Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Mengamati pemberitaan media massa akhir-akhir ini, terlihat peningkatan dugaan kasus
aborsi ilegal di Indonesia. Dalam rentang dua bulan terakhir ini, media massa marak
memberitahukan tentang kasus gugatan/tuntutan hukum (perdata dan/ atau pidana) kepada
Bidan, yang diajukan masyarakat konsumen jasa medis yang mengetahui adanya klinik aborsi
ilegal. Ada berbagai faktor yang melatarbelakangi munculnya gugatan-gugatan aborsi ilegal.
Lepas dari fenomena tersebut, ada yang mempertanyakan apakah kasus-kasus itu terkategori
aborsi ilegal ataukah sekedar kelalaian (human error) dari sang Bidan? Untuk diketahui,
sejauh ini di negara kita belum ada ketentuan hukum ihwal standar profesi bidan yang bisa
Sebenarnya kasus aborsi ilegal bukanlah barang baru. Sejak bertahun-tahun yang lalu, kasus
ini cukup akrab di Indonesia. Makalah ini akan membahas tentang kasus Aborsi ditinjau dari
Contoh Kasus
TEMPO Interaktif, JEMBER - Aparat Kepolsian Resor Jember, hingga Minggu petang
(15/8), kembali menggeledah rumah Vike Septaninda, 48 tahun, di Jalan Perumnas Balung,
tambahan demi memperkuat penanganan kasus dugaan praktek aborsi ilegal oleh mantan
bidan tersebut.
Page | 1
Praktek aborsi ilegal itu terkuak setelah polisi menangkap DM, 25 tahun, warga Kecamatan
Srono, Kabupaten Banyuwangi, Sabtu petang (14/8). DM ditangkap saat membeli bunga dan
peralatan kematian, seperti kain kafan, di pasar Tanjung. "Warga curiga ketika melihat
kondisi korban, lalu melaporkannya kepada kami," kata Kepala Satuan Reserse dan Kriminal
Kepada polisi DM mengaku baru saja menggugurkan kandungannya yang berusia 2,5 bulan
di tempat praktek Vike, sekitar 35 kilometer arah selatan dari Kota Jember. Hari itu juga
Polisi menemukan sejumlah peralatan medis dan kebidanan seperti tensimeter, puluhan jarum
suntik, obat antibiotik, alat tes pembukaan rahim, sarung tangan. dan kain perlak. Bahkan ada
Kepada DM, Vike yang pernah bekerja di sebuah rumah sakit di Jember itu mengenakan tarif
Rp 2 juta. DM yang pernah kuliah di Jember mengetahui praktek aboorsi Vike dari kalangan
mahasiswa di Jember. "Ternyata praktek tersebut sudah dilakukan beberapa tahun dan
Pelaku yang menggugurkan kandungan (aborsi) dan mantan bidan yang membantu proses
aborsi di Kabupaten Jember terancam hukuman 10 tahun penjara. Hal tersebut disampaikan
jaksa penuntut umum (JPU) Adik Sri Sumiarsih dalam sidang perdana pembacaan dakwaan
Pelaku aborsi, Novia, dan bidan yang membantu proses aborsi Fike Septalinda menjadi
Page | 2
terdakwa dalam kasus aborsi di PN Jember. "Kedua terdakwa dijerat dengan pasal 75 ayat 1
junto pasal 194 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dengan ancaman
Menurut dia, terdakwa Fike juga dijerat UU Kesehatan junto pasal 56 KUHP karena
membantu dan menyediakan sarana untuk melakukan aborsi yang dilakukan terdakwa Novia.
"Novia dibantu bidan Fike diduga melakukan proses aborsi secara ilegal, sehingga menyalahi
Ia menjelaskan, kasus aborsi bisa dibenarkan, apabila dalam kondisi tertentu misalnya
keadaan seorang ibu yang terancam kehilangan nyawanya. "Kalau tidak dilakukan aborsi
akan membahayakan keselamatan seorang ibu, sehingga dokter bisa melakukan aborsi untuk
Kasus aborsi tersebut diungkap oleh jajaran kepolisian resor (Polres) Jember, setelah
mendapat informasi dari warga terkait dengan tindakan mencurigakan yang dilakukan
Saat ini tersangka yang bernama Novia masih diperiksa. Dia mengatakan, hasil penyidikan
dan alat bukti yang kuat, termasuk keterangan sejumlah saksi yang dimintai keterangan,
"Tersangka pada awalnya menolak dituduh sebagai pelaku aborsi yang tega membuang
janinnya. Setelah kami tunjukkan bukti-bukti, yang bersangkutan tidak dapat mengelak
Page | 3
Pemeriksaan sementara, tersangka pelaku mengaku malu karena hamil di luar nikah. Aborsi
diakuinya inisiatif sendiri. Terkait dengan hal itu penyidik juga akan meminta keterangan
Untuk memastikan apakah janin yang ditemukan telah meninggal dunia tersebut anak dari
tersangka, polisi telah melakukan serangkaian tes DNA dan visum terhadap keduanya.
