Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
sekolah, kampus, kantor, mall, dll. Pemakai busana muslimah juga tak identik
dengan ibu-ibu dengan gaya pakaian yang monoton tetapi justru didominasi
perempuan-perempuan muda dengan gaya pakaian yang modis dan up to date. Lalu
busana muslimah pada kesempatan umum, meskipun ada, masih sangat jarang,
pada saat itu hubungan diantara agama Islam dan politik Indonesia tidak begitu
harmonis sehingga penduduknya pun tak ingin terlihat sebagai seorang yang
politik dan keadaan sosial. Selain perubahan dalam bidang agama, politik dan
jilbab yaitu sebuah kain yang hanya menampakan wajah telah berkembang dengan
populer dalam beberapa dekade terakhir ini di wilayah Indonesia. Kebiasaan itu
terhadap kebijakan Bush di Timur Tengah.1 Kritikus budaya massa pada umumnya
Tak dapat dipungkiri lagi bahwa busana muslimah yang identik dengan
atribut jilbab telah menjadi bagian dari budaya populer di Indonesia seperti halnya
gaya fashion yang lain. Ternyata berbusana muslim sudah diterima oleh
masyarakat dan sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Busana muslim menjadi
pesat. Bahkan bukan hanya diantara pemakainya tapi juga sebagai tren dalam
sektor industri.
2. Rumusan Masalah
memakainya?
1
Jill Forshee, Culture and Customs in Indonesia (USA: Greenwood Press,2006), p.139
3. Tujuan
4. Manfaat
budaya populer
LANDASAN TEORI
1. Busana
Busana saat ini tak hanya sekedar kain untuk melindungi manusia dari hawa
panas maupun dingin tetapi telah menjadi bagian gaya hidup. Kata busana diambil
busana dan pakaian merupakan dua hal yang berbeda. Busana merupakan segala
sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Busana ini
mencakup busana pokok, pelengkap (milineris dan aksesories) dan tata riasnya.
Sedangkan pakaian merupakan bagian dari busana yang tergolong pada busana
pokok.2 Jadi pakaian merupakan busana pokok yang digunakan untuk menutupi
bagian-bagian tubuh. Dalam kamus busana diartikan sebagai pakaian lengkap yang
indah3. Tentunya kata indah sendiri masih rancu karena setiap individu memiliki
2. Busana muslimah
Busana muslimah kini bukan hanya soal penutup kepala, jilbab atau
kerudung, tetapi segala outfit yang dikenakan seorang perempuan muslim untuk
sendiri, bagi perempuan bagian tubuh yang boleh diperlihatkan adalah wajah dan
telapak tangan
3. Jilbab
2
Ernawati dkk, Tata Busana (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional, 2008), p.58
3
Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), p.241
dengan jilbab tetapi pda tahun 1980-an lebih populer dengan sebutan kerudung.
Secara harfiah jilbab ialah kerudung yang dipakai wanita untuk menutupi kepala,
sebagian muka, dan dada4 Jilbab hanya mengacu pada penutup kepalanya saja. Di
negara Islam lainnya terjadi pergeseran makna jilbab/ hijâb dari semula berarti
tabir, berubah makna menjadi pakaian penutup aurat perempuan semenjak abad ke-
4 H5 Begitu juga di Indonesia, saat ini bila sesorang dikatakan berjilbab maka
menafsirkannya.
Jilbab berasal dari akar kata jalaba, berarti menghimpun dan membawa.
Jilbab pada masa Muhammad SAW ialah pakaian luar yang menutupi segenap
busana muslim dapat ditemui di dalam Al Quran, kitab suci agama Islam, antara
4
______Kamus Bahasa Indonesia, Op Cit, p.637
5
Nong Darol Mahmada, Review Buku Kritik atas Jilbab,
http://islamlib.com/id/artikel/kritik-atas-jilbab/, Maret, 25, 2010
6
Ibid
mengerti tentang aurat wanita. Dan jangan mereka memukulkan kakinya agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung
4. Fashion
tubuh atau orang8 Fashion adalah sistem untuk mengubah pakaian menjadi
‘fashion’ yang memiliki simbol nilai dan dinyatakan melalui pakaian. Fashion
tidak diciptakan di ruang hampa udara tetapi ada karena kebudayaan khusus dan
fashion terlegitimasi untuk dipelajari sebagai simbol kebudayaan dan sesuatu yang
5. Budaya populer
telah mengkonstruksi masyarakat yang tak sekedar berbasis konsumsi, tapi juga
menjadikan semua artefak budaya sebagai produk industri, dan sudah tentu
komoditas10.
