You are on page 1of 32

PROGRAM KELAS KARYAWAN

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

PAPER
MATA KULIAH
MANAJEMEN PEMASARAN

”BANK MUAMALAT INDONESIA”


Sebuah Fenomena Baru Perbankan di Indonesiakah?
Dan Apakah bisa Mensejajarkan dirinya dengan
Bank Konvensional yang telah lama berkiprah?

OLEH :
ARNALDO LUHUT PARMONANGAN

55108110051

FEBRUARI 2009
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Bank adalah suatu lembaga yang mendapat izin untuk mengerahkan dana masyarakat
berupa pinjaman sehingga sebagai nasabah penyimpan dana dan pemakai akhir. Bank
biasanya menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan metode bunga (selanjutnya disebut
dengan Bank Konvensional). Dalam penerapan metode bunga, bank mengelola kegiatan
ekonominya dengan focus interest differential. Dalam suatu bank konvensional terdapat
nasabah penyimpan dana dan nasabah peminjam dana yang disebut dengan nasabah
debitor. Bank mendapatkan penghasilannya berupa biaya atas jasa yang diberikannya
ditambah biaya-biaya cadangan dan yang paling utama ialah selisih(spread) antara bunga
tabungan yang diberikan kepada nasabah penyimpan dana dengan bunga kredit yang
dibebankan kepada debitor.
Di lain pihak, Bank Syariah yang didirikan berdasarkan pada prinsip-prinsip
perekonomian Islam menjalankan kegiatan usahanya dengan menggunakan metode bagi
hasil. Nampaknya, metode bagi hasil yang diterapkan oleh Bank Syariah ternyata bisa
membuktikan bahwa Bank syariah juga mampu untuk berkembang dan memperbaiki
perekonomian nasional di Indonesia. Peranan Perbankan Syariah dalam memobilisasi
dana dan penyaluran pembiayaan, walaupun kecil, namun mengalami peningkatan.
Seperti yang terjadi pada tahun 1999, meskipun dalam kondisi krisis, bank syariah masih
dapat menyalurkan pembiayaan baru yang belum dapat dilakukan oleh bank
konvensional.
Cara beroperasi Bank syariah dalam kegiatan sehari-hari pada prinsipnya sama dengan
bank konvensional biasa. hal yang membedakannya adalah maslah bunga dan beberapa
praktik lainnya yang menurut syariah Islam tidak diperbolehkan. Beban biaya tetap
diambil dari orang yang menikmati jasanya, namun metode dan perhitungannya tidak
seperti dalam bank konvensional.
Perbedaan prinsip manajemen antara bank syariah dengan bank konvensional terletak
pada upaya mengharmonisasikan kepentingan nasabah penyimpan dana, bank dan
debitor. Pada bank konvensional, kepentingan nasabah penyimpan dana adalah
diperolehnya imbalan berupa bunga simpanan yang tinggi dan bank memperoleh spread
yang optimal antara suku bungan simpanan dan suku bunga pinjaman. Tetapi,
kepentingan debitor adalah biaya yang lebih murah berupa tingkat bunga kredit yang
rendah. Dengan demikian, terjadi pertentangan antara ketiga pihak yang sulit
diharmonisasikan.
Pada bank syariah, kepentingan antara nasabah penyimpan dana, bank dan debitor dapat
diharmonisasikan karena dengan metode bagi hasil kepentingan ketiga pihak tersebut
menjadi parallel, yaitu memperoleh imbalan bagi hasil sesuai dengan keadaan usaha yang
benar-benar terjadi. Hubungan antara ketiga pihak tersebut adalah kemitraan.
Hal ini berimplikasi pada perjanjian yang mereka buat, yang secara tegas menyebutkan
bahwa keuntungan maupun kerugian akan dibagi bersama antara mereka. Kedudukan
debitor menjadi sama, karena hak-haknya sebagai penguasa yang ingin bekerja sama
dihormati oleh bank dan nasabah penyimpan dana.

Sebaliknya, pada bank konvensional, kepentingan yang berlawanan antara debitor dan
nasabah penyimpan dana terakomodir pada suatu titik ekuilibrium yang merupakan titik
bertemunya kepentingan antara dua pihak untuk mendapatkan keuntungan yang optimal.
Nasabah penyimpan dana dihinggapi ketidakpastian oleh tingkat suku bunga yang
berubah-ubah sehingga keuntungan yang diharapkan akan diperoleh di bank bisa
berkurang, bahkan hilang. Kedudukan debitor sebagai pihak yang membutuhkan modal
mengakibatkan kedudukannya menjadi lemah dihadapan bank.

Dalam metode bunga, bank lebih dapat memaksakan ketentuan dalam perjanjian kredit
yang menguntungkan bank tanpa memperhatikan kepentingan debitor dan resiko yang
dihadapi. Bahkan, dalam kondisi yang ekstrem, debitor dihadapkan pada pilihan
menerima ketentuan atau tidak mendapatkan pinjaman sama sekali (take it or leave It).
Kondisi yang semacam ini ternyata justru dapat menghancurkan semua pihak apabila
pada situasi ekonomi tertentu debitor tidak dapat mengembalikan pinjaman pokok dan
bunganya pada bank.
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk merupakan jawaban atas permasalahan diatas. Bank
ini didirikan pada tahun 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada bulan Mei 1992. Dengan
dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan
beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan
masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada
saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi
peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari
masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat
berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin
memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia
dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan
sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh
kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun
1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi
sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari
sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang
potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang
berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi
menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu
antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus
keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil
membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru
Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang
tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali
dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari
dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun
dengan penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para
pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang
ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun,
(iii) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama
di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha baru dengan
menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan (v)
pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang
usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya
membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru
memasuki tahun 2004 dan seterusnya.
Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di
Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar
Rp 269,7 miliar serta perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar pada tahun 2004.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis memfokuskan masalah yang akan diteliti
sebagai berikut :
1. masalah = Y, yaitu mengapa memilih Bank Syariah
2. X1= suku bunga Bank Konvensional tidak menarik lagi?
3. X2= kepentingan nasabah, debitor dan Bank tidak berjalan harmonis?
4. X3= perbedaan prinsip manajemen?
5. X4= transparansi penggunaan dana tersebut?