Selanjutnya hasil tersebut akan dijadikan sebagai bukti bahwa dia telah melakukan proses
"Hasil visum tersebut juga untuk mengetahui apakah janin tersebut sudah meninggal atau
Page | 4
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian aborsi adalah tindakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan (sebelum usia 20 minggu kehamilan), bukan semata untuk menyelamatkan jiwa
ibu hamil dalam keadaan darurat tapi juga bisa karena sang ibu tidak menghendaki kehamilan
itu.
Ada dua macam aborsi, yaitu aborsi spontan dimana aborsi terjadi secara alami, tanpa
intervensi tindakan medis, dan aborsi yang direncanakan dimana melalui tindakan medis
dengan obat-obatan saja (jamu, dsb) atau tindakan bedah, atau tindakan lain yang
menyebabkan pendarahan lewat vagina. Penghentian kehamilan pada usia dimana janin
sudah mampu hidup mandiri di luar rahim ibu (lebih dari 21 minggu usia kehamilan), bukan
Saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat Indonesia. Namun
masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana
diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan
eklampsia. Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja
muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis (Gunawan, 2000). Akan tetapi,
kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan
kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat
Page | 5
Perhatian masyarakat dihentakkan kembali dengan adanya kasus praktik aborsi ilegal oleh
bidan di kawasan Jember. Kasus ini menggemparkan karena setelah diselidiki praktik ini
Ini menambah rekor temuan karena proses hukum kejadian sebelumnya di berbagai daerah di
Indonesia dalam kurun waktu belakangan ini belum lagi tuntas. Ada apa sebenarnya? Kalau
kita coba telusuri, faktor utama keberadaan praktik aborsi ilegal ini lebih pada sisi demand
Para peneliti memperkirakan ada sekitar 2 juta kejadian aborsi yang diinduksi setiap tahunnya
walaupun bukti yang valid untuk itu tidak tersedia mengingat aborsi dilakukan secara rahasia
dan hanya diketahui oleh pelaku aborsi. Demand ini, paling tidak, muncul karena dua
kepentingan.
Pertama, kepentingan yang positif. Dilakukan atas indikasi medis untuk menolong jiwa ibu.
Kedua, kepentingan yang negatif. Jenis yang negatif ini yang umum dilakukan secara ilegal.
4. Tiap kehamilan yang menyebabkan emotional distress pada wanita, atau akan
dilahirkan
Page | 6
8. kehamilan di luar nikah
10. Ia telah cukup anak, dan tidak mungkin dapat membesarkan seorang anak lagi
11. Janinnya ternyata telah terpapar (exposed) pada suatu substansi teratogenik.
14. Ia memiliki alasan eugenik, ingin mencegah lahirnya bayi dengan cacat bawaan
a. Alasan kesehatan
b. Alasan mental
d. Alasan seksual
mengakibatkan suatu konsep : abortion on demand. Keadaan ini digunakan oleh mereka yang
mendahului hak dan kebutuhan wanita hamil di atas hak dan kebutuhan si janin. Bagi mereka
yang anti-abortus (pro-life), mereka juga menggunakan keadaan tersebut sebagai alasan
moral yang menyatakan bahwa kehidupan si janin lebih penting daripada wanita yang
mengandungnya.
