Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Memaparkan pengertian, fungsi, jenis dan pengolahan hasil hutan
Indonesia.
2. Memaparkan produk hutan Indonesia.
3. Memarkan peran hutan dan kehutanan terhadap APBN.
4. Memaparkan faktor penyebab kerusakan hutan dan cara mengatasinya.
1.4 Manfaat
Secara umum makalah ini mempunyai manfaat teoritis maupun manfaat
praktis. Selain itu, penulisan ini dapat digunakan sebagai tinjauan awal dari aspek
teoritis penyelesaian berbagai kasus terkait hutan dan kehutanan.
Manfaat praktis dari makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan
acuan bagi pengambil kebijakan untuk menyusun langkah-langkah strategis dalam
membenahi masalah terkait dengan hutan dan kehutanan. Selain itu makalah ini
juga mempunyai beberapa manfaat antara lain :
1. Bagi mahasiswa
a.) Memberikan pemahaman akan pentingnya hutan dan kehutanan.
b.) Memberikan gambaran mengenai analisis hutan dan kehutanan.
c.) Mendukung pembelajaran pada mata kuliah yang berkaitan dengan
matakuliah ekonomi sumber daya alam.
2. Bagi Pengajar
a.) Memberikan motivasi kepada pengajar mengenai pentingnya materi
hutan dan kehutanan.
b.) Mendeskripsikan hubungan/ korelasi pentingnya aspek hutan dan
kehutanan dengan kegiatan perekonomian.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Fungsi hutan
Hutan merupakan sumber daya biologis yang penting di kehidupan
manusia. Hutan telah dimanfaatkan bagi kehidupan manusia sejak jaman primitif,
sampai sekarang pun hutan masih mempunyai manfaat dan fungsi yang sangat
vital bagi kehidupan manusia. Adapun fungsi hutan yaitu :
a. Mengatur tata air, mencegah dan membatasi banjir, erosi serta memelihara
kesuburan tanah.
b. Menyediakan hasil hutan untuk keperluan masyarakat pada umumnya dan
khususnya untuk keperluan pembangunan industry dan ekspor sehingga
menunjang pembangunan ekonomi nasional pada umumnya.
c. Melindungi suasana iklim dan member daya pengaruh yang baik.
d. Memberikan keindahan alam pada umumnya dan khususnya dalam bentuk
cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata, serta sebagai laboratorium untuk
ilmu pengetahuan, pendidikan dan pariwisata.
e. Merupakan salah satu unsur strategi pembangunan nasional.
C. Jenis-Jenis Hutan
1. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Iklim :
a. Hutan Hujan Tropika, adalah hutan yang terdapat didaerah tropis dengan
curah hujan sangat tinggi. Hutan jenis ini sangat kaya akan flora dan
fauna. Di kawasan ini keanekaragaman tumbuh-tumbuhan sangat tinggi.
Luas hutan hujan tropika di Indonesia lebih kurang 66 juta hektar Hutan
hujan tropika berfungsi sebagai paru-paru dunia. Hutan hujan tropika
terdapat di Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
b. Hutan Monsun, disebut juga hutan musim. Hutan monsun tumbuh
didaerah yang mempunyai curah hujan cukup tinggi, tetapi mempunyai
musim kemarau yang panjang. Pada musim kemarau, tumbuhan di hutan
monsun biasanya menggugurkan daunnya. Hutan monsun biasanya
mempunyai tumbuhan sejenis, misalnya hutan jati, hutan bambu, dan
hutan kapuk. Hutan monsun banyak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
2. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Terbentuknya
a. Hutan alam, yaitu suatu lapangan yang bertumbuhan pohon-pohon alami
yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati
beserta alam lingkungannya. Hutan alam juga disebut hutan primer, yaitu
hutan yang terbentuk tanpa campur tangan manusia.
b. Hutan buatan disebut hutan tanaman, yaitu hutan yang terbentuk karena
campur tangan manusia
3. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Jenis Tanamannya
a.Hutan Homogen (Sejenis), yaitu hutan yang arealnya lebih dari 75 %
ditutupi oleh satu jenis tumbuh-tumbuhan. Misalnya: hutan jati, hutan
bambu, dan hutan pinus.
b. Hutan Heterogen(Campuran), yaitu hutan yang terdiri atas bermacam-
macam jenis tumbuhan
4. Berdasarkan fungsinya hutan dapat di golongkan menjadi beberapa macam
yaitu:
a) Hutan lindung adalah kawasan hutan yang di peruntukan guna pengaturan
tata air dan pencegahan bencana bencana banjir dan erosi, serta
memelihara kesuburan tanah.
b) Hutan produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukan guna
memproduksi hasil hutan untuk keperluan masyarakat pada umumnya
dan khususnya untuk pembangunan, industry dan ekspor. Hutan produksi
dapat di bagi menjadi:
1. Hutan produksi dengan penebangan terbatas yaitu hutan produksi
yang hanya dapat di eksploitasi dengan cara tebang pilih.
