You are on page 1of 11

TAFSIR AI QUR’AN

Kajian tentang Ayat-Ayat Pendidikan

I. Tujuan Pendidikan Islam

A. Surah al-Baqarah (1-5)


1. Alif laam miim.
2. Kitab (al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi rnereka yang
bertaqwa,
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebagian rezki, yang Kami anugerahkan kepada mereka,
4. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (al Qur'an) yang telah diturunkan
kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu; serta mereka yakin
akan adanya (kehidupan) akhirat.
5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb-nya, dan rnerekalah
orang-orang yang beruntung.

Alif, Lam, miim, ayat yang cukup singkat, tetapi sangat dalam maknanya, hanya
Allah yang tahu rahasianya. Sudah cukup lama para ulama al-Qur'an berbeda
pendapat. Allahu A'lam, hanya Allah yang mengetahui, itulah jawaban yang
dikemukakan oleh para ulama abad pertama hingga abad ketiga. Tampaknya
jawaban Allabu A'lam yakni Allah lebih mengetahui masih diangap jawaban yang
relevan sampai saat ini, meskipun demikian jawaban itu masih dianggap kurang
memuaskan.
Pada ayat ini menggunakan isyarat jauh untuk menunjuk al-Qur'an. Semua ayat
yang menunjuk kepada firman-firman Allah dengan nama al-Qur'an (bukan al-Kitab)
yang mengarah pada isyarat dekat "hadzal Qur'an”. Penggunaan isyarat jauh ini
bertujuan memberi kesan bahwa kitab suci ini berada dalam kedudukan tinggi dan
sangat jauh dari jangkauan makhluk, karena ia bersumber dari Allah Yang Maha
Tinggi Maha Bijaksana, sedang penggunaan kata "hadza ini" untuk menunjukkan
betapa dekat tuntunan-tuntunannya pada fitrah manusia.
Dalam hal ini pula yang dimaksud dengan orang-orang bertakwa adalah orang yang
mempersiapkan jiwa mereka untuk menerima petunjuk atau yang telah
mendapatkannya tetapi masih mengharapkan kelebihan, karena petunjuk Allah
tidak terbatas. Dalam al-Qur'an disebutkan

"Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat
petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu
dan lebib baik kesudahannya". (QS. 99:76)

Pada Ayat ke-3 dari surah al-Baqarah ini mengisyaratkan bahwa yang bertaqwa
hendaknya mengimani yang ghaib, mendirikan shalat, serta menafkahkan sebagian
rezeki yang telah dianugerahkan-Nya.
Yuqinun atau yakin adalah pengetahuan yang mantap tentang sesuatu dibarengi
dengan tersingkirnya apa yang mengeruhkan pengetahuan itu, baik berupa
keraguan maupun dalih-dalih yang dikemukakan lawan. Itu sebabnya pengetahuan
Allah tidak dinamai mencapai tingkat yakin, karena pengetahuan Yang Maha
Mengetahui itu sedemikian jelas sehingga tidak pernah sesat atau sedikitpun
disentuh oleh keraguan. Berbeda dengan manusia yang yakin. Sebelum tiba
keyakinannya, ia terlebih dahulu disentuh oleh keraguan, namun ketika ia sampai
pada tahap yakin, maka keraguan yang tadinya ada langsung sirna.
Mereka itulah orang-orang yang sungguh jauh dan tinggi kedudukannya berada di
atas yakni memperoleh dengan mantap petunjuk dari Tuhan Pembimbing mereka
dan mereka itulah orang beruntung "muflihun" memperoleh apa yang mereka
dambakan.
Dari hal diatas dapat dipahami bahwa surah al-baqarah ayat 1-5 ini sangat dalam
pesan moralnya, dimana kalaulah dikaitkan dengan tujuan pendidikan itu sendiri
dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
1. Menambah ketaqwaan manusia pada Allah
2. Agar manusia mempercayai akan keberadaan Allah
3. mewujudkan manusia yang banyak beramal shaleh
4. Mewujudkan manusia yang percaya akan hari akhir
5. Mewujudkan kesuksesan dalam hidup.

B. Surah A1i lmran: 138-139

138. (al Qur an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertagwa.
139. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (Pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tingi (derajatnya), jika kamu orang-orang
yang beriman.

