You are on page 1of 18

Ruang Lingkup Permen KP.

17/MEN/2010
1. Persyaratan importir hasil perikanan;
2. Persyaratan hasil perikanan yang diimpor;
3. Tata cara permohonan impor;
4. Pemeriksaaan hasil perikanan yang di impor;
5. Monitoring dan Pengawasan;
6. Impor sebagai barang Bawaan
7. Pemasukan kembali hasil perikanan dari Indonesia
(re-impor).
PERSYARATAN IMPORTIR
Wajib memiliki API-P (Angka Pengenal Importir Produsen) atau API-U (Angka Pengenal
Importir Umum):

1. Pemilik API-P, ditambahkan persyaratan:


 SKP dan/atau Sertifikat Penerapan HACCP;
 Surat rekomendasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi;
 Rencana kebutuhan pemasukan hasil perikanan untuk kebutuhan produksi 1
tahun mencakup jenis, spesifikasi dan volume hasil perikanan, serta rencana
pengolahan hasil perikanan yang akan dimasukkan;
 memiliki instalasi karantina yang telah ditetapkan Kepala Badan Karantina
Ikan;

2. Pemilik API-U, ditambahkan persyaratan:


» Surat rekomendasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi;
» Rencana kebutuhan pemasukan hasil perikanan untuk 1 tahun yang mencakup
jenis, spesifikasi dan volume hasil perikanan, serta rencana distribusi hasil
perikanan yang akan dimasukkan;
» memiliki instalasi karantina yang telah ditetapkan Kepala Badan Karantina
Ikan;
PERSYARATAN HASIL PERIKANAN

1. Wajib dilengkapi :
1. Sertifikat Kesehatan/Health Certificate bidang Karantina Ikan dan/atau
bidang Mutu dari instansi berwenang di negara asal;
2. Surat Keterangan Asal /Certificate of Origin (CoO);
3. Hasil uji laboratorium dari negara asal: bebas cemaran mikrobiologi,
residu, kontaminan dan bahan kimia berbahaya lain sesuai SNI;
4. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan tentang label
dan iklan pangan;
5. Maksimal penggelasan (glazing) 20% (produk beku);
6. Good Aquaculture Practices (GAP) untuk hasil perikanan budidaya;

2. Hasil Perikanan berupa introduksi jenis ikan baru dan/atau yang pertama
kali masuk ke dalam wilayah RI , wajib dilakukan Analisis Resiko Impor
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
PERSYARATAN NEGARA ASAL

• Memiliki kerjasama berupa MRA/MoU atau sejenisnya dgn Indonesia (Kanada,


Rusia, UE, China, Korea):
 importir hanya dapat menerima hasil perikanan dari pemasok dan/atau
UPI yg disampaikan oleh Otoritas Kompeten di negara asalnya;
 Dilengkapi HC yang dikeluarkan oleh Otoritas Kompeten di negara asal;
• Belum memiliki kerjasama berupa MRA/MoU atau sejenisnya tapi punya sistim
yg ekuivalen dgn Indonesia:
 importir menyampaikan regulasi ttg sistim jaminan mutu dan keamanan
hasil perikanan yang diberlakukan negara-negara yang bersangkutan untuk
dievaluasi oleh Otoritas Kompeten di Indonesia;
• Belum memilki kerjasama berupa MRA/MoU atau sejenisnya dan belum punya
sistim yang ekuivalen dgn Indonesia:
 Hasil perikanan dapat diijinkan masuk setelah dilakukan pengujian lab dan
hasilnya sesuai SNI dan/atau ketentuan di bidang mutu dan keamanan
hasil perikanan;
Tata Cara Pemasukan Hasil Perikanan Ke Wilayah RI

1. Permohonan ditujukan kepada Direktur Jenderal, yang memuat:


1. Maksud dan tujuan;
2. Nama ilmiah dan nama dagang;
3. Jumlah/ volume, spesifikasi, dan kode HS;
4. Negara asal;
5. Sarana pengangkutan;
6. Tempat pemasukan;
7. Jadwal pemasukan;
8. Sumber bahan baku
9. Melampirkan fotokopi atau surat penetapan instalasi karantina.

