Professional Documents
Culture Documents
Salah satu turunan dari kitin adalah kitosan yang dihidrolisis dengan alkali
sehingga terjadi proses deasetilasi dari gugus asetamida menjadi gugus amina dan
juga dapat terjadi dengan hidrolisa asam dan basa (Rinaudo et al.2006 cit Ramadhan
et al. 2010). Gugus tersebut menyebabkan kitosan memiliki reaktivitas yang tinggi
dandapat berperan sebagai amino pengganti. (Sugiyono 2011 cit Laksono 2007).
Kitosan dapat berikatan secara crosslink jika ditambahkan crosslinked seperti
glutaraldehid, glikosal atau kation Cu+ ( Sarah 2001 cit Cahyaningrum 2007). Kitosan
memiliki derajat deasetilasi 75-100% (Kurita 2001 cit Ramadhan et al 2010) yang
dipengaruhi oleh kosentrasi basa/asam, rasio kelarutan terhadap padatan, suhu dan
waktu reaksi, lingkungan /kondisi reaksi selama reaksi deasetilasi.
Proses transformasi kitin menjadi kitosan dapat melalui hidrolisi basa dan
asam Rinaudo et al 2006 cit Ramadhan et al 2010). Isolsai kitosan dari cangkang
crustacea dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu deproteinasi, demineralisasi dan
tahap deasetilasi ( Laksono 2007).
a. Deproteinasi
Menurut Hargono et.al. (2008), proses deproteinasi dilakukan pada suhu
60-70 C menggunakan larutan NaOH 1 M dengan perbandingan serbuk
udang dengan NaOH = 1:10 sambil diaduk selama 60 menit. Endapan
dipisahkan dengan cara menyaring dan selanjutnya endapan dicuci
menggunakan aquades hingga pH netral. Endapan hasil pencucian
kemudian dikeringkan dan selanjutnya dilakukan proses demineralisasi.
b. Demineralisasi
Proses demineralisasi merupakan proses untuk menghilangkan mineral-
mineral dalam serbuk cangkang udang atau kepiting yang sebagian besar
merupakan garam – garam kalsium (Ca) seperti kalsium karbonat dan
kalsium fosfat (Anonim, 2007)
Reaksi demineralisasi dalam pelarut asam adalah sebagai berikut:
Ca3(PO4)2(s) + 6HCl(aq) 3CaCl2(aq) +
2H3PO4(aq).....4.1
CaCO3(s) + 2HCl(aq) CaCl2(aq) + CO2(g) + H2O(l)....4.2
Menurut Hargono et.al. (2008), demineralisasi (penghilangan mineral) dari
serbuk cangkang udang atau kepiting dilakukan pada suhu 25-30 C
menggunakan larutan HCl 1M dengan perbandingan serbuk hasil
deproteinasi dan HCL =1:10 sambil diaduk-aduk selama 120 menit.
Larutan kemudian disaring untuk mendapatkan endapan. Endapan yang
didapat kemudian diekstrak menggunakan aseton dan diblanching dengan
NaOCL untuk menghilangkan warnanya.
c. Deasetilasi
Deasetilasi kitin dilakukan dengan menggunakan NaOH (Kolodziesjska
2000 cit Harianingsih 2010) yang akan menghilangkan gugus asetil dan
menyisakan gugus amino yang bermuatan positif sehingga kitosan bersifat
polikationik (Ornum 1992 cit Harianingsih 2010). Gugus reaktif amino
pada C-2 dan gugus hidroksil pada C-3 dan C-6 pada kitosan sangat
berperan dalam aplikasinya seperti pengawet, penstabil warna, flokulan,
pembantu proses reverse osmosis dalam penjernihan air dan sebagai bahan
aditif untuk proses agrokimia dan pengawt benih (Shahidi et al , 1999)
Gambar 2. Struktur kitosan
a. Koagulasi
Kitosan yang memiliki sifat polikationik dan memiliki gugus aktif amina (-
NH2) dan gugus hidroksi (-OH) akan berinteraksi dengan gugus negatif pada
limbah terutama limbah protein. Pada perduksi limbah logam. Keadaaan ini
menyebabkan terjadinya ikatan antar partikel.
b. Flokulasi
Koagulan-koagulan yang terbentuk selanjutnya akan berinteraksi membentuk
flok-flok yang berukuran lebih besar.
c. Sedimentasi
Flok-flok yang terbentuk selanjutnya akan mengendap. Sedimentasi
(pengendapan) ini terjadi karena flok yang terbentuk memiliki massa yang
lebih besar sehingga tidak dapat mempertahankan massany agar tetap
melayang.
Pemanfaatan Kitosan
HIPOTESISS
METODOLOGI PENELITIAN
a. Alat
b. Bahan
c. Tata Laksana Praktikum
a. Limbah Organikl
Pada awal pemberian kitosan pada larutan limbah organic, kitosan terlebih
dahulu dikondisikan pada pH asam dengan menambahkan larutan asam asetat. Kitin
bersifat tidak larut dalam air tapi larut dalam asam encer seperti asam asetat. Gugus
karboksil dari asam asetat akan memudahkan pelarutan kitosan dalam air karena
terjadi interaksi hydrogen antara gugus karboksil dari asam asetat dengan gugus
amina kitosan( Dun et.al, 1997). Dalam larutan asam, gugus amina bebas akan
terprotonasi membentuk gugus amino kationik (-NH3+) yangdapat beraksi dengan
polimer anionic (Sanford, 1992 cit Rochima, 2008) dan bertindak sebagai polikationik
yang dapat mengikat logam atau membentuk disperse. Hal ini dikarenakan kitosan
akan menjadi polimer dengan struktu lurus dalam larutan asam sehingga berguna saat
flokulasi, pembentuk film, imobilisasi enzim (Ornum, 1992 cit Rochima 2008)
Adanya interaksi hydrogen ini menyebabkan kitosan dapat larut dalam libah
organic dan memiliki daya ikat dengan protein dari limbah yang semakin besar.