C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Apa perbedaan bank konvensional dan bank syariah secara umum dan
berdasarkan pembagian keuntungan?
2. mengetahui hubungan antara X1, X2, X3 dan X4 terhadap Y
3. Menganalisa IFAS & EFAS dengan menggunakan Analisa SWOT
4. Membuat matriks Internal & Eksternal dan kesimpulan dari tujuan penelitian ini.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu sebagai bahan informasi
kepada para pembaca yang ingin mengetahui tentang dunia perbankan terutama dalam
hal pembagian keuntungan, baik itu pada bank konvensional maupun pada bank syariah
yang difokuskan pada Bank Muamalat Indonesia sebagai bahan banding bagi penelitian
yang relevan di kemudian hari untuk peneliti selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum tentang Perbankan


Bank secara etimologi berasal dari Bahasa Italia, yaitu kata banca yang berarti bangku /
tempat duduk. Bank disebut demikian karena pada abad pertengahan orang-orang yang
memberikan pinjaman untuk melakukan usahanya. A. Abdurrahman dalam Ensiklopedi
Ekonomi Keuangan dan Perdagangan mengartikan bank sebagai suatu jenis lembaga
keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman,
mengedarkan mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga,
membiayai usaha perusahaan, dan lain-lain. Jerry Rosenberg dalam “Dictionary of
Banking and Financial Services” mengartikan Bank sebagai suatu lembaga yang
mempunyai fungsi pokok, antara lain: menerima simpanan giro, deposito dan membayar
atas asar dokumen yang ditarik pada orang/ lembaga tertentu, Mendiskonto surat
berharga, memberi pinjaman dan menanamkan danan dalam bentuk surat berharga.
Sesuai dengan Undang-undang Perbankan No.10 Tahun 1998 menyatakan bahwa “Bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.

Klasifikasi Perbankan.
Klasifikasi perbankan dapat ditinjau dari sudut pandang status dan cara menentukan
harga. Status Bank Devisa. Bank Devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan
transaksi dengan pihak-pihak luar negeri, misalnya transfer, inkaso, transfeller sheque,
letter of credit, dan transakasi lainnya. Bank Non devisa. Bank non devisa merupakan
bank yang pelayanannya hanya dalam wilayah negara Republik Indonesia.

Cara Menentukan Harga


Bank Konvensional. Bank Konvensional adalah bank yang dalam operasionalnya
menerapkan metode bunga, karena metode bunga sudah ada sejak dulu dan telah menjadi
kebiasaan serta dipakai secara meluas disbanding dengan metode bagi hasil.
Bank konvensional menerapkan metode bunga untuk giro, tabungan dan deposito, serta
fee based untuk jasa-jasa lainnya. Jadi, Bank konvensional adalah bank dalam artian
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjalankan usahanya dengan
menggunakan metode bunga.

1) Bank Syariah
Bank Syariah beroperasi tidak dengan menerapkan metode bunga, melainkan dengan
metode bagi hasil dan penentuan biaya yang sesuai dengan syariah Islam.

Tujuan
Sebagai lembaga komersial, bank memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Jangka Pendek (Tactical Planning)
a. Memenuhi kebutuhan likuiditas wajib minimum bank (RR = reserve
requirement) yang harus dilaporkan secara mingguan kepada Bank
Indonesia. RR berguna untuk memenuhi penarikan dana, pemberian
kredit, sebagai upaya preventif jika kalah kliring dan untuk menjaga
kredibilitas bank.
b. Memberikan pelayanan kepada nasabah secara maksimum
c. Menanamkan dana dalam sekuritas.
2. Jangka Panjang (strategic planning)
a. Memperoleh laba maksimum
b. Memaksimumkan nilai perusahaan (kekayaan bank)

2) Bank Konvensional
Bank konvensional, dalam hal ini bank umum pada umumnya beroperasi dengan
mengeluarkan produk-produk untuk menyerap dana masyarakat, manyalurkan dana, dan
pelayanan jasa keuangan antara lain sebagai berikut :
1. Penyerapan Dana Masyarakat
a. Tabungan ( saving )
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek, bilyet giro, dan alat yang dipersamakan dnegan itu.,Nasabah
penyimpan dana mendapatkan bukti menabung berupa buku tabungan
(passbook), yang menyatakan jumlah dana yang ditabung oleh
perseorangan atau badan usaha. selain itu, ada kecendrungan Bank-bank di
Indonesia menawarkan produk mereka dengan perhitungan pembayaran
bunga harian, bisa diambil setiap saat, serta diberi fasilitas kartu ATM.
a. Simpanan Deposito (Time Deposite)
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.
Simpanan deposito diatur dalam suatu perjanjian tertulis antara bank dan
nasabah penyimpan dana mengenai uang yang disimpannya.
b. Simpanan Giro (Demand deposite)
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, arena perintah pembayaran lainnya
atau dengan cara pemindahbukuan. Sebagian besar giro merupakan dana
komersial yang disimpan oleh perusahaan maupun perseorangan.
2. Pelayanan Jasa-Jasa
a. Kliring (clearing)
Kliring adalah suatu metode perhitungan utang –piutang dalam bentuk
surat-surat dagang atau surat-surat berharga antara bank-bank peserta
kliring dengan tujuan agar perhitungan utang piutang dapat terjadi dengan
mudah, cepat dan aman. Proses perhitungan diatur oleh suatu lembaga
yang berada dibawah kendali Bank Indonesia.
b. Inkaso (collection)
Inkaso adalah penagihan warkat-warkat kliring yang terdapat diluar
wilayah kliring bank yang bersangkutan.
c. Kiriman uang (transfer)
Kiriman uang adalah jasa pelayanan bank dalam mengirimkan sejumlah
uang yang ditujukan pada pihak lain disuatu tempat sesuai permintaan
pengirim. Pengiriman yang terjadi dalam satu wilayah kliring dapat
melalui lalu lintas giro dengan menerbitkan nota kredi (credit line).
Penerapan Metode Bunga
Bank konvensional dapat menerima dana dari luar, misalnya dari nasabah yang berupa
rekening giro, deposit on call, sertifikat deposito, saham dan obligasi. Sumber ini
merupakan pendapatan bank yang paling besar. Sumber pemasukan dana lainnya ialah
lembaga keuangan yang berupa kredit llikuiditas Bank Indonesia, fasilitas diskonto, dan
pasar uang antar bank (call money). Pendapatan perbankan nasional selama tergantung
hasil bunga kegiatan kredit.

