Professional Documents
Culture Documents
Mekanisme kerja
Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan neuron
GABA. Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat, terdapat dengan kerapatan
yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal dan oksipital, di hipokampus dan dalam otak
kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan bekerja sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi
antara aktivitas farmakologi berbagai benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan.
Dengan adanya interaksi benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya akan
meningkat, dan dengan ini kerja GABA akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA,
saluran ion klorida akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih banyak yang mengalir
masuk ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel
bersangkutan dan sebagai akibatnya, kemampuan sel untuk dirangsang berkurang.
Profil farmakokinetika
t½ : Diazepam 20-40 jam, DMDZ 40-100 jam. Tergantung pada variasi subyek.
t½ meningkat pada mereka yang lanjut usia dan bayi neonatus serta penderita gangguan liver.
Perbedaan jenis kelamin juga harus dipertimbangkan.
Volume Distribusi : Diazepam dan DMDZ 0,3-0,5 mL/menit/Kg. Juga
meningkat pada mereka yang lanjut usia.
Waktu untuk mencapai plasma puncak : 0,5 – 2 jam.
Distribusi dalam Darah : Plasma (perbandingan dalam darah) Diazepam 1,8 dan
DMDZ 1,7.Ikatan Protein : Diazepam 98 – 99% dan DMDZ 97%. Didistribusi secara luas.
Menembus sawar darah otak. Menembus plasenta dan memasuki ASI.
Jalur metabolisme : Oksidasi
Dimetabolisme terutama oleh hati. Beberapa produk metabolismenya bersifat
aktif sebagai depresan SSP.
Metabolit klinis yang signifikan : Desmetildiazepam (DMDZ) , temazepam &
oksazepam
Penggunaan terapi
Indikasi
Diazepam digunakan untuk memperpendek mengatasi gejala yang timbul seperti gelisah
yang berlebihan, diazepam juga dapat diinginkan untuk gemeteran, kegilaan dan dapat
menyerang secara tiba-tiba. Halusinasi sebagai akibat mengkonsumsi alkohol. diazepam juga
dapat digunakan untuk kejang otot, kejang otot merupakan penyakit neurologi. dizepam
digunakan sebagai obat penenang dan dapat juga dikombinasikan dengan obat lain.
Kontraindikasi
1. Hipersensitivitas
2. Sensitivitas silang dengan benzodiazepin lain
3. Pasien koma
4. Depresi SSP yang sudah ada sebelumnya
5. Nyeri berat tak terkendali
6. Glaukoma sudut sempit
7. Kehamilan atau laktasi
8. Diketahui intoleran terhadap alkohol atau glikol propilena (hanya injeksi)
Interaksi obat
Obat-obat :
1. Alkohol, antidepresan, antihistamin dan analgesik opioid – pemberian bersama
mengakibatkan depresi SSP tambahan.
2. Simetidin, kontrasepsi oral, disulfiram, fluoksetin, isoniazid, ketokonazol, metoprolol,
propoksifen, propranolol, atau asam valproat dapat menurunkan metabolisme
diazepam, memperkuat kerja diazepam.
3. Dapat menurunkan efisiensi levodopa.
4. Rifampicin atau barbiturat dapat meningkatkan metabolisme dan mengurangi
efektifitas diazepam.
5. Efek sedatifnya dapat menurun karena teofilin.
6. Ikatan plasma dari diazepam dan DMDZ akan direduksi dan konsentrasin obat yang
bebas akan meningkat, segera setelah pemberian heparin secara intravena.
7. Diazepam yang diberikan secara oral akan sangat cepat diabsorbsi stelah pamberian
metoclorpropamida secara intravena. Perubahan motilitas dari gastrointestinal juga
memberikan pengaruh terhadap proses absorbsi.
8. Benzodiazepin tidak digunakan bersamaan dengan intibitor protease-HIV, termasuk
alprazolam, clorazepate, diazepam, estazolam, flurazepam, dan triazolam.
Over dosis
- Keracunan benzodiazepin dapat menyebabkan lemahnya kesadaran secara cepat. Koma
yang mendalam atau manifestasi lain depresi berat pada fungsi batang otak yang terganggu,
pada keadaan ini pasien seperti tidur dan dapat sadar sesaat dengan rangsangan yang cepat.
Pada keadaan ini biasanya disertai sedikit atau tanpa depresi pernapasan, curah dan irama
jantung tetap normal pada saat anoxia atau hipertensi berat. Toleransi benzodiazepin terjadi
dengan cepat, keadaan sering kembali pada saat konsentrasi obat dalam darah tinggi
kemudian dapat diikuti dengan terjadinya koma. Pada overdosis akut selama pemulihannya
dapat terjadi ansietas dan insomnia, yang dapat berkembang menjadi withdrawal syndrome
(gangguan mental akibat penghentian penggunaan zat psikoaktif), dapat pula diikuti dengan
kejang yang hebat, ini dapat terjadi pada pasien yang sebelumnya menjadi pemakai kronik.
- Sejak tahun 1980-1989, 1576 keracunan fatal di Inggris dihubungkan dengan penggunaan
benzodiazepin. 891 kasus dihubungkan dengan over dosis benzodiazepin sendiri dan 591
kasus lainnya over dosis terjadi karena dikombinasikan dengan alkohol. Perbandingan
tingkat kematian dengan data penulisan resep pada periode yang sama, untuk menghitung
indeks kematian karena keracunan per sejuta resep, pada individu yang overdosis
benzodiazepin memberikan kesan keracunan yang relatif berbeda. sStudi terakhir dari 303
kasus keracunan benzodiazepin didukung oleh perbedaan penemuan dalam menilai
keracunan akibat overdosis benzodiazepin yang relatif aman.
- Pada over dosis benzodiazepine, penanganan secara umum dengan monitoring pernaafasan
dan tekanan darah. Reaksi muntah diinduksi (selama 1 jam) bila pasien tetap sadar.
Mempertahankan keluar masuknya udara adalah hal yang penting apabila pasien dalam
keadaan tidak sadar. Tidak ada keuntungan khusus dengan pengosongan lambung,
pemberian arang aktif (carbo adsorben) untuk mereduksi absorbsi. Flumazenil,
merupakan antagonis spesifik reseptor benzodiazepine, diindikasikan untuk penanganan
parsial atau menyeluruh pada efek sedative benzodiazepine dan digunakan pada keadaan
over dosis benzodiazepine.
Toksisitas
Efek toksis dapat terjadi bila konsentrasi dalam darah lebih besar dari 1,5 mg/L;
kondisi fatal yang disebabkan oleh penggunaan tunggal diazepam jarang ditemukan, tetapi
dapat terjadi bila konsentrasi dalam darah lebih besar dari 5 mg/L.
LD50 oral dari diazepam adalah 720 mg/Kg pada mencit dan 1240 mg/Kg pada tikus.
Pemberian intraperitoneal pada dosis 400 mg/Kg menyebabkan kematian pada hari keenam
setelah pemberian pada hewan coba, monyet.
(rgmaisyah,2009)