You are on page 1of 67

1

2
3
4
5
6
7
8
Anggrek (Orchid)

Desyana, Cut. 1999. Keanekaragaman jenis YLI


Anggrek tanah di Stasiun Penelitian Soraya
Ekosistem Leuser

Ruhana. 2003. Kajian jenis anggrek di Stasiun UNSYIAH


Penelitian Ketambe - Ekosistem Leuser.
Thesis. Darussalam Banda Aceh. Unsyiah

Juswara, Lina Susanti. 2004. Inventarisasi tumbuh-


tumbuhan kerabat anggrek-anggrekan

Surya, Karta. 2004. Studi keanekaragaman jenis STIK


anggrek. Skripsi. Banda Aceh. STIK-Banda
Aceh

Bakteri (Bacteria)

Sophia, Linda. 2004. Identifikasi bakteri yang UNSYIAH


berasosiasi dengan khortalsia. Banda Aceh.
Unsyiah

Beruang (Helarstos malayanus)

Augeri, David Maseli. 2001. Conservation of the


Malayan Bear (Helarstos malayanus) in
Indonesia mitigation potential bear/human
conflicts and distribution effects on sun bear
ecology and land scape use. USA. Cambridge
University.

9
Burung (Bird)

Lamin, Pratiara. Monitoring fluktuasi Renggaliten


(Amauromis phoenicorus) burung rawa
persawahan di Kawasan Ekosistem Leuser

Rahmawaty. 1991. Keanekaragaman jenis burung USU


pada habitat terbuka dan tertutup di Kawasan
Taman Nasiona Gunung Leuser. Skripsi.
Medan. FE-USU

Jamaluddin. 2003. Studi kepadatan populasi dan UNSYIAH


ciri habitat Mentok rimba (Cairina sculata) di
Kawasan Stasiun Penelitian Suaq Belimbing.
Banda Aceh. Unsyiah

Muchsin. 2003. Populasi dan jenis rangkong famili UNSYIAH


Bucirotidae. Skripsi. Banda Aceh. Biologi-
Unsyiah

Arninova. 2004. Inventarisasi jenis burung di Pos YLI


Penelitian Sikundur Ekosistem Leuser

Cacing (Platyhelmintes)

Aisyah. 2003. Komposisi komunitas cacing tanah di YLI


tiga kondisi biotop hutan hujan tropis
Sikundur Kawasan Ekosistem Leuser.

Gajah (Elephas maximus sumatranus)

Zahrah, Ma’rifatin. 2002. Analisis karakteristik IPB


komunitas vegetasi habitat gajah Sumatera di
10
kawasan hutan Kabupaten Aceh Timur dan
Kabupaten Langkat. Bogor. Pascasarjana-IPB

Sinaga, Walberto. 2003. Studi perilaku harian satwa


gajah liar (Elephas maximus sumatranus)
dalam upaya mendukung pengelolaan
populasi gajah Sumatera

Wingard, Susanna. Survey gajah Sumatera di Aras


Napal

GIS (Geographic Information System)

WCS. 2004. Penginderaan jauh tutupan hutan WCS


pulau
Sumatera.

WCS melakukan analisa penginderaan


jauh (remote sensing analysis) untuk
mengidentifikasi habitat potensial harimau
Sumatra. Dengan analisa ini, telah dihasilkan
peta tutupan hutan dan deforestrasi di seluruh
pulau Sumatera, termasuk Taman Nasional
Gunung Leuser. Foto citra satelit yang kami
gunakan adalah Landsat-5 Thematic Mapper
(TM) tahun 1990 dan Landsat-7 Enhanced
Thematic Mapper (ETM+) tahun 2000. Foto-
foto tersebut teregistrasi pada NASA Geocover,
yang merupakan satu set foto ortho-rectified
sejak tahun 1990-an . Hasil analysis dapat di
download dari www.sumatranforest.org

Rahmi, Julia. 2008. Hubungan kerapatan tajuk dan


penggunaan lahan berdasarkan analisis citra
satelit dan sistem informasi geografis Di
11
Taman Nasional Gunung Leuser (Studi kasus
kawasan hutan resort Tangkahan, Cinta Raja,
Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser
(KEL)

Tujuan penelitian ini adalah untuk


mengetahui tingkat kerapatan vegetasi (NDVI)
diberbagai penggunaan lahan tahun 2002 dan
2007 dan mengetahui hubungan kerapatan
vegetasi dengan penggunaan lahan serta
mengetahui perubahan penggunaan lahan tahun
2002 dan 2007. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kisaran NDVI di berbagai penggunaan
lahan tahun 2002 dan 2007 bervariasi antara -
0.375 – 0.577 yaitu berupa vegetasi jarang,
vegetasi sedang dan vegetasi rapat untuk tahun
2002 sedangkan untuk tahun 2007 kisaran nilai
NDVI antara -0.115 – 0.646. Hubungan
(korelasi) antara NDVI dan penggunaan lahan
tahun 2002 dan tahun 2007 sangat kuat, dimana
nilai koefisien korelasi untuk citra tahun 2002
adalah 0.855 dan untuk citra tahun 2007
sebesar 0.903. Pada periode tahun 2002 sampai
tahun 2007 telah terjadi perubahan luasan
penggunana lahan yaitu jenis pengggunaan
lahan yang mengalami kenaikan luas
penggunaan lahan terjadi pada hutan sekunder
sebesar 19150.37 ha atau 19.80 %, Sedangkan
jenis penggunaan lahan yang mengalami
penurunan luas adalah tipe hutan primer yaitu
sebesar 21099.17 ha atau 22 %.

Asnur, Paranita, dkk. 2009. Pemetaan sifat-sifat USU


tanah dengan menggunakan Sistem Informasi
Geografis. Fak. Pertanian-USU

12
Zendrato, Desli triman. 2009. Identifikasi daerah USU
jelajah Orangutan Sumatera menggunakan
aplikasi Sistem Informasi Geografis. Skripsi.
Medan. USU

Seekor orangutan betina dewasa


memiliki jelajah harian sejauh 916,4 meter/hari
yang menjelajah dalam area seluas 12,4909 Ha
(Metode Kernel) atau 71,549 Ha (Metode
MCP). Sedangkan seekor orangutan jantan
dewasa memiliki jelajah harian sejauh 651,28
meter/hari yang menjelajah dalam area seluas
46,017 Ha (Metode Kernel) atau 58,5601 Ha
(Metode MCP). Daerah jelajah seekor
orangutan yang sangat luas memungkinkan
daerah jelajahnya saling bertautan dengan
indidividu orangutan lainnya. Faktor yang
mempengaruhi variasi jarak jelajah dan daerah
jelajah orangutan yaitu: ketersediaan sumber
makanan di hutan dan interaksi sosial.

Marliansyah, Muhammad. 2010. Pemetaan Sebaran USU


Pohon pakan Orangutan Sumatera (Pongo
abelii. Lesson, 1827) Menggunakan Aplikasi
Sistem Informasi Geografis. Skripsi. Medan.
FP USU

Hasil penelitian menunjukkan terdapat


190 individu pohon di daerah jelajah
Orangutan jantan dewasa dan betina dewasa,
yang terdiri dari 101 spesies dan 24 famili.
Sebanyak 50 spesies sudah dikenali sebagai
pakan orangutan. Spesies yang mendominasi
berasal dari famili Dipterocarpaceae sebanyak
13
50 individu, Myrtaceae sebanyak 26 individu,
Fagaceae sebanyak 16 individu, Sapindaceae
12 individu, dan Moraceae sebanyak 11
individu, sedangkan famili lainnya tidak
mendominasi. Pohon yang ditemukan dibuat
peta sebarannya dan dikelompokkan
berdasarkan kelas diameter dan ketinggian
tempat di atas permukaan laut.

Aqsar, Zeihan el. Hubungan ketinggian dan


kelerengan dengan tingkat kerapatan vegetasi
menggunakan Sistem Informasi Geografis di
Taman Nasional Gunung Leuser

Aplikasi Sistem Informasi Geografis


diharapkan dapat meningkatkan keberlanjutan
pengeloalaan kawasan hutan dalam hal ini
penelitian dilakukan untuk melihat hubugan
antara ketinggian dan kelerengan dengan
kerapatan vegetasi dengan menggunakan
Digital Elevation Model (DEM) dikawasan
hutan Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan
Kawasan Ekosistem Leuser.

Febriani, Revina. Pemetaan daerah rawan konflik


Gajah menggunakan Sistem Informasi
Geografis di Taman Nasional Gunung Leuser
(studi kasus di Resort Tangkahan, Resort
Cinta Raja dan Resort Sei Lepan)

Penelitian ini bertujuan untuk


mengetahui bentuk penggunaan lahan yang
dapat menyebabkan konflik gajah dengan
manusia dan mengetahui faktor pendukung
terjadinya konflik gajah dengan manusia di

14
Tangkahan, Cinta raja dan Sei Lepan beserta
Kawasan Ekosistem Leuser. Dengan
memanfaatkan aplikasi Sistem Informasi
Geografis bisa diketahui beberapa faktor yang
bisa menyebabkan konflik gajah dan manusia
diantaranya ketinggian tempat, kelerengan,
jarak dari sungai dan penutupan lahan
disekitar Taman Nasional Gunung Leuser yang
kemudian ditampilkan dalam bentuk peta.
Dengan memperhatikan pola kejadian konflik,
bisa memprediksi daerah yang rawan konflik
gajah dan manusia. Hubungan antara masing-
masing faktor dengan jumlah kerusakan akibat
kejadian konflik dianalisa menggunakan uji
korelasi Spearman.