2. Penilaian atas kelengkapan, keabsahan, dan kebenaran persyaratan


dilakukan: Tim Evaluasi yang dibentuk oleh Direktur Jenderal.
Lanjutan……..
3. Maks. 5 (lima) hari kerja, Tim Evaluasi menyampaikan hasil evaluasi
berupa rekomendasi persetujuan atau penolakan kepada Direktur
Jenderal;
4. Direktur Jenderal maks. 5 (lima) hari kerja sejak menerima
rekomendasi Tim Evaluasi harus menerbitkan izin pemasukan hasil
perikanan apabila permohonan pemasukan hasil perikanan
disetujui, atau menerbitkan pemberitahuan penolakan kepada
pemohon apabila permohonan pemasukan hasil perikanan ditolak;
5. Izin pemasukan hasil perikanan berlaku selama 6 (enam) bulan;
6. Pemasukan hasil perikanan oleh instansi/lembaga/institusi
nonkomersial dpt dilkkan tanpa API-P atau API-U, namun tetap
harus memenuhi ketentuan persyaratan hasil perikanan yang
masuk.
Formulir 1 : Permohonan Ijin Pemasukan
Kop Surat Perusahaan

Nomor : Tempat, tanggal, bulan, tahun


Lampiran : 1 berkas
Perihal : Permohonan Ijin Pemasukan Hasil Perikanan.

Kepada Yth.
Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16, Jakarta Pusat.
Dengan ini kami mengajukan permohonan ijin pemasukan hasil perikanan dengan kelengkapan data sebagai berikut:
1. API-P atau API-U;
2. Rekomendasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi;
3. Sertifikat Kelayakan Pengolahan(SKP) dan/atau Sertifikat Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP);
4. Bukti kepemilikan Instalasi Karantina Ikan sesuai dengan Pusat Karantina Ikan.
Rincian dan spesifikasi hasil perikanan yang kami mohonkan ijin pemasukannya adalah sebagai berikut:
No. Maksud dan Nama Ilmiah/ Volume/ Jenis Negara Asal Sarana Tempat Jadwal Sumber Ket.
Tujuan Nama Dagang Jumlah (KG) (Kode HS) Pengangkutan Pemasukan Pemasukan Bahan Baku

Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih. 

tempat, tanggal, bulan, tahun


 ttd pemohon dan
cap perusahaan
 
(Nama Pemohon)
Jabatan
Formulir 2 : Surat Pernyataan 
Kop Surat Perusahaan

SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jabatan :
Nama Perusahaan :
Alamat :
Telepon/fax :
E- Mail :
API-P atau API-U :
Rekomendasi dari :
Dinas KP Provinsi
SKP dan/atau S-HACCP :
Dokumen Kepemilikan IKIS :

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa seluruh dokumen dan persyaratan yang kami
sampaikan dalam rangka mendapat Ijin Pemasukan Hasil Perikanan adalah Benar. 
Apabila dikemudian hari ditemui bahwa dokumen dan persyaratan yang kami sampaikan tidak
benar, kami bersedia dikenakan sanksi administrasi, perdata dan pidana sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya dan penuh rasa tanggung jawab.
 
Tempat, Tanggal, bulan, tahun
 ttd pemohon dan cap perusahaan  
  Materai Rp.6000
(Nama Pemohon)
Jabatan
Pemeriksaan Hasil Perikanan

• Diawali dengan pemeriksaan dokumen oleh petugas karantina; untuk mengetahui


kelengkapan, keabsahan, dan kebenaran isi dokumen.
• Lengkap : seluruh kelengkapan yang dipersyaratkan atau diwajibkan telah terpenuhi.
• Sah : dokumen yang berasal dari negara asal atau negara transit diterbitkan oleh
instansi yang berwenang.
• Benar: terdapat kesesuaian antara isi dokumen dengan jenis, jumlah, bentuk
produk dan/atau ukuran hasil perikanan.
• Petugas karantina memeriksa fisik hasil perikanan di kawasan pabean.
• Bila hasil perikanan yang dimasukkan telah memenuhi kelengkapan dokumen dan
persyaratan, maka petugas karantina ikan akan menerbitkan Surat Persetujuan
pengeluaran media pembawa dari tempat pemasukan.
• Hasil perikanan yang dikeluarkan dari kawasan pabean, dibawa ke instalasi karantina
ikan, dilakukan tindakan karantina ikan dan pengujian mutu.
• Tindakan karantina ikan dalam rangka mendeteksi hama penyakit ikan karantina dan
pengujian mutu dilakukan dengan pengambilan contoh sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
Pemeriksaan Hasil Perikanan

• Biaya yang timbul dalam rangka mendeteksi HPIK dan pengujian mutu,
ditanggung sepenuhnya oleh importir.
• Pengambilan contoh dilakukan oleh pengawas mutu dalam kurun waktu 1 x 24
(satu kali dua puluh empat) jam, sejak masuk ke instalasi karantina ikan untuk
selanjutnya dilakukan pengujian.
• Laporan hasil uji laboratorium digunakan sebagai dasar bagi petugas karantina
ikan untuk menerbitkan sertifikat pelepasan.
• Apabila dari laporan hasil uji laboratorium dinyatakan memenuhi persyaratan
bebas hama dan penyakit ikan karantina dan jaminan mutu serta keamanan hasil
perikanan, maka akan diterbitkan sertifikat pelepasan oleh petugas karantina
dengan tembusan kepada pengawas perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya, dan Dinas Provinsi untuk melaksanakan pengawasan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
• Apabila dari laporan hasil uji dinyatakan tidak memenuhi persyaratan jaminan
mutu dan keamanan hasil perikanan, maka petugas karantina tidak menerbitkan
sertifikat pelepasan dan dilarang untuk didistribusikan.
• Hasil perikanan yang tidak dilengkapi dengan sertifikat pelepasan, dinyatakan
dilarang untuk didistribusikan dan dikembalikan ke negara asal atau diproses
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
MONITORING DAN PENGAWASAN