2. Hutan produksi dengan penebangan bebas yaitu hutan produksi
yang dapat di eksploitasi baik dengan cara tebang pilih maupan
dengan cara tebang habis disertai dengan pembibitan alam atau
dengan pembibitan buatan.
c) Hutan suaka alam adalah kawasan hutan yang diperuntukan secara
khusus untuk perlindungan alam hayati lainnyaantara lain dapat di bagi
menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Hutan suaka alam yang berhubungan dengan keadaan alam yang
khas, termasuk alam hewani dan alam nabati yang perlu dilindungi
untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang
selanjutnya disebut cagar alam.
2. Hutan suaka alam yang ditetapkan sebagai tempat hidup marga
satwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu pengetahuan dan
kebudayaan serta merupakan kekayaan dan kebanggaan nasional
atau yang sering di sebut dengan suaka marga satwa.
d) Hutan wisata adalah kawasan hutan yang diperuntukan secara khusus
untuk di bina dan dipelihara untuk kepentingan pariwisata atau
perburuan. Yaitu:
1. Hutan wisata (taman wisata) adalah hutan yang memiliki
keindahan alam baik keindahan nabati, hewani, maupun keindahan
alam lainnya yang memiliki corak yang khas untuk dimanfaatkan
bagi kepentingan rekreasi dan kebudayaan.
2. Hutan wisata yang di dalamnya terdapat satwa buru yang
memungkinkan di selenggarakannya perburuan yang teratur bagi
kepentingan rekreasi atau yang sering disebut dengan hutan buru.
D. Pengolahan Hasil Hutan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di atur dalam Pasal 15 dan pasal 18, UU
No.23/1997 mencatatkan hal yang berhubungan dengan pelarangan terhadap
upaya-upaya perusakan lingkungan hidup yang dilakukan oleh perorangan
maupun kelompok. Usaha-usaha yang berdampak besar kepada penghancuran
lingkungan hidup tanpa memiliki analisa dampak lingkungan (pasal 15), tidak
memiliki/memperoleh izin usaha (usaha-usaha yang berdampak besar terhadap
LH) yang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai peraturan perundangan
(pasal 18). Hal yang berkaitan dengan hasil hutan adalah kegiatan pengolahan
hasil hutan, antara lain berupa industri penggergajian kayu. Industri penggergajian
kayu terdapat di Samarinda, Balikpapan, Pontianak, dan Cepu (Jawa Tengah,
untuk penggergajian kayu jati). Hasil dari industri ini berupa kayu gelondongan
(log/bulat), kayu gergajian, dan kayu lapis untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri dan ekspor. Ekspor kayu gergajian dan kayu lapis terutama kenegara
Jepang, Hongkong, Singapura, Amerika Serikat, dan Australia. Mulai Tahun 1985
pemerintah melarang ekspor kayu gelondongan dan mengubahnya menjadi ekspor
kayu olahan, yaitu berupa kayu gergajian, kayu lapis, atau berupa barang jadi
seperti mebel. Selain kayu gelondongan, yang terkena larangan ekspor adalah
rotan asalan. Tujuan adannya larangan ekspor kayu gelondongan dan rotan asalan
tersebut antara lain untuk membatasi eksploitasi yang berlebihan terhadap dua
jenis komoditas tersebut dan untuk meningkatkan lapangan kerja di bidang
industri perkayuan yang bersifat padat karya.
2.2 Produk Hutan Indonesia
Hutan di Indonesia memiliki tumbuhan yang beraneka ragam, terutama
yang berbentuk pohon. Secara keseluruhan, di Indonesia terdapat + 40.000 jenis
tumbuhan, 25.000 – 30.000jenis di antaranya adalah tumbuhan berbunga, yang
merupakan 10 % dari seluruh tumbuhan berbunga di dunia. Kekayaan hutan yang
melimpah ruah tersebut memberikan manfaat kepada penduduk Indonesia maupun
bangsa lain. Beberapa hasil hutan Indonesia yaitu:
• Kayu Bulat
Produksi hasil hutan utama yang dihasilkan dari hutan adalah kayu bulat.