Kemudian dapat diketahui bahwa faktor yang


paling kuat mempengaruhi kejadian konflik
gajah adalah faktor kelerengan.

Harimau (Panthera tigris sumatrae)

Verschoor, Janneke. 1998. A Tiger’s tale YLI

WCS. 2009. Monitoring biologi Harimau Sumatera


WCS
(Panthera tigris sumatrae)

Antara 2007-2009 WCS melakukan


survey occupancy di Leuser yang terbagi dalan
125 petak (@ 289km2). Dalam survey ini
berhasil dianalisa bahwa terdapat indek
kelimpahan harimau dan mangsa. Analisa data
occupancy merupakan acuan penentuan core
area yang merupakan area yang potensial untuk
ditingkatkan populasi harimaunya. Penentuan

15
area ini merupakan kombinasi antara indek
kelimpahan harimau, mangsa, ancaman dan
elevasi. Penelitian lebih jauh mengenai populasi
di core area dilakukan dengan camera trap.

WCS. 2009. Survey cepat perburuan satwa mangsa WCS


Harimau

Survey cepat untuk mengidentifikasi


tingkat perburuan satwa mangsa di core area
dilaksanakan pada bulan Desember 2009.
Jumlah total 173 KK diwawancarai selama
survey, hasil survey ini menunjukkan adanya
perburuan mangsa harimau yang relatif tinggi
dan hasil tangkapan menurun dalam kurun
waktu 5 tahun.

Ikan (Fish)

Zuriana, S. 2003. Keanekaragaman ikan di Sungai


Ketambe kawasan Taman Nasional Gunung
Leuser dan nilai ekonominya

Jamur (Fungi)

Widhorini, Dedeh Kurniasih, M. Abdul Ulim. 1998. UNSYIAH


Inventarisasi jenis jamur pengurai serasah di
Stasiun Pebelitian Ketambe. Laporan
penelitian. Banda Aceh. Unsyiah

Sari, Purnama. 1999. Inventarisasi Jenis-jenis YLI


Jamur kayu di Areal Stasiun Riset Soraya
Ekosistem Leuser

16
Widhorini. 2003. Kerusakan hutan ekosistem leuser
di Kabupaten Aceh Tenggara ditinjau dari
sudut keanekaragaman jamur polypore.
Bandung

Jelutung (Dyera costulata)

Mulyani. 2003. Populasi Jelutung (Dyera costulata


Hook.f.) di Pusat Penelitian Orangutan Bukit
Lawang

Kawasan (Area)

Schaik, Carel P. Van and Jatna Supriatna (editor). USU


1996. Leuser A Sumatran Sanctuary. Depok.
Yayasan Bina Sains Hayati Indonesia

Abus, Achdial Farhan. 1997. Perancangan


Lansekap zona pemanfaatan intensif Bohorok
Bukit Lawang

Farhan, Achdial. 1999. Perancangan zona IPB


pemanfaatan intensif Bahorok Taman
Nasional Gunung Leuser. Skripsi. Bogor.
Institut Pertanian Bogor.

Tujuan studi ini adalah membuat suatu


rancangan taman rekreasi ZPI Bohorok dengan
memperhatikan kelestarian kawasan ini sebagai
pusat rehabilitasi orang utan (Pongo pygmaeus
abelli) melalui penataan ruang yang telah
ditentukan pada studi perencanaan tapak oleh
Balai Konservasi Sumber Daya Alam

17
Tarigan, Riki Septa. 2000. Perlindungan TNGL
terhadap tindakan perambahan hutan oleh
masyarakat

Hariaman, Yuni. 2001. Aspek hukum perdata


terhadap peran serta masyarakat dalam upaya
perlindungan dan konservasi hutan (studi
kasus TNGL)

Ibrahim, M. Awria. 2002. Pengelolaan Taman


Nasional Gunung Leuser. Makalah rapat
koordinasi tentang kerjasama pelaksanaan
operasi WANALAGA. Kutacane

Batubara, Rido MS. 2003. Hubungan antara USU


kegiatan perambahan hutan oleh masyarakat
pendatang dengan kondisi sosial ekonomi di
Kawasan Ekosistem Leuser (Studi kasus di
Kec. Sei Lepan dan Kec Besitang
Kab.Langkat, Sumatra Utara). Thesis. Medan.
Pascasarjana USU.

Tujuan penelitian ini untuk melihat


pengaruh akibat kegiatan perambahan hutan di
KEL oleh masyarakat pendatang terhadap
perubahan pendapatan, pendidikan, pertanian,
permukiman, pelayanan kesehatan masyarakat
disekitarnya dan untuk melihat faktor-faktor
apakah yang mempengaruhi perambahan hutan
di KEL

USU

18
Eddy, Triono.2003. Kebijakan pemerintah
Kabupaten Langkat terhadap lahan enclave
dan kaitannya dengan pelestarian Taman
Nasional Gunung Leuser. Thesis. Medan.
Ilmu Hukum USU
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kedudukan hukum lahan enclave pada kawasan
Taman Nasional Gunung Leuser masih
didasarkan pada Besluit Selfbesjuur No. 138
Tahun 1935 yang ditetapkan ke dalam tiga
enclave yaitu lahan enclave Semberlin, lahan
enclave Sapo Padang dan lahan enclave Sei
Wampu/Silayang-layang yang ada di tengah-
tengah Taman Nasional Gunung Leuser.

Syahrizal. 2003. Kebijakan pemerintah Kabupaten USU


Aceh Tenggara dalam pengelolaan Kawasan
Ekosistem Leuser. Thesis. Medan.
Pascasarjana USU

Tujuan penelitian ini untuk


menginventarisasi kebijakan Pemerintah
Kabupaten Aceh Tenggara dalam pengelolaan
Kawasan Ekosistem Leuser. Mengkaji pengaruh
kebijakan tersebut bagi masyarakat terhadap
pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser dan
untuk mengetahui hubungan kebijakan
perencanaan, kebijakan pelaksanaan, dan
kebijakan pengawasan yang diterbitkan
Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara dalam
pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser dengan
peran serta masyarakat.

Hisyam, M. 2004. Kajian kerusakan lingkungan


TNGL sebagai dampak pembangunan fisik
19
Idaham, Muhammad. 2004. Dampak penetapan USU
batas Kawasan Ekosistem Leuser terhadap
partisipasi masyarakat dalam perlindungan
zona inti Taman Nasional Gunung Leuser di
Kabupaten Langkat. Thesis. Medan.
Pascasarjana USU. PPS-USU

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk


mengetahui Dampak penetapan batas Kawasan
Ekosistem Leuser terhadap partisipasi
masyarakat dalam perlindungan Zona Inti serta
untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
perlindungan Zona Inti Taman Nasional
Gunung Leuser.

Eddy, Triono. 2005. Kajian hukum pengelolaan USU


Kawasan Ekosistem Leuser. Disertasi
Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara

Musthofa, Alief. 2007. Perubahan sifat fisik, kimia, IPB


biologi tanah pada hutan alam yang diubah
menjadi lahan pertanian di kawasan TNGL.
Skripsi. Bogor. Institut Pertanian Bogor

BRR. 2008. Sebuah pemikiran – Kebijakan


pengelolaan hutan Aceh. Banda Aceh

Eddy, H. Triono. 2008. Kajian hukum pengelolaan USU


Kawasan Ekosistem Leuser. Disertasi.
Medan. Pascasarjana USU

20
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan gejala
hukum dari pengelolaan lingkungan hidup dan
pengelolaan hutan di Kawasan Ekosistem Leuser juga
menjelaskan gejala dalam lingkup otonomi daerah.
Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah
tentang penerapan prinsip-prinsip hukum pengelolaan
lingkungan hidup dan pengelolaan hutan di Kawasan
Ekosistem Leuser, pengelolaan hutan dalam perspektif
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah yang telah diganti
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2004 dan faktor-faktor penyebab kegagalannya.

Gunmas. 2008. Partisipasi masyarakat Kabupaten USU


Gayo Lues terhadap pemanfaatan kawasan
penyangga (Buffer zone) Taman Nasional
Gunung Leuser. Thesis. Medan. Pasca USU-
PSL.

Partisipasi masyarakat pada Kabupaten


Gayo Lues berdasarkan hasil perhitungan
kuisioner yang dinyatakan memiliki rata-rata
persentase yang tinggi. Dari perhitungan
analisis korelasi pada 4 kecamatan (Kecamatan
Blangkejeren, Kecamatan Kuta Panjang,
Kecamatan Blang Pegayon dan Kecamatan
Puteri Betung) yang mewakili Kabupaten Gayo
Lues, diperoleh hasil bahwa rata-rata tidak
memiliki hubungan yang signifikan antara
variabel sosio ekonomi terhadap partisipasi
masyarakat.

