You are on page 1of 10

PERANAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA

ILMU

Oleh:

PROGRAM STUDI BISNIS INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T, karena berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Peranan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa
Ilmu “. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca dan menjadi
sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penyusun sehingga
tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.

Malang, 19 Maret 2011

Penyusun
Latar Belakang

Ilmu dan bahasa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Bahasa berperan penting
dalam upaya pengembangan dan penyebarluasan ilmu. Setiap penelitian ilmiah tidak dapat
dilaksanakan tanpa menggunakan bahasa, matematika (sarana berpikir deduktif) dan statistika
(sarana berpikir induktif) sebagai sarana berpikir. Upaya-upaya penyebarluasan ilmu juga
tidak mungkin dilaksanakan tanpa bahasa sebagai media komunikasi. Setiap forum ilmiah
pasti menggunakan bahasa sebagai sarana utama. Aktivitas-aktivitas yang diarahkan untuk
memahami, mengeksplorasi, dan mendiskusikan konsep-konsep ilmu tidak dapat
diselenggarakan tanpa melibatkan bahasa sebagai sarana.
Makalah ini dibuat untuk membahas konsep-konsep dan paradigma tentang ilmu dan
bahasa sebagai landasan untuk memahami peran penting bahasa dalam pengembangan ilmu,
karakteristik bahasa yang mendukung pengembangan ilmu, dan upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk mengembangkan bahasa sebagai pendukung pengembangan ilmu. Bahasa
Indonesia sebagai sarana komunikasi dalam mentransfer ilmu dalam masyarakat harus
memiliki kekuatan seperti bahasa lain dalam hal keilmuan, agar kegiatan memasyarakatkan
ilmu menjadi efisien dan dapat diterima dengan baik.
BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA ILMU

