Professional Documents
Culture Documents
¢ujuan Khusus
c
ï
ï ï
Menurut
(ADA) 2002, diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada
diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa
organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.
Penyakit diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang berlangsung kronik
progresif, dengan gejala hiperglikemi yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin,
gangguan kerja insulin, atau keduanya (Darmono, 2007).
Diabetes melitus merupakan kelainan yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
dihubungkan dengan definisi kerja dan atau sekresi insulin secara absolut atau relatif
(Hadisaputro dan Setyawan, 2007).
ï
A. Menurut ADA (
) tahun 2002 :
1. Diabetes Melitus ¢ipe 1 atau Iinsulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM
Destruksi sel beta, umunya menjurus ke defisiensi insulin absolut
a. Melalui proses imunologik
Bentuk diabetes ini merupakan diabetes tergantung insulin, biasanya disebut
sebagai juvenile onset diabetes. Hal ini disebabkan karena adanya destruksi
sel beta pankreas karena autoimun. Kerusakan sel beta pankreas bervariasi,
kadang-kadang cepat pada suatu individu dan kadang-kadang lambat pada
individu yang lain. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah
ketoasidosis. Pada diabetes tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali
sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang
jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Sebagai markeer
terjadinya sel beta pankreas adalah autoantibodi sel pulau langerhans dan
atau aoutoantibodi sel pulau langerhans dan atau antibodi insulin dan
autoantibodi asam glutamat dekarboksilase sekitar 80-90 % terdeteksi pada
diabetes tipe ini. Diabetes melitus autoimun ini terjadi akibat pengaruh
genetik dan faktor lingkungan.
b. Idiopatik
¢erdapat beberapa diabetes tipe 1 yang etiologinya tidak diketahui. Hanya
beberapa pasien yang diketahui mengalami insulinopenia dan cenderung
untuk terjadinya ketoasidosis ttapi bukan dikarenakan autoimun. Diabetes
ini biasanya oleh individu asal afrika dan asia.
Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari
oleh penderita. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian dalam
Soegondo dkk (2002) ialah :
a. Keluhan Klasik
D Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah tanpa sebab yang jelas
D Banyak kencing (poliuria)
D Banyak minum (polidipsia)
D Banyak makan (polifagia)
b. Keluhan Lain
Gangguan saraf tepi / kesemutan
Gangguan penglihatan (kabur)
Gatal / bisul yang hilang timbul
Gangguan Ereksi
Keputihan
Gatal daerah genital
Infeksi sulit sembuh
Cepat Lelah
Mudah mengantuk
ï
Penyakit ini mudah diketahui dengan cara memeriksakan kadar glukosa darah. Yang sulit
adalah bila tidak ada gejala. Diagnosis diabetes dalam Soegondo dkk (2006) dipastikan bila
:
a. ¢erdapat keluhan khas diabetes (poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya) disertai dengan satu nilai pemeriksaan
glukosa darah tidak normal (glukosa darah sewaktu 200 mg/dl atau glukosa darah
puasa 126 mg/dl).
b. ¢erdapat keluhan khas yang tidak lengkap atau terdapat keluhan tidak khas (lemah,
kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi, pruritus vulvae) disertai dengan dua
nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa darah sewaktu 200 mg/dl
danlatau glukosa darah puasa 126 mg/dl yang diperiksa pada hari yang sarna atau
pada hari yang berbeda).
¢abel 2-2. Pentuan diagnosis diabetes melitus menggunakan kadar gula darah
Bukan Belum DM
DM Pasti DM
Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl) Plasma vena < 100 100-199 200
Kadar glukosa darah puasa (mg/dL) Plasma vena <100 100-125 126
Dari tabel diatas untuk kelompok resiko tinggi yang tidak menunjukkan kelainan hasil,
dilakukan pemeriksaan ulangan tiap tahun. Bagi mereka yang berusia > 45 tahun tanpa
faktor resiko lain, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
Kriteria diagnostik WHO :
Kriteria Diagnosis:
1) Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir.
2) Kadar gula darah puasa 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam.
3) Kadar gula darah 2 jam pada ¢¢GO 200 mg/dl. ¢¢GO dilakukan dengan Standard
WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air.
ï
3. Poket infraboni
Poket infraboni adalah pendalaman sulkus gingiva dengan posisi dasar poket dan epitel
jungsional terletak lebih ke apikal dibandingkan puncak tulang alveolar.Poket infraboni
dihubungkan dengan resorpsi tulang vertical (resorpsi tulang angular), yaitu kehilangan
tulang yang membentuk sudut tajam terhadap permukaan akar.
X
tulang´ gejala periodontal poket. Metode
menemukan poket periodontal dan menentukan luasnya
adalah berhati-hati memeriksa margin gingiva sekitar permukaan gigi.
3.1 Kesimpulan
1. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.
2. Periodontitis merupakan inflamasi dan destruksi kronik jaringan penyangga gigi,
dipengaruhi banyak faktor yaitu faktor lokal (kebersihan mulut, malposisi, dan
maloklusi gigi, trauma) dan keadaan sistemik (genetic, keseimbangan hormonal,
defisiensi vitamin, diabetes militus, defisiensi imunologis, obat-obatan, penyakit
kulit, ketidakseimbangan nutrisi, infeksi bakteri, virus dan jamur).
3. Periodontitis memiliki hubungan dengan diabetes melitus. Periodontitis merupakan
salah satu faktor yang memperburuk kondisi diabetes militus.
Sitokin pada periodontitis dapat mempengaruhi selȕ pancreas dan menyebabkan
hambatan sintesis dan sekresi insulin, sehingga dapat memperburuk kondisi subjek
yang menderita diabetes yang juga menderita periodontitis.
3.2Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi atau pengetahuan, khususnya bagi
tenaga kesehatan di bidang kedokteran gigi, dapat memahami hubungan penyakit
sistemik khususnya diabetes militus dengan periodontitis.
DAF¢AR PUS¢AKA
1. Abhijit GURAV and Varsha JADHAV, (2010) Periodontitis and risk of diabetes.
ð
2. Clerehugh Valerie, 2009.
. UK: Wiley Blackwell
3. Dumitrescu l. Alexandria, 2010.
Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2010.
4. Edward J. Ohlrich, Mary P. Cullinan dan Jontahan W. Leichter (2010).
Journal of Oral Microbiology, Vol 2
(2010) incl Supplements
5. Lindhe Jan, 2008. Clinical periodontology and implant dentistry. 2008 by Blackwell
Munksgaard, a Blackwell Publishing company
6. Setiawati titiek, ³Pengelolaan Kelainan Gigi dan Mulut pada Penderita Kompromis
Medik: Diabetes militus´ dalam jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 2000;
7 (Edisi Khusus) 279-284.
7. Silvester-j Franscisco, (2009). ¢
Journal section: Special patients
8. Sudoyo W. Aru, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Interna Publishing:
Jakarta Pusat 2009.
9. Newman Michael, ¢akei Henry, dan Klollevold, Clinical Periodontologi
10.Oedijani, 2003. ³Mekanisme Biokimia dan Biomolekuler komplikasi Diabetes
Melitus dan Periodontitis´ dalam Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
2003 : 10 (edisi Khusus) 578-585
11.http/:periodontologi\journal perio\HUBUNGAN AN¢ARA PENYAKI¢
PERIODON¢AL DENGAN DIABE¢ES MELI¢US « Blisa Novertasari.htm