Dairiana, Ana. 2010. Kajian konflik lahan di IPB


kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.
Skripsi. Bogor. Institut Pertanian Bogor
21
Kedih (Presbytis thomasi)

Zeeuw, Annette de. 1993. Within-patch foraging YLI


behaviour of thomas langur (Presbytis thomasi)

Slabbekoorn, Hans. 1993. Energitics of Patch use YLI


foraging strategies of two sympatric primates
(Macaca fascicularis & Presbytis thomasi)

Korstjens, Mandy. 1995. The social life of juvenil


thomas langurs : the purpose of the affiliate
interaction of juvenile thomas langur
(Presbytis thomasi)

Schouten, JCM. 1995. Advantage of living in all


male brand in thomas langur (Presbytis
thomasi) society

Meydam, Ritva. 1996. The influence of permanent YLI


intersexual associations on the social
behaviour of female Thomas langurs
(Presbytis thomasi)

Piek, Ruben C. 1996. Vigilance in Thomas langur YLI


(Presbytis thomasi)

Bartlett, Judy A. 1997. The mother-infant YLI


relationship in free-ranging thomas langurs
(Presbytis thomasi)

22
Wiengk, Linda. 1997-1999. The function of the YLI
male load call in Thomas langurs (Presbytis
thomasi)

Obbens, Danielle. 1998. The social relationship of YLI


famale Thomas’s langurs (Presbytis thomasi)

Verschoor, Janneke. 1998. The Influence of the YLI


female reproductive state on male-female
relationship in Thomas laguers (Presbytis
thomasi)

Frauke Becher, Frauke. 1999. Territoriality and YLI


playback experiments in wild Thomas langurs
(Presbytis thomasi)

Kamphuis, Saskia. 1999. Testing for male quality in YLI


Thomas langur, Presbytis thomasi: the
construction of a dominance hierarchy and
the occurrence of load call

Croes, Barbara. 2000. Pattens in encounters YLI


between group of wild Thomas langurs
(Presbytis thomasi): Are differents related to
male interest or to the dear enemy effet?

Dijkstra, Michiel B. 2000. The spatial group YLI


structure of wild Thomas langur (Presbytis
thomasi)

Duijs, Bianca. 2000. The relationsship between YLI


location ang fungtion pof male load calls in
Thomas laguers (Presbytis thomasi)
23
Koski, Sonja E. 2000. Individual and contextual YLI
variation in the Thomas langur (Presbytis
Thomasi) load call

Janmaat, Karline R.L. 2001. Travel Leadership in YLI


wild thomas langurs (Presbytis thomasi) who
wins the conflct?

van der Post, Daniel J. 2001. Tenure related YLI


changes in male Thomas langur (Presbytis
thomasi) load call characteristics

E.P. Willems. 2002. Female transfer and the


influence of male quality in thoma labngurs
(Presbytis thomasi)

Schel, Anne Marijke. 2002. Georaphic variation in


Thomas Langur (Presbytis Thomasi) load
calls

Geurts, M. L. 2002. An experimental study of anti- YLI


predator behaviour in Thomas langurs
(Presbytis Thomasi)

Korstjens, Mandy. The social life of juvenile YLI


thomas langurs, The purpose of the affiliative
interactions of juvenile thomas langurs
(Presbytis thomasi)

24
Kumbang (Coleoptera)

Thamrin, Fairuz. 2002. Keragaman jenis kumbang YLI


nokturnal di Stasiun Penelitian Ketambe
Ekosistem Leuser

Anita, Rahayu. 2003. Jenis-jenis kumbang tinja UNSYIAH


yang terdapat pada tinja Orangutan. Banda
Aceh. Unsyiah

Fitri, Lenni. 2003. Inventarisasi kumbang kulit UNSYIAH


kayu. Banda Aceh. Unsyiah

Diana, Wanti Puteri. 2004. Kelimpahan kumbang YLI


nokturnal (Ordo Coleoptera) di Pos Penelitian
Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser

Kupu-kupu (Butterfly)

Jakfar, Megawati. 1997. Keanekaragaman kupu- UNSYIAH


kupu di Stasiun Penelitian Ketambe dan Suaq
Belimbing. Banda Aceh. Unsyiah

Laba-laba (Aratideae)

Hanum, Ulia. 2003. Keragaman laba-laba (ordo UNSYIAH


Aratideae). Banda Aceh. Unsyiah

Landak (Hystrix brachyura)

Yusuf, Muhammad. 2004. Kepadatan populasi YLI


landak raya (Hystrix brachyura) di Stasiun
Penelitian Ketambe Ekosistem Leuser. Banda
25
Aceh. Unsyiah & YLI

Lalat (Drosophila spp)

Jakfar, Megawati. 1998. Inventarisasi jenis lalat YLI


buah (Drosophila spp.) yang terdapat di
Stasiun Penelitian Ketambe dan Suaq
Balimbing Taman Nasional Gunung Leuser

Lumut (Briophyta)

Purnasari, Nini. 2000. Keanekaragaman jenis lumut YLI


di station penelitian Ketambe Ekosistem
Leuser

Mamalia (Mamals)

Ungar, P.S. 1994. Patterns of ingestive behavior


and anterior tooth use differences in
sympatric anthropoid primates. American
journal of physical anthropology. 01/11/1994;
95(2):197-219. Department of Biological
Anthropology and Anatomy, Duke University
Medical Center, Durham, North Carolina
27710.

Little research has been directed towards


the examination of ingestive behaviors in wild
primates. This paper describes a naturalistic
study of anterior tooth use in four sympatric
anthropoid species: Hylobates lar, Macaca
fascicularis, Pongo pygmaeus, and Presbytis
thomasi. Instantaneous group scan data were

26
collected during nearly 1,800 hours of
observation between August 1990 and July
1991 at the Ketambe Research Station in the
Gunung Leuser National Park, Sumatra,
Indonesia.

Brenninkmeijer, B. 2001. The effect of selective


logging on the density of rain-forest primatest
in the sikundur area, Gunung Leuser National
Park

Faisal. 2002. Inventarisasi mamalia kecil, familia YLI


muridae di Stasiun Penelitian Ketambe
Ekosistem Leuser. Banda Aceh. Unsyiah &
YLI

Dewi, Ratna Sari. 2004. Kepadatan populasi dan YLI


keragaman jenis mamalia kecil familia
sciurridae di Stasiun Penelitian

Ketambe Ekosistem Leuser. Banda Aceh.


Unsyiah & YLI

Fadhli, Faisal. 2004. Keragaman jenis mamalia YLI


kecil familia muridae berdasarkan tipe habitat
di Stasiun Penelitian Ketambe Ekosistem
Leuser

WCS – LIF. 2009-2010. Survey mamalia besar. WCS

Survey mamalia besar menggunakan


pendekatan patch occupancy small cell (@ 40
km2) pada 9 petak dengan luas area ± 360 km 2
telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2009
27
hingga Juli 2010. Survey merupakan bagian
dari program pengembangan kapasitas
konservasionis muda dari ‘Future
Conservationist Award’ yang disupervisi oleh
WCS dan dilaksanakan bekerjasama dengan
LIF & TNGL. Hasil survey menunjukkan bahwa
harimau sumatera masih banyak dijumpai
tanda-tandanya, sedangkan badak sumatera
hanya ditemukan sedikit tanda-tanda berusia
lama. Perlu dilakukan survey ulang untuk
badak sumatera, sebagai spesies mamalia besar
yang masih kekurangan data di Leuser, untuk
melingkupi seluruh Leuser lansekap dengan
pendekatan yang sama.

Makrozoobenthos

Nainggolan, Leonardo Roy. 2001. Studi


kelimpahan dan keragaman makrozoobentos
di Sungai Bahorok

Aryuni. 2002. Hubungan keanekaragaman dan YLI


distribusi makrozoobentos dengan faktor fisik
kimia perairan Sungai Besitang Kab. Langkat
Propinsi Sumatra Utara.

Makroepifit (Macroepifit)

Hartati, Siti. 2005. Keanekaragaman dan komposisi


makroepifit di kawasan TNGL Desa Telaga
Kabupaten Langkat

Atthorik, T. Alif.,Etty sartina siregar dan Sri hartati. USU


2007. Keanekaragaman jenis makroepifit di
28
hutan telaga TNGL Kabupaten Langkat.
FMIPA-USU. Jurnal biologi Sumatera hal :
12-16

Meranti (Dipterocarpaceae)

Iqbar. 1998. Penyebaran dan pengenalan jenis dari YLI


suku (Dipterocarpaceae) di Stasiun Penelitian
Soraya, Ekosistem Leuser, Simpang Kiri
Aceh Selatan

Susanto, Teguh Heru. 2002. Ex situ conservation of


Shorea leprosula and Lephoetalum
multinervium and their use for future
breeding and biotecnology

Gulo, Saleh Margin. Uji pertumbuhan meranti USU


merah di bawah tegakan sawit. Medan.
Fahutan-USU

Imanda. Uji pertumbuhan meranti merah pada lahan USU


terbuka dan hutan alam (studi kasus
Besitang). Medan. Fahutan-USU

Moraceae

Malinda, Fitri. 1998. Studi dan Nilai kuantitatif YLI


suku moraceae di Stasiun Penelitian Soraya
Ekosistem Leuser Simpang Kiri, Aceh
Selatan

29
Mikroorganisme (Microorganism)

Ardi, Rio. 2010. Kajian aktivitas mikroorganisme USU


tanah pada berbagai kelerengan dan
kedalaman hutan alam (studi kasus di Taman
Nasional Gunung Leuser, Seksi Besitang).
Skripsi. Medan. Fahutan-USU

Tujuan penelitian ini adalah untuk


menghitung besarnya aktivitas mikroorganisme
(jumlah total mikroorganisme tanah dan
produksi CO2 (respirasi) mikroorganisme
tanah) pada zona kelerengan dan tingkat
kedalaman tanah yang berbeda-beda di
ekosistem hutan alam.

