You are on page 1of 18

MAKALAH

PANDANGAN TEORI INTERAKSIONISME


TERHADAP PEMEROLEHAN BAHASA

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
1. Halid Bahris
(08223381)
2. Ach. Harish
(08223602)
3. Agus Setia Budi
(08223361)
4. Ach. Efendi
(08223555)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP PGRI SUMENEP
2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat


dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pandangan Teori Interaksionisme Terhadap
Pemerolehan Bahasa” yang disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Teori Kebahasaan.
Tak lupa rasa terima kasih yang sebesar-besarnya penulis
haturkan pada Ibu Hermin Irawati selaku Dosen Pembimbing
Teori Kebahasaan yang telah membimbing penulis selama ini.
Juga kepada pada semua pihak yang telah membantu selama
pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.

Sumenep, Oktober 2010


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A...................................................................................................Lata
r Belakang .............................................................. 1
B...................................................................................................Bata
san Masalah ........................................................... 2
C...................................................................................................Rum
usan Masalah ......................................................... 3
D...................................................................................................Tuju
an Penulisan ........................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A...................................................................................................
Teori Interaksionisme
................................................................................
................................................................................
4
B...................................................................................................
Pemerolehan Bahasa
................................................................................
................................................................................
5
C...................................................................................................
Pandangan Interaksionisme Terhadap
Pemerolehan Bahasa
................................................................................
................................................................................
6
D...................................................................................................
Input dan Interaksi Pemerolehan Bahasa

iii
................................................................................
................................................................................
9
BAB III PENUTUP
A...................................................................................................Kesi
mpulan .................................................................. 11
B...................................................................................................Sara
n ............................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 12

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia memiliki warisan biologi yang sudah dibawa
sejak lahir berupa kesanggupannya untuk berkomunikasi
dengan bahasa khusus manusia dan itu tidak ada
hubungannya dengan kecerdasan atau pemikiran.
Kemampuan berbahasa hanya sedikit korelasinya terhadap IQ
manusia. Kemampuan berbahasa anak yang normal sama
dengan anak-anak yang cacat. Kemampuan berbahasa sangat
erat hubungannya dengan bagian-bagian anatomi dan
fisiologi manusia, seperti bagian otak tertentu yang
mendasari bahasa dan topografi korteks yang khusus untuk
bahasa. Tingkat perkembangan bahasa anak sama bagi
semua anak normal; semua anak dapat dikatakan mengikuti
pola perkembangan bahasa yang sama, yaitu lebih dahulu
menguasai prinsip-prinsip pembagian dan pola persepsi.
Kekurangan hanya sedikit saja dapat melambangkan
perkembangan bahasa anak. Bahasa tidak dapat diajarkan
pada makhluk lain. Bahasa bersifat universal. Pemerolehan
bahasa pertama erat kaitannya dengan permulaan yang
gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial,
dan kognitif pralinguistik.
Pandangan pemerolehan bahasa secara alami yang
merupakan pandangan kaum nativistis yang diwakili oleh
Noam Chomsky, berpendapat bahwa bahasa hanya dapat
dikuasai oleh manusia. Perilaku bahasa adalah sesuatu yang
diturunkan. Hakikatnya, pola perkembangan bahasa pada
berbagai macam bahasa dan budaya. Lingkungan hanya