Istilah pop merujuk pada kata populer, berasal dari kata popular, yang
menyangkut kepada massa yang banyak.11 Populer, dapat berarti sebagai sesuatu
7
Richard Sorger and Jenny Udale, The Fundamental of Fashion (Singapore: Ava, 2006),
p.12
8
Jenifer Craik , The face of fashion: Cultural Studies in Fashion (London: Routledge,
1993), p16
9
Yuniya Kawamura, The Japanesse revulotion in Paris Fashion ( New York: Ber, 2004),
p 12
10
Idi Subandy Ibrahim (ed.), Lifestyle Ectassy: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat
Komoditas Indonesia (Yogyakarta:Jalasutra, 2006), p.39
11
Umar Kayam.. Seni, Tradisi & Masyarakat (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan ,1983) via
Desain Grafis Gaya Pop, http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/, Maret, 25, 2010
yang disukai oleh orang banyak, sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada
umumnya, disukai dan dikagumi orang banyak12 Karena budaya populer bersifat
massal, sesaat, dan memperhitungkan nilai ekonomis. Di sisi lain, populer juga
massal. Pertumbuhan budaya ini berarti memberi ruang yang makin sempit bagi
segala jenis kebudayaan yang tidak dapat menghasilkan uang, yang tidak dapat
diproduksi secara massal bagi massa seperti halnya kesenian dan budaya rakyat
Kebudayaan massa adalah istilah kata untuk mass culture, istilah ingris
yang konon berasal dari bahasa Jerman Masse dan Kultur. Kebudayaan massa
sebenarnya merupakan istilah yang mengandung nada mengejek atau
merendahkan, istilah ini merupakan antonim dari high culture, kebudayaan elite
atau kebudayaan tinggi. Kebudayaan tinggi mengacu tidak hanya ke berbagai
jenis kesenian produk simbolik yang menjadi pilihan kaum elite terpelajar
dalam masyarakat Barat, tetapi juga segala sesuatu yang ada kaitannya dalam
pikiran dan perasaan mereka yang menjatuhkan pilihan atas jenis kesenian dan
produk simbolik tersebut.13
PEMBAHASAN
Indonesia
12
______Kamus Bahasa Indonesia, Op Cit, p.1205
13
Sapardi Djoko Damono, “Kebudayaan Massa dalam Kebudayaan Indonesia: Sebuah
Catatan Kecil” dalam Lifestyle Ectassy: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia,
(Yogyakarta:Jalasutra, 2006), p.45
sangat jarang diterapkan, hal tersebut memiliki sejarah yang panjang. Mulanya
jilbab hanya diterapkan di lingkungan khusus seperti sekolah islami (MI, MTS,
sacara umum yang mengenakan jilbab masih sangat terbatas, bahkan sampai tahun
1980-an jilbab hanya dikenakan oleh perempuan yang telah menuanaikan ibadah
haji. Kemudin di tahun 1990-an orang lebih terbuka dengan pemakaian jilbab tetapi
Ada banyak hal yang membuat jilbab menjadi budaya populer seperti sekarang
antara lain karena; pertama busana muslim telah diterima secara terbuka oleh
kantor pemerintahan.14 Bahkan mulai tahun 2000-an hampir semua SMA negeri di
jam pelajaran agama, kemudian hal tersebut diikuti oleh tingkat SMP juga SD. Saat
ini justru ada beberapa sekolah negeri yang mewajibkan siswi muslim berjilbab
tidak hanya pada mata pelajaran agama, hal tersebut dapat di jumpai di SMA N 1
Sleman.