Pada ayat 138 dalam surah Ali Imran ini mengandung pesan-pesan yang sangat
jelas, bahwa al-Qur’an secara keseluruhan adalah penerangan yang memberi
keterangan dan menghilangkan kesangsian serta keraguan bagi manusia, atau
dengan kata lain ayat ini memberikan informasi tentang keutamaan al-Qur'an yang
mengungkap adanya hukum-hukum yang mengatur kehidupan masyarakat. Kitab
tersebut berfungsi mengubah masyarakat dan mengeluarkan anggotanya dari
kegelapan menuju terang benderang dari kehidupan negative menuju kehidupan
positif. Al-Qur'an memang adalah penerangan bagi seluruh manusia, petunjuk,
serta peringatan bagi orang-orang yang bertaqwa.
Pernyataan Allah ini adalah penjelasan bagi manusia, juga mengandung makna
bahwa Allah tidak menjatuhkan sanksi sebelum manusia mengetahui sanksi
tersebut. Dia tidak menyiksa manusia secara mendadak, karena ini adalah
petunjuk, lagi peringatan.
Pada ayat 139 ini membicarakan tentang kelompok pada perang uhud. Pada perang
uhud mereka tidak meraih kemenangan bahkan menderita luka dan poembunuhan,
dan dalam perang badar mereka dengan gemilang meraih kemenangan dan
berhasil melawan dan membunuh sekian banyak lawan mereka, maka itu
merupakan bagian dari sunnatullah. Namun demikian, apa yang mereka alami
dalam perang uhud tidak perlu menjadikan mereka berputus asa. Karena itu,
janganlah kamu melemah menghadapi musuhmu dan musuh Allah, kuatkan
jasmanimu dan janganlah (pula) kamu bersedih akibat dari apa yang kamu alami
dalam perang uhud, atau peristiwa lain yang seupa, kuatkanlah mentalmu.
Mengapa kamu lemah atau bersedih padahal kamulah orang-orang yang paling
tinggi (derajatnya) di sisi Allah, di dunia dan di akherat. Di dunia kamu
memperjuangkan agama Allah itulah sebuah kebenaran, di akherat kamu
mendapatkan surga Allah. Ini jika kamu orang-orang mukmin, yakni benar-benar
keimanan telah mantap dalam hatimu.
Bila kita kaitkan dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat kita ketahui
sebagai berikut
1. Mewujudkan bimbingan pada manusia agar tidak binasa dengan hukum-hukum
alam
2. Mewujudkan kebahagiaan pada hambanya
3. menjadikan manusia yang intelek dan mempunyai derajat yang tinggi

c. Surah al-Fath: 29

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah
keras terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu
lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda
meraka tampak pada muka mereka dari bekas sujud Demikianlah sifat-sifat mereka
dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam lnjil, yaitu seperti tanaman
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan orang-orang mu'min).Allab menjanjikan kepada orang-orang yang beriman
dan menegakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pabala yang
besar". (QS. 48:29)

Pada ayat ini Allah menjelaskan sifat dan sikap Nabi Muhammad SAW beserta
pengikut-pengikut beliau. Allah berfirman: Nabi Muhammad adalah utusan Allah
yang diutusnya membawa rahmat bagi seluruh alam dan orang-orang yang
bersama dengannya yakni sahabat-sahabat Nabi serta pengikut-pengikut setia
beliau adalah orang-orang yang bersikap keras yakni tegas tidak berbasa-basi yang
mengorbankan akidahnya terhadap orang-orang kafir. Walau mereka memiliki sikap
tegas itu namun mereka berkasih sayang antar sesama mereka. Mereka juga ruku'
dan sujud dengan tulus ikhlas karena Allah, senantiasa mencari karunia Allah dan
keridhaan-Nya yang agung.. demikian itulah sifat-sifat yang agung dan luhur serta
tinggi. Demikian itulah keadaan orang mukmin pengikut Nabi Muhammad SAW.
Allah menjanjikan untuk orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
yang shaleh di antara mereka yang bersama Nabi serta siapapun yang mengikuti
cara hidup mereka dapat mencapai kesempurnaan atau luput dari kesalahan atau
dosa.
Kalimat asyidda'u 'ala al-kuffar sering kali dijadikan oleh sementara orang sebagai
bukti keharusan bersikap keras terhadap non muslim. Kalaupun dipahami sebagai
sikap keras, maka itu dalam konteks peperangan dan penegakan sanksi hukum
yang dibenarkan agama. Ini serupa dengan firman-Nya

"… dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk
(menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akherat ....."
(QS. 24:2)
Dari hal diatas dapat kita ketahui makna yang terkandung dari ayat diatas sbagai
berikut
1. Mewujudkan rasa hormat dan rasa kasih saying sesama manusia
2. Mewujudkan seorang hamba yang ahli sujud dan taubat
3. Mewujudkan manusia yang selalu menyenangkan orang lain

d Surah al-Hajj: 41
"(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi,
niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan Zakat, menyuruh berbuat yang
ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali
segala urusan ". (QS. 22:47)

Ayat ini menerangkan tentang keadaan orang-orang yang diberikan kemenangan


dan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi; yakni Kami berikan mereka
kekuasaan mengelola satu wilayah dalam keadaan mereka yang merdeka niscaya
mereka melaksanakan shalat secara sempurna rukun, syarat, dan sunnah-
sunnahnya dan mereka juga menunaikan zakat sesuai kadarnya. Serta mereka
menyuruh anggota masyarakatnya agar berbuat yang ma'ruf serta mencegah dari
yang munkar.
Ayat di atas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat yang diidamkan
Islam, kapan dan di manapun, dan yang telah terbukti dalam sejarah melalui
masyarakat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau.
Al-Qur'an mengisyaratkan kedua nilai di atas dalam firman-Nya dalam surah Ali
Imran, ayat 104 yang berbunyi

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka
adalah orang-orang yang beruntung". (QS 3:104)

Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut


1. Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan kebenaran dan mencegah
kemunkaran
2. Mewujudkan manusia yang selalu bertawaqqal pada Allah.
e. Surah adz-Dzariyat: 56
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku".
(QS. 59:50)

Ayat di atas menggunakan bentuk persona pertama (Aku). Ini bukan saja bertujuan
menekankan pesan yang di kandungnya tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa
perbuatan-perbuatan Allah tidak melibatkan malaikat atau sebab-sebab lainnya. Di
sini penekanannya adalah beribadah kepada-Nya semata-mata, maka redaksi yang
digunakan berbentuk tunggal dan tertuju kepada-Nya semata-mata tanpa memheri
kesan adanya keterlibatan selain Allah S WT.
Didahulukannya penyebutan kata al jin/jin dari kata al-ins/manusia karena jin lebih
dahulu diciptakan Allah dari pada manusia.
Kaitannya dengan tujuan pendidikan itu sendiri dapat kita pahami sebagai berikut:
Pertama, kemantapan makna penghambaan diri kepada Allah dalam hati setiap
insan. Tidak ada dalam wujud ini kecuali satu Tuhan dan selain-Nya adalah hamba-
hamba-Nya.
Kedua, Mengarah kepada Allah dengan setiap gerak pada nurani, pada setiap
anggota badan dan setiap gerak dalam hidup. Semuanya mengarah hanya kepada
Allah secara tulus. Dengan demikian, terlaksanalah makna ibadah.

f. Surah .Hud: 61
"Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali kali tidak ada bagimu Ilah selain Dia Dia telah
meciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan pemakmurnya, karena itu
mohanlah ampunan-Nya kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabbku
amat dekat (rahmat Nya) lagi memperkenankan (do'a hamba Nya)". (QS. 11:61)

