenuhi kebutuhannya.
 Bayi tiba-tiba menurun lamanya
menysuu, kurang 5-10 menit tiap payudara. Mungkin karena dia
lebih berpengalaman menyusu, sehingga mendapat ASI yang
diperlukan lebih cepat.
 Bayi tiba-tiba tidak mau menyusu.
Kemungkinan Karena hidung tersumbat karena pilek, atau karena
tumbuh gigi.
 Bayi tampak gelisah. Bisa karena
lapar atau keadaan lingkungan yang tidak nyaman, missal bayi
kepanasan karena selimut tebal. Dari payudara ibu hanya
sedikit/sama sekali tidak ada ASI yang menetes kalau lama tidak
disusukan. ASI yang menetes tersebut tidak ada hubungannya
dengan jumlah ASI yang dipoduksi.
 Payudara ibu tiba-tiba tampak
lembek. Hal ini mungkin karena anak menyusu lebih kuat dan lebih
sering sehingga payudara tidak penuh.
 Refleks let down terasa tidak kuat.
Kadang-kadang beberapa ibu tidak merasa adanya refleks let
down, yaitu ASI yang keluar dengan deras pada saat bayi
menyusu.

Apabila produksi ASI tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, harus dicari
sebab-sebabnya mengapa produksi ASI tersebut menurun, yaitu :
1. Makanan Suplemen
Bayi yang mendapat suplemen makanan lain selain ASI, misalnya
susu formula, air buah atau makanan tambahan lainnya,
menyebabkan bayi akan kenyang dan harus menunggu lebih lama
menyusu berikutnya. Sehingga frekuensi menyusu akan menurun dan
produksi ASI akan menurun juga.
Pemberian suplemen dengan menggunakan botol dot pada saat bayi
masih sedang belajar menyusu, juga dapat menyebabkan bayi
bingung antara menyusu pada putting ibu dan dot (nipple confuse),
karena mekanisme menghisap yang berbeda.
Berikut ini adalah tanda-tanda bayi bingung putting :
 Bayi menghisap putting seperti menghisap dot.
 Waktu menyusu, cara menghisapnya terputus-putus/sebentar-
sebentar.
 Bayi menolak menyusu pada ibu.
Untuk menghindari bingung putting tersebut, maka :
 Ibu harus mengusahakan agar bayi hanya menyusu pada ibu
terutama pada saat bayi masih belajar menyusu yaitu pada bulan
pertama setelah lahir.
 Teknik menyusui harus benar.
 Menyusu lebih sering tanpa dijadwal.
 Perlu kesabaran dan ketelatenan dari ibu.

2. Penggunaan empongan (pacifier).


Beberapa bayi menemukan kesenangan dengan menghisap pada
empongan, sehingga menurunkan kesempatan untuk menyusu pada
ibu. Akibatnya karena lebih jarang disusu, maka produksi ASI akan
menurun. Kejelekan lain dari empongan adalah bayi sering
diare/moniliasis akibat dari kebersihan yang kurang dan sering
terdapat gangguan pertumbuhan gigi.

3. Penggunaan nipple shield


Nipple shield sebaiknya tidak di gunakan pada waktu menyusui,
karena mempengaruhi rangsangan ke otak ibu yang timbul akibat dari
rangsangan iasapan bayi langsung pada putting susu ibu, sehingga
akan menurunkan reflek let down.

4. Jadwal makan yang ketat


Jadwal makan yang ketat, akan mempengaruhi produksi ASi lebih
baik bayi disusui tanpa dijadwal.

5. Bayi tidur saja.


Ada beberapa bayi yang tidur saja hamper sepanjang hari dan
hanya sebentar saja menyusu, maka keadaan ini akan menurunkan
produksi ASI. Pada kasus seperti ini, lebih-lebih bila kenaikan berat
badan tidak seberapa dan bayi jarang kencing, maka ibu harus
membangunkan anaknya dan menyusui tiap 2 jam sekali, sehingga
bayi akan belajar dengan sendirinya.

6. Kecemasan dan kelelahan ibu


Kecemasan dan kelelahan ibu akan mempengaruhi reflek let down dan
menurunkan produksi ASI.
7. Merokok dan obat-obatan
Ibu perokok berat produksi ASI nya akan menurun. Demikian pula
pil KB yang mengandung estrogen tinggi akan menurunkan produksi
ASI.