• Kayu Gergajian
Kayu Gergajian adalah kayu hasil konversi kayu bulat dengan mengunakan
mesin gergaji, mempunyai bentuk yang teratur dengan sisi-sisi sejajar dan
sudut-sudutnya siku dengan ketebalan tidak lebih dari 6 cm dan kadar air tidak
lebih dari 18 %. Kayu Gergajian yang diolah langsung dari kayu bulat, wajib
didukung dengan dokumen yang sah.
• Kayu Lapis
Kayu Lapis adalah panel kayu yang tersusun dari lapisan veneer dibagian
luarnya, sedangkan dibagian intinya (core) bisa berupa veneer atau material
lain, diikat dengan lem kemudian dipress (ditekan) sedemikian rupa sehingga
menjadi panel yang kuat. Termasuk dalam artian ini adalah kayu lapis yang
dilapisi lagi dengan material lain.
• Produksi kayu olahan lainnya
Produksi kayu olahan lainnnya yang dicatat dalam statistik ini adalah produksi
Papan Blok, Finir, Kayu Chip, dan bubur kertas/pulp.
• Hasil Hutan Bukan Kayu
a. Rotan (Rotan Bulat)
Rotan bulat adalah rotan asalan yang dihasilkan dari hutan alam atau hasil
budidaya masyarakat di kawasan hutan. Potensi rotan Indonesia cukup besar
dan sebagian besar berasal dari provinsiprovinsi yang terletak di P. Sumatera,
P. Kalimantan dan P. Sulawesi. Di P. Jawa tanaman Rotan umumnya
dibudidayakan oleh Perum Perhutani.
b. Gondorukem
Gondorukem adalah getah dari pohon Pinus (Pinus merkusii) yang kemudian
diolah menjadi gondorukem. Kegunaan gondorukem adalah untuk bahan baku
industri kertas, keramik, plastik, cat, batik, sabun, tinta cetak, politur, farmasi,
kosmetik dll.
c. Terpentin
Terpentin adalah getah dari pohon Pinus (Pinus merkusii) yang kemudian
diolah menjadi terpentin. Kegunaan terpentin adalah untuk bahan baku industri
kosmetik, minyak cat, campuran bahan pelarut, antiseptik, kamper dan farmasi.
d. Minyak Kayu Putih
Minyak kayu putih adalah produk dari daun pohon kayu putih (Melaleuca
leucadendron) melalui proses penyulingan dihasilkan minyak kayu
putih. Kegunaan minyak kayu putih adalah untuk bahan farmasi.
e. Damar
Damar adalah hasil sekresi (getah) dari pohon Shorea sp, Vatica sp,
Dryobalanops sp, dan dari suku Dipterocarpaceae. Didalamnya termasuk
damar mata kucing dan damar gelap. Kegunaan damar adalah sebagai bahan
korek api, plastik, plester, vernis, lak dan lain sebagainya. Produksi damar pada
tahun 2008 tercatat sebesar 24.867 ton.
f. Sagu
Sagu adalah ekstrak tepung sagu yang diambil dari empulur pohon sagu
(Metroxylon Rumphii Mart) yang tumbuh secara alam (luar Jawa) dan tanaman
(Jawa).
g. Kopal
Kopal adalah getah dari pohon dammar (Agathis alba) yang kemudian diolah
menjadi kopal. Kegunaan kopal adalah untuk melapisi kertas agar tidak rusak
kalau ditulis dengan tinta.
2.4 Faktor – Faktor Kerusakan Hutan
Kerusakan hutan di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor,yaitu:
1.Kepentingan Ekonomi
Dalam mengelola hutan kepentingan ekonomi kelihatannya masih lebih
dominan daripada memikirkan kepentingan kelestarian ekologi. Akibatnya agenda
yang berdimensi jangka panjang yaitu kelestarian ekologi menjadi terabaikan.
Proses ini berjalan linear dengan akselerasi perekonomian global dan pasar bebas.
Pasar bebas pada umumnya mendorong setiap negara mencari komposisi
sumberdaya yang paling optimal dan suatu spesialisasi produk ekspor. Negara
yang kapabilitas teknologinya rendah seperti Indonesia cenderung akan
membasiskan industrinya pada bidang yang padat yaitu sumber daya alam. Hal ini
ditambah dengan adanya pemahaman bahwa mengexploitasi sumber daya alam
termasuk hutan adalah cara yang paling mudah dan murah untuk mendapatkan
devisa ekspor. Industrialisasi di Indonesia yang belum mencapai taraf kematangan
juga telah membuat tidak mungkin ditinggalkannya industri padat seperti itu.