Setelah selesai kisah Ad kini giliran kisah suku Tsamud. Tsamud juga merupakan
satu suku terbesar yang telah punah. Mereka adalah keturunan Tsamud Ibnu Jatsar,
Ibnu Iram Ibnu Sam, Ibnu Nuh. Dengan demikian silsilah keturunan mereka bertemu
dengan Ad pada kakek yang sama yaitu Imran.
Kaum Tsamud pada mulanya menarik pelajaran berharga dari pengalaman buruk
kaum Ad, karena itu mereka beriman kepada Allah SWT. Pada masa itulah,
merekapun berhasil membangun peradaban yang cukup megah, tetapi
keberhasilan itu menjadikan mereka lengah sehingga mereka kembali menyembah
berhala serupa dengan berhala yang disembah kaum Ad. Ketika itulah Allah
mengutus Nabi Shaleh as mengingatkan mereka agar tidak mempersekutukan Allah
tetapi tuntunan dan peringatan beliau tidak disambut baik oleh mayoritas kaum
Tsamud.
Ayat ini mengandung perintah yang jelas kepada manusia --langsung maupun tidak
langsung-- untuk membangun bumi dalam kedudukannya sebagai khalifah,
sekaligus menjadi alasan mengapa manusia harus menyembah Allah SWT semata-
mata.
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut:
1. Mewujudkan seorang hamba yang shaleh
2. Mewujudkan akan keesaan Tuhan
3. Mewujudkan manusia yang ahli do’a
4. Menunjukkan akan luasnya ilmu Tuhan

II. Subjek Pendidikan

a. Ar-Rahman: 1-4
(Rabb) Yang Maha Pemurah, (QS. 55:1)
Yang telab mengajarkan al Qur'an. (QS. 55:2)
Dia menciptakan manusia, (QS. 55:3)
Mengajarnya pandai berbicara (QS. 55:4)

Al-Qur'an adalah firman-firman Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada
Nabi Muhammad SAW dengan lafal dan maknanya yang beribadah siapa yang
membacanya, menjadi bukti kebenaran mukjizat Nabi Muhammad SAW. Kata al-
Qur'an dapat dipahami sebagai keseluruhan ayat-ayatnya yang enam ribu lebih itu,
dan dapat juga digunakan untuk menunjuk walau satu ayat saja bagian dari satu
ayat. Kata al-Insan disini mencakup semua jenis manusia, sejak Adam as. Hingga
akhir zaman. AI-Bayan berarti jelas. Namun ia tidak terbatas pada ucapan, tetapi
mencakup segala bentuk ekspresi, termasuk seni dan raut muka.
Dimulainya surah ini dengan kata ar-Rahman bertujuan mengundang rasa ingin
tahu mereka dengan harapan akan tergugah untuk mengakui nikmat-nikmat dan
beriman kepada Allah.
Allah ar-Rahman yang mengajarkan al-Qur’an itu ialah yang menciptakan manusia,
makhluk yang paling membutuhkan tuntunannya.

b. Surah an Nahl: 43-44


Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri
wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, (QS. 16:43)
keteraqan-keterangan (mujizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu al-
Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka supaya meraka memikirkan, (QS. 16:44)