Demand yang negatif muncul karena masalah sosial, ekonomi, pendidikan dan moral yang
rendah. Demand untuk aborsi menciptakan ”pasar” aborsi. Mekanisme supply terbentuk
dengan sendirinya. Tenaga kesehatan, termasuk bidan yang terkena moral hazard, akhirnya
Page | 7
Di negara-negara yang tidak mengizinkan aborsi seperti Indonesia, banyak
perempuan terpaksa mencari pelayanan aborsi tidak aman karena tidak tersedianya pelayanan
aborsi aman atau biaya yang ditawarkan terlalu mahal. Pada remaja perempuan kendala
terbesar adalah rasa takut dan tidak tahu harus mencari konseling. Hal ini menyebabkan
penundaan remaja mencari pertolongan pelayanan aman, dan sering kali terperangkap di
Aborsi yang tidak aman adalah penghentian kehamilan yang tidak diinginkan yang dilakukan
oleh tenaga yang tidak terlatih, atau tidak mengikuti prosedur kesehatan atau kedua-duanya
(Definisi WHO). Dari 46 juta aborsi/tahun, 20 juta dilakukan dengan tidak aman, 800 wanita
diantaranya meninggal karena komplikasi aborsi tidak aman dan sekurangnya 13 persen
kontribusi Angka Kematian Ibu Global (AGI, 1997; WHO 1998a; AGI, 1999).
WHO memperkirakan ada 4,2 juta aborsi dilakukan per tahun, 750.000 – 1,5 juta dilakukan
di Indonesia, 2.500 orang diantaranya berakhir dengan kematian (Wijono, 2000). Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 : Aborsi memberi kontribusi 11,1% terhadap
Angka kematian Ibu (AKI) , sedangkan menurut Rosenfield dan Fathalla (1990) sebesar 10%
(Wijono, 2000).
Tidak sedikit masyarakat yang menentang aborsi beranggapan bahwa aborsi sering dilakukan
oleh perempuan yang tidak menikah karena alasan hamil di luar nikah atau alasan-alasan lain
yang berhubungan dengan norma khususnya norma agama. Namun kenyataannya, sebuah
studi di Bali menemukan bahwa 71 % perempuan yang melakukan aborsi adalah perempuan
menikah (Dewi, 1997), juga studi yang dilakukan oleh Population Council, 98,8 %
perempuan yang melakukan aborsi di sebuah klinik swasta di Jakarta, telah menikah dan rata-
rata sudah memiliki anak (Herdayati, 1998), alasan yang umum adalah karena sudah tidak
Page | 8
ingin memiliki anak lagi, seperti hasil survey yang dilakukan Biro Pusat Statistik (BPS), 75
% wanita usia reproduksi berstatus kawin tidak menginginkan tambahan anak (BPS, Dep.Kes
1988).
Aborsi mungkin sudah menjadi kebutuhan karena alasan di atas, namun karena adanya
larangan baik hukum maupun atas nama agama, menyebabkan praktek aborsi tidak aman
meluas. Penelitian pada 10 kota besar dan 6 kabupaten memperlihatkan 53% jumlah aborsi
terjadi di kota, padahal penduduk kota 1,36 kali lebih kecil dari pedesaan, dan proses aborsi
dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih terdapat di 16 % titik pelayanan aborsi di kota oleh
dukun bayi dan 57 % di Kabupaten. Kasus aborsi yang ditangani dukun bayi sebesar 11 % di
kota dan 70 % di Kabupaten dan dari semua titik pelayanan 54 % di kota dan 85 % di
Hukum yang ada di Indonesia seharusnya mampu menyelamatkan ibu dari kematian akibat
tindak aborsi tak aman oleh tenaga tak terlatih (dukun). Ada 3 aturan aborsi di Indonesia yang
(KUHP) yang menjelaskan dengan alasan apapun, aborsi adalah tindakan melanggar
Namun keberadaan peraturan di atas justru dianggap menimbulkan kerugian, karena aborsi
masih dianggap sebagai tindakan kriminal, padahal aborsi bisa dilakukan secara aman (safe
Page | 9
abortion). UU Kesehatan dibuat untuk memperbaiki KUHP, tapi memuat definisi aborsi
yang salah sehingga pemberi pelayanan merupakan satu-satunya yang dihukum. Pada
KUHP, baik pemberi pelayanan , pencari pelayanan (ibu), dan yang membantu mendapatkan
pelayanan, dinyatakan bersalah. Dan akibat aborsi dilarang, angka kematian dan kesakitan
ibu di Indonesia menjadi tinggi karena ibu akan mencari pelayanan pada tenaga tak terlatih.