Karakteristik dari metode bunga yang membedakannya dengan pendapatan melalui cara
lainnya adalah sebagai berikut :
1. Jumlah pengembalian (pinjaman pokok + bunga) telah ditetapkan sebelumnya
(a predetermined of return)
2. Suku bunga yang telah ditetapkan sebelumnya disamakan bagi semua nasabah.
3. Penarikan predetermined rate of return secara hukum telah dilakukan, meskipun
debitur menderita kebankrutan. Contoh komponen yang terdapat dalam bunga
bank digambarkan sebagai berikut :
1) Pinjaman Rupiah Besar Total biaya dana Spread 17,13 %, 2,00 %
Jumlah Risk allowance 19,13 %; 0.50 % Jumlah Over head; 19,63 % 1,50
% Jumlah Pajak 30 % 21,13 % 0.63 % Bunga Kredit Rupiah 21,76 %
Tabel 3 : Bunga Bank Perhitungan bunga kredit dapat menggunakan
metode berikut :
a. Sliding Rate Pembebanan bunga terhadap nilai pokok utang akan
semakin menurun dari perode ke periode sesuai dengan
menurunnya jumlah nilai pokok pinjaman sebagai akibat
pembayaran cicilan pokok pinjaman tersebut. Contoh : Nilai
pokok pinjaman : Rp 12.000.000 Tingkat bunga : 18 % per tahun
Jangka waktu : 5 tahun (60 bulan) Angsuran per bulan : Rp
12.000.000 / 60 bulan : Rp 200.000,- Bunga pinjaman perbulan :
Rp 12.000.000 x 18 % 12 : Rp 180.000,-
b. Flat Rate Pembebanan bunga terhadap nilai pokok pinjaman
akan tetap dari bulan ke bulan, meskipun telah dingsur terhadap
nilai pokok pinjaman tersebut.
c. Floating Rate Pembebanan bunga terhadap nilai pokok pinjaman
ditentukan secara mengambang sesuai dngan perkembangan
tingkat bunga di pasar.
d. Discounted Rate Bunga dijadikan sebagai nilai pengurang dari
pokok harga. Hal ini diterapkan pada setifikat deposito. Contoh :
Nilai nominal sertifikat deposito untuk jangka waktu 3 bulan
adalah Rp 5.000.000,- dengan bunga 16 % pertahun, maka : Nilai
Jual : Rp 5.000.000 x 360, 360 + (16% x 90 ) : Rp 4.807.692,
4. Bank Syariah
Bank Syariah atau Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam. Bank ini, tata cara beroperasinya mengacu pada
ketentuan-ketentuan Al_Qur’an dan Hadist. Bank yang beroperasi dengan prinsip-
prinsip syariah Islam maksudnya tata cara bermualat dijauhi praktik-praktik yang
dikhawatirkan mengandung unsure-unsur riba. Falsafah dasar beroperasinya bank
syariah yang menjiwai seluruh hubungan transaksinya adalah efeisiensi, keadilan,
da kebersamaan. Efisiensi mengacu pada prinsip saling membantu secara sinergis
untuk memperoleh keuntungan sebesar mungkin. Keadilan mengacu pada
hubungan yang tidak dicurangi, ikhlas, dengan persetujuan yang matang atas
proporsi masukan dan keluarannya. Kebersamaan mengacu pada prinsip saling
menawarkan bantuan dan nasihat untuk saling meningkatkan produktivitas. Bank
Syariah memiliki tujuan yang lebih luas dibandingkan dengan bank konvensional,
berkaitan dengan keberadaannya sebagai institusi komersial dan kewajin moral
yang disandangnya. Selain bertujuan meraih keuntungan, sebagaimana layaknya
bank konvensional pada umumnya, bank syariah juga bertujuan sebagai berikut :
a. Menyediakan lembaga keuangan sebagai sarana meningkatkan kualitas
kehidupan social ekonomi masyarakat.
b. Meningkatnya partisipasi masyarakat banyak dalam proses pembangunan
karena keenggganan masyarakat untuk berhubungan dengan bank yang
disebabkan oleh sikap menghindari bunga telah terjawab oleh bank syariah.
c. Membentuk masyarakat agar berpikir secara ekonomis dan berprilaku bisnis
untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
d. Berusaha bahwa metode bagi hasil pada bank syariah dapat beroperasi,
tumbuh, dan berkembang melebihi bank-bank dengan metode lain.
Pengembangan produk-produk bank tidak dapat dilepaskan dari metode
operasi bank yang pendekatannya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan mempelajari ketentuan syariah tentang metode ekonomi Islam atau
melihat mekanisme yang lazim berkembang dalam operasional perbankan
konvensional dan kemudian menempatkan ketentuan hukum Islam yang dapat
diimplementasikan ke dalam mekanisme yang ada. Penyaluran Dana
Bank Syariah menyalurkan dana yang telah diperolehnya dengan
mengeluarkan produk-produk berikut :
1) Al-Musyarakah Musyarakah adalah kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan konstribusi dana dengan keuntungan dan resiko
ditanggung bersama sesuai kesepakatan.
2) Al Mudharabah Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama
usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha
secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal
selama itu bukan akibat dari kelalaian pengelola. Penerapan Metode
Bagi Hasil Pada Bank Islam, kepentingan nasabah penyimpan dana,
bank dan debitur dapat diharmonisasikan karena dngan metode bagi
hasil, kepentingan pihak ketiga parallel, yaitu memperoleh imbalan
bagi hasil sesuai dengan keadaan yang benar-benar terjadi.
Perhitungan metode bagi hasil dapat dilihat dari perhitungan tabungan
dan deposito mudharabah.
1. Perhitungan Tabungan Mudharabah Contoh : Saldo rata-rata
tabungan tuan A sebesar Rp 500.000. NIsbah bag hasil 50% :
50 % diasumsikan total saldo rata-rata tabungan di bank
syariah Rp 100 juta dan keuntungan yang diperoleh tabungan
sebesar Rp 3.000.000, maka pada akhir bulan, nasabah
penyimpan dana akan memperoleh dana bagi hasil : Rp
500.000,- Rp 100.000.000
2. Perhitungan Deposito Mudharabah Contoh : Tuan A
menempatkan dana deposito mudarabah di bank syariah
sebesar 1 juta rupiah, jangka waktu 1 bulan dan nisbah bagi
hasil 70 % : 30 %. Diasumsikan total dana deposito investasi
dibank syariah senilai Rp 250 juta dan keuntungan
yangdiperoleh sebesar Rp 6.000.000, maka pada saat jatuh
tempo nasabah akan memperoleh dana bagi hasil : Rp
1.000.000,- Rp 250.000.000

B. Kerangka Berpikir
Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan di dalam hidupnya. Hal ini merupakan
dorongan fitrah yang mutlak dan tidak bisa dihilangkan dari diri setiap manusia.
Kebutuhan hidup manusia itu dapa digolongkan dari tingkat yang sederhana untuk
sekedar bertahan hidup hingga tingka kemewahan untuk aktualisasi diri. Dalam usahanya
memenuhi seluruh tingkatan kebutuhan hidup tersebut, manusia memerlukan bantuan
manusia lainnya. Oleh karena iu, timbulah interaksi. Ketika manusia saling berinteraksi
dengan fungsinya masing-masing, maka terjadilah pertukaran, suatu transaksi, atau
dengan kata lain jual-beli. Uang sebagai alat tukar memegang peranan yang sangat
penting dalam masyarakat modern. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia tidak dapat
dilepaskan dari uang. Semakin lama urusan yang menyangkut uang, semakin berkembang
dan bertambah rumit, sehingga menyebabkan masyarakat memerlukan suatu lembaga
perantara yang dapat memperlancar lalu lintas uang, yang biasa disebut dengan istilah
Bank.
Bank konvensional merupakan suatu lembaga perbankan yang memaksimalkan perolehan
dana dari masyarakat dengan berupaya menawarkan tingkat bunga simpanan yang
serendah-rendahnya dan tingkat bunga kredit yang setinggi-tingginya bagi nasabahnya.
Di lain pihak, Bank syariah merupakan suatu lembaga perbankan yang tidak menerapkan
metode pembagian bunga. Akan tetapi, menerapkan prinsip bagi hasil untuk memberikan
fasilitas yang memuaskan bagi nasabahnya. Prinsip bagi hasil yang diterapkan itu antara
lain prinsip Al-Musyarakah, AL-Mudharabah, dan Al-Murahabah. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada bagan kerangka berpikir berikut:

X1

X2 X4 Y

X3

C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis penlitian yang menjadi jawaban sementara
dalam penelitian ini adalah : “Terdapat perbedaan yang signifikan antara sistem
pembagian bunga dan tata cara pengoperasian yang dilakukan oleh Bank Konvensional
dan Bank Syariah dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat (nasabahnya)”
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Keberadaan variabel sangat penting artinya dalam sebuah penelitian, sebab dengan
adanya variabel tersebut akan memudahkan peneliti di dalam mengungkapkan objek yang
diamati. Hadi mendefenisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi dan gejala adalah
objek penelitian. Berdasarkan uraian tersebut, yang menjadi variabel dalam penelitian ini
adalah perbedaan pembagian bunga pada bank konvensional dan bank syariah.
2. Desain Penelitian Desain penelitian disusun sebagai suatu strategi dalam pelaksanaan
penelitian agar diperoleh data yang akurat serta penarikan kesimpulan yang lebih jelas.
Langkah selanjutnya adalah menentukan variabel penelitian serta merumuskan defenisi
secara operasional agar tidak terjadi kontaminasi dari variabel yang tidak diteliti.

B. Defenisi Operasional
Variabel Untuk memberi gambaran yang jelas mengenai variabel yang akan diteliti, maka
secara operasional memiliki batasan sebagai berikut :
1. Bank Konvensional adalah lembaga yang bergerak dibidang jasa perbankan yang
melayani masyarakat dengan menerapkan metode pembagian bunga untuk
memberikan fasilitas bagi para nasabahnya.
2. Bank Syariah adalah lembaga perbankan yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah Islam, khususnya tentang tata cara bermuamalah secara Islam.

C. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah keseluruhan bank-bank yang tergolong dalam bank
konvensional dan bank syariah. Dengan pertimbangan bahwa populasi penelitian ini
mencakup bank secara keseluruhan, maka penulis tidak menentukan penarikan sampel
(penelitian populasi).
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data secara sekunder yaitu dilakukan dengan melalui
teknik dokumentasi yaitu mencatat semua data-data yang diperlukan pada setiap bank
yang dijadikan sampel penelitian.

E. Teknik Analisis Data


Hasil analisis ini akan dianalisis dengan menggunakan urutan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Mengumpulkan data-data melalui Informasi yang disajikan oleh Internet dengan
teknik pencatatan yang merupakan sampel penelitian.
2. Menggolongkan setiap data yang terkumpul sesuai dengan sistem pembagian
bunga dan tata cara pengoperasian yang dilakukan untuk memberi pelayanan pada
masyarakat.
3. Menganalisis perbedaan bank-bank yang dijadikan objek penelitian berdasarkan
sistem pembagian bunga yang diterapkan.
4. Mencari variabel IFAS & EFAS lalu dianalisa kembali menggunakan analisa
SWOT lalu dibuat alternatif dari strategi utamanya.
5. Membuat matriks internal dan eksternal faktor lalu dianalisa kembali untuk
mencari strategi apa yang tepat untuk membuat Bank Muamalat Indonesia
menjadi Bank terdepan di Asia Tenggara.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam menguraikan penelitian ini, peneliti menjelaskan sesuai dengan rumusan masalah
yang telah ditentukan. Oleh karena itu, peneliti hanya membatasi ruang lingkup
pembahasan pada perbedaan sistem pembagian bunga serta kelemahan dan keunggulan
dari bank konvensional dan bank syariah. Maka, data yang masuk selain dari rumusan
yang telah ditentukan selama kegiatan pengumpulan dan pencatatan data akan dianggap
sebagai pengetahuan tambahan bagi peneliti.
Analisis Deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang perbedaan antara
bank konvensional dan bank syariah dilihat dari sudut pandang sistem pembagian bunga
yang diterapkan. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah secara Umum
Sepintas bila dilihat secara teknis, menabung di bank syariah dengan yang belaku di bank
konvensional hampir tidak ada perbedaan. Hal ini karena, baik di bank syariah maupun
bank konvensional diharuskan mengikuti aturan teknis perbankan secara umum. Akan
tetapi bila diamati lebih dalam, terdapat beberapa perbedaan mendasar di antara
keduanya. Aturan akad. Pada bank syariah, semua transaksi harus berdasarkan akad yang
dibenarkan oleh syariah. Dengan demikian, semua transaksi itu harus mengikuti kaidah
dan aturan yang berlaku pada akad-akad muamalah syariah. Pada bank konvensional,
transaksi pembukaan rekening, baik giro, tabungan maupun deposito, berdasarkan
perjanjian titipan, namun prinsip titipan ini tidak sesuai dengan aturan syariah, misalnya
wadi’ah, karena dalam produk giro, tabungan maupun deposito, menjanjikan imbalan
dengan tingkat bunga tetap terhadap uang yang disetor. Imbalan yang diberikan. Bank
konvensional menggunakan konsep biaya (cost concept) untuk menghitung keuntungan.
Artinya, bunga yang dijanjikan di muka kepada nasabah penabung merupakan ongkos
atau biaya yang harus dibayar oleh bank. Oleh karena itu bank harus “menjual” kepada
nasabah lain (peminjam) dengan biaya bunga yang lebih tinggi. Perbedaan antara
keduanya disebut spread yang menandakan apakah perusahaan tersebut untung atau rugi.
Bila spread-nya positif, di mana beban bunga yang dibebankan kepada peminjam lebih
tinggi dari bunga yang diberikan kepada penabung, maka dapat dikatakan bahwa bank
mendapatkan keuntungan. Sedangkan bank syariah menggunakan pendekatan profit
sharing, artinya dana yang diterima bank disalurkan kepada pembiayaan. Keuntungan
yang didapat dari pembiayaan tersebut dibagi dua, untuk bank dan untuk nasabah,
berdasarkan perjanjian pembagian keuntungan di muka.

