You are on page 1of 5

Aspek Penilaian dalam 

KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam melakukan pembelajaran menerapkan
pendekatan pembelajaran tuntas (mastery learning). Sedangkan dalam penilaian
menerapkan sistem penilian berkelanjutan yang mencakup 3 aspek yaitu aspek kognitif,
psikomotorik dan afektif.
Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu; ranah
kognitif, psikomotor dan afektif Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Setiap mata ajar selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun
penekanannya selalu berbeda. Mata ajar praktek lebih menekankan pada ranah
psikomotor, sedangkan mata ajar pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah
kognitif. Namun kedua ranah tersebut mengandung ranah afektif. Menurut Bloom (1979)
ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yangpencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik Ranah psikomotor
adalah ranah yang berhubungan akti vitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat
dan lain sebagainya. Ranah kognitifberhubungan erat dengan kemampuan berfikir,
termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, rnemahami, mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis dan kemampuan mengevaluasi. Sedangkan ranah afektif mencakup
watakperilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Penilaian Aspek Kognitif.
Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu ranah
kognitif, psikomotor dan afektif. Secara eksplisist ketiga aspek tersebut tidak dipisahkan
satu sama lain. Apapun jenis mata ajarnya selalu mengandung tiga aspek tersebut
namun memiliki penekanan yang berbeda. Untuk aspek kognitif lebih menekankan pada
teori, aspek psikomotor menekankan pada praktek dan kedua aspek tersebut selalu
mengandung aspek afektif. Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir
termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghapal, mengaplikasi, menganalisis,
mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980),
kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarkis yang terdiri dari
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pada tingkat
pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja. Pada
tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakanmasalah dengan kata-
katanya sendiri, memberi contohsiiatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi,
peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru.
Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke dalam
beberapa bagian, menemukan asumsi, memebedakan fakta dan pendapat serta
menemukan hubungan sebab—akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk
menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan
mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi
informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di dalamnya
judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada
kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan
menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk
memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi
yangmengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Aspek kognitif terdiri
atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut
yaitu:
1.  Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu
mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya
fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagianya.
2.  Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman
dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang
telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan
menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata
sendiri.
3.  Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk
menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang
baru, serta memecahlcan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-
hari.
4. Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi,
memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta,
konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap
komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini
peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan
cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau rosedur yang
telah dipelajari.
5.  Tingkat sintesis (synthesis’), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam
mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada
sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
6.  Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang
mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai
suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan,
pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti
pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis
dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara
merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik. Maka apabila bahan
ajar telah diajarkan secara lengkap sesuai dengan program yang telah ditetapkan maka
membuat alat penilaian (soal) dengan formulasi perbandingan sebagai berikut:
1.  soal yang menguji tingkat pengetahuan peserta didik : 40%
2.  soal yang menguji tingkat pemahaman peserta didik : 20%
3.  soal yang menguji tingkat kemampuan dalam penerapan pengetahuan : 20%
4.  soal yang menguji tingkat kemampuan dalam analisis peserta didik .: 10%
5.  soal yang menguji tingkat kemampuan sintesis peserta didik : 5%
6.  soal yang menguji kemampuan petatar dalam mengevaluasi : 5%
Total formulas! soal untuk satu kali ujian yaitu: 100%
Dengan menggunakan formulasi perbandingan soal di atas mempermudahseorang guru
untuk memperjelas cara berfikirnya dan untuk memilih pertanyaan-pertanyaan (soal-
soal) yang akan diujikan, selain itu juga dapat membantu seorang guru agar terhindar
dari kekeliruan dalam membuat soal.
Seorang guru dituntut mendesain program/rencana pembelajaran termasuk di dalamnya
rencana penilaian (tes) diantaranya membuat soal-soal berdasarkan kisi-kisi soal dan
komposisi yang telah ditetapkan. Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau
pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif
atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan
(8) performans.
Aspek Kecerdasan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik
ReplyPendidikanOctober 8th, 2010Bang Deny

1.  Kognitif

Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan
memecahkan masalah.

Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian :

a.    Pengetahuan (knowledge)

mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana
sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan
dengan benar.

b.   Pemahaman (comprehension)

Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas
pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.

c.    Penerapan (application)

Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari
pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan
merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.

d.   Analisis (analysis)

Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor-


faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan
yang lainnya sehingga  struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan
tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan.

e.    Sintesa (evaluation)

Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga


membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn tingkah laku yang
kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada
kemampuan sebelumnya.

f.    Evaluasi (evaluation)

Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan


tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.

Urutan-urutan seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih mempunyai
bagian-bagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan lebih memahami
akan ranah-ranah psikologi sampai di mana kemampuan pengajaran mencapai Introduktion
Instruksional. Seperti evaluasi terdiri dari dua kategori yaitu “Penilaian dengan menggunakan
kriteria internal” dan “Penilaian dengan menggunakan kriteria eksternal”. Keterangan yang
sederhana dari aspek kognitif seperti dari urutan-urutan di atas, bahwa sistematika tersebut
adalah berurutan yakni satu bagian  harus lebih dikuasai baru melangkah pada bagian lain.

Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan akan
menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses
pengajaran.

2. Afektif

Domain afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan
operasiasi siswa.

Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori :

a.   Penerimaan (recerving)

Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi


yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.

b.   Pemberian respon atau partisipasi (responding)

Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi
peserta dan tertarik.

c.   Penilaian atau penentuan sikap (valung)

Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian
tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-
tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”.

d.   Organisasi (organization)

Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten
dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal,
mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.

e.  Karakterisasi /  pembentukan pola hidup (characterization by a value or value


complex)

Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai
teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan
dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.

Variable-variabel di atas juga  telah memberikan kejelasan bagi proses pemahaman


taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses afektif adalah akibat perjalanan kognitif terlebih
dahulu seperti pernah diungkapkan bahwa:
“Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengatahuan yang kita
miliki. Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok atau orang hubungan kita dengan
mereka pasti di dasarkan pada informasi yanag kita peroleh tentang sifat-sifat mereka.”

Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat menyimpan
menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif dan kemampuan organisasi
afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia psikologi pengajaran adalah sangat
urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih baik tentunya.

3. Psikomotorik

Domain psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik.

Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu :

a.   Peniruan

terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang
diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya
dalam bentuk global dan tidak sempurna.

b.   Manipulasi

Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-


gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa
menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.

c.    Ketetapan

memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan.
Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat
minimum.

d.   Artikulasi

Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan
mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.

e.    Pengalamiahan

Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik
maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat
kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi
instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau
pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat
kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan
dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.

You might also like