8. Ibu yang sedikit minum, produksi ASI-nya juga akan berkurang.


Dianjurkan pada ibu-ibu yang menyusui untuk minum 6-8 gelas (2
liter) per hari atau minum satu gelas air/air buah setiap kali setelah
menyusui.

9. Diit ibu yang jelek, akan menurunkan produksi ASI.


Pada ibu-ibu yang menyusui tiadak ada pantangan makan, makan
buah segar, daging, ikan, susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan
sangat dianjurkan. Makanlah satu porsi (500 kalori) lebih banyak dari
biasanya.

Bila tidak diketemukan semua factor yang disebutkan diatas yang


menyebabkan penurunan ASI, beberapa langkah dibawah ini
diharapkan dapat meningkatkan produksi ASI.
 Susuilah bayi lebih sering tanpa dijadwal, paling sedikit 8 kali
dalam 24 jam, tiap-tiap payuadara 10-15 menit.
 Tiap menyusui gunakan kedua payudara secara bergantian, ini
berguna agar bayi mendapat semua ASI yang tersedia dan untuk
merangsang produksi ASI sesering mungkin.
 Bayi hanya menyusu pada ibu, tidak dianjurkan menggunakan
botol dot/empongan. Hal ini karena mekanisme menyusu pada
putting dan pada botol dot adalah berbeda.
 Kalau dengan semua cara tersebut diatas tetap tidak berhasil,
maka bayi dapat diberi susu formula. Tetapi sebelumnya harus
diberi ASI dulu, mungkin ASI akan keluar lebih banyak kalau ibu
lebih tenang.
H. BAYI ENGGAN MENYUSU
Bayi yang enggan menyusu harus mendapat perhatian khusus,
karena kadang-kadang itu merupakan gejala dari penyakit-penyakit
yang membahayakan jiwa anak, misal anak yang sakit bera, tetanus
neonatorum, meningitis/ensepalitis, hiperbilirubinemia, dan
sebagainya. Kalau dicurigai adanya penyakit-penyakit tersebut diatas,
maka sebaiknya bayi dirujuk.

Penyebab lain dari bayi enggan menyusu adalah :


 Bayi Pilek, sehingga pada waktu
menyusu sulit bernafas.
 Bayi sariawan/moniliasais, sehingga
nyeri pada waktu menghisap.
 Bayi tidak rawat gabung, yang sudah
pernah minum dengan menggunakan botol dot.
 Bayi ditinggal lama karena ibu
sakit/bekerja.
 Bayi bingung putting.
 Bayi dengan tali lidah (freenulum
linguae) yang pendek.
 Teknik menyusui yang salah.
 ASI kurang lancer/ yang terlalu deras
memancar.
 Pemberian makanan tambahan yang
terlalu dini. Sebaiknya pemberian ASI eksklusif sampai bayi
berumur 4 bulan.

Cara menanggulangi bayi yang enggan menyusu adalah sesuai


dengan penyebabnya. Misal:
 Pada bayi yang moniliasis, harus diobati
moniliasisnya.
 ASI yang terlalu deras memancar,
sebelum menyusui harus dikeluarkan sedikit.

I. IBU BEKERJA
Walaupun ibu bekerja sebaiknya terus menyusui bayinya. Dianjurkan
untuk mengikuti cara-cara dibawah ini untuk mencegah penurunan
produksi ASI dan penyapihan yang terlalu didini.
 Sebelum ibu berangkat bekerja bayi
harus disusui. Selanjutnya ASI diperas dan disimpan untuk
diberikan pada bayi selama ibu bekerja. Di samping susu formula
kalau masih diperlukan.
 Bila mungkin, ibu pulang untuk menyusui
pada tengah hari.
 Bayi disusui lebih sering setelah ibu
pulang kerja dan pada malam hari.
 Tidak menggunakan susu formula pada
hari libur.
 Tidak mulai bekerja terlalu cepat setelah
melahirkan, tunggu 1-2 bulan untuk menyakinkan lancarnya
produksi ASI dan masalah pada awal menyusui telah teratasi.
Kalau ibu ingin memberikan susu formula dengan menggunakan
botol, maka dapat dicoba setelah ibu yakin bahwa bayinya telah
mampu menyusu pada ibu dengan baik, untuk menghindari bayi
bingung putting.

J. GAGAL TUMBUH (FAILURE TO THRIVE) PADA BAYI YANG


MENDAPAT ASI
Gejala bayi yang gagal tumbuh adalah :
 Dehidrasi ringan.
 Kurang dari 6 popok basah perharinya.
 Bayi menangis, baik sebelum maupun setelah menyusui.
 Bayi jarang berak pada minggu-minggu pertama kehidupan.
 Kenaikan berat badan anak pada KMS, tidak baik.