Sasaran kredit/ pembiayaan. Para penabung di bank konvensional tidak sadar uang yang
ditabung dipinjamkan untuk berbagai bisnis, tanpa memandang halal-haram bisnis
tersebut. Sedangkan di bank syariah, penyaluran dan simpanan dari masyarakat dibatasi
oleh prinsip dasar, yaitu prinsip syariah Artinya bahwa pemberian pinjaman tidak boleh
ke bisnis yang haram seperti, perjudian, minuman yang diharamkan, pornografi dan
bisnis lain yang tidak sesuai dengan syariah. Ikatan Emosional. Adanya kesamaan ikatan
emosional yang kuat didasarkan prinsip keadilan, prinsip kesederajatan dan prinsip
ketentraman antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan Nasabah atas jalannya usaha
bank syariah. Sedangkan Tidak adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang
Saham, Pengelola Bank dan Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai keinginan
yang bertolak belakang. Berikut ditampilkan tabel perbedaan antara bank konvensional
dan bank syariah. Bank Syariah Bank Konvensional Investasi yang halal :
1. Investasi halal & haram Prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa
2. Memakai perangkat bunga Profit dan falah oriented
3. Profit oriented Hubungan kemitraan
4. Hubungan debitor-kreditor

Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah
Tidak terdapat dewan sejenis. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah
Perbedaan Berdasarkan Pembagian Keuntungan Prinsip bagi hasil: Penentuan besarnya
resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung
dan rugi Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.
Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan
Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil Bagi hasil tergantung kepada
keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka
kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak Sistem bunga: Penentuan suku
bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak Bank
Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkanPenentuan
suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak
Bank Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan berlipat
ganda saat keadaan ekonomi sedang baik Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh
semua agama termasuk agama Islam Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh
semua agama termasuk agama Islam Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan
tanpa pertimbangan proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi
Secara rinci, dapat dijelaskan mengenai Bunga Bagi Hasil :
1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung
2. Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat saat akad dengan pedoman pada
kemungkinan untung & rugi
3. Besarnya persentase untung berdasarkan modal yang dipinjamkan
4. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan jumlah untung yang diperoleh
5. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan lainnya
6. Bagi hasil bergantung pada keuntungan atau kerugian proyek yang dijalankan
7. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat walaupun jumlah keuntungan berlipat
8. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pen-
dapatan.
9. Eksistensi bunga diragukan
10. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil
Perbedaan Bagi Hasil dan Sistem Bunga Kelemahan dan Keunggulan Bank Konvensional
dan Bank Syariah : Bank Konvensional Bank Konvensional memiliki beberapa
keunggulan. Pertama, karena metode bunga telah lama dikenal oleh masyarakat, bank
konvensional lebih mudah menarik nasabah penyimpan dana sehingga lebih mudah
mendapatkan modal. Kedua, bank konvensional lebih kreatif dalam menciptakan produk-
produk. Dengan metode yang telah teruji dan berpengalaman, bank konvensional lebih
mengetahui permainan dasar perbankan dan mencari celah-celah baru dalam
mengupayakan ekspansi banknya. Ketiga, nasabah penyimpan dana atau debitor yang
telah terbiasa dengan metode bunga cenderung memilih bank konvensional daripada
beralih ke metode bagi hasil yang relative baru. Keempat, dengan banyaknya bank-bank
konvensional, persaingan antar bank semakin menggairahkan yang dapat memacu
manajemen untuk bekerja lebih baik. Kelima, dukungan peraturan perundang-undangan
dan kebijakan pemerintah yang lebih mapan bagi bank konvensional, sehingga bank
dapat bergerak lebih pasti. Di samping keunggulan, fenomena ditutupnya bank-bank
konvensional beberapa tahun terakhir membuka sisi kelemahan yang ada di bank
konvensional. Faktor penyebab kegagalan bank konvensional tersebut ialah :
a. faktor manajemen, yang ditandai oleh inkosistensi penyaluran kredit, campur
tangan pemilik yang berlebihan dan manajer yang tidak professional dalam
bekerja;
b. kredit bermasalah, karena prosedur pemeberian kredit tidak dipatuhi dan
penumpukan pemberian kredit pada grup sendiri dan kalangan tertentu; c. Praktik
curang, seperti bank dalam bank dan transaksi fiktif; d. Praktik spekulasi yang
terlalu ambisius dan tanpa perhitungan.
Bank Syariah
Bank Syariah memiliki beberapa keunggulan antara lain sebagai berikut :
a. Mekanisme bank syariah didasarkan pada prinsip efisiensi, keadilan dan
kebersamaan.
b. Tidak mudah dipengaruhi oleh gejolak moneter, seperti yang dijelaskan Errico:
“Islamic banking appear to be better poised than conventional bank to absorb
external shocks because of the structure of their balance sheets and the use of
profit and loss sharing arrangements”
c. Bank syariah lebih mandiri dalam penentuan kebijakan bagi hasilnya
d. Bank syariah relative lebih mudah merespons kebijaksanaan pemerintah
e. Terhindar dari praktik Money Laundring.
f. Metode bagi hasil tiodak mengenal diskriminasi terhadap nasabah yang
didasarkan kemampuan ekonomi, sehingga aksebilitas bank syariah sangat luas.
g. Persaingan antar bank berlaku secara wajar yang ditentukan dari keberhasilan
dalam membina nasabah dengan profesionalisme dan memberi pelayanan yang
terbaik. Selain keunggulan, bank syariah memiliki beberapa kelemahan yang
sering dijumpai dalam praktik, antara lain : Terlalu berprasangka baik pada semua
nasabah dan berasumsi bahwa semua orang yang terlibat jujur dan dapat
dipercaya, sehingga rawan terhadap itikad buruk. Metode bagi hasil memerlukan
perhitungan yang rumit Kekeliruan penilaian proyek berakibat lebih besar
daripada bank konvensional Produk-produk bank syariah belum bisa
mengakomodasi kebutuhan masyarakat dan kurang kompetitif Sumber daya
manusia yang memiliki keahlian mengenai bank syariah masih sedikit.

Dalam pelaksanaannya Bank Syariah masih mempunyai beberapa kendala, yang antara
lain, menurut identifikasi Bank Indonesia, yang disampaikan pada Seminar Akhir Tahun
Perbankan Syariah 2005, kendala-kendala perkembangan Bank Syariah di samping imbas
kondisi makroekonomi, juga dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Jaringan kantor pelayanan dan keuangan Syariah masih relatif terbatas;


2. Sumber Daya Manusia yang kompeten dan professional masih belum optimal;
3. Pemahaman masyarakat terhadap Bank Syariah sudah cukup baik, namun minat
untuk menggunakannya masih kurang;
4. Sinkronisasi kebijakan dengan institusi pemerintah lainnya berkaitan dengan
transaksi keuangan, seperti kebijakan pajak dan aspek legal belum maksimal;
5. Rezim suku bunga tinggi pada tahun 2005;
6. Fungsi sosial Bank Syariah dalam memfasilitasi keterkaitan antara voluntary
sector dengan pemberdayaan ekonomi marginal masih belum optimal.

Untuk mengantisipasi kendala jaringan kantor pelayanan Bank Syariah, pihak BI yelah
membuat regulasi tentang kemungkinan pembukaan layanan Syariah pada counter-
counter Unit Kovensional Bank-Bank yang telah mempunyai Unit Usaha Syariah melalui
PBI No.8/3/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006. Dengan demikian, diharapkan masalah
jaringan pelayanan dan keuangan Syariah dapat diatasi karena masyarakat dapat dilayani
dimana saja saat membutuhkan transaksi Bank Syariah.