Pada ayat ini diuraikan kesesatan pandangan kaum musyrikin menyangkut


kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dalam penolakan terhadap apa yang diturunkan
Allah SWT mereka selalu berkata bahwa manusia tidak wajar menjadi rasul atau
utusan Allah, atau paling tidak ia harus disertai oleh malaikat. Nah, ayat ini
menegaskan bahwa: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu kepada umat
manusia kapan dan di manapun kecuali orang-orang lelaki yakni jenis manusia
pilihan, bukan malaikat yang Kami beri wahyu kepada mereka antara lain melalui
malaikat Jibril. Maka wahai orang-orang yang ragu atau tidak tahu bertanyalah
kepada ahl dzikr yakni orang-orang yang berpengetahuan jika kamu tidak
mengetahui.
Kata ahl dzikr pada ayat ini dipahami oleh banyak ulama dalam arti para pemuka
Yahudi dan Nasrani. Mereka adalah orang-orang yang dapat memberi infonnasi
tentang kemanusiaan para rasul yang diutus Allah. Mereka wajar ditanyai karena
mereka tidak dapat dituduh berpihak pada informasi al-Qur'an sebab mereka juga
termasuk yang tidak mempercayainya, kendati demikian persoalan kemanusiaan
para rasul, mereka akui. Ada juga yang memahami istilah ini dalam arti sejarawan,
baik muslim ataupun non muslim.
Walaupun penggalan ayat ini turun dalam konteks tertentu, yakni objek pertanyaan,
serta siapa yang ditanya tertentu pula, namun karena redaksinya yang bersifat
umum, maka ia dapat dipahami pula sebagai perintah bertanya apa saja yang tidak
diketahui atau diragukan kebenarannya kepada siapapun yang tahu dan tidak
tertuduh objektivitasnya.
Ayat di atas mengubah redaksinya dari persona ketiga menjadi persona kedua yang
ditujukan langsung kepada mitra bicara, dalam hal ini adalah Nabi Muhammad
SAW. Agaknya hal ini mengisyaratkan penghormatan kepada beliau dan bahwa
beliau termasuk dalam kelompok rasul-rasul yang diutus Allah, bahkan kedudukan
beliau tidak kurang.
Penyebutan anugerah Allah kepada Nabi Muhammad secara khusus dan bahwa
yang dianugerahkan-Nya itu adalah adz-dzikr mengesankan perbedaan kedudukan
beliau dengan para nabi dan para rasul sebelumnya. Dalam konteks ini Nabi
Muhammad SAW bersabda: “Tidak seorang nabipun kecuali telah dianugerahkan
Allah apa (bukti-bukti indrawi) yang menjadikan manusia percaya padanya. Dan
sesungguhnya aku dianugerahi wahyu (al-Qur'an) yang bersifat immaterial dan
kekal sepanjang masa, maka aku mengharap menjadi yang paling banyak
pengikutnya di hari kemudian". (HR.Bukhori).
Ayat ini juga menugaskan Nabi Muhammad SAW untuk menjelaskan al-Qur'an.
Bayan atau penjelasan Nabi Muhammad itu bermacam-macam dan bertingkat-
tingkat. Memang as-Sunah mempunyai fungsi yang berhubungan dengan al-Qur'an
dan fungsi sehubungan dengan pembinaan hokum syara'. Ada dua fungsi
penjelasan Nabi Muhammad dalam kaitannya dengan al-Qur'an yaitu Bayan Ta'kid
dan Bayan Tafsir. Yang pertama sekedar menguatkan atau menggarisbawahi
kembali apa yang terdapat dalam Al-Qur'an, sedang yang kedua memperjelas,
merinci, bahkan membatasi pengertian lahir dari ayat-ayat al-Qur'an.

c. Surah al-Kahf: 66
Musa berkata kepada Khidhr "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu" (QS. 18: 66)

Dalam pertemuan kedua tokoh pada ayat ini diceritakan Nabi Musa yang terkesan
banyak menanyakan sesuatu kepada salah satu hamba Allah yang memiliki ilmu
khusus. Sementara jawaban dari orang tersebut menyatakan bahwa Nabi Musa
tidak akan sanggup untuk sabar bersamanya. Dan bagaimana Nabi Musa dapat
sabar atas sesuatu, sementara ia belum menjangkau secara menyeluruh beritanya.
Ucapan hamba Allah ini, memberi isyarat bahwa seorang pendidik hendaknya
menuntun anak didiknya dan rnemberi tahu kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi
dalam menuntut ilmu, bahkan mengarahkannya untuk tidak mempelajari sesuatu
jika sang pendidik mengetahui bahwa potensi anak didiknya tidak sesuai dengan
bidang ilmu yang akan dipelajarinya.

III. Objek Pendidikan

a Surah asy-Syu'ara: 214


"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat" QS. 26: 214)

