You are on page 1of 8

OVULASI

Ovulasi adalah lepasnya sel telur atau oosit dari rangkaian folikelnya dan meninggalkan
ovarium. Proses ini terjadi setelah hewan mencapai dewasa kelamin. Pada multipara diovulasikan
lebih dari dua sel telur, bahkan seperti pada babi bias mencapai 10-25 sel telur. Ada pula jenis
hewan seperti Armadillo, pada satu kali ovulasi melontarkan sel telur dua buah, tetapi jumlah
anak yang dilahirkan berkisar 4-6 ekor. Peristiwa ini disebut poliembrionik.

Berdasarkan kejadiannya, ovulasi terbagi atas :

1. Ovulasi spontan, artinya ovulasi terjadi tanpa memerlukan rangsangan terlebih dahulu seperti
oleh kopulasi.
2. Ovulasi dirangsang, artinya ovulasi terjadi apabila adanya rangsangan

Ovulasi terjadi secara berkala dan teratur yaitu sekali dalam satu siklus estrus.
Terjadinya ovulasi disebabkan oleh akibat-akibat setempat dalam ovarium dan pengaruh
hormonal.

Pada permulaan siklus birahi, sejumlah folikel mulai tumbuh di bawah pengaruh
hormone FSH. Selama petumbuhan folikel, sel-sel folikel dan sel-sel teka terbentuk. Sel ini
menghasilkan estrogen yang merangsang kelenjar hipofisa menghasilkan LH. Hormon ini
diperlukan untuk pelepasan oosit (ovulasi).

Pada hari terakhir sebelum ovulasi, folikel de Graaf tumbuh membesar dengan cepat
dibawah pengaruh FSH dan LH. Folikel de Graaf ini melekat ke permukaan ovarium, sehingga
permukaan di tempat itu menonjol dan jaringan ovarium menjadi meregang dan menipis. Pada
puncak penonjolan tersebut tampak suatu titik tanpa pembuluh darah, disebut stigma. Cairan
folikel yang mengisi antrum folikuli mencapai maksimal, sehingga sel telur bebas bergerak di
dalamnya.

Sebagai akibatnya terjadilah tekanan yang meregang di dalam cairan folikel, sehingga
folikel itu pecah disertai dengan perobekan pembuluh darah di sekitar folikel. Akibatnya cairan
darah masuk ke dalam cairan folikel.

Sel-sel yang tertinggal di dinding ovarium yang pecah mendapat darah dari pembuluh-
pembuluh darah di sekitarnya. Dibawah pengaruh LH, sel-sel ini membentuk korpus luteum dan
menghasilkan progesteron. Hormon progesterone bersama-sama dengan estrogen yang dihasilkan
oleh sel-sel teka dan jaringan ovarium menyebabkan mukosa uterus masuk dalam fase
progesterone.

Apabila tidak terjadi pembuahan, korpus luteum mencapai puncak perkembangannya


kira-kira beberapa hari setelah ovulasi. Korpus luteum mengecil karena mengalami degenerasi,
membentuk masa jaringan fibrotik, disebut korpus albikan.

Apabila terjadi pembuahan, korpus luteum berkembang membentuk korpus luteum


graviditum yang mencegah terjadinya degenerasi pada korpus luteum kahamilan ini adalah hormon
gonadotropin yang dihasilkan oleh sel-sel trofoblas embrio yang sedang tumbuh.
Frekuensi ovulasi dari ovarium kiri dan kanan berbeda. Pada babi, yang kiri lebih aktif
60%; pada kuda, yang kiri 61%; pada domba, yang kanan 52-59%; pada sapi, yang kanan 60-65%.
Terjadinya ovulasi pada hewan bervariasi. Ada yang beberapa jam setelah timbul birahi, beberapa jam
setelah kopulasi, beberapa jam sebelum periode birahi berakhir atau beberapa jam setelah periode
birahi berakhir.
FERTILISASI

Fertilisasi atau pembuahan ialah bersatunya spermatozoa dengan ovum membentuk zigot.
Zigot kemudian tumbuh menjadi embrio, kemudian lahirlah anak. Kata pembuahan atau fertilisasi
berasal dari kata fruitful yang berarti berhasil atau berbuah sebab dengan fertilisasilah awal
terbentuknya anak. Akan tetapi pada rotifer, crustacean dan insekta, ovumnya dapat berkembang biak
tanpa melalui proses fertilisasi yang dikenal dengan proses parthenogenesis (secara aseksual).

