You are on page 1of 3

AKSARA BUGIS DAN AKSARA NUSANTARA

Suku Bugis merupakan salah satu suku yang terdapat diSulawesi Selatan.Dari aspek sosial suku bugis terkenal
mementingkan soal status individu dan persaudaraan sesama individu.

Pada dasarnya suku kaum ini lebih kebanyakan beragama Islam. dari segi aspek budaya, suku bugis menggunakan
dialek tersendiri dikenal dengan "Bahasa Ugi" dan mempunyai tulisan huruf bugis yang dipanggil "Aksara Lontara
Bugis". Akasara ini telah ada sejak abad ke-12 sejak melebarnya pengaruh Hindu di Indonesia.Aksara bugis
berjumlah 23 huruf yang semuanya disusun berdasarkan aturan tersendiri.Katanya selain aksara Lontara masih ada
dua lagi yang dikenal dengan aksara jangan-jangan yang terdiri dari 18 huruf dan aksara bilang-bilang yang terdiri
dari 22 huruf.

Sejarahnya Lontara mempunyai dua pengertian dalam bahasa bugis,yakni


1).Lontara sebagai sejarah dan ilmu pengetahuan,dan
2).Lontara sebagai tulisan. kata

AKSARA LONTARA

Aksara lontara adalah buah karya masayarakat Bugis-Makassar. Huruf-huruf lontara diperkirakan terinspirasi oleh
bentuk segi empat pada jalinan anyaman tikar. Sedangkan menurut akademisi yang sekaligus budayawan, Prof H. A.
Mattulada, (alm) terinspirasi oleh “sulapa eppa wala suji“. Wala suji berasal dari kata wala yang berarti
pemisah/pagar/penjaga dan suji berarti putri. Wala Suji adalah sejenis pagar bambu dalam acara ritual yang
berbentuk belah ketupat. Sulapa eppa (empat sisi) adalah bentuk mistis kepercayaan Bugis-Makassar klasik yang
menyimbolkan susunan semesta, api, air, angin dan tanah.

Lontara berasal dari bahasa Bugis yang berarti Daun Lontar karena awalnya ditulis dalam daun lontar. Daun lontar ini
memiliki lebar kira-kira 1 cm sedangkan panjangnya disesuaikan dengan panjangnya tulisan. Tiap - tiap daun lontar
disambungkan dengan menggunakan benang lalu digulung pada jepitan kayu, yang bentuknya mirip gulungan pita
kaset. cara membacanya dari kiri ke kanan.

Aksara Nusantara merupakan beragam aksara / tulisan yang pernah digunakan di Nusantara sebelum dikenalnya
Aksara Arab dan Aksara Latin. Digunakannya aksara-aksara ini oleh leluhur Bangsa Indonesia dapat dirunut hingga
sekitar abad ke-4, dengan ditemukannya prasasti-prasasti dan naskah peninggalan kerajaan-kerajaan terdahulu.
PERUBAHAN AKSARA PALLAWA KE DALAM AKSARA NUSANTARA
Bukti tertua mengenai keberadaan Aksara Nusantara ini berupa tujuh buah yupa (tiang batu untuk menambatkan tali
pengikat sapi) yang bertuliskan prasasti mengenai upacara waprakeswara yang diadakan oleh Mulawarmman, Raja
Kutai di daerah Kalimantan Timur. Tulisan pada yupa-yupa tersebut menggunakan Aksara Pallawa dan Bahasa
Sanskrta. Berdasarkan tinjauan pada bentuk huruf Aksara Pallawa pada yupa, para ahli menyimpulkan bahwa yupa-
yupa tersebut dibuat pada sekitar Abad IV.

Sebagaimana halnya dengan identitas budaya lokal di Nusantara, maka pada masa kini Aksara Nusantara
merupakan salah satu warisan budaya yang nyaris punah. Oleh karena itu, beberapa pemerintah daerah yang
merasa tergugah untuk menjaga kelestarian budaya tersebut membuat peraturan-peraturan khusus mengenai
pelestarian aksara daerah masing-masing.

AKSARA BUGIS

Suku Bugis merupakan salah satu suku yang terdapat diSulawesi Selatan.Dari aspek sosial suku bugis terkenal
mementingkan soal status individu dan persaudaraan sesama individu.

Pada dasarnya suku kaum ini lebih kebanyakan beragama Islam. dari segi aspek budaya, suku bugis menggunakan
dialek tersendiri dikenal dengan "Bahasa Ugi" dan mempunyai tulisan huruf bugis yang dipanggil "Aksara Lontara
Bugis". Akasara ini telah ada sejak abad ke-12 sejak melebarnya pengaruh Hindu di Indonesia.Aksara bugis
berjumlah 23 huruf yang semuanya disusun berdasarkan aturan tersendiri.Katanya selain aksara Lontara masih ada
dua lagi yang dikenal dengan aksara jangan-jangan yang terdiri dari 18 huruf dan aksara bilang-bilang yang terdiri
dari 22 huruf.

Menurut Wikipedia Lontara ialah aksara asli masyarakat bugis-makassar. Jadi bukan asimilasi apalagi pengaruh
budaya lain, termasuk india. bentuk aksara lontara menurut budayawan Prof Mattulada (alm) berasal dari “sulapa
eppa wala suji”. Wala suji berasal dari kata wala = pemisah/pagar/penjaga dan suji = putri. Wala Suji adalah sejenis
pagar bambu dalam acara ritual yang berbentuk belah ketupat. Sulapa eppa (empat sisi) adalah bentuk mistis
kepercayaan Bugis-Makassar klasik yang menyimbolkan susunan semesta, api-air-angin-tanah.
Dari segi aspek budaya, suku bugis menggunakan dialek tersendiri dikenal dengan “Bahasa Ugi” dan mempunyai
tulisan huruf bugis yang dipanggil “Aksara Lontara Bugis”. Akasara ini telah ada sejak abad ke-12 sejak melebarnya
pengaruh Hindu di Indonesia.Aksara bugis berjumlah 23 huruf yang semuanya disusun berdasarkan aturan
tersendiri.