Ketika ayat ini turun, Rasul SAW naik ke puncak bukit Shafa, di Mekah, lalu menyeru
keluarga dekat beliau dari keluarga besar 'Ady dan Fihr yang berinduk pada suku
Quraisy. Semua keluarga hadir atau mengirim utusan. Abu Lahab pun datang, Ialu
Nabi SAW bersabda: "bagaimana pendapat kalian, jika aku berkata bahwa:di
belakang lembah ini ada pasukan berkuda bermaksud menyerang kalian, apakah
kalian mempercayai aku?" mereka berkata: "Ya, kami belum pernah mendapatkan
darimu kecuali kebenaran". Lalu Nabi bersabda: "Aku menyampaikan kepada kamu
semua sebuah peringatan, bahwa di hadapan sana (masa datang) ada siksa yang
pedih". Abu Lahab yang mendengar sabda beliau itu, berteriak kepada Nabi SAW
berkata: "celakalah engkau sepanjang hari, apakah untuk maksud itu engkau
mengumpulkan kami?" Maka turunlah surah Tabbat Yada Abi Lahab" (HR.Bukhori,
Muslim, Ahmad dan lain-lain melalui Ibn Abbas).
Demikianlah ayat ini mengajarkan kepada rasul SAW dan umatnya agar tidak pilih
kasih, atau memberi kemudahan kepada keluarga dalam hal pemberian peringatan.
Ini berarti Nabi Muhammad SAW dan keluarga beliau tidak kebal hukum, tidak juga
terbebaskan dari kewajiban. Mereka tidak memiliki hak berlebih atas dasar
kekerabatan kepada rasul SAW, karena semua adalah hamba Allah, tidak ada
perbedaan antara keluarga atau orang lain. Bila ada kelebihan yang berhak mereka
peroleh, maka itu disebabkan karena keberhasilan mereka mendekat kepada Allah
dan menghiasi diri dengan ilmu serta akhlak yang mulia.

b. Surah an Nisa: 170


Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu
dengan (membawa) kebenaran dan Rabbmu, maka berimanlah kamu, itulah yang
lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan .Allah
sedikitpun) karena sesunguhnya apa di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah.
Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS 4: 170)

Rasul SAW telah membawa kebenaran dari Allah sambil membuktikan keliruan
bahkan kesesatan pandangan ahl kitab, kini menjadi sangat wajar menyampaikan
ajakan kepada seluruh manusia bukan hanya ahl kitab: wahai seluruh manusia,
sesungguhnya telah datang kepada kamu rasul yakni Muhammad SAW, dengan
membawa tuntunan al-Qur'an dan syari'at yang mengandung kebenaran dari Tuhan
Pembimbing dan Pemelihara kamu, maka karena itu berimanlah dengan iman yang
benar. Itulah, yakni keimanan itu yang baik bagimu. Dan jika kamu terus menerus
kafir, maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun, tidak juga mengurangi
kekuasaan dan kepemilikan-Nya, karena sesurgguhnya apa yang di langit dan di
bumi itu adalah kepunyaan Allah di bawah kendali-Nya.
Kehadiran rasul yang dinyatakan dating kepadamu, serta pernyataan bahwa yang
beliau bawa adalah tuntunan dari Tuhan pembimbing dan pemelihara kamu
dimaksudkan sebagai rangsangan kepada mitra bicara, agar menerima siapa yang
datang dan menerima apa yang di bawanya.

IV. Kewajiban Belajar Mengajar

a Surah al-Ankabut: 19-20


Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia)
dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali).Sesungguhnya.yang
demikian itu mudah bagi Allah. (QS. 29: 99)
Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah
menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali
lagi. Sesungguhnya.Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS 29: 20)

Allah yang memulai penciptaan dipahami dalam arti "Dia Yang menciptakan segala
sesuatu pertama kali dan tanpa contoh sebelumnya". Ini mengadung arti bahwa
Allah ada sebelum sesuatu itu ada. Dia yang mencipta dari tiada, maka wujudlah
segala sesuatu yang dikehendaki-Nya.
Allah yang pertama kali mewujudkan sesuatu kalau bukan Dia siapa lagi yang
mewujudkankannya? Sebagaimana firman-Nya:

Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan


(diri mereka sendiri) (QS. 52:35)

Begitu antara lain al-Qur'an membuktikan wujud Allah dan sifat-Nya sebagai Mubdi'.
Sebenarnya menciptakan pertama kali, sama saja bagi Allah dengan menghidupkan
kembali. Keduanya adalah memberi wujud kepada sesuatu. Kalau pada penciptaan
pertama yang wujud belum pernah ada, dan ternyata dapat wujud, maka
penciptaan kedua juga memberi wujud dan ini dalam logika manusia tentu lebih
mudah serta lebih logis dari pada penciptaan pertama itu.
Kaum musyrikin terheran mendengar pernyataan al-Qur'an bahwa setelah kematian
mereka akan dihidupkan lagi:

Dan mereka berkata: “Apakah bila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-
benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai
makhluk yang baru" (QS. 17:49)

