Professional Documents
Culture Documents
BANYAK KENCING
SKENARIO
Seorang pria umur 50 tahun, datang ke dokter dengan keluhan sering kencing
yang dialami sejak 2 bulan terakhir. Penderita sering terbangun 4-5 kali semalam
untuk buang air kecil. Penderita juga mengeluh selalu haus dan tenggorakan terasa
kering. Sekitar 3 bulan yang lalu penderita mengalami kecelakaan lalu lintas dan
sempat tidak sadar selama 5 hari.
KATA KUNCI
• Nokturia
• Selalu haus/polydipsi
• Tenggorokan kering
PERTANYAAN
PEMBAHASAN
Poliuria
Poliuria adalah keadaan di mana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal disebabkan gangguan fungsi ginjal
dalam mengkonsentrasi air kemih. Definisi lain adalah volume air kemih
lebih dari 3 liter/hari, biasanya menunjukkan gejala klinik bila jumlah air
kemih antara 4-6 liter/hari. Poliuria biasanya disertai dengan gejala lain
akibat kegagalan ginjal dalam memekatkan air kemih antara lain rasa haus,
dehidrasi, dll.
(c) peningkatan bahan seperti sodium chlorida dan glukosa yang keluar,
dan
Etiologi
1. cuaca dingin
2. intake cairan berlebih
3. gangguan sekresai ADH oleh berbagai sebab (trauma kepala,
tumor hipofisis)
4. psikogenik
5. gangguan sistem urinarius
Penyebab poliuria yang sering adalah diabetes mellitus, diabetes insipidus
sentral (diabetes insipidus neurogenik, diabetes insipidus kranial atau
hipotalamik), diabetes insipidus nefrogenik (diabetes insipidus renal,
diabetes insipidus resisten ADH), polidipsi primer atau diabetes insipidus
dipsogenik. Diantara berabagai penyebab di atas yang, penyebab yang
paling utama adalah diabetes mellitus dan diabetes insipidus.
Selain itu dalam beberapa keadaan fisiologik dapat meningkatkan
pengeluaran urin misalnya : stress, latihan, dan cuaca panas dengan minum
yang berlebihan.
Polydipsi
Patomekanisme :
Karena ambang rangsang haus lebih tinggi dari ambang rangsang AVP,
kondisi ini disebut mekanisme perlindungan dari deplesi yang berlebihan.
Kekurangan air
Peningkatan Permeabilitas
tubulus distal, duktus
Peningkatan ADH plasma koligentes terhadap air
Stimulus rasa haus yang ketiga yang penting adalah angiotensin II.
Penelitian terhadap binatang telah menunjukkan bahwa angiotensin II
bekerja pada organ subfornikal dan pada organus vaskulosum lamina
terminalis. Karena angiotensin II juga distimulasi oleh faktor-faktor yang
berhubungan dengan hipovolemia dan tekanan darah rendah, pengaruhnya
pada rasa haus membantu memulihkan volume darah dan tekanan darah
kembali normal, bersama dengan kerja lain dari angiotensin II pada ginjal
untuk menurunkan eksresi cairan.
Adanya riwayat kecelakaan serta tidak sadarnya pasien selama 5 hari yang
ditampilkan dalam kasus menjelaskan pada kita bahwa saat kecelakaan
pasien mengalami trauma pada kepala dan mengakibatkan terjadinya
penurunan kesadaran karena terganggunya pusat kesadaran di hipotalamus.
Kondisi ini kemudian berdampak pada perjalanan penyakit pasien
selanjutnya yang kemungkinan berkaitan dengan diagnosis yang akan
ditegakkan.
Differential diagnosis
Poliuri + + +
Polidipsi + + +
Nokturia + + +
Riwayat + - -
Trauma
PENJELASAN PENYAKIT
DIABETES INSIPIDUS
GEJALA KLINIS
PATOGENESIS
PATOFISIOLOGI
DIS dapat juga terjadi karena tidak adanya sintesis ADH, atau sintesis
ADH yang kuantitatif tidak mencukupi kebutuhan, atau kuantitatif cukup
tetapi tidak berfungsi normal. Terakhir, ditemukan bahwa DIS dapat juga
terjadi karena terbentuknya antibodi terhadap ADH.
• Etiologi
• Gejala klinik
Etiologi
• Pielonefretis
• Obstruksi ureteral
2. Gangguan elektrolit
• Hipokalemia
• Hiperkalsemia
DIAGNOSIS
Ada sebuah cara untuk mendiagnosa penyebab suatu poliuria adalah akibat
Diabetes Insipidus, bukan karena penyakit lain. Caranya adalah dengan
menjawab tiga pertanyaan yang dapat kita ketahui dengan anamnesa dan
pemeriksaan.