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)

Radi. 1996. Habitat Kera di hutan wisata Bukit


Lawang-Binjai Sumut

Buttoz. C. Girrard, M. Heistermann, S. Krummel,


A. Engelhardt. Seasonal and social influences
on fecal androgen and glucocorticoid
excretion in wild male long-tailed macaques
(Macaca fascicularis). Journal. Physiology &
behavior. 01/06/2009.

Our results show that male long-tailed


macaques exhibit a distinct annual variation in
both androgen and glucocorticoid levels.
Androgen (but not glucocorticoid) levels were
significantly elevated during the conception
period in association with elevated rates of
30
male-male aggression and copulatory activity,
both strongly related to the number of cycling
females in the group. Neither glucocorticoid nor
androgen levels were related to male
dominance rank or to the environmental
parameters investigated.

Buttoz, Cedric Alain Buttoz and Mikaela Danielle


Vetters. 2009. Cost of mate guardian in male
long tailed macaques (Macaca fascicularis).
German. German Primate Center

Rahmayanti. 2010. Hubungan metabolit kartisol


terhadap perilaku kawin monyet ekor
panjang. Banda Aceh

Nepenthes

Nasution, Muhammad Arifsyah. 2005. Inventarisasi YLI


(Nepenthes spp.) di kawasan hutan
Tangkahan, Taman Nasional Gunung Leuser,
Kab. Langkat

Orangutan (Pongo pygmaeus abelii)

Sugiarto, J. J.A. Van Hooff. 1986. Age-sex class


differences in the positional behaviour of the
Sumatran orang-utan (Pongo pygmaeus
abelii) in the Gunung Leuser National Park,
Indonesia. Folia primatologica; international
journal of primatology. 01/02/1986; 47(1):14-
25.

31
This paper concerns the positional
behaviour of different age-sex classes of orang-
utans. Adolescents and females with infants
differed significantly from an adult male in the
following respects: the use of locomotion types
(more 'quadrumanous scrambling' and perhaps
also 'quadrupedal walking' and less 'tree
swaying'); substrate use during resting, and
travelling and resting heights. We suggest that
large body size restricts the travel route options
in higher forest strata and necessitates the use
of the lower stratum. Here, 'tree swaying' is an
efficient method of progression, particularly for
heavy animals. Mothers with infants are forced
to travel in the lower zones as well. The fact
that they return to a greater heights when they
go to rest might suggest that they travel lower in
spite of a greater predation risk.

Sugardjito, J. Et al. 1987. Ecological constraints on


the grouping of Wild Orangutans (Pongo
pygmaeus abelii) in the Gunung Leuser
National Park, Sumatra, Indonesia. Intern. J.
Primatol.

Utami, S.S. 1991. Perilaku seksual Orangutan UNAS


(Pongo pygmaeus, lesson 1827) betina
dewasa di Pusat Stasiun Ketambe. Skripsi.
Jakarta. Biologi UNAS

Wich, Serge. 1993-1994. Effect of body size and YLI


compotetaion on Orangutan foraging
behavior in large fruiting fig trees

32
Oonk, Jeffry. 1995-1997. Effects of fruit avalible YLI
on male orang-utan behaviour

Bond, James. 1996. Pengelolaan proyek rehabilitasi


Orangutan sebagai daya tarik wisata ke
Daerah Tingkat II Kabupaten Langkat Selatan

Fitri, Lyana. 1996. Pengelolaan Orangutan pada


pusat rehabilitasi Orangutan Bohorok Kab.
Langkat, Sumatera Utara

Rustam. 1996. Pengelolaan Orangutan pada pusat


rehabilitasi Orangutan Bohorok Kabupaten
Langkat, Sumatera Utara

Lubis, Abu Hanifah. 1997. Aktifitas harian dan


hubungan induk-anak Orangutan (Pongo
pygmaeus abelii, Lesson 1827) di pusat
penelitian Ketambe, TNGL.

Withney, Beth Lynn. 1997. Inestial parasit pada


Orangutan di Stasiun Penelitian Suaq
Belimbing. USA. Colorado University

Asril. 1998. Kemampuan jelajah dan jenis makanan UNSYIAH


Orangutan di Suaq Belimbing. Banda Aceh.
Unsyiah

Erik de Bos. 1998. Food as the basis of Orang-utan


social system, the importance of feeding in
relationship to ranging day active time, group
formation and the fruit phenology of the
33
forest in female Sumatran orangutans (Pongo
abelii)

Fakhrurrazi. 1998. Komposisi pakan Orangutan STIK


Sumatra (Pongo pygmaeus abelii) di Suaq
Belimbing Taman Nasional Gunung Leuser.
Skripsi. Banda Aceh. STIK

Schaik, Carel PV. 1998. Conservation biology and


behaviour of Sumatran Orangutans in Kluet,
GNLP, Indonesia. USA. Duke University
Singleton, Ian. 1998. Sesonal migration and
population structure of Sumatran Orangutans
in GLNP

Buij, Ralph. 1998-1999. Population estimate YLI


seasonal movements in the Sumatran
Orangutan (Pongo pygmaeus)

Bahrijas. 1999. Interaksi antar anggota populasi UNSYIAH


Orangutan di Stasiun Suaq Belimbing TNGL.
Banda Aceh-Unsyiah

Berents, Margriet. 1999. Food distribution and food YLI


compatation in wild femele Orangutans
(Pongo pygmaeus) in Sumatra

Goossens, Benoit R.P.M. 1999. Reproductive


structure and conservation of Sumatran
Orangutan. London. The Zoological Society
of London, Institute of Zoological Regent's
Park

34
Nurwahidah. 1999. Aktivitas harian Orangutan UNSYIAH
(kajian tentang perbedaan aktivitas harian
Orangutan jantan dan betina dewasa dalam
memanfaatkan lantai hutan di Suaq
Belimbing). Banda Aceh-Unsyiah

Putra, Rudi Hardiansah.1999. Penyebaran UNSYIAH


Orangutan Sumatera berdasarkan kerapatan
jenis pohon buah sebagai sumber makanan di
Suaq Belimbing. Banda Aceh. Unsyiah

Suryani, Irma. 1999. Kajian tentang aspek ekologis UNSYIAH


Orangutan meliputi pola pergerakan dan
penyebaran dalam habitat alami di Stasiun
Penelitian Suaq Belimbing. Banda Aceh-
Unsyiah

Adrichem, Bert V. 2000, The development of wild YLI


Sumatran orangutans (Pongo pygmaesus
abelii) from birth to independence

Isa, M. 2000. Aktivitas harian dan penjelajahan YLI


Orangutan betina dewasa (Pongo pygmaeus
abelii, Lesson 1827) di Stasiun Penelitian
Ketambe Ekosistem Leuser Aceh Tenggara

Rachmawati, Dian dan Petr Vlecadek. 2000.


Parasite and natural anti parasitics in
Orangutan

Sariningsih, Selly Sintha. 2000. Pola perilaku dan


interaksi sosial Orangutan
35
Suryani, Irma. 2000. Perilaku bermain anak YLI
orangutan (Pongo Pygmaeus abeilii) di
Stasiun Penelitian Suaq Balimbing Ekosistem
Leuser di Aceh Selatan Propinsi D.I. Aceh

Susanto, Kiki Agus. 2000. Studi perilaku Orangutan


pada aktivitas pembuatan sarang di pusat
rehabilitasi Orangutan Bohorok

Asfi, Z. 2001. Kepadatan Orangutan Sumatera USYIAH


(Pongo pygmaeus abelii) berdasarkan jumlah
sarang di Agusan Ekosistem Leuser. Banda
Aceh. Unsyiah

Bolhuis, Hester V. 2001. Field Comparison of a YLI


gamma-interferon Assay, intradermal
tuberculin test and immunochromatographic
assay for testing tubercolosis in orang utan

Ginting, Hendra A. 2001. Penangkaran Orangutan


di kawasan Bukit Lawang sebagai upaya
pelaksanaan UU pengelolaan lingkungan
hidup

Renselaar, Jaline V. 2001. Orangutan densities as a


response to longiing in sikundur, North YLI
Sumatera, Indonesia

Simanjuntak, Cristian N. 2001. Perilaku bermain UNAS


dan tingkat kemandirian anak Orangutan.
Fak. Biologi-Unas

36
Hidayat, Mukhlis. 2002. Ketersediaan buah sebagai YLI
makanan Orangutan (Pongo pycmaeus abelii)
di Agusan Ekosistem Leuser
Meijer, Ramon. 2002. Effects of food availability YLI
on female orangutan (Pongo pygmaeus)
sociality

Asril. 2003. Dampak penebangan pohon terhadap YEL


densitas Orangutan dan perilakunya. Medan.
SOCP-YEL

Nuzuar. 2003. Efek logging pada Orangutan dan YEL


pemakan buah lainnya dan budaya
tingkahlaku Orangutan Sumatera. Medan.
PKOS-YEL/Pan Eco Swiss

Schaik, Carel P. Van, Serge wich, Ralph buij. 2004.


