You are on page 1of 8

Tumbuhan paku

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
"Pakis" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain dari Pakis, lihat Pakis (disambiguasi).
?
Tumbuhan paku
(Pteridophyta)

Polystichum setiferum
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Pteridophyta
Kelas
Psilotopsida
Equisetopsida
Marattiopsida
Polypodiopsida
Wikimedia Commons memiliki galeri mengenai:
Tumbuhan paku

Tumbuhan paku (atau paku-pakuan, Pteridophyta atau Filicophyta), adalah satu divisio
tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji
untuk reproduksinya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai
alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi.

Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah
kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya
tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan
ini cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku
moyangnya di zaman Karbon, yang juga dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku karena
merajai hutan-hutan di bumi. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil sekarang
ditambang orang sebagai batu bara.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1 Morfologi
 2 Daur hidup (metagenesis)
 3 Klasifikasi
 4 Lihat pula
 5 Referensi
 6 Pranala luar

[sunting] Morfologi
Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku pohon, biasanya
tidak bercabang), epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya berupa terna dengan rizoma
yang menjalar di tanah atau humus dan ental (bahasa Inggris frond) yang menyangga daun
dengan ukuran yang bervariasi (sampai 6 m). Ental yang masih muda selalu menggulung
(seperti gagang biola) dan menjadi satu ciri khas tumbuhan paku. Daun pakis hampir selalu
daun majemuk. Sering dijumpai tumbuhan paku mendominasi vegetasi suatu tempat sehingga
membentuk belukar yang luas dan menekan tumbuhan yang lain.

[sunting] Daur hidup (metagenesis)

Protalium (panah merah) dengan tumbuhan paku muda

Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase
utama:gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase
sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus
(prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran
berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya),
tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang
lembab. Dari prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid
atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur).
Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju
archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh
menjadi tumbuhan paku baru.

Tumbuhan berbiji (Spermatophyta) juga memiliki daur seperti ini tetapi telah berevolusi lebih
jauh sehingga tahap gametofit tidak mandiri. Spora yang dihasilkan langsung tumbuh menjadi
benang sari atau kantung embrio.

[sunting] Klasifikasi

Paku laut. Tumbuhan paku adaptif untuk tempat-tempat marginal.

Secara tradisional, Pteridophyta mencakup semua kormofita berspora, kecuali lumut hati,
lumut tanduk, dan tumbuhan lumut. Selain paku sejati (kelas Filicinae), termasuk di dalamnya
paku ekor kuda (Equisetinae), rane dan paku kawat (Lycopodiinae), Psilotum (Psilotinae), serta
Isoetes (Isoetinae). Sampai sekarang pun ilmu yang mempelajari kelompok-kelompok ini
disebut pteridologi dan ahlinya disebut pteridolog.

Smith et al. (2006)[1] mengajukan revisi yang cukup kuat berdasarkan data morfologi dan
molekular. Berdasarkan klasifikasi terbaru ini, Lycophyta (rane, paku kawat, dan Isoetes)
merupakan tumbuhan berpembuluh yang pertama kali terpisah dari yang lain, sedangkan paku-
pakuan serta tumbuhan berbiji berada pada kelompok lain. Selanjutnya terlihat bahwa semua
kormofita berspora yang tersisa tergabung dalam satu kelompok besar, yang layak dikatakan
sebagai anggota divisio tumbuhan paku (Pteridophyta). Dari hasil revisi ini juga terlihat bahwa
sejumlah paku-pakuan yang dulu dianggap sebagai paku primitif (seperti Psilotum) ternyata
lebih dekat berkerabat dengan paku tunjuk langit (Helminthostachys), sementara paku ekor
kuda (Equisetum') sama dekatnya dengan paku sejati terhadap Marattia.

Dengan demikian, berdasarkan klasifikasi baru ini, tumbuhan paku dapat dikelompokkan
sebagai berikut.

Divisio: Lycophyta
dengan satu kelas: Lycopsida.

Divisio: Pteridophyta
dengan empat kelas monofiletik:

 Psilotopsida, mencakup Ophioglossales.


 Equisetopsida
 Marattiopsida
 Polypodiopsida (=Pteridopsida, Filicopsida)

Divisi terakhir ini mencakup semua tumbuhan yang biasa dikenal sebagai paku sejati atau paku
benar. Berikut adalah klasifikasi lengkap menurut Smith et al. (2006):