Oleh karena itu, hingga kini AKI Indonesia (390 per 100.000 kelahiran. tahun 2000) masih
menduduki urutan teratas di Asia Tenggara, walaupun kontribusi aborsi sering tidak dilihat
sebagai salah satu faktor tingginya angka tersebut. Aborsi sendiri masih tetap merupakan
suatu wacana yang selalu mengundang pro dan kontra baik hukum maupun agama yang
mungkin tidak akan habis jika tidak ada peraturan baru tentang aborsi aman khususnya yang
Sebaiknya jika aborsi bisa dilakukan, ada persayaratan yang mungkin dapat dibuat
mendapatkan izin.
dapat memutuskan sendiri untuk diaborsi atau tidak dan konseling pasca aborsi guna
keputusan aborsi
diputuskan oleh Menteri Kesehatan, dengan batas waktu dua tahun sekali
Page | 10
• Pelayanan aborsi oleh klinik yang ditunjuk pemerintah, dan dikenakan biaya relatif
murah
Terdapat dua pandangan dunia dan dua sistem pandang nilai terhadap abortus.
Dalam masalah ini terdapat 2 (dua) hal yang harus kita bahas. Pertama, kita ingin mengetahui
dasar sistim etika, dari mana masyarakat mengambil kesimpulan tentang apa yang benar, dan
apa yang salah. Kedua, kita ingin menerangkan dari mana dasar-dasar sistem etika tersebut.
Terdapat cara yang beraneka ragam dalam memandang dunia di mana kita sekarang hidup,
abortus.
Abortus, sesungguhnya merupakan suatu contoh yang sangat baik untuk menjawab
pertanyaan mengenai pandangan terhadap etika. Abortus adalah suatu masalah, terhadap apa
terdapat tanggapan yang kuat, dan terdapat tanggapan yang bertentangan yang amat kuat
Pada mulanya di Amerika Serikat, seperti halnya telah dianjurkan di indonesia, tiap-tiap
rumah sakit atau lembaga kesehatan agar mempunyai sebuah panitia, yang dimintai
persetujuannya untuk melakukan tindakan terminasi kehamilan atas indikasi yang telah
ditetapkan oleh panitia tersebut. Indikasi yang umum adalah : untuk menyelamatkan hidup
wanita hamil atau mempertahankan kehidupan wanita hamil, tetapi kemudian keadaan si
janin juga dapat merupakan indikasi untuk terminasi, yang dapat mengakhiri atau
membahayakan kehidupannya.
Tindakan aborsi, kalau boleh dikatakan bisnis aborsi, merupakan bisnis yang menggiurkan.
Page | 11
mendesak oleh wanita untuk diaborsi dengan otonomi pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki bidan.
Iming-iming tarif yang tinggi dan “rasa kasihan” bidan terhadap masalah yang dihadapi sang
wanita mengakibatkan moral hazard mengalahkan sumpah bidan. Terjadilah tindakan aborsi
oleh bidan. Padahal dalam sumpah dan kode etiknya, bidan akan ”melaksanakan tugas saya
Artinya, segala perbuatan bidan harus sesuai dengan Undang-udang yang berlaku. Untuk
bidan, tindakan aborsi tanpa indikasi medis adalah perbuatan yang melanggar sumpah dan
etika. Dalam pedoman Standar Profesi Bidan, Tujuan utama asuhan kebidanan untuk
Pembenaran tindakan aborsi tanpa indikasi medis masih menjadi perdebatan hingga saat ini.
Pro dan kontra terhadap aborsi memunculkan dua gerakan, yaitu gerakan pro-life dan gerakan
pro-choice. Gerakan prolife memandang dari sisi janin. Janin adalah calon manusia yang
Tiindakannya memacu pada pengertian praktik bidan. Praktek Kebidanan adalah asuhan
yang diberikan oleh bidan secara mandiri baik pada perempuan yang menyangkut proses
reproduksi, kesejahteraan ibu dan janin / bayinya, masa antara dalam lingkup praktek
kebidanan juga termasuk pendidikan kesehatan dalam hal proses reproduksi untuk keluarga
dan komunitasnya
Page | 12
Praktek kebidanan berdasarkan prinsip kemitraan dengan perempuan, bersifat holistik dan
Praktek kebidanan bertujuan menurunkan / menekan mortalitas dan morbilitas ibu dan bayi
yang berdasarkan ilmu-ilmu kebidanan, kesehatan, medis dan sosial untuk memelihara,
Dalam falsafah kebidanan, falsafan kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun
bagi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan. Falsafah kebidanan tersebut adalah :
Indonesia yang merupakan salah satu tenaga pelayanan kesehatan professional dan
b. Tugas, tanggung jawab dan kewenangan profesi bidan yang telah diatur dalam
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Perintal (AKP), Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Pelayanan Ibu hamil, melahirkan, nifas yang aman,
yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan perbedaan budaya.