Bank Indonesia dan para stakeholder yang terlibat lainnya yakin bahwa pengembangan
Bank Syariah dianggap masih mempunyai prospek yang tinggi, jika kendala jaringan
dapat diatasi. Hal tersebut diyakini karena peluang yang besar dan dapat dilihat dari hal-
hal sebagai berikut:
1. Respon masyarakat yang antusias dalam melakukan aktivitas ekonomi dengan
menggunakan prinsip-prinsip Syariah;

2. Kecenderungan yang positif di sektor non-keuangan/ ekonomi, seperti system


pendidikan, hukum dan lain sebagainya yang menunjang pengembangan
ekonomi Syariah nasional.

3. Pengembangan instrumen keuangan Syariah yang diharapkan akan semakin


menarik investor/ pelaku bisnis masuk dan membesarkan industri Perbankan
Syariah Nasional;

4. Potensi investasi dari negara-negara Timur Tengah dalam industri Perbankan


Syariah Nasional.

Walaupun pertumbuhan Bank Syariah agak melambat pada tahun 2005, tetapi pihak
Bank Indonesia dan juga para stakeholder yang terlibat dalam pengembangan ekonomi
dan perbankan Syariah masih mempunyai keyakinan bahwa Bank Syariah akan terus
berkembang pada tahun 2006 dan tahun-tahun selanjutnya seiring berkembangya
aplikasi-aplikasi ekonomi berbasiskan prinsip-prinsip Syariah di Indonesia.

Berdasarkan kajian perekonomian secara umum, meskipun pada triwulan I 2006 dunia
usaha masih melakukan recovery akibat kondisi yang terjadi pada tahun 2005, prospek
ekonomi Indonesia pada 2006 diperkirakan akan membaik kembali, terutama pada
semester II. Secara keseluruhan perekonomian Indonesia tahun 2006 akan tumbuh 5,0-
5,7%. Perbaikan ekonomi akan terjadi sejalan dengan implementasi berbagai kebijakan
Pemerintah di sektor riil yang didukung dengan terjaganya stabilitas makroekonomi serta
membaiknya persepsi bisnis para pelaku ekonomi dan kepercayaan masyarakat.

Dengan demikian, khusus pada tahun 2006, kondisi perkembangan Perbankan Syariah akan
dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Kondisi makro ekonomi 2006 tidak banyak mengalami perubahan dari tahun 2005,
inflasi masih 2 digit, namun investasi mulai berjalan, terutama pada semester kedua;
2. Suku bunga masih relatif tinggi, sehingga persaingan menjadi lebih agresif;
3. Berlakunya PBI No. 8/3/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 yang memungkinkan bank
konvensional membuka layanan syariah dari unit usaha syariah yang mereka miliki,
membuat kendala jaringan perbankan syariah sudah dapat diatasi;
4. Volume usaha perbankan syariah terhadap perbankan nasional diperkirakan akan
mencapai pangsa sebesar 1,7%;
5. Perhatian Bank Indonesia terhadap perkembangan Bank Syariah lebih meningkat dari
sebelumnya yang dibuktikan dengan mulai terlibatnya direktorat-direktorat lain pada BI
dalam mengembangkan Bank Syariah, selain Direktorat Perbankan Syariah, seperti
Direktorat Pengelolaan Moneter dan Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan;
6. Investor asing mulai tertarik menamkan investasinya dalam pengembangan keuangan
syariah di Indonesia.

Berdasarkan suatu penelitian pada sebuah bank syariah terhadap sekitar 3.200 nasabah di
seluruh Indonesia, diketahui bahwa lebih 70% nasabah memilih bank syariah dalam
melakukan transaksi perbankan dengan alasan utama sesuai keyakinan agama. Hal ini
menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang menginginkan dalam melakukan
transaksi keuangan tidak bertentangan dengan keyakinan agama. Alasan utama lainya
yang menyebabkan nasabah memilih bank syariah adalah karena pelayanan bank syariah
yang cepat dan memuaskan sebesar 38% serta karena lokasi kantor bank yang strategis
sebesar 30%, di samping alasan-alasan rasional lainnya. Dapat pula diketahui, bahwa
pada saat ini, berdasarkan penelitian tersebut, nasabah bank syariah tersebut sebanyak
hampir 66% masih menggunakan bank konvensional di samping bertransaksi dengan
bank syariah. Alasan utama yang menyebabkan nasabah bank syariah masih menjadi
nasabah bank konvensional adalah karena alasan-alasan rasional dalam kemudahan
transaksi keuangan. Mereka sangat mengharapkan jaringan bank syariah dapat diperluas
serta bank syariah dapat meningkatkan pelayanan dan produk yang dapat
mengakomodasikan kebutuhan mereka dalam transaksi keuangan. Dari sisi pendidikan,
lebih dari dua pertiga nasabah bank syariah merupakan lulusan perguruan tinggi. Dari
hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang menjadi nasabah bank
syariah bukan hanya karena faktor emosional belaka, melainkan juga karena rasionalitas
dalam kebutuhan perbankan dan ekonomi lainnya tanpa meninggalkan keyakinan agama.

Memperhatikan hal di atas, sebenarnya, prospek ekonomi syariah (bukan hanya


perbankan) cukup menjanjikan di masa depan. Hal itu, disebabkan adanya kesadaran
sebagian masyarakat, terutama yang berpendidikan tinggi untuk menjalankan kehidupan
sosial ekonomi tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam. Kondisi tersebut harus diantisipasi
dengan kesiapan sarana dan prasarana guna mendukung berkembangnya perekonomian
secara optimal di masa depan. Sarana dan prasarana tersebut, tidak hanya bersifat
material, tetapi juga non material, serta sistem pendidikan yang mengakomodasikan
kebutuhan tersebut, sehingga tercipta sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
dalam membangun dan mengembangkan ekonomi syariah di masa depan. Apabila hal
tersebut tidak diantisipasi dengan baik, maka prospek ekonomi syariah di Indonesia pada
masa depan akan kehilangan momentum.

Analisa SWOT
Identifikasi SWOT perlu dilakukan agar dapat ditentukan strategi pemasaran apa yang
sudah ataupun yang belum tercapai untuk menghasilkan hasil analisis SWOT tersebut.
Dalam analisis SWOT kita dapat menilai faktor-faktor apa saja yang memiliki pengaruh
terhadap pengembangan Perusahaan. Faktor yang menjadi keunggulan harus dapat
dioptimalkan, sedangkan faktor yang menjadi kelemahan harus dapat diatasi atau
dieliminasi agar tidak memberikan pengaruh buruk bagi Perusahaan.