Dari kewajiban dan kebiasaan mengenakan jilbab pada saat jam sekolah
14
Alwi Alatas, Kasus Jilbab di Sekolah-Sekolah Negerei di Indonesia Tahun 1982-1991,
http://maaini.wordpress.com/, Maret, 25, 2010
mengiklankan varian barunya. Sunsilk hijau untuk rambut yang gatal dan
berminyak di penghujung hari - yaitu rambut yang ditutup oleh kerudung dengan
tagline bersih segar berkerudung. Lalu ada pula Ratih Sanggarwati yang juga
seorang model catwalk, baru-baru ini pemilihan Putri Indonesia juga selalu ada
yang berjilbab, biasanya perwakilan dari Aceh. Dengan begitu meskipun minoritas,
jilbab juga telah diterima oleh industri hiburan yang biasanya memuja perempuan
berpakaian minim,
dapat menjadi unsur penting dari mode. Menurut Ibu Alphiana Chandrajani,
desainer dan pengajar LPK Susan Budiharjo, busana Muslim akan tetap populer di
Indonesia, dan ada kemungkinan Indonesia akan menjadi pusat untuk industri
mode Islam. Indonesia mungkin menjadi negara yang penting untuk busana
Toko yang menjual jilbab dan pakaian muslim pun semakin banyak bila
dulu di Yogyakarta hanya kita jumpai Al-Fath dan An-Nissa dengan harga
menengah ke atas, sekarang menjamur toko yang yang lebih terjangkau seperti
Raja Murah, Firdaus yang keduanya telah memiliki banyak cabang. Yang paling
baru yaitu busana muslim untuk anak muda dan one stop shopping. Sedangkan
desainer yang khusus menggeluti busana muslim antara lain Monika Jufry, Lia
Afif, Herman Nuary, dll. Kesemuanya menciptakan busana muslim yang lebih
modern dan trendi dengan ciri khas masing-masing. Jadi, toko,butik besrta
sederhana dapat dikatakan bahwa budaya massa adalah budaya popular yang
massa karena melaluinya suatu budaya dapat disebarluaskan kepada massa dengan
cepat. Di Indonesia tren busana muslim mendapat respon dari berbagai majalah,
koran dan tabloid untuk diulas dan ditampilkan di rubric mode. Menginjak tahun
2000, banyak majalah Islam yang bermunculan, khususnya Paras dan Muslimah
majalah yang diperuntukkan untuk perempuan. Hal ini tentu sangat mempengaruhi
posisi busana muslim karena majalah tersebut akan mengulas (memberi nasehat)
muslimah terkini yang dikenakan para model. Koran dan tabloid umum juga
mengupas busana muslim tetapi lebih dilihat dari sisi fashionnya saja. Seperti pada
tabloid Aura yang setiap minggunya selalu menampilkan busana muslim dari
fashion show seorang desainer, hal tersebut dimulai tahun 2008 sebelumnya Aura
diajukan kepada siswi SMA dan mahasiswi berbusana muslim. Mereka berjilbab
karena beberapa alasan. Karena mau melindungi sendiri dari hal-hal yang tidak
baik, agar terlihat anggun dan rapi, karena kewajiban, karena perintah oleh Tuhan,
supaya tidak diganggu oleh laki-laki, karena kebiasaan dan karena berjilbab
nyaman dan aman. 3 dari 10 responden selalu mengenakan jilbab meski di rumah
supaya tidak terlihat auratnya pada yang bukan muhrimnya meski hanya
rumah
Bila mengacu pada pembagian tiga varian agama dari Clifford Geert, yaitu
abangan, santri dan priyayi pemakaian jilbab tidak lagi hanya dikenankan bagi
mereka yang santri tetapi juga abangan dan priyayi. Karena beberapa responden
lainnya dengan baik. Di sisi lain, ada seorang responden yang bilang dia bukan
Muslimah yang taat karena dia kadang-kadang keluar rumahnya tanpa jilbab dan
Mengadaptasi dan Mengolah Busana Muslimah Supaya Terlihat Lebih Trendi dan
Fashionable
Saat ini bebusana muslim tidak hanya mengenakan gamis dan rok panjang
beserta jilbab besar tetpi sudah lebih dinamis dan lunak. Meskipun hal tersebut
banyak dikritisi oleh pemerhati agama yang fanatik. Tetapi tentunya para
perempuan muda pada umumnya tetap ingin terlihat menarik dan modern oleh
karena itu kebanyakan dari mereka mengolah busana muslimnya supaya terlihat
lebih fashionable mskipun sedikit keluar dari prokem. Seperti gambar dibawah ini
16
http://www.jazmine.blogspot.com, Maret, 25, 2010
Berjilbab dengan busana sedikit ketat juga jilbab yang pendek bagi mereka
tidak masalah asalkan masih dalam batas kewajaran dalam artian tidak
surut tren mode, misalnya saat ini yang sedang up to date ialah dress maxi yang
dipadukan legging, celana panjang yang pas dan mengikuti lekuk tubuh .