Perbedaan utama Antara “Aksara Lontara Bugis” dengan Akasara Nusantara lainnya yaitu walaupun pada Aksara
Lontara Bugis ada beberapa hurup yang namanya sama dengan aksara nusantara lainnya, tetapi bukan hasil
asimilasi dari buday

a lain seperti India dan Arab dan yang kedua Aksara Lontara Bugis tidak mengenal hurup atau lambang untuk
mematikan hurup misalnya “ka” menjadi “k”. sehingga cukup membingungkan bagaimana menuliskan huruf mati.
Oleh karena itu untuk menambah wawasan kami yang bukan orang Bugis dan ingin mengetahui kebudayaan Bugis
terutama dari Tulisannya, saya minta dengan sangat untuk menjelaskan bagaimana mematikan ruruf
Aksara Bugis
Tulisan Bugis berdasarkan aksara asli masyarakat Bugis, bukan asimilasi dari mana-mana pengaruh menurut Prof
Mattulada. Ia berasaskan “sulapa eppa wala suji” (penjaga putri) iaitu pagar bambu yg digunakan untuk acara ritual.
“Sulapa eppa” adalah bentuk mistik sebagai simbol susunan semesta: api-air-angin-tanah. Tulisan Bugis
berdasarkan aksara asli masyarakat Bugis, bukan asimilasi dari mana-mana pengaruh menurut Prof Mattulada. Ia
berasaskan “sulapa eppa wala suji” (penjaga putri) iaitu pagar bambu yg digunakan untuk acara ritual. “Sulapa eppa”
adalah bentuk mistik sebagai simbol susunan semesta: api-air-angin-tanah.

http://ghalimo.blogspot.com/2010/12/pengantar-mengenal-aksara-bugis.html

Kebudayaan diciptakan karena adanya kebutuhan (needs) manusia untuk mengatasi berbagai problem yang ada dalam kehidupan
mereka. Melalui suatu proses berfikir yang diekspresikan kedalam berbagai wujud. Salah satu wujud kebudayaan manusia
adalah TULISAN. Seperti halnya dengan wujud-wujud kebudayaan lainnya. Penciptaan tulisan pun diciptakan karena adanya
kebutuhan manusia untuk mengabdikan hasil-hasil pemikiran mereka.

Menurut Coulmas, pada awalnya tulisan diciptakan untuk mencatatkan firman-firman tuhan, karena itu tulisan disakralkan dan
dirahasiakan. Namun dalam perjalanan waktu dengan berbagai kompleksitas kehidupan yang dihadapi oleh manusia, maka
pemikiran manusia pun mengalami perkembangan demikian pula dengan tulisan yang dijadikan salah satu jalan keluar untuk
memecahkan problem manusia secara umumnya. Seperti yang dikatakan oleh Coulmas “a king of social problem solving, and
any writing system as the comman solution of a number of related problem” (1989:15)
1. Alat Untuk Pengingat
2. Memperluas jarak komunikasi
3. Sarana Untuk memindahkan Pesan Untuk Masa Yang akan dating
4. Sebagai Sistem Sosial Kontrol
5. Sebagai Media Interaksi
6. Sebagai Fungsi estetik
Begitu pula yang terjadi pada kebudayaan di Indonesia. Ada beberapa suku bangsa yang memiliki huruf antara lain. Budaya Jawa,
Budaya Sunda, Budaya Bali, Budaya Batak, Budaya Rejang, Budaya Melayu, Budaya Bugis Dan Budaya Makassar.

Disulawesi selatan ada 3 betuk macam huruf yang pernah dipakai secara bersamaan.
1. Huruf Lontaraq
2. Huruf Jangang-Jangang
3. Huruf Serang
Sementara bila ditempatkan dalam kebudayaan bugis, Lontaraq mempunyai dua pngertian yang terkandung didalamnya
a. Lontaraq sebagai sejarah dan ilmu pengetahuan
b. Lontaraq sebagai tulisan
Kata lontaraq berasal dari Bahasa Bugis/Makassar yang berarti daun lontar. Kenapa disebuat sebagai lontaraq ? karena pada
awalnya tulisan tersebut di tuliskan diatas daun lontar. Daun lontar ini kira-kira memiliki lebar 1 cm sedangkan panjangnya
tergantung dari cerita yang dituliskan. Tiap-tiap daun lontar disambungkan dengan memakai benang lalu digulung pada jepitan
kayu, yang bentuknya mirip gulungan pita kaset. Cara membacanya dari kiri kekanan. Aksara lontara biasa juga disebut dengan
aksara sulapaq eppaq

Karakter huruf bugis ini diambil dari Aksara Pallawa (Rekonstruksi aksara dunia yang dibuat oleh Kridalaksana)

Memang terdapat bebrapa varian bantuk huruf bugis di sulawesi selatan, tetapi itu tidaklah berarti bahwa esensi dasar dari huruf
bugis ini hilang, dan itu biasa dalam setiap aksara didunia ini. Hanya ada perubahan dan penambahan sedikit yang sama sekali
tidak menyimpang dari bentuk dasar dari aksara tersebut. Varian itu disebabkan antara lain
1. Penyesuaian antara bahasa dan bunyian yang diwakilinya.
2. Penyesuaian antara bentuk huruf dan sarana yang digunakan.

http://gowata.blogspot.com/2009/03/karakteristik-aksara-bugis-makassar.html

You might also like