1
memiliki peran kecil dalam pemerolehan bahasa. Anak sudah
dibekali apa yang disebut peranti penguasaan bahasa (LAD).
Pandangan pemerolehan bahasa secara disuapi adalah
pandangan kaum behavioristis yang diwakili oleh B.F. Skinner
dan menganggap bahasa sebagai suatu yang kompleks di
antara perilaku-perilaku lain. Kemampuan berbicara dan
memahami bahasa diperoleh melalui rangsangan lingkungan.
Anak hanya merupakan penerima pasif dari tekanan
lingkungan. Anak tidak memiliki peran aktif dalam perilaku
verbalnya. Perkembangan bahasa ditentukan oleh lamanya
latihan yang disodorkan lingkungannya. Anak dapat
menguasai bahasanya melalui peniruan. Belajar bahasa
dialami anak melalui prinsip pertalian stimulus respon.
Perkembangan bahasa anak adalah suatu kemajuan
yang sebarang hingga mencapai kesempurnaan. Pandangan
kognitif diwakili oleh Jean Piaget dan berpendapat bahwa
bahasa bukan ciri alamiah yang terpisah melainkan satu di
antara beberapa kemampuan yang berasal dari pematangan
kognitif. Lingkungan tidak besar pengaruhnya terhadap
perkembangan intelektual anak. Yang penting adalah
interaksi anak dengan lingkungannya.
Pendapat para ahli tentang belajar bahasa tersebut
bermacam-macam. Di antara pendapat mereka ada yang
bertentangan namun ada juga yang saling mendukung dan
melengkapi. Pemikiran para ahli tentang teori belajar bahasa
ini begitu variatif dan menarik. Oleh karena itu, kami jadikan
salah satu alasan pembahasan dalam makalah ini.

B. Batasan Masalah
Sehubungan dengan begitu banyaknya teori tentang
belajar bahasa, maka yang akan kami kemukakan dalam

2
makalah ini, kami batasi pada teori Interaksionisme. Hal ini
dimaksudkan agar pembahasan kami menjadi lebih terfokus.

C. Rumusan Masalah
1) Apakah pengertian dari Teori Interaksionisme?
2) Bagaimanakah proses terjadinya pemerolehan
bahasa?
3) Bagaimanakah pandangan interaksionisme terhadap
pemerolehan bahasa?
4) Bagaimanakah input dan interaksi dalam
pemerolehan bahasa?

D. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui pengertian tentang Teori
Interaksionisme.
2) Untuk mengetahui proses terjadinya pemerolehan
bahasa.
3) Untuk mengetahui pandangan interaksionisme
terhadap pemerolehan bahasa.
4) Untuk mengetahuai input dan interaksi dalam
pemerolehan bahasa.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Interaksionisme
Teori Interaksionisme adalah gabungan dari dua
pendekatan sebelumnya (behaviorisme dan nativisme).
Menekankan perpaduan antara faktor internal dan eksternal
dalam proses pemerolehan dan pembelajaran berbahasa,
pandangan ini menganggap bahwa pemerolehan bahasa
merupakan hasil interaksi antara kemampuan mental
pebelajar dengan lingkungan bahasa. Hubungan antara
keduanya adalah hasil dari interaksi aktual antara pebelajar
dengan orang lain. Titik awal pendekatan ini adalah
kemampuan kognitif manusia dalam menemukan sruktur
bahasa di sekitarnya. Kemudian proses pemerolehan dan
pembelajaran dipengaruhi juga oleh lingkungan sekitarnya.
Pendekatan interaksionisme oleh van Els (dalam
Yulianto, 2007: 24) menyebut sebagai pendekatan prosedural,
dimana dalam pendekatan ini interaksi antara faktor internal
dengan faktor eksternal bersifat sentral. Titik awal
pendekatan ini adalah kemampuan kognitif anak dalam
menemukan struktur bahasa di sekitarnya. Faktor internal,
merupakan kemampuan mental anak sangat berpengaruh.
Namun, faktor lingkungan juga berperan menentukan macam
pemerolehannya, terutama leksikon. Di samping itu, Yulianto
(2001: 563) juga setuju kepada pandangan Dardjowidjojo
(2000: 304) yang mengungkapkan bahwa faktor kodrati dan
lingkungan berpengaruh dalam pemerolehan bahasa anak.
Secara eksplisit pandangan ini sesuai dengan pandangan
interaksionisme (Ellis, 1986:129).

4
B. Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa (bahasa Inggris: language
acquisition) adalah proses manusia mendapatkan
kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan
menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi.
Kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan seperti
sintaksis, fonetik, dan kosakata yang luas. Bahasa yang
diperoleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau
manual seperti pada bahasa isyarat. Pemerolehan bahasa
biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang
mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka dan
bukan pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji
pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang
dewasa.
Dalam pemerolehan bahasa terdapat 2 perbedaan yaitu
nurture dan nature. Pemerolehan bahasa yang bersifat
nurture berarti bahwa pemerolehan bahasa seseorang itu
ditentukan oleh lingkungan sekitar dimana ia berada,
sedangkan yang bersifat nature berarti bahwa pemerolehan
bahasa itu pada dasarnya merupakan suatu bekal yang telah
dimiliki seseorang ketika ia dilahirkan ke dunia.