Pelengkap busana muslim yang tren sejak busana muslim menjadi populer ialah
manset badan, sebutan untuk kaos lengan panjang pas badan terdiri dari berbagai
macam warna berfungsi untuk melapisi pakaian lengan pendek maupun pakaian
tipis. Memang bila mengacu pada busana muslimah dahulu, mode-mode seperti itu
cenderung melanggar. Peran mode masih menjadi bagian yang agak besar di antara
17
http://www.gdagallery.blogspot.com, Maret, 25, 2010
Kebanyakan responden mempunyai lebih dari lima belas jilbab dan senang
berbelanja dan mencoba gaya berjilbab yang baru. Ide untuk gaya baru biasanya
diambil dari majalah atau tabloid (misalnya Kawanku, Aura, Gadis dan Muslimah),
orang terkenal, teman, dari ciptakan sendiri, dan televisi atau toko busana Muslim.
Semua sumber ini ternyata pilihan yang populer tetapi yang paling populer adalah
KESIMPULAN
Seiring dengan perubahan waktu, walaupun jilbab masih menjadi simbol dari
Islam, namun penafsiran terhadap makna jilbab dalam masyarakat Indonesia pun
hal ini dapat dikatakan sebagai dampak positif tetapi dapat juga dianggap negatif
oleh orang-orang yang fanatik karena jilbab tidak bisa lagi diidentikkan dengan
konsep dasarnya). Meminjam istilah Dr. Sawirman, saat ini makna jilbab telah
mengalami pseudo identity (identitas tipuan), di mana para pengguna jilbab ingin
berbudaya namun disisi lain mereka bukan perempuan dengan tipe tersebut. Tetapi
pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar karena sekalipun busana Muslim sudah
hanya mode saja. Lingkungan politik dan budaya di Indonesia yang dinamis dan
tidak begitu disukai dan disetujui oleh aliran Islam fanatik karena populerisasi
yang berbusana muslim tidak bisa digeneralisir karena setiap memiliki alasan
pribadi dalam berbusan muslim. Menurut mereka pula orang-orang boleh berjilbab
sambil berpakaian ketat, karena lebih baik daripada tidak berjilbab sama sekali.
Busana muslim menjadi lebih diterima di semua kalangan begitu juga dalam sektor
ekonomi. Dahulu, toko khusus busana muslim hanya ditujukan untuk menengah ke
atas sekarang banyak ditemui busana muslim di pasar dan di toko dengan harga
yang murah.
Daftar Pustaka
Ibrahim, Idi Subandy (ed.), Lifestyle Ectassy: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat
Komoditas Indonesia, Yogyakarta:Jalasutra, 2006
Kawamura , Yuniya, The Japanesse revulotion in Paris Fashion, New York: Berg,
2004
Sophia, “ Twenty Four Seven Non-Stop Fashion” dalam majalah Outmagz Vol.03,
Januari 2004
Sorger, Richard and Jenny Udale, The Fundamental of Fashion, Singapore: Ava,
2006
Strinati, Dominic, Popular Culture:Pengatar Menuju Budaya Populer,
Yogyakarta: Bentang Budaya, 2003