Ada dua komponen penting yang berperan dalam proses fertilisasi :

1. Spermatozoa yang terdiri dari kepala, leher dan ekor


2. Ovum yang terdiri dari inti, sitoplasma dan dinding.

1. Kapasitas spermatozoa
Untuk dapat membuahi ovum terlebih dahulu spermatozoa harus mengalami suatu proses
yang disebut kapasitasi. Selama proses kapasitasi berlangsung, glikoprotein bergerak ke
permukaan akrosom, tidak mempengaruhi bentuk spermatozoa tetapi merangsang
spermatozoa untuk lebih aktif. Biasanya berlangsung di dalam uterus atau saluran uterus yang
dibantu oleh bahan-bahan yang dihasilkan oleh saluran kelamin betina. Juga dibantu oleh
prostaglandin yang terdapat dalam vesika seminalis.
Semen atau cairan seminal adalah kumpulan komponenspermatozoa yang bercampur
dengan sekresi kelenjar vesika seminalis, prostat dan bulbouretra. Di dalam semen,
spermatozoa menjadi motil, sedangkan di dalam tubulus seminiferus dan epididimis,
spermatozoa menjadi non motil.
Perjalanan spermatozoa ke tempat fertilisasi dibantu oleh adanya sekresi mucus alkalin
dari serviks juga dibantu oleh hidrolisis mucus serviks dan enzim-enzim protease seminal.
Dan juga dibantu oleh kontraksi saluran uterus. Spermatozoa bertahan hidup di dalam saluran
kelamin betina kurang dari 24 jam. Namun ada juga ditemukan spermatozoa yang masih
mamp membuahi ovum 3 hari setelah koitus.

2. Penetrasi spermatozoa
Penetrasi korona radiate
Dari 200 – 300 juta spermatozoa yang disemprotkan kedalam saluran kelamin betina
hanya 300-500 spermatozoa saja yang mencapai tempat fertilisasi. Selanjutnya hanya satu
dari sekian banyak spermatozoa tersebut yang dibutuhkan untuk berlangsungnya proses
fertilisasi, sedangkan sisa spermatozoa yang lain membantu merusak lapis pelindung ovum
yaitu korona radiate.
3. Penetrasi zona pelusida
Lapis kedua ovum yang akan dimasuki spermatozoa adalah zona pelusida. Ketika
spermatozoa menyentuh zoan pelusida, secara cepat spermatozoa melengketka diri dengan
kuat. Permeabilitas zona pelusida berubah dengan cepat setelah masuknya spermatozoa
pertama tersebut. Perubahan ini mungkin disebabkan oleh kontak antara kepal spermatozoa
dengan permukaan ovum. Jarang sekali ditemukan adanya dua sperma yang melakukan
penetrasi ke dalam ovum secara bersamaan.

Penetrasi membrane sel


Pada saat spermatozoa bersentuhan dengan membrane ovum, segera terjadi
penggabungan dua membrane plasma. Ketika spermatozoa telah memasuki ovum, ia telah
menyelesaikan pematangan kedua kromosomnya telah menjadi 23 (22+X) dan selanjutnya
membentuk pronukleus betina. Secara bersamaan coplasma menyusut dan terbentuk ruang
perivitelin yang terletak di antara ovum dan zona pelusida. Selanjutnya bergerak letaknya
sangat dekat dengan pronukleus betina. Init spermatozoa kemudian membengkak lalu
membentuk pronukleus jantan.
Ovum maupun spermatozoa menghasilkan zat yang saling mempengaruhi satu dengan
yang lain. Zat tersebut pada ovum disebut ginogamon dan pada spermatozoa disebut
androgamon.
a. ginogamon I → mempercepat gerakan spermatozoa
b. ginogamon II → menyebabkan permukaan ovum mudah melekatkan kepala spermatozoa

androgamon ada dua macam :


a. androgamon I → memperlambat gerakan spermatozoa
b. androgamon II → melarutkan dinding sel telur supaya dapat mengadakan penetrasi

Polispermi adalah masuknya lebih dari satu sel spermatozoa ke dalam sel telur. Fenomena
ini bersifat abnormal dan akan mati, dengan demikian tidak akan terbentuk zygot. Umumnya
ditemukan pada sel telur yang sangat banyak mengandung kuning telur.
Fertilisasi mengakibatkan terjadinya :
1. Penyempurnaan jumlah diploid kromosom
2. Penentuan jenis kelamin individu baru
3. Diawalinya pembelahan

Fertilisasi pada aves


Fertilisasi pada aves umumnya terjadi di dalam oviduct. Bersifat polispermi artinya lebih
dari satu spermatozoa yang mampu menembus membran vitellin, namun yang dapat bersatu
dengan pronukleus betina hanya satu spermatozoa, sedangkan spermatozoa yang lain
mengalami degenerasi. Setelah menembus membrane vitellin, pada point of penetration (titik
penetrasi), melewati penetration path (jalan penetrasi), copulation path (jalan kopulasi),
akhirnya terjadilah proses penyatuan dengan pronukleus betina.
Didalam oviduct setelah fertilisasi, sitoplasma ovum :
1. Membentuk membrane fertilisasi
2. Secara bertahap telur memperoleh lapisan berupa inner dan outer shell membran, sedangkan
yang paling luar adalah cangkang telur yang berpori-pori yang banayk mengandung kalsium
(Ca).