Kemudian beban hutang luar negeri yang berat juga telah ikut membuat Indonesia
terpaksa mengexploitasi sumber daya alamnya dengan berlebihan untuk dapat
membayar hutang negara. Inilah yang membuat ekspor non- migas Indonesia
masih didominasi dan bertumpu pada produk-produk yang padat seperti hasil-
hasil sumber daya alam. Ekspor kayu, bahan tambang dan eksplorasi hasil hutan
lainnya terjadi dalam kerangka seperti ini. Ironisnya kegiatan-kegiatan ini sering
dilakukan dengan cara aktivitas-aktivitas illegal yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan besar atau kecil bahkan masyarakat yang akhirnya memperparah dan
mempercepat terjadinya kerusakan hutan.
3.Mentalitas Manusia.
Manusia sering memposisikan dirinya sebagai pihak yang memiliki
otonomi untuk menyusun dalam perencanaan dan pengelolaan hutan, baik untuk
kepentingan generasi sekarang maupun untuk anak cucunya. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena manusia sering menganggap dirinya sebagai ciptaan yang lebih
sempurna dari yang lainnya. Pemikiran seperti ini menjadikan manusia sebagai
pusat. Bahkan posisi seperti ini sering ditafsirkan memberi lisensi kepada manusia
untuk “menguasai” hutan. Karena manusia memposisikan dirinya sebagai pihak
yang dominan, maka keputusan dan tindakan yang dilaksanakanpun sering lebih
banyak di dominasi untuk kepentingan manusia dan sering hanya memikirkan
kepentingan sekarang daripada masa yang akan datang. Akhirnya hutanpun
dianggap hanya sebagai sumber penghasilan yang dapat dimanfaatkan dengan
sesuka hati. Masyarakat biasa melakukan pembukaan hutan dengan berpindah-
pindah dengan alasan akan dijadikan sebagai lahan pertanian. Kalangan
pengusaha menjadikan hutan sebagai lahan perkebunan atau penambangan dengan
alasan untuk pembangunan serta menampung tenaga kerja yang akan mengurangi
jumlah pengangguran. Tetapi semua itu dilaksanakan dengan cara pengelolaan
yang exploitative dan akhirnya menimbulkan kerusakan hutan. Dalam struktur
birokrasi pemerintahan mentalitas demikian juga seakan-akan telah membuat
aparat tidak serius untuk menegakkan hukum dalam mengatasi kerusakan hutan
bahkan terlibat di dalamnya.
3.Kepunahan Species
Hutan di Indonesia dikenal dengan keanekaragaman hayati di dalamnya.
Dengan rusaknya hutan sudah pasti keanekaragaman ini tidak lagi dapat
dipertahankan bahkan akan mengalami kepunahan. Dalam peringatan Hari
Keragaman Hayati Sedunia dua tahun yang lalu Departemen Kehutanan
mengumumkan bahwa setiap harinya Indonesia kehilangan satu species (punah)
dan kehilangan hampir 70% habitat alami pada sepuluh tahun terakhir ini.
5.Banjir.
Dalam peristiwa banjir yang sering melanda Indonesia akhir-akhir ini,
disebutkan bahwa salah satu akar penyebabnya adalah karena rusaknya hutan
yang berfungsi sebagai daerah resapan dan tangkapan air (catchment area). Hutan
yang berfungsi untuk mengendalikan banjir di waktu musim hujan dan menjamin
ketersediaan air di waktu musim kemarau, akibat kerusakan hutan makin hari
makin berkurang luasnya. Tempat-tempat untuk meresapnya air hujan (infiltrasi)
sangat berkurang, sehingga air hujan yang mengalir di permukaan tanah
jumlahnya semakin besar dan mengerosi daerah yang dilaluinya. Limpahannya
akan menuju ke tempat yang lebih rendah sehingga menyebabkan banjir. Bencana
banjir dapat akan semakin bertambah dan akan berulang apabila hutan semakin
mengalami kerusakan yang parah. Tidak hanya akan menimbulkan kerugian
materi, tetapi nyawa manusia akan menjadi taruhannya. Banjir di Jawa Timur dan
Jawa Tengah adalah contoh nyata .