You are on page 1of 2

Judul Buku : Negeri 5 Menara

Penulis : A. Fuadi
Editor : Mirna Yulistiani
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2009
Tebal : 424 Halaman
Harga : Rp. 50.000,-

Resensi oleh Jumiati


(Penulis saat ini tercatat sebagai mahasiswi tingkat akhir STEI SEBI Program Studi
Akuntansi Syariah)

Negeri 5 Menara
Alif Fikri, remaja berumur 15 tahun dipaksa Amak –ibu– untuk masuk sekolah agama.
Amak ingin anaknya menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Alif
menuruti perintah Amak dengan setengah hati. Meninggalkan indahnya Bukit Barisan
dan birunya Danau Maninjau, Alif hijrah ke Ponorogo, Jawa Timur. Empat tahun di
Pondok Madani (PM) dilalui Alif dengan ikhlas, meski kerikil-kerikil tajam sesekali tak
luput mencegatnya dalam perjalanan pendidikan spritualnya. Sosok BJ Habibie selalu
terbayang di pelupuk matanya.

Di hari pertama di PM, Alif disuguhi dengan “mantera sakti mandra guna” man jadda
wajada –yang kelak membawanya menjelajahi negeri Paman Sam. Di hari pertama ini
juga Alif dipertemukan dengan Raja, Said, Dulmajid, Atang, dan Baso –shahibul
menara– dalam hukum jewer berantai. Di bawah menara masjid, sambil menunggu
Magrib, Alif dan kawan-kawan menatap arakan awan dan mengimajinasikannya sebagai
negeri impian masing-masing.

Negeri 5 Menara (N5M) merupakan sebuah mozaik kehidupan mimpi seorang santri
kampung yang mengepakkan sayapnya memasuki dunia baru berkat pendidikan dan
nyalinya yang kuat. Novel yang berkisah tentang generasi muda bangsa ini penuh
motivasi, bakat, dan optimisme untuk maju dan tidak kenal menyerah. Novel ini bukan
sekedar karya seni biasa, namun ia sarat dengan pelajaran yang amat berharga. Para
pembaca diajak untuk berkelana melihat cantiknya dunia dalam mimpi-mimpi indah
yang dibalut dengan kerja keras dan semangat juang yang luar biasa. Mulai dari
penelusuran seluk-beluk pondok yang dihuni ribuan santri dengan aturan-aturan saklek,
hingga akhirnya terdampar ke negeri impian yang selama ini hanya berani dibayangkan
di pulau kapuk.

Meski novel ini berlatar tahun 90-an, namun kesan “jadul” sama sekali tak tertangkap.
Kepiawaian penulis memadankan intrik remaja dan aturan pondok terkadang
membuahkan senyum. Minta izin keluar pondok untuk melihat poster Arnold
Schwarzenegger di depan bioskop. Sengaja mengayuh sepeda terlampau pelan hanya
untuk memanjakan mata ke arah pondok yang dihuni para perempuan. Berselimut kaku
dan gugup ketika bertatapan dengan gadis pujaan yang membuat takjub. Masih banyak
kelucuan dan keluguan lainnya yang dapat ditemukan dalam novel religi ini.

Namun di balik itu semua, penulis juga hanyalah manusia biasa. Beberapa khilaf tak
jarang ditemukan dalam novel N5M ini. Lem yang kurang kuat sehingga beberapa
halaman novel mudah lepas. Penggunaan EYD yang keliru. Pengulangan informasi di
beberapa tempat sehingga efek bosan sempat menelisik para pembaca. Meski begitu,
novel ini tetap menarik dibaca karena isinya yang begitu memukau.

Mengingat novel ini ditulis based on true story, konflik yang dibangun pun bersifat
jangka pendek. Alur cerita yang maju mundur membuat para pembaca didaulat untuk
membacanya secara penuh agar inti cerita dapat dimengerti. Sudut pandang orang
pertama –Alif– digambarkan dengan penokohan yang sangat kuat. Dibumbui dengan
gaya bahasa yang kental, meliputi Minang, Indonesia, Arab, dan Inggris membuat novel
N5M ini semakin delicious untuk disantap.

Pesan kuat yang bisa diambil dari novel ini adalah jika kunci berukir ikhlas sudah ada di
tangan, maka pintu kebaikan dunia-akhirat pun menanti untuk dibuka. Berprasangka
baiklah kepada Allah karena dengan bermodalkan mimpi, kerja keras, dan tawakkal,
man jadda wajada –siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. Mulailah bermimpi!

You might also like