Bahasa merupakan budaya dari masyarakat yang berfungsi sebagai alat komunikasi.
Bahasa dan masyarakat adalah dua hal yang saling berpengaruh. Apabila suatu masyarakat
berkembang dengan baik, maka bahasa akan berkembang dengan baik, Dengan demikian
dapat dikatakan, bahwa suatu bahasa akan berkembang dengan baik apabila masyarakat
pemakainya memberikan perhatian positif. Sebaliknya, apabila masyarakat mengacuhkan
atau melupakan bahasa, maka bahasa itu akan musnah atau setidaknya bahasa itu sulit
berkembang. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa berfungsi sebagai
wahana untuk menyampaikan imformasi dengan cepat dan sekecil-kecilnya, sehingga kita
dapat menguasai ilmu tersebut.
Kekayaan kosakata yang dimiliki bahasa Indonesia membuatnya mampu digunakan untuk
menuangkan berbagai pemikiran dalam bentuk lisan maupun tulisan. Kamus Besar Bahasa
Indonesia memiliki 90.000 lema dan sublema dan masih ditambah dengan 410.000 istilah
yang diserap dari bahasa asing, membuat bahasa Indonesia telah menjadi bahasa ilmu.
Apalagi, bahasa Indonesia telah digunakan dalam proses transfer ilmu pengetahuan di
berbagai jenjang pendidikan serta digunakan untuk menulis, karya ilmiah, seperti skripsi,
tesis, dan disertasi. Meski demikian, masih ditemukan akademisi yang lebih suka
menggunakan bahasa asing dalam bahasa lisan dan tulisan, meski telah ada padanannya
dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu sudah mengalami kemajuan
yang pesat. Sebelum kemerdekaan, sudah banyak naskah ilmiah yang ditulis dalam bahasa
Indonesia, kendati saat itu belum ditetapkan secara yuridis formal sebagai bahasa nasional.
Bahasa ilmu, lanjutnya, adalah bahasa yang harus memiliki terminologi teknis, memiliki
kemampuan sebagai pengungkap gagasan ilmiah yang mantiki atau sesuai logika-logika
keilmuan, serta bahasa yang memiliki ragam teknis pada setiap bidang ilmu yang dilengkapi
dengan ejaan dan tanda baca yang baku bagi para ilmuwan. Kecanggihan bahasa Indonesia
sebagai bahasa ilmu dapat dibuktikan penggunaannya pada level kecanggihan mana pun,
sehingga bahasa Indonesia setara dengan bahasa-bahasa ilmu lainnya, termasuk bahasa
Inggris. Dalam perjalanannya, bahasa Indonesia menjadi semakin kokoh kapasitas dan
kualitasnya. Terminologinya sudah dikembangkan secara luar biasa, sehingga setiap bidang
ilmu sudah ada kamusnya masing-masing. Dalam berbagai paparan ilmiah, ilmuwan sudah
menggunakan bahasa Indonesia. Jika ada ilmuwan yang mengaku sulit menuliskan segala hal
yang ilmiah dengan bahasa Indonesia, hal itu menunjukkan bahwa kekurangan sebenarnya
terletak pada kemampuannya menguasai kosakata bahasa Indonesia. Hal yang sama
disampaikan Godlief Vertigo. Menurutnya, bahasa Indonesia saat ini telah menjadi bahasa
ilmu karena sudah banyak buku ilmu pengetahuan maupun hasil penelitian yang ditulis dalam
bahasa Indonesia.
Pada saat ini, Indonesia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masih tertinggal
jika dibandingkan dengan di negara-negara maju seperti negara-negara di Eropa dan
Amerika. Karena bahasa Inggris berkembang secara seimbang dengan ilmu pengetahuannya,
maka penggunaan bahasa pengantar pada buku-buku yang dipakai dalam memperkenalkan
ilmu pengetahuan dan teknologi pun banyak yang menggunakan bahasa Inggris. Hal ini
berbanding terbalik dengan bahasa Indonesia yang perkembangannya tak seimbang dengan
perkembangan budaya masyarakatnya. Oleh sebab itu, walaupun bahasa Indonesia sudah
berperan sebagai alat persatuan tetapi belum dapat berperan sebagai pengantar ilmu
pengetahuan. Dengan digunakannya bahasa Indonesia sebagai pengantar ilmu pengetahuan,
salah tafsir atau makna ganda sedapat mungkin dihindari karena kata yang dipakai umumnya
lebih bersifat denotatif daripada konotatif, ungkapan yang dipakai sederhana dan tanpa basa-
basi. Di samping itu, kejelasan tuturan ditandai dengan urutan keterangan yang saling
berhubungan dan mudah dipahami oleh pembaca, yaitu :
1. Ringkas, bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan uraian yang padat,
tetapi tidak dengan memendekkan atau menggunakan akronim, lebih-lebih yang tidak
dikenal umum.
2. Lengkap, bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi tidak membiarkan pembaca
bertanya-tanya tentang maksud suatu pernyataan. Sebaliknya, yang sudah nyata atau
tidak perlu diulang-ulang atau diberi tekanan khusus. Semua data yang perlu haruslah
ada. Sedangkan yang berlebih-lebihan haruslah ditinggalkan.
3. Sederhana, ditandai dengan kosakata yang tidak bermuluk-muluk dan sintaksis yang
tidak berbelit-belit.
4. Keutuhan dan Unity yang dapat dilihat dari hubungan yang baik dan logis antara
bagian-bagian karangan, sehingga keseluruhan hubungan yang baik dan logis tetap
tampak. 
5. Keruntutan atau Coherence, yang berarti adanya keterpautan makna di dalam suatu
karya tulis. Keterpautan makna ini dapat dicapai dengan menyusun kalimat-kalimat
logis dan kronologis serta berdasarkan urutan pentingnya kalimat. Kalimat yang satu
dapat diperjelas dengan makna kalimat yang lain, baik yang mendahului maupun yang
mengikutinya. 
6. Tidak menggunakan Implikatur, suatu hal baru diterangkan sejelas mngkin tanpa
menggunakan implikasi seperti yang banyak terdapat dalam bahasa lisan sehari-hari.
7. Inferensi, yang akan mungkin dibuat oleh pembaca diarahkan oleh penulis, sehingga
memungkinkan adanya interpretasi yang sama bagi para pembaca.
8. Disediakan ringkasan isi agar terdapat kesesuaian antara penulis dan pembaca.
9. Proposisi yang diciptakan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan pembaca.
10. Ketelitian, merupakan ciri khas ilmu pengetahuan dan teknologi. Ciri ini kita temukan
pula dalam pengungkapan profesional, artinya penuturan dengan kata. Ketelitian tidak
hanya menyangkut hal yang besar, tetapi hal yang kecil pun harus diperhatikan.
Ketelitian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menyangkut penggunaan data,
penerapan rumus, penerapan nama orang, nama tempat, dan nama alat, bahkan ejaan
dan tanda baca. Ketelitian dalam pemakaian lambang dan satuan.
Apabila seluruh ciri-ciri di atas dipergunakan dalam suatu karangan ilmiah, ditambah
dengan adanya metode penelitian yang cocok dengan materi yang diteliti, maka karangan itu
akan tampak canggih bagi pembaca. Oleh karena itu, penulis tidak perlu takut apabila bahasa
yang dipergunakan tidak indah, tidak muluk-muluk, dan tidak selalu menggunakan istilah
baru yang merupakan padanan kata dari bahasa asing.
(https://badriyadi.wordpress.com/artikel-bahasa/bahasa-dan-iptek)