Kelas Psilotopsida
Bangsa Ophioglossales
Suku Ophioglossaceae (termasuk Botrychiaceae, Helminthostachyaceae)
Bangsa Psilotales
Suku Psilotaceae (termasuk Tmesipteridaceae)
Kelas Equisetopsida [=Sphenopsida]
Bangsa Equisetales
Suku Equisetaceae
Kelas Marattiopsida
Bangsa Marattiales
Suku Marattiaceae (termasuk Angiopteridaceae, Christenseniaceae, Danaeaceae,
Kaulfussiaceae)
Kelas Polypodiopsida [=Filicopsida, Pteridopsida]
Bangsa Osmundales
Suku Osmundaceae
Bangsa Hymenophyllales
Suku Hymenophyllaceae (termasuk Trichomanaceae)
Bangsa Gleicheniales
Suku Gleicheniaceae (termasuk Dicranopteridaceae, Stromatopteridaceae)
Suku Dipteridaceae (termasuk Cheiropleuriaceae)
Suku Matoniaceae
Bangsa Schizaeales
Suku Lygodiaceae
Suku Anemiaceae (termasuk Mohriaceae)
Suku Schizaeaceae
Bangsa Salviniales (paku air)
Suku Marsileaceae (termasuk Pilulariaceae)
Suku Salviniaceae (termasuk Azollaceae)
Bangsa Cyatheales (paku pohon)
Suku Thyrsopteridaceae
Suku Loxomataceae
Suku Culcitaceae
Suku Plagiogyriaceae
Suku Cibotiaceae
Suku Cyatheaceae (termasuk Alsophilaceae, Hymenophyllopsidaceae)
Suku Dicksoniaceae (termasuk Lophosoriaceae)
Suku Metaxyaceae
Bangsa Polypodiales
Suku Lindsaeaceae (termasuk Cystodiaceae, Lonchitidaceae)
Suku Saccolomataceae
Suku Dennstaedtiaceae (termasuk Hypolepidaceae, Monachosoraceae, Pteridiaceae)
Suku Pteridaceae (termasuk Acrostichaceae, Actiniopteridaceae, Adiantaceae,
Anopteraceae, Antrophyaceae, Ceratopteridaceae, Cheilanthaceae, Cryptogrammaceae,
Hemionitidaceae, Negripteridaceae, Parkeriaceae, Platyzomataceae, Sinopteridaceae,
Taenitidaceae, Vittariaceae)
Suku Aspleniaceae
Suku Thelypteridaceae
Suku Woodsiaceae (termasuk Athyriaceae, Cystopteridaceae)
Suku Blechnaceae (termasuk Stenochlaenaceae)
Suku Onocleaceae
Suku Dryopteridaceae (termasuk Aspidiaceae, Bolbitidaceae, Elaphoglossaceae,
Hypodematiaceae, Peranemataceae)
Suku Lomariopsidaceae (termasuk Nephrolepidaceae
Suku Tectariaceae
Suku Oleandraceae
Suku Davalliaceae
Suku Polypodiaceae (termasuk Drynariaceae, Grammitidaceae, Gymnogrammitidaceae,
Loxogrammaceae, Platyceriaceae, Pleurisoriopsidaceae)

Tumbuhan lumut
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Tumbuhan lumut dengan sporofit muda

Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam divisio
Bryophyta (dari bahasa Yunani bryum, "lumut").

Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ
fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum
memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah:
"serupa akar"). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan
tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini
terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat
menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan
lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.

Dalam bahasa sehari-hari, istilah "lumut" dapat merujuk pada beberapa divisio. Klasifikasi lama
pun menggabungkan pula lumut hati dan lumut tanduk ke dalam Bryophyta, sehingga di dalam
Bryophyta terangkum lumut tanduk, lumut hati, dan lumut sejati (Musci). Namun,
perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik,
sehingga diputuskan untuk memisahkan lumut hati dan lumut tanduk ke luar dari Bryophyta. Di
dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya
tumbuh di Indonesia[1]. Kebun Raya Cibodas di Jawa Barat memiliki "taman lumut" yang
mengoleksi berbagai tumbuhan lumut dan lumut hati dari berbagai wilayah di Indonesia dan
dunia.

Daftar isi
[sembunyikan]
 1 Pergiliran keturunan
 2 Peran tumbuhan lumut dalam ekosistem
 3 Manfaat tumbuhan lumut
 4 Rujukan

[sunting] Pergiliran keturunan

Pergiliran keturunan tumbuhan lumut

Tumbuhan lumut mengalami pergiliran keturunan dalam daur hidupnya. Apa yang dikenal
orang sebagai tumbuhan lumut merupakan tahap gametofit (tumbuhan penghasil gamet) yang
haploid (x = n). Dengan demikian, terdapat tumbuhan lumut jantan dan betina karena satu
tumbuhan tidak dapat menghasilkan dua sel kelamin sekaligus.

Sel-sel kelamin jantan (sel sperma) dihasilkan dari anteridium dan sel-sel kelamin betina (sel
telur atau ovum) terletak di dalam arkegonium. Kedua organ penghasil sel kelamin ini terletak
di bagian puncak dari tumbuhan. Anteridium yang masak akan melepas sel-sel sperma. Sel-sel
sperma berenang (pembuahan terjadi apabila kondisi lingkungan basah) menuju arkegonium
untuk membuahi ovum.
Ovum yang terbuahi akan tumbuh menjadi sporofit yang tidak mandiri karena hidupnya
disokong oleh gametofit. Sporofit ini diploid (x = 2n) dan berusia pendek (3-6 bulan untuk
mencapai tahap kemasakan). Sporofit akan membentuk kapsula yang disebut sporogonium
pada bagian ujung. Sporogonium berisi spora haploid yang dibentuk melalui meiosis.
Sporogonium masak akan melepaskan spora. Spora tumbuh menjadi suatu berkas-berkas yang
disebut protonema. Berkas-berkas ini tumbuh meluas dan pada tahap tertentu akan
menumbuhkan gametofit baru.

[sunting] Peran tumbuhan lumut dalam ekosistem


Tumbuhan lumut memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpan air
(karena sifat selnya yang menyerupai spons), dan sebagai penyerap polutan.

Tumbuhan ini juga dikenal sebagai tumbuhan perintis, mampu hidup di lingkungan yang kurang
disukai tumbuhan pada umumnya.

[sunting] Manfaat tumbuhan lumut


Beberapa tumbuhan lumut dimanfaatkan sebagai ornamen tata ruang. Beberapa spesies
Sphagnum dapat digunakan sebagai obat kulit dan mata.

Tumbuhan lumut yang tumbuh di lantai hutan hujan membantu menahan erosi, mengurangi
bahaya banjir, dan mampu menyerap air pada musim kemarau.

You might also like