Penyebab umum gagal tumbuh yang bias terjadi pada bayi yang
minum ASI maupun non-ASI, adalah :
 Infeksi.
 Penyakit jantung bawaan.
 Kelainan pada susunan saraf pusat.
 Penyakit-penyakit ginjal.
 Kelainan/penyakit pada saluran pencernaan, misalnya
malabsopsi.
 Kelainan anatomis : sumbing palatum, atresia koananl,dsb.
 Endokrin/penyakit-penyakit metabolic.
Sedangkan penyebab khusus gagal tumbuh pada bayi yang minum
ASI atau penyebab produksi ASI yang tidak memadai, adalah :
1. DARI PIHAK BAYI :
a. Kelainan anatomic :
• Sumbing pada bibir/palatum.
• Deformitas fasial lainnya.
• Kelainan gastrointestinal.
b. Kelainan fisiologik :
• Frekuensi menyusui yang kurang sering.
c. Masalah organic :
• Kebutuhan kalori yang meningkat : infeksi.
• Prematuritas.
• Kelainan organic lainnya : kelainan SSP (Susunan Syaraf
Pusat), gangguan metabolic, malabsopsi.
d. Faktor Psikologis :
• Bayi yang “stress”, bayi yang “ sulit “.

2. DARI PIHAK IBU


a. Kelainan anatomic :
• Payudara yang telah diangkat.
• Jaringan payudara yang hipoplastik.
• Putting inverse.
• Lainnya.
b. Kelainan fisiologik :
• Payudara yang jarang disusu atau lamanya menyusui yang
kurang.
• Hambatan refleks “ let down “: stress, kelelahan, depresi,
obat-obatan missal pil KB yang mengandung estrogen, ibu
perokok/peminum alcohol yang berat dan sebagainya.
• Gizi ibu menyusui yang kurang baik, diit ibu yang terlalu
ketata, penurunan berat badan ibu yang terlalu drastis.
d. Masalah organic :
• Ibu sedang menderita sakit.
• Gangguan hormonal.
• Ibu hamil lagi.
e. factor psikologik :
• Ibu yang mengalami depresi, cemas , sedang ada masalah,
ibu yang terlalu tergantung, juga ibu yang kurang mendapat
dukungan dari suami/keluarganya dalam menyusui bayinya.

3. KOMBINASI FAKTOR BAYI DAN IBU


a. Masalah structural :
• Ketidakcocokan : mulut bayi yang kecil, tali lidah yang
pendek, payudara yang besar, putting datar.
• Penggunaan “nipple shield “. Atau empongan.
b. Faktor psikologik :
• Pemberian suplemen makanan lain selain ASI yang terlalu
cepat atau suplemen yang membuat bayi kenyang.
• Bayi kurang disusui : ada bayi yang rewel/ada yang puas.
c. Faktor psikologis :
• Bayi yang dirawat terpisah dengan ibunya.
• Bayi yang ditelantarkan atau bayi yang mendapat
perlakukan salah.
• Penyebab lain misalnya, ruangan yang terlalu bising,
menghentikan menyusui sebelum bayi selesai menyusui,
dan lain-lain.