Setiap individu berhak untuk menentukan nasib sendiri, mendapat informasi yang
Page | 13
d. Bidan meyakini bahwa menstruasi, kehamilan, persalinan, dan menopause adalah
proses fisiologi dan hanya sebagian kecil yang membutuhkan intervensi medic.
e. Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila tidak
f. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita
usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang
berkualitas.
h. Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan dan
pelayanan kesehatan.
serta azas penelitian dan pengembangan yang dapat melandasi manajemen secara
terpadu.
Karena itu tindakan aborsi, apa pun alasannya, merupakan tindakan yang sangat tidak
dibenarkan karena melanggar hak hidup manusia. Berbeda dengan gerakan pro-choice yang
memandang kepentingan aborsi dari sisi wanita. Wanita mempunyai hak untuk memilih dan
menentukan apa pun yang terjadi di dalam tubuhnya. Dasar hukum tentang tindakan aborsi
Page | 14
yang diatur di dalam UU Kesehatan dan Kitab Undang - undang Hukum Pidana dianggap
sangat kaku .
Tindakan aborsi tidak sesuai dengan peran dan fungsi bidan sebagai pelaksana dan pendidik.
Seorang bidan harus mampu melakasanakan tugasnya dengan benar. Berdasarkan Standar
Profesi Bidan yang berlaku. Perbuatan aborsi adalah salah satu contoh dari penyelewengan
tugas bidan sebagai pelaksana. Adapun peran dan fungsi bidan selain pelaksana adalah
sebagai pendidik. Seorang bidan harus mampu memberikan pendidikan agar para pasien
dapat mengetahui dengan jelas bahaya aborsi. Memberikan pendidikan dan penyuluhan
masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak
dan keluarga.
Sudahlah jelas bahwa banyak perempuan Indonesia mengalami kehamilan yang tidak
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dengan cara melakukan aborsi. Namun, berapa
insiden tepatnya yang terjadi dan dampak keparahan dari konsekuensi yang ditimbulkan
karena aborsi yang tidak aman tidak diketahui. Prioritas penelitian yang paling utama untuk
dilakukan di Indonesia menurut para pengambil kebijakan, para pemberi layanan kesehatan
dan institusi-institusi lainnya adalah untuk dapat mendapatkan data nasional yang terbaru
tentang insiden dari aborsi dan kesakitan dan kematian maternal yang disebabkan karena
aborsi yang tidak aman. Estimasi subnational dari keadaan ini juga sangat penting, sejalan
proses pengambilan keputusan bila dihadapkan pada kehamilan yang tidak diinginkan, sikap
Page | 15
perempuan terhadap aborsi dan langkah-langkah yang mereka ambil bila akan melakukan
aborsi—akan membantu para pemimpin mengerti sehingga para pemimpin dapat mengambil
langkah untuk mengatasi masalah yang dihadapi perempuan dalam usaha-usahanya untuk
membatasi kelahiran.
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan perempuan.
Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-
apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap
wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan
mereka melakukan aborsi memberi pengertian tentang resiko yang harus diambil perempuan
pada waktu menggugurkan kandungannya. Salah satu dari perempuan yang diwawancara
memberi gambaran sebagai berikut: “Pertama, perut saya dipijat, dari pijatan dengan tekanan
yang tidak terlalu kuat sampai pijatan yang sangat keras dan sakit sekali. Kemudian kedua
kaki saya ditekuk dan dukun tersebut memasukan jari-jarinya kedalam vagina saya dan
mengkorek seluruh bagian dalam vagina. Pada saat dukun tersebut mengeluarkan tangannya
dari vagina saya, saya merasakan ada sesuatu yang keluar dari vagina saya, dan saya merasa
lemas sekali. Sejam kemudian, saya diminta untuk minum ramuan dan dipijat lagi. Saya
berteriak karena saya tidak tahan merasakan rasa sakit yang mendalam. Setelah 10 menit, ibu
dukun berhenti memijat dan lagi-lagi saya merasakan ada sesuatu yang keluar dari vagina
saya.