Kedua, apakah penyebab poliuria ini adalah factor renal atau bukan.
Poliuria bisa terjadi pada penyakit gagal ginjal akut pada periode diuresis
ketika penyembuhan. Namun, apabila poliuria ini terjadi karena penyakit
gagal ginjal akut, maka akan ada riwayat oligouria (sedikit kencing).
Ketiga, Apakah bahan utama yang membentuk urin pada poliuria tersebut
adalah air tanpa atau dengan zat-zat yang terlarut. Pada umumnya, poliuria
akibat Diabetes Insipidus mengeluarkan air murni, namun tidak menutup
kemungkinan ditemukan adanya zat-zat terlarut. Apabila ditemukan zat-zat
terlarut berupa kadar glukosa yang tinggi (abnormal) maka dapat dicurigai
bahwa poliuria tersebut akibat DM yang merupakan salah satu Differential
Diagnosis dari Diabetes Insipidus.
Anamnesis
Menanyakan keseringan dan banyaknya kencing pasien perhari?
Apakah disertai rasa haus serta bagaimana timbulnya?
Apakah pasien sering bangun dan tidurnya terganggu karena buang
air kecil?
Apakah ada riwayat keluarga DM?
Bagaimana dengan riwayat trauma kepala 3 bulan yang lalu?
Apa penyebab ketidaksadarannya selama 5 hari?
Sebelum mengalami kecelakaan, apakah memang sudah
mengalami rabun pada mata?
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jika kita mencurigai penyebab poliuria ini adalah Diabetes Insipidua, maka
harus melakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis dan untuk
membedakan apakah jenis Diabetes Insipidus yang dialami, karena
penatalaksanaan dari dua jenis diabetes insipidus ini berbeda. Ada
beberapa pemeriksaan pada Diabetes Insipidus, antara lain:
2. Fluid deprivation
PENATALAKSANAAN
• Klorpropamid
Komplikasi
Prognosis
Diabetes insipidus nefrogenik primer merupakan penyakit seumur hidup
dengan prognosis baik jika dehidrasi hipernatremik dapat dihindari.
Konseling genetic harus diberikan pada keluarganya. Prognosis bentuk
penyakit sekunder tergantung pada sifat gangguan primer. Sindrom ini
dapat sembuh sesudah koreksi lesi obstruktif.
DIABETES MELLITUS
Gen insulin diekspresikan pada sel beta islet pankreas, tempat insulin
disintesis dan disimpan dalam granula sebelum dikeluarkan. Pengeluaran
dari sel beta berlangsung dalam suatu proses bifasik yang melibatkan dua
simpanan insulin. Peningkatan kadar glukosa darah mendorong pelepasan
segera insulin, yang diperkirakan berasal dari simpanan pada granula sel
beta. Jika rangsangan sekretorik tersebut berlanjut, timbul respon tipe
lambat dan berkepanjangan yang melibatkan sintesis aktif insulin.
Rangsangan terpenting yang memicu pengeluaran glukosa adalah insulin,
yang juga memacu sintesis insulin. Perubahan dalam metabolisme intrasel
yang dipicu oleh glukosa ini, disertai input kolinergik normal dari sistem
saraf otonom, meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta. Zat lain,
termasuk hormon usus dan asam amino tertentu (leusin dan arginin), serta
sulfonilurea merangsang pengeluaran insulin, tetapi tidak sintesisnya.
Kadar glukosa darah meninggi ke tingkat pada saat jumlah glukosa yang
difiltrasi melebihi kapasitas sel-sel tubulus melakukan reabsorpsi, glukosa
akan timbul di urin (glukosuria) (2). Glukosa di urin menimbulkan efek
osmotik yang menarik H2O bersamanya, menimbulkan diuresis osmotic
yang ditandai oleh poliuria (sering berkemih) (3). Cairan yang berlebihan
keluar dari tubuh menyebabkan dehidrasi (4), yang pada gilirannya dapat
menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena volume darah turun
meencolok (5). Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki, dapat
menyebabkan kematian karena aliran darah ke otak turun (6) atau
menimbulkan gagal ginjal sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak
adekuat (7). Selain itu, sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami
dehidrasi akibat perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstrasel
yang hipertonik (8). Sel-sel otak sangat peka terhadap penciutan, sehingga
timbul gangguan fungsi system saraf (9). Gejala khas lain pada diabetes
mellitus adalah polidipsia (rasa haus berlebihan), yang sebenarnya
merupakan mekanisme kompensasi untuk mengatasi dehidrasi.