1. Nurture
Pada intinya yang dimaksud dengan proses
pemerolehan bahasa yang bersifat nurture adalah bahwa
proses pemerolehan bahasa seseorang itu merupakan suatu
kebiasaan yang dapat diperoleh melalui proses pengkondisian
(Brown, 2000:34). Hal ini sejalan dengan pandangan para ahli
behaviorisme yang sangat meyakini bahwa anak-anak hadir di
dunia disertai dengan sebuah tabula rasa, sebuah batu tulis
yang bersih tanpa ada pemahaman sebelumnya atas dunia
maupun atas bahasa, dan bahwa anak-anak tersebut

5
kemudian dibentuk oleh lingkungan mereka dan perlahan-
lahan terkondisikan melalui beragam jadwal penguatan
(Brown, 2000:22).
2. Nature
Pada dasarnya yang dimaksud dengan proses
pemerolehan bahasa yang bersifat nature adalah bahwa
proses pemerolehan bahasa ditentukan oleh pengetahuan
yang dibawa sejak lahir dan bahwa properti bawaan tersebut
bersifat universal karena dialami atau dimiliki oleh semua
manusia (Brown, 2000:34).

C. Pandangan Interaksionisme Terhadap Pemerolehan


Bahasa
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah
proses yang berlangsung di dalam otak anak ketika
memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan
pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan
proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak
mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa
pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan
bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan
dengan bahasa kedua (Chaer, 2003:167).
Pemerolehan bahasa menurut pandangan
interaksionisme berhubungan dengan adanya interaksi antara
masukan “input” dan kemampuan internal yang dimiliki
pembelajar. Setiap anak sudah memiliki LAD sejak lahir.
Namun, tanpa ada masukan yang sesuai tidak mungkin anak
dapat menguasai bahasa tertentu secara otomatis.
Sebenarnya, faktor intern dan ekstern dalam
pemerolehan bahasa pertama oleh sang anak sangat
mempengaruhi. Benar jika ada teori yang mengatakan bahwa

6
kemampuan berbahasa si anak telah ada sejak lahir (telah
ada LAD). Hal ini telah dibuktikan oleh berbagai penemuan
seperti yang telah dilakukan oleh Howard Gardner. Dia
mengatakan bahwa sejak lahir anak telah dibekali berbagai
kecerdasan. Salah satu kecerdasan yang dimaksud adalah
kecerdasan berbahasa (Campbel, dkk., 2006: 2-3). Akan
tetapi, yang tidak dapat dilupakan adalah lingkungan juga
faktor yang mempengaruhi kemampuan berbahasa si anak.
Banyak penemuan yang telah membuktikan hal ini.
Chomsky menyebutkan bahwa ada dua proses yang
terjadi ketika anak memperoleh bahasa pertamanya. Proses
yang dimaksud adalah proses kompetensi dan proses
performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang
berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa
(fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik) secara tidak
disadari. Kompetensi ini dibawa oleh setiap anak sejak lahir.
Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensi memerlukan
pembinaan sehingga anak-anak memiliki performansi dalam
berbahasa. Performansi adalah kemampuan anak
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Performansi
terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses
penerbitan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan
kemampuan mengamati atau mempersepsi kalimat-kalimat
yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkan
kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri (Chaer
2003: 167).
Selanjutnya, Chomsky juga beranggapan bahwa
pemakai bahasa mengerti struktur dari bahasanya yang
membuat dia dapat mengkreasi kalimat-kalimat baru yang
tidak terhitung jumlahnya dan membuat dia mengerti kalimat-
kalimat tersebut. Jadi, kompetensi adalah pengetahuan intuitif
yang dipunyai seorang individu mengenai bahasa ibunya