IFAS Bobot Rating Bobot x Komentar


Kekuatan (S) Rating
Mekanisme Bank Syariah 0,20 4 0,80 Optimalkan
Gejolak Moneter tidak terlalu berpengaruh 0,15 3 0,45 Aman / lanjutkan
Mandiri dalam Penentuan Kebijakan 0,15 3 0,45 Aman / lanjutkan
Terhindar dari Money Laundring 0,20 4 0,80 Pertahankan
Tidak Mengenal Diskriminasi Nasabah 0,10 3 0,30 Optimalkan
Mudah merespon Kebijakan Pemerintah 0,10 2 0,20 Pertahankan
Persaingan Bank berlaku wajar 0,10 2 0,20 Aman / lanjutkan
3,00
IFAS Bobot Rating Bobot x Komentar
Kelemahan (W) Rating
Menanggapi Nasabah baik semua 0,10 -3 -0,30 Ubah pola pikir
Perhitungan rumit 0,15 -3 -0,45 Aman / lanjutkan
Kekeliruan menilai proyek 0,20 -4 -0,80 Cari solusi
Produk belum dikenal luas 0,05 -2 -0,10 Optimalkan
SDM belum ahli 0,10 3 -0,30 Optimalkan

+1,05

EFAS Bobot Rating Bobot x Komentar


Peluang (O) Rating
Respon masyarakat positif 0,3 4 1,2 Tingkatkan
Persaingan lebih agresif 0,1 3 0,3 Lanjutkan
Sesuai dengan keyakinan agama 0,1 3 0,3 Lanjutkan
1,8

EFAS Bobot Rating Bobot x Komentar


Ancaman (T) Rating
Kantor pelayanan terbatas 0,2 -4 -0,8 Tingkatkan
SDA kurang kompeten 0,2 -3 -0,6 Optimalkan
Kemudahan bertransaksi kurang 0,1 -2 -0,2 Optimalkan
1,0

ANALISA SWOT
IFAS Kekuatan Kelemahan

S W
EFAS
Peluang 1. Mengenalkan Produk Bank 1. Belajar dari kasus
Syariah Khusnya Produk Bank Konvensional
O Bank Muamalat Indonesia 2. Cari Solusi terbaik
2. Banyak Saingan tapi agar Kredibel
reputasi belum tentu sama 3. Umumkan bahwa
3. Tidak Melanggar Hukum Produk tersebut
Islam sesuai dengan
Hukum Syariah
Ancaman 1. Sewa gedung untuk 1. Edukasi SDM
menekan cost 2. Cari orang yang ahli
T 2. Perbaiki SDM dalam menilai
3. Buat layanan ATM “Appraisal”
bersama
ALTERNATIF STRATEGI UTAMA
1.
PRODUK
PASAR

SEKARANG BARU
Penetrasi pasar dengan produk yang Menambah daerah pemasaran yang
ada baru

BARU SEKARANG
Menambah produk baru Menambah produk dan pemasaran
baru

2. Stabilitas Internal
a. Intensifkan kemampuan pengenalan Produk Bank Syariah khususnya yang
terdapat di dalam Bank Muamalat Indonesia
b. Kembangkan dan tingkatkan hasil yang sudah dicapai yaitu target laba
lebih dari 300 milyar tahun 2008 menjadi naik 50% atau lebih.
3. Pengurangan Internal
a. Tingkatkan efisiensi internal, dengan mengurangi tingkat kekeliruan
dalam menilai suatu proyek
b. Kenaikan modal usaha
4. Pengurangan Eksternal
a. Pangsa pasar yang sudah tidak memadai
b. Mandiri dalam menentukan kebijakan terhadap masa depan perusahaan
c. Pertumbuhan pengenalan produk yang lambat
5. Ekspansi eksternal
a. Proses merger atau mengakuisisi Bank Syariah atau Bank Konvensional
untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan, baik jumlah laba maupun
mengurangi pesaing.
b. Mendapatkan sumber daya baru dan memperkecil resiko
6. Aliansi Strategis, yaitu menjalin kerjasama dengan Bank lain akan tetapi
Perusahaan atau Bank Muamalat tetap berdiri sendiri tidak kehilangan eksistensi
yang telah dibangun selama ini.
7. Related and Unrelated Strategy, yaitu ekspansi bidang usaha sekaligus
memantapkan pendapat bahwa Bank Muamalat adalah Bank yang terdepan di
Asia Tenggara.
8. Respon dari pihak manajemen Bank Muamalat yang menanggapi faktor internal
dan eksternal tersebut secara pasif ataukah aktif dalam memperluas atau
pemantapan posisinya dibandingkan bank lain yang sejenis maupun Bank
konvensional.
B. PEMBAHASAN
Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara bank
konvensional dan bank syariah dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat
(nasabahnya), khususnya dalam hal pembagian keuntungan. Dari kedua jenis bank
tersebut, masing-masing memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Banyak dari
keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh bank konvensional yang tidak dimiliki oleh
bank syariah, bahkan keunggulan yang dimiliki oleh bank konvensional justru menjadi
kelemahan bagi bank syariah, begitu pula sebaliknya. Akan tetapi, keterpurukan yang
dialami oleh perbankan konvensional nampaknya tidak terlalu berpengaruh bagi bank
syariah. Bank dengan manajemen syariah terbukti mampu bertahan pada saat krisis
emoneter dan ekonomi. Hal itu disebabkan karena babk syariah tidak akan terkena
negative spread. Selain itu, prinsip kemitraan yang dianutnya membuat oara pihak
didalamnya mementingkan kerjasama yang dilandasi usaha yang halal dan komitmen
yang ikhlas. Dengan prinsip bagi hasil yang bebas dari bunga bank, bank syariah
diarahkan pada pembiayaan sector yang produktif berdasarkan syariah untuk meredam
kegiatan spekulasi yang kontra produktif. Apalagi sifat sistem ekonomi Islam yang selalu
menyentuh sector riil perekonomian, “…in Islamic system all rates of return in the
financial sector are determined by activities in the real sector…” Kenyataan ini membuat
beberapa bank umum swasta yang memakai metode konvensional memutuskan untuk
mengonversikan dirinya atau membuka cabang-cabang yang beropersi dengan prinsip
syariah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian mengenai perbedaan bank konvensional dan bank syariah, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, Bank Konvensional adalah lembaga perbankan
yang menerapkan metode bunga dalam memberikan fasilitas (keuntungan) bagi
nasabahnya. Bank Syariah adalah lembaga perbankan yang menerapkan metode bagi
hasil untuk memberikan keuntungan bagi nasabahnya.