K. IKTERUS PADA BAYI YANG MINUM ASI


Ikterus karena ASi sangat jarang terjadi. Terjadinya ikterus tersebut
karena hormon 3-alfa 20- beta-pregnane-diol pada ASI yang
mengadakan inhibisi pada enzim glukoronil-transferase pada hepar
bayi. Penyebab lain adalah asam lemak bebas terutama asam linoleat
pada ASI yang mengadakan inhibisi pada enzim glukoronil
transferase. Sedangkan pendapat terbaru menekankan pada jalur
enterohepatik yang menyebabkan meningkatnya reabsopsi bilirubin
indirek dari usus bayi, kemungkinan karena efek yang tidak diketahui
pada ASI terhadap saluran pencernaan.
Dari penelitian terakhir ternyata bahwa tidak ada perbedaan yang
bermakna antara konsentrasi bilirubin pada bayi yang minum ASI dan
susu formula pada 4 hari pertama. Kenaikan yang bermakna dari
bilirubin indirek pada bayi yang ikterus oleh karena ASI biasanya pada
hari ke 4-7, walaupaun sering pula terjadi pada minggu 2-3.
Penghentian menyusui untuk 1-3 hari biasanya untuk diagnosis,
hasilnya akan terdapat penurunan yang cepat kadar bilirubin sampai
setengahnya. Kalau bilirubin tidak menurun setelah ASI diberhentikan
sementara tersebut, maka harus dicari penyebab yang lain.
Gejala dan penatalaksanaan ;
• Timbulnya setelah bayi umur 4 hari.
• Tidak terdapat kenaikan bilirubin direk.
• ASI diberhentikan kalau ada bahaya terjadinya kern ikterus
yaitu bila bilirubin indirek lebih dari 20 mg/100 cc pada bayi
matur,atau lebih dari 15 mg/100 cc pada bayi BBLR yang sehat.
• Bayi tampak sehat.
• Perjalanan ikterus karena ASI (yang ASInya diteruskan)
puncaknya pada minggu ke 2-3, dengan penurunan secara
bertahap pada minggu ke 6-8.
• Tidak perlu fototerapi. Ikterus karena ASI tidak berbahaya dan
akan sembuh sendiri.
Disamping itu penyebab lain dari ikterus yang onsetnya terlambat
harus dicari, dengan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium : hematokrit, retikulosit dan sebagainya.
Karena untuk diagnosis ikterus akibat ASI, maka beberapa penyebab
dari ikterus yang timbulnya terlambat/ikterus yang lama harus
disingkirkan, misal :
• Hematologi
• Polisitemia
• Dehidrasi Infeksi
• Proses hemolitik
• Hipotiroid
• Obstruksi Intestinal
• Penyakit-penyakit hati

L. BAYI YANG LAHIR DENGAN OPERASI SEKSIO SESARIA


Bila pada seksio digunakan anestesi umum, bayi bias mulai
disusukan setelah ibu sadar dengan bantuan tenaga perawat/bidan.
Efek narkose pada bayi yang diterimanya baik melalui plasenta
ataupun melalui ASI dapat mengakibatkan bayi lemah dan malas
menyusu. Kalau ibu dan bayi keadaan umumnya baik tanpa ada
komplikasi, maka harus segera dilakukan rawat gabung.
Adalah umum terjadi kenaikan suhu ringan setelah operasi, tetapi
ini bukan kontra indikasi untuk menyusui. Posisi memegang bola (foot
ball) lebih cocok untuk ibu seksio oleh karena bayi tidak menekan
bekas luka operasi. Atau dengan posisi miring, dengan bayi berada di
samping ibu.

M. BAYI KEMBAR
Dengan meningkatnya rangsangan untuk produksi ASI yang
dating dari 2 bayi. Maka ASI selalu cukup untuk kedua bayi kembar
tersebut. Tetapi kita harus memperhatikan diit ibu harus mengandung
kalori lebih tinggi, ekstra minum, cukup protein dan vitamin, agar
produksi ASI mencukupi kebutuhan bayi dan status gizi ibu terpelihara.
Bayi dapat disusui keduanya secara bersamaan pada kedua
payudara ibu. Dengan kedua posisi secara bergantian tergantung
posisi mana yang dianggap nyaman oleh ibu.
Tiga posisi tersebut, yang dapat dilakukan pada kedua bayi
secara bersamaan adalah :
1. Tiap bayi menyusu dengan posisi Foot ball.
2. Tiap bayi menyusu dengan posisi sejajar dengan tubuh ibu.
3. Kedua bayi menyusu saling menyilang di depan tubuh ibu.
Bagi ibu yang terpaksa menyusui bayinya secara bergantian, mulailah
lebih dahulu dengan menyusui bayi yang lebih kecil.
Bayi kembar sering tumbuh pada tingkatan yang berbeda, yang satu
lebih gemuk dari yang lain, tergantung frekuensi menyusui oleh asing-
masing bayi.

N. BAYI DENGAN KELAINAN ANATOMIS BIBIR DAN PALATUM


Banyak orang mengira bahwa bayi sumbing tidak mungkin
dapat menyusu. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena
dengankesabaran dan ketelatenanibu, maka banyak ibu yang berhasil
menyusui bayinya sedini mungkin. Untuk itu diperlukan dukungan dari
keluarga maupun dari petugas kesehatan.