Bahasa Indonesia sebagai Sarana Pengembangan Ilmu


Ditinjau dari segi usia, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang masih muda. Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional baru pada tahun 1928 yang ditandai dengan lahirnya
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. sejak itu pula nama Indonesia dipakai
sebagai nama tersebut, yang sebelumnya dikenal dengan bahasa Melayu. Setelah Indonesia
merdeka, bahasa Indonesia itu dijadikan bahasa negara, seperti dapat dibaca pada Undang-
Undang Dasar 1945, pasal 36. ini berarti bahwa, sebagai bahasa negara bahasa Indonesia baru
lahir pada tahun 1945, bersamaan dengan disahkannya Undang-Undang Dasar 1945.
Suatu kenyataan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi di negara kita ini, sedang
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kepesatan perkembangannya, perlu diimbangi
oleh bahasa yang mampu mewadahinya serta yang mampu meneruskan ilmu pengetahuan
dan teknologi ini, baik secara horisontal (kepada generasi yang sama), maupun secara vertikal
(kepada generasi yang akan datang). Untuk itu, pada perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, untuk bahan pembahasan seyogyanya ditulis dengan gaya karya ilmiah, atau
ilmiah populer. Penyajian karya ilmiah populer tidak memerlukan skemata atau pengetahuan
yang rumit tentang segala sesuatu yang dibahas. Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
disajikan dengan bahasa yang jelas, dengan mempergunakan istilah yang lazim digunakan
dalam masyarakat umum. Nadanya informatif, diselingin banyak humor agar menarik bagi
pembaca. Orang awam biasanya tidak tertarik kepada istilah yang terlalu khusus dan
terdengar aneh. Mareka ingin sesuatu yang biasa-biasa saja, yang sudah ada di dalam
masyarakat. Apabila di dalam masyarakat ada istilah yang dapat dipergunakan untuk merujuk
pada suatu konsep tentang pengetahuan dan teknologi, maka hendaklah istilah itu dipakai.
Apabila tidak ada istilah yang sesuai dengan konsep itu, maka hendaklah mengambil istilah
yang sudah ada, yang maknanya hampir sama atau mendekati istilah yang dimaksud.
Penggunaan istilah baru sebagai pengganti istilah asing, memang seyogyanya mendapatkan
perhatian khusus dari para penulis karangan ilmiah. Namun pengembangan penggunaan
selanjutnya sangat bergantung kepada keberanian istilah baru itu dalam masyarakat. Kata
canggih misalnya, kini sudah memasyarakat dengan baik. Salah satu alasannya mungkin
karena kata sophisticated yang semula dipergunakan sebelum kata ”canggih” dilakukan,
belum begitu banyak dipergunakan oleh penulis ilmu pengetahuan dan teknologi. Kata-kata
politik, sukses, dan stop, misalnya sudah merupakan kata serapan yang sangat mapan. Namun
kata baru yang berasal dari kata-kata tersebut tidak semuanya mendapat penerimaan yang
sama di kalangan masyarakat. Kata menyetop sudah lazim digunakan secara umum, demikian
juga kata memolitikkan. Namun kata menyukseskan masih bersaing dengan kata
mensukseskan tanpa ada tanda-tanda yang mana yang akan tersingkir, seperti hanya dengan
kata mempolitikkan. Begitu pula dengan kecendrungan sementara orang untuk menggunakan
istilah-istilah yang kurang cocok untuk karangan ilmiah, seperti penggunaan akhiran –an,
untuk kata apa, dan cepat juga dapat dihilangkan.
Dalam bahasan Indonesia, untuk bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, telah tumbuh
peristilahan, ungkapan dan semantik. Menciptakan istilah mengharuskan penghayatan ilmu
yang bersangkutan dan pemahaman bahasa yang secukupnya. Di sini kita temukan perpaduan
antara cara cipta dan cita rasa. Ada banyak istilah yang kita ciptakan hanya dengan
membubuhkan awalan dan akhiran. Kata larut misalnya, dapat kita turunkan menjadi melarut,