Prinsip bagi hasil: Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi, besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan
pada jumlah keuntungan yang diperoleh, jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai
dengan peningkatan jumlah pendapatan, tidak ada yang meragukan keuntungan bagi
hasil, bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu
tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua
belah pihak. Sistem bunga: Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan
pedoman harus selalu untung untuk pihak Bank, besarnya prosentase berdasarkan pada
jumlah uang (modal) yang dipinjamkanPenentuan suku bunga dibuat pada waktu akad
dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak Bank jumlah pembayaran bunga tidak
mengikat meskipun jumlah keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang
baik, eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk agama Islam,
pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan proyek yang
dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi Saran Sehubungan dengan kesimpulan
penelitian diatas, maka diajukan saran-saran sebagai berikut : Untuk memperbaiki
keadaan perekonomian dinegara kita, sebaiknya lembaga-lembaga yang bergerak
dibidang jasa perbankan mengubah tata cara pengoperasiannya dengan berdasarkan
prinsip-prinsip syariah Islam. Diharapkan agar Bank yang sesuai dengan prinsip syariah
Islam memberikan fasilitas yang lebih baik lagi kepada nasabahnya agar dapat
memperluas jaringan bank syariah.
B. SARAN
Meskipun perbankan syariah mengalami high growth khususnya Bank Muamalat
indonesia, namun industri perbankan syariah masih harus mengatasi beberapa
tantangan, agar dapat mempertahankan pertumbuhan yang tinggi tersebut secara lebih
berkesinambnbungan. Setidaknya ada lima tantngan utama perbankan syariah selain
tantangan-tantangan lainnya yang juga perlu dihadapi secara arif.
1. Sumber daya manusia (SDM). Dengan semakin meningkatnya kapasitas
ekspansi BUS dan UUS di masa depan, maka semakin menuntut penambahan SDM
berkualitas dalam jumlah yang memadai. Selanjutnya, kegiatan operasional perbankan
syariah yang dekat kepada sector riil memberikan konsekuensi kebutuhan bank syariah
untuk lebih memiliki sumber daya yang kuat dalam aspek-aspek yang berkaitan dengan
sector riil seperti kemampuan penilaian proyek dari berbagai aspek, misalnya industri
manufaktur, perdagangan, agribisnis dan sebagainya. Hal ini sangat penting agar resiko
kredit dapat diminimalisir sekecil mungkin, sehingga dapat mengecilkan tingkat NPF
(Non Performing Financing) perbankan syariah. Selain itu juga, harus tetap
diperhatikan keahlian perbankan syariah yang profesional seperti keahlian legal aspect,
risk management dan service exellence Skills ini menjadi sebuah keniscayaan mutlak
bagi praktisi perbankan syariah tanpa mengesampingkan nilai-nilai moral yang cukup
kental dalam bisnis syariah.
2. Masalah permodalan. Dengan kecenderungan semakin bertumbuhnya DPK
hingga saat ini, perbankan syari’ah dituntut untuk menambah permodalannya di masa
depan. Artinya perbankan syariah akan membutuhkan suntikan modal yang cukup besar
agar tetap dapat beroperasi sesuai dengan koridor kehati-hatian dalam aspek
permodalan. Pada saat ini tingkat rata-rata CAR (Capital Adequacy Ratio), bank
syariah cenderung menurun sejalan dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Hal tersebut menunjukkan bahwa industri perbankan syariah berada hampir pada
kapasitas maximum ekspansinya. Dengan demikian, jika tidak dilakukan tindakan
penguatan modal, pada gilirannya nanti permasalahan permodalan ini akan
menghambat laju pertumbuhan perbankan syari’ah.
3. Aspek regulasi. Pengembangan perbankan syariah tidak terlepas dari aspek
regulasi. Jika ketentuan perundang-undangan tidak kondusif bisa menghambat
pertumbuhan perbankan syariah, karena itu dukungan dari aspek hukum saat ini sangat
mendesak untuk dipenuhi, seperti amandemen UU Perpajakan, UU Perbankan Syariah,
dan UU SBSN (sukuk). Untuk itu Masyarakat Ekonomi Syariah dan Ikatan Ahli
Ekonomi islam Indonesia (IAEI) serta MUI harus mengawal dan mendesak terus janji
pemerintah untuk segera mengeluarkan beberapa UU yang terkait.
4. Optimalisasi jaringan pelayanan yaitu kebijakan pembukaan office channeling
bank Muamalat yaitu dengan kerjasama antara Bank BNI syari’ah yang telah
membuka 600-an kantor pelayanan office channeling tersebut, luar biasa. Hal yang
sama juga dilakukan oleh bank UUS lainnya, seperti Bank Permata Syariah dan
sejumlah Bank Pembangunan Daerah (PT.Bank Sumut, Bank DKI, Bank Sumsel, dll).
Kebijakan office channeling pada dasarnya terfokus untuk menjawab masalah cakupan
pelayanan perbankan syariah yang terbatas. Namun sangat di sayangkan pembukaan
office channeling tersebut tidak diimbangi dengan program edukasi dan sosialisasi,
sehingga terjadi kesenjangan hebat antara supply bank syariah dan demand dari sisi
masyarakat. Artinya, masyarakat dibiarkan kurang faham tentang perbankan syariah.
Padahal jika bank-bank syariah melakukan edukasi secara intensif, niscaya terjadi
ledakan hebat dalam pertumbuhan asset perbankan syariah. Kebijakan office channeling
juga harus sejalan dengan peningkatan kualitas SDM. Jangan sampai peluasan cakupan
pelayanan perbankan syariah melalui office channeling harus mengorbankan aspek
kualitas pelayanan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi reputasi industri perbankan
syariah secara umum.
5. Inovasi produk, keberhasilan sistem perbankan syari’ah di masa depan akan
banyak tergantung kepada kemampuan bank-bank syari’ah menyajikan produk-produk
yang menarik, kompetitif, sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tetapi tetap sesuai
dengan prinsip-prinsip syari’ah, karena itu perbankan syariah harus lebih kreatif dan
inovatif dalam mendesig produk-produknya. Produk-produk bank syari’ah yang ada
sekarang harus dikembangkan variasi dan kombinasinya, sehingga menambah daya
tarik bank syari’ah. Hal itu akan meningkatkan dinamisme perbankan syari’ah. Untuk
mengembangkan produk-produk yang bervariasi dan menarik, bank syari’ah di
Indonesia dapat membangun hubungan kerjasama atau berafiliasi dengan lembaga-
lembaga keuangan internasional. Kerjasama itu akan bermanfaat dalam
mengembangkan produk- produk bank syari’ah Iklim persaingan yang sangat ketat
dalam memperebutkan sumber pendanaan dari masyarakat di tengah kondisi penurunan
suku bunga, menuntut penyesuaian strategis penetrasi bank-bank syariah yang out of
the box, keluar dari zona kenyamanannya saat ini.
Selain lima tantangan tersebut, sesungguhnya masih banyak tantangan lainnya,
seperti tingkat pemahaman msyarakat yang masih rendah tentang perbankan
syariah, dan metode pamasaran perbankan syariah yang kurang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Achsien. H Iggi. 2004. Investasi Syariah di Pasar Modal. Jakarta: Graha Pustaka Utama.
Antonio Safii Muhammad, M.Sc. 2000. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta,Bank
Indonesia.
Sudarsono Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia.
Wibowo Edy, S.H, M.H, Untung Hendy Widodo, S.H. 2005. Mengapa Memilih Bank
Syariah ?. Bogor: Ghalia Indonesia.
Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah. [Online documentation:
http://www.google.com]

You might also like