Al-Qur'an memerintahkan Nabi Muhammad SAW menjawab mereka:

Katakanlah: “Jadilah kamu sekalian batu atau besi, (QS. 17:50)


atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu".
Maka mereka akan bertanya "Siapa yang akan menghidupkan kami kembali".
Katakanlah: "Yang telah menciptakan kamu pada kali yang pertama". Lalu mereka
akan menggelenggelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata: "Kapan (akan
terjadi)"
Katakanlah: "Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat". (QS. 17:51)

Dari ayat tersebut di atas (al-Ankabut: 20) memerintahkan untuk melakukan


perjalanan, dengannya seseorang akan menemukan banyak pelajaran berharga
baik melalui ciptaan Allah yang terhampar dan beraneka ragam, maupun dari
peninggalan lama yang masih tersisa puing-puingnya. Pandangan kepada hal-hal
itu akan mengantarkan seseorang yang menggunakan akalnya untuk sampai
kepada kesimpulan bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini, dan bahwa di balik
peristiwa dan ciptaan itu, wujud satu kekuatan dan kekuasaan Yang Maha Besar
lagi Maha Esa yaitu Allah SWT:

V. Metode Pendidikan
a Surah al-Maidah: 67
Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu hendak menyampatkan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dan gangguan) manusia Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (QS. 5: 67)

Ar-Razi berpendapat, bahwa ayat ini merupakan janji Allah kepada nabi-Nya
Muhammad SAW bahwa beliau akan dipelihara Allah dari gangguan dan tipu daya
orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena ayat-ayat yang mendahuluinya demikian
juga sesudahnya berbicara tentang mereka.
Thahir ibn Asyur menambahkan bahwa ayat ini mengingatkan rasul agar
menyampaikan ajaran agama kepada ahl kitab tanpa menghiraukan kritik dan
ancaman mereka, apalagi teguran-teguran pada ayat-ayat yang lalu merupakan
teguran yang keras. Teguran keras ini pada hakikatnya tidak sejalan dengan sifat
nabi yang cenderung memilih sikap lembut, bermujadalah dengan yang terbaik.
Tetapi di sini Allah memerintahkan bersikap lebih tegas menerapkan pengecualian
yang diperintahkan-Nya pada Qur'an surah an-Nisa ayat 148:

Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali
oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(QS. 4: 148)
b. Surah al A'raf: 176-177
Dan kalau Kami menghendaki; sesungguhnya Kami tingikan (derajat)nya dengan
ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan bawa nafsunya
yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya
diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya
juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami Maka ceritakanlan (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir (QS.
7:176)
Amat buruklah perummpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami
dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim. (QS. 7:177)

Ayat ini menguraikan keadaan siapapun yang melepaskan diri dari pengetahuan
yang telah dimilikinya. Allah SWT menyatakan bahwa sekiranya Kami menghendaki,
pasti Kami menyucikan jiwanya dan meninggikan derajatnya dengannya yakni
melalui pengamalannya terhadap ayat-ayat itu, tetapi dia mengekal yakni
cenderung menetap terus menerus di dunia menikmati gemerlapnya serta merasa
bahagia dan tenang menghadapinya dan menurutkan dengan antusias hawa
nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya adalah seperti anjing yang selalu
menjulurkan lidahnya.

VI. Evaluasi Pendidikan

a. Surah al-Baqarah: 184

(yaitu) dalam beberapa hari yang tertextu. Maka jika di antara kamu ada yang sakit
atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblab baginya berpuasa)
sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-
orang yang berat menjalankannya jika mereka tidak berpuasa), membayar fidyab,
(yaitu) memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati
mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebib baik baginya. Dan berpuasa lebih
baik bagimu jika kamu mengetabui. (QS. 2: 184)

REFERENSI

Shihab, M.Quraish, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an,


(Jakarta: Lentera Hati, 2001)
_______________, Tafsir al-Qur-an al-Karim ( Bandung: : Pustaka Hidayah, 1997)

Departemen agama, al-Qur’an dan Tafsirnya ( Jakarta: Proyek pengadaan Kitab Suci
Al-Qur’an, 1990)
Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1992)A
Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi ( Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1974)

You might also like