Contoh :
1. Bayi yang sumbing pada langit-langit lunak (palatum molle)
bayi dapat menyusu tanpa kesulitan apabila bayi disusukan dalam
posisi tegak, agar ASI tidak masuk ke dalam hidung. Karena ada
kecenderungan ASI keluar melalui hidung pada bayi tersebut,
maka ibu dianjurkan untuk sering-sering menghentikan menyusui
untuk memberikan kesempatan bayi bernafas. Kesukaran terberat
adalah pada minggu-minggu pertama, tetapi itu tidak berarti tidak
mungkin menyusui pada bayi dengan sumbing langit-langit.
2. Sumbing hanya pada bibir atas saja. Maka bayi dapat
menyusu sambil ibu menutup sumbing tersebut dengan jarinya
agar bayi dapat menghisap dengan sempurna. Kadang-kadang
terdengar bunyi pada saat bayi sedang menyusu. Proses menyusui
pada anak dengan sumbing ini memungkinkan, karena mekanisme
menyusu tidak terganggu, asalkan dilakukan dengan teknik
menyusui dengan baik dan benar.
3. Yang sulit bilamana terjadi sumbing ganda, yaitu sumbing
pada langit-langit keras/lunak dan bibir, sehingga bayi sulit
menghisap putting susu dengan sempurna. Untuk bayi yang
demikian, ibu dapat mengeluarkan ASI dengan tangan/pompa
kemudian diberikan dengan sendok/pipet/dot khusus. Atau dapat
pula dikonsultasikan pada Ahli Bedah Mulut untuk sementara
dipasang sustu alat yang memudahkan proses menyusui, sambil
menunggu saatnya dioperasi. Sementara setelah bayi menjalani
operasi, ASI dapat diperas dengan tangan/pompa dan diberikan
pada bayi melalui pipet/sendok.

O. PENYAKIT KRONIS/BERAT PADA IBU


Pada ibu dengan TBC aktif, asal sudah mendapatkan
pengobatan, ibu masih tetap boleh menyusui. Sedangkan pada
bayinya dapat segera diimunisasikan BCG dan diberikan INH
profilaksis.
Sedangkan pada ibu yang sakit berat biasanya produksi
ASInya menurun, asal ibu mendapat pengobatan dan diit yang baik,
maka setelah ibu sembuh bias menyusui kembali bayinya. Pada ibu-
ibu yang malnutrisi, produksi ASi lebih sedikit daripada ibu yang
gizinya baik. Dengan suplementasi makanan, maka produksi ASI bias
ditingkatkan.
Pada ibu yang menderita hepatitis B atau AIDS, masih
terdapat beberapa pendapat. Ada yang menganjurkan agar ASI tetap
diberikan kepada bayi, terutama untuk di Negara-negara berkembang,
karena nilai gizi ASI yang tinggi dan adanya zat yang terdapat pada
ASI. Tetapi ada pula yang menentang pemberian ASI tersebut, dengan
alas an bayi belum tentu ketularan ibunya pada saat mereka lahir,
sehingga perlu dicegah penularan melalui ASI yang
mungkinterkontaminasi virus hepatitis B/HIV, misalnya akibat dari
putting susu ibu yang lecet, atau sebab lainnya. Penularan vertical dari
ibu yang menderita AIDS pada bayinya berkisar antara 25 % sampai
50%.
Penelitian di Taiwan membuktikan bahwa ASI cukup aman
untuk bayi. Pada 11 bayi yang menyusui dari ibu yang menderita
Hepatitis c, ternyata pada evalusi sampai bayi usia 1 tahun, tidak
menunjukkan adaya hepatitis C pada bayi tersebut.
P. IBU DENGAN DIIT TERTENTU
a. Ibu Vegetarian
Bila dalam diit ibu masih ada susu dan telor, maka tidak ada
salah dalam laktasi. Tetapi bila ibu vegetarian murni dan sama sekali
tidak mengkonsumsi protein hewani, maka ibu dan bayinya akan
kekurangan vitamin B12. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka pada
diit ibu harus ditambahkan suplemen vitamin B12 setiap harinya.
b. Ibu Diabetes Melitus.
Ibu penderita diabetes mellitus tetap dianjurkan untuk
menyusui bayinya
Pada keadaan seperti ini, harus diperhatikan :
• Kebutuhan insulinnya akan berkurang.
• Pada saat melahirkan dan beberapa hari setelahnya, kadar
gula ibu sangat bervariasi.
• Sering terjadi laktosuria yang dapat disangka glukosuria.
• Kemungkinan menderita mastitis atau abses payudara lebih
besar.