7
(native languange). Intuisi linguistik ini tidak begitu saja ada,
tetapi dikembangkan pada anak sejalan dengan
pertumbuhannya, sedangkan performansi adalah sesuatu
yang dihasilkan oleh kompetensi.
Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran
bahasa. Orang dewasa mempunyai dua cara yang, berbeda
berdikari, dan mandiri mengenai pengembangan kompetensi
dalam bahasa kedua. Pertama, pemerolehan bahasa
merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak.
Mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama
mereka. Pemerolehan bahasa merupakan proses bawah
sadar. Para pemeroleh bahasa tidak selalu sadar akan
kenyataan bahwa mereka memakai bahasa untuk
berkomunikasi.
Kedua, untuk mengembangkan kompetensi dalam
bahasa kedua dapat dilakukan dengan belajar bahasa. Anak-
anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya
dapat mempelajarinya. Akan tetapi ada hipotesis
pemerolehan belajar yang menuntut bahwa orang-orang
dewasa juga memperoleh bahasa, kemampuan memungut
bahasa bahasa tidaklah hilang pada masa puber.
Orang-orang dewasa juga dapat memanfaatkan sarana
pemerolehan bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai
anak-anak. Pemerolehan merupakan suatu proses yang amat
kuat pada orang dewasa. Pemerolehan dan pembelajaran
dapat dibedakan dalam lima hal, yaitu pemerolehan:
1. Memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan
bahasa pertama, seorang anak penutur asli, sedangkan
belajar bahasa adalah pengetahuan secara formal,
2. Secara bawah sadar, sedangkan pembelajaran sadar
dan disengaja.

8
3. Bahasa kedua seperti memungut bahasa kedua,
sedangkan pembelajaran mengetahui bahasa kedua,
4. Mendapat pengetahuan secara implisit, sedangkan
pembelajaran mendapat pengetahuan secara eksplisit,
5. Pemerolehan tidak membantu kemampuan anak,
sedangkan pembelajaran menolong sekali.

9
Pandangan interaksionisme ini pun dianggap benar
apabila diamati penjelasan dari penganutnya bahwa
terjadinya penguasaan bahasa karena adanya hubungan atau
adanya interaksi antara masukan yang dipajankan kepada
pebelajar dan kemampuan internal yang dimilikinya. Hal ini
terbukti dari pengamatan Yulianto (1994) bahwa faktor
lingkungan bahasa juga terbukti sangat berpengaruh. Oleh
karena itu, baik faktor internal maupun eksternal saling
berinteraksi mempengaruhi pemerolehan bahasa indonesia
pebelajar.

D. Input dan Interaksi Pemerolehan Bahasa


Seorang anak akan dihadapkan pada dua penguasaan
bahasa dalam mempelajari bahasa kedua (B2) yaitu
memperoleh bahasa pertama sedangkan ia sendiri akan
berupaya mempelajari bahasa kedua. Bahasa antara adalah
bentuk ujaran yang belum atau tidak ada modelnya pada
kedua bahasa baik bahasa pertama maupun bahasa kedua,
bahasa sumber maupun bahasa sasaran, bahasa ibu maupun
bahasa yang dipelajari. Ideosinkresi adalah bentuk ujaran
yang tidak terdapat dalam model bahasa kedua atau yang
dipelajari.
Proses belajar bahasa berkembang melalui beberapa
tahap. Tahap kompetensi perantara disebut kompetensi
trasisional atau bahasa antara. Setiap bahasa antara mewakili
satu tahap kompetensi yang berisi bentuk-bentuk yang benar
maupun yang tidak benar dalam bahasa yang dipelajari. Ada
empat kompetensi yakni kompetensi formal, kompetensi
semantik, kompetensi berkomunikasi, dan kreativitas.
Keempat kompetensi itu dikuasai secara bertahap. Ada empat
pemerolehan dalam belajar bahasa yaitu menguasai bunyi
bahasa, menguasai bentuk kata, menguasai kalimat, dan