Faktor – faktor yang mempengaruhi infertilisasi

Pasangan yang tidak bias menghasilkan anak disebut pasangan infertil. Faktor yang
menyebabkan infertilisasi tersebut adalah :

a) Tidak terjadi pematangan gamet


b) Kurang dihasilkannya hormone pengatur gonad
c) Kurang dihasilkannya hormone-hormon seks
d) Tersumbatnya saluran gamet
e) Kurang berfungsinya fimbriae
f) Sukar terjadi proses implantasi
g) Adanya antibody antispermatozoa
h) Kurang dihasilkannya protein pembuahan
i) Kurangnya jumlah gamet normal
j) Banyaknya gamet yang berbentuk abnormal
k) Kurang berfungsinya kelenjar-kelenjar asessoris

wanita yang ovariumnya tidak berfungsi dan tidak terjadi ovulasi disebabkan karena
adanya mozaik pada susunan kariotipe. Keadaan ini tentu saja mengakibatkan seorang wanita
tidak bisa haid karena kegiatan ovarium tidak sinkron dengan uterus.
Lelaki yang testesnya tidak menghasilkan spermatozoa mungkin karena memiliki
kariotipe mozaik 46,XY/46,XX atau 47/XXY. kesulitan terjadinya proses implantasi bisa
disebabkan kurang dihasilkannya hormon progesteron.

Partenogenesis

berasal dari kata parthenos = dara dan genesis = kejadian. berarti pertumbuhan
embrio tanpa adanya proses pembuahan oleh spermatozoa. Ada dua macam parthenogenesis :

a) natural
natural partenogenesis ialah partenogenesis yang berlangsung secara alami, normal. Pada
lebah dan tawon, telur yang dibuahi jantan akan tumbuh menjadi betina, sedangkan yang tak
dibuahi akan tumbuh menjadi jantan. jantan ini bersifat fertil, sedangkan betinanya steril.
b) artifisial
Artifisial partenogenesis ialah partenogenesis yang dilakuakan secara tiruan. Berbagai
jenis hewan dipakai sebagai objek artifisial partenogenesis, mulai dari avertebrata sampai
pada mamalia. metodenya adalah sebagai berikut :
1. Mengganggu tekanan osmosa cairan lingkungan ovum. Zat yang sering di pakai
untuk mengganggu tekanan osmosa lingkungan ovum ialah berbagai jenis garam
klorida dari K, Na, Ca, Mg. Asam pealarut lemah dan zat pelarut lemak.
2. Goncangan atau shock ialah berupa shock suhu dan ada juga shock dengan
menggunakan aliran listrik.
3. menusuk ovum

Kegunaan partegogenesis natural :

1. memudahkan reproduksi dan menyebabkan lebih banyak keturunan yang


dibentuk
2. Menghindari sterilitas
3. Menghindari rekomendasi baru bahan genesis

Pembuahan Abnormal

a) polispermi, beberapa spermatozoa masuk ovum. Secara patologis disebabkan oleh :


 karena ovum yang belum matang sempurna atau agak tua, sehingga kurang
mampumenghalangi polispermi
 faktro lingkungan seperti suhu tubuh naik
b) poliandri. Berkariogaminya beberapa pronukleus jantan dengan satu pronukleus betina.
Distribusi kromosom acak dan tidak merata.
c) poligini. tidak memisahnya polosit I atau II dari ovum, sehingga terbentuk dua atau tiga
pronukleus betina , lalu berkariogami dengan satu pronukleus jantan.
d) ginogenesis, tidak terdapat kariogami, walaupun terjadi fertilsasi. pronukleus jantan hancur di
dalam ooplasma, pronukleus betina bermitosis tanpa sitokinesis, sehingga kromosom
bersusun 2n
e) Androgenesis, fertilisasi terjadi tetapi tidak terdapat kariogami. hanya pronukleus jantan yang
tumbuh, sedangkan pronukleus betina berdegenerasi.
f) refertilisasi, sesudah terjadinya fertilisasi, ovum gagal memblokir pemasukan spermatozoa
berikutnya, sehingga terjadi fertilisasi lagi dan menyebabkan terjadinya poliandri. hal ini
dapat dikerjakan in vitro maupun in vivo yaitu dengan memberikan bahan kimia atau dengan
memberi enzim yang sifatnya mengancurkan membran fertilisasi.
TUGAS EMBRIOLOGI

OVULASI DAN FERTILISASI


DI SUSUN OLEH :

JULIANA ROSSA (1002101010069)

KHOLLYSHUL ARKHAM (1002101010077)

AFIFUDDIN (1002101010089)

YULINA RAHMI (1002101010087)

RINI GRATIA U (1002101010091)

RISKI PUTRA (1002101010093)

SUBHAN (1002101010095)

KHAIRUL WALID (1002101010101)

RISKA ANGGITA (1002101010099)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYAH KUALA

DARUSSALAM,BANDA ACEH

2011

You might also like