dari ibu dukun, dia merasa pusing yang sangat. Karena rasa sakit yang tak terkirakan sahabat
Page | 16
saya harus memukulkan kepalanya ke tembok berkali-kali. Kemudian keadaannya
memburuk; sahabat saya langsung panas, suhu tubuhnya menjadi sangat tinggi, dan setelah
kesakitan dan menjadi semakin lemas, kemudian sahabat saya meninggal dunia.” Pernyataan
dua orang perempuan itu adalah salah satu contoh dan bukti bahwa aborsi tidaklah baik dan
Dalam UU Kesehatan dikemukakan bahwa tindakan aborsi dengan alasan apa pun dilarang
karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan, dan norma
kesopanan, kecuali atas indikasi medis tertentu. UU Kesehatan mengemukakan bahwa sanksi
hukum bagi yang melanggar adalah penjara, yaitu paling lama 15 tahun dan denda paling
Dalam KUHP, tidak satu pasal pun yang memperbolehkan seorang bidan melakukan aborsi
walaupun atas indikasi medis terkecuali dapat mengemukakan alasan yang kuat dan diterima
oleh hakim. Sanksi ini sama sekali tidak menoleransi bidan pelaku aborsi atas indikasi
Kepastian hukum bidan dalam melakukan tindakan aborsi atas indikasi nonmedis yang
”masuk akal” seperti kasus perkosaan dan kegagalan KB, mestinya menjadi perhatian. Untuk
itu, perlu diatur lebih lanjut melalui UU tentang lembaga khusus untuk melakukan assesment
dan judgement untuk tindakan aborsi dengan alasan nonmedis. Lembaga khusus ini tentu saja
Tugas lembaga ini adalah memberikan “fatwa” untuk kasus per kasus bagi wanita yang akan
mengaborsikan janinnya. Sifat lembaga ini harus lintas sektoral, melibatkan tokoh agama,
Page | 17
para medis, unsur pemerintah, kepolisian, dan psikolog. Dengan adanya lembaga ini, setiap
keputusan untuk melakukan tindakan aborsi mempunyai kekuatan dalam pelaksanaannya dan
merupakan keputusan akhir berdasarkan pertimbangan semua pihak, bukan oleh bidan secara
individual.
Untuk menjaga independensi, lembaga ini tidak berkedudukan di sarana pelayanan kesehatan.
terhadap norma-norma yang telah ada terkait dengan pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan.
Kasus aborsi dijember ini adalah salahsatu contoh kurangnya kesadaran warga Indonesia
yang bekerja dikategori medis. Sehingga masih banyak bidan atau dokter yang melakukan
aborsi yang sudah pasti dilarang oleh Negara atau agama. Kurangnya pengetahuan terhadap
Kurangnya wawasan dari orangtua juga mempengaruhi adanya sex bebas dikalangan remaja.
Semoga terungkapnya kasus aborsi ilegal yang terjadi baru-baru ini menjadi sarana
pembelajaran bagi kita semua. Khusus untuk bidan yang memiliki moral hazard dan masih
melakukan tindakan aborsi ilegal (serta mungkin saja belum tertangkap), segera berhenti
Tidak sepantasnya seorang bidan melakukan aborsi yang disebabkan karena pasien “tidak
menginginkan bayi”. Sebaiknya diberikan hukuman yang wajar sehingga membuat para
bidan di Indonesia sadar bahwa aborsi adalah hal yang dilarang oleh Negara da nada
Page | 18
Masih banyak diluar sana yang menginginkan hadirnya seorang anak namun tidak bisa
memiliki karena banyak faktor. Namun tidak untuk kalangan remaja yang melakukan sex
bebas, mereka hanya bisa melakukan tanpa ada rasa tanggung jawab. Pemerintah juga perlu
memperketat pengawasan terhadap para bidan atau dokter yang hendak membuka praktek.
Agar jelas arah tujuan mereka sehingga memperkecil adanya praktek aborsi sehingga
Page | 19
DAFTAR PUSTAKA
http://www.antarajatim.com/lihat/berita/47005/lihat/kategori/14/tnipolri
http://www.metrotvnews.com/metromain/newscat/hukum/2010/11/19/34419/Mahasis
wi-Pelaku-Aborsi-Ditangkap
http://www.antarajatim.com/lihat/berita/47005/pelaku-aborsi-jember-terancam-10-
tahun-penjara
http://www.ahmadheryawan.com/opini-media/kesehatan/2247-kontroversi-
aborsi.html
http://www.bidanindonesia.org/index.asp?part=21&lang=id
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/12/etika-profesi-dalam-kesehatan-reproduksi/
http://aborsi.net/info/statistik-aborsi.html
http://www.guttmacher.org/pubs/2008/10/15/Aborsi_di_Indonesia.pdf
Page | 20