Determinants of Orangutan density in the
dryland forests of the Leuser Ecosystem.
Primates; journal of primatology. 01/08/2004;
45(3):177-82.

37
Orangutans are the only great ape in
Asia. Since orangutan densities vary between
habitat types within regions and within similar
habitat types among regions, it is important to
determine areas with high densities for their
protection. In this paper we show that
orangutan density in old-growth dryland forests
in the Leuser Ecosystem, Sumatra is
significantly related to the density of large
strangling figs and topsoil pH. In addition,
large fig density depends on topsoil pH.
Provided that orangutans are present and no
hunting or
logging occur, topsoil pH seems a promising
method for rapid assessment of potential
orangutan density over large areas.

Sinaga, Tonggo dan Ailudin Manalu. 2004.


Tinjauan kerusakan habitat satwa Orangutan
di pusat penelitian Orangutan pasca banjir
bandang Sungai Bahorok

Thorpe, Susannah K.S, Robin H Crompton. 2005.


Locomotor ecology of wild orangutans
(Pongo pygmaeus abelii) in the Gunung
Leuser Ecosystem, Sumatra, Indonesia: a
multivariate analysis using log-linear
modelling. American journal of physical
anthropology. 01/06/2005.

The large body mass and exclusively


arboreal lifestyle of Sumatran orangutans
identify them as a key species in understanding
the dynamic between primates and their
environment. Increased knowledge of primate
38
locomotor ecology, coupled with recent
developments in the standardization of
positional mode classifications (Hunt et al.
[1996] Primates 37:363-387), opened the way
for sophisticated multivariate statistical
approaches, clarifying complex associations
between multiple influences on locomotion.

Berg, Lisette Marije Van Den. 2007. Determining


the effects of logging on Orangutan
behaviour and survival in Ketambe, sumatera,
Indonesia. Netherland. University of Utrech

Butar-butar, Randi. 2007. Studi pengelolaan IPB


Orangutan (Pongo pygmaeus abelii Lesson
1827) di Pusat rehabilitasi Orangutan
Bohorok, Prop. Sumut. Bogor. Institut
Pertanian Bogor

Ibrahim, Junida. 2007. Perilaku Orangutan IPB


Sumatera (Pongo pygmaeus abelii Lesson
1827) di Kawasan wisata Bukit Lawang.
Bogor. Institut Pertanian Bogor

Dellatore, D.F. 2007. Behaviour health of


reintroduced Orangutans (Pongo pygmaeus
abelii) in Bukit Lawang, Sumatra, Indonesia.
A Disertation for MSc program in Primate
Conservation Oxford. Brooks University, UK

Sauren, Simone Elsje Barbara. 2007. Determining


the effects of logging on Orangutan
behaviour and survival in Ketambe, Sumatera
Indonesia. Netherland. University of Utrecht
39
Suriani, Meilinda. 2007. Pengelolaan pusat
karantina Sumatran Orangutan Conservation
Programme terhadap pola perilaku Orangutan
Sumatera dalam pemanfaatan kandang
sosialisasi. Medan. PPL-USU

Vogel, Erin Rebecca. 2007. Factors affecting


geografic variation in Orangutan diet (Pongo
pygmaeus wumbii). USA. Department of
Anthropology Univ. Of California Santa Cruz

Agusti. 2008. Program konservasi Orangutan YEL


Sumatera. YEL-SOCP

Andriaty, Syarifah Lia. 2008. Perilaku makan USU


Orangutan Sumatera (Pongo abelii) dan
persepsi masyarakat terhadap keberadaannya
di ladang masyarakat (Studi kasus di
kecamatan batang Serangan Kab. Langkat).
Skripsi. Medan. FP USU

Hasil penelitian menunjukkan bahwa


aktivitas makan dan kecepatan makan antara
Orangutan betina dan jantan tidak ada
perbedaan yang nyata. Ketersediaan pakan di
kawasan tersebut memiliki indeks nilai penting
pada tingkat semai (12,5%), pancang (200%),
tiang (282,64%), dan pohon (162,13%)
didominasi oleh spesies karet (Hevea
brasiliensis). Untuk indeks keanekaragaman
jenis Shannon-Wiener pada tingkat semai
(0,80), pancang (0), tiang (0,1583), dan pohon
40
(1,1885), pada umumnya adalah rendah.
Kesimpulan hasil wawancara adalah
masyarakat tidak mendukung keberadaan
Orangutan di kawasan tersebut dan lebih
menginginkan pemindahan Orangutan ke
habitat hutan alam.

Basalamah, Fitriah. 2008. Sosioekologi Orangutan UNAS


pada pemanfaatan ruang di Stasiun Penelitian
Ketambe.Skripsi. Biologi-Unas

Fredrika, Sofia Inggrid. 2008. Social learning and


exploration in immature Sumatran Orangutan
(Pongo abelii). Finland. Univ. Of Zurich,
Anthropology Institute and Museum

Gibson, Andrea Louise. 2008. Cognitive and


culture aspect of nest building in wild
Orangutan. Zurich. University of Zurich

Hermansyah. 2008. Studi perbandingan perilaku UNSYIAH


bersarang pada Orangutan jantan dan betina
di Stasiun Penelitian Suaq Belimbing.
Skripsi. FMIPA-Unsyiah

Johanna, Ellen. 2008. Culture and cognition in UNAS


Orangutan foraging : Local distribution of
Innovations in relations to oppurtunities for
social learning. Unas

Lameira, Adriano Reis E. 2008. Cultural and non-


cultural varion in accouistic reportoire and
referential knowledge in Wild Orangutan.
Netherland. University of Utrech.
41
Myatt, Julia Patricia. 2008. Musculoskeletal
adaptations to support compliance in
Orangutan and long tailed macaques.
England. University of Birmingham

Nater, Alexander. 2008. Phylogeography and


population structure of Sumatran Orangutan.
Swiss

Rumapea, Edward Efendi. 2008. Pola makan USU


Orangutan Sumatera dan jenis-jenis
Zooparasit pada fesesnya di daerah ekowisata
Bohorok, TNGL. Skripsi. Biologi-USU

Yuliarti, Sri Roma. 2008. Perilaku harian ibu dan USU


anak Orangutan di kawasan ekowisata Bukit
Lawang, TNGL. Skripsi. Biologi-USU

Zulfa, Astri. 2008. Perbandingan perilaku makan


dan kandungan nutrien pada makanan yang
dikonsumsi oleh Orangutan betina di Stasiun
Penelitian Ketambe

Andila, T. Ridha. 2009. Pergerakan Orangutan UNSYIAH


Sumatera dan hubungannya dengan strata
hutan di Stasiun Penelitian Ketambe.Skripsi.
Banda Aceh. Biologi-Unsyiah

Bukhari. 2009. Sensus dan pola bersarang STIK


Orangutan Sumatera di Stasiun Penelitian
Suaq Belimbing, TNGL. Skripsi. Banda
42
Aceh. STIK Banda Aceh

Dalimunthe, Nurzaidah putri. 2009. Estimasi USU


kepadatan Orangutan Sumatera (Pongo
abelii) berdasarkan jumlah sarang di Bukit
Lawang Taman Nasional Gunung Leuser
Sumatera Utara. Skripsi. Biologi-USU

Penelitian ini bertujuan untuk


mengetahui kepadatan populasi orangutan
berdasarkan jumlah sarang. Penelitian
dilakukan dengan metode line transect. Dari
hasil survey diperoleh sebanyak 225 sarang
dengan kepadatan populasi orangutan sebesar
0,0349 individu/km2 atau 3,484 individu/ha.
Sarang yang ditemukan didominasi oleh sarang
kelas III (kelas sarang berumur sekitar 4 bulan)
yaitu 50,66%. Sedangkan posisi sarang
didominasi oleh posisi 1 (posisi sarang yang
terletak dekat batang utama) yaitu 39,11%.
Pemilihan sarang berdasarkan ketinggian
ditemukan paling banyak berada pada
ketinggian 15-20 m yaitu sebesar 27,56%.
Pemilihan sarang berdasarkan jenis pohon
ditemukan sebanyak 10 famili dan didominasi
oleh famili Dipterocarpaceae dan Lauraceae
masing-masing sebesar 29,17%.

