You are on page 1of 5

PENDAHULUAN Latar Belakang Karbohidrat merupakan salah satu zat yang esensial

bagi tubuh manusia karena karbohidrat adalah sumber energi utama.Contoh


makanan sehari-hari yang mengandung karbohidrat adalah pada tepung, gandum,
jagung, beras, kentang, sayur-sayuran dan lain sebagainya.Karbohidrat dapat
dinyatakan dengan rumus Cx(H2O)y , dan diklasifikasikan menjadi monosakarida.
Selanjutnya , glukosa merupakan salah satu contoh monosakarida. Sedangkan ,
Sukrosa adalah disakarida, dan Selullosa and Amilumialah contoh dari Polisakarida
(Anonim,2009). Reaksi-reaksi yang terjadi pada karbohidrat menjadi penting untuk
lebih banyak diketahui karena memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya.Dengan demikian, praktikum ini menjadi salah satu cara
untuk mendalami materi karbohidrat beserta reaksi -reaksinya. Tujuan Tujuan dari
praktikum ini adalah pertama, melakukan ujiMolisch karbohidrat. Kedua,
mempelajari sifat mereduksi karbohidrat (uji Fehling). Ketiga, melakukan hidrolisis
disakarida dan polisakarida. Dan yang terakhir, melakukan uji terhadap pati dalam
bahan pangan. TINJAUAN PUSTAKA karboidrat Karbohidrat merupakan sumber
energi utama bagi organisme hidup. Manusia menggunakan zat pati sebagai
nutrient utama zat pati yang terdapat dalam beras, jagung, gandum, singkong, ubi,
sagu, dan lain-lain merupakan polimer dari glukosa yang di sintesis oleh tumbuh-
tumbuhan sebagai cadangan energi / makanan bagi tumbuh -tumbuhan tersebut.
Karbohidrat adalah kemlompok senyawa yang mengandung unsur C,H, dan O.
Senyawa-senyawa karbohidrat memiliki sifat pereduksi karena adanya gugus
karbonil dalam bentuk aldehid atau keton. Senyawaini juga memiliki banyak gugus
hidroksil. Karena itu, karbohidrat merupakan polihidroksi aldehid atau polihidroksi
keton atau turunan senyawa -senyawa tersebut.(Anonim,2009) Istilah karbohidrat
berasal dari pemikiran bahwa senyawa alamiah yang ada di dalam kelas ini,
misalnya pati, glikogen, sucrose, dan glucose dapat

dinyatakan dengan rumus Cx(H2O)y, yakni suatu hidrat dari karbon.(Lehninger,


1993) Secara garis besar karbohidrat terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu
monosakarida yang terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi dihidrolisis
oleh larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yg lebih sederhana, disakarida
yang senyawanya terbentuk dari 2 molekul monosakarida yg sejenis atau tidak.
Disakarida dpt dihidrolisis oleh larutan asam dalam a ir sehingga terurai menjadi 2
molekul monosakarida, dan polisakarida, senyawa yg terdiri dari gabungan
molekul2 monosakarida yg banyak jumlahnya, senyawa ini bisa dihidrolisis menjadi
banyak molekul monosakarida. Pati merupakan polisakarida, polisakarida terdiri
dari pati dan selulosa bedanya pati dengan selulosa, pati merupakan polimer dari
alfa-D-glukosa, sedangkan selulosa unit 2-beta-glukosa. Hal ini menujukan bahwa
pati lebih mudah dicerna dibandingkan dengan selulosa.(Fesenden,1997 ).

http://www.gudangmateri.com/2009/12/uji -karbohidrat.html James L.Fairley and


Gordon L.Kilgour.1963.essential of biological chemistry.Reinhold Publishing
Corporation:nited States Kusnawidjaja, K. (1987). Biokimia. Bandung: Alumni.
Feseenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Binarupa Aksara. Jakarta Lehninger,
A. L. 1993. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan. Erlangga, Jakarta.

Analisa Karbohidrat

Klasifikasi Karbohidrat

Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua (2) macam yaitu karbohidrat sederhana
dengan karbohidrat komplek atau dapat pula menjadi tiga (3) macam, yaitu :

a. Monosakarida (karbohidrat tunggal)

Kelompok monosakarida dibedakan menjadi dua (2) macam, yaitu pentosa yang
tersusun dari lima (5) atom karbon (arabinosa, ribose, xylosa) dan heksosa yang
tersusun dari enam (6) atom karbon (fruktosa/levulosa, glukosa, dan galaktosa).

Struktu glukosa dan fruktosa digunakan sebagai dasar untuk membedakan antara
gula reduksi dan gula non-reduksi. Penamaan gula reduksi ialah didasarkan pada
adanya gugus aldehid (–CHO pada glukosa dan galaktosa) yang dapat mereduksi
larutan Cu2SO4 membentuk endapan merah bata. Adapun gula non-reduksi ialah
gula yang tidak dapat mereduksi akibat tidak adanya gugus aldehid seperti pada
fruktosa dan sukrosa/dektrosa yang memiliki gugus keton (C=O).