MONITORING
 Untuk menjamin efektivitas pengendalian mutu,
 Hasil monitoring disampaikan kepada Otoritas Kompeten, tembusan kepada Dirjen, Dirjen
P2SDKP dan Pusat Karantina Ikan.
 Jika hasil monitoring tidak sesuai terhadap persyaratan mutu dan keamanan hasil
perikanan, importir wajib menarik kembali hasil perikanan yang telah beredar.

PENGAWASAN
 Hasil perikanan yang telah diberikan Surat Persetujuan Pengeluaran dari Tempat
Pemasukan dan Surat Keterangan Masuk Instalasi dilakukan pengawalan oleh petugas
karantina menuju instalasi yang telah ditetapkan;
 Pengawas perikanan melakukan pengawasan terhadap hasil perikanan yang telah diberikan
sertifikat pelepasan untuk menjamin bahwa hasil perikanan tersebut digunakan dan/atau
dimanfaatkan sesuai maksud, tujuan, dan rencana pemasukan hasil perikanan;
 Pengawasan dapat dilakukan di unit pengolahan; saat distribusi dari instalasi ke unit
pengolahan selanjutnya dan/atau tempat-tempat pemasaran;
 Saat dilakukan uji petik dalam rangka pengawasan, importir wajib menunjukkan dokumen
yang menyertai hasil perikanan yang masuk ke dalam wilayah RI: izin pemasukan hasil
perikanan dari Dirjen dan Sertifikat Pelepasan dari Puskari;
 Laporan hasil kegiatan pengawasan disampaikan kepada Direktur Jenderal PSDKP dengan
tembusan kepada Direktur Jenderal dan Kepala Puskari.
PEMASUKAN SEBAGAI BARANG BAWAAN

• Tanpa dilengkapi dengan API-P atau API-U: sebanyak-


banyaknya 25 KG dan/atau memiliki nilai sebesar-besarnya Rp
1.000.000,-
• Barang bawaan tersebut wajib dilaporkan dan diserahkan
berikut dokumen persyaratannya kepada petugas karantina
saat tiba di tempat pemasukan.
PEMASUKAN KEMBALI (Re-IMPOR)

• Terjadi karena tidak memenuhi persyaratan pada saat


pengeluaran, seperti:
- tidak dilaporkan,
- tidak melalui pemeriksaan,
- tidak melalui tempat pengeluaran dan atau
diselundupkan
- tidak dilengkapi dokumen yang dipersyaratkan;
- akan dikenakan tindakan pemusnahan di tempat
pemasukan.
• harus disertai alasan penolakan dari negara tujuan/negara
pengimpor, dan/atau pembeli (buyer).
• harus dilengkapi dengan HC.
• harus melalui tempat-tempat pemasukan yang telah
ditetapkan oleh Menteri.
• Biaya pemusnahan menjadi tanggung jawab importir.
Sanksi

1. Pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan Menteri ini dapat


dikenakan sanksi administratif;
2. Sanksi administratif : peringatan tertulis, pembekuan, atau
pencabutan izin pemasukan hasil perikanan;
3. Pengenaan sanksi administratif, dilakukan dengan tahapan:
 Peringatan tertulis dikenakan paling banyak 3 (tiga) kali
berturut- turut dalam jangka waktu 1 (satu) bulan oleh
Direktur Jenderal;
 dalam hal peringatan tertulis tidak dipatuhi, selanjutnya
dilakukan pembekuan terhadap izin pemasukan hasil
perikanan selama 1 (satu) bulan;
 apabila pembekuan tidak dipatuhi, selanjutnya dilakukan
pencabutan terhadap izin pemasukan hasil perikanan.
Ketentuan Peralihan
Importir yang telah melaksanakan kegiatan pemasukan hasil
perikanan ke dalam wilayah Republik Indonesia, sebelum
ditetapkannya Peraturan Menteri ini wajib memiliki API-P dan
API-U paling lambat 3 (tiga) bulan sejak ditetapkannya Peraturan
Menteri ini.
• Pengembangan atau penguatan
kemitraan pemasaran
• Peningkatan forum bisnis per
komoditi
• Peningkatan fasilitas on line,
media komunikasi bisnis yang
murah

12/8/21 09:39 PM 17
Terima kasih

You might also like