10
menguasai makna. Empat pemerolehan ini lama-kelamaan
berlangsung secara otomatis dan pada akhirnya digunakan
anak untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Terdapat hipotesis yang disusun dalam bagian-bagian
yang berhubungan dengan komponen pemerolehan bahasa
kedua yang ditinjau dari segi umum, situasi, masukan,
perbedaan-perbedaan pelajar, proses-proses dan keluaran
linguistik. Hipotesis segi umum ini membicarakan perihal
bagaimana pemerolehan bahasa kedua, apakah mengikuti
perkembangan alamiah atau tidak, dan apakah ada
keragaman di antaranya, bagaimana secara vertikal dan
bagaimana secara horisontal. Hipotesis segi situasi
membicarakan faktor-faktor situasional yaitu siapa ditujukan
kepada siapa, kapan, tentang apa, dan di mana serta apakah
mempengaruhi urutan perkembangan atau tidak, apakah
merupakan penyebab utama bahasa pemeroleh. Hipotesis
input atau masukan membicarakan masukan dan interaksi
sekaligus, apakah dapat menentukan perkembangan
pemerolehan atau tidak. Hipotesis perbedaan pelajar
menyangkut personalitas pelajar bahasa baik itu sikap,
persepsi, minat maupun motivasi, serta apakah bahasa
pertama dapat mempengaruhi perkembangan pemerolehan.
Hipotesis proses-proses pelajar membicarakan bahasa antara,
keuniversalan bahasa serta korolari. Hipotesis keluaran
linguistik menyangkut sifat keluaran linguistik, apakah
formulaik atau tidak, kreatif atau monoton, bervariabel atau
tidak, dinamis atau statis, sistemis atau sistematis.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pandangan Interaksionisme menganggap bahwa
pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi antara
kemampuan mental pebelajar dengan lingkungan bahasa.
Interaksi antara keduanya adalah manifestasi dari interaksi
verbal yang aktual antara pebelajar dengan orang lain.
Interaksi antara faktor internal dengan faktor eksternal
bersifat sentral. Titik awal pendekatan ini adalah kemampuan
kognitif anak dalam menemukan struktur bahasa di
sekitarnya. Baik pemahaman maupun produksi bahasa pada
anak-anak dipandang sebagai sistem prosedur penemuan
yang secara terus-menerus berkembang dan berubah.
Pendekatan interaksionisme merupakan pendekatan
prosedural, di mana dalam pendekatan ini interaksi antara
faktor internal dengan faktor eksternal bersifat sentral. Titik
awal pendekatan ini adalah kemampuan kognitif anak dalam
menemukan struktur bahasa di sekitarnya. Faktor internal,
merupakan kemampuan mental anak sangat berpengaruh.
Namun, faktor lingkungan juga berperanan menentukan
macam pemerolehannya, terutama leksikon.

B. Saran
Pemerolehan bahasa pertama sangatlah penting untuk
perkembangan bahasa terutama pada anak-anak. Mengacu
pada pandangan interaksionisme terhadap pemerolehan
bahasa, maka sangatlah penting bagi kita (keluarga) untuk
mengenalkan bahasa melalui proses interaksi agar
pemerolehan dan perkembangan bahasa anak berjalan
dengan baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://ansori.wordpress.com/2010/04/02/pemerolehan-bahasa-
kedua/+peran+lingkungan+dalam+pemerolehan+bahasa,
diakses 28 Oktober 2010.

http://putriaida.wordpress.com/2010/05/14/pemerolehan-bahasa-
kedua/+interaksi+dalam+pemerolehan+bahasa,
diakses 28 Oktober 2010.

http://humbud.uin-
malang.ac.id/sosiolinguistik/psycholinguistik/interaksi+dala
m+pemerolehan+bahasa,
diakses 29 Oktober 2010.

http://nahulinguistik.wordpress.com/2009/04/14/pemerolehan-
bahasa-pertama/
+teori+pemerolehan+bahasa+interaksionisme,
diakses 29 Oktober 2010.

http://massofa.wordpress.com/2008/01/28/pemerolehan-bahasa-
pertama-dan-bahasa-kedua/
+proses+pemerolehan+bahasa, diakses 29 Oktober 2010.

13

You might also like