larutan kitosan kemudian dimasukkan ke dalam limbah cair organic dan dilakukan
pengadukan cepat sekitar 9 menit. Pengadukan cepat ini betujuan agar proses
pengikatan partikel-partikel dari limbah cair organic dapat terjadi lebih efektif karena
kitosan akan bertabrakan dengan partikel-partikel dari limbah cair organic. Setelah
pengadukan cepat, limbah cair organic selanjutnya diaduk perlahan agar terjadi
pembentukan flok-flok dari interaksi kitosan dengan partikel-partikel dari limbah cair
organic tersebut. Pengadukan secara lambat dilakukan kurang lebih selama satu
menit. Limbah cair organic didiamkan agar terjadi proses sedimentasi dari flok-flok
yang telah terbentuk karena flok-flok tersebut memiliki masa jenis yang lebih besar
dari masa jenis air.
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa DO pada sebelum dan
sesudah penambahan kitosan tetap nol. Hal ini dipengaruhi oleh pekatnya limbah cair
organic sehingga menyebabkan tidak adanya oksigen yang terlarut.penambahan
kitosan dalam limbah cair organic tidak mempengaruhi jumlah oksigen yang terlarut.
Hal ini juga berlaku pada nilai BOD5 limbah cair organic yang tetap nol. .....
Kekeruhan dipengaruhi oleh adanya partikel-pertikel yang terdapat pada
limbah seperti lumpur, bahan organic dan bahan anorganik. Berdasarkan pengamatan
terhadap kekeruhan limbah, tingkat kekeruhan limbah cair organic mengalami
penurunan. Hal ini dikarenakan partike-partikel yang meyebabkan kekeruhan pada
limbah cair organic berinteraksi dengan kitosan dan membentuk flok-flok yang
selanjutnya akan mengendap. Pengendapan ini terjadi karena berat jenis flok-flok
yang terbentuk lebih besar daripada berat jenis air. Penurunan tingkat kekeruhan yang
paling baik ada pada perlakuan penambahan kitosan3%. Hal ini dikarenakan kitosan
yang ditambahkan akan berinteraksi dengan partikel-partikel dari limbah cair organic
lebih banyak sehingga akan mengendapkan partikel-pertikel limah cair organic
tersebut.
Tssss....
pH limbah cair organic mengalami penurunan dari pH semula ..... menjadi....
Penurunan pH limbah ini dikarenakan adanya penambahan asam asetat yang
digunakan untuk melarutkan kitosan.
Secara keseluruhan parameter yang diamati pada limbah mengalami
penurunan saat ditambahkan kitosan kecuali pada DO dan BOD. Penurunan ini
menunjukkan bahwa kitosan mampu mereduksi beban pencemaran pada limbah
organic karena kitosan memiliki gugus amina (-NH2) dan gugus hidrokdi (-OH).
Kitosan mampu mengikat partikel organic dari lmibah cair organic yang merupakan
salah satu factor yang dapat mencemari.
b. Limbah Anorganik
Pada analisi peran kitosan dalam mereduksi limbah cair anorganik, kitosan
tidak dikondisikan dalam larutan asam encer seperti asam asetat karena
kitosan memiliki gugus amina dan hidroksil. Penambahan asam yang akan
menurunkan pH kitosan hanya akan menyebabkan kekuatan kitosan mengikat
ion logam turun karena ion H+ akan bersaing dengan ion logam untuk
berikatan dengan gugus amina ( Kay, 1987 cit Meriatna 2008).. Kitosan yang
berupa serbuk kemudian dimasukkan ke dalam limbah cair anorganik yang
berasal dari industry penyamakan kulit. Limbah cair ini mengandung krom
(Cr) yang digunakan untuk proses penyamakan. Limbah cair diaduk secara
cepat sekitar sembilan menit untuk mempercepat proses pengikatan atom Cr
dari limbah cair anorganik. Limbah selanjutnya diaduk perlahan agar
terbentuk flok-flok yang memiliki ukuran lebih besar dan kemudian
diendapkan dengan tidak melakukan pengadukan.
Salah satu factor yang menyebabkan kitosan mampu mengikat ion logam
dipengaruhi oleh adanya atom N (nitrogen) yang ada pada gugus amina (-
NH2) yang mampu berinteraksi dengan logam (Hutahahean, 2001 cit Meriatna
2008). Hal ini dikarenakan electron bebas pada atom N mudah untuk
menymbangkan elektronnya yang kemudian akan berikatan dengan ion logam
(Jin dan Bai, 2002 cit Laksono, 2008). Kitosan akan membentuk kompleks
kitosan dengan logam ( Kay, 1987 cit Meriatna 2008). Contoh mekanisme
pengikatan kitosan dengan logam:
2R-NH3+ + Cu2+ + 2Cl- (RNH2)CuCl2
Electron bebas pada gugus hidroksil kitosan kurang berperan dalam
pengikatan ion logam karena interaksi atom bebas pada gugus hidroksil lebih
kuat dari pada electron pada gugus amina (Jin dan Bai, 2002 cit Laksono,
2008).