Fadlurrahman. 2009. Perilaku dan teknik makan


Orangutan Sumatera jantan berpipi dan jantan
tidak berpipi di Stasiun Penelitian
Ketambe.Bekasi

Fifiwilyanti. 2009. Perilaku harian Orangutan USU


Sumatera jantan dan betina akibat adanya
43
aktifitas manusia di pusat pengamatan
Orangutan Bukit Lawang, TNGL. Skripsi.
Biologi-USU

Gibson, Andrea Louis. 2009. Cognitive and cultural


aspects of nest building in wild Orangutan.
Zurich. University of Zurich.

Hardus, Madeleine Eline. 2009. Ecology or culture


: Individual variation and effect of logging on
Orangutan diet and feeding techniques at
Ketambe. Netherland. University of Utrech.

Muelman, Ellen Johana Maria. 2009. Culture and


cognition in Orangutan foraging local
distribution of innovations in relation to
opportunities for social learning.Zurich.
University of Zurich

Nayasilana, Ike Nurjuita. 2009. Pemanfaatan ruang UNAS


ekologi Orangutan Sumatera. UNAS

Nuzuar. 2009. Program konservasi Orangutan. YEL


Medan. YEL-SOCP

Panggabean, Tetty Fransiska. 2009. Prevalensi UNIMED


Kecacingan Nematoda Usus Pada Orangutan
Sumatera (Pongo abelii) di Ekowisata Bukit
Lawang Taman Nasional Gunung Leuser
Kabupaten Langkat. Skripsi. Medan. FMIPA
UNIMED.

44
Hasil penelitian pada pada 11 ekor
Orangutan Sumatera (Pongo abelii), dimana
Orangutan yang terinfeksi nematoda usus
sebanyak 8 ekor (72,2%) dan yang tidak
terinfeksi sebanyak 3 ekor (27,3%). Tingkat
infeksi nematoda usus untuk klasifikasi klinik
berat tidak ada. Tingkat infeksi secara umum
yang didapatkan adalah klinik ringan untuk
jenis Ascaris dan Ancylostama dan ada yang
tidak terinfeksi. Untuk Orangutan yang
terinfeksi dua jenis cacing yang berbeda
sebanyak 2 ekor (18,2%) dengan infeksi klinik
ringan.

Reynir. 2009. Komposisi pakan Orangutan STIK


Sumatera di Stasiun Penelitian Suaq
Belimbing, TNGL. Skripsi. Banda Aceh.
STIK Banda Aceh

Saifullah. 2009. Perilaku makan Orangutan STIK


Sumatera di Stasiun Penelitian Ketambe,
TNGL. Skripsi. Banda Aceh. STIK-Banda
Aceh.

Sauren, Simone Elsje Barbara. 2009. Effect of


logging on Orangutan density, home ranges,
behaviour and survival. Netherland.
University of Utrech

Saputra, Adi. 2009. Perilaku dan teknik makan


Orangutan Sumatera betina dewasa beranak
dan tidak beranak di Stasiun Penelitian
Ketambe. Bekasi

45
Susanto, Tri Wahyu. 2009. Perbandingan perilaku
dan hormon reproduksi Orangutan Sumatera
dan Kalimantan. Cimanggis. Depok

Trayford, Hannah Rose. 2009. Asses the potential


for enhancing and improving behavioural
enrichment and the quality of life of
Orangutans being cared for at the centre.
England. University of Oxford

Wardhani, Idha. 2009. Perilaku bersarang


Orangutan Sumatera berdasarkan kelompok
umur di Stasiun Penelitian Ketambe. Aceh
Besar

Yuliarta, Sri roma. 2009. Perilaku harian ibu dan USU


anak Orangutan (Pongo abelii) di ekowisata
bukit Lawang Taman Nasional Gunung
Leuser Kabupaten Langkat. Skripsi. Medan.
FMIPA USU

Dari hasil penelitian didapatkan perilaku


harian orangutan yang paling banyak adalah
perilaku istirahat (57,68%), kemudian diikuti
oleh perilaku makan (21,24%), perilaku
bergerak (15,17%), perilaku sosial (3,48%),
dan perilaku bersarang (2,38%). Hasil
penelitian juga menunjukkan adanya hubungan
secara tidak langsung antara aktivitas manusia
di daerah ekowisata Bukit Lawang dengan
perilaku harian orangutan.

Yusrizal. 2009. Penjelajahan Orangutan jantan


dewasa dan betina dewasa hubungannya
46
dengan sumber pohon pakan di Stasiun
Penelitian Ketambe. Banda Aceh

Baker, Emma Joanne Collier. 2010. Planning


capacities in wild Orangutan Sumatra (Pongo
abelii). Australia. University of Quesland

Casteren, Adam Henry P.V. 2010. The mecanical


behaviour of trees in relation to Orangutan
locomotion and nest building. England.
University of Manchester

Mandell, Kristen Louise. 2010. The influent of


habitat and behaviour of wild Orangutan.
England

Kajian awal perilaku makan orangutan Sumatra


(Pong abelii lesson 1827) betina dewasa di
Stasiun Penelitian Ketambe Kabupaten Aceh
Tenggara Provinsi NAD. Skripsi.

Dari hasil pengamatan aktivitas makan


Orangutan menunjukan bahwa makanan
Orangutan berasal 13 jenis tumbuhan dan 2
suku serangga (rayap dan semut). Komponen
utama dari komposisi makanan adalah buah
(87,27 %) selanjutnya, diikuti bunga (7,54 %,),
daun (4,72 %), dan lainnya (0,45 %). Jenis-
jenis buah yang sering dimakan oleh individu
Orangutan betina di SP Ketambe antara lain
Rambung Beringin (Ficus sumatrana),
Rambutan Biawak (Nephelium rambutanake),
dan Babi Kurus (Ellattostachys sp1)

47
Paku-pakuan (Pteridophyta)

Rini, C. 1998. Kondisi vegetasi dan keragaman UNSYIAH


jenis Paku (Pteridophyta) di Areal Stasiun
Riset Soraya - Ekosistem Leuser Kabupaten
Aceh Selatan. Thesis. Darussalam Banda
Aceh. Unsyiah

Andriadi, Delvi. 2000. Kemampuan Vesikular YLI


arbuskular mikoriza (vam) dalam
menginfeksi akar beberapa tumbuhan paku
pada berbagai ketinggian di Ketambe
Ekosistem Leuser

Situmorang, Miliasi. 2000. Studi keanekaragaman


jenis tumbuhan paku epifit

Palem (Aracaceae)

Mutia, Fatma. 2003. Inventarisasi jenis dan habitat YLI


palem (arecaceae) di Stasiun Penelitian
Ketambe Ekosistem Leuser

Sari, Wirda. 2004. Keanekaragaman arecaceae.


Banda Aceh. Unsyiah

Siregar, Edi batubara mulya. 2005. Inventarisasi USU


jenis palm (Arecaceae) pada kawasan hutan
dataran rendah di Stasiun Penelitian Sikundur
kabupaten Langkat. Medan. Kehutanan USU

48
Pasak Bumi (Eurycoma longifolia)

Simanjuntak, Melanton. 1995. Pengaruh jumlah


ruas terhadap pembiakan vegetatif stek
batang Pasak bumi (Eurycoma longifolia)

Fitiani. 2003. Studi potensi Pasak bumi (Eurycoma


longifolia jack) di pusat penelitian Orangutan
Bukit Lawang

Rafflesia

Andayani, Yuyun. 2004. Inventarisasi populasi UNSYIAH


tumbuhan Tetrastigma sp sebagai tumbuhan
inang bunga Rafflesia. Banda Aceh. Unsyiah.
Asri, Mika. 2010. Konservasi flora langka Rafflesia IPB
sp di Taman Nasional Gunung Leuser.
Skripsi. Bogor. Institut Pertanian Bogor

Rayap (Termite)

Haslinda, Cut Sri. 1998. Keanekaragaman jenis YLI


rayap di Stasiun Penelitian Ketambe dan
Suaq Balimbing, Taman Nasional Gunung
Leuser. Banda Aceh. Unsyiah

Serangga (Insect)

Haslinda, Cut Sri. 1997. Keanekaragaman dan UNSYIAH


penyebaran Serangga di Stasiun Penelitian
Ketambe dan Suaq Belimbing. Banda Aceh-
Unsyiah

49
Sihite, Basa Maria. 2001. Kelimpahan serangga
nocturnal dan ketertarikannya pada warna
cahaya yang berbeda

Ubaidilah, Rosichan. 2002. Keragaman jenis semut

Fauziah. 2003. Serangga permukaan tanah pada YLI


habitat hutan primer dan hutan sekunder di
Stasiun Penelitian Ketambe Ekosistem Leuser

Sosial Ekonomi (Economic and Social)

Surbakti, Iman jesaya. 1995. Studi permintaan IPB


pengunjung domestic terhadap manfaat
rekreasi di Bahorok TNGL. Skripsi. Bogor.
Institut Pertanian Bogor

Dalinta, Eka. 1997. Potensi paket wisata arung


jeram dan jungle track

Munthe, Julius Piniel. 1997. Dampak aktifitas


kepariwisataan terhadap kelestariaan
lingkungan hidup objek wisata Bukit Lawang

Perlindungan, Ganda. 1997. Beberapa faktor yang


mempengaruhi keadaan masyarakat sekitar
kawasan penyangga di Bukit Lawang

Sulisman. 1997. Pengaruh Luas Pemilikan Lahan USU


Laju Pertumbuhan Penduduk Dan
Penyerapan Teknologi Pertanian terhadap
tekanan dan migrasi penduduk ke Taman
Nasional Gunung Leuser di Aceh Tenggara.
50
Medan. Pascasarjana-USU

Cahaya, Sri Indra. 1998. Pola pengembangan objek


wisata Bukit Lawang oleh Pemda Tingkat II
Kabupaten Langkat dalam menarik
wisatawan ditinjau dari segi layak lingkungan

Fakhrurrazi. 1998. Hubungan persepsi dengan USU


partisipasi yang dikehendaki transmigran
Rawa Singkil-Trumon dalam implementasi
kebijakan pengelolaan ekosistem leuser.
Thesis. Medan. USU

Tujuan penelitian adalah untuk


mengetahui distribusi frekuensi sejumlah
karakteristik terpilih dari transmigran di rawa
Singkil-Trumon (umur, pekerjaan, pendidikan,
lama bermukim, daerah asal dan pekerjaan di
daerah asal, serta pengalaman, kebutuhan, dan
harapan yang berkaitan dengan kondisi lokasi
transmigrasi yang sering terkena banjir) serta
hubungan persepsi dan partisipasi yang mereka
kehendaki dalam implementasi kebijakan
pengelolaan ekosistem Leuser.