larutan, pelarut, pelarutan, dan kelarutan. Kita pun dapat menggali dari khasanah bahasa
Indonesia. Sebagai contoh, kita sudah lama tidak mempunyai istilah untuk padanan kata
steady flow, tetapi kita sekarang dapat mengindonesiakannya menjadi aliran lunak.
Penggunaan dari bahasa Inggris to sense kini banyak yang dihubungkan dengan teknologi
mutakhir, yaitu cara merekam permukaan bumi dari setelit. Untuk itu, kini kita gunakan
mengindera dan selain itu dapat pula kita turunkan seperangkat kata, seperti pengeinderaan,
penginderaan jauh, teknik pengeinderaan dan pengindera. Bentuk lain, penuturan bahasan
Indonesia sebagai bahasa ilmu, yang merupakan padanan dari bahasa asing, misalnya kata
engineering dapat dipadankan dengan kata rekayasa. Dari kata rekayasa dapat diciptakan kata
perekayasaan, merekayasa, teknik merekayasa, rekayasa genetika, dan sebagainya.
Belakangan ini ada anggapan dari kebanyakan orang, bahwa bahasa Indonesia tidak
dapat diringkas. berdasarkan penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Purwo
Hadijojo, yang difokuskan pada perbandingan judul karya ilmiah dalam bahasa Inggris
Ground Water for Irrigation dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan dengan jumlah kata
yang relatif sama, yaitu air tanah untuk irigasi, ada juga judul karya ilmiah dari bahasa
Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang lebih pendek, yaitu The
Economic Value of Ground Water dalam bahasa Indonesia Nilai Ekonomi Air Tanah. Namun
demikian, ada juga yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang lebih panjang
Modern well Design dalam bahasa Indonesia Perencanaan sumur Bor Masa Kini.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa bahasa Indonesia memiliki kemampuan
yang sama dengan bahasa lainnya dalam memasyarakatkan ilmu.
(http://zharq.blogspot.com/2010/03/peran-dan-fungsi-bahasa-indonesia-dalam.html)
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa Bahasa Indonesia
memiliki kemampuan yang sama dengan bahasa lainnya dalam memasyarakatkan ilmu.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu sudah mengalami kemajuan yang pesat. Sebelum
kemerdekaan, sudah banyak naskah ilmiah yang ditulis dalam bahasa Indonesia, kendati saat
itu belum ditetapkan secara yuridis formal sebagai bahasa nasional. Bahasa ilmu, lanjutnya,
adalah bahasa yang harus memiliki terminologi teknis, memiliki kemampuan sebagai
pengungkap gagasan ilmiah yang mantiki atau sesuai logika-logika keilmuan, serta bahasa
yang memiliki ragam teknis pada setiap bidang ilmu yang dilengkapi dengan ejaan dan tanda
baca yang baku bagi para ilmuwan.
Sebagai bahasa ilmu, Bahasa Indonesia membutuhkan kejelasan tuturan. Kejelasan tuturan
ditandai dengan urutan keterangan yang saling berhubungan dan mudah dipahami oleh
pembaca, yaitu :
1. Ringkas,
2. Lengkap, Sederhana, ditandai dengan kosakata yang tidak bermuluk-muluk dan
sintaksis yang tidak berbelit-belit.
3. Keutuhan dan Unity Keruntutan atau Coherence, yang berarti adanya keterpautan
makna di dalam suatu karya tulis.
4. Tidak menggunakan Implikatur,
5. Inferensi
6. Disediakan ringkasan isi agar terdapat kesesuaian antara penulis dan pembaca.
7. Proposisi yang diciptakan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan pembaca.
8. Ketelitian, merupakan ciri khas ilmu pengetahuan dan teknologi.
Daftar Pustaka

http://zharq.blogspot.com/2010/03/peran-dan-fungsi-bahasa-indonesia-dalam.html, Diunduh pada


tanggal 17 Maret 2011
https://badriyadi.wordpress.com/artikel-bahasa/bahasa-dan-iptek/, Diunduh pada tanggal 18 Maret
2011
http://www.polman-timah.ac.id/artikel/Rahasia%20Kepemimpinan.doc, Diunduh pada tanggal 18
Maret 2011

You might also like