Professional Documents
Culture Documents
Deskripsi Seminar
Tema
Nanosains, Nanoteknologi: Harapan Masa Depan Energi Ramah Lingkungan
Pembicara
Nama : Ratno Nuryadi
Asal Institusi : Pusat Teknologi Material (PMT) - BPPT
Jabatan Lain : Ketua I Masyarakat Nano Indonesia (MNI)
Waktu Pelaksanaan
Hari : Sabtu, 6 November 2010
Waktu : Jam 09.00-12.00 WIB
Tempat Pelaksanaan
BEM Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta
(UNJ).
Rangkuman Seminar
Nanoteknologi
Komputer
Dampak
Sosial Mobil
Rel Kereta
Mesin Uap
(Middle Ages)
Waktu
Gambar 1. Perbandingan Dampak Masyarakat Akibat Beberapa Revolusi Industri dan Nanoteknologi
Menurut hasil kajian para pakar dari Eropa, potensi pengembangan nanoteknologi
akan mengakselerasi produk-produk industri. Gambar 2 menunjukkan bahwa sampai tahun
2005, peluang nanoteknologi dalam pasar industri tidak terlalu memberikan dampak yang
signifikan. Ini mengindikasikan bahwa riset dan pengembangan nanoteknologi memang
masih berusia relatif baru. Namun seiring dengan berjalannya waktu, dalam periode 2010
sampai 2020, akan terjadi percepatan yang luar biasa dalam kaitannya dengan penerapan
nanoteknologi dalam dunia industri. Selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya peluang
nanoteknologi akan jenuh, di mana pada saat itu, produk-produk nanoteknologi di pasar
sudah sangat massive jumlahnya. Oleh karena itu, pengembangan nanoteknologi harus
dilakukan dengan cepat pada masa sekarang ini. Jika tidak, maka peluang pengembangan
nanoteknologi akan terlewatkan, dan sebagai konsekuensinya Indonesia akan menjadi negara
yang tertinggal dan kalah karena tidak akan mampu bersaing dengan negara-negara lain di
dunia ini.
EVOLUSI NANOTEKNOLOGI
Rendah
Baru-baru ini telah diberitakan beberapa hasil penelitian nanoteknologi yang telah
dicapai dan dibuat dalam bentuk produk. University of Southern California telah melakukan
pengembangan transistor nanotube untuk memperkuat sinyal. Teknologi ini juga berpotensi
untuk digunakan sebagai sel saraf tiruan yang dapat mengganti sel saraf manusia yang rusak.
Sementara itu, Cambridge Display Technology bekerja sama dengan ILFORD Imaging
Switzerland telah membuat light emitting diode (PLED) dengan nanoporous untuk
menghasilkan layar display yang efisien dan mampu mengemisikan cahaya tanpa internal
loss. University California of Los Angelas (UCLA) telah mengembangkan polimer polistirena
dengan nanopartikel emas sebagai memori densitas tinggi dan ekonomis yang mampu
bertahan setidaknya sepuluh tahun dengan kemampuan jutaan kali siklus penulisan dan
penghapusan data. Kemudian di tahun 2003, Japan Electron Optics Laboratory (JEOL) telah
berhasil memproduksi baterai dengan kapasitas seperti nickel-hydrogen battery atau dua kali
lipat dari lead-acid battery. Baterai ini tidak menggunakan reaksi kimia namun elektroda
yang terbuat dari nanoporus carbon. Baterai ini dapat di-recharge dengan waktu kurang dari
satu menit dengan performa yang tidak berkurang seiring waktu pemakaian. Bahkan
penemuan material kristalin dua dimensi (2D) yang bernama grafena, yaitu sejenis serat
karbon yang disusun dari satu lapis atom karbon tertata dalam cincin-cincin heksagonal, telah
membawa Prof. Dr. Andre Geim dan Dr. Konstantin Novoselov dari Universitas Manchester,
Inggris mendapatkan penghargaan bergengsi Nobel Fisika tahun 2010. Grafena biasanya
diisolasi dari grafit, yang digunakan dalam batang pensil. Selama ini untuk melakukannya
membutuhkan tehnik yang rumit dan kompleks. Kedua ilmuwan ini berhasil mengatasi
masalah tersebut karena dapat mengisolasi grafena menggunakan selotip. Penemuan tersebut
memungkinkan produksi grafena dengan murah untuk berbagai industri teknologi di masa
depan. Material paling kuat tetapi paling tipis di dunia ini ditengarai 100 kali lebih kuat dari
baja dan mampu menghantarkan listrik lebih baik pada suhu kamar daripada material lain
yang telah dikenal sebelumnya. Sifat-sifat ini telah menarik perhatian para ahli nanoteknologi
yang ingin mengeksploitasinya untuk membuat peralatan-peralatan mekanik dan elektrik
baru.
Perkembangan yang terjadi demikian pesatnya tersebut tanpa disadari telah mengubah
gaya hidup masyarakat dunia secara keseluruhan. Di mulai dari pengenalan konsep dasar
yang dilakukan oleh Richard Feynman pada tahun 1959 dan diperkuat oleh hukum Moore
pada tahun 1965, terminologi nanoteknologi pertama kali didefinisikan oleh Nario Taniguchi
pada tahun 1974. Penemuan Scanning Tunneling Microscopy (STM) pada 1981 turut
membantu pengembangan nanoteknologi di dunia, sehingga pada 1991 telah ditemukan
carbon nanotubes. Semenjak itulah nanoteknologi menjadi salah satu trend teknologi di
dunia.
Ada peluang pengembangan iptek nano untuk mendukung penyediaan energi yang
ramah lingkungan. Krisis energi yang mungkin akan terjadi sebagai akibat semakin
langkanya sumber-sumber bahan bakar minyak dan gas alam yang ada perlu diatasi, di
antaranya melalui pengembangan bahan bakar nabati, pembangkit tenaga listrik, dan
konservasi energi. Peran nanoteknologi pada pengembangan bahan bakar nabati terutama
ditujukan untuk penyediaan material maju yang mampu meningkatkan unjuk kerja proses
bahan bakar nabati, katalis yang mampu meningkatkan efisiensi proses produksi bahan bakar
nabati, dan pengembangan komponen untuk infrastruktur, seperti peningkatan performa
logam, komposit, atau keramik untuk tangki penyimpanan.