Professional Documents
Culture Documents
PERTEMUAN #5
Dosen
Arief Bowo PK,SE.,MM
Pendahuluan
Pengambilan keputusan (decision making) merupakan bagian kunci dari
kegiatan manajer. Akan tetapi, pengambilan keputusan khususnya memainkan peran
penting bila manajer terlibat dalam perencanaan. Dalam suatu proses perencanaan,
para manajer memutuskan masalah-masalah seperti apa tujuan organisasi, kesempatan
apa yang akan digunakan, siapa yang akan mengerjakan setiap tugas yang diperlukan.
Keseluruhan proses perencanaan melibatkan para manajer dalam suatu rangkaian
situasi pengambilan keputusan yang berkesinambungan.
Beberapa pengertian tentang pengambilan keputusan adalah sama diantaranya
menurut Stoner (1996) pengambilan keputusan menggambarkan proses yang
digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Kemudian
menurut Chuck Williams (2001) pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu
pemecahan masalah dari beberapa alternatif yang tersedia. Menurut T. Hani Handoko
(1999) pengambilan keputusan didefinisikan sebagai penentuan serangkaian kegiatan
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Pengambilan Keputusan
Kegiatan yang Kegiatan yang Kegiatan yang Kegiatan yang Kegiatan yang
menyangkut menyangkut menyangkut menyangkut menyangkut
penentuan pengenalan, pencarian pengevaluasian implementasi
adanya dan perumusan, dan pemecahan- dan pemilihan di pemecahan yang
pentingnya diagnosa pemecahan antara telah dipilih
masalah masalah alternatif pemecahan–
pemecahan
alternatif
Penemuan masalah Penentuan
Pilihan
Pemecahan Masalah
Tipe Keputusan
Dalam pembuatan keputusan para manajer harus berhati-hati dan memilih keputusan
yang paling rasional dan paling sesuai dengan kebutuhan yang ada. Berbagai jenis
keputusan adalah sebagai berikut:
1. Keputusan terprogram
2. Keputusan tidak terprogram
3. Keputusan dengan kepastian, resiko, dan ketidakpastian.
1. Mendefinisikan Masalah
Langkah pertama dalam pengambilan keputusan adalah mengenali masalah yang ada.
Suatu masalah timbul apabila ada perbedaan antara keinginan yang ditetapkan dengan
keadaan yang sesungguhnya terjadi. Adanya perbedaan ini tidak menjamin bahwa
manajer akan langsung membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah. Pertama,
manajer harus mengetahui adanya perbedaan. Manajer harus mengetahui adanya
masalah sebelum mulai mencari pemecahan masalah. Kedua, menyadari adanya
perbedaan antara keinginan yang ditetapkan dan kenyataan yang sesungguhnya
tidaklah cukup untuk memulai pengambilan keputusan. Manajer harus termotivasi untuk
mengurangi perbedaan tersebut. Ketiga, selain hal-hal tersebut manajer juga harus
memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan sumber-sumber daya untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
3. Menimbang Kriteria
Model Vroom-Jago
Victor Vroom dan Arthur Jago mengembangkan model partisipasi dalam
pengambilan keputusan yang menyajikan petunjuk bagi para manajer praktisi. Model
Vroom-Jago membantu manajer menaksir jumlah partisipasi bawahan sesuai dengan
kebutuhan. Model ini menggunakan lima level partisipasi bawahan dalam pengambilan
keputusan yang berkisar dari sangat otokratis sampai sangat demokratis. Manajer
sebaiknya memilih salah satu gaya yang disesuaikan dengan situasi. Apabila situasi
terjamin, manajer dapat membuat keputusan sendiri, membagi masalah dengan
bawahan secara individu, atau membiarkan para anggota kelompok membuat
keputusan.
Beberapa gaya keputusan masih dapat diterima pada berbagai situasi. Apabila
hal demikian terjadi, Vroom dan Jago mencatat bahwa gaya otokratis menghemat waktu
tanpa mengurangi kualitas keputusan atau penerimaan. Bagaimanapun juga, dalam
lingkungan kerja yang berubah dengan cepat saat ini, di mana karyawan kerap diminta
lebih memberikan partisipasi, para manajer sebaiknya berusaha untuk melibatkan
bawahannya dalam pengambilan keputusan bila memungkinkan.
DAFTAR PUSTAKA