Meisayu, Indah. 1998. Studi pengelolaan dan IPB


pemanfaatan sumber daya hutan oleh
masyarakat desa di sekitar TNGL untuk
mendukung kegiatan konservasi : Studi kasus
Kecamatan Kluet Utara Kab. Aceh Selatan
Prop. Aceh. Skripsi. Bogor. Institut Pertanian
Bogor

51
Murad, Abdul. 1998. Dampak proyek rehabilitasi
Orangutan Bohorok terhadap gaya hidup,
tradisi dan tata nilai kehidupan masyarakat
sekitar.

Purba, Indra. 1998. Manfaat arus kunjungan


wisatawan dalam meningkatkan taraf hidup
masyarakat Desa Bukit Lawang.

Ahmad, Sayed mudhahar. 1999. Berjuang


mempertahankan hutan kearifan tradisional
masyarakat Aceh melestarikan ekosistem
Leuser. Jakarta. Madani Press

Pardede, Daris marsintauli. 2000. Nilai manfaat


ekonomi dan dampak yang ditimbulkan
wisata alam terhadap perilaku Orangutan di
pusat rehabilitasi Orangutan Bahorok TNGL. IPB
Skripsi. Bogor. Institut Pertanian Bogor

Yuniarsih, Ai. 2000. A study of people’s


participation in the management of Bahorok
Orangutan rehabilitation project.

Amini, Noni. 2002. Pengelolaan kawasan UI


konservasi yang berkelanjutan dan berbasis
masyarakat (hak pengelolaan ekosistem
leuser). Pascasarjana UI

Effendi, Ihsan. 2002. Analisis persepsi masyarakat


terhadap Taman Nasional Gunung Leuser
(TNGL) di Desa Harapan Jaya,

52
Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat
Sumatera Utara

Penelitian ini adalah tentang persepsi


masyarakat petani inti rakyat (PIR), bukan
petani inti rakyat (non PIR) dan perambah
hutan di berada di sekitar Taman Nasional
Gunung leuser (TNGL) terhadap keberadaan
dan pelestarian lingkungan dalam
hubungannya dengan tingkat sosial ekonomi
masyarakat. Metode yang digunakan dalam
penelitan ini adalah metode deskriptif dengan
memakai kuesioner dan wawancara sebagai
instrument penelitian. Lokasi penelitian ini
dilakukan di Desa Harapan Jaya, Kecamatan
Sei Lepan, Kabupaten Langkat.

Syahri, Suaduan. 2002. Pengaruh kondisi sosial YLI


ekonomi penduduk setempat terhadap
pelaksanaan rehabilitasi dan konservasi lahan
di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser

Aritonang, Renta Ria. 2003. Nilai ekonomi wisata


alam Bukit Lawang TNGL dan dampaknya
terhadap perekonomian masyarakat sekitar

Dharma, Wira. 2003. Kajian pelaksanaan rencana UNAND


pengelolaan TNGL terhadap tingkat peran
serta masyarakat kawasan penyangga dan
vegetasi. Padang. Universitas Andalas

Minin, Darwinsyah. 2003. Membedah misteri ladia UMSU


galaska. Makalah di Pascasarjana Ilmu
Hukum UMSU Medan
53
Silaban, Susilawati. 2003. Tanggapan pengunjung
domestik terhadap objek wisata Bohorok
TNGL

Sitanggang, Damoshot mangapul. 2003. Pengaruh


kegiatan Unit Manajemen Leuser terhadap
sosial ekonomi masyarakat di Kabupaten USU
Aceh Tenggara. Thesis. Medan. Pascasarjana
USU.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui


apakah ada pengeruh kegiatan UML terhadap
sosial ekonomi masyarakat. Unsur yang diteliti
adalah 1). Aspek ekonomi, meliputi pendapatan
masyarakat, kesempatan kerja, pendidikan,
prasarana, 2). Aspek sosekbud, 3). Aspek
lingkungan. Hasil adalah kegiatan UML tidak
berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat
dan kesempatan kerja, tetapi untuk aspek yang
lain berpengaruh positif.

Lovita, felli. 2004. Pemanfaatan tumbuhan aren UNSYIAH


oleh masyarakat Ketambe. Banda Aceh.
Unsyiah

Salim, Emil. 2004. Mengapa Ladia Galaska


merusak lingkungan. Jakarta. Majalah
Tempo.

Hermansyah. 2005. Pengembangan fasilitas objek ITM


wisata Taman Nasional Gunung Leuser di
lawe Gurah Kab. Aceh Tenggara. Medan.
Institut Teknologi Medan.
54
Iskandar, M. Syahrizal. 2008. Pengaruh
Pengembangan Jalan Sebahagian USU
Blangkejeren – Kuta Cane Terhadap Sosial
Ekonomi Masyarakat Yang Berada Di
Kawasan Ekosistem Lauser. Thesis. Medan.
Pascasarjana USU.

Panjang jalan 104 km dikali lebar jalan


3,5 meter adalah 364 km2 Luas hutan yang
dirambah 3.640.000 hektar, jika satu hektar
terdapat 200 pohon, rnaka pohon yang
dirambah adalah 7,28 juta pohon. Harga satu
batang pohon kayu adalah Rp. 300.000 maka
diperoleh sebanyak Rp. 2,864 triliun, disini
terlihat bahwa kerugian secara materi sangat
besar belum termasuk kerusakan flora dan
fauna yang ada didalamnya. Untuk itu maka
pengembangan jalan itu periu ditinjau kembali.

Saragih, Minartina noverinda. 2010. Bukit Lawang USU


(Studi Deskriptif Mengenai Peran Masyarakat
Terhadap Kelestarian Hutan Di Desa
Perkebunan Bukit Lawang, Kec. Bahorok
Kabupaten Langkat). Skripsi. Medan. Sosial
antropologi USU.

55
Hasil penelitian menjelaskan bahwa
masyarakat Bukit Lawang sangat bergantung
pada hutan. Hutan yang digunakan sebagai
sarana pariwisata sehingga peranan
masyarakat dalam hal ini sangat dibutuhkan
untuk melestarikan hutan. Adapun peranan
masyarakat sekitar Bukit Lawang adalah
dengan melakukan kegiatan penanaman pohon
di TNGL dan melakukan patroli di taman
nasional bersama para ranger. Selain itu
masyarakat juga memiliki kearifan lokal dengan
menggantikan pohon kayu menjadi bambu
untuk kebutuhan masayrakat sehari-hari,
sehingga dapat mengurangi jumlah penebangan
pohon kayu di sekitar hutan.

WCS. 2010. Anti perburuan dan perdagangan ilegal WCS


satwa
liar

Sejak tahun 2007, WCS menginisiasi


WCU (Wildlife Crime Unit), sebuah unit anti
perburuan dan perdagangan illegal satwa liar
di kawasan Sumatera Utara dan NAD. Tujuan
utama inisiasi WCU adalah menemukan bukti
tidak terbantahkan tentang perburuan dan
perdagangan satwa liar, khususnya harimau
sumatera dan bekerjasama dengan aparat
penegak hukum (Kementerian Kehutanan,
kepolisian, bea cukai, karantina, kejaksaan, dan
pengadilan) untuk menindaklanjuti bukti-bukti
temuan WCU guna penuntasan kasus satwa
liar. Aktivitas utama yang dilakukan WCU
adalah melakukan investigasi (penyelidikan)
lokasi-lokasi rawan perburuan dan
perdagangan illegal satwa di Sumatera Utara
dan lansekap Leuser, mendukung operasi
56
penegakan hukum, melakukan monitoring kasus
satwa liar, dan penyebarluasan informasi
penegakan hukum tentang kasus satwa liar
kepada masyarakat umum.