D-Glukosa (Fischer) D-Glukosa (Haworth)

b. Oligosakarida (tersusun dari beberapa monosakarida)

Kelompok ini terdiri dari banyak jenis, seperti disakarida, trisakarida, tetrasakarida,
dll. Namun paling banyak dipelajari ialah kelompok disakarida yang terdiri dari
maltosa, laktosa dan sukrosa (dekstrosa). Dua dari jenis disakarida ini termasuk
gula reduksi (laktosa dan maltosa) sedangkan sukrosa tidak termasuk gula reduksi
(nonreducing).

c. Polisakarida (tersusun lebih dari 10 monosakarida)

Kelompok ini terdiri dari tiga (3) jenis yaitu :

1. Homopolisakarida

Yaitu polisakarida yang tersusun atas satu jenis dari monosakarida yang diikat oleh
ikatan glikosida, seperti galactan, mannan, fructosans, dan glucosans (cellulose,
dextrin, glycogen, dan starch/pati)
2. Heteropolisakarida

3. Polisakarida mengandung N (chitin)

§ Pengujian Karbohidrat

a. Uji Kualitatif

Pengujian ini dapat dilakukan dengan dua (2) macam cara, yaitu; pertama
menggunakan reaksi pembentukan warna dan yang kedua menggunakan prinsip
kromatografi (TLC/Thin Layer Cromatograpgy, GC/Gas Cromatography, HPLC/High
Performance Liquid Cromatography). Dikarenakan efisiensi pengujian, pada
umumnya untuk pengujian secara kualitatif hanya digunakan prinsip yang pertama
yaitu adanya pembentukan warna sebagai dasar penentuan kandungan karbohidrat
dalam suatu bahan. Sedikitnya ada tujuh (7) macam reaksi pembentukan warna,
yaitu :

1. Reaksi Molisch

Uji molisch digunakan untuk menentukan karbohidrat secara umum

Dalam karbohidrat dikenal beberapa pengujian untuk menentukan kandungan yang


terdapat dalam karbohidrat tersebut. Salah satu test yang dilakukan untuk
menentukan ada tidaknya karbohidrat adalah tes Molisch. Ketika ada beberapa
larutan yang tidak dikenal secara pasti bahwa larutan tersebut mengandung
karbohidrat atau tidak, tes ini bisa dilakukan untuk menentukan adanya kandungan
karbohidrat.

Larutan yang bereaksi positif akan memberikan cincin yang berwarna ungu ketika
direksikan dengan ?-naftol dan asam sulfat pekat. Diperkirakan, konsentrasi asam
sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk
membentuk furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasikan dengan ?-
naftol untuk membentuk produk berwarna.

KH (pentose) + H2SO4 pekat à furfural à + a naftol à warna ungu

KH (heksosa) + H2SO4 pekat à HM-furfural à + a naftol à warna ungu

Kedua macam reaksi diatas berlaku umum, baik untuk aldosa (-CHO) maupun
karbohidrat kelompok ketosa (C=O).

2. Reaksi Benedict

uji benedict digunakan untuk menentukan gula pereduksi dalam karbohidrat

Uji benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam suatu
larutan dengan indikator yaitu adanya perubahan warna khususnya menjadi merah
bata. Benedict Reagen digunakan untuk menguji atau memeriksa kehadiran gula
pereduksi dalam suatu cairan.

Monosakarida yang bersifat redutor, dengan diteteskannya Reagen akan


menimbulkan endapan merah bata. Selain menguji adanya gula pereduksi, juga
berlaku secara kuantitatif, karena semakin banyak gula dalam larutan maka
semakin gelap warna endapan.

KH + camp CuSO4, Na-Sitrat, Na2CO3 à Cu2O endapan merah bata

3. Reaksi Barfoed

Uji barfoed digunakan untuk mengidentifikasi antara monoskarida, disakarida, dan


polisakarida

KH + camp CuSO4 dan CH3COOH à Cu2O endapan merah bata

4. Reaksi Fehling

KH + camp CuSO4, K-Na-tatrat, NaOH à Cu2O endapan merah bata

Ketiga reaksi diatas memiliki prinsip yang hampir sama, yaitu menggunakan gugus
aldehid pada gula untuk mereduksi senyawa Cu2SO4 menjadi Cu2O (enpadan
berwarna merah bata) setelah dipanaskan pada suasana basa (Benedict dan
Fehling) atau asam (Barfoed) dengan ditambahkan agen pengikat (chelating agent)
seperti Na-sitrat dan K-Na-tatrat.

5. Reaksi Iodium

Uji atau tes ini digunakan untuk memisahkan amilum atau pati yang terkandung
dalam larutan tersebut. Reaksi positifnya ditandai dengan adanya perubahan warna
menjadi biru. Warna biru yang dihasilkan diperkirakan adalah hasil dari ikatan
kompleks antara amilum dengan iodin. Sewaktu amilum yang telah ditetesi iodin
kemudian dipanaskan, warna yang dihasilkan sebagai hasil dari reaksi yang positif
akan menghilang.

Dan sewaktu didinginkan warna biru akan muncul kembali. Di dalam amilum sendiri
terdiri dari dua macam amilum yaitu amilosa yang tidak larut dalam air dingin dan
amilopektin yang larut dalam air dingin. Ketika amilum dilarutkan dalam air,
amilosa akan membentuk micelles yaitu molekul-molekul yang bergerombol dan
tidak kasat mata karena hanya pada tingkat molekuler.

Micelles ini dapat mengikat I2 yang terkandung dalam reagen iodium dan
memberikan warna biru khas pada larutan yang diuji. Pada saat pemanasan,
molekul-molekul akan saling menjauh sehingga micellespun tidak lagi terbentuk
sehingga tidak bisa lagi mengikat I2. Akibatnya warna biru khas yang ditimbulkan
menjadi menghilang.
Micelles akan terbentuk kembali pada saat didinginkan dan warna biru khaspun
kembali muncul. Warna biru khas yang ditimbulkan sebagai hasil dari reaksi positif,
juga akan hilang jika larutan yang telah positif dalam pengujian iod ditambah
dengan NaOH. Ion Na+ yang bersifat alkalis akan mengikat iodium sehingga warna
biru khas akan memudar dan hilang.

KH (poilisakarida) + Iod (I2) à warna spesifik (biru kehitaman)

You might also like