Q. PEMBERIAN OBAT-OBATAN PADA IBU MENYUSUI


Selalu menjadi pertanyaan, apakah obat yang diberikan
pada bayi dapat berakibat buruk pada bayi. Bila obat diberikan pada
ibu menyusui, yang perlu diketahui adalah :
• Berapa banyak obat tersebut dikeluarkan melalui ASI
• Berapa banyak obat tersebut yang diserap oleh bayi
• Sejauh mana obat tersebut mempengaruhi laktasi

Obat-obatan yang merupakan kontra indikasi ibu menyusui adalah :


No Obat Alasan
1. Bronkokriptin Menekan laktasi
2. Kokain Intoksikasi
3. Siklofosfamid Menekan system imun, karsigenesis,
neutropia.
R. MENYUSUI PADA WAKTU HAMIL
Menyusui pada saat ibu sedang hamil bukan sebagai factor
risiko untuk melahirkan bayi premature atau mengganggu
pertumbuhan janin intrauterine, asalkan ibu sehat, mendapat diit yang
baik serta tidak dapat kontra indikasi. Penyapihan dapat dilakukan
secara bertahap yaitu sampai usia kehamilan 5-6 bulan. Karena
setelah trimester kedua pertumbuhan janin sangat pesat. Sering kali
anak tidak mau menyusu dengan sendirinya kalau ibunya sedang
hamil, hal ini disebabkan adanya perubahan hormonal pada ibu hamil
yang menyebabkan menurunnya produksi ASI dan putting susu
menjadi lebih lunak. Penyapihan juga bias dapang dari ibunya, karena
adanya perasaan yang kurang nyaman, mual/muntah, atau kelelahan
pada ibunya. Penyapihan yang mendadak hanya dilakukan kalau ada
resiko untuk melahirkan premature, yaitu anamnesis terdapat
abortus/kelahiran premature, terdapat penurunan berat badan ibu/tidak
menunjukkan kenaikan berat badan setelah trimester pertama
kehamilan dan pada ibu dengan heperemesis.
Diit harus diperhatikan untuk memenuhi kebutuhan produksi
ASI dan kehamilannya, serta factor kelelahan pada ibu. Ibu hamil yang
masih menyusui harus cukup mendapat tambahan kalori,protein,
vitamin-vitamin, banyak minum dan istirahat yang cukup. Tambahan
kalori disesuaikan dengan jumlah ASI yang dikonsumsi anak, serta
berpedoman pada kenaikan berat badan normal yang seharusnya
dicapai oleh ibu hamil.
Berat badan anak yang masih menyusui tersebut harus
dimonitor secara teratur, terutama kalau umur anak dibawah satu
tahun, karena adanya penurunan produksi ASI pada waktu ibu sedang
hamil. Oleh karena itu secara bertahap anak diperkenalkan susu
formula, sehingga pada waktu disapih anak sudah mau minum susu
formula tersebut, di samping makanan tanbahan lain yang sesuai
dengan umur anak.
Ini sering teradi pada anak yang masih belum usia satu
tahun tetapi ibunya sudah hamil lagi, sehingga anak masih tergantung
pada ibunya secara fisik maupun emosional. Apabila anak yang lebih
tua sukar disapih, maka anak disusui hany untuk memenuhi kebutuhan
emosinya saja. Karena anak tersebut sudah dapat makan makanan
lain selain ASI, sedangkan adiknya harus diutamakan karena
sepenuhnya masih tergantung pada ASI terutama pada bulan-bulan
pertama setelah lahir.
Pada kasus-kasus tersebut diatas, peran petugas kesehatan
adalah :
• Memberikan penjelasan tentang baik buruknya menyusui pada
waktu ibu sedang hamil/menyusui kakak adik nya sekaligus.
• Menggali perasaan ibu tentang keputusannya untuk menyusui
dengan cara diatas, serta diskusikan emosi yang menyertainya.
• Rujuk ibu ke kelompok pendukung ASI yang terdekat.
• Beri dukungan pada ibu yang akan memutuskan menyapih
anaknya, karena pada umumnya mereka tau apayang terbaik yang
akan dilakukannya.
Dalam mengatasi berbagai masalah laktasi tersebut diatas diperlukan
suatu wadah dimana ibu dapat berkonsultasi, antara lain Klinik Laktasi.
Kelompok Pendukung ASI, Praktek Dokter/Bidan, dan sebagainya.
Konsultasi lewat teleponpun sangat berguna, terutama bagi ibu-ibu
yang baru pertama kali menyusui. Dari penelitian di Oregon USA,
ternyata banyak ibu-ibu yang memerlukan konsultasi lewat telepon
tentang laktasi dan masalah yang menyertainya.

You might also like