WCS.2010. Mitigasi konflik dan patroli. WCS

Penanganan konflik antara manusia dan


harimau di pinggiran kawasan Taman Nasional
Gunung Leuser dilaksanakan sejak tahun 2008
– 2010. Penanganan konflik lebih bersifat
responsive atau reaktif dari informasi konflik.
Pada awal 2010, WCS bersama TNGL
melakukan inisiasi untuk bekerjasama dengan
perkebunan sawit di sekitar kawasan TNGL
seksi Besitang untuk melakukan penanganan
konflik antisipatif. Penanganan konflik secara
antisipatif tidak terleas dari perlunya patrol di
dalam dan sekitar kawasan karena intensitas
penggunaan jerat dan perburuan satwa mangsa
cukup tinggi.

WCS – LIF. 2010. Penyadaran konservasi. WCS

Dalam tahun 2008-2010, mobil


konservasi WCS (CIMO) bekerjasama dengan
Leuser International Foundation (LIF)
melakukan kegiatan penyadartahuan mengenai
pentingnya hutan dan keanekaragaman hayati
pada 173 sekolah dan 73 desa di daerah-daerah
yang berdekatan dengan kawasan Taman
Nasional Gunung Leuser

WCS. 2010. Program nasional pemberdayaan WCS


masyarakat-lingkungan mandiri pedesaan

57
(PNPM-LMP)

PNPM LMP Aceh adalah Pilot project


yang dilakukan pada 3 kabupaten (Aceh
Selatan, Tengah dan Aceh Timur). Masing-
masing kabupaten ditentukan 3 kecamatan
pilot, dimana ada 9 kecamatan yang menjadi
lokasi PNPM LMP. Tujuan PNPM LMP adalah
meningkatkan kesejahtraan dan kesempatan
kerja masyarakat miskin di perdesaan melalui
pengelolaan lingkungan dan sumberdaya
secara lestari. Ada 4 jenis kegiatan yang
dibiayai melalui Bantuan Langsung Masyarakat
(BLM) PNPM LMP yaitu : (1) Perencanaan
dan pengelolaan suberdaya alam, (2) Kegiatan
yang mendukung konservasi lingkungan dan
sumberdaya alam, (3) Kegiatan pengembangan
energi terbarukan yang ramah lingkungan, dan
(4) Kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat
yang mendukung pengelolaan dan pelestarian
sumberdaya alam yang berwawasan
lingkungan. Setiap desa dalam kecamatan pilot
harus melalui beberapa tahapan musyawarah
dan seleksi antar desa untuk mendapatkan BLM
yang jumlah dananya terbatas untuk setiap
kecamatan. Saat ini setiap Kecamatan sudah
mencapai tahapan Musyawarah Antar Desa
(MAD) II yaitu Perioritas Usulan dan
menyusun desain/RAB.

Tikus (Mouse)

Gustina, Eva. 2003. Pengamatan populasi tikus liar UNSYIAH


berdasarkan siklus etrus. Banda Aceh.
Unsyiah

58
Tumbuhan (Plant)

Elliott, S & J. Brimacombe. 1987. The medicinal


plants of Gunung Leuser National Park,
Indonesia. Journal of ethnopharmacology.
01/06/1987; 19(3):285-317.

This paper describes an


ethnopharmacological study of two remote
settlements in Indonesia. Interviews with
practitioners of traditional medicine (dukuns)
were carried out to determine the vernacular
names of plants used for medicinal purposes.
Parts used, methods of preparation and the
medicinal uses of 158 species are presented in
an inventory. Samples from several species are
currently undergoing chemical analysis.

Hasibuan, Susanti Andriani. 1995. Analisis vegetasi


habitat Orangutan di Taman Nasional
Gunung Leuser

Abdulhadi, Rochadi. 1999. Dinamika populasi


pohon di kawasan hutan dataran rendah
TNGL

Sidabutar, Dinita floren. 2000. Analisis vegetasi


pohon dengan metode kuadran

Usdayani, Irma. 2003. Skrining metabolit sekunder


tumbuhan obat

Rivai, A. 2004. Inventarisasi beberapa tanaman


obat yang ada di Bahorok
59
Andriani, Gita dan Siti Hartati. 2005.
Keanekaragaman dan komposisi herba di
kawasan TNGL Desa Telaga Kabupaten
Langkat

Setyowati, Fransiska murti. 2006. Keanekaragaman LIPI


pemanfaatan tumbuhan masyarakat di sekitar
Taman Nasional Gunung Leuser. Bogor. LIPI

Telah dilakukan penelitian


keanekaragaman pemanfaatan tumbuhan oleh
masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung
Leuser. Mereka dalam kehidupan sehari-hari
sangat tergantung kepada sumber daya alam di
sekitarnya. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara wawancara dengan dukun
kampung, kepala desa dan masyarakat yang
memanfaatkan tumbuhan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Diketemukan 133 jenis
yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan (46
jenis), obat-obatan (69 jenis), bumbu (7 jenis),
ramuan makan sirih (2 jenis), serat (7 jenis),
dan kosmetika (1 jenis)

Damanik, Derma R. 2000, Analisa vegetasi pohon YLI


pada daerah inti dan penyangga hutan Stasiun
Lawe Bengkung Kawasan Ekosistem Leuser.
YLI

Malau, Efiana D. Potensi permudaan alami jenis- USU


jenis pohon lokal di kawasan TNGL. Fahutan-
USU

60
Vertebrata (Vertebrate)

N. Oktarina, Aulia. 2003. Keragaman jenis UNSYIAH


vertebrata. Banda Aceh. Unsyiah

Nugraha, Audie Oktira. 2004. Keragaman jenis YLI


vertebrata Pengunjung pada pohon rambung
kuda (Ficus stupenda) berbuah matang di
Stasiun Penelitian Ketambe Taman Nasional
Gunung Leuser. YLI

61
Tempat Pustaka Di Simpan

IPB = Institut Pertanian Bogor


Alamat Kantor Jalan Lingkar
Akademik, Kampus IPB
Darmaga, Bogor
Telepon (0251) 622642

ITM = Institut Tekhnologi Medan


Alamat Kantor Jalan Gedung
Arca No. 52 Medan-20217
Telepon (061) 7363771

LIPI = Lembaga Ilmu


Pengetahuan Indonesia
Alamat Kantor Gedung Widya
Sarwono Jalan Jend. Gatot
Subroto No. 10. Jakarta
12710.
Telepon (021) 5225641. Fax
021-5207226.

STIK = Sekolah Tinggi Ilmu


Kehutanan
Alamat Kantor
Jalan Teuku Nyak Arief
62
Banda Aceh Indonesia 23111
Telepon 0651-54-309
Fax.0651-54-309

UI = Universitas Indonesia
Alamat Kantor Jalan Kampus
UI Depok 16424 - Indonesia
Telepon (021) 786 7 222
E-mail: humas-ui@ui.ac.id

UMSU = Universitas
Muhammadiyah Sumatera
Utara
Alamat Kantor Jalan Mukhtar
Basri No.3 Medan - Sumatera
Utara 20238
Telepon (061) 6622400 Ext.
23 &30 E-mail:
fkip@umsu.ac.id

UNAND = Universitas Andalas


Alamat Kantor JalanUniversitas
Andalas, Kampus Limau Manis,
Padang 25163, Padang,
Indonesia
Situs webhttp://www.unand.a
c.id

63
UNAS = Universitas Nasional
Alamat Kantor Jalan Sawo
Manila, Pejaten, Pasar Minggu,
Jakarta 12520
Telepon (021)-7806700,
fax (021)-7802718
website www.unas.ac.id,
Email : info@unas.ac.id

UNIMED = Universitas Negeri Medan


Alamat Kantor Jl. Willem
Iskandar, Psr. V, P.O. Box
1589, Medan Estate, Medan
20221, Sumatera Utara
Telepon (061) 6613365,
6613276, 6618754, 6613319,
6635584
Fax (061) 6614002, 6613319
Website:
www.unimed.ac.idTelepon
(021)

UNSYIAH = Universitas Syiah Kuala


Alamat Kantor
KampusUnsyiah, Kopelma
Darussalam, KecamatanSyiah
Kuala, Banda Aceh 23111
Telepon (0651) 51977 (10
saluran), 51039, 52721,
64
52730, 53408
Faks (0651) 52721
Website: www.unsyiah.ac.id
E-mail: pinto@unsyiah.ac.id

USU = Universitas Sumatera


Utara
Alamat Kantor JalanDr. T.
Mansoer 9, Kampus USU,
Medan 20155, Sumatera Utara
Telepon (061) 8214033,
8214210, 8211212, 8211414,
8211416, 8213427, 8213211
Faks (061) 8211822, 8211633
Website: www.usu.ac.id

WCS = WildLife Conservation


Society
Jl. Burangrang No. 18, Bogor
Jl. Komp. Citra Wisata Blok X
No. 12 Medan Kel.Pangkalan
Manshur Kec. Medan Johor
Telepon (061) 7850239

YEL = Yayasan Ekosistem Leuser


Jl. KH. Wahid Hasyim No.
51/74 Medan
Telepon (061) 4514363
;(061) 4514360
65
YLI = Yayasan Leuser Indonesia
Kompleks USU,
Telepon (061) 8216832,
Fax (061) 8216808

66
67

You might also like