Karena terjadi defisiensi glukosa intrasel, nafsu makan (appetite)
meningkat, sehingga timbul polifagia (pemasukan makanan berlebihan)
(11). Akan tetapi, walaupun terjadi peningkatan pemasukan makanan,
berat tubuh menurun secara progresif akibat efek defisiensi insulin pada
metabolism lemak dan protein. Sintesis trigliserida menurun saat lipolisis
meningkat, sehingga terjadi mobilisasi besar-besaran asama lemak dari
simpanan trigliserida (12). Peningkatan asam lemak dalam darah sebagian
besar digunakan oleh sel sebagai sumber energi alternative. Peningkatan
penggunaan lemak oleh hati menyebabkan pengeluaran berlebihan badan
keton ke dalam darah dan menimbulkan ketosis (13). Karena badan-badan
keton mencakup beberapa asam seperti asam aetoasetat yang berasala dari
penguraian tidak sempurna lemak oleh hati, ketosis ini menyebabkan
asidosis metabolic progresif (14). Asidosis menekan fungsi otak dan,
apabila cukup parah, dapat menimbulkan koma diabetes dan kematian
(15).
DIAGNOSIS
Anamnesis Tambahan:/
GDP < 126 mg/dl dan 2 jam PP > 126 mg/dl maka diulangi pemeriksaan
laboratorium sekali lagi dengan persiapan minimal 3 hari dengan diet
karbohidrat lebih dari 150 gr per hari dengan kegiatan fisik seperti biasa
kemungkinan hasil adalah :
1. Diabetes militus, apabila hasilnya sama atau tetap, yaitu GDP <
126 mg/dl dan 2 jam PP > 200 mg/dl atau apabila hasilnya memenuhi
kriteria A atau B
2. TTGO, apabila hasilnya cocok dengan kriteria C.
KOMPLIKASI
A. Komplikasi Akut
1. Koma hipoglikemia
2. Ketoasodosis Diabetika (KAD)
3. Hiperosmolar nonketotik (HONK)
B. Komplikasi Kronik
1. Makroangiopati
2. Mikroangiopati
a. Ratinopati diabetik
b. Nefropati diabetika
3. Neuropati diabetika
Keluhan yang tersering adalah berupa kesemutan dan rasa lemah. Pada
pasien dengan neuropati autonom diabetika mungkin dapat dijumpai gejala
berupa mual, gembung, muntah dan diare terutama pada malam hari.
Manifestasi neuropati otonom diabetik lain adalah adanya hipotesis
orthostatik serta adanya keluhan gangguan pengeluaran keringat.
Terkadang pula dapat terjadi inkontinensia fatal maupun urin.
PENATALAKSANAAN
Golongan Sensitizing
1. Biguanid
2. Glitazone
Obat ini telah digunakan untuk pengobatan Dmtipe 2 sejak tahun 1950-
an. Obat ini digunakan sebagai terapi farmakologis pada awal
pengobatan diabetes dimulai, terutama bila konsentrasi glukosa tinggi
dan sudah terjadi gangguan pada sekresi insulin. Sulfonilurea sering
digunakan sebagai terapi kombinasi karena kemampuannya untuk
meningkatkan atau mempertahankan sekresi insulin.
Golongan obat ini bekerja dengan merangsang sel beta pancreas untuk
melepaskan insulin yang tersimpan. Karena itu tentu saja hanya dapat
bermanfaat pada pasien yang masih mempunyai kemampuan untuk
sekresi insulin. Golongan obat ini tidak dapat dipakai pada diabetes
mellitus tipe 1.
Kombinasi sulfonylurea dan insulin ini ternyata lebih baik dari pada
insulin sendiri dan dosis insulin ynang diperlukan pun ternyata lebih
rendah. Dan cara kombinasi ini lebih dapat diterima pasien dari pada
penggunaan insulin multiple.
3. Suntikan insulin
4. Pembedahan
PROGNOSIS
Sedangkan untuk pasien DM tipe II, jika pasien cepat didiagnosa dan
diobati maka akan memperlambat terjadinya komplikasi pada pasien
sehingga morbiditas dan mortalitasnya menurun. Namun, jika telat
didiagnosa dan diobati, maka tingkat mortalitas dan morbiditasnya akan
meningkat karena komplikasi mudah terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton and Hall, 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedoktean Edisi 11 Revisi, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sherwood, Lauralee, 2001, Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem Edisi 2, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.